METODE KETIDAKPASTIAN DAN KESAMARAN DALAM SISTEM PAKAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE KETIDAKPASTIAN DAN KESAMARAN DALAM SISTEM PAKAR"

Transkripsi

1 METODE KETIDAKPASTIAN DAN KESAMARAN DALAM SISTEM PAKAR Putu Manik Prihatini Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali gek_anik@yahoo.com Abstrak Kecerdasan buatan dikembangkan untuk membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik manusia. Sistem Pakar merupakan bagian dari kecerdasan buatan yang mengandung pengetahuan dan pengalaman yang dimasukkan oleh satu atau banyak pakar ke dalam satu area pengetahuan tertentu. Pengetahuan dan pengalaman yang ada dalam dunia nyata yang akan direpresentasikan kedalam sistem pakar penuh dengan unsur ketidakpastian dan kesamaran. Beberapa metode yang sering digunakan untuk menangani masalah ketidakpastian dan kesamaran adalah dengan menggunakan teknik probabilitas, faktor kepastian dan logika fuzzy. Teorema Bayes merupakan bagian dari teknik probabilitas yang menekankan pada konsep probabilitas hipotesis dan evidence, sedangkan teknik probabilitas dengan teori Dempster-Shaffer menekankan pada konsep beliefe dan plausability. Pada metode dengan faktor kepastian menekankan pada nilai kepercayaan yang diberikan oleh seorang pengguna dan pakar. Pada metode dengan logika fuzzy menekankan pada derajat keanggotaan dari suatu evidence pada suatu himpunan fuzzy sehingga mampu menangani masalah kesamaran. Untuk memberikan solusi yang lebih baik, metode-metode yang ada bisa dikombinasikan antara yang satu dengan yang lainnya. Kata Kunci: Sistem Pakar, Teknik Probabilitas, Faktor Kepastian, Logika Fuzzy Abstract Artificial Intelligence is developed to make the machine (computer) can act as well as human. Expert systems as a part of Artificial Intelligence have knowledge and experience that inputted by one or more expert in a certain knowledge domain. Knowledge and experience in the real world that represented to expert systems have many uncertainty and vagueness. Some methods is used to solve this problem are probability technique, certainty factor and fuzzy logic. Bayes Theorem is a part of probability technique that point to hypothesis and evidence concept, while probability technique by Dempster-Shaffer is pointing to belief and plausibility concept. Certainty factor method points to value of believe that give by user and expert. Fuzzy logic method points to membership degree of an evidence in the fuzzy set so that can solve vagueness problem. To give the better solution, the methods can combine one to each other. Key words : Expert Systems, Probability Technique, Certainty Factor, Fuzzy Logic 1. Pendahuluan Manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa. Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa, kecerdasannya akan berkembang dengan sangat pesat, baik kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional, maupun kecerdasan spiritualnya. Sampai saat ini, belum ada satu mesin pun yang bisa menyamai kecerdasan manusia secara keseluruhan. Selama bertahun-tahun para filsuf berusaha mempelajari kecerdasan manusia. Dari pemikiran para filsuf tersebut, lahirlah Artificial Intelligence atau kecerdasar buatan sebagai cabang ilmu yang berusaha memahami kecerdasan manusia. Kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan manusia. Kecerdasan buatan memungkinkan komputer untuk menirukan cara berpikir manusia sehingga informasi baru dapat diserap dan digunakan sebagai acuan di masa mendatang. Kecerdasan atau kepandaian tersebut didapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan mempunyai kecerdasan, maka perangkat lunak tersebut harus diberi pengetahuan dan kemampuan untuk menalar dari pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru sehingga mampu memberikan solusi atau kesimpulan spesifik layaknya seorang pakar. Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 29

2 Sistem Pakar adalah salah satu bagian dari kecerdasan buatan yang mengandung pengetahuan dan pengalaman yang dimasukkan oleh satu atau banyak pakar ke dalam satu area pengetahuan tertentu sehingga setiap orang dapat menggunakannya untuk memecahkan berbagai masalah yang bersifat spesifik. Dengan sistem pakar, orang awam pun dapat menyelesaikan masalahnya atau sekedar mencari suatu informasi berkualitas yang sebenarnya hanya dapat diperoleh dengan bantuan para ahli di bidangnya. Seorang pakar adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu, yaitu pakar yang mempunyai knowledge atau kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dalam penyusunannya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan (inference rule) dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tertentu. Permasalahannya adalah pengetahuan-pengetahuan yang ada dalam dunia nyata yang akan direpresentasikan kedalam sistem pakar penuh dengan unsur ketidakpastian dan kesamaran, sementara komputer tidak memiliki kemampuan untuk memproses sesuatu yang tidak pasti dan bersifat samar mengingat komputer pada dasarnya diciptakan sebagai alat hitung. Melalui penelitian ini, pembahasan akan dilakukan terhadap beberapa teori yang umum digunakan untuk mengatasi permasalahan ketidakpastian dan kesamaran dalam sistem pakar sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan sistem pakar yang mengandung ketidakpastian dan kesamaran pengetahuan. 2. Pembahasan 2.1. Ketidakpastian Jika sistem kecerdasan buatan yang dikembangkan memiliki pengetahuan yang lengkap tentang permasalahan yang akan ditanganinya, maka sistem tersebut dapat dengan mudah memberikan solusi dengan menggunakan pendekatan logika. Akan tetapi, sistem hampir tidak pernah dapat mengakses seluruh fakta yang ada dalam lingkungan permasalahan yang akan ditanganinya, sehingga sistem harus bekerja dalam ketidakpastian dan kesamaran. Untuk itu, sistem harus menggunakan teknik-teknik khusus yang dapat menangani ketidakpastian dan kesamaran dalam menyelesaikan permasalahan yang ditanganinya. Untuk mengawali pembahasan ini, diberikan sebuah kasus mengenai diagnosa media. Potongan pengetahuan berikut yang direpresentasikan dalam aturan produksi menggambarkan gejala-gejala dari suatu penyakit [1]. Rule 1: IF Has_fever (Patient) AND Has_rash (Patient) AND Has_high_body_ache(Patient) THEN Bears-Typhoid (Patient) Berdasarkan aturan diatas, terlihat bahwa jika seorang pasien mengalami ketiga gejala yang disebutkan dalam aturan, maka sistem akan mendiagnosa pasien tersebut menderita tifus (typhoid). Aturan ini akan diterapkan pada seluruh pasien yang mengalami ketiga gejala tersebut. Jika sistem ini diterapkan dalam kasus nyata, apakah gejala-gejala yang disebutkan telah mewakili seluruh gejala dari penyakit tifus? Bagaimana jika ada penyakit lain yang memiliki gejala yang sama dengan ketiga gejala tersebut? Bagaimana jika derajat gejala yang dialami seorang pasien dengan pasien yang lainnya berbeda? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dapat ditangani oleh aturan tersebut karena jawaban dari pasien sebagai pengguna tidak hanya ya atau tidak, sehingga muncul ketidakpastian dan kesamaran pengetahuan dalam permasalahan ini. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk menangani ketidakpastian dan kesamaran pengetahuan, yaitu: a. Teknik Probabilitas, yang dikembangkan dengan memanfaatkan teorema Bayes yang menyajikan hubungan sebab akibat yang terjadi diantara evidence-evidence yang ada. Pendekatan alternatif lainnya yang dapat digunakan adalah teori Dempster-Shafer. Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 30

3 b. Faktor Kepastian, merupakan teknik penalaran tertua, yang digunakan pada sistem MYCIN. Teknik ini bersifat semi probabilitas, karena tidak sepenuhnya menggunakan notasi probabilitas. c. Logika Fuzzy, merupakan teknik baru yang diperkenalkan oleh Zadeh. Setiap variabel dalam teknik ini memiliki rentang nilai tertentu, yang akan digunakan untuk menghitung nilai fungsi keanggotaannya Teknik Probabilitas Teorema Bayes Thomas Bayes menemukan pendekatan penalaran statistik yang jauh lebih maju dibandingkan dengan pola pikir matematis tradisional pada saat itu. Fokus matematika pada saat itu adalah pada tingkah laku sampel dari populasi yang diketahui. Akan tetapi, Bayes mengemukakan ide untuk menentukan properti dari populasi berdasarkan sampel tersebut. Dalam An Essay Towards the Solving a Problem in the Doctrines of Chance, dia menyajikan tentang Proposition 9, yang akhirnya dikenal dengan Teorema Bayes. Selanjutnya, teorema ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan modern. Teorema Bayes diperoleh dari aturan produksi konjungsi dengan notasi sebagai berikut [5]: P(Y X) = P(X Y). P(Y) P(X) Atau dapat juga ditulis sebagai berikut: P(Y X, e) = P(X Y, e). P(Y e) P(X e) Teori Dempster-Shaffer Secara umum teori Dempster-Shafer dapat ditulis dalam suatu interval [5]: [Belief, Plausability] Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 maka menunjukkan adanya kepastian. Plausability (Pl) dinotasikan sebagai : Pl(s) = 1 Bel( s) Plausability juga bernilai antara 0 dan 1. Jika kita yakin terhadap s, maka dapat dikatakan bahwa Bel( s) = 1 dan Pl(s) = 0. Pada teori ini dikenal juga adanya frame of discernment yang dinotasikan dengan q, merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis. Tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Untuk itu diperlukan adanya probabilitas fungsi densitas (m). Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen-elemen saja, namun juga semua subset-nya, sehingga jika q berisi n elemen, maka m mendefinisikan 2 n elemen. Jumlah semua m dalam subset q sama dengan 1. Andaikan tidak ada informasi apapun untuk memilih keempat hipotesis tersebut, maka m{q} = 1,0. Andaikan diketahui X adalah subset dari q, dengan m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga merupakan subset dari q dengan m2 sebagai fungsi densitasnya, maka dapat dibentuk fungsi kombinasi m1 dan m2 sebagai m3, yaitu : 2.3. Faktor Kepastian Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 31

4 Faktor kepastian (Certainty Factor-CF) diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN. Faktor kepastian merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan [3]. Ada dua macam faktor kepastian yang dapat digunakan, yaitu faktor kepastian yang diisikan oleh pakar bersama aturan dan faktor kepastian yang diberikan oleh pengguna. Faktor kepastian yang diisikan oleh pakar menggambarkan kepercayaan pakar terhadap hubungan antara antecedent dan consequent pada aturan kaidah produksi. Faktor kepastian dari pengguna menunjukkan besarnya kepercayaan terhadap keberadaan masing-masing elemen dalam antecedent. Faktor kepastian didefinisikan sebagai berikut [3]. CF(H,E) = MB(H,E) MD(H,E) dimana: CF(H,E) faktor kepastian dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh premis (evidence) E. MB(H,E) ukuran kepercayaan terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh premis (evidence) E MD(H,E) ukuran ketidakpercayaan terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh premis (evidence) E. Pengguna akan memberikan faktor kepastian terhadap setiap premis yang ada dalam aturan. Untuk menentukan faktor kepastian dari suatu aturan yang didalamnya terdapat beberapa premis dengan faktor kepastiannya masing-masing, maka perlu dilakukan perhitungan CF paralel. CF paralel merupakan CF yang diperoleh dari beberapa premis pada sebuah aturan. Besarnya CF paralel dipengaruhi oleh CF pengguna untuk masing-masing premis dan operator dari premis. Rumus untuk masing-masing operator diberikan sebagai berikut[3]. CF(x and y) CF(y or y) CF(not x) = Min(CF(x), CF(y)) = Max(CF(x), CF(y)) = - CF(x) Suatu aturan akan memiliki nilai faktor kepastian dari seorang pakar, sementara aturan tersebut juga memiliki faktor kepastian yang diperoleh dari premis-premis yang ada didalamnya (CF paralel), sehingga perlu dilakukan perhitungan nilai faktor kepastian untuk suatu aturan berdasarkan CF paralel dan CF yang diberikan oleh pengguna, yang disebut dengan CF sekuensial. CF sekuensial diperoleh dari hasil perhitungan CF paralel dari semua premis dalam satu aturan dengan CF aturan yang diberikan oleh pakar. Rumus untuk menghitung CF sekuensial adalah sebagai berikut [3]. CF(x,y) = CF(x) * CF(y) dimana: CF(x,y) CF(x) CF(y) CF sekuensial CF paralel CF pakar Suatu hipotesis pada kenyataannya bisa dihasilkan dari beberapa aturan yang berbeda, dimana setiap aturan memiliki faktor kepastian masing-masing, sehingga perlu dilakukan perhitungan CF gabungan dari seluruh aturan yang ada untuk suatu hipotesis. CF gabungan merupakan CF akhir dari sebuah calon kesimpulan. CF ini dipengaruhi oleh semua CF sekuensial dari aturan yang menghasilkan kesimpulan tersebut. Rumus untuk melakukan perhitungan CF gabungan adalah sebagai berikut [3]. Jika CF(x) > 0 dan CF(y) > 0, maka: CF(x,y) = CF(x) + CF(y) (CF(x)*CF(y)) Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 32

5 Jika salah satu, CF(x) atau CF(y) < 0, maka: CF(x,y) = CF(x) + CF(y) (1 (Min( CF(x), CF(y) ))) Jika CF(x) < 0 dan CF(y) < 0, maka: CF(x,y) = CF(x) + (CF(y) * (1+ CF(x))) 2.4. Logika Fuzzy Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahun Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan/nilai keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting [4]. Logika fuzzy digunakan sebagai suatu cara untuk memetakan permasalahan dari input menuju ke output yang diharapkan. Pada himpunan fuzzy, nilai keanggotaan terletak pada rentang 0 sampai 1. Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy, misalnya umur, temperature, dan lain-lain. Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Ada beberapa fungsi keanggotaan yang dapat digunakan dalam logika fuzzy, tetapi fungsi yang paling sering digunakan dalam pembangunan system pakar adalah representasi kurva trapesium. Kurva trapezium memiliki bentuk dasar seperti kurva segitiga, tetapi memiliki beberapa titik yang mempunyai nilai keanggotaan 1 seperti yang terlihat pada gambar 1. Fungsi keanggotaannya adalah: Gambar 1 Representasi Kurva Trapesium µ(x) = 0; x a atau x d (x a)/(b a); a x b 1; b x c (d x)/(d c) x d Suatu himpunan fuzzy dapat dikombinasikan dengan himpunan fuzzy lainnya dengan menggunakan operator. Ada tiga operator dasar yang diciptakan oleh Zadeh, yaitu: a. Operator AND Hasil operasi dengan operator AND diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terkecil antar elemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan µ AB = min(µ A (x), µ B (y)) Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 33

6 b. Operator OR Hasil operasi dengan operator OR diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terbesar antar elemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan µ AB = max(µ A (x), µ B (y)) c. Operator NOT Hasil operasi dengan operator NOT diperoleh dengan mengurangkan nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan dengan 1 µ A = 1 - µ A (x) Tiap-tiap aturan pada basis pengetahuan fuzzy akan berhubungan dengan suatu relasi fuzzy. Bentuk umum dari aturan yang digunakan dalam fungsi implikasi adalah: IF x is A THEN y is B dengan x dan y adalah skalar, sedangkan A dan B adalah himpunan fuzzy. Secara umum, ada dua fungsi implikasi yang dapat digunakan, yaitu: a. Min (minimum), akan memotong output himpunan fuzzy b. Dot (product), akan menskala output himpunan fuzzy Metode penalaran fuzzy ada tiga, yaitu metode Tsukamoto, metode Mamdani dan metode Sugeno. Pada metode Tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas berdasarkan α-predikat. Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot. Metode Mamdani sering dikenal dengan metode Max-Min, diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun Untuk mendapatkan output diperlukan empat tahapan, yaitu pembentukan himpunan fuzzy, aplikasi fungsi implikasi, komposisi dan defuzzifikasi. Metode Sugeno memiliki penalaran yang hampir sama dengan penalaran Mamdani, tetapi output yang dihasilkan tidak berupa himpunan fuzzy, melainkan berupa konstanta atau persamaan linear. Metode ini diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno Kang pada tahun 1985, terdiri dari dua jenis, yaitu metode Fuzzy Sugeno Orde-Nol dan metode Fuzzy Sugeno Orde-Satu. 3. Kombinasi CF dan Logika Fuzzy Dalam kasus nyata, seringkali permasalahan yang dihadapi tidak bisa diselesaikan hanya dengan menggunakan satu metode saja, melainkan solusi bisa diperoleh dengan menggabungkan beberapa metode, misalnya metode faktor kepastian (CF) dan logika fuzzy. Ada beberapa model bentuk aturan IF-THEN yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan dalam permasalahan yang akan diselesaikan dengan metode kombinasi CF dan logika fuzzy, yaitu: a. Bentuk Aturan 1 Pada bentuk aturan yang pertama, seluruh premis dalam antecedent dan consequent berupa himpunan fuzzy, tetapi consequent memiliki nilai berupa faktor kepastian. IF (a is A) and (b is B) THEN c is C, CF Pada bentuk ini, nilai kepastian dari aturan tersebut akan diperoleh dengan menggunakan aturan perhitungan metode faktor kepastian. CF paralel diperoleh dengan mengambil nilai minimum dari derajat keanggotaan a is A dan b is B sebagai berikut. CF(x) = min(µ A [a], µ B [b]) Sedangkan, CF sekuensial dihitung sesuai dengan rumus pada metode faktor kepastian. Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 34

7 b. Bentuk Aturan 2 Pada bentuk aturan yang kedua, premis-premis dalam antecedent merupakan gabungan antara himpunan fuzzy dan faktor kepastian, sedangkan consequent tidak berupa himpunan fuzzy. IF (a is A) and B THEN C, CF Pada bentuk ini, nilai kepastian dari aturan tersebut akan diperoleh dengan menggunakan aturan perhitungan metode CF. CF paralel diperoleh dengan mengambil nilai minimum dari derajat keanggotaan a is A dan faktor kepastian dari premis B sebagai berikut. CF(x) = min(µ A [a], CF(b)) Sedangkan, CF sekuensial dihitung sesuai dengan rumus pada metode faktor kepastian. c. Bentuk Aturan 3 Pada bentuk aturan yang ketiga, premis-premis dalam antecedent dan consequent bukan merupakan himpunan fuzzy, tetapi CF pada consequent berupa himpunan fuzzy. IF A and B THEN C, CF(y) is CF Pada bentuk ini, nilai kepastian dari aturan tersebut akan diperoleh dengan menggunakan aturan perhitungan metode CF. CF paralel diperoleh dengan mengambil nilai minimum dari faktor kepastian premis A dan premis B sebagai berikut. CF(x) = min(cf(a), CF(b)) CF sekuensial dihitung sesuai dengan rumus pada metode faktor kepastian, dimana nilai CF(y) diperoleh dengan menentukan derajat keanggotaan dari CF(y) dalam himpunan fuzzy CF. d. Bentuk Aturan 4 Pada bentuk aturan yang keempat, premis-premis dalam antecedent dan consequent merupakan himpunan fuzzy, dan CF pada consequent juga berupa himpunan fuzzy. IF a is A and b is B THEN c is C, CF(y) is CF Pada bentuk ini, nilai kepastian dari aturan tersebut akan diperoleh dengan menggunakan aturan perhitungan metode CF. CF paralel diperoleh dengan mengambil nilai minimum dari derajat keanggotaan a is A dan b is B sebagai berikut. CF(x) = min( A [a], B [b]) CF sekuensial dihitung sesuai dengan rumus pada metode faktor kepastian, dimana nilai CF(y) diperoleh dengan menentukan derajat keanggotaan dari CF(y) dalam himpunan fuzzy CF. 4. Contoh Kasus 4.1. Teorema Bayes Asumsikan bahwa ruang hipotesis dan ruang evidence untuk masalah diagnosa medis seperti pada gambar 2 berikut[1]. Gambar 2. Ruang Hipotesis dan Ruang Evidence Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 35

8 Aturan yang diberikan menyajikan tentang hubungan sebab akibat diantara ruang evidence dan ruang hipotesis dengan beberapa probabilitas kondisi. Rule 1: IF symptoms are F(P(F/T) = 0.9), HBA (P(HBA/T) = 0.6) THEN the Patient hopefully bears T Rule 2: IF symptoms are F(P(F/GM) = 0.8), R(P(R/GM) = 0.7), HBA (P(HBA/GM) = 0.8) THEN the Patient hopefully bears GM Rule 3: IF symptoms are F(P(F/CP) = 0.9), R(P(R/CP) = 0.9), HBA (P(HBA/CP) = 0.6) THEN the Patient hopefully bears CP Tentukan probabilitas penyakit yang diderita oleh seorang pasien, jika penyakit yang diderita ditentukan dari probabilitas tertinggi! Solusi: Langkah 1 : Menghitung probabilitas seorang pasien menderita penyakit T P(T F,HBA) = P(T) * P(F T) * P(HBA T) = 0.2 * 0.9 * 0.6 = Langkah 2 : Menghitung probabilitas seorang pasien menderita penyakit GM P(GM F,R,HBA) = P(GM) * P(F GM) * P(R GM) * P(HBA GM) = 0.3 * 0.8 * 0.7 * 0.8 = Langkah 3 : Menghitung probabilitas seorang pasien menderita penyakit CP P(CP F,R,HBA) = P(CP) * P(F CP) * P(R CP) * P(HBA CP) = 0.5 * 0.9 * 0.9 * 0.6 = Dari langkah 1 sampai 3 dengan menghitung probabilitas penyakit T, GM dan CP terhadap gejala F, R dan GM diperoleh probabilitas tertinggi yaitu penyakit CP (Chicken Pox), sehingga sistem akan memberikan informasi kepada pasien (pengguna) bahwa pasien menderita penyakit Chicken Pox dengan probabilitas Teori Dempster-Shaffer Untuk contoh kasus dengan teori Dempster-Shaffer, akan digunakan asumsi untuk ruang hipotesis dan ruang evidence seperti pada gambar 2. Ada tiga penyakit yang mungkin diderita oleh seorang pasien berdasarkan gejala F, yaitu penyakit T, GM dan CP. Asumsikan diketahui nilai kepercayaan F sebagai gejala dari penyakit T, GM dan CP adalah: m1{t,gm,cp} = 0.7 m1{θ} = = 0.3 Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 36

9 Kemudian, muncul gejala baru yaitu High Body Ache (HBA) yang merupakan gejala dari penyakit F (Flu), T dan GM, dengan nilai kepercayaan yaitu: m2{f,gm,cp} = 0.8 m2{θ} = = 0.2 Maka, tentukanlah penyakit apa yang diderita si pasien berdasarkan gejala F dan HBA tersebut! Solusi: Munculnya gejala HBA mengharuskan untuk menghitung densitas baru (m3) untuk beberapa kombinasi m1 dan m2. Langkah 1 : Membuat tabel aturan kombinasi untuk m3 {T,GM,CP } {F,GM,CP} (0.8) (0.2 ) (0.7) {GM,CP} (0.56) {T,GM,CP} (0.1 4) (0.3) {F,GM,CP} (0.24) (0.0 6) Langkah 2 : Menghitung nilai untuk m3 m3{gm,cp } = 0.56/(1 0) = 0.56/1 = 0.56 m3{f,gm,cp}= 0.24/(1-0) = 0.24/1 = 0.24 m3{t,gm,cp}= 0.14/(1-0) = 0.14/1 = 0.14 m3{θ} = 0.06/(1-0) = 0.06/1 = 0.06 Dari hasil perhitungan diatas, terlihat bahwa, pada mulanya dengan hanya adanya gejala F, m{t,gm,cp) bernilai 0.7; namun setelah adanya gejala baru yaitu HBA, maka nilai m{t,gm,cp} menjadi Demikian juga halnya dengan hanya adanya gejala HBA, m{f,gm,cp} bernilai 0.8; namun setelah ada gejala yaitu F, maka nilai {F,GM,CP} menjadi Dengan adanya dua gejala yaitu F dan HBA, nilai densitas yang paling kuat adalah m{gm,cp} yaitu sebesar 0.56, sehingga sistem akan memberikan informasi kepada pasien (pengguna) bahwa pasien menderita penyakit GM dan CP dengan nilai densitas Faktor Kepastian Untuk contoh kasus dengan faktor kepastian, akan digunakan asumsi untuk ruang hipotesis dan ruang evidence seperti pada gambar 2, tetapi dengan aturan sebagai berikut. Rule 1: IF symptoms are F, CF: 0.9 and HBA, CF: 0.6 THEN the Patient hopefully bears T, CF: 0.8 Rule 2: IF the Patient bears T and R, CF: 0.7 THEN the Patient hopefully bears CP, CF:0.6 Rule 3: IF the Patient bears T and R, CF: 0.9 THEN the Patient hopefully bears CP, CF: 0.8 Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 37

10 Tentukan nilai kemungkinan seorang pasien menderita penyakit CP! Solusi: Langkah 1 : Menghitung CF Paralel dan CF Sekuensial Rule 1 CF Paralel = Min(CF(F), CF(HBA)) = Min(0.9; 0.6) = 0.6 CF Sekuensial = CF Paralel * CF Pakar = 0.6 * 0.8 = 0.48 CF Sekuensial ini menunjukkan besarnya derajat kepercayaan terhadap kesimpulan seorang pasien menderita penyakit T. Langkah 2 : Menghitung CF Paralel dan CF Sekuensial Rule 2 CF Paralel = Min(CF(T), CF(R)) = Min(0.48; 0.7) = CF Sekuensial = CF Paralel * CF Pakar = * 0.6 = CF Sekuensial ini menunjukkan besarnya derajat kepercayaan terhadap kesimpulan seorang pasien menderita penyakit CP. Langkah 3 : Menghitung CF Paralel dan CF Sekuensial Rule 3 CF Paralel = Min(CF(T), CF(R)) = Min(0.48; 0.9) = CF Sekuensial = CF Paralel * CF Pakar = * 0.8 = CF Sekuensial ini menunjukkan besarnya derajat kepercayaan terhadap kesimpulan seorang pasien menderita penyakit CP. Langkah 4 : Berdasarkan aturan yang ada, ada dua aturan yang menghasilkan kesimpulan bahwa seorang pasien menderita penyakit CP, sehingga harus dicari nilai CF Gabungan dari kedua aturan tersebut. Karena CF(Rule 1) > 0 dan CF(Rule 2) > 0, maka: CF(x,y) = CF(x) + CF(y) (CF(x)*CF(y)) = (0.2016*0.3456) = = = Berdasarkan nilai CF Gabungan yang diperoleh pada langkah 4 maka sistem akan memberikan informasi kepada pasien (user) bahwa pasien menderita penyakit Chicken Pox dengan derajat kepercayaan sebesar 0.48 atau 48%. Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 38

11 4.4. Logika Fuzzy Untuk contoh kasus dengan logika fuzzy, akan digunakan asumsi untuk ruang hipotesis dan ruang evidence seperti pada gambar 2, tetapi dengan aturan sebagai berikut. Rule 1: IF symptoms are F is high and R is high and HBA is high THEN the Patient hopefully bears CP is high Rule 2: IF symptoms are F is high and R is very high and HBA is high THEN the Patient hopefully bears CP is very high Tentukan nilai kemungkinan seorang pasien menderita penyakit CP jika pasien memberikan nilai untuk gejala yang dirasakannya sebagai berikut: Gejala F : 60 Gejala R : 70 Gejala HBA : 55 Solusi: Langkah 1 : Pemodelan Variabel dan Himpunan Fuzzy Asumsikan metode penalaran yang digunakan adalah metode Mamdani. Ada empat variabel fuzzy yang akan dimodelkan yaitu gejala F, gejala R, gejala HBA dan penyakit CP, dengan tiga himpunan fuzzy, yaitu: Low (L) : 0-50 High (H) : Very High (VH) : Representasi kurva dari variabel fuzzy tersebut dapat dilihat pada gambar 3 berikut. Fungsi keanggotaannya adalah: Gambar 3. Representasi Kurva Himpunan Fuzzy µ(l) = µ(h) = µ(vh) = 1; x < 25 (50 x)/25; 25 x 50 (x 25)/50; 25 x 50 1; 50 (75 x)/25; 50 x 75 (x 50)/25; 50 x 75 x 75 1; Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 39

12 Langkah 2 : Perhitungan nilai fungsi keanggotaan untuk gejala F pada himpunan High dan Very High µ FH [60] = (75 x) / 25 = (75 60)/25 = 15/25 = 0.6 µ FVH [60] = (x 50) / 25 = (60 50)/25 = 10/25 = 0.4 Perhitungan nilai fungsi keanggotaan untuk gejala R pada himpunan High dan Very High µ RH [70] = (75 x) / 25 = (75 70)/25 = 5/25 = 0.2 µ RVH [70] = (x 50) / 25 = (70 50)/25 = 20/25 = 0.8 Perhitungan nilai fungsi keanggotaan untuk gejala HBA pada himpunan High dan Very High µ HBAH [55] = (75 x) / 25 = (75 55)/25 = 20/25 = 0.8 µ HBAVH [55] = (x 50) / 25 = (55 50)/25 = 5/25 = 0.2 Langkah 3 : Perhitungan fungsi implikasi untuk setiap aturan dengan fungsi MIN α-predikat1 = min(µ FH [60], µ RH [70], µ HBAH [55] = min(0.6; 0.2; 0.8) = 0.2 α-predikat2 = min(µ FH [60], µ RVH [70], µ HBAH [55] = min(0.6; 0.8; 0.8) = 0.6 Langkah 4 : Berdasarkan hasil perhitungan fungsi implikasi dari tiap aturan, maka dilakukan komposisi aturan dengan metode MAX sehingga hasilnya seperti pada gambar 4. Gambar 4 Hasil Komposisi Aturan Pada gambar terlihat bahwa daerah hasil terbagi menjadi tiga yaitu A1, A2, dan A3. Selanjutnya, titik a1 dan a2 dicari dengan cara berikut. Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 40

13 (a1 25)/50 = 0.2 a1 = 35 (a2 25)/50 = 0.6 a2 = 55 Dengan demikian, fungsi keanggotaan untuk hasil komposisi ini adalah: µ(z) = 0.2 z < 35 (z 25)/50; 35 z z > 55 Langkah 5 : Metode penegasan yang digunakan adalah metode centroid M1= (0.2)z dz = 0.1z 2 = M2= (z-25)/50 z dz = (0.02z 2-0.5z) dz = z z 2 = M3= (0.6)z dz = 0.3z 2 = Kemudian, luas setiap daerah dihitung. A1 = 35*0.2 = 7 A2 = ( )*(55-35)/2 = 8 A3 = (75-55)*0.6 = 12 Selanjutnya, titik pusat dapat diperoleh dari: z = = Berdasarkan nilai titik pusat yang diperoleh pada langkah 5 maka sistem akan memberikan informasi kepada pasien (pengguna) bahwa pasien menderita penyakit Chicken Pox dengan derajat kepercayaan sebesar 47.4%. 5. Kesimpulan Permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali melibatkan pengetahuan yang tidak lengkap, sehingga untuk memperoleh solusi bagi permasalahan tersebut tidak dapat dilakukan dengan menggunakan aturan yang bersifat pasti. Kecerdasan buatan sebagai ilmu dasar bagi pengembangan sistem cerdas diharapkan dapat memberikan solusi tentang cara menangani masalah ketidakpastian dan kesamaran yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa metode yang sering digunakan untuk menangani masalah ini adalah dengan menggunakan teknik probabilitas, faktor kepastian dan logika fuzzy. Teorema Bayes dan Teori Dempster-Shafer merupakan bagian dari teknik probabilitas yang mampu menangani masalah ketidakpastian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan menekankan pada konsep probabilitas hipotesis dan evidence pada teorema Bayes, dan konsep beliefe dan plausability Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 41

14 pada teori Dempster-Shafer. Pada metode dengan faktor kepastian menekankan pada nilai kepercayaan yang diberikan oleh seorang pengguna terhadap evidence-evidence yang ada dan nilai kepercayaan yang diberikan oleh seorang pakar terhadap aturan-aturan yang ada. Pada metode dengan logika fuzzy menekankan pada derajat keanggotaan dari suatu evidence pada suatu himpunan fuzzy sehingga mampu menangani masalah kesamaran. Mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, maka penggunaan satu metode saja dianggap kurang mampu memberikan solusi yang diharapkan sehingga metode-metode yang ada bisa dikombinasikan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga diharapkan mampu menyelesaikan masalah dengan lebih baik. 6. Daftar Pustaka [1] Amit Konar. Artificial Intelligence and Soft Computing Behavioral and Cognitive Modelling of the Human Brain. Washington DC: CRC Press [2] Joseph Giarratano, Gary Riley. Expert Systems Principles and Programming Third Edition. PWS Publishing Company [3] Kusrini. Aplikasi Sistem Pakar. Yogyakarta: ANDI Offset [4] Sri Kusumadewi. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu [5] Sri Kusumadewi. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu [6] Stuart Russell, Peter Norvig. Artificial Intelligence A Modern Approach. New Jersey: Prentice Hall Metode Ketidakpastian dan Kesamaran... (Putu Manik Prihatini) 42

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Pendahuluan Alasan digunakannya Logika Fuzzy Aplikasi Himpunan Fuzzy Fungsi keanggotaan Operator Dasar Zadeh Penalaran Monoton Fungsi Impilkasi Sistem Inferensi Fuzzy Basis Data Fuzzy Referensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjurusan di SMA Sepanjang perkembangan Pendidikan formal di Indonesia teramati bahwa penjurusan di SMA telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai sekarang,

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT Kusrini STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara Condong Catur Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER Aprilia Sulistyohati, Taufiq Hidayat Laboratorium Sistem Informasi dan Perangkat Lunak Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER 1 Yasidah Nur Istiqomah (07018047), 2 Abdul Fadlil (0510076701) 1 Program Studi Teknik Informatika 2 Program

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT. KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT Kusrini 1 1 STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara Condong Catur Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Data Persediaan dan Jumlah Permintaan Ria Rahmadita Surbakti 1), Marlina Setia Sinaga 2) Jurusan Matematika FMIPA UNIMED riarahmadita@gmail.com

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima Sistem Berbasis Pengetahuan LOGIKA FUZZY Kelompok Rhio Bagus P 1308010 Ishak Yusuf 1308011 Martinus N 1308012 Cendra Rossa 1308013 Rahmat Adhi 1308014 Chipty Zaimima 1308069 Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

SISTEM DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE CEERTAINTY FACTOR

SISTEM DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE CEERTAINTY FACTOR SISTEM DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE CEERTAINTY FACTOR Budi Cahyo Saputro (1) Rosa Delima (2) Joko Purwadi (3) blacs_mamba@yahoo.com rosa@ukdw.ac.id jokop@ukdw.ac.id Abstraksi

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI)

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI) APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI) 1Venny Riana Agustin, 2 Wahyu H. Irawan 1 Jurusan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB

SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB JURNAL MATRIX VOL. 3, NO. 1, MARET 2013 39 SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB I Ketut Suwintana Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran Bali Telp. +62 361 701981 Abstrak:.Logika

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY oleh: 1 I Putu Dody Lesmana, 2 Arfian Siswo Bintoro 1,2 Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik

Lebih terperinci

CERTAINTY FACTOR UTHIE

CERTAINTY FACTOR UTHIE CERTAINTY FACTOR UTHIE Pengetahuan di dalam sistem pakar yang direpresentasikan dengan menggunakan CF diekspresikan dalam seperangkat aturan yang memiliki format : IF evidence THEN hipotesa (CFrule =.)

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN Agung Saputra 1), Wisnu Broto 2), Ainil Syafitri 3) Prodi Elektro Fakultas Teknik Univ. Pancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta, 12640 Email: 1) agungsap2002@yahoo.com

Lebih terperinci

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG Nurmahaludin (1), Gunawan Rudi Cahyono (1) mahaludin@poliban.ac.id (1),

Lebih terperinci

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

BAB 2 2. LANDASAN TEORI BAB 2 2. LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan mengenai logika fuzzy yang digunakan, himpunan fuzzy, penalaran fuzzy dengan metode Sugeno, dan stereo vision. 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu

Lebih terperinci

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEPRIBADIAN SISWA BERDASARKAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI MI MIFTAHUL ULUM GONDANGLEGI MALANG) Wildan Hakim, 2 Turmudi, 3 Wahyu H. Irawan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI Hilda Lutfiah, Amar Sumarsa 2, dan Sri Setyaningsih 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI Much. Djunaidi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: joned72@yahoo.com

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan sistem yang kompleks. Logika fuzzy memberikan rangka kerja yang kuat dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004)

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004) BAB IV METODOLOGI 4.1 Sistem Pengoperasian Waduk. Tujuan di bangun suatu sistem waduk sangat mempengaruhi strategi pengoperasian sistem waduk yang bersangkutan. Dalam mengembangkan model optimasi pengoperasian

Lebih terperinci

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 543 555. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN PELAYANAN, HARGA DAN KUALITAS MAKANAN MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI (Studi Kasus pada Restoran Cepat Saji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Game dan Video Game Menurut kamus Cambridge Advanced Learner Dictionary, game adalah sebuah aktivitas menghibur dan menyenangkan yang dimainkan oleh anak anak. Sedangkan video

Lebih terperinci

KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY. Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno

KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY. Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno CARA KERJA LOGIKA FUZZY MELIPUTI BEBERAPA TAHAPAN BERIKUT : 1. Fuzzyfikasi 2. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (rule dalam bentuk if..then).

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan)

PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan) PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan) Komang Wahyudi Suardika 1, G.K. Gandhiadi 2, Luh Putu Ida Harini 3 1 Program

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN

LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN FUNGSI KEANGGOTAAN (Membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai/derajat keanggotaannya yang memiliki interval

Lebih terperinci

MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PROMOSI KARYAWAN

MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PROMOSI KARYAWAN Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 202 MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PROMOSI KARYAWAN Ghofar Taufiq AMIK Bina Sarana Informatika Jakarta Jl. Kramat Raya

Lebih terperinci

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI Nofriadi * 1), Havid Syafwan 2) 1) Program Studi Sistem Informasi, STMIK Royal Kisaran Jl. Prof. M. Yamin 173 Kisaran, Sumatera

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS CABE MERAH VARIETAS HOT BEAUTY DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSUKAMOTO

PENENTUAN KUALITAS CABE MERAH VARIETAS HOT BEAUTY DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSUKAMOTO PENENTUAN KUALITAS CABE MERAH VARIETAS HOT BEAUTY DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSUKAMOTO oleh TAUFIQ HANIF TRI SUSELO M0107017 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Nama Mata Kuliah : Kecerdasan Buatan Kode Mata Kuliah : TI 037 Bobot Kredit : 3 SKS Semester Penempatan : VI Kedudukan Mata Kuliah : Mata Kuliah Keahlian Berkarya Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. Di dalam bidang kecerdasan buatan, termasuk

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen

Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen Dwi Rolliawati Fakultas Ilmu Komputer, Sistem Komputer, Universitas Narotama dwi.roliawati@narotama.ac.id Abstrak Dosen sebagai pendidik

Lebih terperinci

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR Seminar Nasional Informatika 23 (semnasif 23) ISSN: 979-2328 UPN Veteran Yogyakarta, 8 Mei 23 FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR Sundari Retno Andani ) ) AMIK Tunas Bangsa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI 1 BIREUEN

PENGGUNAAN SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI 1 BIREUEN Saintia Matematika Vol. 1, No. 3 (2013), pp. 233 247. PENGGUNAAN SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI 1 BIREUEN Zati Azmiana, Faigiziduhu Bu ulolo, dan Partano Siagian Abstrak.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) PMDK adalah salah satu program penerimaan mahasiswa baru yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. Sesuai dengan

Lebih terperinci

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI Ahmad Mufid Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Dr. Ade Gafar Abdullah JPTE-UPI

LOGIKA FUZZY. Dr. Ade Gafar Abdullah JPTE-UPI LOGIKA FUZZY Dr. Ade Gafar Abdullah JPTE-UPI Introduction Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelegent) yang mengemulasi kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH KECERDASAN BUATAN SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH AMARILIS ARI SADELA (E1E1 10 086) SITI MUTHMAINNAH (E1E1 10 082) SAMSUL (E1E1 10 091) NUR IMRAN

Lebih terperinci

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Himpunan Fuzzy Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Outline Himpunan CRISP Himpunan Fuzzy Himpunan CRISP Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan A, yang

Lebih terperinci

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian Helen Sastypratiwi 1, Fatma Agus Setyaningsih 2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Jl. Ahmad Yani,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit dan Kelamin Dengan Metode Certainty Factor dan Fuzzy Logic

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit dan Kelamin Dengan Metode Certainty Factor dan Fuzzy Logic Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit dan Kelamin Dengan Metode Certainty Factor dan Fuzzy Logic I Putu Bayu Krisnawan I Ketut Gede Darma Putra I Putu Agung Bayupati Jurusan Teknologi Informasi Fakultas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC DALAM MENENTUKAN PENDUDUK MISKIN (STUDI KASUS PADA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PAGARALAM)

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC DALAM MENENTUKAN PENDUDUK MISKIN (STUDI KASUS PADA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PAGARALAM) IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC DALAM MENENTUKAN PENDUDUK MISKIN (STUDI KASUS PADA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PAGARALAM) Junius_Effendi* Email : Cyberpga@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperlajari

Lebih terperinci

Proses Pendiagnosaan Penyakit Menggunakan Logika Fuzzy Dengan Metode Mamdani

Proses Pendiagnosaan Penyakit Menggunakan Logika Fuzzy Dengan Metode Mamdani JURNAL SAINTIFIK VOL.3 NO. 2, JULI 2017 Proses Pendiagnosaan Penyakit Menggunakan Logika Fuzzy Dengan Metode Mamdani Darmawati Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sulawesi Barat; e-mail: dharmawangs89@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN:

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN: PENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MENENTUKAN MAHASISWA BERPRESTASI DI STMIK CIKARANG MENGGUNAKAN JAVA NETBEANS DAN MYSQL Ema Dili Giyanti 1), Ali Mulyanto 2) 1) Program Studi Teknik Informatika, STMIK Cikarang

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY MAMDANI UNTUK MENENTUKAN HARGA GABAH

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY MAMDANI UNTUK MENENTUKAN HARGA GABAH IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY MAMDANI UNTUK MENENTUKAN HARGA GABAH Reino Adi Septiawan Program Studi Teknik Informatika S1 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang Email : a11.2009.04948@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Luh Kesuma Wardhani, Elin Haerani Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SUSKA Riau

Lebih terperinci

Metode Fuzzy. Analisis Keputusan TIP FTP UB

Metode Fuzzy. Analisis Keputusan TIP FTP UB Metode Fuzzy Analisis Keputusan TIP FTP UB Pokok Bahasan Pendahuluan Logika Klasik dan Proposisi Himpunan Fuzzy Logika Fuzzy Operasi Fuzzy Contoh Pendahuluan Penggunaan istilah samar yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

PEMODELAN SISTEM FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB PEMODELAN SISTEM FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB Afan Galih Salman Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Bina Nusantara University Jln. K.H. Syahdan No 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 asalman@binus.edu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 7 terboboti dari daerah output fuzzy. Metode ini paling dikenal dan sangat luas dipergunakan. First of Maxima (FoM) dan Last of Maxima (LoM) Pada First of Maxima (FoM), defuzzifikasi B( y) didefinisikan

Lebih terperinci

Penentuan Jumlah Produksi Kue Bolu pada Nella Cake Padang dengan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno

Penentuan Jumlah Produksi Kue Bolu pada Nella Cake Padang dengan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno Penentuan Kue Bolu pada Nella Cake Padang dengan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno Shenna Miranda #1, Minora Longgom Nasution *2, Muhammad Subhan #3 #1 Student of Mathematics department State University

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR Aswita Andini Dea Fani Aneke Putri Jurusan Sistem Informasi STMIK PALCOMTECH Palembang Abstrak Sistem pakar untuk diagnosa penyakit

Lebih terperinci

KETIDAKPASTIAN. 4.1 PROBABILITAS DAN TEOREMA BAYES Bentuk Th. Bayes:

KETIDAKPASTIAN. 4.1 PROBABILITAS DAN TEOREMA BAYES Bentuk Th. Bayes: KETIDAKPASTIAN 4 Pada bagian terdahulu kita telah mempelajari teknik penalaran dengan model yang sangat lengkap dan konsisten. Namun, pada kenyataannya, banyak masalah di dunia ini yang tidak dapat dimodelkan

Lebih terperinci

KETIDAKPASTIAN MATERI KULIAH Kecerdasan Buatan Kecerdasan

KETIDAKPASTIAN MATERI KULIAH Kecerdasan Buatan Kecerdasan KETIDAKPASTIAN MATERI KULIAH Kecerdasan Buatan Pokok Bahasan Penalaran Non Monoton Probabilitas & Theorema Bayes Faktor Kepastian (Certainty Factor) Teori Dempster Shafer Penalaran Non Monoton Ingat kembali

Lebih terperinci

INFERENSI DENGAN KETIDAKPASTIAN. PERTEMUAN 9 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

INFERENSI DENGAN KETIDAKPASTIAN. PERTEMUAN 9 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom INFERENSI DENGAN KETIDAKPASTIAN PERTEMUAN 9 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat menerapkan inferensi dengan ketidakpastian dalam Sistem Intelegensia Materi Bahasan Gambaran

Lebih terperinci

FUZZY INFERENCE SYSTEM DENGAN METODE TSUKAMOTO SEBAGAI PEMBERI SARAN PEMILIHAN KONSENTRASI (STUDI KASUS: JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UII)

FUZZY INFERENCE SYSTEM DENGAN METODE TSUKAMOTO SEBAGAI PEMBERI SARAN PEMILIHAN KONSENTRASI (STUDI KASUS: JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UII) FUZZY INFERENCE SYSTEM DENGAN METODE TSUKAMOTO SEBAGAI PEMBERI SARAN PEMILIHAN KONSENTRASI (STUDI KASUS: JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UII) Arkham Zahri Rakhman 1, Helmanatun Nisa Wulandari 2, Geralvin Maheswara

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY. Wilis Kaswidjanti. Abstrak

SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY. Wilis Kaswidjanti. Abstrak Jurnal Teknik Elektro Vol. No. Juli - Desember 0 9 SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY Wilis Kaswidjanti Abstrak Salah satu cara untuk menangani ketidakpastian pada bidang sistem pakar dapat

Lebih terperinci

PREDIKSI PERMINTAAN PRODUK MIE INSTAN DENGAN METODE FUZZY TAKAGI-SUGENO

PREDIKSI PERMINTAAN PRODUK MIE INSTAN DENGAN METODE FUZZY TAKAGI-SUGENO PREDIKSI PERMINTAAN PRODUK MIE INSTAN DENGAN METODE FUZZY TAKAGI-SUGENO Ahmad Bahroini 1, Andi Farmadi 2, Radityo Adi Nugroho 3 1,2,3Prodi Ilmu Komputer FMIPA UNLAM Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY Hafsah, Heru Cahya Rustamaji, Yulia Inayati Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. Babarsari No 2 Tambakbayan Yogyakarta

Lebih terperinci

Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Permintaan dan Persediaan Dengan Logika Fuzzy Menggunakan Metode Mamdani

Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Permintaan dan Persediaan Dengan Logika Fuzzy Menggunakan Metode Mamdani Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Permintaan dan Persediaan Dengan Logika Fuzzy Menggunakan Metode Mamdani Anitaria Simanullang 1), Marlina Setia Sinaga 2) Jurusan Matematika FMIPA UNIMED anitaria.simanullang@gmail.com

Lebih terperinci

PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENALARAN FUZZY Digunakan untuk menghasilkan suatu keputusan tunggal / crisp saat defuzzifikasi Penggunaan akan bergantung

Lebih terperinci

Rima Ayuningtyas NIM Jurusan Teknik Informatika, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang

Rima Ayuningtyas NIM Jurusan Teknik Informatika, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Jenis Budidaya Ikan Dengan Mengukur Kualitas Air Menggunakan Metode Fuzzy Tsukamoto (Studi Kasus : Balai Benih Ikan di Pengujan Kabupaten Bintan) Rima Ayuningtyas

Lebih terperinci

Perekrutan Karyawan Tetap Dengan Fuzzy Inference System Metode Mamdani

Perekrutan Karyawan Tetap Dengan Fuzzy Inference System Metode Mamdani BINA INSANI ICT JOURNAL, Vol.3, No. 2, Desember 2016, 279-290 ISSN: 2355-3421 (Print) ISSN: 2527-9777 (Online) 279 Perekrutan Karyawan Tetap Dengan Fuzzy Inference System Metode Mamdani Ghofar Taufik 1,*

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA

IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA Subhan Hartanto Sistem Informatika, Universitas Pembangunan Panca Budi Jl. Jend Gatot Subroto, Simpang Tj., Medan Sunggal, Kota Medan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Permintaan 2.1.1 Pengertian Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Nesi Syafitri. N Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 3,

Lebih terperinci

Menentukan Harga Beras Sesuai Mutu Kualitas Beras dengan Logika Fuzzy Mamdani

Menentukan Harga Beras Sesuai Mutu Kualitas Beras dengan Logika Fuzzy Mamdani SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 T - 13 Menentukan Harga Beras Sesuai Mutu Kualitas Beras dengan Logika Fuzzy Mamdani Ghulam Abdul Malik, Agus Maman Abadi Prodi Matematika, Universitas

Lebih terperinci

Sistem Pakar Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis Web

Sistem Pakar Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis Web Sistem Pakar Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis Web Sri Yastita 1, Yohana Dewi Lulu 2, Rika Perdana Sari 3 Politeknik Caltex Riau e-mail yastitas@yahoo.com,ydlulu@gmail.com

Lebih terperinci

Logika Himpunan Fuzzy

Logika Himpunan Fuzzy Logika Himpunan Fuzzy 1 Fungsi Keanggotaan untuk crisp logic True False 1 0 80F Panas Temperature f temperature >= 25C, Panas (1 atau Benar); f temperature < 25C, tidak Panas (0 atau Salah). Fungsi keanggotaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem 2.1.1 Definisi Sistem Menurut Mustakini (2009:34), Sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan dalam situasi tertentu. Sistem

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI 1209100023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO Ganjar Ramadhan Jurusan Teknik Informatika, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email : ganjar.ramadhan05@yahoo.com

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana Logika Fuzzy KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8 Entin Martiana 1 Kasus fuzzy dalam kehidupan sehari-hari Tinggi badan saya: Andi menilai bahwa tinggi badan saya termasuk tinggi Nina menilai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY FUZZY EXPERT SYSTEM FUZZY INFERENCE SYSTEM FUZZY REASONING Toto Haryanto MATA KULIAH SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY Domain Masalah Fuzzifikasi

Lebih terperinci