ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG AYAM GORENG KAKI LIMA DI SINGARAJA
|
|
- Yohanes Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG AYAM GORENG KAKI LIMA DI SINGARAJA Lilik Nur Indah Sari, Frieda Nurlita, Siti Maryam Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kualitas minyak yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja dilihat dari warna, berat jenis, indeks bias (n D ), bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (%FFA). Subjek penelitian ini adalah minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 pedagang dan dilakukan 3 kali pengambilan. Objek penelitian adalah kualitas minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja yang dikaji dari aspek warna, berat jenis, indeks bias (n D ), bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (%FFA). Penentuan indeks bias (n D ) dengan menggunakan refraktometer Abbe, berat jenis dengan menggunakan Piknometer, dan sifat kimia yang terdiri dari penentuan bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (%FFA) melalui titrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja memiliki kualitas yang rendah dilihat dari warna, berat jenis, indeks bias (n D ), bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (%FFA). Hal ini disebabkan karena minyak telah mengalami hidrolisis, oksidasi, penguraian akibat dari pemanasan dan penggorengan yang berulang kali, serta penambahan minyak baru tanpa membuang minyak yang sebelumnya. Kata kunci: minyak goreng, pemanasan, kualitas minyak goreng. ABSTRACT This research is an exploratory research, which is aimed to describe about the quality of frying oil that has been used by fried chicken sellers in Singaraja focused on the color, density value, refractive index (n D ), peroxide numbers, and Free Fatty Acid content (% FFA). The subjects used is frying oil fried chicken seller. Subjects in this research amounted 5 sellers and conducted 3 times retrieval The research object in this study is the quality of the frying oil fried chicken seller from the aspect of color, density value, refractive index (n D ), peroxide numbers, and Free Fatty Acids content (% FFA). To determine of refractive index (n D ) using Abbe refractometer and the determination of density value by using a pycnometer, while to determine the chemical properties, such as the determination of peroxide numbers, and Free Fatty Acid (%FFA) by titration. The results of the study shows that there is used frying oil that has been used by fried chicken sellers in Singaraja have seen the low quality of the color, density value, refractive index (n D ), peroxide numbers, and free fatty acid content (% FFA) due to hydrolysis, oxidation, decomposition due to heating and repeated frying, as well as the addition of new oil without removing the previous oil. Key words: frying oil, heating, quality of frying oil
2 Pendahuluan Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai bahan dasar yang penting dalam proses penggorengan dengan fungsi utama sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi, dan kalor bahan pangan (Ketaren, 2005). Masyarakat kita dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda, ada masyarakat yang menggunakan minyak goreng hanya untuk sekali pakai, namun ada juga masyarakat yang menggunakan minyak goreng berkalikali. Banyaknya permintaan akan bahan pangan digoreng merupakan suatu bukti yang nyata mengenai betapa besarnya jumlah bahan pangan digoreng yang dikonsumsi manusia oleh lapisan masyarakat dari segala tingkat usia. Minyak goreng juga membuat makanan menjadi renyah, kering, dan berwarna keemasan atau kecoklatan, akan tetapi jika minyak goreng digunakan secara berulang kali akan membahayakan kesehatan (Chalid, 2010). Minyak goreng yang kita konsumsi sehari-hari sangat erat kaitannya dengan kesehatan tubuh kita. Hasil kajian dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), serta kajian dari pakar kesehatan terhadap penggunaan minyak berkali-kali akan memberikan dampak pada gangguan kesehatan. Berbagai macam reaksi terjadi selama proses penggorengan, seperti reaksi oksidasi dan hidrolisis yang dapat mengakibatkan minyak menjadi rusak. Kerusakan tersebut menyebabkan minyak dari kuning jernih menjadi berwarna kecoklatan, lebih kental, berbusa, berasap, serta meninggalkan aroma yang tidak disukai pada makanan hasil gorengan (Ketaren, 2005). Pemanasan minyak goreng yang berulang kali (lebih dari 2 kali) pada suhu tinggi (160ºC sampai denga n 180ºC) hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas yang mudah teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (Suhardjo, 1992). Menurut Nani dalam Marsmellowblack (2010), mengatakan penggunaan minyak yang dipergunakan berulang kali dalam penggorengan jelas sangat tidak baik untuk kesehatan. Seharusnya minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng ikan atau makanan yang lainnnya tidak boleh melebihi sampai tiga kali penggorengan. Setiap dipakai, minyak akan mengalami penurunan mutu. Kadar asam lemak tak jenuh dan vitamin A, D, E, dan K yang terdapat pada minyak semakin lama akan semakin berkurang dan yang tersisa tinggal asam lemak jenuh yang dapat menyebabkan penyakit, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Menurut Heru dalam Moehammad (2011), pedagang makanan kaki lima belum menaruh perhatian dan mengutamakan kualitas minyak goreng yang digunakan, sehingga produk makanan yang mereka jual terkadang kurang higienis. Penggunaan minyak berkali-kali mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap, berbusa, dan meningkatkan warna coklat serta dihasilkan rasa dan bau yang tidak disukai pada bahan makanan yang digoreng. Kerusakan minyak goreng yang berlangsung selama penggorengan juga akan menurunkan nilai gizi dan berpengaruh terhadap mutu dan nilai bahan pangan yang digoreng. Hal ini sesuai dengan pendapat Trubusagrisarana (2005), yang menyatakan bahwa minyak yang telah rusak akan mempunyai struktur dan penampakan yang kurang menarik serta menghasilkan cita rasa dan bau yang kurang enak. Menurut Aminuddin (2010), kadar asam lemak bebas merupakan banyaknya asam lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis minyak (dapat berlangsung dengan penambahan panas) ataupun proses pengolahan yang kurang baik. Kadar asam lemak bebas dalam minyak menunjukkan kualitas minyak. Semakin besar angka ini berarti kandungan asam lemak bebas semakin tinggi. Hal ini berarti minyak tersebut memiliki kualitas yang rendah. Meningkatnya kandungan asam lemak bebas sangat berbahaya bagi kesehatan, seperti berpengaruh terhadap timbunan lemak pada pembuluh darah yang kemudian dapat mendorong penyempitan pembuluh darah arteri ( arterioscelorosis) yang dapat menimbulkan terkenanya 100
3 penyakit jantung (Winarno, 1999). Minyak goreng yang memiliki angka peroksida melebihi batas yang telah ditentukan, yaitu 5,000 meq/kg akan membentuk akrolein dan kandungan asam lemak bebas menjadi meningkat. Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, pedagang kaki lima umumnya memilih minyak goreng curah karena lebih praktis dan murah dibandingkan minyak goreng dalam kemasan. Pedagang ayam goreng di Singaraja ada 15. Pedagang biasanya menambahkan minyak yang baru meskipun minyak yang lama sudah berwarna hampir hitam atau agak coklat. Sebelum dicampur dengan minyak goreng baru, minyak goreng lama disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin menguji kualitas minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja, yang dikaji dari aspek warna, berat jenis, indeks bias (n D ), bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (%FFA). Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kualitas minyak goreng yang digunakan pedagang kaki lima di Singaraja dilihat dari warna, berat jenis, indeks bias (n D ), bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (% FFA). Penelitian ini dilakukan dengan 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan (uji kualitas minyak goreng dan) dan tahap pelaporan. Tahap persiapan meliputi penyiapan alat dan bahan, pembuatan larutan, dan standarisasi larutan. Tahap pelaksanaan dilakukan dengan menguji kualitas minyak goreng, meliputi penentuan sifat fisika dan sifat kimia minyak goreng yang digunakan oleh pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja, dan tahap pelaporan (laporan penelitian). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analitik Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha Singaraja, sedangkan untuk penentuan indeks bias (n D ) dengan menggunakan Refraktometer Abbe dan untuk penentuan berat jenis menggunnakan Piknometer dilakukan di Laboratorium Organik Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha Singaraja. Subjek penelitian ini adalah minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 pedagang dan dilakukan 3 kali pengambilan. Objek penelitian adalah kualitas minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja yang dikaji dari aspek warna, berat jenis, indeks bias (n D ), bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (%FFA). Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: Buret mikro, Erlenmeyer 125 ml, gelas kimia 100 ml dan 250 ml, corong, corong Buchner, gelas ukur, labu ukur, spatula, cawan petri, kaca arloji, batang pengaduk, stirer magnetik, pipet tetes, pipet ukur, statif dan klem, penangas, pemanas listrik, kertas saring, labu dasar bulat 100 ml, pendingin refluks, pompa air, selang, ring, batu didih, neraca analitik, oven, serta beberapa instrumen, seperti Refraktometer Abbe, Piknometer, kertas label. Sementara bahan-bahan yang diperlukan, yaitu: minyak goreng, asam asetat glasial, kloroform, larutan KI, larutan Na 2 S 2 O 3, amilum, aquades, KOH, alkohol, K 2 Cr 2 O 7, fenolftalein, H 2 SO 4, HCl, asam oksalat, etanol. Pembuatan Larutan Pembuatan larutan terdiri dari pembuatan larutan indikator fenolftalein 1%, indikator amilum 1%, etanol 70%, larutan H 2 C 2 O 4 0,3 N, K 2 Cr 2 O 7 0,1 N, KI 15%, KOH 0,5 N dalam etanol 95%, HCl 0,5 N, Na 2 S 2 O 3 0,01 N, KOH 0,1 N. Standarisasi Larutan Standarisasi larutan terdiri dari standarisasi larutan KOH 0,5 N menggunakan larutan H 2 C 2 O 4 0,3 N, standarisasi larutan HCl 0,5 N menggunakan larutan KOH 0,5 N, dan standarisasi larutan Na 2 S 2 O 3 0,01 N menggunakan larutan K 2 Cr 2 O 7 0,1 N. 101
4 Penyiapan sampel Minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng yang diperoleh dari pedagang kaki lima di kawasan Singaraja. Minyak goreng tersebut kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner dan kertas saring, sehingga diperoleh minyak goreng yang bebas kotoran. Penentuan kualitas minyak goreng. 1). Penentuan Warna Perbedaan warna minyak goreng dapat diamati dengan cara membandingkan warna minyak goreng standar dengan minyak goreng dari masing-masing pedagang pada setiap pengambilan. Sampel minyak goreng standar dan minyak goreng pedagang A, pedagang B, pedagang C, pedagang D, dan pedagang E pada pengambilan I, II, dan III ditempatkan pada tabung reaksi. Kemudian diberi label agar sampel tidak tertukar. Warna sampel minyak goreng diamati dan dibandingkan dengan standar minyak goreng. Jika terlihat warna kuning hingga tak berwarna sesuai dengan warna standar minyak goreng, maka hasil dinyatakan normal. Jika terlihat warna selain warna pada poin c, maka hasil uji dinyatakan tidak normal. 2). Penetuan Berat Jenis Penentuan berat jenis minyak goreng menggunakan Piknometer. Piknometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang dengan neraca analitik. Isi piknometer dengan sampel minyak goreng, pengisian dilakukan sampai sampel dalam botol meluap dan tidak ada gelembung udara di dalamnya, kemudian piknometer dibersihkan dengan tisu. Timbang berat botol dengan isinya menggunakan neraca analitik. Data hasil pengukuran dengan piknometer dihitung dengan rumus. m Bj = v Keterangan: m = berat minyak goreng v = volume minyak goreng 3). Penentuan Indeks Bias Penentuan indeks bias minyak goreng menggunakan alat Refraktometer. Refraktometer diletakkan pada tempat yang terang, sehingga intensitas sinar matahari dapat ditangkap. Sebelum dan sesudah digunakan, prisma Refrakktometer dibersihkan dengan toluen atau alkohol. Beberapa tetes minyak goreng diteteskan pada prisma Refraktometer Abbe yang sudah distabilkan pada suhu tertentu, yang selanjutnya prisma ditutup dengan sekrup dan diputar. Knop pengatur cahaya dan pengatur prisma diputar-putar agar warna cahaya pada layar dalam alat tesebut menjadi dua warna dengan batas yang jelas. Knop pengatur diputar lagi untuk menggeser tanda batas hingga memotong titik perpotongan dua garis diagonal yang saling berpotongan. Nilai indeks bias minyak goreng dapat dibaca pada layar skala. 4). Penentuan Bilangan Peroksida Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara sebagai berikut. Sebanyak 5 gram minyak goreng dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Selanjutnya, ditambahkan 7,5 ml asam asetat glasial-kloroform (3:2) sambil dikocok sampai semua minyak goreng larut. Kemudian ditambahkan 5 tetes larutan KI 15% sambil dikocok, didiamkan selama dua menit, selanjutnya ditambahkan 7,5 ml aquades sambil dikocok. Setelah itu, dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,01 N sampai menjelang warna kuning hilang, lalu ditambahkan 1 ml larutan amilum 1%. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. Titrasi ini dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Bilangan peroksida dihitung dengan rumus: Bil. peroksida= ml Na2S 2O3 N Na2S 2O massa sampel ( gram) Keterangan: ml Na 2 S 2 O 3 = Volume titran Na 2 S 2 O 3 N Na 2 S 2 O 3 = Normalitas larutan Na 2 S 2 O 3 5). Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (% FFA) Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara sebagai berikut. Sebanyak 5 gram minyak goreng dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. 102
5 Selanjutnya, ditambahkan 5 ml alkohol 95%, kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Sebanyak 2 tetes indikator PP 1% ditambahkan dan campuran tersebut kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi. Titrasi dihentikan ketika warna merah jambu telah terbentuk dan tidak hilang selama 30 detik. Titrasi ini dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Kadar asam lemak bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut. ml KOH N KOH BM % FFA 100 massa sampel 1000 Keterangan: % FFA = Kadar asam lemak bebas ml KOH = Volume titran KOH N KOH = Normalitas larutan KOH BM : Berat molekul asam lemak (asam lemak palmitat) = 256 Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa penentuan warna minyak, sedangkan data kuantitatif yang diukur adalah, indeks bias, berat jenis, volume larutan Na 2 S 2 O 3 pada penentuan bilangan peroksida, volume larutan KOH pada penentuan kadar asam lemak bebas. Seluruh data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh tersebut kemudian dibahas berdasarkan teori yang berkaitan, sehingga diperoleh suatu simpulan. Hasil Penelitian Data hasil penelitian minyak goreng ayam goreng yang ditinjau dari warna, berat jenis, indeks bias (n D ), bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (%FFA), disajikan pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kualitas Minyak Goreng yang Dibandingkan dengan Standar Minyak Goreng Pedagang Kualitas Minyak Goreng Berat Indeks Bil. Warna %FFA Jenis bias (n D ) Peroksida Pedagang A I II Pedagang B I II Pedagang C I II Pedagang D I II Pedagang E I II Standar Minyak Goreng Normal 0,955 0,955 0,955 0,954 0,954 0,954 0,916 0,916 0,916 0,945 0,945 0,945 0,949 0,949 0,949 0,900 gram/l 1,3627 1,3633 1,3713 1,3663 1,3670 1,3679 1,3610 1,3610 1,3651 1,3646 1,3650 1,3662 1,3624 1,3630 1,3642 1,448-1,450 7,400 7,380 6,880 7,600 7,500 7,360 9,000 8,760 7,800 8,000 7,600 7,440 7,200 7, ,000 meq/kg ,829 0,666 0,923 0,911 0,890 0,973 0,947 0,923 0,943 0,923 0,911 0,794 0,717 0,819 Maks 0,300 % b/b 103
6 Pembahasan Data kuantitatif yang diperoleh tentang kualitas minyak goreng pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja tidak dirata-ratakan, tetapi untuk meyakinkan peneliti tentang kualitas minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja. Berdasarkan data pada tabel 1, perbedaan warna minyak goreng dapat diamati dengan membandingkan warna minyak goreng dari masing-masing pedagang dengan minyak goreng standar. Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa, minyak goreng yang digunakan oleh pegadang ayam goreng kaki lima di Singaraja setelah beberapa kali pemakaian memiliki kondisi warna yang tidak normal. Sangat berbeda dengan warna minyak goreng standar SNI dengan kondisi yang normal (kuningtidak berwarna), terlihat dari warna minyak goreng kelima pedagang pada pengambilan I, II, dan III berturut-turut menunjukkan warna coklat kehitaman, coklat, dan kuning kecoklatan. Perubahan warna minyak goreng dapat terjadi selama proses pengolahan dan disebabkan oleh suhu pemanasan yang terlalu tinggi. Pemanasan yang lama dan berulang-ulang akan mempercepat terjadinya hidrolisis, oksidasi, dan penguraian minyak menjadi karbon. Selain itu, minyak yang teroksidasi akan memberikan perubahan warna minyak goreng yang terlihat secara visual, ini disebabkan terdapat senyawa-senyawa volatil yang akan menguap selama proses penggorengan berlangsung, sehingga menyebabkan intensitas warna pada minyak goreng menjadi semakin gelap (Serjouie et al., 2010). Dikaji dari berat jenis minyak goreng yang ada pada tabel 1, berdasarkan hasil penelitian minyak goreng yang digunakan oleh para pedagang kaki lima berkisar antara 0,916-0,955 gram/l, sehingga memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan SNI , yaitu 0,900 gram/l. Peningkatan berat jenis berbanding lurus dengan banyaknya frekuensi dalam menggoreng. Semakin sering penggorengan dilakukan, semakin terhidrolisis minyak tersebut yang mengakibatkan berat jenis semakin besar. Hasil hidrolisis terhadap minyak menghasilkan senyawa gliserol dan asam lemak yang memiliki berat molekul lebih besar dibandingkan dengan minyak (trigliserida) yang belum digunakan untuk menggoreng, sehingga berat jenis minyak goreng semakin besar. Berdasarkan data pada tabel 1, hasil pengukuran indeks bias minyak goreng dari kelima pedagang berkisar antara 1,3610-1,3713. Jika dibandingkan dengan standar SNI , sebesar 1,448-1,450. Terdapat penurunan nilai indeks bias minyak goreng jika dibandingkan dengan standar, minyak goreng dengan pemanasan yang lama dan berulang-ulang akan mempercepat terjadinya destruksi minyak goreng akibat meningkatnya kadar peroksida, sehingga trigliserida pada minyak berubah menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Hal ini menyebabkan intensitas warna pada minyak goreng semakin gelap sehingga cahaya yang masuk sulit untuk dibiaskan. Sudut datang tidak sama dengan sudut bias. Besar sudut datang dan sudut bias tergantung pada berat jenis, suhu, dan media yang dilewati serta cahaya yang datang. Makin besar sudut bias, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, bilangan peroksida minyak goreng yang digunakan oleh para pedagang kaki lima berkisar antara 6,880-9,000 meq/kg. Dilihat dari hasil analisa kadar peroksida pada minyak goreng kelima pedagang ayam goreng, menunjukkan angka yang lebih besar dari SNI , yaitu sebesar 5,000 meq/kg. Hasil pengukuran terhadap bilangan peroksida menunjukkan kecenderungan meningkat dengan semakin banyaknya pengulangan penggorengan. Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan (Ketaren, 2005). Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Selain itu, penggunaan suhu tinggi selama 104
7 penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Menurut de Man (1999) setiap peningkatan suhu 10 o C laju kecepatan oksidasi meningkat dua kali lipat. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah. Menurut teori Farmer, mekanisme reaksi oksidasi pada minyak goreng diawali oleh penguraian molekul minyak menjadi radikal bebas yang tidak stabil. Radikal bebas dari minyak akan bereaksi dengan oksigen (O 2 ) di udara membentuk radikal peroksida. Radikal peroksida ini akan bereaksi dengan molekul minyak yang lain menghasilkan hidroperoksida dan radikal bebas dari minyak. Jumlah peroksida yang terbentuk diukur sebagai bilangan peroksida yang menunjukkan kecepatan oksidasi minyak (Sakidja, 1984). Hasil ini sesuai dengan penelitian Aidos et al. (2001) d alam Aminah (2010), yang menyatakan bahwa suhu serta waktu penggorengan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas minyak khususnya dalam peningkatan bilangan peroksida. Semakin tinggi suhu penggorengan serta semakin lama minyak goreng digunakan untuk menggoreng secara berulang-ulang, maka semakin tinggi pula bilangan peroksidanya. Dikaji dari kadar asam lemak bebas (%FFA) minyak goreng sesuai tabel 1 menunjukkan kadar asam lemak bebas minyak goreng kelima pedagang berkisar antara 0,666-0,973%, lebih tinggi dari standar yang ditetapkan pada SNI , yaitu sebesar 0,300%. Asam lemak bebas (FFA) terbentuk akibat proses oksidasi dan hidrolisis selama penggorengan. Reaksi hidrolisis disebabkan oleh kandungan air dalam bahan pangan yang digoreng, di samping itu terdapat lemak pada daging yang terendam dalam minyak yang mampu menghidrolisis trigliserida, sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi lain yang menghasilkan asam lemak bebas adalah oksidasi. Asam bebas akan terbentuk selama proses oksidasi yang dihasilkan dari pemecahan dan oksidasi ikatan rangkap. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng memiliki kualitas yang rendah dibandingkan dengan standar minyak goreng. Hal ini diakibatkan oleh perilaku pedagang tidak mengganti minyak yang telah digunakan berulang kali, melainkan hanya menambahkan minyak goreng baru ke dalam minyak goreng lama. Selain itu, bahan-bahan yang digoreng juga mempengaruhi penurunan kualitas minyak. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di minyak goreng yang digunakan pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja memiliki kualitas yang rendah dilihat dari warna, berat jenis, indeks bias (n D ), bilangan peroksida, dan kadar asam lemak bebas (%FFA). Hal ini disebabkan karena minyak telah mengalami hidrolisis, oksidasi, penguraian akibat dari pemanasan dan penggorengan yang berulang kali, serta penambahan minyak baru tanpa membuang minyak yang sebelumnya. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji kualitas minyak goreng menggunakan sampel minyak goreng yang tidak pernah dipakai, sekali pakai, dan dua kali pakai sebagai parameter pembanding hasil uji dengan minyak goreng yang diperoleh dari pedagang ayam goreng kaki lima di Singaraja. Daftar Pustaka Aidos, I., Padt, A.F.D., Remko, B.M., & Luten, J.B., (2001). Upgrading of Maatjes Herring by-products: Production of Crude Fish Oil.Journal Agriculture and Food Chemistry, Volume 49 Nomor 8 (hlm ) Aminah, S Retensi Vitamin A oleh Tempe dan Minyak Goreng Curah pada Penggorengan Berulang. Tesis (tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Muhammadiyah Semarang Aminuddin, Asam Lemak Bebas. Tersedia pada 105
8 Diakses pada tanggal 03 Juni 2013 Chalid, S., Anna M., & Ida J Minyak Goreng Pedagang Gorengan. Terdapat pada Diakses pada tanggal 05 Januari 2012 deman, M.J Principle of Food Chemistry. Third Edition. Maryland: Aspen Publisher Inc. Kataren, S Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak pangan. Jakarta: UI-Press Marsmellowblack Gorengan Penyebab Kanker. Terdapat pada Diakses tanggal 03 Juni 2013 Moehammad, R Perbedaan Minyak Curah dengan Minyak Kemasan. Terdapat pada Diakses tanggal 03 Juni 2013 Sakidja Kimia Pangan. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK Serjouie, A., Yaakob B.C.M., Mirhosseini H., & Chin P.T Effect of Vegetable-Based Oil on Psychochemical Properties of Oils During Deep Fat Frying. American Journal of Food Technology. ISSN (page ) Suhardjo, C Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Trubusagrisarana Mengolah Minyak Goreng Bekas. Surabaya: Perpustakaan Nasional RI Winarno, F Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 106
PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI
PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI Afifa Ayu, Farida Rahmawati, Saifudin Zukhri INTISARI Makanan jajanan sudah menjadi bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting
Lebih terperinciUJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO
UJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO Ika Risti Lempang 1), Fatimawali 1), Nancy C. Pelealu 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Cooking oil is
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian
14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010
LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBlanching. Pembuangan sisa kulit ari
BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian
BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen
18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM
BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengujian Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah- Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM No. 17 Kampung
Lebih terperinciBAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:
BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi
Lebih terperinciLAMPIRAN A ANALISA MINYAK
LAMPIRAN A ANALISA MINYAK A.1. Warna [32] Grade warna minyak akan analisa menggunakan lovibond tintometer, hasil analisa akan diperoleh warna merah dan kuning. Persentase pengurangan warna pada minyak
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,
Lebih terperinciPereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen
Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen klorida encer, natrium tiosulfat 0,01 N, dan indikator amilum. Kalium hidroksida 0,1 N dibuat dengan melarutkan 6,8 g kalium hidroksida
Lebih terperinciPenurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L)
Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L), Hairunisa, Adhisty Kharisma Justicia, Andhika Akademi Farmasi YARSI Pontianak Email : ferdin.nay@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari
Lebih terperinciPENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH
PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH Korry Novitriani dan Nurjanah Prorogram Studi DIII Analis Kesehatan, STIKes Bakti
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG YANG MENGALAMI PEMANASAN
PENGARUH PENAMBAHAN KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG YANG MENGALAMI PEMANASAN Jaka Fadraersada Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MUTU MINYAK GORENG
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MUTU MINYAK GORENG (Minyak Goreng Sania setelah dua kali pemakaian) Kelompok 11 Henda Adiyat N (31111076) Sandi surya permana (31111099) Sinta Nurmayasari (31111100) PROGRAM
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.
23 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental. 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran Fakultas
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas
BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan lima kelompok perlakuan. Hasil penghitungan bilangan peroksida dari tiap-tiap kelompok perlakuan
Lebih terperinciPenentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik dari tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciPENGUJIAN KUALITAS MINYAK GORENG KEMASAN, CURAH YANG BEREDAR DI DAERAH PANAM PEKANBARU DAN MINYAK GORENG JELANTAH BERDASARKAN SIFAT FISIKA
PENGUJIAN KUALITAS MINYAK GORENG KEMASAN, CURAH YANG BEREDAR DI DAERAH PANAM PEKANBARU DAN MINYAK GORENG JELANTAH BERDASARKAN SIFAT FISIKA *Syifa Fauziah, Riad Syech, Sugianto Mahasiswa Program Studi S1
Lebih terperincir = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.
23 Keterangan : t = perlakuan/treatment r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independent) Variasi lama perendaman selama 2, 3, 4, 5, dan
Lebih terperinciPENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG GORENGAN DI JL. A.W SJAHRANIE SAMARINDA
PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG GORENGAN DI JL. A.W SJAHRANIE SAMARINDA, Risa Supriningrum, Nana Caesariana Akademi Farmasi Samarinda
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS Nur Istiqomah, Sutaryono, Farida Rahmawati INTISARI Berdasarkan kebiasaan masyarakat dalam menyimpan margarin untuk dikonsumsi dalam jangka
Lebih terperinciBahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas
BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,
Lebih terperinciDisusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si
Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si DAFTAR HALAMAN Manual Prosedur Pengukuran Berat Jenis... 1 Manual Prosedur Pengukuran Indeks Bias... 2 Manual Prosedur Pengukuran kelarutan dalam Etanol... 3 Manual
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS
PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera
Lebih terperinciBABffl METODOLOGIPENELITIAN
BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan lima kelompok perlakuan. Hasil penghitungan bilangan peroksida dari tiap-tiap kelompok perlakuan
Lebih terperinciPENENTUAN KUALITAS LEMAK PADA BAGIAN PERUT IKAN PATIN DJAMBAL (Pangasius djambal)
PENENTUAN KUALITAS LEMAK PADA BAGIAN PERUT IKAN PATIN DJAMBAL (Pangasius djambal)!!" #$ %$&$ ' &( ABSTRACT The purpose of this research was to determine the quality of fat in the abdomen djambal patin
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI
BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembutan sabun transparan ialah : III.1.1 ALAT DAN BAHAN A. Alat : a. Kompor Pemanas b. Termometer 100 o C c.
Lebih terperinciPenelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)
BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -
21 BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern - Erlenmeyer 250 ml pyrex - Pipet volume 25 ml, 50 ml pyrex - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex -
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji nyamplung dari cangkangnya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di
27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, biji pepaya dibersihkan dan dioven pada suhu dan waktu sesuai variabel.
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :
Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka
LAMPIRAN A PROSEDUR PEMBUATAN LARUTAN Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi sabun cuci piring cair yaitu: 1. Pembuatan Larutan KOH 10% BM KOH = 56, -- 56 /
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA
Lebih terperinciORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA
Sampel hasil pemanasan hasil pemanasan Campuran n 3,6ml asam asetat glacial dan 2,4 ml kloroform Diambil 6ml asam 1ml asetat sampel dari glacial hasil dan pemanasan 2,4 ml kloroform 1ml Volume sampel Nadari
Lebih terperinciPRAKTEK PENGGORENGAN DAN MUTU MINYAK GORENG SISA PADA RUMAH TANGGA DI RT V RW III KEDUNGMUNDU TEMBALANG SEMARANG
PRAKTEK PENGGORENGAN DAN MUTU MINYAK GORENG SISA PADA RUMAH TANGGA DI RT V RW III KEDUNGMUNDU TEMBALANG SEMARANG Siti Aminah dan Joko Teguh Isworo Dosen Program Studi S1 Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.
PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Susanti, N. M. P. 1, Widjaja, I N. K. 1, dan Dewi, N. M. A. P. 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciLAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN
LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN Tilupl Gambar A.1 Diagram Alir Metode Penelitian A-1 LAMPIRAN B PROSEDUR PEMBUATAN COCODIESEL MELALUI REAKSI METANOLISIS B.l Susunan Peralatan Reaksi metanolisis
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN L1.1 DATA HASIL ANALISIS BILANGAN ASAM MINYAK KELAPA Tabel L1.1 Data Hasil Analisis Bilangan Asam Kadar Flavonoid Total aktu Kontak (Hari) Volume KOH (ml) Bilangan Asam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan
Lebih terperinciGun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia
PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:
Lebih terperinciI. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH
Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.
Lebih terperinciASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT
ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi
I. PENDAHULUAN Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa
Lebih terperinciBAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.
BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL
Lebih terperinciTUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK
TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK OLEH: KELOMPOK 7 NI NYOMAN MELINDAWATI (P07134013002) NI MADE YUNI LESTARI (P07134013025) DEWA AYU YUNI DEWANTARI (P07134013026) NI KADEK LINA WINATI
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.
BAB V METODOLOGI 5. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :. Tahap Perlakuan Awal (Pretreatment) Tahap perlakuan awal ini daging kelapa dikeringkan dengan cara
Lebih terperinciLampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit
LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,
Lebih terperinciPENGARUH GORENGAN DAN INTENSITAS PENGGORENGAN TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG
J. Pilar Sains 6 (2) 2007 Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau ISSN 1412-5595 PENGARUH GORENGAN DAN INTENSITAS PENGGORENGAN TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Lebih terperinciANALISIS BILANGAN PEROKSIDA MINYAK SAWIT HASIL GORENGAN TEMPE PADA BERBAGAI WAKTU PEMANASAN DENGAN TITRASI IODOMETRI
ISSN 1907-9850 ANALISIS BILANGAN PEROKSIDA MINYAK SAWIT HASIL GORENGAN TEMPE PADA BERBAGAI WAKTU PEMANASAN DENGAN TITRASI IODOMETRI Dwi Anggraeni Putri Suandi 1*, Ni Made Suaniti 1, dan Anak Agung Bawa
Lebih terperinciBAB 3 BAHAN DAN METODE
BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat-alat - Alat Soklet Pyrex - Botol Aquades - - Buret 10 ml Brand - Cawan Petridish - - Desikator - - Gelas Erlenmeyer 125 ml Pyrex - Gelas ukur 50 ml Pyrex - Lab Mill - -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :
BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : III.1.1 Pembuatan Ekstrak Alat 1. Loyang ukuran (40 x 60) cm 7. Kompor
Lebih terperinciMinyak terpentin SNI 7633:2011
Standar Nasional Indonesia Minyak terpentin ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciA. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)
A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) DASAR TEORI Penggolongan lipida, dibagi golongan besar : 1. Lipid sederhana : lemak/ gliserida,
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu
15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
14 ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh akan memudahkan terjadinya oksidasi di udara atau jika ada air dan dipanaskan. BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN III.1 Alat a. Neraca Analitik Kern Abs b.
Lebih terperinciMETODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT
METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan adalah tepung tapioka, bumbu, air, whey, metilselulosa (MC), hidroksipropil metilselulosa (HPMC), minyak goreng baru, petroleum eter, asam asetat glasial,
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENAMBAHAN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM LINN.) DALAM MINYAK GORENG BEKAS PAKAI TERHADAP PENURUNAN BILANGAN PEROKSIDA
PENGARUH LAMA PENAMBAHAN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM LINN.) DALAM MINYAK GORENG BEKAS PAKAI TERHADAP PENURUNAN BILANGAN PEROKSIDA Dian Wuri Astuti 1, Muji Rahayu 2, Temu Safitri Sari 1 1 STIKES Guna Bangsa
Lebih terperinciYijk=^ + ai + )3j + (ap)ij + Iijk. Dimana:
m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau. Penelitian ini berlangsung
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciLampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan
LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan Lampiran 2. Formula sabun transparan pada penelitian pendahuluan Bahan I () II () III () IV () V () Asam sterarat 7 7 7 7 7 Minyak kelapa 20
Lebih terperinciESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]
MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciSTUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11,No.2, April 2008, hal 53-58 STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS Sutiah, K. Sofjan Firdausi, Wahyu Setia Budi Laboratorium Optoelektronik
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo merupakan kota yang semua supermarket menjual berbagai jenis minyak goreng
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015
BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab
Lebih terperinciPEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR
PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR Miftahul Jannah 1 *, Halim Zaini 2, Ridwan 2 1 Alumni Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 *Email:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciLAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS
LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar
Lebih terperinciG O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup
SNI 01-5009.12-2001 G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan gondorukem, sebagai pedoman pengujian gondorukem yang
Lebih terperinciPenentuan Sifat Minyak dan Lemak. Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias
ANALISA L I P I D A Penentuan Sifat Minyak dan Lemak Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias Penentuan angka penyabunan - Banyaknya (mg) KOH
Lebih terperinci