KAJIAN PENGGUNAAN CAMPURAN MADU DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI MALAM LEBAH (BEESWAX) PADA FORMULASI KRIM TANGAN DAN BADAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENGGUNAAN CAMPURAN MADU DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI MALAM LEBAH (BEESWAX) PADA FORMULASI KRIM TANGAN DAN BADAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 KAJIAN PENGGUNAAN CAMPURAN MADU DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI MALAM LEBAH (BEESWAX) PADA FORMULASI KRIM TANGAN DAN BADAN SKRIPSI SURLINA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN Surlina. D Kajian Penggunaan Campuran Madu dengan Berbagai Konsentrasi Malam Lebah (Beeswax) pada Formulasi Krim Tangan dan Badan. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi. Pembimbing Anggota : Ir. B. N. Polii, SU Krim tangan dan badan merupakan produk kosmetik yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan kulit sehingga kulit tetap terlihat sehat, cerah dan tidak mudah keriput. Pelapisan yang diberikan oleh krim kosmetik berfungsi menjaga penguapan air dan menjaga keseimbangan air kulit. Salah satu komponen yang digunakan dalam krim tangan dan badan adalah gliserin yang berfungsi sebagai humektan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penggunakan gliserin dalam krim tangan dan badan menimbulkan kesan lengket dan memberikan kesan hangat, sehingga menyebabkan tidak nyaman ketika krim digunakan. Penambahan madu dalam krim tangan dan badan sebagai pengganti gliserin karena sifat higroskopisnya yang dapat dimanfaatkan sebagai humektan. Madu merupakan produk alami yang lebih aman digunakan dan mengandung komponen yang bermanfaat untuk kesehatan kulit seperti gula, beberapa mineral, protein dan anti bakteri. Keasaman yang tinggi dari madu diharapkan dapat menurunkan ph krim tangan dan badan. Penggunaan malam lebah dalam krim tangan dan badan diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik seperti stabilitas emulsi. Malam lebah juga merupakan produk yang aman dan tidak menimbulkan iritasi kulit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik fisik dan organoleptik krim tangan dan badan yang menggunakan formulasi campuran madu dengan berbagai konsentrasi malam lebah serta membandingkannya dengan krim tangan dan badan yang berformulasi gliserin. Penelitian ini dilakukan dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari penambahan madu 10% dan malam lebah dengan konsentrasi 0,5% 1%, 1,5% dan 2%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah. Pengaruh peningkatan konsentrasi malam lebah dianalisis dengan sidik keragaman polinomial. Karakteristik krim dengan penambahan madu dan malam lebah akan dibandingkan dengan krim kontrol (formula gliserin) dengan menggunakan analisis kontras. Peubah yang diamati meliputi: ph, stabilitas emulsi, berat jenis, dan viskositas. Uji organoleptik yang digunakan adalah uji perbandingan jamak (Larmord, 1977) dengan menggunakan 20 panelis agak terlatih. Data dianalisis dengan sidik ragam dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Tukey. Sifat organoleptik yang diukur antar lain: warna, homogenitas, kesan lengket dan kesan hangat. Penambahan malam lebah dengan konsentrasi 0,5-2% tidak berpengaruh terhadap ph, berat jenis dan viskositas krim akan tetapi peningkatan konsentrasi malam lebah nyata (P<0,05) meningkatkan stabilitas emulsi. Bila dibandingkan dengan krim kontrol (formula gliserin), penambahan madu dan malam lebah dalam formulasi krim tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis krim, tetapi nyata (P<0,05) menurunkan ph dan viskositas serta nyata meningkatkan stabilitas emulsi krim yang dihasilkan.

3 Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa penambahan madu dan malam lebah dalam formulasi krim tidak berpengaruh nyata terhadap homogenitas dan kesan hangat, akan tetapi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) meningkatkan warna dan kesan lengket. Penambahan madu dan malam lebah dengan konsentrasi 2% menghasilkan krim tangan dan badan dengan kualitas fisik yaitu: ph, stabilitas emulsi, dan homogenitas lebih baik bila dibandingkan dengan krim kontrol (formula glierin) serta krim dengan penambahan madu dan malam lebah konsentrasi 0,5%; 1% dan 1,5. Kata-kata kunci: Madu, malam lebah, krim tangan dan badan, sifat fisik, sifat organoleptik

4 ABSTRACT Study of Honey Mixed by Any Given Concentration level of Beeswax Used in Hand and Body Cream Formulation Surlina, H. C. H. Siregar, and B. N. Polii Hand and body cream is a cosmetic product that can be used to maintain skin healthiness and prevent wrinkles. Honey could subtitute glycerin because of it s hygroscopic characteristic that can be used as humectant. Honey is a natural product that is saver to use and contain many components which are useful i.e. sugar, some mineral, protein and antibacterial. Honey with it s low ph could reduce hand and body cream ph. On the other hand beeswax will improve physical characteristics such as emulsion stability. Beeswax is also safety product and would not cause skin irritation. The purpose of this research was to study physical and organoleptic charateristic of hand and body cream which contained 10% honey and various levels of beeswax then compared with hand and body cream which contained glyserin. The observed variables were ph, emulsion stability, specific weight, Viscocity, and organoleptic characteristic. This research used completely randomized design with four levels of beeswax as a treatment and four replicates. The effect of beeswax levels were analysed by polynomial orthogonal test and the treatment creams were compared the control cream (which contain glyserin) with contras orthogonal test. The levels of beeswax had no significant effect on ph, specific weight and viscosity, while the increasing of beeswax significantly increased emulsion stability. Compared with control cream, the treatment creams had the same specific weight but significantly lower ph and viscocity and significantly higher emulsion stability. The honey and beeswax adition gave no significant effect on homogenity and warm sense but the creams were darker and sticker. Keywords : honey, beeswax, hand and body cream, physical characteristic, organoleptic characteristic.

5 KAJIAN PENGGUNAAN CAMPURAN MADU DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI MALAM LEBAH (BEESWAX) PADA FORMULASI KRIM TANGAN DAN BADAN SURLINA D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

6 KAJIAN PENGGUNAAN CAMPURAN MADU DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI MALAM LEBAH (BEESWAX) PADA FORMULASI KRIM TANGAN DAN BADAN Oleh SURLINA D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 09 Agustus 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi Ir. B. N. Polii, SU NIP NIP Mengetahui Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur. Sc NIP

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 14 April 1983 di Karang Sari, Lampung Selatan. Penulis adalah anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan bapak Wagimin dan Ibu Mujinah. Jenjang pendidikan formal Penulis diawali dari pendidikan Sekolah Dasar di SDN II Karang Sari pada tahun , dilanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN I Penengahan pada tahun Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN I Kalianda sampai tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun Selama mengikuti pendidikan di IPB Penulis aktif di Forum Aktifitas Mahasiswa Muslim Al-An aam (FAMM Al-An aam) sebagai pengurus Depertemen Keputrian pada tahun Penulis juga berperan aktif dalam kepanitiaan yang diadakan oleh DKM Al Hurriyyah, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan dan beberapa kepanitiaan kegiatan luar kampus. Penulis pernah berpartisipasi dalam proses pengajaran di IPB sebagai Asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) TPB pada tahun 2003.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat dan karunia sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Kajian Penggunaan Campuran Madu dengan Berbagai Konsentrasi Malam Lebah (Beeswax) pada Formulasi Krim Tangan dan Badan, insya Allah dengan tanpa hambatan yang memberatkan. Krim tangan dan badan merupakan produk kosmetik yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan kulit sehingga kulit tetap terlihat sehat, cerah dan tidak mudah keriput. Pelapisan yang diberikan oleh krim kosmetik berfungsi menjaga penguapan air dan menjaga keseimbangan air kulit. Salah satu komponen yang digunakan dalam krim tangan dan badan adalah gliserin yang dimanfaatkan sebagai humektan. Akan tetapi penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penambahan gliserin dapat meningkatkan kesan lengket dan memberikan kesan hangat. Pemanfaatan madu dalam krim tangan dan badan sebagai pengganti gliserin karena sifat higroskopisnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai humektan. Madu merupakan produk alami yang lebih aman digunakan dan mengandung komponen yang bermanfaat untuk kesehatan kulit seperti gula, beberapa mineral, protein dan anti bakteri. Madu juga digunakan sebagai penurun ph krim. Malam lebah dimanfaatkan dalam krim tangan dan badan untuk memperbaiki sifat fisik seperti stabilitas emulsi, selain itu malam merupakan produk yang aman dan tidak menimbulkan iritasi kulit. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi mahasiswa maupun masyarakat luas dan memberikan kontribusi terhadap peternakan terutama peternakan lebah madu. Selama menjalani proses penyelesaian tugas akhir, Penulis berinteraksi dengan banyak pihak. Pemanfaatan berbagai sarana dan prasarana baik di lingkungan IPB maupun diluar IPB senantiasa Penulis lakukan dengan harapan dapat menghasilkan sebuah karya yang baik. Bogor, Agustus 2006 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... i ABSTRACT... iii RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Madu... 3 Kadar Air Madu... 3 Kadar Gula Madu... 3 Asam dalam Madu... 4 Sifat Anti Bakteri... 4 Gliserin Malam lebah Kuning (Cera flava)... 5 Malam Lebah Putih (Cera alba)... 6 Madu dan Malam Lebah dalam Kosmetik... 7 Krim Tangan dan Badan... 7 METODE Waktu dan Lokasi Materi Rancangan Percobaan Peubah yang diamati Sifat Organoleptik Prosedur Pencucian Malam Lebah Formulasi Krim Tangan dan Badan Proses Pembuatan Krim Kontrol Proses Pembuatan Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah HASIL DAN PEMBAHASAN Pencucian Malam Lebah Proses Pembuatan Krim Tangan dan Badan... 18

10 Sifat Fisik Krim Tangan dan Badan ph Stabilitas Emulsi Berat Jenis Viskositas Total Cemaran Mikroba Sifat Organoleptik Warna Homogenitas Kesan Hangat Kesan Lengket Penentuan Formula Krim Tangan dan Badan Terbaik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 32

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Standar Mutu Sediaan Tabir Surya Formula Krim Tangan dan Badan Sifat Fisik Krim Tangan dan Badan pada Formulasi Madu dengan Berbagai Konsentrasi Malam Lebah Total Cemaran Mikroba Krim Tangan dan Badan Nilai Organoleptik Krim Tangan dan Badan pada Formulasi Madu dengan Berbagai Konsentrasi Malam Lebah Pengaruh Positif dan Negatif Sifat Fisik dan Organoleptik Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Campuran Madu dan Malam Lebah.. 27

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Struktur Gliserin Diagram Alir Proses Pencucian Malam Lebah Diagram Alir Proses Pembuatan Krim Tangan dan Badan Kontrol Diagram Alir Proses Pembuatan Krim Tangan dan Badan dengan Bahan Campuran Madu dan Malam Lebah Malam Lebah Kuning Hasil Pencucian Stabilitas Emulsi Krim pada Peningkatan Konsentrasi Malam Lebah Warna Krim Tangan dan Badan... 25

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Format Uji Perbandingan Jamak Krim Tangan dan Badan Hasil Sidik Ragam Nilai ph Krim Tangan dan Badan dengan Peningkatan Konsentrasi Malam Lebah: 0,5%, 1%, 1,5%, 2% Hasil Sidik Ragam dan Polinomial Ortogonal Stabilitas Emulsi Krim Tangan dan Badan dengan Peningkatan Konsentrasi Malam Lebah: 0,5%, 1%, 1,5%, 2% Hasil Sidik Ragam Berat Jenis Krim Tangan dan Badan dengan Peningkatan Konsentrasi Malam Lebah 0,5%, 1%, 1,5%, 2% Hasil Sidik Ragam Viskositas Krim Tangan dan Badan dengan Peningkatan Konsentrasi Malam Lebah 0,5%, 1%, 1,5%, 2% Hasil Sidik Ragam dan Kontras Ortogonal Nilai ph Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Sidik Ragam dan Kontras Ortogonal Stabilitas Emulsi Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Sidik Ragam Berat Jenis Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Sidik Ragam dan Kontras Ortogonal Viskositas Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Sidik Ragam Warna Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Uji Lanjut Tukey Warna Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Sidik Ragam Homogenitas Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Sidik Ragam Kesan Hangat Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Sidik Ragam Kesan Lengket Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Hasil Uji Lanjut Tukey Kesan Lengket Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah... 39

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Krim tangan dan badan adalah produk kecantikan yang digunakan oleh konsumen untuk melindungi kulit dari bahaya lingkungan yang tidak menguntungkan seperti debu, kotoran dan radiasi ultraviolet. Produk ini dimanfaatkan agar kulit tetap sehat, cerah dan tidak mudah keriput. Krim kosmetik tersusun atas zat berlemak, air, pengemulsi, demulsen atau humektan. Penambahan humektan untuk memperbaiki penampilan produk dan meningkatkan kelembutan. Contoh humektan polihidrik yang sering ditambahkan dalam kosmetik adalah gliserin. Gliserin merupakan cairan kental tidak berwarna, berasa manis, menimbulkan rasa panas yang tidak menyenangkan ketika dioleskan pada kulit. Penggunaan gliserin dalam krim tangan dan badan dapat meningkatkan kesan lengket dan hangat yang menyebabkan rasa tidak nyaman ketika krim dioleskan ke kulit. Pemilihan madu sebagai pengganti gliserin diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan organoleptik krim kosmetik yang dihasilkan. Madu dipilih sebagai pengganti gliserin karena sifat humektan madu yang hampir sama dengan gliserin dan madu sebagai bahan alami memiliki kelebihan yaitu mengandung zat anti bakteri, gula, beberapa asam dan mineral. Derajat keasaman yang terdapat dalam madu juga diharapkan dapat menurunkan ph krim tangan dan badan. Malam lebah merupakan lilin yang kimianya stabil. Penggunaan terbanyak malam kini adalah untuk kosmetik, pembuatan lilin dan industri perlebahan. Malam lebah dimanfaatkan dalam formulasi krim tangan dan badan karena merupakan bahan yang tidak iritan ketika kontak dengan kulit. Rahayu (2004) menyatakan bahwa penambahan malam lebah dalam formulasi krim tangan dan badan dapat memperbaiki viskositas dan stabilitas emulsi. Stabilitas emulsi merupakan unsur penting yang menentukan mutu produk emulsi ketika dipasarkan.

15 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi krim tangan dan badan dengan penambahan campuran madu dan berbagai konsentrasi malam lebah yang memiliki karakteristik fisik dan organoleptik terbaik.

16 TINJAUAN PUSTAKA Madu Madu dihasilkan oleh lebah madu dengan jalan inverse enzimatis nektar bunga atau cairan manis hasil sekresi cairan floem tanaman lain selain bunga (Winarno, 1982). Menurut Sihombing (1997) madu mengandung: air 17,2 %, energi 304 kal/100g, Protein 0,3 %, karbohidrat 82,3 %, lemak 0,0 % dan abu 0,2 %. Madu dengan rasa spesifik tidak terhitung banyaknya, variasi penyebab rasa tersebut disebabkan oleh berbagai glukosida dan alkaloid yang khas bagi tumbuhan sumber nektar. Banyak senyawa pembentuk aroma madu antara lain; formaldehida, asetaldehida, aseton, isobutiraldehida, dan diasetil. Zat pewarna madu sebagian besar belum diketahui, namun ada yang menduga terdiri dari fraksi yang larut air dan larut lemak. Madu yang berwarna cerah, warna zat larut air lebih sedikit dari pada yang larut lemak. Ada juga yang menduga oleh senyawa polipenol, terutama pada madu berwarna pekat. Oksidasi yang berlangsung pada zat-zat ini akan semakin menimbulkan warna (Sihombing, 1997). Kadar Air Madu Madu yang telah matang dan tua, mengandung kadar air 17,4 % atau lebih rendah, pada kadar air tersebut madu aman terhadap serangan ragi dan terjadinya fermentasi (Winarno, 1982). Kadar air madu sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi dan fermentasi. Madu berkadar air diatas 20 % akan rentan terhadap fermentasi (White, 1992). Air yang rendah akan menjaga madu dari kerusakan untuk jangka waktu yang relatif lama (Sihombing, 1997). Kadar Gula Madu Salah satu sifat yang unik dari madu adalah kandungan gulanya, yaitu levulosa (fruktosa). Gula ini memberikan rasa manis. Jenis gula yang dominan dalam hampir semua madu adalah fruktosa dan hanya sebagian kecil madu yang kandungan glukosanya lebih tinggi dari fruktosa. Glukosa akan membuat madu berkristal membentuk madu permanen. Fruktosa dan glukosa mencakup 85% - 90% dari karbohidrat yang terdapat dalam madu dan hanya sebagian kecil oligosakarida dan polisakarida (Sihombing, 1997). Fruktosa adalah gula yang paling bertanggung jawab terhadap sifat higroskopis madu (White, 1992). Glukosa akan mengkristal

17 pada konsentrasi 30% - 70% tergantung dari suhu, sementara fruktosa hanya akan mengkristal bila konsentrasi mencapai antara 78% - 95% (Gojmerac, 1983). Asam dalam Madu Keasaman madu ditentukan oleh disosiasi ion hidrogen dalam larutan air, namun sebagian besar juga oleh kandungan berbagai mineral (antara lain: Ca, Na, K) dan madu yang kaya akan mineral, ph-nya akan tinggi (Sihombing, 1997). Madu dapat digolongkan sebagai makanan asam karena mempunyai ph rendah yaitu antara 3,1-4,2 (Winarno, 1982). Keasaman dan tekanan osmosis madu yang tinggi, serta kadar air yang rendah berperan untuk pertahanan terhadap serangan mikroba (Molan, 2001). Sifat Anti Bakteri Hasil penelitian Wootton et al. (1978) dalam Winarno (1982) menyebutkan bahwa daya anti bakteri madu tidak ada kaitannya dengan kadar gula dan kadar air, tetapi oleh adanya suatu senyawa sejenis lysozime yang memiliki daya anti bakteri. Senyawa tersebut kini telah dikenal sebagai inhibine. Semakin tinggi bilangan inhibine semakin kuat daya anti biotiknya. Jumlah bilangan inhibine tergantung jenis, umur, kondisi madu tersebut. Gliserin Gliserin disebut juga dengan gliserol atau propana-1,2,3-triol merupakan jenis alkohol umum. Semua alkohol bersifat toksik (racun). Gugus hidroksil pada alkohol mengakibatkannya bersifat polar. Struktur gliserin dapat dilihat pada Gambar 1 ( 2006). Gambar 1. Struktur Gliserin H H H HO C C C OH H OH H Gliserin merupakan cairan tidak berwarna hingga berwarna kekuningkuningan, rasa manis, tidak berbau, higroskopis, larut dalam alkohol dan air, tetapi

18 tidak larut dalam eter dan kloroform (Tano, 1999). Gliserin diperoleh dari proses saponifikasi trigliserida dan sorbitol, suatu alkohol heksa (Schmitt,1996) Gliserin merupakan humektan yang mampu mengikat udara. Humektan adalah zat yang ditambahkan untuk mencegah penguapan air dari sel kulit karena mampu mengikat air dari udara dan dalam kulit (Wasitaatmadja, 1997). Rahayu (2004) menyebutkan bahwa penggantian dan penurunan konsentrasi gliserin disarankan untuk mengurangi kesan lengket dan meningkatkan kesan dingin ditangan. Mulyana (2004) juga menyebutkan penggunaan madu sebagai pengganti gliserin karena sifat madu yang demulsen seperti gliserin. Gliserin memiliki sifat higroskopis, berasa manis, namun ada rasa panas yang tidak menyenangkan bila dioleskan pada kulit. Malam Lebah Kuning (Cera flava) Malam adalah lilin yang paling baik dan dihasilkan oleh lebah pekerja dari empat pasang kelenjar yang terdapat di bagian samping bawah perut. Puncak sekresi malam adalah saat lebah pekerja berumur dua minggu. Kegunaan terbanyak malam adalah untuk kosmetik, pembuatan lilin dan industri perlebahan. Namun, juga sebagai formula untuk krim, salep, lotion, pomade, lipstik dan pelapis pil (Sihombing, 1997). Sihombing (1997) juga menyebutkan, titik lebur malam murni berkisar antara ºC ( ºF), indeks refraksinya 1,44; tahanan dielektris 2,9 dan padat jenis pada 20 ºC adalah 0,96; lebih ringan dari air. Malam lebah tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol dingin. Benzene chloroform, karbon disulfida, eter dan beberapa minyak terbang melarutkan malam komplit. Bau dan rasanya khas redam dan terbakar dengan nyala kuning bersih dan mengeluarkan aroma unik. Warna malam dikarenakan oleh pigmen yang terkandung dalam polen dan propolis atau mungkin dari besi oksida yang kontak dengan metal besi. Sifat alami malam lebah dapat dikatakan hampir konstan. Beberapa kontaminasi malam lebah dapat terjadi antara lain disebabkan oleh polen (tepung sari bunga), propolis (perekat) dan madu yang dapat meningkatkan densitas dan warna malam lebah (Gojmerac, 1980). Malam lebah yang digunakan dalam kosmetik adalah yang putih atau yang sudah diputihkan (bleached) (Coggshall dan Morse, 1984). Malam lebah yang

19 digunakan dalam krim tangan dan badan adalah malam lebah kuning karena pengolahan malam lebah dengan cara bleaching memiliki kelemahan yaitu akan merusak komponen aromatik dan juga komponen lain yang berjumlah sedikit (Krell,1996). Malam Lebah Putih (Cera alba) Malam lebah putih merupakan malam lebah yang diperoleh dengan cara memutihkan malam lebah kuning. Malam lebah putih dalam bentuk lempengan atau potongan berwarna putih atau putih kekuningan, tipis bening dengan butiran halus, tidak mengkilat, menjadi lunak dan liat bila digenggam, bau lemah khas madu, tidak tengik, tidak mempunyai rasa dan tidak melekat pada gigi. Larut dalam minyak atsiri dan minyak lemak, agak sukar larut dalam etanol (90%) dan eter, tidak larut dalam air (Departemen Kesehatan RI,1993). Rantung (2003) menyebutkan bahwa pemucatan dengan arang aktif menghasilkan malam lebah dengan derajat putih paling tinggi dibandingkan dengan bentonit, tetapi nilai rendemen dan bilangan penyabunan yang dipucatkan dengan bentonit merupakan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang aktif. Semakin tinggi konsentrasi bahan pemucat maka semakin rendah nilai rendemen dan ph, tetapi semakin tinggi konsentrasi yang digunakan nilai derajat putih semakin tinggi pula. Menurut FAO (1986), faktor-faktor yang penting dalam proses pengolahan malam lebah, yaitu: (1) sisiran dari madu yang telah diekstrak harus segera diolah sebelum terserang ngengat malam; (2) malam tidak dipanaskan secara langsung tetapi harus dicampur dengan air dan suhunya dijaga agar tidak mendidih (maksimum 80 o C); (3) wadah yang digunakan untuk melelehkan malam lebah harus terbuat dari: aluminium, stainless steel, nikel, tinplate, unchipped enamel, atau plastik tahan panas. Penggunaan wadah yang terbuat dari besi, seng, tembaga atau kuningan harus dihindari; (4) sisiran yang mengandung bahan lain selain malam lebah tidak diolah menjadi malam lebah; (5) tebal cetakan tidak lebih dari 10 cm untuk mempermudah inspeksi terhadap penipuan misalnya dengan batu.

20 Madu dan Malam Lebah dalam Kosmetik Bangsa Mesir purba biasanya menggunakan madu untuk pembalseman (Sihombing, 1997). Dibidang kecantikan, madu digunakan sebagi lulur muka. Lulur muka akan lebih efektif dari penggunaan krim atau minyak-minyak lain karena disamping dapat melembabkan kulit dapat pula memberikan gizi pada kulit. Madu mempunyai sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap air dari udara, karena itu dapat digunakan sebagai humektan. Sifat madu yang sangat higroskopis menyebabkan madu dapat menyerap sekresi lemak dari kulit, disamping mengandung senyawa inhibine yang dapat bekerja sebagai desinfektan (Winarno,1982) Mulyana (2003) menyatakan bahwa berdasarkan sifat-sifatnya, madu dalam formulasi sediaan krim dapat berfungsi sebagai pengganti gliserin. Sifat madu yang demulsen seperti gliserin memiliki kelebihan yaitu mengandung zat anti bakteri, gula invert, protein dan beberapa asam (diantaranya asam pentotenat), sehingga madu dapat digunakan untuk menggantikan gliserin dalam formulasi sediaan krim. Alasan penting mengapa malam lebah digunakan dalam kosmetik adalah malam lebah tidak akan berubah tengik. Alasan yang tidak kalah penting adalah bahwa malam lebah bukan bahan yang iritan atau sensitif ketika kontak dengan kulit (Coggshall dan Morse, 1984). Penelitian Rahayu (2004) menyebutkan bahwa penambahan malam lebah kuning dalam krim tangan dan badan dapat meningkatkan viskositas dan kestabilan emulsi. Uji hedoniknya menyebutkan bahwa panelis memberikan respon agak suka sampai suka terhadap produk krim tangan dan badan yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi malam lebah yang ditambahkan cenderung menurunkan kesukaan panelis terhadap homogenitas dan warna krim, tetapi tidak mengubah kesukaan panelis terhadap bau, kesan lengket dan kesan dingin di tangan. Noerono (1990) menyatakan bahwa stabilitas emulsi adalah sifat yang mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama pada pengemulsian yang diakibatkan oleh gaya mekanis. Krim Tangan dan Badan Fungsi kulit adalah sebagai batas utama antara tubuh dan lingkungan hidup yang terdiri atas berbagai macam bahan, baik fisik maupun kimia yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit. Pada kondisis kulit tertentu, pelembab

21 diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit tersebut, misalnya; udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh dan lain sebagainya (Wasitaatmadja, 1997). Wasitaatmadja (1997) juga menyatakan bahwa karena faktor-faktor tersebut, kulit dapat menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan yang tidak kita rasakan (insensible water loss perspiration). Secara alami kulit telah berusaha melindungi diri dari kehilangan air yang berlebihan, yaitu dengan adanya tabir lemak diatas kulit (skin surface lipids) yang dihasilkan dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah (natural moisturizing factor/ NMF) tersebut tidak mencukupi, karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan pemberian pelembab kulit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes No. 445 Tahun 1998 dalam Tranggono 2003, kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar tubuh (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Suryani et al. (2000) mengatakan bahwa krim kosmetik merupakan salep yang banyak mengandung air (30-60 %) dengan konsistensi lebih lunak daripada salep. Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih zat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Menurut Sapniani et al. (2002), krim kulit (skin cream) adalah perantara bagi komponen yang berfungsi untuk mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan kulit, mencegah kehilangan air, membersihkan kulit dan mempertahankan bahan aktif pada kulit. Pada Tabel 1 berikut ini syarat mutu krim kosmetik yang mengacu pada sediaan tabir surya seperti yang dikutip dari Dewan Standarisasi Nasional (DSN, 1996).

22 Tabel 1. Standar Mutu Sediaan Tabir Surya (SNI ) Kriteria Uji Satuan Persyaratan Penampakan - Homogen ph - 4,5-8,0 Bobot jenis 20 o C - 0,95-1,05 Viskositas 25 o C cp Cemaran mikroba Koloni / gram Maks 10 2 Sumber : Dewan Standarisasi Nasional 1996 Proses produksi krim kosmetik adalah dengan cara mencampurkan bahanbahan yang larut dalam fase air pada bahan bahan yang larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan (Schmitt, 1996). Bahan-bahan yang digunakan dalam krim kosmetik memiliki fungsi yang berbeda-beda antar lain: 1. Setil alkohol adalah alkohol lemak yang berbentuk lemak putih agak keras yang mengandung gugusan kelompok hidroksil, banyak digunakan sebagai pengental, pembentuk konsistensi, dan penstabil emulsi pada produk emulsi seperti krim dan lotion (Mitsui, 1997). Memiliki titik leleh o C. Setil alkohol yang umum digunakan berkisar antara 1-3% pada formulasi produk. Semakin besar konsentrasi setil alkohol yang digunakan dalam formulasi, emulsi yang terbentuk akan semakin tebal dan padat dan kemungkinan akan terjadi granulasi (Wilkinson dan Moore, 1982). 2. Metil paraben berbentuk serbuk halus dengan warna putih merupakan bahan pengawet yang efektif terhadap jamur dan mikroba. Efektif pada rentang ph 4-8 (Mitsui,1997). 3. Trietanolamin Trietanolamin berupa cairan tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis, mudah larut dalam etanol dan juga berfungsi sebagai emulsifier dan pengatur ph (Departemen Kesehatan RI,1993). Trietanolamin merupakan jenis emulsi yang umum digunakan (Suryani et al., 2000). 4. White oil merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai pelembut atau emollient (Chester, 1971).

23 5. Asam stearat Asam stearat atau asam oktadekanoat adalah asam lemak jenuh yang mudah diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Bentuknya padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia CH 3 (CH 2 ) 16 COOH. Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. Titik lebur asam stearat 69,6 C dan titik didihnya 361 C. Reduksi asam stearat menghasilkan stearil alkohol. (

24 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari bulan September sampai bulan Desember Pelaksanaannya dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan dan Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan serta Laboratorium Pengolahan Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Materi Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu dan malam lebah kuning yang dapat diperoleh dari Pusat Perlebahan Nasional Parung Panjang, Bogor. Bahan lain yang digunakan dalam formulasi krim tangan dan badan adalah asam stearat (CH3(CH2)16COOH), white oil, setil alkohol (C15H33OH), trietanolamin ((HOC2H4)3N), metil paraben dan akuades. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: magnetic stirrer, beaker glass, termometer, stopwatch, timbangan, kain saring, panci aluminium, kompor listrik, tabung Erlenmeyer, pemanas air, pipet, viscometer, oven, timbangan analitik, ph meter, cawan petri, wadah plastik, dan peralatan uji organoleptik. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan perlakuan empat konsentrasi malam lebah (0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%) dan empat kali ulangan. Model matematik yang digunakan adalah menurut Steel dan Torrie (1995), yaitu: Yij = μ + αi + εij Keterangan: Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-j dari konsentrasi malam lebah ke-i μ = Nilai rataan umum αi = Pengaruh penambahan lebah pada konsentrasi ke-i εij = Galat percobaan pada ulangan ke-j dari perlakuan ke-i i = Konsentrasi malam lebah (i = 4 yaitu: (1). 0,5%; (2). 1%; (3). 1,5% dan (4). 2%) j = Ulangan (j = 4)

25 Pengaruh peningkatan konsentrasi malam lebah terhadap peubah, dianalisis dengan sidik ragam polinomial. Karakteristik krim dengan penambahan campuran madu dan malam lebah akan dibandingkan dengan krim kontrol (formula gliserin) dengan menggunakan analisis kontras ortogonal. Analisis sifat organoleptik dilakukan dengan uji perbandingan jamak. Uji perbandingan jamak dilakukan untuk membandingkan krim kontrol dengan krim perlakuan. Data dianalisis dengan sidik ragam dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Tukey (Larmond, 1977). Peubah yang diamati Nilai ph (AOAC, 1995). Mula-mula dilakukan standarisasi dengan cara elektroda ph meter dicelupkan ke dalam ph standar 6,86 dan dicuci dengan akuades. Kemudian satu gram contoh diencerkan dengan akuades (1:10). Bagian elektroda ph meter dimasukkan ke dalam contoh yang telah diencerkan dan angka yang terlihat pada layar adalah nilai ph-nya. Stabilitas Emulsi (AOAC, 1995). Sekitar lima gram bahan emulsi ditimbang di dalam cawan petri. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan ke oven dengan suhu 45ºC selama satu jam lalu dimasukkan ke pendingin bersuhu dibawah 0 ºC selama satu jam. Selanjutnya cawan berisi contoh dimasukkan lagi ke dalam oven bersuhu 45 ºC selama satu jam. Pengamatan dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya pemisahan air dari emulsi. Air yang terpisah diserap dengan kertas saring. Kestabilannya dihitung berdasarkan persentase fase terpisah terhadap emulsi keseluruhan. Berat fase yang tersisa Stabilitas Emulsi = 100% Berat total bahan emulsi Berat fase tersisa = berat bahan emulsi setelah pengovenan kedua + cawan berat cawan Berat total bahan emulsi = berat bahan emulsi + cawan berat cawan Viskositas (AOAC, 1995). Viskositas diukur dengan menggunakan viskometer. Contoh dimasukan kedalam tabung film, lalu didiamkan selama 30 menit pada suhu 25 ºC. Spindel yang digunakan adalah spindel nomor empat dengan kecepatan putar

26 6 rpm. Nilai viskositas adalah nilai pada layar dikalikan angka pengali pada kecepatan putar. Berat Jenis. Berat jenis diukur dengan menggunakan mangkuk besi yang memiliki ukuran volume. Sampel dimasukkan dalam mangkuk, kemudian total berat dikurangi dengan berat cawan adalah berat sampel. Berat sampel per volume sampel merupakan nilai berat jenis krim tersebut. Total Cemaran Mikroba (Dewan Standarisasi Nasional, 1992). Contoh diencerkan dengan pengencer steril hingga 10-3 kemudian dihomogenkan. Satu ml dari masing-masing pengenceran contoh dipipet ke dalam cawan petri steril secara duplo lalu dituangkan ml media Plate Count Agar (PCA) cair. Cawan Petri digoyangkan secara perlahan hingga contoh tercampur rata. Campuran tersebut dibiarkan memadat, kemudian dimasukkan ke inkubator (35±1 ºC) dengan posisi terbalik selama 48 jam. Jumlah koloni mikroba dalam satu gram atau satu ml contoh dihitung dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengencer yang digunakan. Sifat Organoleptik Uji organoleptik yang digunakan adalah uji perbandingan jamak (Larmond, 1977). Uji ini dilakukan untuk membandingkan krim kontrol dengan krim perlakuan. Sifat organoleptik yang diamati antara lain: kesan lengket, kesan hangat, homogenitas dan warna. Panelis yang digunakan adalah panelis agak terlatih berjumlah 20 orang. Pemilihan panelis agak terlatih dilakukan dengan beberapa tahap: 1. Panelis adalah orang yang telah berpengalaman melakukan uji organoleptik 2. Panelis yang digunakan adalah wanita, dengan pertimbangan mengetahui produk kosmetik seperti krim atau lotion dan berpengalaman dalam penggunaannya. 3. Panelis dilatih untuk membandingkan dan membedakan krim yang dijadikan sebagai standar (krim yang telah dipasarkan ) dengan krim yang dijadikan sebagai pembanding (kontrol).

27 4. Panelis juga dilatih dengan memberikan penjelasan terhadap sifat organoleptik yang akan diamati yaitu: warna, homogenitas, kesan hangat dan kesan lengket. Penilaian awal dilakukan oleh panelis untuk menentukan kesan lebih, sama atau kurang terhadap sifat organoleptik yang diamati. Selanjutnya panelis menilai seberapa besar perbedaan tersebut; apakah sedikit, cukup, banyak atau sangat banyak. Skala yang digunakan dalam tabulasi penilaian ini adalah sebagai berikut: 1. Amat sangat kurang,2. Sangat kurang, 3. Kurang, 4. Sedikit kurang, 5. Sama dengan contoh, 6. Sedikit lebih, 7. Lebih, 8. Sangat lebih, 9. Amat sangat lebih. Prosedur Pencucian Malam Lebah Proses pencucian malam lebah dilakukan mengacu pada FAO (1996). Malam lebah kuning ditimbang, kemudian dilelehkan dalam air panas (malam : air = 1 : 5) pada suhu 65 o C disertai dengan pengadukan selama 15 menit sampai malam mencair semua. Malam kemudian disaring dengan kain saring, ditampung pada bak penampung berlapis aluminium dan dibiarkan pada suhu ruang sampai mengeras. Malam lebah yang mengeras diangkat dari air dan dibersihkan dari kotoran yang masih menempel. Pembersihan kotoran yang menempel pada bagian bawah malam lebah dilakukan dengan cara dikikis menggunakan pisau. Diagram alir proses pencucian malam lebah dapat dilihat pada Gambar 2. Malam lebah Pelelehan serta pengadukan (T = 65 ºC, malam :air = 1:5, 15 menit) Penyaringan dengan kain saring pada wadah berlapis aluminium Pendinginan pada suhu ruang Pemisahan malam dengan air dan pemisahan dari kotoran yang menempel Malam lebah kuning Gambar 2. Diagram Alir Proses Pencucian Malam Lebah

28 Formulasi Krim Tangan dan Badan Formula krim tangan dan badan mengacu pada formula dalam penelitian Mulyana (2003) dan Rahayu (2004). Krim tangan dan badan dibuat dengan menggunakan 10 gram madu sebagai pengganti gliserin dan malam lebah pada konsentrasi yang berbeda-beda (0,5%; 1%; 1,5%; 2%), sedangkan krim kontrol dibuat dengan menggunakan formula gliserin. Tiap perlakuan terdiri dari empat kali ulangan. Formula krim tangan dan badan dapat dilihat dalam Tabel 2. Nama Bahan Tabel 2. Formula Krim Tangan dan Badan Formula Fkontrol F0,5 F1 F1,5 F2 Malam lebah 0 0,5 (g) 1 1,5 2 Madu Gliserin Trietanolamin White oil Asam sterat Setil alkohol Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Akuades 58,9 58,4 57,9 57,4 56,9 Keterangan: 1. Formula dimodifikasi berdasarkan Mulyana (2003) dan Rahayu (2004) 2. F 0,5; 1; 1,5; 2 = formula krim dengan penambahan malam lebah berturut-turut : 0,5%; 1%; 1,5% dan 2% dari berat adonan. Perbedaan formulasi F0,5; F1; F1,5 dan F2 hanya pada konsentrasi malam lebah yaitu berturut-turut: 0,5%, 1%, 1,5% dan 2% sedangkan komponen lain yang digunakan tetap. Proses Pembuatan Krim Kontrol Pembuatan krim kontrol dilakukan berdasarkan proses Tano (1999). Proses diawali dengan pemanasan asam stearat, white oil, dan setil alkohol dalam beker gelas hingga suhu 70 o C disertai dengan pengadukan. Lalu suhu diturunkan hingga 65 o C, dimasukkan trietanolamin secara perlahan-lahan dan terus diaduk sampai adonan tercampur rata dalam beker gelas diatas magnetic stirrer (Adonan 1).

29 Gliserin dan air dipanaskan hingga suhu 80 o C dalam wadah yang berbeda. Lalu dilakukan pendinginan hingga suhu 65 o C (Adonan 2). Adonan 1 dan 2 dicampur sambil terus diaduk dengan magnetic stirrer pada putaran penuh. Pengadukan dilakukan sampai terbentuk emulsi krim yang halus. Pengadukan dilanjutkan secara manual terus dilakukan sampai adonan mengembang (Adonan 3). Adonan 3 dibiarkan hingga suhu turun menjadi 40 o C. Metil paraben ditambahkan sambil terus dilakukan pengadukan sampai terbentuk krim yang halus. Setelah dingin krim dimasukkan dalam kemasan botol plastik. Diagram alir proses pembuatan krim kontrol dapat dilihat dalam Gambar 3. Asam stearat, white oil, setil alkohol Akuades + gliserin Pengadukan dan pemanasan Pengadukan dan pemanasan (70 ºC) (80 ºC) Pengadukan dan pendinginan Pengadukan dan pendinginan (65 ºC) + trietanolamin (65 ºC) Adonan 1 Adonan 2 Adonan 3 Pengadukan sampai terbentuk krim yang halus Metil parabens Pengadukan manual ( 40 ºC) Krim tangan dan badan Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Krim Tangan dan Badan Kontrol (Tano, 1999) Proses Pembuatan Krim Tangan dan Badan dengan Penambahan Madu dan Malam Lebah Proses pembuatan krim tangan dan badan dengan bahan madu dan malam lebah dilakukan berdasarkan penelitian Mulyana (2003) dan Rahayu (2004). Prinsip pembuatan krim tangan dan badan sama dengan pembuatan krim kontrol. Proses pembuatan dimulai dengan pemanasan asam stearat, white oil, setil alkohol dan

30 malam lebah dalam beker gelas pada suhu 75 o C sampai mencair, kemudian didinginkan sampai suhu 65 o C (Adonan 1). Pada kondisi tersebut trietanolamin ditambahkan perlahan-lahan dan diaduk dengan magnetic stirrer. Adonan 2 terdiri dari madu yang ditambahkan dengan akuades. Adonan 2 tersebut hanya dipanaskan hingga suhu 40 o C, hal ini untuk mencegah terjadinya perubahan komponen dalam madu. Campuran madu dan akuades ditambahkan kedalam fase minyak pada suhu o C. Adonan 1 dan adonan 2 dicampur sambil terus diaduk sampai adonan mengembang (Adonan 3). Metil paraben ditambahkan dan pengadukan terus dilakukan hingga terbentuk krim yang halus. Diagram alir proses pembuatan krim tangan dan badan dapat dilihat pada Gambar 4. Asam stearat, white oil, setil alkohol malam lebah (0,5%, 1%, 1,5%, 2%) Akuades + Madu Pengadukan dan pemanasan Pengadukan dan pemanasan (75 ºC) (40 ºC) Pengadukan dan pendinginan Pengadukan dan pendinginan (65 ºC) + trietanolamin (35 ºC) Pengadukan dan pendinginan (30-35 O C Adonan 1 Adonan 3 Adonan 2 Pengadukan sampai terbentuk krim yang halus Metil parabens Pengadukan manual ( ºC) Krim tangan dan badan Dengan madu dan malam lebah Gambar 4. Diagram Alir Proses Pembuatan Krim Tangan dan Badan dengan Bahan Campuran Madu dan Malam Lebah. Dimodifikasi dari Mulyana (2003) dan Rahayu (2004)

31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pencucian Malam Lebah Pencucian malam lebah dilakukan dengan dua proses yaitu pemanasan dan penyaringan. Malam lebah dipanaskan pada suhu 65 o C sehingga dapat mencairkan seluruh malam lebah dan dapat mempermudah proses penyaringan. Proses penyaringan bertujuan untuk menyaring kotoran agar tidak ikut dalam malam lebah yang akan dimanfaatkan pada krim tangan dan badan. Pembersihan juga dilakukan dengan mengikis bagian bawah lempengan malam lebah yang berwarna lebih gelap, sehingga malam lebah yang dihasilkan berwarna lebih cerah. Malam lebah kuning hasil pencucian dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Malam Lebah Kuning Hasil Pencucian Proses pemanasan berpengaruh terhadap warna, aroma, dan tekstur. Pemanasan menyebabkan terputusnya beberapa ikatan kimia malam lebah dan menguapkan beberapa senyawa aromatik. Hal ini menyebabkan malam lebah hasil pencucian berwarna lebih cerah, tekstur malam menjadi lebih rapuh dan aroma khas malam yang semakin berkurang. Pemanasan malam lebah juga berperan mengurangi mikroba yang mengkontaminasi. Menurut FAO (1996), suhu pemanasan yang semakin tinggi dapat menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan aroma malam lebah. Proses Pembuatan Krim Tangan dan Badan Proses pembuatan krim tangan dan badan dengan penambahan campuran madu dan malam lebah pada prinsipnya tidak berbeda bila dibandingkan dengan proses pembuatan krim tangan dan badan kontrol. Perbedaan hanya terdapat pada suhu yang digunakan. Pemanasan Adonan 1 yang terdiri dari: malam lebah, asam

32 stearat, dan setil alkohol dilakukan pada suhu 75 o C karena suhu tersebut mampu mencairkan adonan secara sempurna. Pemanasan diatas 80 o C, tidak dianjurkan karena dapat merusak komponen malam lebah. Adonan 2 yang terdiri dari akuades dan madu hanya dipanaskan pada suhu 40 o C, hal ini untuk menghindari rusaknya komponen dalam madu seperti gula. Pencampuran Adonan 2 ke dalam adonan 1 sehingga menghasilkan adonan 3, dilakukan pada suhu o C. Pencampuran adonan 2 ke dalam adonan 1, dapat menyempurnakan proses penuangan. Pengadukan dengan magnetic stirrer pada adonan 3 dilakukan dengan kecepatan penuh untuk membentuk emulsi krim yang halus. Pengadukan manual setelah terbentuk emulsi krim dilakukan untuk menyempurnakan pencampuran metil paraben. Sifat Fisik Krim Tangan dan Badan Analisis sifat fisik dilakukan untuk mengetahui karakteristik krim tangan dan badan yang dihasilkan. Standarisasi produk krim tangan dan badan mengacu pada Standarisasi Nasional Indonesia (SNI: ) mengenai mutu sediaan tabir surya. Pemilihan tabir surya didasarkan pada sifat tekstur yang sama, yang berbeda hanya formula yang digunakan. Sifat fisik krim yang dianalisis adalah: ph, stabilitas emulsi, berat jenis, dan viskositas dengan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sifat Fisik Krim Tangan dan Badan pada Formulasi Madu dengan Berbagai Konsentrasi Malam Lebah Peubah Satuan SNI Fkontrol ph - 4,5-8 7,49 ±0,09 Stabilitas Emulsi % - BJ - 0,95-1,05 Viskositas cp ,725 ±2,37 0,909 ±0, ±2929 Formulasi F0,5 F1 F1,5 F2 Rataan Perlakuan 7,301 7,295 7,248 7,178 7,256 ± 0,04 ± 0,04 ± 0,12 ± 0,24 68,12 ± 3,29 0,917 ± 0, ± ,988 ± 3,86 0,914 ±0, ± ,533 ± 6,86 0,913 ±0, ± ,370 ± 1,79 0,908 ±0, ± ,75 0, Keterangan: F 0,5; 1; 1,5; 2 = Hasil rataan analisis krim tangan dan badan dengan formulasi madu 10% dan malam lebah berturut-turut: 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%.

33 Bila dibandingkan dengan krim kontrol (formula gliserin), penambahan madu dan malam lebah pada krim tangan dan badan, dapat meningkatkan nilai rataan stabilitas emulsi dan menurunkan nilai rataan ph serta viskositas. Nilai rataan ph dan viskositas masih berada dalam kisaran SNI, sedangkan rataan nilai berat jenis sedikit dibawah kisaran SNI. Nilai ph Derajat keasaman suatu produk ditunjukkan oleh nilai ph produk tersebut. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi malam lebah tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ph krim tangan dan badan (Lampiran 2). Rataan umum nilai ph krim dengan perlakuan penambahan madu dan malam lebah adalah 7,256 (Tabel 3). Nilai ph ini masih berada dalam kisaran SNI yaitu 4,5-8,0. Bila dibandingkan dengan kontrol dalam uji kontras ortogonal tampak bahwa penambahan madu dan malam lebah yaitu pada F1, F1,5 dan F2 berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap ph krim yang dihasilkan. Pengaruh nyata tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3 yang menunjukkan peningkatan konsentrasi malam lebah akan semakin menurunkan nilai ph krim yang dihasilkan. Hal ini berarti penurunan nilai ph lebih dipengaruhi oleh penambahan malam lebah, ditunjukkan pada F0,5 yang tidak berbeda nyata. Nilai ph malam lebah adalah 6,0. Penambahan campuran madu dan malam lebah pada krim tangan dan badan dapat dikatakan memberikan efek positif, karena semakin mendekati ph kulit. Nilai ph kulit berkisar antar 5,0-6,5. Apabila ph sediaan kosmetik jauh berbeda dengan ph kulit, maka produk tersebut cenderung mengiritasi kulit. Stabilitas Emulsi Stabilitas emulsi sangat menentukan daya terima konsumen terhadap produk. Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan bahan penyusun suatu larutan dimana pertikel-pertikel yang terdispersi tidak mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan pertikel lainnya. Rataan umum nilai stabilitas krim dengan penambahan campuran madu dan malam lebah adalah 74,75 (Tabel 3). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap stabilitas emulsi (Lampiran 3). Peningkatan konsentrasi malam lebah dari 0,5; 1; 1,5 dan 2% dalam formulasi krim dapat meningkatkan rataan stabilitas emulsi yaitu berturut-turut 68,120±3,29; 74,988±3,86; 77,533±6,86;

34 dan 78,370±1,79%. Stabilitas emulsi krim tangan dan badan yang dihasilkan disajikan pada Gambar 6. y = x x x R 2 = 1 Stabilitas Em ulsi (% ) Konsentrasi malam lebah (%) Gambar 6. Stabilitas Emulsi Krim Tangan dan Badan pada Peningkatan Konsentrasi Malam Lebah. Hasil analisis polinomial orthogonal menunjukkan bahwa konsentrasi malam lebah mempengaruhi stabilitas emulsi krim secara kubik Y = 0,4358x 3-4,7765x ,147x+54,314 (R 2 =1). Gambar 5 menunjukkan bahwa penambahan malam lebah dari 0,5%-1% sangat meningkatkan stabilitas emulsi, sedangkan penambahan pada konsentrasi selanjutnya tidak terlalu meningkatkan stabilitas emulsi krim yang dihasilkan. Peningkatan stabilitas yang tinggi pada krim dengan konsentrasi malam lebah 0,5%-1% diduga karena pengaruh malam lebah yang berfungsi sebagai penstabil. Peningkatan konsentrasi malam lebah diatas 1% tidak terlalu meningkatkan stabilitas emulsi karena ukuran komponen lain yang masih tetap. Bila dibandingkan dengan kontrol dalam uji kontras ortogonal tampak bahwa penambahan campuran madu dan malam lebah yang berpengaruh secara nyata (P<0,05) terhadap stabilitas emulsi hanya pada F0,5. Nilai stabilitas emulsi F0,5 lebih rendah bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa madu cenderung tidak meningkatkan stabilitas emulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh malam lebah. Akan tetapi konsentarsi malam lebah 0,5% belum mampu meningkatkan stabilitas emulsi. Stabilitas emulsi mulai meningkat pada konsentrasi malam lebah diatas 1%.

35 Berat Jenis Berat jenis krim tangan dan badan dengan penambahan campuran madu dan malam lebah berkisar antara 0,908±0,008-0,917±0,03. Nilai berat jenis ini berada sedikit dibawah kisaran SNI. Meskipun lebih rendah dari SNI, hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi malam tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis krim. Nilai berat jenis krim tangan dan badan yang lebih rendah dari SNI, diduga mengandung resiko terhadap pemisahan air dengan komponen lain yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air. Uji kontras orthogonal menunjukkan bahwa krim tangan dan badan dengan penambahan madu dan malam lebah (F0,5; F1; F1,5; F2) tidak berbeda secara nyata bila dibandingkan dengan krim kontrol. Hal ini terjadi karena berat jenis madu hampir sama dengan berat jenis gliserin, dan berat jenis malam lebah hampir sama dengan berat jenis komponen yang lainnya. Viskositas Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan. Viskositas krim tangan dan badan dengan penambahan madu dan malam lebah berkisar antara 21188± ±6993 cp (centi Pouse). Nilai tersebut masih dalam kisaran SNI yaitu: cp (DSN, 1996). Hasil sidik ragam menunjukan bahwa penambahan malam lebah dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5% dan 2% tidak berpengaruh nyata terhadap viskositas krim. Bila dibandingkan dengan kontrol dalam uji kontras ortogonal tampak bahwa penambahan madu dan malam lebah berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap viskositas krim yang dihasilkan. Penambahan campuran madu dan malam lebah dapat menurunkan viskositas krim yang dihasilkan. Penurunan viskositas ini diduga karena kandungan air dalam madu. Madu yang digunakan mengandung kadar air 21-22%. Total Cemaran Mikroba Total cemaran mikroba krim tangan dan badan diukur dengan metode cawan. Pengukuran dilakukan setelah seluruh proses pembuatan krim tangan dan badan selesai. Total cemaran mikroba krim tangan dan badan disajikan dalam Tabel 4.

KAJIAN PENGGUNAAN CAMPURAN MADU DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI MALAM LEBAH (BEESWAX) PADA FORMULASI KRIM TANGAN DAN BADAN SKRIPSI

KAJIAN PENGGUNAAN CAMPURAN MADU DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI MALAM LEBAH (BEESWAX) PADA FORMULASI KRIM TANGAN DAN BADAN SKRIPSI KAJIAN PENGGUNAAN CAMPURAN MADU DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI MALAM LEBAH (BEESWAX) PADA FORMULASI KRIM TANGAN DAN BADAN SKRIPSI SURLINA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental 8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.) Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan mouthwash memiliki beberapa tahapan proses, adapun alat dan bahan yang digunakan pada setiap proses adalah : III.1.1 Pembuatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan 1. Penentuan Formulasi Bubur Instan Berbasis Tepung Komposit : Tepung Bonggol Pisang Batu dan Tepung Kedelai Hitam Tujuan: - Mengetahui

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan November

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU Firman Jaya 1 KARAKTERISTIK MADU SIFAT FISIK SIFAT KIMIA Sifat Higrokopis Tekanan Osmosis Kadar Air Warna Madu Karbohidrat Enzim Keasaman Komposisi Kimia Madu Granulasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai Mei 2012. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Terpadu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai april 2011 sampai dengan juni 2011 di Kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai 7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 06 sampai dengan bulan Januari 07 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katholik Soegiyapranata untuk analisis fisik (ph) dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini terbagi atas dua tahap yaitu di Aceh Besar yang dilakukan pada bulan Maret Juli 2006 dan di Laboratorium Pengolahan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) 10 BAB III MATERI DAN METODE Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) dengan 3 jenis pemanis alami, dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 di Laboratorium Kimia dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Semarang untuk analisis kadar protein, viskositas, dan sifat organoleptik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Teknologi

BAHAN DAN METODA. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Teknologi BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,, Medan. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang digunakan pada pembuatan skin lotion meliputi polietilen glikol monooleat (HLB12,2), polietilen glikol dioleat (HLB 8,9), sorbitan monooleat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pembuatan es krim dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, resistensi pelelehan, total

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan untuk pembuatan produk, menguji total bakteri asam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss 7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss Daging Itik setelah Mengalami Scalding dengan Malam Batik dilaksanakan pada bulan Juli 2013 - Juli 2013. Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta) BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA KREKER YANG DIBERI PERLAKUAN SUBSTITUSI TEPUNG DAGING SAPI DAN PERUBAHAN BILANGAN TBA KREKER SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI WIEKE FAUZIAH

SIFAT KIMIA KREKER YANG DIBERI PERLAKUAN SUBSTITUSI TEPUNG DAGING SAPI DAN PERUBAHAN BILANGAN TBA KREKER SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI WIEKE FAUZIAH SIFAT KIMIA KREKER YANG DIBERI PERLAKUAN SUBSTITUSI TEPUNG DAGING SAPI DAN PERUBAHAN BILANGAN TBA KREKER SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI WIEKE FAUZIAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 Pada kutipan atau saduran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Madu Kontrol dan Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Madu Kontrol dan Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Madu Kontrol dan Sampel Madu dapat dibedakan menurut karakteristiknya yang meliputi warna, kekentalan, kadar air, a w, aroma, dan rasanya. Karakteristik madu kontrol

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk, pembuatan sherbet

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci