ANALISIS DETEKSI WARNA MARKING PADA CAMSHAFT SEBAGAI IDENTIFIKASI TYPE BENDA KERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DETEKSI WARNA MARKING PADA CAMSHAFT SEBAGAI IDENTIFIKASI TYPE BENDA KERJA"

Transkripsi

1 5 ANALISIS DETEKSI WARNA MARKING PADA CAMSHAFT SEBAGAI IDENTIFIKASI TYPE BENDA KERJA Adirin, Seta Samsiana, H. Sugeng Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam 45 (UNISMA) Universitas Islam 45 Bekasi Jl.Cut Meutia No. 83, Telp , Ext. 124 ABSTRAK Suatu cara untuk mempermudah mengenali jenis produk yaitu dengan cara menggunakan marking. Marking warna adalah satu contoh dalam melakukan pengenalan dan pemisahan jenis produk. Marking dengan warna mempunyai kelebihan yaitu mudah untuk dilihat dan diingat oleh setiap orang. Pengolahan citra digital banyak digunakan untuk melakukan proses mengenali berbagai karakteristik suatu obyek dan sangat bermanfaat untuk kebutuhan manusia untuk kemajuan teknologi. Penelitian ini menggunakan obyek warna marking yang tertera di camshaft. Warna yang diteliti yaitu warna merah, kuning, hijau, dan biru. Citra yang digunakan dalam proses deteksi warna yaitu citra dengan ruang warna HSV. Proses yang dilakukan dalam pengolahan citra digital di penelitian ini yaitu pengambilan citra marking warna sebagai obyek, menyimpan citra, konversi citra ruang warna RGB ke citra ruang warna HSV, segmentasi citra HSV, menghitung luas citra biner. Hasil dari penelitian didapatkan nilai ambang dari elemen piksel citra HSV sebagai batas area segmentasi, Nilai Ambang batas marking warna merah yaitu (0.00 hue 0.03 dan 0.98 hue 1.00, saturation 0.30 dan value 0.34), marking warna kuning (0.10 hue 0.16, saturation 0.34, value 0.54), marking warna hijau (0.31 hue 0.50, saturation 0.21, value 0.31 ), dan marking warna biru ( 0.57 hue 0.65, Saturation 0.30, value 0.31). Hasil dari proses segmentasi adalah citra biner yang hanya memiliki 2 nilai piksel yaitu 0 dan 1. Luas citra biner dari hasil segmentasi digunakan dalam menentukan nilai threshold untuk memberikan range/batasan luas marking yang diijinkan. Penentuan prosentasi deteksi yaitu dengan membandingkan bentuk luas area marking pada citra biner hasil segmentasi dengan bentuk asli luas area marking pada citra RGB, dan yang bentuknya sama atau mirip dengan luas area marking aslinya adalah hasil pendeteksian dengan prosentasi 100%. Berdasarkan hasil analisis deteksi citra warna marking didapatkan bahwa pendeteksian warna dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Hasil penelitian didapatkan bahwa pencahayaan yang baik untuk proses pengambilan citra yaitu intensitas 200 lux sampai dengan 400 lux, dengan akurasi pendeteksian 80% ~ 100%. Pengujian aplikasi sistem deteksi warna marking keempat jenis warna tersebut diatas dengan menggunakan intensitas pencahayaan 350 lux, dan batas ambang luas citra biner menggunakan batas toleransi 20% dari luas citra biner 100% yang telah ditetapkan berdasarkan kesamaan bentuk, sistem telah berhasil berfungsi dengan baik yaitu dengan akurasi keberhasilan 100%. Kata kunci : Pengolahan Citra Digital, Segmentasi, Nilai Ambang Batas, Citra HSV, Citra Biner

2 6 ABSTRACT One way to simplify recognize the type of product that is by using markings. Marking color is an example of doing recognition and separation of products. Marking the color has the advantage that easy to be seen and remembered by everyone. Digital image processing is used to perform the process of identifying the characteristics of an object and is very beneficial to the human need for technological advancement. This study uses a color marking objects printed on the camshaft. Studied color is red, yellow, green, and blue. The image used in the process detection colors is the HSV color space image. The process is done in Digital Image Processing in this research is capture image of color marking, save the image, converting the RGB color space to HSV color space, segmentation the HSV image, calculate the amount of wide binary image. Results of the research was found a threshold value of pixel elements the HSV image as area for segmentation. The threshold of red marking is (0.00 hue 0.03 and 0.98 hue 1.00, saturation 0.30 and value 0.34), the yellow marking is (0.10 hue 0.16, saturation 0.34, value 0.54), the green marking is (0.31 hue 0.50, saturation 0.21, value 0.31 ), and the blue marking is ( 0.57 hue 0.65, Saturation 0.30, value 0.31). Results of the segmentation process is a binary image that only has 2 pixel values are 0 and 1. Size of the binary image segmentation results are used in determining the threshold value for a given range area marking the allowable limits. The determination of the percentage of detection by comparing the shape of the area marking of binary image as result of segmentation with the original shape of the area marking on the RGB image, and that looks the same or similar to the original marking area is result detection with the percentage 100%. Based on the analysis detection of color image marking was found that the detection of color is affected by light intensity. The result showed that the lighting is good for the capture image process is used light intensity 200 lux to 400 lux, with the accuracy detection is 80% ~ 100%. Testing of color detection system application for four types of color marking mentioned above by using the intensity of illumination of 350 lux, and the threshold binary image using range tolerance 20% from wide area binary image 100% that has been set based on similarity of shape marking, The system has successful to work well, with an accuracy result is 100%. Keywords: Digital Image Processing, Segmentation, Threshold, HSV, Binary PENDAHULUAN Kebutuhan akan sebuah proses yang cepat dan akurat dalam suatu industri sangat diperlukan, sehingga perbaikan/improvement sistem untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas selalu menjadi hal yang termasuk di kedepankan. Adanya kejadian tertukar antara jenis produk camshaft satu dengan produk camshaft jenis lainnya yang dikarenakan oleh tidak adanya mesin untuk pengecekan warna marking, sehingga pengecekan dilakukan dengan visual oleh operator pemberi warna marking. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan dalam satu lini produksi digunakan untuk 4 jenis produk camshaft yang periode pergantian proses jenis tidak terjadwal, karena produksinya mengikuti pesanan pelanggan dan pekerja pengoperasi lini produksi tersebut mempunyai 3 pergantian jadwal kerja dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu improvement untuk mengatasi masalah tersebut, dan salah satu cara yang diperlukan adalah bagaimana melakukan pengecekan warna tersebut tidak lagi dengan visual tetapi ada alat yang berfungsi untuk melakukan pengecekan warna marking sehingga akan mengurangi kesalahan dalam pengecekan warna, karena alat tersebut

3 7 bisa diatur melalui program sesuai dengan warna marking yang telah ditetapkan disesuikan dengan jenis produk. Rumusan masalah berdasarkan pada latar belakang masalah diatas yaitu dibutuhkan suatu sistem untuk mendeteksi marking warna yang tertera di camshaft sesuai dengan jenis camshaft yang telah ditetapkan, sehingga dapat dilakukan efisiensi waktu perbaikan marking warna dengan tepat. Pembatasan masalah dalam melakukan penelitian ini antara antara lain : 1. Analisis deteksi warna menggunakan program MATLAB berdasarkan pengolahan citra digital. 2. Warna yang diteliti yaitu warna yang dipakai di lini produksi tersebut yaitu merah, kuning, hijau dan biru. Tujuan dari penelitian analisis deteksi warna ini yaitu : 1. Mendapatkan nilai karakteristik dari warna marking sehinggga bisa digunakan untuk membuat sistem deteksi marking warna yang tertera di produk camshaft sesuai dengan jenis produk camshaft yang telah ditetapkan. 2. Memberikan informasi melalui monitor interface kepada pengguna apabila terjadi kesalahan warna marking Manfaat dari penelitian analisis deteksi warna ini yaitu : 1. Melakukan pengecekan ketepatan warna marking yang tertera di camshaft sesuai dengan jenis camshaft yang telah ditetapkan. 2. Mendeteksi kesalahan warna marking yang tertera di camshaft sehingga sehingga dapat dilakukan efisiensi waktu perbaikan marking warna dengan tepat. TINJAUAN PUSTAKA Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinyu menjadi gambar diskrit melalui proses sampling. Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variable f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial sedangkan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat tersebut. Teknologi dasar untuk menciptakan dan menampilkan warna pada citra digital berdasarkan pada penelitian bahwa sebuah warna merupakan kombinasi dari tiga warna dasar, yaitu merah, hijau, dan biru (Red, Green, Blue -RGB) (Gonzales, 2004). Citra digital dibentuk oleh kumpulan titik yang dinamakan piksel (pixel atau picture element ). Setiap piksel digambarkan sebagai satu kotak kecil dan setiap piksel mempunyai koordinat posisi. Sistem koordinat yang mengikuti asas pemindaian pada layar TV standar itu, sebuah piksel mempunyai koordinat berupa (x,

4 8 y). Dalam hal ini, x menyatakan posisi kolom, y menyatakan posisi baris. Piksel pojok kiri-atas mempunyai koordinat (0, 0) dan piksel pada pojok kanan-bawah mempunyai koordinat (N-1, M-1). Jenis Citra Digital 1. Citra Berwarna Citra berwarna atau biasa dinamakan citra RGB, merupakan jenis citra yang menyajikan warna dalam bentuk komponen R (merah), G (hijau), dan B (biru). Setiap komponen warna menggunakan 8 bit (nilainya berkisar antara 0 sampai dengan 255). Dengan demikian, kemungkinan warna yang bisa disajikan mencapai 255 x 255 x 255 atau warna. 2. Citra Berskala Keabuan Sesuai dengan nama yang melekat, citra jenis ini menangani gradasi warna hitam dan putih, yang tentu saja menghasilkan efek warna abu-abu. Pada jenis gambar ini, warna dinyatakan dengan intensitas. Dalam hal ini, intensitas berkisar antara 0 sampai dengan 255. Nilai 0 menyatakan hitam dan nilai 255 menyatakan putih. 3. Citra Biner Citra biner adalah citra dengan setiap piksel hanya dinyatakan dengan sebuah nilai dari dua buah kemungkinan (yaitu nilai 0 dan 1). Nilai 0 menyatakan warna hitam dan nilai 1 menyatakan warna putih. Dasar Warna dan Ruang Warna Manusia sebenarnya melihat warna adalah karena cahaya yang dipantulkan oleh objek. Dalam hal ini, spektrum cahaya kromatis berkisar antara nm (Zhou, dkk., 2010). Istilah kromatis berarti kualitas warna cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang. Karakteristik persepsi mata manusia dalam yang membedakan antara satu warna dengan warna yang lain berupa hue, saturation, dan brightness. Gonzalez & Woods (2002) mendefinisikan ruang warna (atau kadang disebut sistem warna atau model warna) sebagai suatu spesifikasi sistem koordinat dan suatu subruang dalam sistem tersebut dengan setiap warna dinyatakan dengan satu titik di dalamnya. Tujuan dibentuknya ruang warna adalah untuk memfasilitasi spesifikasi warna dalam bentuk suatu standar. Ruang warna yang paling dikenal pada perangkat komputer adalah RGB, yang sesuai dengan watak manusia dalam menangkap warna. Namun, kemudian dibuat banyak ruang warna, antara lain HSV, CMY, LUV, dan YIQ. HSV merupakan contoh ruang warna yang merepresentasikan warna seperti yang dilihat oleh mata manusia. H berasal dari kata hue, S berasal dari saturation, dan V berasal dari value.

5 9 Gambar 1. Ruang warna HSV Model HSV, yang pertama kali diperkenalkan A. R. Smith pada tahun 1978, ditunjukkan pada Gambar 1. Untuk mendapatkan nilai H, S, V berdasarkan R, G, dan B yaitu dengan rumus berikut. (1) (2) (3) (4) (5) Segmentasi Citra Segmentasi citra merupakan proses yang ditujukan untuk mendapatkan objek-objek yang terkandung di dalam citra atau membagi citra ke dalam beberapa daerah dengan setiap objek atau daerah memiliki kemiripan atribut. Segmentasi juga biasa dilakukan sebagai langkah awal untuk melaksanakan klasifikasi objek. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Pengambilan data dilakukan dengan beberapa kondisi untuk membandingkan hasil pengujian data antara lain : 1. Ruangan dengan pencahayaan 1 lampu berjarak ± 50cm dari benda kerja dengan daya 8 watt.

6 10 2. Ruangan dengan pencahayaan 2 lampu yaitu lampu ruangan 20 watt dengan jarak ± 350cm dan lampu duduk 8 watt dengan jarak ± 50 cm 3. Ruangan dengan tanpa menggunakan cahaya lampu hanya menggunakan cahaya luar dalam keadaan cuaca cerah dan posisi di dekat jendela ruangan. Gambar 2. Pencahayaan Tempat Proses Pengambilan Citra Digital Pengambilan citra/image menggunakan webcam C170 logitech yang dikoneksikan dengan komputer yang telah di install software MATLAB versi (R2011a). Ukuran resolusi citra yang dipakai yaitu 640 x 480 piksel, dengan jenis image bertipe JPEG (Joint Photographics Expert s Group) dan dengan posisi jarak ketinggian kamera terhadap marking camshaft bersifat tetap/sama. Pengumpulan Data Penelitian Mulai Pengambilan Citra Marking Pengukuran dan Pengumpulan Data Elemen piksel R, G, B Konversi Citra RGB ke Citra HSV Pengukuran dan Pengumpulan Data Elemen Piksel H, S, V Segmentasi Citra HSV Pengukuran dan Pengumpulan Data Luas Citra Biner Selesai Gambar 3. Blok Diagram Teknik Pengumpulan Data

7 11 Data objek penelitian berupa variabel ukuran yang dikumpulkan melalui proses pengolahan citra digital dengan pengambilan citra menggunakan ketiga kondisi pencahayaan diatas adalah sebagai berikut: 1. Nilai elemen piksel red, green, dan blue dari citra jenis RGB yaitu nilai elemen yang didapatkan langsung melalui pengukuran dari citra warna marking yang didapatkan melalui proses capture yang menghasilkan citra digital dengan ruang warna RGB. 2. Nilai elemen hue, saturatio, dan value dari citra jenis HSV, dimana citra HSV didapatkan dengan cara konversi citra dengan ruang warna RGB ke citra HSV. Elemen citra ini bisa diperoleh dengan melakukan pengecekan langsung menggunakan MATLAB dan juga bisa dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus konversi ruang warna RGB ke HSV. 3. Nilai luas citra biner yaitu nilai elemen area piksel citra biner yang berwarna putih, yaitu jumlah piksel yang mengandung nilai 1, dimana nilai 1 ini adalah nilai warna putih hasil dari proses segmentasi citra HSV. Pengolahan Citra Dengan Matlab MATLAB adalah sebuah software yang menggunakan bahasa dengan (high-performance) kinerja tinggi untuk komputasi masalah teknik. Salah satu bagian dari matlab adalah graphics.guide atau GUI builder merupakan sebuah graphical user interface (GUI) yang dibangun dengan obyek grafik seperti tombol (button), kotak teks, slider, menu dan lain-lain. Sampai saat ini, jika kita membicarakan pemrograman berorientasi visual, yang ada di benak kita adalah sederetan bahasa pemrograman, seperti visual basic, Delphi, visual C++, visual Fox Pro, dan lainnya yang memang didesain secara khusus untuk itu. 1. Proses Capture Gambar 4. Peralatan Proses Pengambilan Data Citra Digital

8 12 Gambar 5. Citra Digital Marking Warna Merah dengan 3 Kondisi Pencahayaan 2. Pengukuran dan Pengumpulan Data Elemen piksel R, G, B & Elemen piksel HSV Proses pengukuran nilai elemen piksel dilakukan dengan tools box image processing yang merupakan bagian dari sistem pada MATLAB. Gambar 6. Proses Pengecekan & Pemeriksaan Nilai Elemen Red, Green dan Blue dari Citra RGB dan Hue, Saturation, dan Value dari Citra HSV dengan MATLAB Analisis dan Pengujian Data Penelitian Data hasil penyederhanaan yang didapatkan dari citra warna marking yang telah selesai dilakukan pengumpulan datanya. Tabel 1. Hasil Penyederhanaan Pengambilan Data Nilai Elemen Piksel HSV Secara Sampling Dari Citra Marking Warna Dengan Menggunakan 3 Kondisi Pencahayaan No Pencahayaan Proses Capture Citra Data 1 (Ruangan dengan Pencahayaan 1 lampu = 200 Lux) Data 2 (Ruangan dengan Pencahayaan 2 lampu = 400 lux ) Data 3 ( Ruangan dengan Pencahayaan Luar Jendela/matahari= 170 lux) Nilai threshold untuk proses deteksi warna marking H S V H S V H S V H S V Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max T1 Min T1 Max T2 Min 0.98 T2 Max 1.00 Merah Kuning Hijau Biru

9 13 Data diatas dipakai untuk nilai ambang/threshold dalam proses segmentasi citra HSV sehingga diperoleh citra biner. Cara yang digunaklan dalam segmentasi citra berwarna dengan ruang warna HSV yaitu menggunakan teknik pengambangan global (Global Image Thresholding). Pengertiannya yaitu nilai ambang T bergantung pada nilai intensitas f(y, x), Setiap pixel di dalam citra dipetakan ke dua nilai, 1 atau 0 dengan fungsi pengambangan: (6) T adalah nilai ambang yang dispesifikasikan. Dengan operasi pengambangan tersebut, objek dibuat berwarna terang (1 atau putih) sedangkan latar belakang berwarna gelap (0 atau hitam). Jika nilai intensitas objek diketahui dalam selang [T1, T2], maka kita dapat menggunakan fungsi pengambangan: (7) Pada penelitian ini, digunakan metoda segmentasi pemberian ambang batas pada tiap-tiap tingkatan warna marking. Metoda ini mensegmen obyek berdasarkan nilai elemen warnanya. Batasan nilai ambang/threshold yang digunakan berdasarkan data diatas yaitu marking warna merah (0.00 hue 0.03 dan 0.98 hue 1.00, saturation 0.30 dan value 0.34), marking warna kuning (0.10 hue 0.16, saturation 0.34, value 0.54), marking warna hijau (0.31 hue 0.50, saturation 0.21, value 0.31 ), dan marking warna biru ( 0.57 hue 0.65, Saturation 0.30, value 0.31). (A) (B) (C) Gambar 7. Grafik Nilai Elemen Hue Hasil Dari Pengecekan Elemen Citra HSV (A) Hue, (B) Saturation, (C) Value

10 14 Manusia secara umum mengenal ukuran dengan 3 definisi, yaitu Besar, Sedang dan Kecil. Penilaian besar, sedang, maupun kecil untuk tiap-tiap orang pun bersifat subyektif. Artinya, seseorang bisa menganggap suatu benda itu dikatakan besar, tetapi orang yang lain mungkin mengatakan masih kurang besar. Oleh karena itu, diperlukan persamaan persepsi agar komputer juga mampu mendefinisikan suatu benda itu dikatakan Besar, Sedang atau Kecil. Komputer mengetahui ukuran suatu obyek, dengan menghitung jumlah piksel yang dilakukan secara global pada citra. Proses scanning citra dilakukan mulai dari titik (0,0) sampai (N,M). Nilai akan bertambah saat piksel yang terdeteksi bukan background. Nilai bertambah 1, jika pada baris maupun kolom mendeteksi perbedaan warna dengan background sesuai setting yang diinginkan. Gambar 8. Scanning Luas Obyek pada Citra Biner Setelah diketahui nilai threshold diatas, langkah selanjutnya yaitu proses pengujian daridata yang telah didapatkan. Berikut ini adalah hasil pengujian nilai threshold menggunakan data dari nilai diatas. HASIL DETEKSI WARNA MARKING WARNA MERAH HASIL DETEKSI AKURASI DETEKSI HASIL DETEKSI WARNA MARKING WARNA KUNING PROSENTASE DETEKSI AKURASI DETEKSI CAHAYA LUAR 170 LUX 89% 1641 PIKSEL 89% CAHAYA LUAR 170 LUX 163% 2895 PIKSEL 37% CAHAYA 1 LAMPU 200 LUX 92% 1700 PIKSEL 92% CAHAYA 1 LAMPU 200 LUX 112% 1987 PIKSEL 88% CAHAYA 2 LAMPU 400 LUX 100% 1839 PIKSEL 100% CAHAYA 2 LAMPU 400 LUX 100% 1772 PIKSEL 100% Gambar 9. Marking Merah Gambar 10. Marking Kuning

11 15 HASIL DETEKSI WARNA MARKING WARNA MERAH HASIL DETEKSI CAHAYA LUAR 170 LUX 88% 1315 PIKSEL AKURASI DETEKSI 88% HASIL DETEKSI WARNA MARKING WARNA MERAH HASIL DETEKSI CAHAYA LUAR 170 LUX 87% 1454 PIKSEL AKURASI DETEKSI 87% CAHAYA 1 LAMPU 200 LUX 100% % CAHAYA 1 LAMPU 200 LUX 96% 1616 PIKSEL 96% CAHAYA 2 LAMPU 400 LUX 86% % CAHAYA 2 LAMPU 400 LUX 100% 1678 PIKSEL 100% Gambar 11. Marking Merah Gambar 12. Marking Kuning Berdasarkan hasil pengujian nilai threshold diatas, pendeteksian untuk warna marking hasilnya cukup baik, dimana bentuk dari citra biner warna putih sesuai dengan bentuk marking, berarti warna marking tersebut terpisahkan dengan warna lain, dan sesuai dengan tujuan segmentasi ini yaitu mengelompokan citra menjadi dua bagian, dimana piksel marking sebagai fronground dan piksel selain warna marking sebagai background. Tabel 2. Hasil Pengujian Deteksi Warna Marking Berdasarkan Pencahayaan No. Warna Marking 1 MERAH 2 KUNING 3 HIJAU 4 BIRU Intensitas Cahaya (Lux) Luas Area Deteksi Marking Warna (Piksel) Prosentase Hasil Deteksi Marking Warna (%) Hasil Rata-Rata Deteksi Warna Marking (%) 100 Lux % 18% 4% 23% 22% 19% 200 Lux % 90% 86% 89% 87% 89% 300 Lux % 86% 88% 89% 90% 89% 400 Lux % 98% 98% 99% 100% 98% 500 Lux % 98% 99% 104% 99% 100% 600 Lux % 85% 87% 90% 91% 88% 700 Lux % 74% 77% 83% 85% 81% 800 Lux % 85% 84% 85% 79% 83% 1000 Lux % 67% 67% 62% 56% 63% 100 Lux % 158% 177% 169% 161% 166% 200 Lux % 112% 112% 115% 112% 113% 300 Lux % 109% 109% 108% 109% 110% 400 Lux % 97% 100% 100% 99% 99% 500 Lux % 98% 98% 97% 95% 97% 600 Lux % 37% 36% 35% 32% 36% 700 Lux % 43% 105% 35% 35% 52% 800 Lux % 13% 12% 17% 14% 14% 1000 Lux % 3% 2% 1% 3% 2% 100 Lux % 13% 10% 3% 8% 11% 200 Lux % 94% 90% 93% 100% 95% 300 Lux % 93% 94% 100% 92% 93% 400 Lux % 78% 77% 77% 86% 79% 500 Lux % 78% 72% 80% 82% 79% 600 Lux % 2% 0% 2% 12% 3% 700 Lux % 5% 5% 1% 0% 5% 800 Lux % 1% 2% 3% 6% 4% 1000 Lux % 0% 0% 0% 0% 0% 100 Lux % 1% 10% 0% 6% 6% 200 Lux % 93% 95% 95% 96% 95% 300 Lux % 95% 95% 96% 92% 94% 400 Lux % 95% 100% 95% 92% 96% 500 Lux % 99% 97% 98% 97% 97% 600 Lux % 86% 86% 85% 87% 86% 700 Lux % 86% 86% 87% 86% 86% 800 Lux % 79% 80% 79% 79% 79% 1000 Lux % 57% 44% 49% 48% 49% Walaupun warna marking telah terdeteksi sesuai dengan bentuk asalnya, tetapi ada piksel-piksel kecil yang nilai elemennya ikut masuk kedalam nilai threshold sehingga terdeteksi sebagai warna marking,

12 16 hal ini terjadi karena pantulan cahaya warna marking yang disebabkan oleh pencahayaan, jadi untuk mendapatkan hasil segmentasi yang baik maka perlu diperhatikan tentang pencahayaan yang stabil dan baik. Gambar 13. Grafik Hasil Pengujian Deteksi Warna Marking Berdasarkan Pencahayaan Berdasarkan hasil pengujian diatas, pengujian aplikasi sistem deteksi warna marking berhasil dengan baik yaitu pada nilai rata-rata intensitas 200 lux sampai dengan 400 lux untuk semua warna marking, sehingga sistem dapat bekerja untuk semua warna pada nilai intensitas antara 200 ~ 400 Lux. Sedangkan nilai threshold luas citra biner untuk sistem pendeteksian warna marking yaitu dengan nilai akurasi hasil deteksi 80% ~ 120%. Pengujian aplikasi sistem deteksi jenis produk berdasarkan warna marking yang dilakukan yaitu menggunakan pencahayaan dengan intensitas 350 lux dan nilai threshold luas citra biner yaitu pendeteksian 100% pada data diatas dengan penambahan toleransi area luas citra biner ± 20%. Berikut ini adalah hasil pengujian yang telah dilakukan, yaitu 10 kali pengujian pada setiap jenis

13 17 produk yang tertera warna marking, maka nilai luas citra yang dipakai untuk threshold yaitu sebagai berikut : 1. Nilai threshold marking warna merah yaitu 1471 piksel sampai dengan 2207 piksel (1471 Luas citra biner 2207) 2. Nilai threshold marking warna kuning yaitu 1418 piksel sampai dengan 2126 piksel (1418 Luas citra biner 2126) 3. Nilai threshold marking warna hijau yaitu 1189 piksel sampai dengan 1783 piksel (1189 Luas citra biner 1783) 4. Nilai threshold marking warna biru yaitu 1342 piksel sampai dengan 2014 piksel (1342 Luas citra biner 2014) Start Capture Repair Marking, Select Program Number, or Illumination Lamp Conversion RGB to HSV Segmentation HSV Image Display icon Reject, Value of Biner Image, Error Message & Remedy Analyze Detection Image No Yes Display Icon Okay & Value of Biner Image End Gambar 14. Blok Diagram Aplikasi Sistem Deteksi Marking Warna Proses kerja dari aplikasi sistem deteksi marking warna sesuai dengan diagram blok diatas yaitu melakukan capture menggunakan kamera berjenis webcam, konversi citra RGB hasil capture ke citra HSV, segmentasi citra HSV menggunakan nilai threshold elemen piksel HSV, analisa hasil deteksi marking warna dimana nilai threshold menggunakan luas citra biner, jika hasil analisa memenuhi syarat maka menampilkan ikon okey, dan apabila tidak memenuhi syarat maka akan menampilkan

14 18 ikon reject dan error message beserta message cara perbaikannya. Berikut adalah gambar tampilan dari aplikasi deteksi marking warna yang telah dibuat untuk pengujian nilai threshold luas citra biner area warna marking yang terdeteksi. Gambar 15..Tampilan Interface Aplikasi Sistem Deteksi Marking Warna Gambar 16.. Pengujian Threshold Citra Biner Pada Aplikasi Sistem Deteksi Marking Warna Gambar 17..Tampilan Pengujian Threshold Citra Biner Pada Aplikasi Sistem Deteksi Marking Warna Apabila Terjadi Reject Tabel 3. Hasil Pengujian Sitem Deteksi Marking Warna Sesuai Dengan Jenis Camshaft Menggunakan Nilai Threshold Citra Biner

15 19 WARNA MARKING KEPUTUSAN SISTEM (OK/NG) PROSENTASI KEBERHASILAN SISTEM MERAH OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK 100% KUNING OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK 100% HIJAU OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK 100% BIRU OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK 100% Hasil diatas menunjukan bahwa aplikasi sitem deteksi produk berdasarkan pada warna marking telah berhasil dengan akurasi keberhasilan 100% pada keempat jenis produk dengan masing-masing warna yang telah ditetapkan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis deteksi warna marking yang tertera di camshaft, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Proses segmentasi citra warna marking dengan ruang warna HSV menggunakan metode thresholding, berhasil memisahkan obyek warna marking dengan nilai threshold sebagai berikut : Marking warna merah Nilai threshold elemen citra hue yaitu antara nilai 0.00 sampai dengan 0.03 ( 0.00 hue 0.03 ) dan nilai 0.98 sampai 1.00 ( 0.98 hue 1.00 ) Nilai threshold untuk saturation yaitu lebih besar atau sama dengan 0.30 ( Saturation 0.30 ) Nilai threshold untuk value yaitu lebih besar atau sama dengan 0.34 ( Value 0.34) Marking warna kuning Nilai threshold elemen citra hue yaitu antara nilai 0.10 sampai dengan 0.16 ( 0.10 hue 0.16 ) Nilai threshold untuk saturation yaitu lebih besar atau sama dengan 0.34 ( Saturation 0.34) Nilai threshold untuk value yaitu lebih besar atau sama dengan 0.54 (Value 0.54) Marking warna hijau Nilai threshold elemen citra hue yaitu antara nilai 0.31 sampai dengan 0.50 ( 0.31 hue 0.50 ) Nilai threshold untuk saturation yaitu lebih besar atau sama dengan 0.21 ( Saturation 0.21) Nilai threshold untuk value yaitu lebih besar atau sama dengan 0.31 (Value 0.31) Marking warna biru Nilai threshold elemen citra hue yaitu antara nilai 0.57 sampai dengan 0.65 ( 0.57 hue 0.65 ) Nilai threshold untuk saturation yaitu lebih besar atau sama dengan 0.30 ( Saturation 0.30 )

16 20 Nilai threshold untuk value yaitu lebih besar atau sama dengan 0.31 ( Value 0.31) Berdasarkan hasil pengujian, untuk kempat warna marking rata-rata bekerja dengan baik di intensitas cahaya 200 lux sampai dengan 400 lux. Pengujian aplikasi sistem deteksi warna marking sebagai identifikasi produk menggunakan pencahayaan dengan intensitas cahaya 350 lux, telah berhasil berfungsi dengan baik dengan akurasi keberhasilan 100%. Luas citra biner berhasil digunakan untuk sistem aplikasi pendeteksian marking warna yaitu sebagai acuan dalam menentukan keputusan okey dan reject, dengan catatan ukuran resolusi citra dan jarak antara kamera dengan obyek tidak berubah-rubah. SARAN Berdasarkan pada pengalaman yang didapat penulis selama penelitian yang dilakukan, maka untuk menyempurnakan aplikasi pendeteksian warna yang telah dibuat, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1.Dibutuhkan kamera dengan kualitas yang lebih bagus, sesuai dengan kondisi pabrik, supaya dapat tahan terhadap suhu yang panas dan udara industri yang kotor. 2.Perlu dilakukan penelitian terhadap jenis ruang warna lain untuk bisa membandingkan pengaruh intensitas cahaya terhadap hasil pendeteksian, sehingga bisa diketahui ruang warna terbaik untuk pendeteksian berkaitan dengan warna. DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir., dan Adhi Susanto Teori dan Aplikasi Pengolahan Citra. Yogyakarta : Penerbit Andi Fajar Astuti Hermawati., Pengolahan Citra Digital (Konsep dan Teori). Yogyakarta : Penerbit Andi. R.H.Sianipar., et.al MATLAB untuk Pemrosesan Citra Digital. Bandung : Penerbit Informatika Etta Mamang.S., dan Sopiah Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Andi The Mathwork, Inc [ ( ) Reefaat Yousef., dan Ahmed A., Introduction to Graphical User Interface (GUI) MATLAB 6.5. UAE university IEEE UAEU Student Branch, 2010

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

Pengolahan citra. Materi 3

Pengolahan citra. Materi 3 Pengolahan citra Materi 3 Citra biner, citra grayscale dan citra warna Citra warna berindeks Subject Elemen-elemen Citra Digital reflectance MODEL WARNA Citra Biner Citra Biner Banyaknya warna hanya 2

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Ari Sutrisna Permana 1, Koredianto Usman 2, M. Ary Murti 3 Jurusan Teknik Elektro - Institut Teknologi Telkom - Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Berwarna

Pengolahan Citra Berwarna MK3383 Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Berwarna M. Zidny Naf an, M.Kom. Semester Genap 2015/2016 http://www.colormatters.com/color-and-vision/how-the-eye-sees-color Bagaimana Manusia Melihat Warna?

Lebih terperinci

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK Jurnal Dinamika, April 2017, halaman 18-29 P-ISSN: 2087-889 E-ISSN: 2503-4863 Vol. 08. No.1 PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini, akan membahas implementasi dan hasil pengujian dari program aplikasi yang telah dibuat. Pada perancangan aplikasi ini meliputi perbedaan citra hasil foto

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

Grafik Komputer dan Pengolahan Citra. Pengolahan Citra : Representasi Citra. Universitas Gunadarma Pengolahan Citra : Representasi Citra 1/16

Grafik Komputer dan Pengolahan Citra. Pengolahan Citra : Representasi Citra. Universitas Gunadarma Pengolahan Citra : Representasi Citra 1/16 Pengolahan Citra : Representasi Citra Universitas Gunadarma 006 Pengolahan Citra : Representasi Citra /6 Representasi Citra dalam File (/3) Pertama-tama seperti halnya jika kita ingin melukis sebuah gambar,

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

FERY ANDRIYANTO

FERY ANDRIYANTO SISTEM ANALISA IMAGE PROCESSING UNTUK MENCARI KEMIRIPAN PADA TEKSTUR WARNA KULIT MANUSIA MENGGUNAKAN HISTOGRAM WARNA SKRIPSI Oleh : FERY ANDRIYANTO 0734010123 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Citra atau gambar merupakan salah satu komponen penting dalam dunia multimedia karena memiliki peranan penting dalam hal menyajikan suatu informasi dalam bentuk gambar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

COLOR SPACE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

COLOR SPACE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya COLOR SPACE Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Materi: 1. Konsep Warna 2. Standard Color Space RGB dan CMYK HSV CIE Lab, Luv, Yuv dan YCrCb 3. Color Gamut 4. Konversi Color Spaces KONSEP

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2)

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2) Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2) ISSN : 1693 1173 Abstrak Pengenalan obyek pada citra merupakan penelitian yang banyak dikembangkan. Salah satunya pengenalan

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

Gambar 4.1 Diagram Percobaan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Pada bab ini dilakukan pembahasan dari implementasi terhadap sistem yang telah dirancang, berupa cara kerja sistem dan pembahasan data-data percobaan yang

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI DINDING PRESENTASI INTERAKTIF DENGAN PENDETEKSIAN POSISI SINAR POINTER LASER SEBAGAI OPERATOR KURSOR MOUSE ABSTRAK

PERANCANGAN DAN REALISASI DINDING PRESENTASI INTERAKTIF DENGAN PENDETEKSIAN POSISI SINAR POINTER LASER SEBAGAI OPERATOR KURSOR MOUSE ABSTRAK PERANCANGAN DAN REALISASI DINDING PRESENTASI INTERAKTIF DENGAN PENDETEKSIAN POSISI SINAR POINTER LASER SEBAGAI OPERATOR KURSOR MOUSE Naftali Inafiar Yonida 0822077 Email : naph_yon@yahoo.com Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN PENGUCAPAN HURUF VOKAL DENGAN METODA PENGUKURAN SUDUT BIBIR PADA CITRA 2 DIMENSI ABSTRAK

SISTEM PENGENALAN PENGUCAPAN HURUF VOKAL DENGAN METODA PENGUKURAN SUDUT BIBIR PADA CITRA 2 DIMENSI ABSTRAK SISTEM PENGENALAN PENGUCAPAN HURUF VOKAL DENGAN METODA PENGUKURAN SUDUT BIBIR PADA CITRA 2 DIMENSI Adhi Fajar Sakti Wahyudi (0722062) Jurusan Teknik Elektro Email: afsakti@gmail.com ABSTRAK Teknologi pengenalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PEMILIHAN BUAH TOMAT UNTUK BIBIT UNGGUL BERDASARKAN WARNA DAN UKURAN MENGGUNAKAN HSV DAN THRESHOLDING

PENGEMBANGAN APLIKASI PEMILIHAN BUAH TOMAT UNTUK BIBIT UNGGUL BERDASARKAN WARNA DAN UKURAN MENGGUNAKAN HSV DAN THRESHOLDING PENGEMBANGAN APLIKASI PEMILIHAN BUAH TOMAT UNTUK BIBIT UNGGUL BERDASARKAN WARNA DAN UKURAN MENGGUNAKAN HSV DAN THRESHOLDING Ahmad Zaky Maula 1, Cahya Rahmad 2, Ulla Delfana Rosiani 3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN Dolly Indra dolly.indra@umi.ac.id Teknik Informatika Universitas Muslim Indonesia Abstrak Pada tahap melakukan ekstraksi ciri (feature extraction) faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Digital Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Romindo Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran No. 190 Pasar VI Manunggal romindo4@gmail.com Nurul Khairina Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

Judul : APLIKASI PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN MATLAB 7. 1 Nama : MELISA NPM :

Judul : APLIKASI PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN MATLAB 7. 1 Nama : MELISA NPM : Judul : APLIKASI PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN MATLAB 7. 1 Nama : MELISA NPM : 50403778 Email : reval_lauren@yahoo.com ABSTRAK Citra yang dimiliki pengguna seringkali mengalami gangguan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS Ikhwan Ruslianto KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS IKHWAN RUSLIANTO Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan

Lebih terperinci

Pengolahan Citra (Image Processing)

Pengolahan Citra (Image Processing) BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Citra (Image) Processing Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WAJAH SESEORANG BERDASARKAN CITRA BIBIR MENGGUNAKAN METODE EIGEN FUZZY SET ABSTRAK

IDENTIFIKASI WAJAH SESEORANG BERDASARKAN CITRA BIBIR MENGGUNAKAN METODE EIGEN FUZZY SET ABSTRAK IDENTIFIKASI WAJAH SESEORANG BERDASARKAN CITRA BIBIR MENGGUNAKAN METODE EIGEN FUZZY SET Disusun oleh : Moriska Beslar 0422101 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl.Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH no.65,

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Diagram blok penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai Mulai Perancangan Pengumpulan Informasi Analisis Informasi Pembuatan

Lebih terperinci

Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA. Achmad Basuki PENS-ITS, 26 Des 2006

Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA. Achmad Basuki PENS-ITS, 26 Des 2006 Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA PENS-ITS, 26 Des 2006 Materi Format Warna RGB r-gcolor Normalized RGB HSV YCrCb TSL Deteksi Warna Static Threshold Distance Threshold Dynamic Threshold Format Warna

Lebih terperinci

Deteksi dan Klasifikasi Citra Berdasarkan Warna Kulit Menggunakan HSV

Deteksi dan Klasifikasi Citra Berdasarkan Warna Kulit Menggunakan HSV Jati Sasongko Wibowo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : jatisw@gmail.com Abstrak Dalam model HSV (Hue Saturation Value) ini digunakan untuk segmentasi warna kulit manusia dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital Muhammad Khoiruddin Harahap Politeknik Ganesha Medan choir.harahap@yahoo.com Abstrak Algoritma kompresi Shannon-Fano merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Warna 1 Semester Genap 2010/2011. Dr. Fitri Arnia Multimedia Signal Processing Research Group (MuSig) Jurusan Teknik Elektro-UNSYIAH

Pengolahan Citra Warna 1 Semester Genap 2010/2011. Dr. Fitri Arnia Multimedia Signal Processing Research Group (MuSig) Jurusan Teknik Elektro-UNSYIAH Pengolahan Citra Warna 1 Semester Genap 2010/2011 Dr. Fitri Arnia Multimedia Signal Processing Research Group (MuSig) Jurusan Teknik Elektro-UNSYIAH Outline Pengolahan warna penuh dan warna pseudo Penyajian

Lebih terperinci

Klasifikasi Warna Menggunakan Pengolahan Model Warna HSV

Klasifikasi Warna Menggunakan Pengolahan Model Warna HSV JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 2, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 83-87 Klasifikasi Warna Menggunakan Pengolahan Model Warna HSV R. D. Kusumanto 1*, Alan Novi Tompunu, dan Wahyu Setyo Pambudi 2 1. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA Nurliadi 1 *, Poltak Sihombing 2 & Marwan Ramli 3 1,2,3 Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Evan 13506089 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16089@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id Pembentukan Citra Citra ada 2 macam : 1. Citra Kontinu Dihasilkan dari sistem optik yang menerima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau inisiasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata steganos yang artinya tulisan tersembunyi (covered writing) dan kata graphos yang berarti tulisan. Sehingga steganografi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab landasan teori ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang terkait dengan Content Based Image Retrieval, ekstraksi fitur, Operator Sobel, deteksi warna HSV, precision dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. pemperbaiki kualitas citra agar mendapatkan hasil citra yang baik dan mudah

BAB II DASAR TEORI. pemperbaiki kualitas citra agar mendapatkan hasil citra yang baik dan mudah BAB II DASAR TEORI 2.1 Visi Komputer (Computer Vision) Visi komputer merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana komputer dapat mengenali objek yang akan diamati/ diobservasi. Hal ini dilakukan bertujuan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Konveyor Penyortiran Barang Dengan Pengenalan Pola Bentuk dan Warna Menggunakan Webcam

Rancang Bangun Konveyor Penyortiran Barang Dengan Pengenalan Pola Bentuk dan Warna Menggunakan Webcam ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Rancang Bangun Konveyor Penyortiran Barang Dengan Pengenalan Pola Bentuk dan Warna Menggunakan Webcam Rudi Hasudungan Hutabarat 1, Sri Ratna Sulistiyanti

Lebih terperinci

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1 BAB II LANDASAN TEORI Computer vision adalah bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat mesin seolah-olah dapat melihat. Komponen dari Computer Vision tentunya adalah gambar atau citra, dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Secara umum, citra digital merupakan gambar 2 dimensi yang disusun oleh data digital dalam bentuk sebuah larik (array) yang berisi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS VISION SENSOR UNTUK MENDETEKSI WARNA

ANALISIS SENSITIVITAS VISION SENSOR UNTUK MENDETEKSI WARNA SKRIPSI ANALISIS SENSITIVITAS VISION SENSOR UNTUK MENDETEKSI WARNA Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan Untuk menyelesaikan program S-1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muria

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS

KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS Sigit Sugiyanto*, Feri Wibowo Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

One picture is worth more than ten thousand words

One picture is worth more than ten thousand words Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

Tipe dan Jenis Layar Komputer Grafik. By Ocvita Ardhiani.

Tipe dan Jenis Layar Komputer Grafik. By Ocvita Ardhiani. Tipe dan Jenis Layar Komputer Grafik By Ocvita Ardhiani. PENGERTIAN GRAFIKA KOMPUTER Grafika komputer adalah bidang dari komputasi visual dimana penggunaan komputer akan menghasilkan gambar visual secara

Lebih terperinci

ANALISA ALGORITMA PENGHITUNG KENDARAAN RODA EMPAT DALAM KONDISI SIANG DAN MALAM HARI DENGAN METODE FRAME INTERSECTION

ANALISA ALGORITMA PENGHITUNG KENDARAAN RODA EMPAT DALAM KONDISI SIANG DAN MALAM HARI DENGAN METODE FRAME INTERSECTION ANALISA ALGORITMA PENGHITUNG KENDARAAN RODA EMPAT DALAM KONDISI SIANG DAN MALAM HARI DENGAN METODE FRAME INTERSECTION Brillian Bagus Pakerti Utama 1), Ratri Dwi Atmaja 2), Azizah 3) 1),2),3) S1 Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA Naser Jawas Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Jl Raya Puputan No.86 Renon, Denpasar, Bali 80226

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

ANALISIS CITRA PERMUKAAN THERMOCHROMIC LIQUID CRYSTAL BERDASARKAN NILAI STATISTIK HUE

ANALISIS CITRA PERMUKAAN THERMOCHROMIC LIQUID CRYSTAL BERDASARKAN NILAI STATISTIK HUE 42 R. Suryantari et al., Aplikasi Citra Permukaan Thermochromic Liquid Crystal ANALISIS CITRA PERMUKAAN THERMOCHROMIC LIQUID CRYSTAL BERDASARKAN NILAI STATISTIK HUE Risti Suryantari*, Flaviana Program

Lebih terperinci

KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC

KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC Hanif Al Fatta STMIK AMIKOM Yogyakarta e-mail : hanivonitch@yahoo.com ABSTRACTS This paper explains how to manipulate image file format.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2007 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

Aplikasi Kamera Web Untuk Mengukur Luas Permukaan Sebuah Obyek 3D

Aplikasi Kamera Web Untuk Mengukur Luas Permukaan Sebuah Obyek 3D Aplikasi Kamera Web Untuk Mengukur Luas Permukaan Sebuah Obyek 3D Alexander Christian / 0322183 Jl. Ciumbuleuit 46-48 Bandung 40141 Telp 081933371468 Email: christiansthang@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Identifikasi Barcode Untuk Deteksi ID Produk Menggunakan Webcam

Perancangan Sistem Identifikasi Barcode Untuk Deteksi ID Produk Menggunakan Webcam Perancangan Sistem Identifikasi Barcode Untuk Deteksi ID Menggunakan Webcam Albert Haryadi [1], Andrizal,MT [2], Derisma,MT [3] [1] Jurusan Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas,

Lebih terperinci

Sistem Deteksi Bola Berdasarkan Warna Bola Dan Background Warna Lapangan Pada Robot Barelang FC

Sistem Deteksi Bola Berdasarkan Warna Bola Dan Background Warna Lapangan Pada Robot Barelang FC Sistem Deteksi Bola Berdasarkan Warna Bola Dan Background Warna Lapangan Pada Robot Barelang FC Hanjaya Mandala (1).EkoRudiawan,S.ST (2).HendawanSoebhakti,ST.,MT (3). (1) (2) (3) Politeknik Negeri Batam

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL IKAN MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING DIGITAL FISH IMAGE SEGMENTATION BY THRESHOLDING METHOD

SEGMENTASI CITRA DIGITAL IKAN MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING DIGITAL FISH IMAGE SEGMENTATION BY THRESHOLDING METHOD SEGMENTASI CITRA DIGITAL IKAN MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING Max R. Kumaseh 1), Luther Latumakulita 1), Nelson Nainggolan 1) 1) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi Jl. Kampus Unsrat,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK 3.1. Sistem Pendeteksi Senyum Sistem pendeteksi senyum dalam skripsi ini dibuat dengan membandingkan tiga buah metode, yaitu Harris Corner Detection, Edge Based Corner

Lebih terperinci

Bab III Perangkat Pengujian

Bab III Perangkat Pengujian Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu

Lebih terperinci

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI

PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI Setiawardhana 1), Nana Ramadijanti 2), Rizky Yuniar Hakkun 3), Aji Seto Arifianto 4) 1,2,3) Dosen Jurusan

Lebih terperinci