Sistem Pembelajaran Kontekstual: Membuat Pembelajaran Seni Musik Lebih Bermakna

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem Pembelajaran Kontekstual: Membuat Pembelajaran Seni Musik Lebih Bermakna"

Transkripsi

1 Sistem Pembelajaran Kontekstual: Membuat Pembelajaran Seni Musik Lebih Bermakna Oleh: Julia Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang Abstrak Dua topik yang dikaji dalam tulisan ini adalah relevansi antara prinsip pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran seni musik, dan relevansi antara komponen pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran seni musik. Melalui dua fokus kajian tersebut yang dipaparkan dengan metode deskriptif analitis dan diinterpretasi serta dimaknai dengan disandingkan pada teori-teori yang relevan, didapatkan hasil bahwa: 1) prinsip pembelajaran kontekstual memiliki relevansi yang jelas dengan pembelajaran seni musik, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran seni musik, dan 2) komponen pembelajaran kontekstual memiliki relevansi yang jelas pula dengan pembelajaran seni musik, sehingga cocok digunakan dalam pembelajaran seni musik. Kata kunci: pembelajaran, kontekstual, seni, musik. A. Pendahuluan Dalam pelaksanaan pembelajaran seni musik di sekolah dasar, jarang sekali guru yang membuat keterkaitan antara isi materi pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan peserta didik. Biasanya, pembelajaran hanya terfokus pada hasil yang ingin dicapai, seperti peserta didik mampu memainkan alat, peserta didik bisa menyanyikan lagu, peserta didik pintar menari, dan lain-lain. Pantas saja, setelah pembelajaran selesai, makna-makna penting yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan dan pengetahuan-pengetahuan yang tersembunyi di balik pembelajaran seringkali terabaikan. Kondisi tersebut memang telah lama berkembang, dan merupakan implikasi dari sebuah sistem pembelajaran tradisional yang dianut dan turun temurun dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, kita tidak bisa hanya menyalahkan salah satu pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran, karena keberhasilan dari pembelajaran antara lain disebabkan oleh eksistensi dan 1

2 cocoknya sistem pembelajaran yang digunakan. Sementara itu, komponen dalam sebuah sistem itu sangat beragam, sehingga, jika pembelajaran ingin berhasil sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, maka semua komponen yang ada mesti berkorelasi dan berfungsi dengan baik sesuai dengan proporsinya. Artinya, keberhasilan sebuah sistem ditentukan oleh kualitas kinerja komponen-komponen yang berada di dalamnya. Kita menyadari bahwa kelemahan pada sistem pembelajaran tidak hanya berimbas pada terganggunya kelancaran proses pembelajaran, tapi juga intisari pembelajaran itu sendiri yang menyangkut penggalian dan pemahaman maknamakna. Sebaliknya, kita pun tidak menyadari karena pada kenyataannya sistem yang ada seolah-olah sangat sempurna karena terus-menerus digunakan tanpa menggali lebih dalam aspek kebermaknaannya. Padahal, seyogianya pembelajaran penuh dengan makna-makna sehingga memiliki faedah yang jelas dan dapat digunakan atau direalisasikan baik dalam lingkungan akademik maupun lingkungan non akademik. Bahkan, sekarang sudah menjadi tuntutan bahwa dalam pembelajaran apapun teristimewa pembelajaran seni musik harus dibuat lebih bermakna. Untuk mengantisipasi pembelajaran seni musik supaya lebih bermakna, sebagai alternatif antara lain dapat dilakukan dengan cara menerapkan sistem pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) ke dalam proses pembelajarannya. Menurut Syaiful Sagala (2006:87), pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Ini merupakan sistem pembelajaran yang baru-baru ini banyak disosialisasikan dan digunakan oleh sebagian guru, dan memang dirancang sebagai suatu sistem yang mengutamakan aspek kebermaknaan dan berupaya untuk menggali makna-makna, menghubungkan makna-makna, dan mengaplikasikan makna-makna. Harapannya, peserta didik tidak hanya sebatas menguasai materi pelajaran yang diberikan di sekolah, namun 2

3 mereka juga mampu merasakan dengan cara mengalami, dan mampu memaknai dengan cara menghubung-hubungkan pengetahuan. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba untuk menawarkan penerapan sistem pembelajaran kontekstual dalam perspektif pembelajaran seni musik terutama di sekolah dasar dengan fokus kajian pada dua hal berikut. 1) bagaimana relevansi antara prinsip CTL dengan dengan pembelajaran seni musik? Dan 2) bagaimana relevansi antara komponen CTL dengan pembelajaran seni musik? Dua rumusan masalah tersebut dikaji dengan menggunakan metode deskriptif analitis dengan dibantu oleh interpretasi dan penafsiran yang disandingkan kepada teori-teori yang relevan. Harapannya, hasil kajian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kalangan guru musik di sekolah dasar, dan kalangan masyarakat luas pada umumnya. B. Konteks Teoretis Pembelajaran merupakan salah satu bentuk sistem, yakni yang dikatakan Benny A. Pribadi sebagai suatu entity atau keseluruhan yang memiliki komponenkomponen saling berinterfungsi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Pribadi, 2009:24). Karena dikatakan demikian, maka tak heran ketika komponen-komponen dalam pembelajaran tidak saling berinteraksi, atau tidak menjalankan fungsinya dengan baik, dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Maka dari itu, untuk memastikan bahwa sistem pembelajaran berjalan dengan baik, dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi hal-hal yang mencerminkan adanya eksistensi sebuah sistem. Banathy (dalam Pribadi, 2009:24), merumuskan empat karakter penting yang dapat mencerminkan eksistensi sebuah sistem, yakni sebagai berikut. Pertama, interdependent, yang mengandung makna bahwa setiap komponen yang terdapat dalam sebuah sistem memiliki ketergantungan untuk mencapai tujuan dan kinerja secara keseluruhan. Ini menegaskan bahwa dalam sebuah sistem yang baik, semua komponen saling membutuhkan dan saling menunjang terhadap kinerja atau fungsi yang dijalankannya. Karenanya, jika satu komponen mandul, maka komponen lain dapat terhambat kinerjanya. 3

4 Kedua, synergistic, yang berarti bahwa kinerja dari keseluruhan komponen yang terdapat dalam sebuah sistem akan berperan lebih optimal jika dibandingkan dengan kinerja setiap komponen yang bekerja secara masingmasing. Keharmonisan antar komponen merupakan kata kunci dalam poin ini. Artinya, dalam sebuah sistem yang baik, setiap komponen bekerjasama dengan harmonis demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga, dynamic, yang berarti bahwa sebuah sistem memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Ini mengisyaratkan bahwa untuk menjawab segala perubahan yang terjadi sesuai dengan perkembangan zaman, maka kecepatan adaptasi merupakan hal penting yang mesti dimiliki oleh sebuah sistem yang baik, sehingga pencapaian tujuan tidak terganggu gara-gara adanya perubahan yang menggerogoti kekuatan sistem. Keempat, cybernetic, yang berarti bahwa setiap elemen yang terdapat dalam sebuah sistem akan berkomunikasi secara efisien. Ini menjelaskan bahwa kekakuan berinteraksi antar komponen dapat mengakibatkan terganggunya fungsi komponen untuk membangun kekuatan yang utuh, karenanya, semua komponen mesti fasih dan lancar untuk menghidupkan komunikasi antar komponen. Dengan demikian, dapat diidentifikasi bahwa dalam pembelajaran seni musik pun, karakter yang dikatakan oleh Banathy di atas harus nampak. Itu sebagai salah satu indikator bahwa pembelajaran tersebut tertata baik, termenej, dan memiliki prosedur yang jelas dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, diharapkan peserta didik bukan hanya sebatas menerima materi yang ditransformasikan oleh guru, tapi juga mampu memahami dan menangkap makna yang terkandung dalam materi pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat menemukan keterkaitan antara materi yang diberikan dengan kehidupan nyata yang dialami. Salah satu sistem pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik mampu memahami dan menangkap makna yang terkandung di balik materi pelajaran yang diberikan, antara lain melalui penerapan pembelajaran kontekstual, atau biasa disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL). 4

5 Menurut pencipta sistem pembelajaran CTL, Elaine B. Johnson, ada delapan komponen yang terkandung dalam CTL, yakni membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti, bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik (Johnson, 2006:14). Dengan demikian, untuk membantu peserta didik dalam memahami makna dan membermaknakan pembelajaran seni musik, maka kedelapan komponen tersebut harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pembelajaran seni musik. C. Pembahasan Sistem CTL dalam Pembelajaran Seni Musik Untuk mengkaji ihwal penerapan sistem pembelajaran CTL dalam pembelajaran seni musik, setidaknya ada dua hal yang mesti menjadi panduan utama, yakni prinsip dalam sistem CTL yang harus selaras dengan pembelajaran seni musik, dan komponen sistem CTL yang mesti diterapkan dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya, mari kita mengkajinya berdasarkan dua hal tersebut. 1. Prinsip CTL dan Pembelajaran Seni Musik Dipaparkan oleh Johnson, bahwa ada tiga prinsip yang melandasi diciptakannya sistem pembelajaran CTL, antara lain prinsip kesalingbergantungan, prinsip diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri. Lantas, bagaimana keterkaitannya antara ketiga prinsip tersebut dengan sistem pembelajaran CTL, dan bagaimana pula keserasiannya dengan pembelajaran seni musik. Prinsip Kesaling-Bergantungan Johnson menjelaskan bahwa prinsip ini berorientasi pada pandangan, antara lain, menurut para ilmuwan modern, segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Segalanya, baik manusia maupun bukan manusia, benda hidup dan tidak hidup, terhubung satu dengan yang lainnya. Ini 5

6 menjelaskan bahwa semua objek yang diciptakan oleh Tuhan, semuanya memiliki kepentingan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga untuk menjalankan fungsinya semua objek saling memerlukan. Maka dari itu, dalam sistem pembelajaran CTL, konsep tersebut dijabarkan sebagai acuan para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik yang lainnya, dengan siswa-siswi mereka, dengan masyarakat, dan dengan bumi. Dengan kata lain, Johnson menjelaskan bahwa prinsip tersebut mendesak sekolah sebagai sebuah sistem kehidupan, dan bahwa bagian-bagian dari sistem itu-para siswa, para guru, koki, tukang kebun, tukang sapu, pegawai administrasi, sekretaris, sopir bus, orang tua, dan teman-teman masyarakat, berada dalam sebuah jaringan hubungan yang menciptakan lingkungan belajar. Dengan demikian, prinsip ini memiliki relevansi yang sesuai dengan pembelajaran seni musik, karena pada dasarnya seni musik merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan prinsip kesaling-bergantungan. Ini dapat dibuktikan melalui pertunjukan musik yang terdiri dari kelompok-kelompok atau berupa ensemble musik. Dalam pertunjukan tersebut semua pemain saling bergantung antara satu dengan yang lainnya untuk menciptakan keutuhan vokal dan musik yang harmonis, saling bergantung antara kualitas alat dan kualitas pemainnya untuk menghasilkan musik yang berkualitas, saling bergantung antara kualitas permainan dengan sound sistem untuk menghasilkan suara yang berkualitas, saling bergantung antara kualitas permainan dengan kualitas akustik gedung pertunjukan untuk menghasilkan bunyi yang menghanyutkan, dan saling bergantung antara keseriusan pemain dengan keseriusan apresiatornya untuk mencapai dan merasakan titik estetis pertunjukan. Prinsip Diferensiasi Johnson mengadopsi prinsip ini dengan merujuk pada dorongan terusmenerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, perbedaan, berlimpahan, dan keunikan. Ini menjelaskan bahwa alam tidak pernah membuat benda yang sama, sehingga ketika sesuatu ada, maka ada dengan 6

7 perbedaannya. Sekalipun memiliki persamaan, namun secara signifikan akan memiliki dan menampilkan perbedaan-perbedaan. Dalam sistem pembelajaran CTL, konsep tersebut digunakan untuk menciptakan perbedaan dan keragaman, menghasilkan keragaman yang tak terbatas, keunikan yang tak terbatas, dan penggabungan-penggabungan yang sangat banyak antara entitas-entitas yang berbeda dengan cara memajukan kreativitas, keragaman, keunikan, dan kerjasama. Dalam hal ini, kreativitas dan keaktifan menjadi bagian penting dari prinsip diferensiasi. Relevansi prinsip ini dengan pembelajaran seni musik, antara lain terletak pada aspek kreativitas yang merupakan kunci utama dalam berlayar di dunia seni. Kreativitas menyebabkan keunikan dan keragaman yang tak terbatas, seorang musisi atau komponis besar dikenal karena keunikan dalam karya musiknya yang cenderung berbeda dengan karya-karya musik yang telah ada. Bahkan, perbedaan telah menjadi hal mutlak dalam menciptakan suatu karya musik, karena yang berbedalah yang senantiasa menjadi panutan. Prinsip Pengaturan Diri Yang menjadi akar konseptual dari prinsip ini, menurut Johnson bahwa setiap entitas terpisah di alam semesta memiliki sebuah potensi bawaan, suatu kewaspadaan atau kesadaran yang menjadikannya sangat berbeda. Dalam prinsip ini segala sesuatunya diatur oleh diri sendiri, dipertahankan oleh sendiri, dan disadari oleh diri sendiri. Karenanya, pada dasarnya kita sekarang adalah konstruksi dari apa yang telah kita lakukan dan usahakan. Konsep pengaturan diri diimitasi ke dalam sistem pembelajaran CTL dengan tujuan agar para pendidik mendorong setiap peserta didik untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan dengan prinsip ini, sasaran utama sistem CTL adalah menolong para peserta didik mencapai keunggulan akademik, memperoleh keterampilan karir, dan mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan pribadinya. Dengan kata lain, ketika peserta didik menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, maka mereka 7

8 menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti. Keselarasannya dengan pembelajaran seni musik, bahwa seni musik merupakan salah satu bidang studi yang berupaya untuk menggiring peserta didik untuk mengenali potensi yang ada dalam diri mereka, sekaligus mengantarkan mereka pada titik puncak keterampilannya. Oleh sebab itu, tidaklah heran ketika kita menemukan anak-anak yang memiliki virtuositas luar biasa, karena ini merupakan bagian dari pendidikan seni musik yang bertugas sebagai pendorong supaya peserta didik mencapai ambang batas kemampuannya, dan membiarkannya tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya tersebut. Dalam arti, setelah mereka mengetahui ihwal potensi yang ada dalam dirinya, selanjutnya mereka yang punya pilihan untuk memutuskan, menilai, dan bertanggung jawab terhadap perilaku mereka seterusnya. Kesimpulannya, prinsip CTL juga berlaku untuk pembelajaran seni musik, karena seni musik memerlukan kesaling-bergantungan, menghargai perbedaan, dan keseriusan dalam mendisiplinkan diri. Maka dari itu, pembelajaran kontekstual dipandang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran seni musik, khususnya di tataran sekolah dasar. 2. Komponen CTL dan Pembelajaran Seni Musik Untuk melihat bagaimana sistem CTL dapat diterapkan dalam pembelajaran seni musik, mari kita mengkajinya dengan bersandar pada delapan komponen yang menjadi ciri khas dari sistem CTL. Artinya, apa yang mesti dilakukan dalam sistem CTL, maka harus dilakukan pula dalam pembelajaran seni musik. Dengan demikian, jika dalam sistem CTL peserta didik dapat memahami dan menangkap makna-makna, maka dalam pembelajaran seni musik yang menggunakan sistem CTL pun, peserta didik diharapkan mampu memahami dan menangkap makna-makna sesuai konteks pembelajaran. Kedelapan komponen CTL yang dirumuskan oleh Johnson, terangkum dalam poin-poin berikut ini. 8

9 a. Membangun Hubungan Untuk Menemukan Makna Johnson menjelaskan bahwa keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Yang dimaksud dengan keterkaitan di sini adalah mengaitkan antara isi mata pelajaran akademik dengan pengalaman peserta didik sehingga mereka menemukan makna. Johnson menuturkan bahwa pengaitan yang paling ampuh adalah pengaitan yang mengundang siswa untuk membuat pilihan, menerima tanggung jawab, dan memberikan hasil yang penting bagi orang lain. Dengan demikian, dalam pembelajaran seni musik pun, tugas guru adalah mengkondisikan pembelajaran agar mengarah pada terbentuknya hubungan antara isi materi dengan pengalaman peserta didik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman peserta didik, yakni sebagai berikut. 1) Ruang Kelas Tradisional Dalam cara ini, guru menghubungkan informasi baru dengan kehidupan siswa melalui berbagai cara yang penuh makna. Misalnya, guru menunjukan kepada peserta didik bahwa kecintaan Albert Einstein terhadap musik dan riset besar fisikanya, keduanya lahir dari sumber yang sama dan keduanya saling melengkapi 1. 2) Penambahan atau Penyisipan Mata Pelajaran yang Berbeda Cara ini memang telah lama dilakukan, namun penekanannya di sini adalah peserta didik dituntut untuk menemukan makna-makna yang tersembunyi di balik penyisipan puspa ragam mata pelajaran. Misalnya, ketika bidang studi seni musik disisipkan atau ditambahkan dengan bidang studi matematika, maka peserta didik harus dapat menemukan bahwa musik itu terdiri dari hitunganhitungan atau angka-angka yang terstruktur rapi. 1 Lihat Rose, C and Malcolm J. Nicholl. (2006). Accelerated Learning. Bandung: Nuansa. 9

10 3) Mata Pelajaran yang Saling Berhubungan Yang dimaksud di sini adalah mata pelajaran terpisah yang disatukan oleh materi yang saling melengkapi dan topik yang sama. Misalnya, bisa saja seorang guru bahasa Inggris memasukan unsur seni terhadap pembelajarannya, sehingga peserta didik dibawa untuk bernyanyi ketika mempelajari materi tertentu. Dan sebaliknya, bisa saja guru musik mengajarkan unsur musik seperti ritmik dengan menggunakan hitungan yang berbahasa Inggris. 4) Mata Pelajaran Terpadu Maksud terpadu di sini berarti mata pelajaran yang diciptakan dengan mengombinasikan satu atau disiplin ilmu yang berbeda. Dalam kelas terpadu, para siswa menemukan bahwa pengetahuan saling melengkapi dan terjalin, tidak ada batas, dan tidak ada perbedaan yang dibuat-buat. Ini berarti bahwa pelajaran seni musik mesti dikombinasikan dengan pelajaran lainnya. Contoh yang dapat diambil antara lain ketika guru membahas kebudayaan Sunda, maka peserta didik dihadapkan pada pembelajaran mengenai sejarah Sunda, pola sosial masyarakat Sunda, hukum adat Sunda, kesenian Sunda, dan lain-lain. Karena itulah mereka dituntut untuk memahami dan menemukan makna bahwa tidak ada batas atau sekat-sekat dalam ilmu pengetahuan, justru semuanya saling melengkapi. b. Pembelajaran Mandiri dan Kerjasama Pertama, dalam sistem belajar CTL pembelajaran mandiri didefinisikan sebagai suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang, biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna. Kedua, dalam sistem CTL, kerjasama merupakan komponen yang sangat penting dan dipandang dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. Dengan kerjasama, peserta didik lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk menghargai orang lain, mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan membangun 10

11 persetujuan bersama. Dalam pembelajaran seni musik, bermain gamelan, orkestra, dan paduan suara atau vokal grup, merupakan bukti nyata dari adanya kerjasama. Bahkan dalam semua kegiatan tersebut memerlukan keharmonisan di antara pemainnya, sehingga dapat menghasilkan karya musik yang berkualitas. Sementara itu, keharmonisan tidak akan terjalin tanpa adanya kontrol diri dan kemampuan untuk menghargai terhadap keterampilan orang lain. Maka dari itu, komponen kerjasama dalam CTL sangat sesuai dengan konsep pembelajaran seni musik. c. Berpikir Kritis dan Kreatif Pertama, berpikir kritis dijabarkan Johnson antara lain sebagai sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Maka dari itu, salah satu sasaran dalam pembelajaran seni musik seyogianya menjurus pada kemampuan tersebut, yakni mampu untuk mengevaluasi pendapat sendiri dan pendapat orang lain secara logis dan sistematis, dan dengan cara yang baik. Johnson menawarkan langkah-langkah untuk berpikir kritis sebagai berikut: (1) apa sebenarnya isu, masalah, keputusan, atau kegiatan sedang dipertimbangkan? (2) apa sudut pandangnya? (3) apa alasan yang diajukan? (4) asumsi-asumsi apa saja yang dibuat? (5) apakah bahasanya jelas? (6) apakah alasan didasarkan pada buktibukti yang meyakinkan? (7) kesimpulan apa yang ditawarkan? Dan (8) apakah implikasi dari kesimpulan-kesimpulan yang diambil? Dalam pembelajaran seni musik, berpikir kritis juga merupakan salah satu kemampuan yang mesti dikembangkan, bahkan telah menjadi sasaran dalam pengembangan intelektual dalam kurikulum saat ini, yakni dalam KTSP. Gunara (2008:8) menuturkan, untuk mengembangkan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran musik, adalah dengan pembelajaran yang berbasis pada konteks potensi siswa dan budaya (kontekstual). Maka dari itu, pembelajaran kontekstual adalah salah satu sistem pembelajaran yang memiliki keserasian dengan sasaran dalam pembelajaran seni musik. 11

12 Kedua, orang kreatif lahir dilengkapi kekuatan untuk membayangkan kemungkinan-kemungkinan di luar yang bisa dibayangkan oleh orang biasa, dan melihat hal-hal yang tak dilihat orang kebanyakan. Karya musik, merupakan contoh real dari kemampuan untuk melihat hal-hal yang tak dilihat oleh orang pada umumnya. Dengan kata lain, komponen ini juga merupakan salah satu komponen yang memang sangat diutamakan dalam pembelajaran seni musik, yakni mencetak manusia-manusia yang kreatif dan imajinatif. Karena pada dasarnya, musik dapat mendorong pembelajar pemula dan mampu meningkatkan kreativitas (Rouscher; Tarwiyah, 2009:212). d. Membantu Individu Untuk Tumbuh dan Berkembang Guru CTL menciptakan lingkungan belajar yang membantu murid tumbuh dan berkembang dengan mencontohkan perilaku yang benar dan sifat-sifat intelektual, sopan santun, rasa belas kasih, saling menghormati, rajin, disiplin diri, dan semangat belajar yang mereka harapkan dari siswanya. Situasi dan kondisi ini pula yang sangat diperlukan dalam pembelajaran seni musik. Apalagi musik mengajarkan kepada peserta didik ihwal konsep kehalusan rasa yang seyogianya berimplikasi pada kehalusan budi, sehingga konsep ini mesti tercermin dalam perilaku guru sehingga dapat ditiru pula oleh peserta didik. Dengan demikian, komponen CTL ini memiliki keserasian dengan pembelajaran seni musik. e. Mencapai Standar yang Tinggi Standar akademik atau standar muatan merupakan apa-apa yang harus diketahui dan dikuasai oleh seorang siswa setelah menyelesaikan sebuah tugas, kegiatan, tugas praktik, atau setelah duduk di kelas tertentu. Dengan demikian, kata standar memiliki arti yang sama dengan tujuan, kompetensi, tujuan akademik, dan hasil. Apabila sebuah standar muatan menuntut cukup banyak dan mewajibkan siswa bekerja keras, maka secara definisi standar tersebut termasuk standar tinggi. Dalam pembelajaran seni musik, sebuah praktek musik tidak dapat dilanjutkan manakala peserta didik belum bisa menguasainya dengan benar, sehingga menuntut keseriusan dan tambahan waktu belajar peserta didik dalam 12

13 mempelajari apa-apa yang telah dipelajari. Artinya, kerja keras sudah menjadi bagian yang wajib dilaksanakan oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran seni musik. Dengan demikian, komponen ini memiliki kesamaan konsep dengan pembelajaran seni musik. f. Menggunakan Penilaian Autentik Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari. Dalam bidang seni musik, cara penilaian ini dapat dibuktikan melalui pertunjukan musik, terutama dalam membuat komposisi musik baik dalam bentuk pertunjukkan musik saja, musik vokal, maupun musik iringan seperti mengiringi drama atau tarian. Dengan demikian, penilaian autentik telah menjadi bagian penting dalam pembelajaran seni musik. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) prinsip CTL memiliki relevansi yang jelas dengan pembelajaran seni musik, karena prinsip CTL yang terdiri atas kesaling-bergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri, juga terdapat dalam konsep pembelajaran seni musik. Bahkan, dengan penerapan pembelajaran kontekstual, prinsip tersebut dapat lebih terasa aplikasinya dalam pembelajaran seni musik. 2) komponen CTL juga memiliki relevansi yang jelas dengan pembelajaran seni musik, karena komponen CTL yang terdiri atas delapan komponen, yakni: membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti, bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik, juga terkandung dalam konsep pembelajaran seni musik, sehingga pembelajaran 13

14 kontekstual memiliki keserasian dengan pembelajaran seni musik, dan dapat membuat pembelajaran seni musik menjadi lebih bermakna. E. Pustaka Rujukan Gunara, Sandie. (2008). Konsep Pembelajaran Musik di Sekolah Umum, dalam Pendidikan Seni dan Perubahan Sosial Budaya. Bandung: Prodi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI. Johnson, Elaine. B. (2006). Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC. Pribadi, Benny. A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Rose, C and Malcolm J. Nicholl. (2006). Accelerated Learning. Bandung: Nuansa. Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta. Tarwiyah, Tuti. (2009). Pendidikan Anak Berbasis Budaya dan Multiple Intelligence, dalam Quo Vadis Seni Tradisional V: Meningkatkan Pemahaman Silang Budaya Melalui Pendidikan Seni. Bandung: Prodi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI. Makalah disajikan dalam seminar internasional yang bertema Improving The quality of Elementary Education to Build a Better Future Generation s Character pada prodi Pendidikan Dasar SPs UPI, 11 Desember

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual Judul : Contextual Teaching and Learning Penulis : Elane B. Johnson, Ph.D Penerbit : Mizan Learning Centre (MLC) Cetakan : Kedua, Januari 2007 Tebal : 349 Halaman Pendidikan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

Tentang Penulis - 7 Ucapan Terima Kasih - 9 Pengantar Penulis - 13 Pengantar A. Chaedar Alwasilah Mengapa Menggunakan CTL?

Tentang Penulis - 7 Ucapan Terima Kasih - 9 Pengantar Penulis - 13 Pengantar A. Chaedar Alwasilah Mengapa Menggunakan CTL? Tentang Penulis - 7 Ucapan Terima Kasih - 9 Pengantar Penulis - 13 Pengantar A. Chaedar Alwasilah - 17 1. Mengapa Menggunakan CTL? - 31 CTL: Berakar pada Sebuah Pandangan Baru - 31 Keterbatasan Pendidikan

Lebih terperinci

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI 30. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI KELAS: I Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan terarah dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNANETRA

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNANETRA - 230 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMPLB TUNANETRA KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK Kelas/Semesrter Tema Subtema Alokasi Waktuq : IV / 1 (Satu) : Indahnya Kebersamaan : Budaya Bangsaku : 1 X Pertemuan (6 JP) Kompetensi Inti : 3. Memahami pengetahuan faktual

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN Seni Rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Rudat merupakan jenis seni pertunjukan yang terdiri dari seni gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan kesenian. Kesenian merupakan pencitraan salah satu sisi realitas dalam lingkungan rohani jasmani

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA SMP ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII A di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SATUAN PELAJARAN: SMP KELAS : VIII KOMPETENSI INTI : KI 1 : Menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan mereka harus bisa hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya demi

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) Mata Pelajaran : an Agama Islam Semester : 1 (Satu) Kelas : III (Tiga) Jumlah KD : 9 (Sembilan) Standar Al Qur an 1. Mengenal kalimat dalam Al Qur an 1.1 Membaca kalimat dalam Al Qur an 1.2 Menulis kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk sosial yang selalu hidup bersama dan saling tergantung sama lainya. Di dunia ini, tidak ada satu pun manusia yang dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNADAKSA

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNADAKSA - 1437 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMPLB TUNADAKSA KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dilakukan melalui pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dilakukan melalui pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Upaya pemerintah dalam memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia antara lain dilakukan melalui pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sekarang ini. Penerapan pendidikan dalam kehidupan masyarakat yaitu agar terciptanya manusia yang memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan yang didapat dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dikaji dengan berbagai pendapat para ahli dan penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

B. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MUSIK SMALB AUTIS

B. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MUSIK SMALB AUTIS - 2008 - B. KOMPETENSI INTI DAN SENI MUSIK SMALB AUTIS KELAS : X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari generasi ke generasi berikutnya, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, nilai, moral maupun budaya dalam

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SATUAN PELAJARAN: SMP KELAS : KOMPETENSI INTI : KI 1 : Menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai perilaku

Lebih terperinci

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MUSIK SMALB TUNAGRAHITA

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MUSIK SMALB TUNAGRAHITA - 1167 - F. KOMPETENSI INTI DAN SENI MUSIK SMALB TUNAGRAHITA KELAS : X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

Lebih terperinci

Mendidik Melalui Seni

Mendidik Melalui Seni See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291830624 Mendidik Melalui Seni CONFERENCE PAPER OCTOBER 2009 DOI: 10.13140/RG.2.1.3608.6806

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1 Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pendidikan formal khususnya, dibutuhkan suatu pegangan atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MUSIK SMALB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MUSIK SMALB TUNANETRA - 384 - E. KOMPETENSI INTI DAN SENI MUSIK SMALB TUNANETRA KELAS : X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia

Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia 1 Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia Julia Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang ju82li@upi.edu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Oleh KARTIKA SANI A. PENGATAR Pendidikan karakter menjadi

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNARUNGU

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNARUNGU - 728 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMALB TUNARUNGU KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual Model belajar kontekstual merupakan salah satu model belajar yang umum dipakai di Indonesia. model ini menekankan semua guru untuk mengsinkronkan seluruh materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah

Lebih terperinci

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,

Lebih terperinci

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006 (SK) dan (KD) Mata Pelajaran Sumber: KTSP 2006 52. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan perkembangan pola pikir suatu negara. Hal tersebut dikarenakan pendidikan merupakan

Lebih terperinci

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SDLB TUNADAKSA

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SDLB TUNADAKSA - 1339 - L. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SDLB TUNADAKSA KELAS: I Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA TAHUN 2006 DAFTAR ISI Daftar Isi 1 I. PENDAHULUAN 2 A. Latar Belakang 2 B. Landasan

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNARUNGU

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNARUNGU - 618 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) 2.1.3.1 Hakikat Contextual Teaching and Learning Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian rebana merupakan salah satu kesenian yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu. Diperkirakan kesenian rebana masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih kepekaan dan keterampilan melalui media suara. Unsur-unsur musik menurut Jamalus (1998 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar merupakan sebagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak terlepas dari pembelajaran. Menurut Usman (2000:4), pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti bahwa musik menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam budaya yang merupakan ciri khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak melupakan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru dalam mengajar. Berbagai macam komponen-komponen dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. guru dalam mengajar. Berbagai macam komponen-komponen dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urgensi pendidikan di Indonesia saat ini begitu menarik untuk diperbincangkan, mulai dari perjalanan pemerintah mengubah kurikulum hingga pelatihan-pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membangun pembelajaran kreatif dalam sebuah proses pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK A. Pendahuluan Pendidikan seni musik bukanlah sekedar hiburan untuk memancing siswa menjadi semangat dalam belajar, seperti yang didengungkan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan membaca

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS ANALISIS DAN SINTESIS Analisis KTSP sebagai Bentuk Penyempurnaan dari KBK Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang diberlakukan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

PUNYAKU, PUNYAMU, DAN PUNYA KITA (STIMULUS PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA ARAB SECARA MANDIRI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG)

PUNYAKU, PUNYAMU, DAN PUNYA KITA (STIMULUS PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA ARAB SECARA MANDIRI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG) PUNYAKU, PUNYAMU, DAN PUNYA KITA (STIMULUS PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA ARAB SECARA MANDIRI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG) SITI NUR MAMBAUS SHAFA Pascasarjana Universitas Negeri Malang mambausshafa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Tujuan utama sains termasuk fisika umumnya dianggap

Lebih terperinci

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SDLB AUTIS

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SDLB AUTIS - 1789 - L. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SDLB AUTIS KELAS: I Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang aplikasinya dapat ditemukan hampir dalam setiap aktivitas kehidupan. Penggunaan matematika dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai tunas bangsa dan generasi penerus perjuangan bangsa perlu

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai tunas bangsa dan generasi penerus perjuangan bangsa perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai tunas bangsa dan generasi penerus perjuangan bangsa perlu mendapatkan pendidikan melalui pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam

Lebih terperinci

OPTIMALISASI APERSEPSI PEMBELAJARAN MELALUI FOLKLOR SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR

OPTIMALISASI APERSEPSI PEMBELAJARAN MELALUI FOLKLOR SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR 180 ISBN: 978-602-70471-1-2 Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers OPTIMALISASI APERSEPSI PEMBELAJARAN MELALUI FOLKLOR SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR M. Fakhrur Saifudin

Lebih terperinci

Mendidik Melalui Seni

Mendidik Melalui Seni 1 Mendidik Melalui Seni Oleh Julia Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Adalah kenyataan bahwa pendidikan seni memiliki potensi untuk mengubah perilaku atau karakteristik anak-anak khususnya di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

CONTEXTUAL LEARNING AND TEACHING (CTL) (PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL)

CONTEXTUAL LEARNING AND TEACHING (CTL) (PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL) CONTEXTUAL LEARNING AND TEACHING (CTL) (PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL) Kasihani E.S 1 Abstrak: Kata kunci: Dalam upaya peningkatan mutu SLTP, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh sehingga anak lebih dewasa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh sehingga anak lebih dewasa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan dari si pencipta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni tradisi yang tumbuh dan berkembang di setiap daerah di Indonesia awal mulanya berasal dari kebiasaan dan adat-istiadat nenek moyang bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya

Lebih terperinci