PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI CHITOSAN SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP STABILITAS FISIK GEL PEMBERSIH GIGI EKSTRAK ETANOL 96% PROPOLIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI CHITOSAN SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP STABILITAS FISIK GEL PEMBERSIH GIGI EKSTRAK ETANOL 96% PROPOLIS"

Transkripsi

1 PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI CHITOSAN SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP STABILITAS FISIK GEL PEMBERSIH GIGI EKSTRAK ETANOL 96% PROPOLIS THE EFFECT OF INCREASING CONCENTRATION OF CHITOSAN AS GELLING AGENT ON THE PHYSICAL STABILITY OF THE 96% ETHANOL EXTRACT OF PROPOLIS DENTAL GEL Diah Ayu Ika Novianti, Sutyasningsih, Kori Yati Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta Abstrak Propolis adalah senyawa resin yang terbentuk dari liur lebah, bersifat lengket, yang dikumpulkan dari sumber tanaman, terutama dari bunga dan pucuk daun. Propolis konsentrasi 1% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi. Pemanfaatan propolis lebih efisien dibuat kedalam sediaan pembersih gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Chitosan sebagai gelling agent terhadap stabilitas fisik gel pembersih gigi ekstrak etanol 96% propolis. Sediaan gel dibuat dengan perbedaan konsentrasi Chitosan 3%, 5%, 7%, dan 9%. Sediaan dievaluasi meliputi pengamatan organoleptik, homogenitas, viskositas, ph, pemisahan fase, dan uji temperatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel stabil selama waktu penyimpanan dengan organoleptik, homogenitas, pemisahan fase, dan uji temperatur tidak mengalami perubahan. Hasil viskositas dianalisa secara statistik menggunakan ANOVA satu arah diperoleh rata-rata yang berbeda secara signifikan dengan nilai sig (0,000) < α (0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya chitosan sebagai gelling agent dapat meningkatkan stabilitas fisik sediaan gel. Kata kunci: Chitosan, Gelling agent, Pembersih gigi. Abstract Propolis is a resin compound that is formed from the saliva of bees, is sticky. It was collected from plant sources, particularly from flowers ad leaf buds. Concentration of 1% propolis can inhibit the growth of Streptococcus mutan s causing dental caries bacteria. This study aimed at determining the effect of chitosan as gelling agent concentration on the physical stability of the 96% ethanol extract of propolis dental gel. Preparations gel made with chitosan concentration of 3%, 5%, 7%, and 9%. The gel were evaluated for organoleptic, homogenity, viscosity, ph, separation phase by temperature test. The result showed that the gel is stable during storage with organoleptic, homogenity, separation phase test was same as before. Statistically data analyzed obtained an average which significantly difference. Based on the results of this study, it could be concluded that increasing of chitosan as gelling agent could improve the physical stability of the gel. Key words: Chitosan, gelling agent, cleaning teeth. 1

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Lebah adalah hewan penghasil madu. Lebah menghasilkan produk yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan, salah satunya propolis yang kini telah popular (Nurjanah 2011). Propolis atau lem lebah merupakan suatu bahan resin yang dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai macam tumbuhan. Penelitian terhadap propolis telah banyak dilakukan baik secara in vitro maupun in vivo. Hasilnya menunjukkan bahwa propolis memiliki beberapa aktivitas biologis dan farmakologis antara lain bersifat antibakteri baik terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif (Sabir 2011). Propolis bermanfaat untuk mengobati karies gigi karena efek antinflamasinya (Suranto 2010). Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang bersifat kronik progresif dan disebabkan aktivitas bakteri yaitu Streptococcus mutans dengan memfermentasikan karbohidrat, ditandai dengan demineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya. Pada penelitian sebelumnya (Riyanti. 2009). Kesimpulan yang diperoleh yaitu propolis sebagai prroduk alami dari lebah, bermanfaat sebagai antibakteri pada pasta gigi dengan konsentrasi sebesar 1%. Saat ini, dapat ditemui aneka produk propolis baik sebagai sediaan obat, berperan dalam industri makanan, maupun kosmetik. Bentuknya bervariasi, cair, kapsul, tablet, salep, krim, dan pembersih gigi (Nurjanah 2011). Pembersih gigi digunakan untuk membantu membersihkan gigi. Sediaan pembersih gigi tersedia dalam bentuk pasta, bubuk dan gel. Pembersih gigi yang berbentuk gel umumnya lebih disukai karena mempunyai penampilan yang lebih menarik. Gelling agent yang biasa digunakan antara lain: rumput laut, tragakan, natrium alginat, karbomer, dan chitosan. Chitosan merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai gelling agent. Chitosan adalah polisakarida kationik alami yang diperoleh dari deasetilisasi kitin yang banyak terdapat di alam. Kitin dapat diperoleh dari crustacean atau berbagai fungi. Proses produksi chitosan dari kitin meliputi demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilisasi. Demineralisasi dilakukan dengan menggunakan larutan asam encer yang bertujuan untuk menghilangkan mineral yang terkandung dalam bahan baku. Deproteinisasi dilakukan dengan menggunakan larutan basa encer untuk menghilangkan sisa-sisa protein yang masih terdapat dalam bahan baku. Keuntungan chitosan sebagai gelling agent, antara lain: chitosan mengandung gugus amino dan hidroksi yang dapat dimodifikasi, sebagai polimer alam, chitosan memiliki sifat reaktivitas kimia tinggi yang menyebabkan chitosan mampu mengikat air dan minyak (Harianingsih 2010). Pada penelitian sebelumnya (Syahirah 2009). Kesimpulan yang diperoleh yaitu konsentrasi chitosan 3%, 5%, 7%, dan 9% dapat digunakan sebagai gelling agent. Dalam penelitian ini digunakan chitosan sebagai bahan gelling agent dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi chitosan terhadap stabilitas fisik sediaan gel pembersih gigi ekstrak etanol 96% propolis. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, bahwa propolis ( Apis mellifera L.) berkhasiat untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies gigi yaitu Streptoccus mutans. Pemanfaatan propolis lebih efisien dibuat kedalam sediaan pembersih gigi. Dalam proses pembuatan gel pembersih gigi digunakan chitosan sebagai gelling agent. Chitosan digunakan sebagai gelling agent karena sebagai polimer alam, chitosan memiliki kemampuan dapat mengikat air dan minyak. Permasalahan penelitian sebagai berikut: Pengaruh peningkatan konsentrasi chitosan 3%, 5%, 7%, dan 9% dapat 2

3 meningkatkan stabilitas fisik gel pembersih gigi ekstrak etanol 96% propolis. METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah propolis ( Apis mellifera L.) yang diperoleh dari Balittro, Bogor. Bahan-bahan lain yang digunakan meliputi: chitosan, kalsium karbonat, larutan sorbitol 70%, natrium lauril sulfat, menthol, natrium benzoat, natrium sakarin, dan aquadest. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, Viskometer Brookfield, ph meter, sentrifuge, alat-alat gelas, oven, dan lemari pendingin. Prosedur penelitian Pengumpulan dan penyediaan bahan Bahan aktif yang digunakan untuk penelitian ini yaitu propolis (Apis mellifera L.) yang diperoleh dari Balittro-Bogor. Propolis yang diambil adalah yang berwarna cokelat kehitaman, dan memiliki karakteristik fisik liat dan lengket. Sedangkan bahan tambahan seperti: chitosan, kalsium karbonat, nartrium benzoat, natrium sakarin, larutan sorbitol 70%, natrium lauril sulfat, menthol, dan aquadest diperoleh dari PBF. Pembuatan ekstrak propolis Propolis berbentuk bongkahan ditimbang dipotong-potong menjadi ukuran kecil, Masukkan potongan propolis kedalam tabung erlenmeyer, lalu tambahkan etanol 96% hingga potongan propolis terendam. Rendam dan kocok hingga larut. Proses perendaman (maserasi) dilakukan selama 7 hari, lalu disaring, Filtrat dikentalkan dengan vacuum rotary evaporator dengan suhu penguapan 50 0 C selama 2 jam lalu dipindahkan kedalam cawan penguap, Ekstrak dalam cawan penguap dipanaskan diatas penangas air untuk menghilangkan sisa pelarut, sehingga diperoleh ekstrak kental propolis. Pemeriksaan karakteristik ekstrak 1) Penetapan kadar abu Ditimbang kurs kosong, lalu catat bobotnya. Timbang ekstrak propolis sebanyak 2 g dalam kurs kemudian ratakan. Panaskan kurs yang telah berisi ekstrak propolis diatas hot plate hingga ekstrak propolis menjadi agak kering. Setelah ekstrak propolis menjadi agak kering, masukkan ke dalam tanur dengan suhu C sampai ekstrak propolis menjadi abu. Abu didinginkan dalam deksikator dan timbang. Abu dipijarkan kembali hingga diperoleh bobot tetap. 2) Penetapan kadar air Ditimbang botol timbang dangkal kosong, catat bobotnya, lalu keringkan didalam oven dengan suhu C selama 2 jam. Timbang ekstrak propolis sebanyak 2,5 g, ratakan dengan menggoyangkan botolnya. Masukkan botol timbang dangkal yang telah berisi ekstrak propolis ke dalam oven dengan suhu C dan buka tutupnya selama 2 jam. Kemudian didinginkan di dalam deksikator dan ditimbang. Ekstrak propolis dipanaskan kembali hingga diperoleh bobot tetap. Pembuatan gel pembersih gigi Siapkan alat-alat dan bahan yang digunakan, Chitosan dilarutkan dengan pelarut asam asetat konsentrasi 2% hingga larut, lalu gerus hingga homogen (basis gel), Masukkan seluruh larutan sorbitol 70% gerus homogen, Tambahkan ekstrak kental propolis, Natrium sakarin, natrium benzoat dan natrium lauril sulfat dilarutkan dengan air; Menthol dilarutkan dengan dengan etanol, Tambahkan kalsium karbonat, gerus sampai homogen. 3

4 Formula sediaan gel pembersih gigi Tabel 1. Formula gel pembersih gigi Bahan Formula (%) Ekstrak kental propolis Chitosan Kalsium karbonat Larutan sorbitol % Natrium lauril sulfat Menthol 0,4 0,4 0,4 0,4 Natrium benzoat 0,1 0,1 0,1 0,1 Natrium sakarin 0,1 0,1 0,1 0,1 Aqua dest ad Asam asetat Evaluasi gel pembersih gigi 1) Pengamatan organoleptik Pengamatan organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan rasa, warna, dan bau dari sediaan gel secara visual pada suhu kamar. 2) Pengamatan homogenitas Sediaan gel dioleskan pada kaca objek, kemudian ditutup dengan cover glass, diamati secara visual. Homogenitas sediaan diamati dari permukaan yang terbentuk pada kaca objek dan dilakukan pada suhu kamar. 3) Pengukuran viskositas Pengukuran viskositas menggunakan viskometer Brookfield. Sediaan gel dimasukkan kedalam gelas piala 500 ml, kemudian pasang spindle nomer 5 pada alat dan dimasukkan kedalam sediaan sampai batas yang telah ditentukan. Alat dinyalakan pada kecepatan 2 rpm sampai garis tanda menunjuk angka viskositas yang konstan. Lalu catat viskositasnya. 4) Pengukuran ph Pengukuran ph diuji dengan menggunakan alat ph meter. Lakukan terlebih dahulu pengkalibrasian elektroda dari ph meter dengan larutan dapar ph 4 dan ph 7. Ambil sejumlah sediaan, lalu elektroda dicelupkan dalam sediaan kemudian catat ph yang tertera pada alat. 5) Pemisahan Fase a) Metode Sentrifugasi Sediaan gel di masukkan kedalam tabung sentrifugasi, kemudian dilakukan pengocokan/sentrifuse pada kecepatan 3500 rpm selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam. Amati perubahan yang terjadi. b) Metode freeze thaw Siklus pemisahan fase dengan metode freeze thaw pada pembersih gigi dilakukan pada 6 siklus. Sediaan disimpan tidak kurang dari 48 jam pada suhu 4 0 C. Setelah 48 jam, dilihat jika adanya pemisahan fase. Kemudian sediaan disimpan pada suhu 45 0 C selama 48 jam, kemudian dilihat terjadinya pemisahan fase. Pengujian dilakukan selama 6 siklus, yaitu siklus terdiri dari 48 jam pada kulkas 4 0 C dan 48 0 C kemudian pada oven. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak propolis Tabel 2. Karakteristik ekstrak kental propolis Karakterisasi Bentuk Warna Bau Hasil pengamatan Kental Cokelat Khas % Kadar abu 5,63% % Kadar air 1,83% Rendemen 21,25% Propolis yang digunakan untuk ekstraksi sebanyak 581,6 g dengan menggunakan metode maserasi diperoleh ekstrak kental propolis sebanyak 123,6 g dan rendemen sebesar 21,25%. Rendemen digunakan sebagai parameter mutu ekstrak pada tiap bets produksi maupun parameter efisiensi ekstraksi. 4

5 Hasil penetapan kadar abu diperoleh dengan menghitung rata-rata berat setelah pemijaran dari kurs yang digunakan. Berdasarkan penetapan kadar abu diperoleh % kadar abu sebesar 5,63%. Penetapan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal dalam simplisia mulai dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Hasil penetapan kadar air diperoleh dengan menghitung rata- rata berat setelah pemanasan dari botol timbang yang digunakan. Berdasarkan penetapan kadar air diperoleh % kadar air sebesar 1,83%. Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air didalam bahan. Kadar abu sebesar 1,83% atau < 10% adalah kadar air yang baik, karena pada tingkat kadar air tersebut waktu simpan sampel akan relatif lebih lama dan terhindar dari pencemaran. 7,50. Nilai ph yang didapat dipengaruhi oleh ph gelling agent yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi chitosan yang digunakan sebagai gelling agent untuk pembuatan gel pembersih gigi maka semakin besar ph yang dihasilkan. Gambar 1. Pengukuran ph 3. Hasil pengukuran viskositas B. Hasil penelitian 1. Hasil pengamatan organoleptik dan homogenitas Pengamatan organoleptik dan homogenitas dilakukan selama 8 minggu didapat hasil pada minggu ke-1 sampai minggu ke-8, semua sediaan dari Formula 1 sampai formula 4 mempunyai warna coklat muda, berbau khas, dan berbentuk kental. Pengamatan homogenitas baik pada minggu ke-1 sampai minggu ke-8 pada Formula 1 sampai Formula 4 menunjukkan susunan yang homogen. Hal ini dikarenakan proses pencampuran dan pengadukan yang tepat pada saat pembuatan sediaan gel pembersih gigi. 2. Hasil pengukuran ph Gambar 1. Grafik hasil pengukuran ph gel Hasil pengukuran ph gel dapat dilihat pada Gambar 1. Dari hasil pengukuran ph diketahui gel pembersih gigi yang dibuat memiliki ph antara 7,20 Gambar 2. Grafik hasil pengukuran viskositas gel Hasil pengukuran viskositas gel dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil pengukuran viskositas gel pada minggu ke-1 sampai minggu ke-8 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi chitosan sebagai gelling agent, maka semakin tinggi viskositasnya. Pengukuran viskositas gel pembersih gigi ekstrak etanol 96% propois menggunakan alat viskometer Brookfield tipe RV dengan spindel nomer 5. Kenaikan viskositas disebabkan oleh peningkatan daya kohesivitas yang terjadi pada suatu sistem. Semakin tinggi konsentrasi chitosan yang digunakan, maka semakin banyak molekul- molekul yang saling berdekatan, sehingga semakin besar viskositas yang dihasilkan. Chitosan sebagai gelling agent dalam sediaan gel pembersih gigi menyebabkan perbedaan 5

6 viskositas pada sediaan gel. Viskositas dari sediaan gel pembersih gigi akan terus meningkat seiring bertambahnya konsentrasi chitosan yang digunakan sebagai gellng agent. 4. Pengamatan frezee thaw Hasil pengamatan freeze thaw pada saat siklus ke-4 untuk F1 terjadi pemisahan (terbentuk suatu lapisan pada permukaan) dan saat siklus ke-5 terjadi pemisahan pada F2. Hal ini terjadi karena jumlah chitosan yang mengikat air sedikit. Penyimpanan pada suhu 4 0 C menyebabkan rata-rata ukuran partikel meningkat dibandingkan kondisi awal sediaan pembersih gigi. Hal ini terjadi karena pada saat fase air yang disimpan pada suhu 4 0 C akan membeku membentuk kristal es sehingga ruang fase air akan menyempit dan memaksa fase padat untuk berdekatan sedangkan pada penyimpanan suhu 45 0 C kristal es akan mencair kembali membentuk suatu lapisan yang terpisah dari fase padatannya. Hasil pengamatan freeze thaw pada F3 dan F4 tidak terjadi perubahan organoleptik. 5. Pengamatan sentrifugasi Tabel 3. Hasil pengamatan sentrifugasi gel Formula Hasil pengamatan F1 - F2 - F3 - F4 - Keterangan : (-) = Tidak terjadi pemisahan sediaan (+) = Terjadi pemisahan sediaan Pemisahan fase dengan metode sentrifugasi, dilakukan dengan cara sediaan diputar pada kecepatan 3500 rpm selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam. Hasil pengamatan terlihat bahwa F1 sampai F4 tidak mengalami pemisahan, karena banyaknya ikatan antara fase padat dan fase pendispersinya sehingga dapat bertahan terhadap goncangan tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya chitosan sebagai gelling agent dapat meningkatkan stabilitas fisik sediaan gel. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk melakukan pengujian lebih lanjut secara mikrobiologi. DAFTAR PUSTAKA Harianingsih Pemanfaatan Limbah Cangkang Kepiting Menjadi Kitosan Sebagai Bahan Pelapis(coater) Pada buah Stroberi. Tesis. Program Magister Teknik Kimia UNDIP, Semarang. Hlm 8-9 Nurjanah. Nurjanah Nunung, Karim A. Rokim, Mahani Keajaiban Propolis Trigona. Pustaka Bunda,Jakarta. Hlm. 1, 24-7, 45 Riyanti E., Hadidjah D., Iswari AP Pemakaian Propolis Sebagai Antibakteri Pada Pasta Gigi. Dalam: Jurnal FKG Padjadjaran, Bandung. Hlm. 8 Sabir, A. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro). html. Diakses 7 oktober 2011 Pukul WIB Suranto Adji Dahsyatnya Propolis Untuk Menggempur Penyakit. Agro Media Pustaka, Jakarta. Hlm: 17-18, 23, 29,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta) BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

COMPARATIVE THE EFFECT OF USING BINDER AND HUMECTANTS ON THE PHYSICAL PROPERTIES OF TOOTHPASTE 96% ETHANOL EXTRACT OF

COMPARATIVE THE EFFECT OF USING BINDER AND HUMECTANTS ON THE PHYSICAL PROPERTIES OF TOOTHPASTE 96% ETHANOL EXTRACT OF Perbandingan Antara Penggunaan 139 PERBANDINGAN ANTARA PENGGUNAAN PENGIKAT DAN HUMEKTAN TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN SOSOR BEBEK (Bryophylum pinnatum [Lam.] Oken) COMPARATIVE

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.) Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan mouthwash memiliki beberapa tahapan proses, adapun alat dan bahan yang digunakan pada setiap proses adalah : III.1.1 Pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pengumpulan Bahan Bahan berupa minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh dari rumah industri minyak kemiri dengan nama dagang Minyak kemiri alami 100%, VCO diperoleh di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang Lampiran 2. Bunga lawang (Illicium verum. Hook.f.) Gambar 1. Simplisia kering bunga lawang Gambar 2. Serbuk simplisia bunga lawang Lampiran 3. Perhitungan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH Dian Kartikasari 1, Nurkhasanah 2, Suwijiyo Pramono 3 1 Pasca sarjana prodi Farmasi Universitas Ahmad

Lebih terperinci

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah Standardisasi Obat Bahan Alam Indah Solihah Standardisasi Rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data famakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 3. Serbuk Simplisia Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lebih terperinci

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR Noor Isnawati, Wahyuningsih,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Berbagai macam flora dan fauna dapat ditemui serta dapat dimanfaatkan, salah satunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni secara in vitro. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Contoh si Sediaan Salep 1. sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Vaselin Putih 82,75% Ekstrak Hidroglikolik Centellae Herba 15 % Montanox 80 2 % Mentol 0,05 % Nipagin 0,15

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini bersifat penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas gel rambut dari ekstrak seledri dan minyak kemiri terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancang Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental untuk menentukan formula yang optimal terhadap karakteristik fisik sediaan pasta gigi ekstrak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

IDA FARIDA SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

IDA FARIDA SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI IDA FARIDA 10703039 FORMULASI LOSIO DAN GEL EKSTRAK BUAH JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA (CHRISM.& PANZER) SWINGLE FRUCTUS) SERTA UJI STABILITA FISIK SEDIAAN PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS FORMULA PASTA GIGI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI ANTIPLAK

UJI EFEKTIFITAS FORMULA PASTA GIGI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI ANTIPLAK UJI EFEKTIFITAS FORMULA PASTA GIGI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI ANTIPLAK Nur Khairi*, Rahmat Aksa, dan Yasintus Berek Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, Makassar *Corresponding

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36 DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA...... 5 1.1 Rambutan... 5 1.1.1 Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah, BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian 23 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung selama 7 bulan, yaitu penelitian in vitro bulan Januari sampai Maret 2009 di Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor (IPB)

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan, Alat, dan Hewan Percobaan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah duku (Lansium domesticum Corr.), hirdoksipropil metilselulosa (HPMC), carbomer, gliserin, trietanolamin

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan bahan yang digunakan 5.1.1 Alat Tabel 4. Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 5.1.2 Bahan Sendok Pipet

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4. 1 BAB V METODOLOGI 5.1 Bahan-bahan dan Alat yang Digunakan 5.1.1 Alat yang digunakan : No. Alat Ukuran Jumlah 1. Digester - 1 Buah 2. Pengaduk - 1 Buah 3. Kertas PH - Secukupnya 4. Gunting - 1 Buah 5.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Peralatan yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik tipe 210-LC (ADAM, Amerika Serikat), viskometer Brookfield (Brookfield Synchroectic,

Lebih terperinci

FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)

FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) Ria Wijayanty M. Husen 1), Paulina V. Y. Yamlean 1), Gayatri Citraningtyas 1) 1) Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan tahap pengolahan. 4.1 Tahap preparasi 4.1.1 Tahap Preparasi untuk Tempe Ada beberapa hal yang harus

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental 8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. BAHAN DAN ALAT 3.1.1 Bahan Baku Bahan baku yang digunakan adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) berumur sembilan bulan yang telah diiris dan dikeringkan. Temulawak tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Percobaan utama dilaksanakan pada bulan Maret 2012- April 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pengolahan Pangan, Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 28 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lebih terperinci