Blok Saraf Perifer. Hendry Irawan Dokter Internship RSUD Datu Sanggul, Tapin, Kalimantan Selatan, Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Blok Saraf Perifer. Hendry Irawan Dokter Internship RSUD Datu Sanggul, Tapin, Kalimantan Selatan, Indonesia"

Transkripsi

1 Blok Saraf Perifer Hendry Irawan Dokter Internship RSUD Datu Sanggul, Tapin, Kalimantan Selatan, Indonesia ABSTRAK Blok saraf perifer merupakan suatu teknik anestesi yang cocok untuk operasi superfisial pada ekstremitas. Selain untuk anestesi, teknik ini dapat digunakan untuk analgesia setelah operasi dan tatalaksana nyeri kronik. Keberhasilan anestesi perifer ditentukan berdasarkan posisi ujung jarum yang tepat di selubung perineural. Saat ini digunakan berbagai macam teknik blok saraf perifer. Kata kunci: teknik, anestesi, blok saraf ABSTRACT Peripheral nerve block is one of anesthetic technique which is suitable for superficial procedures in limbs. This technique can also be used for postoperative analgesia and treatment of chronic pain. Its effectiveness depends on the right position of needle tip in perineural sheath. Various peripheral nerve block techniques are commonly used. Hendry Irawan. Peripheral Nerve Block Key words: technique, anesthesia, nerve block PENDAHULUAN Blok saraf perifer merupakan teknik anestesi yang cocok untuk operasi superfisial pada ekstremitas. Keuntungan blok saraf perifer adalah tidak menganggu kesadaran dan refleks saluran napas atas. Teknik ini menguntungkan bagi pasien penyakit pulmoner kronik, gangguan jantung berat, atau gangguan fungsi ginjal. Akan tetapi pencapaian efek anestetik yang adekuat pada teknik ini kurang dapat diprediksi sehingga dapat mempengaruhi jalannya operasi. Keberhasilan teknik blok ini sangat dipengaruhi oleh keterampilan petugas/dokternya. Pasien juga harus kooperatif untuk mendapatkan hasil blok saraf perifer yang efektif. 1 Blok saraf perifer selain untuk anestesi, dapat digunakan untuk analgesia setelah operasi dan tatalaksana nyeri kronik. Pada saat evaluasi preoperatif perlu diperiksa dengan teliti adanya infeksi kulit di lokasi blok, selain itu perlu memastikan fungsi koagulasi yang normal. PERSIAPAN Pasien dievaluasi seperti halnya teknik anestesi lainnya dan pemberian obat berguna untuk mengurangi rasa sakit selama jarum dimasukkan untuk melakukan blok saraf perifer. Ruang tempat melakukan blok harus terdapat monitor, alat, dan obat jika terdapat reaksi obat anestesi lokal yang tidak diinginkan (adverse reactions). Selain itu kateter intravena harus terpasang sebelum melakukan blok. Obat-obatan sedasi atau anestesi umum dapat disiapkan, jika sewaktu-waktu perlu digunakan. Pemilihan obat anestetik lokal untuk blok saraf perifer tergantung pada onset, durasi, dan derajat blok konduksi. Lidokain dan mepivakain, 1-1,5% untuk operasi menit dan 2-3 jam, sedangkan ropivakain 0,5% dan bupivakain 0,375-0,5% memiliki onset lebih lambat dan kurang memblok sistem motorik, akan tetapi efek anestesi dapat bertahan 6-8 jam. Pemberian epinefrin 1: (5μg/ml) intravena dapat meningkatkan durasi blok konduksi 1, beberapa klinisi menggunakan dosis 3 ml anestesi lokal dengan 1: (5μg/mL) atau 1: (2,5μg/mL) epinefrin untuk mendeteksi letak intravaskular jarum atau kateter. Peningkatan denyut jantung lebih dari 20% dari keadaan awal menunjukkan injeksi ke intravaskular. Setiap pemberian 5 ml obat anestesi lokal dilakukan aspirasi untuk meminimalkan risiko injeksi intravaskular. 2 Keberhasilan anestesi perifer berdasarkan posisi yang tepat dari ujung jarum di selubung perineural. Dahulu pengerjaan ini dengan membuat parestesia dengan ujung jarum atau menggunakan pendekatan transarterial. Karena adanya risiko kerusakan arteri atau saraf permanen, maka berkembang suatu teknologi baru berupa alat stimulasi saraf untuk membantu menentukan letak ujung jarum. Penggunaan alat stimulasi saraf ini memiliki risiko meningkatkan morbiditas, sehingga dilakukan pengembangan alat baru yang lebih optimal, seperti ultrasonografi, Doppler, dan stimulasi saraf sensorik. Saat ini cara terbaik menentukan letak ujung jarum berdasarkan respon motorik terhadap stimulasi saraf. Respon motorik pada 0,5 ma/0,1 ms menunjukkan bahwa ujung jarum berada pada letak yang tepat dan anestesi lokal dapat diinjeksi. 2 Gambaran ultrasonografi dengan resolusi tinggi akan menghasilkan visualisasi saraf perifer, letak jarum blok, dan distribusi larutan anestesi lokal sehingga meningkatkan keberhasilan blok dan meminimalkan pemberian obat anestesi lokal. Selain itu ultrasonografi dapat mengetahui letak pembuluh darah agar dapat mengurangi risiko komplikasi. Ultrasonografi frekuensi tinggi menghasilkan gambaran yang bagus akan tetapi penetrasi ke dalam jaringan jelek. 1 Kontraindikasi blok saraf perifer adalah pasien tidak kooperatif (anak-anak, demensia, dan Alamat korespondensi yusuf_pluss@yahoo.com 930

2 Gambar 1 Pelengkapan blok saraf perifer 3 Keterangan: A. Penggaris dan pulpen untuk mengukur dan menentukan lokasi dan titik injeksi; B. Alkohol usap dan 1% lidokain siring 25G untuk anestesi kulit; C. Khlorheksidin glukonat sebagai antimikroba kulit; D. Siring untuk sedasi (5mg midazolam dan 250μg fentanyl untuk sedasi); E. Anestesi lokal; F. Stimulator saraf perifer; G. Jarum stimulator; H. Sarung tangan steril Gambar 3 ersarafan pleksus brakialis 2 Gambar 2 Lokasi blok saraf servikal superfisial 2,4 pasien memberontak), kecenderungan perdarahan (antikoagulan, hemofilia, dan koagulasi intravaskular diseminata), infeksi di lokasi blok, toksisitas anestesi lokal, dan neuropati perifer. 2 TEKNIK Blok Pleksus Servikalis Pleksus ini dibentuk oleh empat saraf servikal pertama. Kepala pasien dimiringkan ke sisi berlawanan sehingga pleksus servikal superfisial dapat diblok dengan infiltrasi obat anestesi lokal sedalam muskulus platysma dan di titik tengah dari batas lateral posterior muskulus sternokleidomastoideus. Penggunaan blok ini untuk operasi di daerah leher seperti endarterektomi karotis. Penggunaan blok ini kurang efektif jika tidak dikombinasikan dengan blok pleksus servikalis profunda. 1,2 Blok Pleksus Brakialis Pleksus brakialis dibentuk oleh rami anterior C5-C8 dan T1. Rami tersebut akan bergabung membentuk tiga trunkus di rongga antara muskulus skalene anterior dan media kemudian melewati kosta pertama dan berjalan di bawah klavikula untuk memasuki daerah aksila. Trunkus akan membentuk divisi anterior dan posterior lalu akan membentuk tiga fasikulus 931

3 Gambar 4 Blok interskalene 2,4 (cord) dan akhirnya akan membentuk cabang terminal yang mempersarafi sensorik dan motorik seluruh ekstremitas superior kecuali bagian bahu yang dipersarafi oleh pleksus servikalis dan lengan atas medial dipersarafi oleh nervus interkostobrakial dan kutaneus brakial medial. 1,2,4 Blok Interskalene Blok ini dilakukan dengan memberikan ml anestetik lokal ke celah interskalene yang berdekatan dengan prosesus transversus C6 (area vena jugularis eksterna). Lokasi ini terletak di lateral dari kartilago krikoid yang berpotongan dengan celah interskalene setinggi C6. Respon motorik stimulator saraf ekstremitas superior dapat dibangkitkan sebelum pemberian anestesi lokal, dan perlu diingat bahwa pleksus brakialis berada di superfisial (1-2 cm dari kulit). Pemberian 40 ml anestesi lokal akan memblok pleksus servikal dan brakial sehingga dapat dilakukan operasi daerah akromioklavikular walaupun saraf yang mempersarafi daerah ulna (C8-T1, trunkus inferior) mungkin tidak terblok. 1,2,4 Pneumotoraks jika pasien batuk atau nyeri dada saat mencari pleksus brakialis dan blok saraf phrenikus ipsilateral (hemiparesis diafragma) merupakan efek samping blok ini karena nervus phrenikus berada di muskulus skalene anterior. Pasien normal dapat mentoleransi paralisis unilateral diafragma tanpa gejala (asimptomatik), akan tetapi berbahaya bagi penderita insufisiensi respirasi atau kelumpuhan kontralateral nervus phrenikus. Blok nervus laringeal rekuren jarang terjadi, dapat menyebabkan obstruksi total jalan napas pada pasien dengan kelumpuhan pita suara kontralateral (vocal cord palsy). Riwayat preoperatif sesak napas atau operasi daerah leher perlu diperhatikan. 1,2,4 Blok Supraklavikular Keuntungan blok ini adalah dapat dilakukan pada berbagai posisi lengan. Blok ini dapat dilakukan dengan cara pasien berbaring telentang, lengan ipsilateral blok di sisi samping, dan leher mengarah ke sisi berlawanan. Jarum dimasukkan di sisi lateral muskulus sternokleidomastoideus yang berbatasan dengan klavikula dari anterior ke posterior hingga menemukan trunkus pleksus brakialis yang berada di antara muskulus skalene anterior dan media dan berada di atas arteri subklavia. Blok dilakukan dengan ml anestesi lokal. Komplikasi tersering blok ini adalah pneumotoraks dengan gejala batuk, dispnea, dan nyeri dada. Paralisis nervus phrenikus dapat terjadi (50% tindakan) meskipun tidak menunjukkan gejala klinis bermakna, oleh karena itu blok supraklavikular bilateral tidak direkomendasikan, terutama pada pasien penyakit paru obstruktif kronik. 1,2 Gambar 5 Blok supraklavikular 2 Blok Infraklavikular Blok ini dilakukan dengan posisi lengan bebas; lengan abduksi dapat mempermudah menentukan lokasi anatomi dan menggunakan marker prosesus coracoid. Lokasi blok 2 cm medial dari prosesus coracoid lalu 2 cm kaudal, jarum 18-22G dimasukkan tegak lurus kulit hingga tercapai respon motorik. Pleksus brakialis berada di atas arteri aksilaris. Setelah teridentifikasi, kecilkan stimulasi < 0,5 ma dan repson motorik berkurang, lalu aspirasi, jika tidak ada darah maka masukkan ml anestesi lokal. Adanya aktivitas nervus muskulokutaneus (kontraksi bisep atau brakialis) menandakan blok tidak sempurna, karena nervus muskulokutaneus dapat bercabang lebih awal dari pleksus brakialis. 1,2 Gambar 6 Blok infraklavikular 2 Blok Aksilaris Blok ini dapat digunakan untuk anestesi tangan, lengan, dan bahu. Pasien posisi berbaring, lengan abduksi 90, rotasi eksternal, dan siku fleksi 90. Identifikasi arteri aksilaris dan muskulus coracobrachialis, lalu tusukkan jarum paralel di celah dua marker tersebut, di atas arteri aksilaris ke arah proksimal dengan sudut dari kulit, kedalaman jarum kirakira 2,5-3,75 cm. Risiko blok ini jika jarum terlalu dalam akan mengenai arteri aksilaris, tarik jarum perlahan hingga darah tidak teraspirasi lagi. Hal ini menunjukkan bahwa posisi jarum berada superfisial dari arteri aksilaris dan masih berada di dalam selubung saraf, lalu masukkan larutan anestesi lokal. 1,2,4 Gambar 7 Blok aksilari 2,4 Blok Saraf Distal Ekstremitas Superior Anestesi di daerah tangan dapat dengan anestesi lokal di nervus medianus, ulnaris, dan radialis. Teknik ini digunakan dalam operasi tangan, sehingga tidak memerlukan torniket untuk mengontrol perdarahan. Blok ini juga dapat membantu blok pleksus brakialis yang tidak merata memblok sensorik daerah distal. Saat ini blok saraf daerah tangan lebih baik dilakukan di pergelangan tangan dibandingkan di siku. 1,2,4 932

4 Gambar 8 Blok saraf medianus 2,4 Blok Saraf Interkostal Blok ini dapat dilakukan dalam berbagai posisi, akan tetapi lebih optimal dalam posisi pronasi. Masing-masing kostae yang akan diblok, dipalpasi terlebih dahulu, dan diberi tanda 5-7 cm dari midline punggung. Kostae 6 hingga 11 dapat mudah dipalpasi, sedangkan kostae di atasnya terhalang skapula dan muskulus paraspinous. Jarum ditusukkan dengan sudut 80 hingga mengenai kostae, lalu jarum diarahkan ke kaudal sehingga berada di sisi inferior kostae. Kedalaman jarum 3-5 mm dan diberikan 3-5 ml anestetik lokal. 1,2 Gambar 9 Blok saraf ulnaris 2,4 Gambar 11 Blok saraf interkostal 2 Gambar 10 Blok saraf radialis 2,4 Blok Saraf Medianus Nervus medianus mempersarafi sensorik terbanyak di telapak tangan. Di pergelangan tangan nervus medianus diblok dengan memberi 3-5 ml anestesi lokal antara tendon palmaris longus dan fleksor karpi radialis. 1,2,4 Blok Saraf Ulnaris Blok saraf ini dilakukan dengan memasukkan jarum 3-4 cm ke arah medial antara tendon fleksor karpi ulnaris dan arteri ulnaris 3-5 ml anestetik lokal. 1,2,4 Blok Saraf Radialis Banyak pasien dominan sensasi nervus radialis di daerah dorsal tangan, oleh karena itu blok nervus radialis dapat dilakukan dengan infiltrasi subkutan 3-5 cm proksimal sendi pergelangan tangan. 1,4 Selain dengan infiltrasi subkutan, dapat dilakukan blok cabang sensorik ke arah sisi lateral ibu jari yang berada di antara arteri radialis dan tendon fleksor karpi radialis. Kemudian masukkan 1-2 ml anestetik lokal di daerah tersebut, pada beberapa orang nervus ini dapat terpalpasi dari volar ke dorsal, maka dapat diberikan 2-3 ml anestetik lokal langsung ke nervus di lateral radius. Anestesi ini akan memblok punggung tangan 3½ jari lateral. 2 Blok Saraf Ilioinguinal dan Iliohipogastrik Blok ini digunakan untuk operasi daerah inguinal dan genital, seperti herniorafi inguinal atau orchidopexy. Nervus ini merupakan cabang akhir pleksus lumbal L1 dan beberapa cabang dari T12. Lokasi blok ini 2 cm medial di atas spina iliaka anterior superior dan tusuk tegak lurus hingga di bawah fasia, lalu masukkan ml anestetik lokal. Cabang genital nervus genitofemoral diblok dengan 2-3 ml anestetik lokal lateral dari tuberkel pubis dan cabang femoral dapat diblok dengan 3-5 ml anestetik lokal subkutan di bawah ligamen inguinal. 1,2 Gambar 12 Blok saraf ilioinguinal dan iliohipogastrik 2 933

5 Blok Saraf Ekstremitas Inferior Ekstremitas bawah dipersarafi oleh pleksus lumbal dan sakral yang berdistribusi luas ketika memasuki daerah femoral. Oleh karena itu pada operasi ekstremitas bawah perlu dilakukan beberapa blok saraf perifer. 1,2,4 Blok Saraf Femoral Blok ini mempengaruhi bagian anterior dan medial tungkai atas. Ligamen inguinal diidentifikasi lalu membuat garis antara spina iliaka anterior superior dan tuberkel pubis. Di pertengahan garis tersebut arteri femoralis diidentifikasi dengan palpasi, lokasi penusukan tegak lurus kulit di 2 cm lateral dari arteri femoralis dan 2 cm distal dari garis ligamen inguinal dengan kedalaman 2-3 cm. Identifikasi kontraksi muskulus kuadriseps atau patellar snap, lalu turunkan < 0,5 ma, lalu injeksi ml anestetik lokal. 1,2 Blok Saraf Kutaneus Femoral Lateral Saraf ini merupakan saraf sensorik yang mempersarafi bagian lateral femur, memiliki banyak percabangan dan bervariasi tiap individu. Blok dilakukan dengan menginfiltrasi 5-10 ml anestetik lokal di 2 cm medial dan 2 cm distal dari spina iliaka anterior superior. Blok ini untuk anestesi operasi superfisial, seperti biopsi dan dapat membantu blok lain untuk operasi di atas lutut. Blok saraf femoral dengan jumlah anestetik lokal yang banyak, dapat memblok saraf ini. 1,2 saraf skiatik, sekitar 2 cm lebarnya ketika keluar dari pelvis. Pasien diposisikan lateral dekubitus (Sim s position) ke arah berlawanan dengan saraf yang akan diblok. Batasan yang digunakan adalah trokanter mayor, spina iliaka posterior superior, dan hiatus sakral. Garis pertama dibuat dari trokanter mayor dan spina iliaka posterior superior dan garis kedua dari trokanter mayor dan hiatus sakral. Titik tengah dari garis trokanter mayor dan spina iliaka posterior superior diberi tanda dan dibuat garis tegak lurus dengan titik tengah itu ke arah kaudal hingga bersilangan dengan garis trokanter mayor dan hiatus sakral (kurang lebih 5 cm), titik persilangan itu merupakan lokasi blok. Jarum dimasukkan tegak lurus hingga terdapat respon motorik muskulus gluteal, pergelangan kaki, kaki, dan jari kaki. Setelah semua respon motorik didapat, turunkan stimulator hingga < 0,5 ma, lalu masukkan ml anestetik lokal. 2 Gambar 15 Blok saraf kutaneus femoral lateral 2 Gambar 13 Blok saraf femoral 2 Blok Saraf Safenus Saraf ini merupakan cabang nervus femoralis yang mempersarafi tungkai di bawah lutut. Saraf ini berjalan bersamaan dengan vena safenus di medial tungkai. Lokasi blok di sekitar vena safenus setinggi tuberositas tibia. Vena ini sulit dipalpasi, dapat dibantu dengan ultrasonografi. Blok ini biasanya dikombinasi dengan blok saraf poplitea. Dilakukan dengan infiltrasi subkutan 7-10 ml anestetik lokal mulai dari tuberositas tibia dan menuju medial hingga mendekati bagian posterior tungkai. 1,2 Gambar 14 Blok saraf safenus 2 Blok Saraf Obturator Saraf ini dapat bervariasi mempersarafi femur, ada yang sisi medial (20%), posterior (23%), atau tidak mempersarafi (57%). Blok saraf ini dengan menusukkan jarum 1-2 cm lateral dan distal dari tuberkel pubis. Jika telah menyentuh tulang, jarum diarahkan ke lateral dan kaudal dengan kedalaman 2-4 cm memasuki foamen obturator sehingga terdapat respon motorik aduktor. Setelah itu menurunkan stimulator < 0,5 ma dan aspirasi untuk memastikan tidak mengenai vaskular, lalu masukkan ml anestetik lokal. 2 Gambar 16 Blok saraf obturator 2 Blok Saraf Skiatik Pleksus sakralis (L4-5, S1-3) membentuk Gambar 17 Blok saraf skiatik 2 Blok Saraf Poplitea Blok saraf poplitea memberi anestesi daerah proksimal sebelum saraf skiatik bercabang menjadi nervus peroneus komunis dan tibialis di fosa poplitea. Blok ini dapat dilakukan dari lateral ataupun posterior. Keuntungan blok dari lateral adalah pasien tetap dalam posisi supinasi, sedangkan jika dari posterior pasien posisi pronasi atau lateral dekubitus. Pada blok dari lateral, palpasi celah intertendinous antara muskulus vastus lateralis dan biseps femoris, kurang lebih cm dari proksimal patela, kemudian jarum ditusukkan dengan sudut distal dan sudut posterior hingga ditemukan respon motorik pergelangan kaki, kaki, dan jari kaki (kedalaman 6-9 cm), lalu masukkan ml anestetik lokal. 2,4 934

6 Gambar 20 Blok saraf pergelangan kaki 2 Gambar 18 Blok saraf poplitea dari lateral 4 Gambar 19 Blok saraf poplitea dari posterior 4 Blok saraf poplitea dari posterior dengan mengidentifikasi fosa poplitea sebagai segitiga dengan batas lateral muskulus biseps femoris, batas medial muskulus semitendinous dan semimembranous, dan batas inferior garis poplitea. Pada titik tengah garis poplitea tarik garis tegak lurus hingga bersilangan pada ujung segitiga poplitea (8-10 cm), kemudian lokasi jarum 1 cm dari ujung dan 1 cm ke lateral dengan sudut posterior 30-45, kedalaman 4-6 cm hingga menemukan kontraksi pergelangan kaki, kaki, dan jari kaki, lalu berikan ml anestetik lokal. 2,4 Blok Saraf Pergelangan Kaki Saraf perifer yang mempersarafi kaki ada lima dan semuanya dapat diblok setinggi maleolus. Nervus tibialis merupakan saraf utama telapak kaki, terletak di posterior arteri tibialis posterior dan diblok dengan infiltrasi 5-8 ml anestetik lokal. Nervus suralis mempersarafi bagian lateral kaki dan diblok dengan 5-8 ml anestetik lokal di celah antara maleolus lateralis dan kalkaneus. Nervus peroneus profunda mempersarafi jari kaki pertama dan kedua, diblok dengan identifikasi celah proksimal antara tendon ekstensor halikus longus dan tendon ekstensor digitorum longus, lalu injeksi subkutan 5-8 ml anestetik lokal hingga mengenai periosteum. Kemudian dari lokasi ini infiltrasi subkutan 5-8 ml anestetik lokal ke arah maleolus lateralis untuk memblok nervus peroneus superfisialis yang mempersarafi dorsum kaki. Setelah itu, dari lokasi yang sama arahkan jarum ke maleolus medialis infiltrasi subkutan 5-8 ml anestetik lokal untuk memblok nervus safenus yang mempersarafi bagian medial kaki. 2 SIMPULAN Blok saraf perifer merupakan suatu teknik anestesi yang cocok untuk operasi superfisial ekstremitas. Keuntungan blok saraf perifer adalah kesadaran pasien tidak terganggu dan adanya proteksi refleks saluran napas atas. Penggunaan ultrasonografi dapat membantu visualisasi saraf perifer, pembuluh darah, letak jarum blok, dan distribusi larutan anestesi lokal. Saat ini berbagai teknik blok saraf perifer telah dikembangkan seperti blok pleksus servikalis, blok pleksus brakialis, blok saraf distal ekstremitas superior, blok saraf interkostal, blok saraf ilioinguinal dan iliohipogastrik, dan blok saraf ekstremitas inferior. DAFTAR PUSTAKA 1. Stoelting RK, Miller RD. Basics of Anesthesia, 5 th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; Morgan GE Jr., Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology, 4 th ed. USA: McGraw-Hill Co.; Buckenmaier III C, Bleckner L. Military Advanced Regional Anesthesia and Analgesia Handbook. Washington: Borden Institute Walter Reed Army Medical Center; Meier G, Büttner J. Regional Anesthesi: Pocket Compendium of Peripheral Nerve Blocks [English version revised by Selander D]. Munich: Arcis Publ. Co.;

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

Anestesi Lokal dan Regional untuk Biopsi Kulit

Anestesi Lokal dan Regional untuk Biopsi Kulit Anestesi Lokal dan Regional untuk Biopsi Kulit Yuanita Dian Utama Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / Rumah Sakit Dokter Kariadi, Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

GAMBAR 6-5 Arteri Tonometri

GAMBAR 6-5 Arteri Tonometri GAMBAR 6-5 Arteri Tonometri Tindakan tonometry arteri mengalahkan - to- beat tekanan darah arteri dengan merasakan tekanan yang dibutuhkan untuk sebagian meratakan arteri superfisial yang didukung oleh

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Trauma Lahir dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Jenis trauma lahir 1. Trauma lahir pada kepala Ekstrakranial Intrakranial 2. Trauma Medulla Spinalis 3. Trauma

Lebih terperinci

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80) Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80) Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anestesi Spinal a. Definisi Anestesi spinal adalah suatu cara memasukan obat anestesi lokal ke ruang intratekal untuk menghasilkan atau menimbulkan hilangnya

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

MAKALAH WRIST DROP. Disusun Oleh : BINARTHA UTAMI Pembimbing : dr. Aida Fithrie, Sp.S

MAKALAH WRIST DROP. Disusun Oleh : BINARTHA UTAMI Pembimbing : dr. Aida Fithrie, Sp.S MAKALAH WRIST DROP Disusun Oleh : BINARTHA UTAMI 100100241 Pembimbing : dr. Aida Fithrie, Sp.S DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H.ADAM MALIK MEDAN 2014 2 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 1. Definisi Spinal Cord Injury Tulang belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdiri dari 33 tulang, antara lain :

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Paru Goenawan Cisarua Bogor,

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Paru Goenawan Cisarua Bogor, Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2014;2(3): 181 5] Lama Pengerjaan, Volume Anestetik Lokal, dan Angka Keberhasilan Blokade Aksilar dengan Panduan Pencitraan Ultrasonografi pada Prosedur Arterio-Venous

Lebih terperinci

NEUROPATI RADIALIS. Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara

NEUROPATI RADIALIS. Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara NEUROPATI RADIALIS Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Neuropati radialis adalah suatu kelainan fungsional dan struktural pada nervus radialis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini menempati posisi keempat dari jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita dan akan

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

Adalah suatu cedera pada seluruh atau sebagian dari pleksus brakhialis yang terjadi pada saat proses persalinan

Adalah suatu cedera pada seluruh atau sebagian dari pleksus brakhialis yang terjadi pada saat proses persalinan Ika Rosdiana Adalah suatu cedera pada seluruh atau sebagian dari pleksus brakhialis yang terjadi pada saat proses persalinan Cedera pada upper plexus brachial : Erb s palsy Cedera pada lower plexus brachial

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN PERBANDINGAN ANTARA PEMASANGAN TOURNIQUET UNILATERAL DAN BILATERAL PADA EXTREMITAS INFERIOR UNTUK MENGURANGI PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANESTESI SPINAL DI RSO. Prof. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) 1. Analisa Gas Darah Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran ph (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI MANAJEMEN NYERI POST OPERASI Ringkasan Manajemen nyeri post operasi bertujuan untuk meminimalisasi rasa tidak nyaman pada pasien, memfasilitasi mobilisasi dini dan pemulihan fungsi, dan mencegah nyeri

Lebih terperinci

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500 PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN DARAH ANTARA LIDOKAIN 5% HIPERBARIK DENGAN BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK PADA ANESTESI SPINAL UNTUK OPERASI EKSTREMITAS INFERIOR DI RSO. Prof. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 2 NOMOR 3, AGUSTUS 2015 LAPORAN KASUS

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 2 NOMOR 3, AGUSTUS 2015 LAPORAN KASUS JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 2 NOMOR 3, AGUSTUS 2015 LAPORAN KASUS Blok Pleksus Brakhialis Infraklavicula Vertikal Pada Close Fraktur 1/3 Tengah Humerus Wahyu Nugroho, *Calcarina FRW, *Sudadi Peserta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masehi para biara-biara di cina kuno sudah mengenal bentuk-bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. masehi para biara-biara di cina kuno sudah mengenal bentuk-bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Senam lantai Senam lantai berawal dari negara tirai bambu. Sejak tahun 2700 sebelum masehi para biara-biara di cina kuno sudah mengenal bentuk-bentuk sederhana dari gerakan senam

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BLOK INFRAKLAVIKULAR KONTINYU SEBAGAI MANAJEMEN NYERI AKUT PASCAOPERASI EKSTREMITAS ATAS

LAPORAN KASUS BLOK INFRAKLAVIKULAR KONTINYU SEBAGAI MANAJEMEN NYERI AKUT PASCAOPERASI EKSTREMITAS ATAS LAPORAN KASUS BLOK INFRAKLAVIKULAR KONTINYU SEBAGAI MANAJEMEN NYERI AKUT PASCAOPERASI EKSTREMITAS ATAS Sri Astuti, I Made Gede Widnyana Bagian Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus

BAB I PENDAHULUAN. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ischialgia adalah rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan n. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus tibialis. Keluhan yang

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) SOP INJEKSI PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) A. INJEKSI INTRA VENA Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat kedalam pembuluh darah vena Injeksi intravena diberikan jika diperlukan

Lebih terperinci

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN RM 02.05.04.0114 Dokter Pelaksana Tindakan Penerima Informasi Penerima Informasi / Pemberi Penolakan * SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN PEMBERIAN INFORMASI JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA ( ) 1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena

Lebih terperinci

PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN. R. Nety

PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN. R. Nety PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN R. Nety Rustikayanti @2018 Tujuan Menjelaskan 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan Mendeskripsikan struktur anatomi tulang panggul Mengenali ukuran normal diameter

Lebih terperinci

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) : Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak

Lebih terperinci

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA

Lebih terperinci

Penjelasan Tentang Penelitian

Penjelasan Tentang Penelitian enjelasan Tentang enelitian Lampiran 1 Nama saya adalah May Ciska Sijabat/121101078, mahasisiwi rogram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di RSU Haji Adam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting dalam mempertahankan fungsi sendi patellofemoral dengan menarik patela ke arah

Lebih terperinci

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun 1 RANGKUMAN Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun skrotum yang dapat menyebabkan rasa nyeri, atrofi testis dan menyebabkan infertilitas. 5 Anatomi dan Histologi a. b. Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan komputer khususnya di perkotaan sudah sangat lazim, tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari anak-anak, ibu rumah

Lebih terperinci

Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending

Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending Cedera medulla spinalis adalah cedera pada medulla spinalis yang dapat mempengaruhi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Perubahan ini dapat sementara atau permanen. Cedera medulla spinalis paling banyak

Lebih terperinci

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH BAYU TIRTA SUKMANA 1 ANATOMI OLAHRAGA Ebook Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA ANATOMI OLAHRAGA PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA Buku ini didedikasikan untuk kemajuan Sport Science

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF Pokok bahasan Sub Pokok bahasan : Latihan fisik rentang derak/ Range Of Motion (ROM) : Mengajarkan latihan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent 2.1.1 Definisi Informed consent Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI

PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan data-data yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan terhadap pemeriksaan-pemeriksaan

Lebih terperinci

ANALISA GAS DARAH DAN INJEKSI

ANALISA GAS DARAH DAN INJEKSI ANALISA GAS DARAH DAN INJEKSI Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa dapat : - Menjelaskan tujuan pengambilan darah arteri LEARNING OUTCOME - Melakukan pengambilan darah arteri secara cermat dan akurat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 4 Prosedur pemeriksaan bayi baru lahir menggunakan skala ballard : 1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan dan minta persetujuan tindakan. 2. Lakukan anamnesa

Lebih terperinci

Anestesi spinal adalah pemberian obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid.

Anestesi spinal adalah pemberian obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi spinal Anestesi spinal adalah pemberian obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid. Teknik anestesi spinal sederhana, cukup efektif dan mudah dikerjakan. Indikasi anestesi spinal yaitu untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang. 12 II. TINJAUAN PUTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Sepak Bola Sepak bola merupakan suatu permainan yang dilakukan dengan cara menyepak bola dengan mengunakan kaki, bola dperebutkan dintara para pemain, yang

Lebih terperinci

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) Medical First Responder Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) SASARAN Selesai mengikuti pelajaran, peserta mampu: 1. Menjelaskan patah tulang terbuka & tertutup, serta menyebutkan 4 tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat digunakan untuk prosedur pembedahan daerah abdomen bagian bawah, perineum dan ekstremitas

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.

Lebih terperinci

Sindroma Kompartemen I. PENDAHULUAN

Sindroma Kompartemen I. PENDAHULUAN Sindroma Kompartemen I. PENDAHULUAN Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan intertisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial yang

Lebih terperinci

Cedera Spinal / Vertebra

Cedera Spinal / Vertebra Cedera Spinal / Vertebra Anatomi 7 Servikal Anterior 12 Torakal Posterior 5 Lumbal Sakral Anatomi Posterior Anterior Motorik Cedera Spinal Sensorik Otonom Susunan Syaraf ke Ekstremitas Plexus Brachialis

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) N.Medianus dpt tertekan/terdesak swkt melalui bag.bawah retinakulum flexor menuju telapak tangan sebabkan G/sensorik sampai kelemahan ibu jari. Etiologi dan Patologi Terowongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Apabila terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap atau posisi tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut Oxendine dalam Harsono (1988:223)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin

Lebih terperinci

DISLOKASI SENDI PANGGUL

DISLOKASI SENDI PANGGUL DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

INJEKSI SUB CUTAN (SC) INJEKSI SUB CUTAN (SC) NO ASPEK NG DI BOBOT.... Menempatkan alat dekat klien 2.. 1 Mengatur posisi klien sesuai penyuntikan 2 Memasang perlak/pengalas 2 Mendekatkan bengkok 2 4 Memilih tempat penyuntikan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE Station 1: Perawatan Pasien yang Menggunakan Traksi Gambaran Umum Traksi merupakan alat immobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan

Lebih terperinci

masukan sensoris pada sendi. Penelitian lain menjelaskan mengenai persarafan melalui dorsal rami dari akar saraf spinal L5-S4.

masukan sensoris pada sendi. Penelitian lain menjelaskan mengenai persarafan melalui dorsal rami dari akar saraf spinal L5-S4. Definisi Sendi sakroiliaka merupakan penyebab kecil tetapi signifikan dari nyeri punggung bawah, bokong, dan nyeri ekstremitas bagian bawah. Disfungsi sendi sakroiliaka adalah diagnosis yang dapat ditegakkan

Lebih terperinci

3 X 2 (coaching session)

3 X 2 (coaching session) MODUL 8 : ANESTESI UMUM Mengembangkan Kompetensi Waktu (Semester 1) Sesi di dalam kelas Sesi dengan fasilitasi Pembimbing Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 2 X 1 jam (classroom session) 3 X 2 (coaching

Lebih terperinci

ALAT DAN BAHAN. 2 buah penggaris / mistar. Pulpen. Kapas dan alkohol SKENARIO SESAK NAFAS

ALAT DAN BAHAN. 2 buah penggaris / mistar. Pulpen. Kapas dan alkohol SKENARIO SESAK NAFAS (JVP) dalam bahasa Inggris, adalah tekanan sistem vena yang diamai secara idak langsung (indirek). Secara langsung (direk), tekanan sistem vena diukur dengan memasukkan kateter yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan

Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan Jenis-Jenis Neuropati Tambahan Joint Charcot Joint Charcot, atau sering juga disebut arthropathy neuropatik,

Lebih terperinci

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER NAMA PEMBIMBING : Dr. Edi Prasetyo, Sp.S DISUSUN OLEH Adib Wahyudi (1102010005) Andhika Dwianto (1102010019) Arif Gusaseano (1102010033) Dianta Afina (1102010075) Gwendry

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) Dosen Pembimbing: Iis Fatimawati, S.Kep.Ns,M.Kes Oleh : Astriani Romawati 141.0020 Lina Ayu Dika 141.0057 Miftachul Rizal H. 141.0064 Varinta Putri P. 141.0103

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dunia. Prevalensi diabetes melitus pada tahun 2000 sekitar 2,8% atau 171 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dunia. Prevalensi diabetes melitus pada tahun 2000 sekitar 2,8% atau 171 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi diabetes melitus (DM) meningkat secara dramatis di seluruh dunia. Prevalensi diabetes melitus pada tahun 2000 sekitar 2,8% atau 171 juta jiwa dan meningkat

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.

Lebih terperinci

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) OUTLINE: Tujuan Pendahuluan Tulang dan ligamen Otot-otot dasar panggul Jaringan Penyambung Viseral DeLancey Level Derajat

Lebih terperinci

INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016

INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016 AKSES VASKULAR INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016 TUJUAN : Peserta mengetahui tentang pentingnya akses vaskular. Peserta mengetahui tentang jenis akses vaskular.

Lebih terperinci

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY Abstrak lutut mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini kurang mampu melawan kekuatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS DISUSUN OLEH: PUTU EKA ANGGA RIANTINI P. 17420112108 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap pembedahan, dilakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk baik menghilangkan rasa nyeri yang kemudian disebut dengan anestesi. Dan keadaan hilangnya

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT Tanggal terbit: Disahkan oleh: Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. NIP. 19760220 200212 2 001 Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Bulutangkis Menurut Subardjah (2000) bulutangkis merupakan bentuk permainan bola kecil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Bulutangkis Menurut Subardjah (2000) bulutangkis merupakan bentuk permainan bola kecil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Bulutangkis Menurut Subardjah (2000) bulutangkis merupakan bentuk permainan bola kecil yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL Tugas Anestesi FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL disusun oleh ASTRI NURFIDAYANTI 110.2004.036 FK UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN KLINIK PERIODE 14 FEBRUARI-19 MARET 2011 DEPARTEMEN ANESTESI DAN REANIMASI RUMAH

Lebih terperinci

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM ADAPTASI LOKOMOSI BERLARI Melibatkan gerakan cyclic dan berulang anggota gerak (stride=satu siklus anggota gerak pada gait tertentu) Gait = satu kali

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 1 88 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 2 89 SURAT IJIN SURVEI AWAL PENELITIAN Lampiran 3 90 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 4 91 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN CLINICAL SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAporan KAsus. Blok Aksilar pada Pasien Pseudoaneurisma pada Antebrakii Sinistra yang Disertai Gagal Ginjal Terminal

LAporan KAsus. Blok Aksilar pada Pasien Pseudoaneurisma pada Antebrakii Sinistra yang Disertai Gagal Ginjal Terminal Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2014;2(1): 79 84] Blok Aksilar pada Pasien Pseudoaneurisma pada Antebrakii Sinistra yang Disertai Gagal Ginjal Terminal Abstrak Yunita Susanto Putri, Dedi Fitri Yadi

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 SERI 2 KANULASI INTRAVENA

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 SERI 2 KANULASI INTRAVENA BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 SERI 2 KANULASI INTRAVENA Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 2017 1 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN CLINICAL SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lebih terperinci

@ OTOT Merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. * Sel Otot Dibagi Menjadi 3 Golongan yaitu : 1. Otot Motoritas - Otot

@ OTOT Merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. * Sel Otot Dibagi Menjadi 3 Golongan yaitu : 1. Otot Motoritas - Otot @ OTOT Merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. * Sel Otot Dibagi Menjadi 3 Golongan yaitu : 1. Otot Motoritas - Otot serat lintang - Otot kerangka - Otot sadar 2. Otot Otonom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Anak 2.1.1 Definisi Pertumbuhan Proses pertumbuhan berjalan seiring dengan pertambahan usia anak. Definisi pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran atau dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau potensi kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau potensi kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rasa sakit didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman dan suatu pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau potensi kerusakan tubuh (Levine, 2012), oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Popularitas anestesi lokal yang semakin meluas dan meningkat dalam bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan adanya kontraindikasi

Lebih terperinci

Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi. Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S

Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi. Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S PEMERIKSAAN FISIK ANAMNESIS PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS Anamnesis Keluhan

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda.

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda. C. SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) dan REFLEKS SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Anterior Approach to the Sciatic Nerve Block in Correlation with Femur Length and Patient s Height Using Ultrasound As a Guidance

ARTIKEL PENELITIAN. Anterior Approach to the Sciatic Nerve Block in Correlation with Femur Length and Patient s Height Using Ultrasound As a Guidance Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2013;1(2): 78 85] Korelasi Penanda Anatomis Blokade Saraf Iskiadikus Pendekatan Anterior dengan Panjang Femur dan Tinggi Badan Menggunakan Ultrasonografi Maransdyka Purnamasidi,

Lebih terperinci