EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek"

Transkripsi

1 EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) Oleh : NURINA PANGKAURIAN A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) Oleh : NURINA PANGKAURIAN A SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RINGKASAN NURINA PANGKAURIAN. EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO). Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah. (Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS). Munculnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan didasari kenyataan bahwa pemerintah tidak bisa sendiri mengatasi permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Inisiatif sektor swasta, dalam hal ini adalah perusahaan, dapat dilakukan melalui tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) Perseroan yang juga diwajibkan paksa oleh pemerintah untuk melaksanakan CSR melalui kebijakan yang dikeluarkan tersebut di atas adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Salah satu penyebab belum terserapnya tenaga kerja di Kota Semarang dan sekitarnya adalah masih kurangnya keterampilan yang dimiliki para pencari kerja dengan kebutuhan yang diminta perusahaan. PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang merespon permasalahan tersebut dengan mengadakan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed intensif dan penempatan tenaga kerja di perusahaan kepada calon tenaga kerja khususnya wanita untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dibidang garmen (Disnakertrans, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kebijaksanaan dan wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di PT Jamsostek Cabang Semarang. Selain itu, penelitian ini berfokus pada evaluasi Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed, dengan melihat output, outcome dan effect program pelatihan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap

4 peserta pelatihan, sebagai salah satu bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial PT. Jamsostek Cabang Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero), Cabang Semarang, yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Juni Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui penyebaran kuesioner, dan didukung oleh data kualitatif. Data dianalisis dengan tabulasi silang, Uji Chi-Square, dan Korelasi Rank Spearman, dengan bantuan software SPSS dan Microsoft Excel PT Jamsostek (Persero) memandang tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan sebagai upaya compliance plus atau beyond compliance. Selain untuk memenuhi kewajiban, perusahan juga menyadari bahwa terdapat tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan demi keberlanjutan usaha. Jenis program tanggung jawab sosial yang dilaksanakan adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, serta Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta. Sifat program tangung jawab sosial perusahaan PT. Jamsostek (Persero) sebagian besar bersifat philanthropy pada program Kemitraan, charity pada program Bina Lingkungan, dan pada program DPKP terdapat program yang bersifat charity dan philanthropy, namun ada juga yang bersifat corporate Citizenship. Progam Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dalam pandangan perusahaan bersifat philanthropy, namun dalam pelaksanaannya justru bersifat charity. Output pelatihan berupa perubahan perilaku peserta pelatihan menurut persepsi responden sesudah pelatihan, dipengaruhi oleh status perkawinan dan pengalaman kerja. Keragaan Pelatihan (pelatih, fasilitas, materi pelatihan, dan

5 metode pelatihan) tidak mempengaruhi output pelatihan. Outcome pelatihan berupa perubahan perilaku peserta pelatihan menurut persepsi responden setelah bekerja, tidak dipengaruhi oleh Output pelatihan. Effect pelatihan adalah kepuasan kerja dan produktivitas kerja. Produktivitas kerja tidak dipengaruhi oleh Outcome pelatihan, namun dipengaruhi oleh variabel kepuasan kerja yaitu pekerjaan dan hubungan antar pribadi. PT. Jamsostek (Persero) hendaknya mengarahkan program tanggung jawabnya ke arah pemberdayaan, dimana masyarakat ikut berpartisipasi dalam setiap tahap proses pengambilan keputusan. PT Jamsostek (Persero) juga perlu memperhatikan isu lingkungan yang sedang menjadi topik utama dunia saat ini. Program pelatihan sejenis hendaknya diperbanyak agar dapat mengurangi pengangguran dan menambah angka kepesertaan Jamsostek. PT Jamsostek (Persero) juga harus mengevaluasi keberlanjutan progam, untuk mengetahui secara pasti jumlah peserta pelatihan yang masih bekerja. Selain itu, diperlukan data yang akurat mengenai lulusan pelatihan yang tidak lagi bekerja di perusahaan garmen dan sedang mencari pekerjaan agar dapat diikutkan pada program khusus penempatan kerja peserta Jamsostek.

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI SERTA TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI. Bogor, Agustus 2008 Nurina Pangkaurian A FAKULTAS PERTANIAN

7 INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa Nomor Pokok Judul : Nurina Pangkaurian : A : Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) dapat diterima sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus Ujian : RIWAYAT HIDUP

8 Penulis lahir di Kabupaten Semarang, 24 Januari 1987, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Basim Syahri dan Siti Mukarromah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Bandarjo I Ungaran pada tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ungaran dan lulus tahun Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Ungaran pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Selama SMU, penulis pernah menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS SMUN 1 Ungaran, Sekretaris Umum ROHIS SMUN 1 Ungaran, dan Koordinator Litbang dan Evaluasi Ambalan Diponegoro Cut Nyak Dien SMUN 1 Ungaran. Penulis bergabung dengan Remaja Masjid Istiqomah Kabupaten Semarang pada tahun 2002 hingga Penulis juga pernah menjuarai berbagai perlombaan, seperti dalam kejuaraan Pramuka Putri, Juara I Siswa Teladan Putri Tingkat Kabupaten Semarang tahun 2003, dan finalis berbagai lomba kecakapan berbahasa Inggris. Penulis juga pernah menjadi siswa pertukaran pelajar yang mewakili Jawa Tengah ke Queensland, Australia, pada selama bulan Juli-Agustus tahun Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi anggota IAAS (International Association of Agricultural and Related Sciences) angkatan IOP-12 tahun , dan Sahabat PILI (LSM Pusat Informasi Lingkungan Indonesia) tahun Penulis pernah menjadi finalis Pekan Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat pada tahun Penulis juga pernah menjadi

9 Asisten Praktikum untuk mata kuliah Sosiologi Umum, Sosiologi Pedesaan, Pengantar Ilmu Kependudukan, dan Ilmu Penyuluhan.

10 KATA PENGANTAR Bissmillahirrahmanirrahim, Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga Skripsi yang berjudul Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT. Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada khataman nabiyyin Muhammad S.A.W. beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini ditulis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Di dalam tulisan ini, penulis mendeskripsikan pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero), dan memaparkan faktor-faktor yang memengaruhi output, outcome, dan effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed sebagai salah satu program tanggung jawab sosial PT. Jamsostek (Persero) Cabang Semarang. Bogor, Agustus 2008 Nurina Pangkaurian

11 UCAPAN TERIMA KASIH Untaian syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan segala kemudahan atas segala urusan yang penulis hadapi, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, masukan, serta doa selama penulis menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor dan penulisan Skripsi ini, yaitu : 1. Keluarga tercinta. Bapak (Basim Syahri) dan Ibu (Siti Mukarromah), dan Adikku (Arya Pangkurian), dan seluruh keluarga besar, terima kasih atas bantuan doa, keikhlasan, dan kesabarannya dalam mendampingi penulis selama ini. 2. Dr. Ir. Djuara P.Lubis, MS, sebagai dosen pembimbing Studi Pustaka dan Skripsi yang penuh kesabaran memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan ini. 3. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Utama. Terima kasih atas saran dan masukan yang diberikan. 4. Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si, yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Wakil Departemen. Terima kasih atas saran dan masukan yang diberikan. 5. Ir. Dwi Sadono, MS, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan semangat dan motivasi kepada penulis terutama dalam bidang akademik.

12 6. My Pals, especially Eno, Nani, Arta, Leo, Tyas, Juli dan Teman-teman KPM 41, SEMANGAT!!! 7. Bapak Gunawan Saptogiri (Disnakertrans Semarang), Bapak Rudy (PT Jamsostek Cabang Semarang), Bapak Rizky (PT SC Enterprises), Bapak Sugiharto, Ibu Dwi (LPK ASA Group Semarang), Bu Rebecca (PT Honey Lady Utama), Mbak Dwi (LPK ASA Group Semarang), Mbak Vera (PT Samwon Busana Indonesia), Bapak Thing (PT SC Enterprises), seluruh staf pengajar LPK ASA Group Semarang, dan Sie. Bidang Pengawasan Disnakertrans Kabupaten Semarang, terima kasih atas bantuan penelitian yang diberikan. 8. Iswahyudi, atas doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Terima kasih karena telah mendampingi penulis selama penelitian. 9. My Second Home, Wisma Shinta Family Angkatan , terutama untuk Ria, Mbak Iis, Nisa, Ana, Rani, Teni, Tami, Deedee, Widi, Ani, Wulan, Teman-teman KKP Galuh Timur 2007 (Agnez, Jafar, Fitri, Ilma, Prima, dan Tyo) yang mengajari how to share each other, Rizka, Wina, my Ubuntu friend Agusta, dan my all new friends at Fairus. 10. Charolina Margaretha, Rianti T. Marbun, dan Sushane Sarita sebagai teman seperjuangan dari sejak Studi Pustaka hingga Skripsi. 11. Mbak Maria, Mbak Nisa, Mbak Rahma, Mbak Hana, Mas Piat, Bapak Haji, Adiba Copy, dan Petugas-petugas LSI, yang telah membantu penulis selama menempuh studi di IPB.

13 12. Tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor, Agustus 2008 Penulis, Nurina Pangkaurian

14 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xvii xix xx BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Paradigma Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Evaluasi Pelatihan dan Evaluasi Pelatihan Perubahan Perilaku Kepuasan Kerja Produktivitas Kerja Hasil Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kerangka Pemikiran Hipotesis Kerja Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Lokasi Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengambilan Sampel... 47

15 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Chi Square Uji Korelasi Rank Spearman BAB IV PROFIL PT JAMSOSTEK (PERSERO) Sejarah Singkat Perusahaan Visi, Misi, Nilai dan Motto Perusahaan Program Jamsostek dan Pembayaran Jaminan Struktur Organisasi BAB V KEBIJAKSANAAN DAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Kebijaksanaan Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) Konsep Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) Jenis Program Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) Program Kemitraan Program Bina Lingkungan Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta (DPKP) Koordinasi Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Analisis Konsep dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial PT. Jamsostek (Persero) BAB VI GAMBARAN UMUM PROGRAM PELATIHAN PENGGUNAAN MESIN JAHIT HIGH SPEED Deskripsi Kegiatan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Penempatan Kerja Lulusan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed

16 6.3 Analisis Program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed BAB VII EVALUASI PELATIHAN PENGGUNAAN MESIN JAHIT HIGH SPEED Karakteristik Responden Keragaan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Pelatihan Mesin Jahit High Speed Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Hubungan antara Keragaan Pelatihan dengan Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Outcome Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Outcome Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Faktor-faktor yang Mempengaruhi Outcome Pelatihan Mesin Jahit High Speed Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Faktor-faktor yang Mempengaruhi Effect Pelatihan Mesin Jahit High Speed Analisis Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Output, Outcome, Effect Pelatihan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran

17 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

18 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 2.1 Paradigma Kedermawanan Sosial Perusahaan Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tabel 5.1 Realisasi Program Kemitraan Kantor Cabang Semarang Tahun Tabel 5.2 Realisasi Program DPKP Bergulir Kantor Cabang Semarang Tahun Tabel 5.3 Realisasi Program DPKP Tidak Bergulir Kantor Cabang Semarang Tahun Tabel 5.4 Konsep dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) Program Kemitraan Tabel 5.5 Konsep dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) Program Bina Lingkungan Tabel 5.6 Konsep dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) Program DPKP Tabel 5.7 Realisasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Semarang Tahun Tabel 6.1 Jumlah dan Persentase Lulusan Pelatihan Berdasarkan Jabatan di Perusahaan Garmen, Tabel 7.1 Jumlah dan Persentase Peserta Pelatihan Mesin Jahit High Speed Berdasarkan Karakteristik Individu, Tabel 7.2 Jumlah dan Persentase Penilaian Responden terhadap Keragaan Pelatihan Mesin Jahit High Speed, Tabel 7.3 Jumlah dan Persentase Perubahan Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah Pelatihan, Tabel 7.4 Hasil Analisis Chi Square antara Karakteristik Individu dengan Perubahan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pelatihan, Tabel 7.5 Hasil Analisis Chi Square antara Karakteristik Individu dengan Perubahan Tingkat Keterampilan Sebelum dan Sesudah Pelatihan,

19 Tabel 7.6 Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman antara Keragaan Pelatihan terhadap Perubahan Perilaku Sebelum dan Sesudah Pelatihan, Tabel 7.7 Jumlah dan Persentase Perubahan Perilaku Responden Sesudah Pelatihan dan Setelah Bekerja, Tabel 7.8 Hasil analisis Korelasi Rank Spearman antara Output dengan Outcome, Tabel 7.9 Jumlah dan Persentase Kepuasan Kerja Responden, Tabel 7.10 Jumlah dan Persentase Penilaian Supervisor terhadap Produktivitas Lulusan Pelatihan Dibandingkan dengan Karyawan Lain Non Pelatihan, Tabel 7.11 Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman antara Faktor-faktor Kepuasan Kerja dengan Produktivitas Kerja, Tabel 7.12 Tingkat Perubahan Pengetahuan Peserta Pelatihan, Tabel 7.13 Tingkat Perubahan Keterampilan Peserta Pelatihan, Tabel 7.14 Hasil Analisis Hubungan Antar Variabel Penelitian pada Pelatihan Mesin Jahit High Speed,

20 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 2.1 Ruang Lingkup CSR Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Tanggung Jawab Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Mesin Jahit High Speed oleh PT. Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) Cabang Semarang... 64

21 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Teknik Pengumpulan Data Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Panduan Pertanyaan Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Kuesioner Lampiran 7 Hasil Uji Non parametric Correlation Lampiran 8 Daftar Realisasi Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta (DPKP) PT Jamsostek (Persero) Tahun Lampiran 9 Daftar Realisasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Jamsostek (Persero) Tahun

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah fundamental bangsa Indonesia adalah tantangan internal, yaitu kesenjangan yang ditandai dengan adanya pengangguran dan kemiskinan (Sumodiningrat, 1999). Menurut data terbaru yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2007, angka kemiskinan di Indonesia berjumlah 37,17 juta orang (16,58 persen). Hal ini menunjukkan adanya penurunan dibandingkan kondisi pada bulan Maret 2006 yaitu sebesar 39,05 juta jiwa atau sekitar 17,75 persen (BPS, 2006). Berbeda dengan propinsi Jawa Tengah, dibandingkan pada tahun 2006, angka kemiskinan meningkat dari 5,9 juta jiwa atau 18,32 persen menjadi 6,56 juta jiwa atau 20,43 persen dari total penduduk Jawa Tengah pada tahun Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah adalah pengangguran. Pada tahun 2007, angka pengangguran mencapai orang atau meningkat orang dari tahun sebelumnya (Sugiya, 2007). Dalam upaya penanggulangan masalah sosial tersebut di atas, Indonesia merumuskan beberapa strategi penanggulangan kemiskinan berdasarkan atas ratifikasi Indonesia terhadap Millenium Declaration pada tahun Millenium Declaration mencetuskan inisiatif pembangunan yang disebut Millenium Development Goals (MDGs). Deklarasi tersebut mengandung delapan tujuan yang harus dicapai tiap negara sebelum tahun 2015, dan mengangkat tema umum yaitu pemberantasan kemiskinan tahun 2015 (End Poverty 2015 Millenium Campaign). Delapan tujuan tersebut meliputi penghapusan kemiskinan, pendidikan untuk

23 semua, persamaan gender dan pemberdayaan perempuan, perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, penurunan angka kematian anak, peningkatan kesehatan reproduksi, pelestarian lingkungan hidup, dan kerja sama global untuk pembangunan (Pitaloka, 2008). Witoelar (2007), menyatakan bahwa masing-masing tujuan dalam MDGs memiliki hubungan saling ketergantungan (interdependensi), baik dalam pencapaian tujuan maupun kesalingtergantungan para stakeholder. Kesalingtergantungan para stakeholder tersebut menunjuk pada ketergantungan multi-stakeholder, yaitu tidak satupun tujuan yang dapat dicapai oleh pemerintah sendiri, sektor swasta dan masyarakat sipil juga harus dilibatkan dalam waktu yang lama dan berlanjut agar tujuan dapat tercapai. Ditekankan pula mengenai pentingnya kontribusi perusahaan dalam pencapaian MDGs, terutama dalam bentuk kemitraan (Jalal, 2007). Kemitraan tersebut berupa kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat madani termasuk LSM, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, organisasi keagamaan, organisasi profesi dan sebagainya. Inisiatif sektor swasta, dalam hal ini adalah perusahaan, yang berorientasi MDGs dapat dilakukan melalui tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) sebagai kontribusi perusahaan dalam proses pembangunan. Munculnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan, didasari kenyataan bahwa pemerintah tidak bisa sendiri mengatasi permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Keterlibatan seluruh sektor baik pemerintah, swasta dan masyarakat sangatlah diperlukan. Dalam hal ini, peran swasta dan masyarakat tidak berposisi menggantikan tugas pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat dan menanggulangi kemiskinan, namun ikut bertanggungjawab mewujudkan tujuan-

24 tujuan tersebut. Perusahaan diharapkan memiliki komitmen untuk bekerjasama dengan pemerintah, sesuai dengan MDGs. Komitmen tersebut diwujudkan melalui program-program tanggung jawab sosial perusahaan. Pencapaian MDGs dalam upaya menanggulangi kemiskinan oleh perusahaan dilakukan melalui kegiatankegiatan bisnis perusahaan yang menjamin keberlanjutan kehidupan. Fokusnya adalah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan berbasis utama pada bisnis inti perusahaan, serta memperhatikan aspek lokalitas dan bermitra dengan pihak eksternal perusahaan. Kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia didasari atas UU Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 Pasal 74, yang berbunyi: Setiap perseroan diwajibkan mengalokasikan sebagian laba bersih tahunan perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Artinya, setiap perseroan wajib melaksanakan CSR. Bila tidak, perusahaan akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (walaupun dalam undang-undang tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai sanksi yang akan diberikan). Perseroan yang juga diwajibkan paksa oleh pemerintah untuk melaksanakan CSR melalui kebijakan yang dikeluarkan tersebut di atas adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Wibisono (2007), menyatakan bahwa BUMN merupakan institusi ekonomi yang dituntut untuk menghasilkan laba sebagaimana perusahaan bisnis lainnya, juga dituntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional dan berperan sebagai institusi sosial. Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-

25 236/MBU/2003, yang mengikat BUMN untuk membentuk unit khusus yang menyelenggarakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Praktek CSR oleh BUMN khususnya dalam penelitian ini adalah PT Jamsostek, adalah hal yang menarik untuk dikaji. Salah satu faktornya adalah pelaksanaan CSR BUMN yang berlatar belakang untuk memenuhi kewajiban sehingga dapat dimungkinkan terdapat unsur keterpaksaan (compliance) dan juga dimungkinkan bahwa potensi dan komitmen pelaksanaan CSR perusahaanperusahaan BUMN akan lebih besar dan dibandingkan perusahaan-perusahaan swasta lainnya. 1.2 Perumusan Masalah Pencapaian tujuan MDGs merupakan wujud upaya suatu negara untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya yang berakar pada kemiskinan dan upaya memenuhi kewajiban negara untuk menyejahterakan rakyatnya. Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Jawa Tengah sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia juga ikut serta mendukung komitmen pemerintah tersebut, dengan melaksanakan program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai target MDGs. Keterlibatan sektor swasta melalui tanggung jawab sosial diperlukan untuk ikut membantu pemerintah dan ikut bertanggungjawab dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. PT Jamsostek (Persero) merupakan salah satu BUMN yang bertugas menyelenggarakan program jaminan sosial menurut Undang-undang Republik

26 Indonesia No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial. Kegiatan tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero) khususnya PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang merupakan bagian dari perwujudan Good Corporate Governance (GCG) terhadap stakeholders terkait, yang menjadi kewajiban tiap BUMN yang ada di Indonesia (Jamsostek, 2007). Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan melalui programprogram yang dilaksanakan perusahaan berdasarkan paradigma yang dianut, dan dengan sasaran serta cara tertentu akan membawa dampak-dampak, baik positif maupun negatif. Dampak-dampak tersebut akan mempengaruhi kinerja operasi perusahaan dan hubungan perusahaan dengan masyarakat, sehingga akan dapat dilihat bentuk mana yang paling menguntungkan atau paling tepat bagi masyarakat, dan juga membawa keuntungan bagi perusahaan. Pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) diperlukan untuk membantu mengatasi masalah sosial yang ada di sekitar perusahaan. Misalnya menyangkut kemiskinan, pengangguran, atau lingkungan (Marta, 2006). Angka pengangguran di Kota Semarang mencapai angka lebih dari orang. Menurut Kasubdin Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang, Gunawan Saptogiri, belum terserapnya tenaga kerja secara maksimal disebabkan masih kurangnya ketrampilan yang dimiliki para pencari kerja dengan kebutuhan yang diminta perusahaan. PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang yang, merespon permasalahan tersebut dengan mengadakan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed intensif dan penempatan tenaga kerja di perusahaan kepada calon tenaga kerja khususnya wanita untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dibidang garmen (Disnakertrans, 2007).

27 Kebijaksanaan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan saling berkaitan. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi bentuk dan program yang akan dijalankan dalam mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi di sekitar lingkungan perusahaan. Bentuk dan program tanggung jawab ini akan membawa dampak baik positif maupun negatif, sehingga dapat dilihat keberhasilan dan keuntungan baik jangka pendek dan jangka panjang yang didapat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam mengenai bagaimana PT Jamsostek (Persero) menjalankan tanggung jawab sosialnya, terutama mengenai keberhasilan program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed. Melalui studi evaluatif ini akan dapat disimpulkan apakah program tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero) tersebut dapat dikatakan berhasil atau sebaliknya. Berdasarkan paparan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kebijaksanaan dan wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang? 2. Bagaimana output, outcome dan effect Program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap peserta pelatihan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

28 1. Menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kebijaksanaan dan wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang. 2. Mengetahui output, outcome dan effect Program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap peserta pelatihan, sebagai salah satu bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pertimbangan mengenai pelaksanaan CSR yang dapat menanggulangi permasalahan sosial yang ada di sekitar lingkungan perusahaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pelaksanaan CSR PT Jamsostek (Persero) selanjutnya, khususnya di bidang pelatihan sejenis. Bagi penulis dan kalangan akademisi diharapkan mampu memberikan informasi dan pemahaman dalam upaya persiapan penelitian lebih lanjut. Bagi khalayak diharapkan mampu memberikan pengetahuan mengenai CSR lebih lanjut sehingga dapat menjadi bahan evaluasi publik.

29 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Salah satu definisi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dikemukakan oleh Schermerhon (1993) sebagaimana dikutip Suharto (2006) yaitu sebagai bentuk kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005 sebagaimana dikutip Suharto, 2007). The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Fox, et al, 2002 sebagaimana dikutip Zainal, 2006). CSR dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas (Sankat dan Clemant K, 2002 sebagaimana dikutip Zainal, 2006). Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat dipahami bahwa CSR merupakan komitmen dari bisnis atau usaha untuk mengakomodasi kepentingan

30 internal dan eksternal, yang memperhatikan aspek sosial masyarakat serta pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh stakeholders perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bersama dan meningkatkan kualitas kehidupan melalui hubungan kemitraan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibiliy (CSR) meliputi strategi dan program pengembangan masyarakat. CSR tidak hanya dipahami sebagai filantropi perusahaan, namun juga sebagai bagian dari rekayasa sosial dan strategi perusahaan yang rasional, terencana, dan berorientasi pada pencapaian keuntungan sosial jangka panjang bagi perusahaan dan masyarakat (Suharto, 2007). Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas, CSR tidak hanya bersifat eksternal, namun juga internal. Hal tersebut dinyatakan dengan CSR berusaha untuk mengakomodasi kepentingan internal dan eksternal perusahaan serta perlunya pengintegrasian keseluruhan stakeholders. Stakeholders didefinisikan sebagai seseorang atau organisasi yang mempunyai bagian dari kepentingan pada korporat ataupun memiliki hubungan saling mempengaruhi aktivitas korporat. Pihak-pihak tersebut bisa saja bagian internal maupun eksternal perusahaan yang biasanya diasumsikan oleh komunitas lokal (Zainal, 2006). Stakeholders yang dimaksud adalah stakeholders internal dan stakeholders eksternal perusahaan. Green Paper dari Komisi Masyarakat Eropa (2001) sebagaimana dikutip Wibisono (2007) mengemukakan dua dimensi tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu internal dan eksternal. Dalam dimensi-dimensi tersebut terdapat beberapa

31 aspek yang masing-masing memiliki stakeholders. Lebih lanjut, Zainal (2006) dan Wibisono (2007) menjelaskan ruang lingkup tanggung jawab sosial suatu perusahaan dalam beberapa aspek. Aspek-aspek yang menjadi fokus adalah manajemen perusahaan, tempat kerja, pasar, lingkungan, dan komunitas lokal. Manajemen perusahaaan yang merupakan bagian dari stakeholders internal hanya terdiri dari karyawan beserta keluarganya. Hal ini dikarenakan, karyawan beserta keluarganya juga merupakan bagian dari entitas sosial masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan, bahkan yang paling dekat, dan mendapat pengaruh secara langsung atas operasi perusahaan. Pemegang saham, direksi dan manajemen profesional dari aspek manajemen perusahaan serta para investor, penyalur, pemasok dan pesaing dari aspek pasar, bukan merupakan bagian dari ruang lingkup CSR, karena mereka lebih pada sisi ekonomi atau fokus pada pencapaian laba semata, bukan aspek sosial. Aspek-aspek tersebut terlingkupi dalam konsep CSR. Stakeholders yang terkait dengan aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1. Tiga aktivitas yang digolongkan sebagai kegiatan CSR adalah, (1) di tempat kerja, meliputi keselamatan kerja, bantuan bagi karyawan yang terkena musibah, fasilitas kesehatan, dana pensiun, softloan, pengembangan skill karyawan, dan kepemilikan saham, (2) aktivitas sosial, yaitu dengan memberikan beasiswa dan memberdayakan ekonomi secara berkelanjutan, (3) aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan. Perusahaan harus ikut menjaga kelestarian lingkungan dan melakukan produksi yang ramah lingkungan (Impresario, 2006).

32 Karyawan dan Keluarganya Internal Tempat Kerja Ruang Lingkup CSR Pasar Konsumen Eksternal Komunitas Lokal Komunitas termasuk masyarakat luas Lingkungan Pemerintah, pers, lingkungan hidup Gambar 2.1. Ruang Lingkup CSR CSR juga dapat disebut sebagai model investasi sosial perusahaan. Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Nigam (1998) melihat melalui perspektif pengembangan masyarakat dalam melakukan praktik bisnis yang mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan sosial. Nigam (1998) memberikan contoh yaitu dengan mengembangkan jaringan bisnis perusahaan melalui program pengembangan masyarakat. Strategi yang dilakukan adalah dengan merekrut masyarakat lokal untuk mengisi pekerjaan dengan tingkat keahlian yang rendah, mengembangkan usaha mikro pendukung aktivitas perusahaan, dan membangun

33 infrastruktur masyarakat. Kesemuanya menguntungkan perusahaan dan masyarakat lokal sekitar perusahaan (Nigam, 1998). Strategi tersebut disebut Linking Core Business Activities with Community Development, yang menghubungkan pengembangan masyarakat dengan aktivitas utama bisnis, dapat mengurangi biaya sehingga menjadi sangat efektif. Merekrut masyarakat lokal, membuat penyesuaian dalam perencanaan atau pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta mengembangkan penyedia barang dan jasa lokal akan meningkatkan dampak positif pengembangan masyarakat tanpa menaikkan biaya marjinal dalam melaksanakan bisnis. Pandangan perusahaan mengenai CSR sebagai modal investasi perusahaan didukung oleh Wibisono (2007) yang menyatakan bahwa dunia usaha di masa mendatang dapat memandang CSR bukan lagi sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center). Menurut Archie B. Caroll dalam Suharto (2007), Tanggung jawab Sosial Perusahaan secara konseptual dipahami sebagai bentuk kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines. Triple Bottom Lines dicetuskan oleh John Elkington yang menekankan economic prosperity, enviromental quality, dan social justice. Perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga harus terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan (Impresario, 2006). Triple Bottom Lines tersebut dikenal dengan 3P, yaitu: a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

34 b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia, khususnya bagi warga sekitar perusahaan. c. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati Paradigma Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Saidi (2004), Motivasi perusahaan dalam melakukan kedermawanan sosial dapat dijelaskan dalam tiga tahapan atau paradigma yang berbeda (Tabel 2.1), yaitu: a. Corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. b. Corporate philanthropy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya berasal dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. c. Corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial. Hibah sosial adalah bantuan kepada suatu organisasi nirlaba untuk kegiatan sosial, pendidikan, sedekah, atau kegiatan lain yang melayani kemaslahatan masyarakat dengan hak pengelolaan hibah sepenuhnya pada penerima. Hibah sosial umumnya adalah untuk keperluan sesaat dan konsumtif. Hibah pembangunan adalah bantuan selektif kepada satu organisasi nirlaba yang menjalankan suatu kegiatan atau agenda yang sejalan dengan organisasi pemberi bantuan. Dapat pula dikatakan hibah sosial berangkat dari paradigma

35 kedermawanan sosial/sedekah sedangkan hibah pembangunan berangkat dari paradigma pengembangan masyarakat atau community development (Saidi, 2004). Tabel 2.1. Paradigma Kedermawanan Sosial Perusahaan Tahapan Charity Philanthropy Corporate Citizenship Motivasi Agama, tradisi, adat Norma etika dan Pencerahan diri hukum universal: rekonsiliasi dengan redistribusi kekayaan ketertiban sosial Misi Mengatasi masalah sesaat Pengelolaan Jangka pendek, menyelesaikan masalah sesaat Mencari mengatasi masalah Terencana, terorganisir, terprogram dan akar Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/ dana abadi: profesionalisasi Memberikan kontribusi masyarakat kepada Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial maupun pembangunan) dan keterlibatan sosial Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama Sumber : Saidi (2004) Perusahaan tidak hanya bertindak sebagai aktor ekonomi belaka, namun juga menempatkan dirinya sebagai aktor sosial yang juga berinteraksi dengan masyarakat sekitar (Zainal, 2006). Archie B. Carrol dalam Saidi (2004), mengembangkan satu konsep Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Piramida ini terdiri atas empat jenjang tanggung jawab perusahaan. a. Tanggung jawab Ekonomis. Perusahaan haruslah menghasilkan laba. Sebuah perusahaan tentu harus memiliki nilai tambah sebagai prasyarat untuk berkembang. Laba adalah pondasi yang diperlukan bagi kehidupannya.

36 b. Tanggung jawab Legal. Dalam mencapai tujuannya mencari laba itu, sebuah perusahaan harus menaati hukum. c. Tanggung jawab Etis. Perusahaan menjalankan hal yang baik dan benar, adil, dan fair. Perusahaan harus menghindarkan diri dari praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Norma-norma masyarakat menjadi rujukan bagi langkah-langkah bisnis perusahaan. d. Tanggung jawab Filantropis. Ini mensyaratkan perusahaan untuk memberi kontribusi kepada publik. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kehidupan semua. Cara pandang perusahaan dalam menerapkan CSR dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu : a. Sekadar basa-basi atau keterpaksaan. Artinya CSR hanya dipraktikkan lebih karena faktor eksternal (external driven). Berikutnya adalah Reputation driven, motivasi pelaksanaan CSR adalah untuk mendongkrak citra perusahaan. b. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena adanya market driven. Selain itu, terdapat motivasi untuk meraih penghargaan atau reward. c. Compliance plus atau beyond compliance. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam. Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya tidak hanya sekadar ekonomi untuk mengejar profit, namun juga tanggung jawab sosial dan

37 lingkungan. Dasar pemikirannya, menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) usaha. Perusahaan dapat melaksanakan CSR baik melalui keterlibatan secara langsung, baik dengan perusahaan menyelenggarakan sendiri program CSR, ataupun melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan juga dapat bermitra dengan pihak lain dan ada juga yang bergabung dengan suatu konsorsium. 2.2 Evaluasi Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematis dan objektif. Soekartawi (1999) sebagaimana dikutip Fauziah (2007) mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Klausmeier dan Goodwin sebagaimana dikutip Fauziah (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses yang kontinyu di dalam memperoleh dan menginterpretasikan informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku.

38 Kedua definisi ini sama-sama ingin melihat perubahan yang terjadi setelah adanya program atau proyek. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau penerapan. Departemen Pertanian (1990) mengemukakan jenis evaluasi untuk mengevaluasi program, yaitu : 1. Evaluasi Input Evaluasi input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output dan tujuan suatu proyek atau program. 2. Evaluasi Output Evaluasi output adalah penilaian terhadap output-output yang dihasilkan oleh program. Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia, untuk mencapai tujuan proyek atau program. Contoh output adalah perubahan pengetahuan (aras kognitif), perubahan sikap (aras afektif), kesediaan berperilaku (aras konatif) dan perubahan perilaku (aras psikomotorik). Aras kognitif adalah tingkat pengetahuan seseorang. Aras afektif adalah kecenderungan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh perasaannya terhadap suatu hal. Aras konatif adalah kesediaan seseorang berperilaku tertentu yang dipengaruhi oleh sikapnya terhadap suatu hal. Aras tindakan adalah perilaku seseorang yang secara nyata diwujudkan dalam perbuatannya sehari-hari sehingga membentuk suatu pola.

39 3. Evaluasi Effect (efek) Evaluasi efek adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari penggunaan output-output program, sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dari perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuh biasanya baru tampak setelah program selesai. 4. Evaluasi Impact (dampak) Evaluasi impact adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan sesungguhnya yang dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang. Evaluasi dampak dapat dipertimbangkan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif. Berbeda dengan Departemen Pertanian yang mengemukakan empat tahapan evaluasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2007), hanya mengemukakan tiga jenis evaluasi untuk mengevaluasi suatu program, yaitu : 1. Evaluasi Input Evaluasi ini menilai penggunaan segala sumber daya (orang, barang dan jasa) yang diukur dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran (output). 2. Evaluasi Output Evaluasi pada tahap ini menilai sejauh mana barang atau yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan dapat mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program, serta kebijakan.

40 3. Evaluasi Outcome Segala sesuatu yang mencerminkan keluaran (output) dari kegiatankegiatan dalam satu program disebut dengan outcome. Outcome biasanya diukur setelah beberapa saat tertentu, tergantung kepada jenis kegiatan yang dijalankan. Evaluasi outcome adalah penilaian terhadap hasil yang mencerminkan output program. 2.3 Pelatihan dan Evaluasi Pelatihan Pada hakekatnya setiap individu maupun kelompok selalu dituntut untuk belajar dan meningkatkan kemampuannya agar dapat mempertahankan hidupnya, karena dengan belajar akan menghasilkan perubahan, yaitu didapatnya kemampuan yang baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Salah satu peningkatan kemampuan ataupun proses belajar antara lain melalui kegiatan pelatihan. Pelatihan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu training. Kata latihan yang selama ini sering digunakan sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu exercise. Exercise atau latihan merupakan salah satu metode pengajaran, sehingga latihan sebenarnya tidak sama dengan pelatihan, karena pelatihan bermakna lebih dari sekedar latihan. Metode latihan bisa merupakan salah satu metode yang dipakai dalam suatu pelatihan. Menurut Inpres Nomor 15 tahun 1974 tentang Pelaksanaan Keppres Nomor 34 tahun 1972: Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan metodenya

41 mengutamakan praktik daripada teori. Hickerson dan Middleton (1975) secara sederhana mendefinisikan Pelatihan sebagai proses belajar yang dirancang untuk merubah penampilan atau keragaan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, Pelatihan adalah suatu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dari sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang bersangkutan maupun organisasi tempat bekerja. Tracey (1977) mengemukakan beberapa komponen yang perlu dievaluasi dalam pelatihan. Konponen-komponen tersebut adalah: (1) Peserta Pelatihan; (2) Instruktur atau Pelatih; (3) Isi; (4) Urutan dan Alokasi Waktu; (5) Strategi, dan(6) Materi, Alat, dan Fasilitas Pelatihan. Leagans (1961) sebagaimana dikutip Purba (2006), mengemukakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Fasilitas Pelatihan Hamalik (2001) sebagaimana dikutip Wahyudi (2006) menyatakan bahwa fasilitas pelatihan merupakan bagian dari program pelatihan yang perlu disiapkan oleh tenaga yang berwenang dengan bantuan tenaga ahli di bidangnya. Komponen-komponen yang berasal dari fasilitas fisik yang mempengaruhi efisiensi belajar seperti yang dinyatakan oleh Padmowihardjo (1994) sebagaimana dikutip Komalasari (2003) yaitu alat bantu pelatihan, alat peraga, ruangan dan perlengkapan, dan sarana mobilitas.

42 b. Pelatih Salah satu unsur program pelatihan yang menentukan efektivitas pelatihan adalah pelatih (instruktur). Pelatih memegang peranan yang penting karena pelatih yang akan membantu peserta pelatihan untuk menambah pengetahuan, merubah perilaku menjadi produktif dan meningkatkan kecakapan serta keterampilan mereka melalui kegiatan pelatihan. Pelatih harus dapat membuat peserta dapat saling berinteraksi dengan baik atau membuat terjadinya proses komunikasi banyak arah, bukan satu arah (Purba, 2006). c. Materi pelatihan Komponen-komponen yang berasal dari materi pelatihan yang mempengaruhi efisiensi belajar dalam pelatihan adalah : banyaknya materi pelatihan; besarnya materi pelatihan; urutan mata ajaran; kualitas materi pelatihan, kegunaan materi pelatihan, dan pengorganisasian materi pelatihan (Padmowihardjo, 1994 sebagaimana dikutip Komalasari, 2003). d. Metode Metode adalah cara-cara atau prosedur yang digunakan fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan seluruh sistem untuk mencapai suatu tujuan. Karakteristik peserta pelatihan seperti jenjang pendidikan, pekerjaan, pengalaman bekerja, motivasi dan minat pribadi mempengaruhi aspek moral, intelektual tingkat berpikir dan pengetahuan. Padmowihardjo (1994) sebagaimana dikutip Komalasari (2003) menjelaskan mengenai berbagai sifat peserta yang

43 menentukan efektifitas belajar dalam pelatihan. Sifat-sifat tersebut antara lain : bakat; kematangan mental; kematangan fisik; sikap mental; kesehatan; umur dan kelamin. Berdasarkan uraian tersebut, karakteristik lulusan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed yang diduga berpengaruh terhadap dampak pelatihan adalah umur, pendidikan, pekerjaan atau pengalaman bekerja yang dilihat sebagai latar belakang pekerjaan, motivasi, dan ditambahkan juga status pernikahan. Lebih lanjut Tracey (1977) menjelaskan tentang Following Up Graduates yang digunakan untuk melihat apakah peserta pelatihan dari suatu sistem pelatihan menunjukkan kewajiban dan tugas pekerjaan mereka dengan profisiensi yang dapat diterima. Follow Up sangat penting bagi peserta pelatihan, instruktur atau pelatih, perancang sistem, manager pelatihan, dan manajemen lini. Untuk mengumpulkan data Follow Up dapat dilakukan dengan tiga cara. Cara pertama adalah dengan On-site Follow Up yang dilakukan mengobservasi dan mewawancarai lulusan pelatihan, supervisor dan pihak manajemen. Cara kedua adalah dengan meminta laporan dari supervisor operasional. Cara ketiga dilakukan dengan survei melalui kuesioner. 2.4 Perubahan Perilaku Menurut kajian psikologi dalam perspektif perilaku (behavioral perspective), Para "behaviorist" memasukkan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan "tanggapan" (responses), dan lingkungan ke dalam unit "rangsangan" (stimuli). Pelatihan merupakan proses produksi perilaku, karena peserta pelatihan sesudah mengikuti pelatihan harus memiliki nilai tambah berupa perubahan sikap dan atau sistem nilai, peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) Oleh : NURINA PANGKAURIAN A14204012 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1.1 Konsep Corporate Social Responsibility Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki banyak definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING)

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Modul ke: BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Fakultas Pascasarjana Dr. Anik Tri Suwarni, MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id KASUS PEMBUKA Pandangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) masih menjadi fokus utama dalam pengembangan usaha di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam setiap aktivitasnya, komunikasi adalah suatu instrumen yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) banyak dibahas. Perusahaan di dunia maupun di Indonesia juga semakin banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu objek yang menyenangkan dan menarik. Tujuan utama organisasi adalah untuk memahami organisasi dengan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR)

TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) Mata Kuliah : Etika Bisnis Dosen Pembina : Hj.I.G.A.Aju Nitya D, SST,SE,MM CHAIRUL ANAM S. 01210007 UNIVERSITAS NAROTAMA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAGEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak memberikan kontribusi positif kepada aspek sosial dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak memberikan kontribusi positif kepada aspek sosial dan lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai corporate social responsibility yang selanjutnya bisa disingkat CSR semakin berkembang pesat seiring banyak fakta yang terjadi dimana perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA (Kasus: Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) Oleh: DEVIALINA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Paradigma dalam CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-7 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Materi Kuliah ETIKA BISNIS Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Latar Belakang Munculnya isu pemanasan global, penipisan ozon, kerusakan hutan, kerusakan lokasi di pertambangan, pencemaran

Lebih terperinci

Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR )

Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR ) Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR ) Dr.H. Ahmad Badawi Saluy, SE.,MM www.mercubuana.ac.id Corporate Social Responcibility Definisi World Bank komitmen dunia usaha

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR.

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR. KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR Oleh LUTFI ARIYANI A14204059 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu lingkup dimana orang melakukan kegiatan usaha demi mendatangkan keuntungan atau laba. Selain mencari keuntungan, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN (Kasus di Desa Cinta Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ERNA SAFITRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.1.1 Definisi dan Konsep Evaluasi Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. untuk menjawab tantangan yang terus berkembang di industri telekomunikasi dalam

Bab 1. Pendahuluan. untuk menjawab tantangan yang terus berkembang di industri telekomunikasi dalam Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. PT Telekomunikasi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

Oleh: ZAINUL AZMI A

Oleh: ZAINUL AZMI A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini banyak sekali perusahaan yang terus berlomba melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendapatkan perhatian stakeholdersnya. Selain

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya perusahaan memberikan keuntungan bagi masyarakat. Dengan adanya perusahaan membuka lapangan pekerjaan dan menyediakan barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perusahaan merupakan lembaga yang paling berpengaruh dan yang paling diharapkan bagi masyarakat luas seperti memberikan lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

PRIMANA DEWI ALFIAN A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PRIMANA DEWI ALFIAN A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS PERMASALAHAN STRUKTURAL MASYARAKAT PETANI DAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN (Studi Kasus: Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh: SUKMA PRIMANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori II.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI Oleh : INDAH MULYANI H24104009 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang menjadi fokus di Indonesia untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010, dari 31,02 juta penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan merupakan suatu usaha yang terencana untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun

kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari pemangku kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan LAMPIRAN 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan 25 26 27 28 PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Peningkatan Kesadaran Hukum Pelaku Usaha Kecil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan istilah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan istilah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan istilah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin popular dengan semakin meningkatnya praktek tanggung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang

PENDAHULUAN. (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Satu terobosan besar perkembangan gema tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang terkenal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada saat ini semakin tumbuh dan berkembang, baik di dalam jumlah maupun jenis usaha yang dijalankan. Pada umumnya, tujuan

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan) EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan) Oleh BUDI LENORA A14304055 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Jasinga) Oleh : Cecep Cahliana A14304043 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif perusahaan atau produk yang pada akhirnya berdampak pada persepsi

BAB I PENDAHULUAN. positif perusahaan atau produk yang pada akhirnya berdampak pada persepsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu kebijakan tanggung jawab sosial di perusahaan baik di perusahaan besar, perusahaan multinasional, perusahaan domestik,

Lebih terperinci

Pengantar. responsibility (CSR).

Pengantar. responsibility (CSR). Pengantar Perusahaan mengejar laba memang sudah menjadi wataknya. Tetapi jika kemudian sebuah perusahaan juga ikut repot-repot melibatkan diri dalam suatu gerakan mencerdaskan bangsa melalui pemberian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dalam dunia usaha hingga saat ini yaitu terkait tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki keanekaragaman dalam hal adat istiadat, bahasa, kepercayaan, norma, dan nilai budaya lainnya. Tidak hanya dalam hal budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi setiap orang dapat berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

ARTANTI YULAIKA IRIANI A

ARTANTI YULAIKA IRIANI A DISTRIBUSI KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN DAN SISTEM TENURIAL DI DESA-KOTA (Kasus Desa Cibatok 1, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) ARTANTI YULAIKA IRIANI A14204004 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia bisnis yang semakin ketat seperti sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia bisnis yang semakin ketat seperti sekarang ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia bisnis yang semakin ketat seperti sekarang ini, menyebabkan banyak sekali perusahaan yang melakukan segala cara agar dapat menekan biaya produksi serendah-rendahnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung)

ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung) ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung) Oleh YULIA KURNIATI H24104024 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya transportasi darat, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) masih senantiasa bertahan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai

Lebih terperinci