Zees, S.Kep, Ns M.Kep, dr. Edwina R. Monayo, M. Biomed

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Zees, S.Kep, Ns M.Kep, dr. Edwina R. Monayo, M. Biomed"

Transkripsi

1

2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA PASIEN YANG DATANG BEROBAT DI KLINIK INFEKSI MENULAR SEKSUAL PUSKESMAS LIMBA B KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO Febrianingsih M. Muda, Rini Zees, Edwina R. Monayo Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG febrianingsihmuda@yahoo.com ABSTRAK Febrianingsih M. Muda Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual pada Pasien yang Datang Berobat di Klinik Infeksi Menular Seksual Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Rini Zees, S.Kep, Ns M.Kep dan Pembimbing II, dr. Edwina R. Monayo, M. Biomed. Daftar pustaka: 52 ( ). Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian Infeksi Menular Seksual yaitu status perkawinan, status sosial ekonomi dan tindakan pemakaian kondom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual. Jenis penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional Study dengan uji Fisher sebagai teknik pengolahan data. Populasi adalah seluruh pasien IMS yang berkunjung di Klinik Infeksi Menular Seksual Puskesmas Limba B selama tahun 2013 berjumlah 377 orang, sedangkan sampel sebanyak 50 orang yang ditentukan melalui teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara status perkawinan (p=0,001), status sosial ekonomi (p=0,000) dan tindakan pemakaian kondom (p=0,009) dengan kejadian Infeksi Menular Seksual, dengan nilai α (0,05). Untuk itu disarankan bagi petugas kesehatan setempat agar sering mengadakan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya menghindari penyakit infeksi yang penularannya terjadi lewat hubungan seksual yang sering berganti pasangan. Kata Kunci : Infeksi Menular Seksual, Status Perkawinan, Sosial ekonomi, Kondom 1 1 Febrianingsih M. Muda, , Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Rini Zees, S.Kep, Ns M.Kep, dr. Edwina R. Monayo, M. Biomed

3 Infeksi menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual (Djuanda, 2007). Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis dan hepatitis B. Faktor-faktor yang terkait dengan kejadian infeksi menular seksual diantaranya adalah penyebab penyakit (agent), host (umur, jenis kelamin, pilihan dalam hubungan seksual, status perkawinan dan pemakaian kondom) dan faktor lingkungan (faktor demografi, sosial ekonomi, kebudayaan dan medik). Kejadian IMS biasanya terjadi pada seseorang yang belum menikah, bercerai atau orang yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan orang yang sudah menikah karena pemenuhan kebutuhan seksualnya terpenuhi, namun dilapangan ada juga yang terjadi pada seseorang yang sudah menikah. Data yang dilaporkan di klinik IMS, menunjukan 49,4 % pasien sudah berstatus menikah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nadiah (2010), yang menunjukan bahwa Insiden IMS lebih banyak pada kelompok sudah menikah yang aktif seksual karena kelompok ini memiliki faktor lebih besar untuk menularkan atau tertular IMS. Sosial ekonomi sering menjadi alasan seseoarang masuk ke dalam lingkaran hitam prostitusi. Tidak memiliki modal untuk kegiatan ekonomi, tidak memiliki keterampilan maupun pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga menjadi pekerja seks merupakan pilihan (Utami, 2010). Data yang dilaporkan di klinik IMS menunjukkan, sebagian dari penderita ada yang bekerja sebagai WPS/ PPS dan 65,5 % tidak bekerja dengan umur penderita sebagaian besar > 20 tahun dan diduga kejadian IMS ini ada hubungannya dengan faktor sosial ekonomi. Pemakaian kondom pada kelompok resiko merupakan isu penting dalam kebijakan penanggulangan IMS. Penggunaan kondom yang tidak konsistensi merupakan faktor resiko untuk terjadinya infeksi menular seksual sebesar 1,8 kali lebih (Arifin, 2012). Data yang dilaporkan di klinik IMS, menunjukan bahwa 85% dari pelaku seksual atau kelompok yang beresiko, tidak menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seksual dengan berbagai alasan tertentu, sehingga hal ini dapat meningkatkan resiko penularan IMS. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual pada Pasien yang Datang Berobat di Klinik Infeksi Menular Seksual Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo tepatnya di klinik IMS sejak tanggal 10 Februari s/d 10 Maret Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pasien IMS berkunjung di Klinik infeksi menular seksual Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo selama tahun 2013, yang berjumlah 377 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara purposive sampling. Sampel juga menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

4 Hasil dan Pembahasan a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur (Tahun) ,0 44,0 50,0 2,0 Dari tabel 4.1 menggambarkan bahwa dari 50 responden yang diteliti untuk kelompok umur tahun sebanyak 2 responden (4,0%), untuk kelompok umur tahun sebanyak 22 responden (44,0%), kelompok umur sebanyak 25 responden (50,0 %), dan kelompok umur sebanyak 1 responden (2,0%). Jadi distribusi tertinggi terdapat pada kelompok umur tahun yaitu sebesar 50,0% dan distribusi terendah pada kelompok umur tahun yaitu sebesar 2,0%. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan ,0 62,0 Dari tabel 4.2 dapat diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu didapatkan bahwa jumlah responden laki - laki berjumlah 19 responden (38,0%) dan jumlah responden perempuan berjumlah 31 responden (62,0%). Jadi distribusi terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan yang berjumlah 31 responden (62,0 %). c. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan Kawin Tidak kawin ,0 40,0

5 Dari tabel 4.3 dapat diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan status perkawinan didapatkan bahwa jumlah responden yang berstatus kawin berjumlah 30 responden (60,0%) dan responden yang berstatus tidak kawin berjumlah 20 responden (40,0%). d. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Sosial Ekonomi Baik Kurang ,0 68,0 Dari tabel 4.4 dapat diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan status sosial ekonomi yaitu responden dengan status sosial ekonomi baik berjumlah 16 responden (32,0%) dan responden dengan status sosial ekonomi kurang berjumlah 34 responden (68,0%). e. Karakteristik Responden Berdasarkan Tindakan Pemakaian Kondom Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tindakan Pemakaian Kondom Pemakaian Kondom Baik Kurang ,0 84,0 Dari tabel 4.5 dapat diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan pemakaian kondom yaitu responden yang tergolong tindakan pemakaian kondom kurang berjumlah 42 responden (84,0%) dan responden yang tergolong tindakan pemakaian kondom baik berjumlah 8 responden (16,0%). f. Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian IMS Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian IMS Kejadian IMS Menderita Tidak Menderita ,0 32,0 Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa responden yang menderita infeksi menular seksual sebanyak 34 responden (68,0%) dan responden yang tidak menderita infeksi menular seksual sebanyak 16 responden (32,0%).

6 g. Hubungan Status Perkawinan dengan Kejadian IMS Tabel 4.7 Hubungan Status Perkawinan dengan Kejadian IMS pada Pasien yang Datang Berobat di Klinik IMS Puskesmas Limba B Kec.Kota Selatan Kota Gorontalo Kejadian IMS Status Perkawinan Menderita Tidak Menderita Kawin 15 44, , ,0 Tidak Kawin 19 55,9 1 6, ,0 Total P Value = Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh bahwa responden yang menderita IMS dengan kategori status perkawinan kawin sebanyak 15 orang (44,1%) dan responden dengan kategori status perkawinan tidak kawin sebanyak 19 orang (55,9%). Sedangkan responden yang tidak menderita IMS dengan kategori status perkawinan kawin sebanyak 15 orang (93,8%) dan responden dengan kategori status perkawinan tidak kawin sebanyak 1 orang (6,2%). Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0,001 (<0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bemakna antara status perkawinan dengan kejadian IMS. Dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa penderita IMS lebih banyak pada seseorang yang tidak kawin sesuai dengan hasil penelitian yang didapat yakni sebanyak 19 orang (55,9%). Setelah dikaji lebih dalam dengan penderita, IMS terjadi karena pada seseorang yang tidak kawin baik laki-laki maupun perempuan kebutuhan akan seksual lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang sudah kawin, sehingga perilaku seks yang tidak aman dengan pasangan yang beresiko menularkan IMS dapat menjadi sumber terinfeksinya IMS pada diri seseorang yang tidak kawin. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Setyawulan (2007) yang mengemukakan bahwa insiden IMS lebih tinggi pada orang yang belum kawin, bercerai atau orang yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan orang yang sudah kawin karena pemenuhan kebutuhan seksualnya terpenuhi. Selain terjadi pada seseorang yang tidak kawin, IMS juga sering terjadi pada seseorang yang sudah kawin. IMS yang terjadi pada perempuan yang sudah kawin disebabkan karena suami yang suka bergonta ganti pasangan akibat terjadinya kejenuhan dalam rumah tangga sehingga menyebabkan istri rentan terhadap IMS. Sedangkan IMS yang terjadi pada penderita laki-laki yang berstatus kawin berjumlah 4 orang dikarenakan penderita sering merasa bosan dengan pasangan akibat terjadinya kejenuhan karena aktivitas seksual terasa monoton sehingga timbul keinginan untuk jajan diluar. Hal ini juga dapat dilihat dari segi usia responden yakni paling banyak (50,0%) responden berusia tahun (usia dewasa awal/ pertengahan). Menurut Munajat (2000), ketidakpuasan seksual lebih mudah terjadi pada pernikahan dengan usia pertengahan (middle marriage). Kehidupan seksual terasa lebih gersang sehingga mudah mencapai kebosanan dan Aktivitas seksual terasa monoton karena kurang bervariasi sehingga bisa menyebabkan seseorang suka bergonta ganti pasangan (dalam Anonim, 2011).

7 h. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian IMS Tabel 4.8 Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian IMS pada Pasien yang Datang Berobat di Klinik IMS Puskesmas Limba B Kec.Kota Selatan Kota Gorontalo Kejadian IMS Sosial Menderita Tidak Menderita Ekonomi Baik 5 14, , ,0 Kurang 29 85,3 5 31, ,0 Total P Value = 0,000 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh bahwa responden yang menderita IMS dengan kategori status sosial ekonomi baik sebanyak 5 orang (14,7%) dan responden dengan kategori status sosial ekonomi kurang sebanyak 29 orang (85,3%). Sedangkan responden yang tidak menderita IMS dengan kategori status sosial ekonomi baik sebanyak 11 orang (68,8%) dan responden dengan kategori status sosial ekonomi kurang sebanyak 5 orang (31,2%). Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0,000 (<0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bemakna antara status sosial ekonomi dengan kejadian IMS. Dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa IMS sebagian besar disebabkan karena status sosial ekonomi yang kurang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 34 responden yang menderita IMS terdapat 29 orang (85,3%) yang memiliki status sosial ekonomi kurang dengan penghasilan per bulannya < , berpendidikan SD/SMP sederajat dan tidak memiliki pekerjaan. Berdasarkan kajian lebih dalam dengan penderita IMS, desakan ekonomi sering menjadi penyebab penderita untuk berperilaku negatif demi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sulitnya mencari pekerjaan, sehingga menjadi pekerja seks (PPS/ WPS) merupakan pekerjaan termudah. Kemiskinan sering memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup termasuk melacurkan diri ke lingkaran prostitusi. Hal ini menyebabkan seseorang dapat lebih rentan untuk tertular/ menularkan IMS. Dari hasil penelitian ini juga menununjukan bahwa, IMS tidak hanya terjadi pada seseorang dengan status sosial ekonomi kurang, akan tetapi dapat juga terjadi pada seseorang dengan status sosial ekonomi baik. Sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 34 responden yang menderita IMS terdapat 5 orang (14,7%) yang memiliki status sosial ekonomi baik dengan penghasilan per bulannya > , berpendidikan SMA/sederajat atau perguruan tinggi dan memiliki pekerjaan. Berdasarkan kajian lebih dalam dengan penderita, hal ini disebabkan karena tingginya kebutuhan akan seks, kurangnya perhatian dari pasangan dan terjadinya kejenuhan dalam rumah tangga menyebabkan seseorang melakukan hal-hal negatif jajan diluar. Dengan status sosial ekonomi yang baik mereka merasa mampu untuk membeli seks dan suka bergonta ganti pasangan sehingga menyebabkan seseorang dapat lebih rentan untuk tertular/ menularkan IMS.

8 i. Hubungan Tindakan Pemakaian Kondom dengan Kejadian IMS Tabel 4.9 Hubungan Tindakan Pemakaian Kondom dengan Kejadian IMS pada Pasien yang Datang Berobat di Klinik IMS Puskesmas Limba B Kec.Kota Selatan Kota Gorontalo Kejadian IMS Pemakaian Menderita Tidak Menderita Kondom Baik 2 5,9 6 37,5 8 16,0 Kurang 32 94, , ,0 Total P Value = 0,009 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh bahwa responden yang menderita IMS dengan kategori tindakan pemakaian kondom baik berjumlah 2 orang (5,9%) dan responden dengan kategori tindakan pemakaian kondom kurang sebanyak 32 orang (94,1%). Sedangkan responden yang tidak menderita IMS dengan kategori tindakan pemakaian kondom baik berjumlah 6 orang (37,5%) dan responden dengan kategori tindakan pemakaian kondom kurang sebanyak 10 orang (62,5%). Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0,009 (<0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bemakna antara tindakan pemakaian kondom dengan kejadian IMS. Dari hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa tindakan pemakaian kondom yang kurang pada kelompok beresiko, dapat lebih rentan terinfeksi IMS. Sesuai dengan hasil penelitian yang menunujukkan bahwa sebagian besar dari penderita IMS dengan kategori tindakan pemakaian kondom yang kurang yakni sebanyak 32 orang (94,1%). Berdasarkan kajian yang lebih dalam dengan penderita, didapatkan bahwa sebagian besar dari kelompok beresiko tidak ingin menggunakan kondom. Antara lain karena kondom membuat seks menjadi kurang spontan dan mengurangi sensasi seks terutama pada pria dan terlebih lagi pada pasangan yang sudah menikah. Pengetahuan yang kurang tentang tindakan pemakaian kondom yang baik juga sering menjadi alasan penderita untuk tidak memakai kondom, sehinggga menjadikan kelompok resti tersebut dapat lebih mudah tertular atau menularkan IMS. Dari hasil penelitian ini juga menununjukan bahwa, IMS tidak hanya terjadi pada seseorang dengan tindakan pemakaian kondom kurang, akan tetapi dapat juga terjadi pada seseorang dengan tindakan pemakaian kondom baik. Hal ini dapat terjadi karena cara pemakaian kondom yang tidak benar, kondom rusak atau/ bocor, penggunaan kondom secara berulang dan menggunakan kondom yang melewati masa kadaluarsa. Menurut Saifuddin (2006), penggunaan kondom secara konsisten dan benar merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah penularan IMS pada kelompok beresiko terutama pada WPS/PPS. Beberapa penyebab dari kegagalan menggunakan kondom yaitu selalu memasang kondom saat penis dalam keadaan ereksi, menggunakan kondom yang melewati masa kadaluarsa, menggunakan kondom secara berulang, kegagalan kondom bisa disebabkan oleh kecacatan produksi, kondom robek saat mulai berhubungan dan kerusakan pada proses pembuatan kondom (Sukmawati, 2014).

9 Penutup Simpulan Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara status perkawinan (p=0,001), status sosial ekonomi (p=0,000) dan tindakan pemakaian kondom (p=0,009) dengan kejadian Infeksi Menular Seksual. Saran 1. Bagi Masyarakat terutama pada kelompok resti (WPS/PPS, waria, LSL, pelanggan dan pasangannya) agar segera memeriksakan diri ke klinik/ puskesmas/ rumah sakit terdekat terlebih apabila terdapat tanda dan gejala IMS dan disarankan agar lebih meningkatkan kesadaran untuk memakai kondom karena mampu mengurangi kejadian IMS. 2. Bagi Pemerintah Kota/ Provinsi Gorontalo untuk dapat memberikan informasi tentang infeksi menular seksual secara berkesinambungan dan melakukan screening setiap bulan agar kelompok resti mau memeriksakan kesehatannya di klinik secara rutin. 3. Bagi Puskesmas setempat disarankan agar sering mengadakan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya menghindari penyakit infeksi yang penularannya terjadi lewat hubungan seksual yang sering berganti pasangan. 4. Bagi Profesi Keperawatan diharapkan ada pengembangan informasi pengetahuan dan wawasan dalam pendidikan keperawatan komunitas tentang infeksi menular seksual. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan bisa dijadikan pedoman dengan memperluas variabel-variabel lainnya, misalnya usia. DAFTAR PUSTAKA Aat Hubungan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita. Jurnal Ilmu Pendidikan (Online). ( Keluarga-Dengan-Status-Gizi-Balita, diakses 23 Desember 2013). Arifin, N.F Penggunaan Kondom Dan Vaginal Higiene Sebagai Faktor Risiko Kejadian Infeksi Menular Seksual Pada Wanita Pekerja Seks Di Lokasi Batu 24 Kabupaten Bintan. Jurnal: UNDIP Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Anonim Hubungan Status Perkawinan Dengan Aspirasi Karir. Skripsi: UII. Anonim, faktor risiko yang memengaruhi komplikasi kehamilan terhadap kematian maternal. Skripsi : USU. Ardhiyantoro dan Kumalasari, Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Arifianti, N Analisis feaktor-faktor penyebab niat wps yang menderita ims berperilaku seks aman dalam melayani pelanggan di kabupaten tegal. Jurnal Kesehatan (Online). (http//docs.google.com/jurnal/ pdf, diakses 25 Desember 2013). Ambarwati Asuhan Kebidanan komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Bobak, I.M Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Chandra, B Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC. Chiuman, Linda Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Cunningham, F.G Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta: EGC. Depkes RI Krikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta: Depkes RI.

10 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Dasar Infeksi Menular Seksual dan Saluran Reproduksi Lainnya pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. Departemen Kesehatan (Online). ( diakses 02 Januari 2014). Daili, S.F Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Daili, S.F., Makes, W.I., Zubier, F., 2009, Infeksi Menular Seksual, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Djuanda, Adhi Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Da Ros, Schmitt, C.S Global Epidemiology of Sexually Transmitted Diseases. Brazil: Urology Deparment. Hakim, L Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. Dalam: Daili, S.F Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Handoyo, A Remaja dan Kesehatan: Permasalahan dan Solusi Praktisnya. Jakarta: PT Perca. Hapsari Gretta Perilaku Pemakaian Kondom Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual. Jurnal Keperawatan Ilmiah. Surabaya: Stikes Hang Tuah. Hidayat, A.A.A Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A.A.A Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A.A.A Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Karyati, S Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsistensi Wanita Penjaja Seks dalam Pemakaian Kondom Untuk Mencegah Penularan PMS dan HIV di Pati. Tesis: UI. KPA Nasional Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS diakses 2 Januari Kusuma A, Penyakit Menular Lewat Hubungan Seksual. penyakit menular lewat hubunganseksual, diakses 2 Januari Lestari, C.I Penyakit Menular seksual. diakses 03 Januari Lokollo, F.Y Studi Kasi Wanita Pekerja seksual Tidak Langsung Dalam Pencegahan IMS, HIV dan AIDS Di PUB & Karaoke, Café, dan Diskotik. Semarang: Universitas Diponegoro. Lubis, R.D Penggunaan Kondom. Makalah: USU Muthialah, Sonhaji Infeksi Saluran Reproduksi. diakses 04 Januari Nadiah Studi retrospektif uretritis gonore sub divisi infeksi menular seksual bagian ilmu kesehatan kulit dan kelamin rsup dr. Wahidin sudirohusodo Makassar. Skripsi: Universitas Hasanudin. Notoatmodjo, S Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

11 Price, S.A Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC Purwanti, F The O Project. Jakarta: Kepustakaan populer gramedia. Reliviana, Pipit Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Kejadian Pms di Lokalisasi Gang Sadar Baturaden Kabupaten Banyumas Tahun Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.3. Purwokerto: Akademi Kebidanan YLPP. Saifuddin Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Setyawulan Hubungan praktek pencegahan penyakit menular seksual dengan kejadian penyakit menular seksual (online). http//digilib.unimus.ac.id/download.php?id = 2404, diakses 3 januari Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sofianty D, Waspada Terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS). surabayaehealth.org/ dkksurabaya /berita/ waspada terhadap-infeksi-menular-seksualims, diunduh 03 Januari Setiadi Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Setiadi Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sukmawati Penyebab Kegagalan Menggunakan Kondom. diakses 7 Juli Suyanto Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika Utami, C.W Manajemen Ritel. Jakarta: Salemba empat Widyastuti Kesehatan reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya. Wiknjosastro, Hanifa Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo World Health Organization Sexually Transmitted Infection. Geneva: WHO.

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kelamin (veneral diseases) merupakan suatu fenomena yang telah lama kita kenal seperti sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinal.

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 FAKT-FAKT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG 1 Budiman, 2 Ruhyandi, 3 Anissa Pratiwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi dan salah satunya adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Selain itu, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan seks merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yang telah mencapai kematangan fisik dan psikis baik pada wanita maupun laki-laki terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Pengguna Jasa Female Condom Di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Dengan Perilaku Pemakaian Tegal Panas Kabupaten Semarang

Hubungan Pengetahuan Pengguna Jasa Female Condom Di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Dengan Perilaku Pemakaian Tegal Panas Kabupaten Semarang Hubungan Pengetahuan Pengguna Jasa Female Condom Di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Dengan Perilaku Pemakaian Tegal Panas Kabupaten Semarang Rahayu Dwi Nofianti, S.Tr.Keb*. Dwi Novitasari, S.Kep. Ns.

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG.

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG. GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG. Aya Soffiya, Surjani, Eko Mardiyaningsih ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu

Lebih terperinci

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENETALIA DI SMA NEGERI 1 UNGARAN ABSTRAK Remaja putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin ( veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonorhea. Semakin majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di dunia termasuk di Indonesia. Kebutuhan akan adanya program penanggulangan IMS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Suswati Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK Nora Puspita Sari 1. Nuke Devi Indrawati 2. Novita Kumalasari 2 1. Prodi DIII Kebidanan,

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 5 TAHUN DI TK KARTINI DESA TOTO SELATAN KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh MELISRIAWATI GANI (NIM.

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 85 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Pemahaman remaja tentang HIV /AIDS masih sangat minim, padahal remaja termasuk usia termasuk kelompok usia yang rentan dengan prilaku beresiko. Pemahaman yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seperti genitor genital, oro genita lmaupun anogenital

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK ORIGINAL RESEARCH HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK Ns. Yenni Lukita, S.Kep 1, Suhardi 2 1 Dosen STIK Muhammadiyah Pontianak 2 Mahasiswa STIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN Hajar Nur Fathur Rohmah, Ida Fitriana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: Keluarga Berencana

Lebih terperinci

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL TAHUN 2009 1 Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI Pengenalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO Andesia Maliana Akademi Kebidanan Gemilang Husada andesia.maliana@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

Dadang Darmawan, SKM, M.Kes Akademi Keperawatan RS Dustira ABSTRAK

Dadang Darmawan, SKM, M.Kes Akademi Keperawatan RS Dustira ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI DESA CIKAMUNING KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT Dadang Darmawan, SKM, M.Kes Akademi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK UMUR, PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER III DI WILAYAH PUSKESMAS UNGARAN KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Dosen Prodi Keperawatan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA ABSTRAK FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG URANGAN ENERGI KRONIK () DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Shinta Ika Sandhi 1, Asmanah 2 Akademi Kebidanan Uniska Kendal Email: shinta86harnuddin82@gmail.com

Lebih terperinci

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immuno-defiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL Oleh NOVITA SRI RAHAYU USMAN (NIM. 841 410 045, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual adalah bagian dari infeksi saluran reproduksi (ISR) yang disebabkan oleh kuman seperti jamur, virus, dan parasit yang masuk dan berkembang biak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Persetujuan Pembimbing Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Oleh PURNAWATI DAI (NIM. 841410148, Jurusan Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN Sri Handayani* ABSTRAK HIV/AIDS menduduki peringkat pertama di Indonesia terutama di Propinsi DKI Jakarta. Kasus HIV/AIDS sebagian

Lebih terperinci

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Epidemiologi Dasar RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT ANDREAS W. SUKUR PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Website: https://andreaswoitilasukur.wordpress.com/ Email : andreaswoitila@gmail.com Riwayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual (Manuaba,2010

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN Sri Handayani ABSTRAK HIV/AIDS menduduki peringkat perta di Indonesia terutama di propinsi DKI Jakarta. Kasus HIV/AIDS sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA KEJADIAN PMS DI LOKALISASI GANG SADAR BATURADENKABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA KEJADIAN PMS DI LOKALISASI GANG SADAR BATURADENKABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011 BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA KEJADIAN PMS DI LOKALISASI GANG SADAR BATURADENKABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011 Oleh: Pipit Reviliana, Artathi Eka Suryandari dan Warni Fridayanti Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Infeksi menular seksual merupakan infeksi yang rute transmisinya terutama adalah melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembahasan seks yang di pandang tidak wajar. Tidak saja agama

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN Lampiran I Summary FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Cindy Pratiwi NIM 841409080

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan utama dan menjadi beban ekonomi bagi negara-negara berkembang. World Health Organization (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu masa saat individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder ketika telah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO SECTIO CAESAREA DENGAN PILIHAN METODE PERSALINAN DI PUSKESMAS DULALOWO KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Oleh MENTARI

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS SRANDAKAN BANTUL YOGYAKARTA

PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS SRANDAKAN BANTUL YOGYAKARTA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS SRANDAKAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : ANOM WIDYANINGRUM 201010201139 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM UNTUK PENCEGAHAN PMS PADA WPS DI LOKALISASI SUKOSARI BAWEN KABUPATEN SEMARANG Rizka Fauza 1, Rini Susanti 2, Eko Mardiyaningsih 3 1,2 Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I Endang Wahyuningsih 1), Anna Uswatun Q 2) ABSTRAK Angka kejadian anemia pada wanita

Lebih terperinci

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA Sri Hartatik*, Henny Juaria* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang menyerang manusia melalui transmisi hubungan seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation (WHO) (2015) diperkirakan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GLOBAL TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh SRI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH STUDI EKSPERIMEN DENGAN METODE PENYULUHAN TENTANG SIKAP PENANGANAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN

Lebih terperinci

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 7 ABSTRAK Di era globalisasi, dengan tingkat kebebasan yang longgar dari

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 Nurbaiti Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abstrak Penyebab anemia adalah kurangnya konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK CYCLOFEM ( 1 BULAN ) DENGAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG DI DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA Ita Rahmawati 1, Asmawahyunita

Lebih terperinci

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA Ita Rahmawati 1, Asmawahyunita 2, Devi Rosita 3 INTISARI AKB di Indonesia tahun 2007 sejumlah 34 per 1000 kelahiran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN Wahyuningsih ABSTRAK Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang baru

Lebih terperinci

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : , HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA - TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Khahfie Ramadhan Al Khaidar, Sri Janatri, S.Kp., M.Kep Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90 PENGARUH PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWI KABUPATEN NGAWI Erwin Kurniasih, Hamidatus Daris Sa adah Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN BERDASARKAN UMUR DAN PARITAS DI RSUD. INDRAMAYU DI RUANG POLI KEBIDANAN PERIODE JANUARI 2016 Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan masyarakat dunia. Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM SUMMARY FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Tri Rahyani Turede NIM 841409074 Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN Hutari Puji Astuti 1 1 Prodi D-III Kebidanan, STIKes Kusuma Husada

Lebih terperinci

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Caecilia Takainginan 1, Ellen Pesak 2, Dionysius Sumenge 3 1.SMK Negeri I Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,3,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG Dyan Kunthi Nugrahaeni 1 dan Triane Indah Fajari STIKES A. Yani Cimahi ABSTRAK

Lebih terperinci

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA KELAS Xl DI SMA MA ARIF 1 WATES KULONPROGO TAHUN 2009 1 Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan pola penyakit yang dikenal sebagai transisi epidemiologi, yaitu perubahan pola penyakit dan penyebab kematian. Pada awalnya

Lebih terperinci