ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK LOYALITAS KONSUMEN SUPERMARKET DI BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN FAKTOR MARKETING ACTIVITY DAN BRAND EQUTY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK LOYALITAS KONSUMEN SUPERMARKET DI BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN FAKTOR MARKETING ACTIVITY DAN BRAND EQUTY"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK LOYALITAS KONSUMEN SUPERMARKET DI BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN FAKTOR MARKETING ACTIVITY DAN BRAND EQUTY Rinaldi Bursan Dosen FEB Universitas Lampung ABSTRAK Perusahaan yang memiliki merek-merek yang kuat dan menjadi pilihan konsumen, Merek-merek yang kuat kemudian diakui sebagai memiliki nilai tambah dibandingkan merek-merek yang lemah. Nilai tambah dari suatu merek ini kemudian yang dikenal sebagai brand equity. Hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan pemasaran yang menyatakan bahwa harga, image toko, intensitas distribusi, iklan dan kesepakatan harga berpengaruh signifikan terhadap persepsi kualitas konsumen yang mengkonsumsi sabun Lifebouy dapat diterima. Hal ini didasarkan pada hasil uji F yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan besarnya koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 58,5%. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa intensitas distribusi dan iklan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek pengguna sabun Lifebouy dapat diterima. Hal ini berdasarkan angka signisikansi uji F sebesar 0,007. Angka ini lebih kecil dari angka pembanding yaitu sebesar 0,05. Besarnya koefisien determinasi (R 2 ) variabel bebas terhadap variabel terikatnya sebesar 54,8%. Kata Kunci: brand ekuity, marketing activity I. PENDAHULUAN Konsep tentang merek berkembang sangat cepat. Adanya perubahan paradigma terhadap short-term sales menjadi long-term relationship menjadikan konsep tentang ekuitas merek sebagai hal yang sangat penting. Ekuitas merek menjadi penting, berkenaan dengan meningkatnya nilai tambah dari sebuah produk dengan memperbaiki kinerja merek dari produk, diharapkan mampu menarik konsumen untuk menggunakan produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Manajemen merek sendiri merupakan suatu proses kegiatan yang amat komplek, terutama apabila perusahaan memiliki banyak merek atau brand portofolio. Kompleksitas bidang pengelolaan merek ini membuat banyak hal yang harus dipilih dan diputuskan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum pengambilan keputusan tentang pemilihan, penerapan dan penggunaan merek. Perkembangan manajemen merek yang semakin canggih ini, menurut Keller (1998) perusahaan yang berhasil membangun merek-merek yang kuat pada dekada 1950-an, 1960-an, dan 1980-an. Merek-merek yang kuat kemudian diakui sebagai memiliki nilai tambah dibandingkan merek-merek yang lemah. Nilai tambah dari suatu merek ini kemudian yang dikenal sebagai brand equity. Walaupun secara konsep, definisi dari brand equity atau ekuitas merek ini sangat banyak, namun semua praktisi pemasaran menyetujui bahwa ekuitas merek pada dasarnya mempresentasikan nilai tambah dari suatu merek. Ekuitas merek kemudian ditentukan berdasarkan persepsi pelanggan tentang pengetahuan tentang merek, familiarity, dan asosiasi-asosiasi terhadap merek (Keller, 2003). Hal ini seharusnya merupakan hasil dari strategi yang dimiliki perusahaan, yang kemudian diterjemahkan lebih lanjut menjadi

2 program-program pemasaran yang dilakukan perusahan. Program pemasaran ini dikenal juga sebagai marketing mix (4P) atau bauran pemasaran. Untuk mengukur keberhasilan dari sebuah merek, menurut Yoo, Donthu dan Lee (2000) tidak dapat dilakukan tanpa mengukur performance dari kegiatan pemasaran. Merek akan diingat dengan asosiasi yang kuat, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, dan loyalitas pelanggan akan terbangun melalui kegiatan pemasaran secara berkesinambungan dan terukur. Pengukuran keberhasilan kegiatan pemasaran itu dapat dilakukan dengan mengukur nilai yang didapatkan perusahan dan nilai yang didapatkan pelanggan. Nilai yang didapatkan perusahan dapat dilihat dari perkembangan market share, return on investment, dan pengukuran kinerja keuangan lainnya. Sedangkan untuk mengukur nilai yang didapatkan pelanggan dapat dilakukan dengan melihat persepsi pelanggan terhadap merek. Yoo, Donthu dan Lee (2000) kemudian membangun sebuah model untuk mengukur sebuah model untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara kegiatan pemasaran, dimensi-dimensi ekuitas mrek, dan ekuitas merek itu sendiri. Penelitian ini melihat yang ada pada pelanggan karena menurut mereka nilai yang didapatkan pelanggan itu sendiri akan mempengaruhi secara positif nilai yang didapatkan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang digunakan oleh Yoo, et al (2000) dapat diterima sebagai salah satu masukan untuk pengembangan penelitian terhadap ekuitas merek. Berdasarkan peringkat merek-merek yang dikeluarkan Majalah Swa Bulan April 2009, terlihat merek-merek seperti Supermie, Pocari Sweat dan sabun Lifibouy merupakan merek-merek pilihan utama konsumen. Peringkat merek-merek tersebut harus dipertahankan oleh produsen masing-masing merek sehingga memberikan kontribusi pendapatan bagi perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh harga, image toko, intensitas distribusi, iklan dan kesepakatan harga terhadap persepsi kualitas? 2. Bagaimana pengaruh intensitas distribusi dan faktor iklan terhadap kesetian merek? 3. Bagaimana pengaruh image toko, intensitas distribusi, iklan dan kesepakatan harga terhadap perhatian (awareness) merek? Berdasarkan pada latar belakang di atas, terlihat bahwa penelitian ini pada dasarnya ingin mengetahui hubungan kegiatan pemasaran dengan ekuitas merek melalui penggunaan sebuah model yang sudah berhasil untuk shopping goods untuk untuk dicoba pada consumer conveneience goods. Karenanya itu penelitian ini memiliki dua tujuan pokok, yaitu untuk mengetahui dan memahami kegiatan pemasaran apa yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekuitas merek. Untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan sebagai faktor pembentuk ekuitas merek. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan referensi bagi perusahaan pemilik merek tentang tanggapan konsumen atas penerapan kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan, menambah referensi bagi peneliti lainnya yang meneliti tentang ekuitas merek. II. STUDI LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Definisi Merek Banyak konsepti tentang merek itu sendiri. Menurut American Marketing Associations (AMA) : Brand is name, term, sign, symbol, or design, or a combination of therm, intended to identify the grpups of sellers and to differentie them from those of competition. Namun, Keller (2003) lebih memberikan tekanan pengertian merek sebagai berikut: a brand in term of having actually created a certain amount of awareness, reputation, prominence, and so on in marketplace Hedlund (2003) merangkum beberapa definisi dari sudut pandang pelanggan, antara lain Lagergen (1998) mendefinisikan merek dari sudut pandang pelanggan bahwa merek adalah jaminan dari kualitas. Kapferer 91997) juga mendefinisikan merek sebagai jaminan kualitas. Dolak (2001) mendefinisikan sebuah merek adalah identifiable entity yang membuat janji-janji yang spefisik dari nilai yang ditawarkan.

3 Dimensi Ekuitas Merek Menurut Aaker (1991), ekuitas merek mempunyai beberapa dimensi utama, antara lain perceived quality(persepsi kualitas), brand loyalty (kesetian Merek), brand awareness (Perhatian Merek), brand associations (Asosisasi Merek) dan other propnetary brand assets. Sedangkan Keller 92003) menyatakan brand knowledge antara lain brand awareness dan brand image. Dari kedua peneliti ini, menurut Yoo, Dontho dan Lee (2000), dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek terdiri dari empat dimensi utama yaitu : perceived quality, brand loyalty, brand awareness, brand awareness dan other propnetary brand assets. Persepsi Kualitas Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau superioritas dari sebuah produk atau jasa dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang relevan. Kemudian, perceived quality adalah sebuah penilaian global berdasarkan pada persepsi pelanggan atas apa inti dari kualitas produk dan seberapa baiknya penilaian terhadap merek. Akan lebih sulit untuk mencapai pada level satisfaction dari percevied quality bila perusahaan melakukan perbaikan dan penambahan fitur-fitur baru pada produk secara terus menerus karena hal itu membuat ekspektasi pelanggan akan terus naik terhadap kualitas produk (Keller, 2003). Menurut Aaker 92000), perceived quality merupakan tipe yang khusus dari asosiasi terhadap merek, sebagian karena hal itu mempengaruhi brand associations di berbagai keadaan, dan sebagian karena secara empiris mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang dapat diukur oleh ROI dan Stock Return (Aaker, 2000). Sedankan Zeithami dalam Yoo, et al. (2000) mendefinisikan percevied quality sebagai penilaian subjektif pelanggan tentang keseluruhan keunggulan atau superioritas produk. Perceived Quality yang tinggi mempunyai arti bahwa melalui pengalaman yang panjang dengan merek, pelanggan dapat mengenali perbedaan dan superioritas mereka itu terhadap merek lain. Perceived Quality yang tinggi akan mengarahkan seorang pelanggan untuk memilih sebuah merek daripada merek yang lain (Yoo, et al. 2000). Kesetiaan Merek Oliver dalam Yoo, et al. (2000) mendefinisikan brand loyalty sebagai sebuah komitmen yang secara kuat dipegang pelanggan untuk kembali membeli atau terus berlangganan sebuah barang atau jasa secara konsisten di masa yang akan datang. Pelanggan yang setia menunjukkan respon yang lebih menyenangkan terhadao suatu merek dibandingkan dengan pelanggan yang tidak loyal. Pelanggan yang setiap terhadap sebuah merek akan melakukan pembelian secara rutin dan menolak untuk mengganti atau menukar dengan merek yang lain (Yoo, et. al. 2000). Dampak dari brand loyalty pada biaya pemasaran bersifat substansial. Karena biaya pemasaran akan lebih kecil ketika biaya tersebut digunakan untuk menjaga dan mengelola pelanggan lama daripada harus mencari pelanggan baru. Loyalitas dari pelanggan lama dan yang sudah ada juga menggambarkan sebuah substansial entry barrier terhadap kompetitor karena biaya untuk membujuk pelanggan untuk merubah atau mengganti merek sangat mahal (Aaker, 1996). Brand Loyalty adalah inti dari setiap nilai yang dimiliki merek. Konsepnya adalah untuk memeprkuat ukuran dan intensitas dari setiap segmen yang loyal. sebuah merek yang mempunyai pelanggan yang kecil namun sangat setia dapat memiliki ekuits yang signifikan (Aaker dan Joachimsthaler, 2000). Perhatian Merek Brand Awareness dengan asosiasi yang kuat membentuk citra merek yang spesifik. Brand Awareness dihubungkan pada kuatnya kesan yang tersimpan dalam memori yang direfleksikan pada kemampuan pelanggan untuk mengingat kembali atau mengenali kembali sebuah merek di dalam kondisi yang berbeda. Brand Awareness dapat dikarakteristikan menurut kedalaman dan keluasaanya. Kedalaman dari brand awareness berhubungan dengan kemungkinan sebuah merek dapat diingat atau dikenali kembali. Keluasan dari brand awareness berhubungan dengan keanekaragaman situasi pembelian dan konsumsi di mana ketika sebuah merek diingat (Keller, 2003). Yoo, et. al (2000) menunjukkan bahwa brand associations adalah akibat dari brand awareness di mana merek yang telah diketahui oleh pelanggan akan diasosiakan sesuai dengan apa yang dicitrakan

4 pelanggan terhadap merek. Oleh karena itu, brand awareness dan brand associatons dapat disatukan dalam satu dimensi pengukuran. Brand associations di mana merupakan akibat dari brand awareness secara positif berhubungan dengan ekuitas merek karena mereka dapat menjadi isyarat dari kualitas dan komitmen dan membantu pelanggan untuk menentukan pilihan mereka d mana dipastikan melalui perilaku yang menyenangkan terhadap merek (Yoo, et. al. 2000). Aaker (1991) mendefinisikan brand associations sebagai segala sesuatu yang dihubungkan dengan memori terhadap sebuah merek dan citra merek, biasanya dalam bentuk-bentuk yang mempunyai arti. Brand associations selain sangat rumit dan saling berhubungan juga terdiri atas beberapa ide, episode, contoh, dan fakta yang membentuk sebuah jejaring dari brand knowledge. Asosiasi-asosiasi itu akan semakin kuat ketika pengalaman pelanggan bertambah pula (Aaker, 1991). Kegiatan Pemasaran Menurut Yoo, et all (2000), ekuitas dari sebuah merek dapat diciptakan, dikelola dan diperluas dengan memperkuat dimensi-dimensi sebuah ekuitas merek. Kegiatan pemasaran, yang merupakan anteseden (pra kondisi) dan dimensi ekuitas merek, mempunyai potensi untuk mempengaruhi ekuitas sebuah merek karena hal itu mempresentasikan pengaruh dari akumulasi investasi pemsaran terhadap merek. Pada penelitian ini, kegiatan pemasaran yang diteliti merupakan bagian dari bauran pemasaran, tradisional 4P, antara lain harga, citra toko distribusi, iklan dan promosi harga. Harga Banyak konsumen menggunakan harga sebagai sebuah indikator sebuah kualitas dari produk. Pemasar memahami bahwa konsumen sering secara aktif memproses informasi harga, menginterprestasikan harga berdasarkan dari pengalaman pembelian sebelumnya. Konsumen sering membandingkan harga sebuah produk berdasarkan internal reference price (informsi harga dari pengalaman pribadi) atau sebuah external reference price contoh nya yang harga digunakan oleh ritel (reguler retail price). Image Toko Perusahaan ritel dalam saluran distribusinya, berhadapan langsung dengan pelanggan sebuah merek. Maka dari itu, memilih dan mengelola perusahaan ritel yang sesuai dengan keinginan pelanggan merupakan tugas utama pemasaran untuk dapat memuaskan pelanggannya. Konsumen mempersepsikan citra baik dari sebuah toko ketika konsep diri mereka sama dengan citra toko (Yoo, et. al, 2000). Toko yang memiliki citra yang baik juga lebih menarik perhatian dan lebih sering dikunjungi oleh pelanggan potensial dan memberikan kepuasan yang lebih tingi serta men-stimulasi komunikasi word-of-mouth yang aktif di antara pelanggan (Rao dan Monroe, 1989). Intensitas Distribusi Distribusi sebuah produk akan intensif ketika produk itu ditempatkan di banyak toko untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengangkat citra produk dan memperoleh bantuan dari ritel, perusahaan cenderung mendistribusikan produknya secara eksklusif dan selektif dibandingkan secara intensif (Yoo, et. al. 2000). Iklan Advertising adalah bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal berupa presentasi dan promosi dari ide, barang, atau jasa (Kotler dan Keller, 2006). Tujuan periklanan adalah tugas komunikasi yang spesifik dan tingkatan pencapaia yang akan diselesaikan dengan konsumen yang spesifik pada waktu tertentu, karenanya periklanan dapat mempengaruhi ekuitas merek dalam berbagai cara. Hal ini dapat menciptakan awareness dari merek dan meningkatkan probabilitas bahwa merek dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk yang dapat membangkinkan awareness konsumen (Cobb- Walgren, Rubiem dan Donthu, 1995).

5 Kesepakatan Harga Pemasar menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan ketertarikan dari produk yang ditawarkan dan meningkatkan penjualan seperti melakukan promosi penjualan. Simonson, Carmon dan O Curry 91994) menyatakan bahwa konsumen yang tidak pasti tentang pilihan mereka antara alternatif pilihan yang ada cenderung untuk menghindari produk yang menawarkan promosi yang dipersepsikan tidak mempunyai nilai. Promosi pemasaran, dalam hal ini promosi harga, terdiri dari sekumpulan alat insentif, sebagian besar jangka pendek didesain untuk menstimulasi dengan pembelian yang lebih cepat atau lebih besar terhadap produk, atau jasa oleh konsumen (Kotler, et. al, 2006). Telah diketahui bahwa harga merupakan salah satu indikator kualitas dari sebuah produk. Namun, indikator harga ini tergantung dari ketersediaan variabel-variabel lainnya (Erickson dan Johansson, 1985) Ketika sebuah merek terlalu sering melakukan promosi harga, nilai yang telah dipersepsikan konsumen sebelumnya akan mengalami penurunan dan akan membeli kembali hanya ketika merek itu melakukan promosi harga. Kompetisi harga sering digunakan oleh merek yang kurang terkenal untuk memperluas pangsa pasar tapi itu kurang efektif dilakukan oleh pemimpin pasar untuk memperluas pasar. III. METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan mahasiswa yang merupakan konsumen merek sabun mandi padat Lifebouy sebagai unit analisis. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah nonprobability sampling di mana setiap unit analisis atau responden dalam populasi tidak memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel (Malhotra, 2004). Teknik yang digunakan dalam metode ini adalah conveinence sampling di mana responden yang terpilih merupakan konsumen yang berbelanja pada Supermarket Hypermart, Chandra dan Hypermart.. Jumlah sampel yang digunakan mengacu pada pendapat Hair et al (1995), dimana dikatakan jumlah sampel yang mencukupi untuk studi tentang konsumen minimal memiliki perbandingan 5:1 antara variabel yang diukur dengan jumlah indkator pertanyaan. Peneltian ini memiliki jumlah indikator sebanyak 34 buah dengan demikian maka jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 34 x 5 = 170 sampel. Berdasarkan jumlah sampel sebanyak 170 tersebut dilakukan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan judgment sampling dengan terlebih dahulu responden diberi pertanyaan apakah mereka pernah menggunakan sabun Lifebouy. Sampel dibagi secara merata diketiga supermarket. Jumlah sampel masing-masing supermarket adalah: Supermarket Hypermart 57 sampel, Chandra Supemarket 57 sampel dan Hypermart 56 sampel. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Jumlah pengeluaran terbanyak terjadi pada kelompok konsumen sebanyak 39 orang yang melakukan belanja sampai dengan 2 kali dengan jumlah pengeluaran Rp Rp Untuk pengeluran sampai dengan Rp juga didominasu dengan frekuensi kunjungan sampai dengan 2 kali. Konsumen yang mengeluarkan uang sekali berbelanja lebih dari Rp dengan frekuensi pembelian samapi dengan 2 kali. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa frekuensi kunjungan 2 kali merupakan jumlah terbanyak untuk setiap pengeluran. Pengaruh Harga, Image Toko Intensitas Distribusi, Iklan dan Kesepakatan Harga Terhadap Persepsi Kualitas. Hasil perhitungan diketahui bahwa variabel harga, image toko, intensitas distribusi,iklan dan kesepakatan harga berpenaruh signifikan secara bersama-sama terhadap kualitas yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek sabun Lifbouy. Hal ini didasarkan pada nilaisignifikansi F ynng lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan Tabel 4.31 nilai signifikansi model ini sebesar Besarnya pengaruh kelima variabel bebas ini adalah sebesar 58,5%. Angka ini memiliki makna bahwa variabel harga,

6 image toko, intensitas distribusi, iklan dan kesepakatan harga dapat menerangkan sebesar 58,5% (R 2 ) terhadap variasi variabel persepsi kualitas atas merek sabun Lifebouy oleh konsumen yang membeli sabun tersebut pada supermarket Hypermart, Chandra dan Hypermart, sisinya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dihitung dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa seluruh variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perrsepsi kualitas. Hal ini didasarkan pada nilai signifikansi masing-masing variabel yang lebih kecil dari dari 0,05. Pengaruh terbesar terhadap pembentukan persepsi kualitas sabun Lifebouy dimata konsumen yang berbelanja pada supermarket Hypermart, Chandra dan Hypermart adalah faktor iklan. Pengaruh faktor iklan sebesar 49,1% diikuti oleh faktor harga sebesar 25,0%, faktor image toko memiliki pengaruh sebesar 20,2% dan faktor kesepakatan harga sebesar 18,5% dan intensitas distribusi berpengaruh sebesar 4,5%. Pengaruh Intensitas Distribusi dan Iklan Terhadap Kesetiaan Merek Pengaruh variabel intensitas distribusi dan ilkan berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen terhadap merek sabun Lifebouy pada konsumen yang berbelanja di supermarket Hypermart, Chandra dan Hypermart. Sumbangan kedua varaibel tersebut sebesar 54,8%. Berdasarkan angka tersebut diketahui bahwa R 2 variabel intensitas distribusi dan iklan berpengaruh sebesar 54,8% terhadap variasi variabel loyalitas merek sabun Lifebouy. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa intensitas distribusi dan iklan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek pengguna sabun Lifebouy dapat diterima. Variabel distribusi tidak dilahat oleh konsumen sebagai faktor terbesar dalam pembentukan kesetian terhadap merek oleh konsumen. Pemegang merek dalam membangun kesetian merek harus lebih fokus pada faktor iklan. Iklan akan membentuk kesetian merek apabila iklan memilki isi yang menarik dan ditayangkan dengan intensitas yang tinggi diberbagai media promosi baik cetakj maupaun elektronik. Pengaruh Image Toko, Intensitas Distribusi, Iklan dan Kesepakatan Harga Terhadap Perhatian Merek Sabun Lifebouy. Pengaruh image toko,intensitas distribusi iklan dan kesepakatan harga secara bersama-sama memiliki pegaruh yang signifikan sebesar 40,2% terhadap awareness merek sabun Lifebouy pada konsumen yang membeli sabun tersebut pada supermarket Hypermart, Chandra dan Hypermart. Hal ini didasrkan pada nilai signifikannya Fisher (F) model regresi sebesar 0,000. Angka ini lebih kecil dari alpha (α) yaitu 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa image toko, intensitas distribusi, iklan dan kesepakatan harga berpengaruh signifikan terhadap pembentukan awareness merek sabun Lifebouy dapat diterima. Keempat variabel bebas tersebut dapat menerangkan (R 2 ) sebesar 40,2% dari variasi perhatian konsumen atas merek sabun Lifebouy. Implikasi Manajerial Hasil regresi yang menunjukan pengaruh variabel bebas harga, image toko intensitas distribusi, iklan dan kesepakatan harga mereangkan variasi sebesar 58,5% terhadap persepsi kualitas. sisanya sebesar 42,5% dijelaskan oleh variabel yang tidak diukur dalam model ini. Jika pengaruh dilihat berdasarkan masing-masing variabel,maka diketahui bahwa variabel bebas iklan memiliki pengaruh terbesar yaitu sebesar 49,1%. Berdasatkan hasil penelitian yang dilakukan Afiff (2006) mendapatkan hasil yang sama bahwa variabel iklan memiliki mpengaruh terbesar dalam membentuk persepsi konsumen atas kualitas sebuah produk. Iklan memiliki tujuan untuk mengenalkan, memberikan informasi serta membujuk konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk. Pemilik merek sabun Lifebouy sebaiknya memperhatikan pendapat para konsumen tentang iklan produk yang disampaikan kepada konsumen. Iklan yang disampaikan harus mampu memberikan efek ingatan yang lama dibenak konsumen sehingga sabun Lifebouy tetap menjadi pilihan utama konsumen. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengeluarkan serial iklan yang baik dan ditayangkan pada bebabgai macam media. Temporal (2007) menyatakan bahwa tayangan iklan yang kreatif dan diputar dalam jangka waktu lama akan memilki efek yang kuat terhadap merek tersebut dibenak konsumennya.

7 Variabelintensitas distribusi merupakan varaibel yang memiliki pengaruh terkecil tehadap persepsi kualitas konsumen atas produk sabun Lifebouy. Besarnya pengaruh faktor ini hanya sebesar 4,5%. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa konsumen yang berbelanja pada ketiga supermarket ini tidak terlalu memperhatikan faktor intensitas distribusi sebagai faktor yang mempengaruhi persepsi kualitas.hal ini dapat terjadi dikarenakan obyek penelitian adalah konsumen yang berbekanja pada supermarket besar di Bandar Lampung. Secara teknis masalah distribusi tidak terjadi pada ketiga supermarket ini. Supermarket besar tentunya memiliki manajemen stok yang baik sehingga kekosongan produk sngat kecil terjadi. Masalah distribusi akan terabaikan apabila produk yang menjadi obyek penelitian adalah produk top of mind (Temporal ; 2007). Sabun Lifebouy berdasarkan riset AC Nilsen (2009) seperti dikuti majalah Swasembada (April, 2009) merupakan produk yang memiliki indek tertinggi pilihan konsumen. Berdasarkan hal ini maka faktor distribusi dapat dikatakan memiliki pengaruh yang kecil terhadap pembentukan persepsi kualitas konsumen. Hasil regresi kedua yang melihat pengaruh intensitas distribusi dan iklan terhadap loyalitas merek diketahui faktor yang terbesar memiliki pengaruh adalah faktor iklan. Pengaruh faktor ini sebesar 71,4% diikuti oleh faktor distribusi sebesar 63,0%. Berdasarkan hal ini maka apabila pemilik merek menginginkan konsumennya loyal, dapat menggunakan strategi iklan yang baik yang mampu menariak konsumen baru dan tetap mempertahankan konsumen yang ada. Cara yang dapat dilakukan untuk menarik konsumen baru dengan beriklan secara kontinu pada berbagai media periklanan. Cara lain yang perlu dilakukan duntuk mempertahankan loyalitas konsumen adalah dengan memberikan program hadiah bagi pembelian produk dalam jumlah tertentu dan program undian bagi para konsumen yang membeli sabun Lifebouy. Menurut Kotler (2008) promosi penjualan merupakan cara yang paling efektif untuk mempertahankan loyalitas konsumen. Regresi ketiga yang mengukur pengaruh image toko, intensitas distribusi, iklan dan kesepakatan harga terhadap awareness sabun Lifebouy didapat hasil bahwa iklan merupakan faktor yang memiliki pengaruh terbesar dalam pembentukan awareness terhadap merek. Iklan memiliki pengaruh sebesar 60,8% dan faktor image toko hanya memilki pengaruh sebesar 13,7%. Aaker (2003) menyatakan bahwa untuk membangun awareness sebuah marek maka cara yang paling baik adalah dengan beriklan dengan kreatif. Iklan yang kreatif akan mendorong konsumen untuk melakukan evaluasi terhadap produk yang diiklankan dan tahap selanjutnya konsumen akan menjadikan produk tersebut sebagi prosuk yang dikonsumsi. Melihat hasil ketiga regresi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa iklan menjadi bagian yang paling penting dan memilki pengaruh terbesar dalam membangun loyalitas terhadap merek, perhatian dan persepsi terhadap kualitas. Iklan yang dibuat untuk meperkenalkan produk dan pada akhirnya produk tersebut menjadi pilihan konsumen harus memilki kesan yang kuat dibenak konsumen. Kesan ini dpaat dibentuk dengan berbagai cara. Temporal (2007) menyatakan beberapa cara membuat iklan sehingga menyebabkan konsumen mengkonsumsi produk yang diiklankan adalah dengan membuat iklan yang memiliki pesan kreatif yang tinggi, memiliki tag-line yang mudah dingat dan dikomunikasikan dengan berbagai macam media promosi dan dikomunikasikan secara kontinu. Sabun Lifebouy jika ingin mmepertahankan posisinya sebagai produk yang dipilih konsumen di Indonesia menurut Swasembada (April; 2009) pelu memperhatikan serialiklan yang telah ditayangkan. Iklan yang telah lama sebaiknya diganti dengan iklan yang baru dengan tetap memprtahakan image sebagai sabun keluarga. Setelah merek sebuah produk menjadi kuat dan menjadi pilahan utama konsumen,maka perusahaan pemegang merek dapat menyatakan merek tersebut memiliki ekuitas (Temporal; 2007). Ekuitas merek dibentuk dari persepsi kualitas, loyaliats merek, awareness terhadap merek. Menurut You et al (2000) dalam Afif dan Roni (2007) menyatakan bahwa brand associations adalah akibat dari brang awareness dimana merek yang telah diketahui oelh pelanggan akan diasosiasikan sesuai dengan apa yang dicitrakan pelanggan terhadap merek. Berdasarkan hal ini, maka brand awarness dan brand assosciations dapat disatukan dalam satu dimensi pengukuran. Berdasarkan hasil penelitian faktor kesetiaan terhadap merek merupakan faktor terbesar pembentuk ekuitas merek. Hal ini dapat dijelaskan bahwa konsumen yang loyal terhadap merek akan terus mempertahankan merek tersebut dan cendrung akan merekomendasikan kepada konsumen yang lainnya (Kotler ; 2008). Konsumen yang loyal akan melakukan pembelian ulang dan pada akhirnya akan membawa dampak pada

8 peningkatan pendapatan perusahaan Seiring dengan peningkatan pendapatan juga akan terjadi peningkatan asset perusahaan. Merek sebagai salah satu asset perusahaan akan terus meningkat, sehingga merek dapat menjadi suatu ekuitas bagi perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Aaker, David A. (1991)., Managing Brand Equity. The Free Press, New York. Aaker, David A. dan Jaco bson, Robert (1994). The Financial Information Content of Perceived Quality. Journal of Marketing Research. Vol. 31 Hal Aaker, David A. (1996) Measuring Brand Equity Management Review, Vol. 38, Hal Across Products and Markets. California Aaker, David A dan Joachimsthaler, Erich. (2000), Brand Leadership. The Free Press. New York. Afif, Adi Zakaria dan Romi, Analisis Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek PadaConsumer-Convenience Goods; Afif dan Romi; Manajemen Usahawan Indonesia, September 2007 Hair, F Joseph, JR, Rolph E. Anderson, Ronald L Tatham, William C. Black, : Multivariate Data Analysis, Prantice Hall Kotler, Philip (2003), Marketing Management: Analysis, Planning, Implementing and Control, Eight Edition, A Paramount Communication Company, Engelwood, New Jersey. Loudon, L David and Albert J. Della Bitta (1993), Consumer Behaviour, InternationalEdition, The Dryden Press, Harcourt Brace Collage, Orlando Florida. Maholtra (2004), Marleting Research, Prentice Hall; Asia Edition Mowen, John C and Minor, (2001) : Perilaku Konsumen, Alih Bahasa Lina Salim, SE, MBA, MA, Jilid 1 Edisi Kelima, Erlangga Smith, Daniel C, dan Park, C. Whan (1992). The Effect of Brand Extensions on Market Share and Advertising Efficiency. Journal et Marketing Research, Vol. 29, Hal Yoo, Boonghoe, Donthu, Navean, dan Lee, Sungho (2000). An Examination of Selected Marketing Mix Elements and Brand Equity. Journal The Academy of Marketing Science, Vol. 28, Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami kegiatan pemasaran apa yang berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak langsung akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Advertising (X 1 ) tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian Ulang (Y 2 ). Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis identik dengan persaingan, yaitu persaingan memperebutkan pelanggan potensial dan mempertahankan pelanggan yang ada. Persaingan bisnis juga terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan perusahaan adalah menjual produk atau jasanya semaksimal mungkin, sehingga memperoleh laba

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan perusahaan adalah menjual produk atau jasanya semaksimal mungkin, sehingga memperoleh laba BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan perusahaan adalah menjual produk atau jasanya semaksimal mungkin, sehingga memperoleh laba optimum. Hal tersebut tidak terlepas dari suatu merek yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pemasaran merupakan ilmu dan seni yang mengatur tentang sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pemasaran merupakan ilmu dan seni yang mengatur tentang sistem 20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran merupakan salah satu cabang dari ilmu manajemen yang sangat penting dalam suatu perusahaan selain cabang ilmu manajemen lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, konsep pemasaran mengalami perkembangan dan penerapannya nyata dalam aktivitas perekonomian sehari-hari di semua jenis atau macam jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Pendahuluan Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari penelitian ini. Dalam bab ini akan dijabarkan landasan teori yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keputusan Pembelian Sebuah tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk merupakan keputusan pembelian. Setiap produsen pasti menjalankan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, konsep pemasaran mengalami perkembangan dan penerapannya nyata dalam aktivitas perekonomian sehari-hari di semua jenis atau macam jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan memiliki variasi yang semakin beragam, pasaran dibanjiri oleh berbagai produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran menjadi suatu fungsi bisnis yang sangat penting, yang berurusan dengan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala bidang usaha semakin ketat, hal ini ditandai dengan berdirinya banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang dilakukan pada bab. 1. Variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang signifikan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang dilakukan pada bab. 1. Variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang signifikan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel kepuasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kerangka Teori Lambatnya perkembangan pertumbuhan pangsa dana pihak ketiga atau pertumbuhan penjualan produk perbankan syariah merupakan masalah yang harus segera dicari jalan

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan dan Saran

BAB 5 Simpulan dan Saran BAB 5 Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari hasil penenlitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis SEM, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI KASUS KONSUMEN PEPSODENT DI KABUPATEN BANTUL)

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI KASUS KONSUMEN PEPSODENT DI KABUPATEN BANTUL) PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI KASUS KONSUMEN PEPSODENT DI KABUPATEN BANTUL) St. Sudomo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKP Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 109 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Merek Oriflame memiliki top

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis menghadapi era baru persaingan global yang makin ketat yang disebabkan oleh globalisasi. Globalisasi didorong oleh kemajuan pesat dalam bidang teknologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia menjadi daerah pemasaran produk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN AIR MINUM AQUA DI KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN AIR MINUM AQUA DI KOTA YOGYAKARTA ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN AIR MINUM AQUA DI KOTA YOGYAKARTA Sarjita Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ekuitas Merek Pengertian ekuitas merek menurut (Aaker, 1996 dalam Agusli dan Kunto, 2013) bahwa ekuitas merek menciptakan nilai, baik pada perusahaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135).

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135). BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dihadapkan pada lingkungan bisnis yang terus berfluktuasi. Siklus hidup produk yang semakin pendek, tuntutan standard kualitas dan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, kondisi dunia usaha di Indonesia dihadapkan pada keadaan persaingan yang sangat ketat. Hal ini antara lain disebabkan oleh para pesaing dari luar

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati konsumen agar mau membeli produk maupun jasa yang diwakilinya. Merek juga diibaratkan sebagai sebuah nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2013). Adapun sektor-sektor yang termasuk ke dalam industri minuman

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2013). Adapun sektor-sektor yang termasuk ke dalam industri minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri minuman di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 11% hingga akhir tahun 2013 (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia hingga tahun 2013).

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PADA PRODUK HABIS PAKAI (Kasus di Minimarket X di Surabaya)

ANALISIS PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PADA PRODUK HABIS PAKAI (Kasus di Minimarket X di Surabaya) ANALISIS PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PADA PRODUK HABIS PAKAI (Kasus di Minimarket X di Surabaya) ABSTRAK Nirma Kurriwati Dosen Fakultas Ekonomi - Universitas Trunojoyo Raya Telang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring semakin berkembangnya zaman yang sangat menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya dengan tercukupi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang para pemasar memberi perhatian yang lebih pada upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan relationship marketing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran pemasaran sangat penting dalam menunjang kemajuan usaha. Produsen sebagai penghasil produk atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

3. Private label adalah produk yang hanya menanggung nama pengecer. 4. Sub merek sendiri membawa nama pengecer tapi produk yang memiliki posisi yang

3. Private label adalah produk yang hanya menanggung nama pengecer. 4. Sub merek sendiri membawa nama pengecer tapi produk yang memiliki posisi yang BAB 4 SIMPULAN Berdasarkan pada pembahasan pada bab sebelumnya dapat dikatakan bahwa arsitektur merek pengecer merupakan pengembangan dari arsitektur merek yang dikembangkan oleh Esbjerg, et al (2004)

Lebih terperinci

MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO

MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO PENGARUH BRAND TRUST PADA BRAND LOYALTY MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO Wika Jayanti email: wikajayanti15@yahoo.co.id Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh brand characteristic, company characteristic,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap Produk Sampo Merk Dove dari PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap Produk Sampo Merk Dove dari PT. Unilever Indonesia, Tbk. Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap Produk Sampo Merk Dove dari PT. Unilever Indonesia, Tbk. Ika Rahayu Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Bab VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Bab VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Bab VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Hasil dari pengolahan data dan analisis data, kesimpulan dari penelitian SEM ini adalah; 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara strategi Marketing Mix dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha retail banyak bermunculan sebagai akibat tuntutan gaya hidup (perilaku) masyarakat yang mulai berubah. Perubahan yang dimaksud yakni konsumen yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi pemasaran merupakan sebagian dari strategi bisnis yang diupayakan setiap perusahaan untuk meningkatkan laba demi menaikkan nilai perusahaan. Strategi pemasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai. spesifik disebut konsumen). Semakin ketatnya persaingan toko ataupun

I. PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai. spesifik disebut konsumen). Semakin ketatnya persaingan toko ataupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai ketidakpastian paling besar. Oleh karena itu, dalam abad millenium seperti sekarang perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai jenis usaha. Di era globalisasi saat ini, tingginya tingkat persaingan dalam menguasai pangsa pasar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Merek Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam sektor industri minuman semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar ( Market Share ) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap

Lebih terperinci

Marcomm Management. Perancangan Strategi Komunikasi Pemasaran Merek. Berliani Ardha, SE, M.Si

Marcomm Management. Perancangan Strategi Komunikasi Pemasaran Merek. Berliani Ardha, SE, M.Si Modul ke: Marcomm Management Perancangan Strategi Komunikasi Pemasaran Merek Fakultas Komunikasi Program Studi Advertising & Marketing communication Berliani Ardha, SE, M.Si In Chinese symbolism, the sunflower

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk mempertahankan daya saing. Dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan produk barang dan jasa kepada konsumen dari perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitihan Terdahulu Penelitian terdahulu yang melandasi atau menjadi pedoman dalam penelitian tentang Pengaruh Kesadaran merek, Asosiasi merek, Loyalitas merek dan Citra merek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan komunikasi sangat penting di zaman modern saat ini. Sarana komunikasi sangat memudahkan manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. promosi dalam marketing mix. Pesan iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. promosi dalam marketing mix. Pesan iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pesan Iklan Pesan iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran. Iklan, personal selling, promosi, penjualan, dan publisitas semuanya merupakan komponen promosi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori

BAB III METODE PENELITIAN. eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan jenis data, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda diantara pesaingnya karena perusahaan yang mengembangkan merek

BAB I PENDAHULUAN. pembeda diantara pesaingnya karena perusahaan yang mengembangkan merek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan memasarkan produknya dengan mengunakan merek sebagai pembeda diantara pesaingnya karena perusahaan yang mengembangkan merek yang kuat akan terlindung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat potensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Perusahaan merupakan hal yang penting dalam upaya untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. Dalam setiap perusahaan, aktivitas dibidang pemasaran

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (Brand) Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek dibubuhkan pada produk yang dijual untuk memberikan identifikasi khusus pada suatu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi (AMA) YPK Yogyakarta ABSTRAK Strategi mempertahankan kesetiaan

Lebih terperinci

EFEK PEMASARAN DAN PERAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN. Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta

EFEK PEMASARAN DAN PERAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN. Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta EFEK PEMASARAN DAN PERAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN Abstraksi EKUITAS MEREK Siane Ivana Hartanto / M.F. Shellyana Junaedi Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. keputusan pembelian pada produk notebook Toshiba di Universitas Kristen

BAB V PENUTUP. keputusan pembelian pada produk notebook Toshiba di Universitas Kristen BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian pada produk notebook Toshiba di Universitas Kristen Maranatha Bandung, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Munculnya persaingan dalam dunia bisnis merupakan hal yang tidak dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan dihadapkan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Ekuitas Merek Dalam hal ekuitas merek dapat kita pahami bahwa ide utama dari ekuitas merek adalah bahwa kekuatan merek terletak dalam benak konsumen. Ekuitas merek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam lingkungan bisnis saat ini semakin ketat, sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk meningkatkan jumlah konsumen di pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan dalam bersaing kini semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, hal inilah yang pada akhirnya menuntut perusahaan untuk selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua orang pernah minum kopi, namun yang berbeda hanya. masalah waktu dan tempat pada saat meminumnya. Dahulu, minum kopi

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua orang pernah minum kopi, namun yang berbeda hanya. masalah waktu dan tempat pada saat meminumnya. Dahulu, minum kopi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hampir semua orang pernah minum kopi, namun yang berbeda hanya masalah waktu dan tempat pada saat meminumnya. Dahulu, minum kopi hanyalah kebiasaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran pemasaran. Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai seperangkat alat pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya mementingkan merek merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Budaya mementingkan merek merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya mementingkan merek merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari konsumen atau masyarakat di Indonesia. Konsumen cenderung lebih gemar membeli produk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era globalisasi ekonomi, keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu kondisi persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

MEMBANGUN CITRA MEREK YANG POSITIF DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEPUASAN DAN KESETIAAN PELANGGAN

MEMBANGUN CITRA MEREK YANG POSITIF DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEPUASAN DAN KESETIAAN PELANGGAN MEMBANGUN CITRA MEREK YANG POSITIF DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEPUASAN DAN KESETIAAN PELANGGAN Sugiharti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Total Win ABSTRAK Tulisan ini menyajikan beberapa hal tentang citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan akan berhasil memperoleh konsumen dalam jumlah yang banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak menyajikan peluang bisnis sekaligus tantangan bisnis bagi perusahaan-perusahaan. Dengan banyaknya tantangan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Analisis pengaruh iklan di televisi terhadap keputusan pembelian dikemukakan dalam penelitian Ibrahim (2007) yang berjudul Analisis Pengaruh Media Iklan Terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman,

I. PENDAHULUAN. kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi, dan perubahan gaya

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di II. LANDASAN TEORI A. Strategi Pemasaran 1. Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Definisi Perilaku konsumen adalah kegiatan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang barang dan jasa, termasuk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan pada hasil penelitian, maka simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel komunikasi pemasaran tidak berpengaruh terhadap ekuitas

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1. No. 10, Februari 2017 PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BISNIS PADA PT BANK PANIN, Tbk. CABANG UTAMA PONTIANAK

Bisma, Vol 1. No. 10, Februari 2017 PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BISNIS PADA PT BANK PANIN, Tbk. CABANG UTAMA PONTIANAK PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BISNIS PADA PT BANK PANIN, Tbk. CABANG UTAMA PONTIANAK Stevanni Christin Email: stevanni.christine@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri seorang wanita maupun pria akan timbul dengan rambut yang

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri seorang wanita maupun pria akan timbul dengan rambut yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rambut merupakan mahkota yang paling berharga, bahkan rasa percaya diri seorang wanita maupun pria akan timbul dengan rambut yang sehat dan indah. Hal ini senada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi pasar saat ini semakin kompetitif dengan persaingan yang semakin meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek (brand)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang tidak terbatas semakin berkembang dari waktu ke waktu, kemajuan teknologi dan informasi telah membawa dampak besar bagi perubahaan gaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 didunia, menjadikan negara yang potensial untuk pemasaran berbagai barang maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau pengusaha baik dari dalam maupun luar negeri yang bermunculan dan membangun serta mengembangkan unit

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain.

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta

SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta BAB V SIMPULAN DAN SARAN 86 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta gigi Pepsodent dan pasta gigi Close-Up di kota Bandung berdasarkan

Lebih terperinci

BAB5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB5 SIMPULAN DAN SARAN BAB5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simp ulan Berdasarkan perhitungan dan pengujian hipotesis yang dilakukan dan diuraikan dalam pembahasan, maka dari hasilnya dapat disimpulkan secara terinci sebagai berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Citra merek (Brand Image) mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap

I. PENDAHULUAN. Citra merek (Brand Image) mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra merek (Brand Image) mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan di bentuk dari suatu informasi dan pengalaman masa lalu terhadap suatu merek perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pemasaran Menurut Philip Kotler dan K.L.Keller (2007:12) dalam bukunya Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi yang begitu cepat, dewasa ini pemasaran memiliki peranan penting terhadap kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi saat ini membuat persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin sengit. Para pelaku bisnis dituntut untuk melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang ada di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk dari

Lebih terperinci

Harry Christian Barus

Harry Christian Barus PENGARUH EKUITAS MEREK ( BRAND EQUITY ) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE BLACKBERRY (Studi pada Mahasiswa Program S1 Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Harry Christian

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Brand awareness (kesadaran

Lebih terperinci

PENGARUH DISTRIBUTION INTENSITY, ADVERTISING, DAN SALES PROMOTION TERHADAP BRAND AWARENESS, DAN BRAND EQUITY PADA PRODUK SUNLIGHT DI SURABAYA

PENGARUH DISTRIBUTION INTENSITY, ADVERTISING, DAN SALES PROMOTION TERHADAP BRAND AWARENESS, DAN BRAND EQUITY PADA PRODUK SUNLIGHT DI SURABAYA PENGARUH DISTRIBUTION INTENSITY, ADVERTISING, DAN SALES PROMOTION TERHADAP BRAND AWARENESS, DAN BRAND EQUITY PADA PRODUK SUNLIGHT DI SURABAYA GUSTIAN gustian.ma.91@gmail.com ABSTRACT Research carried out

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota Medan sebagai salah satu pusat perdagangan dan bisnis di Indonesia menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling jelas terlihat adalah

Lebih terperinci

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM MAKALAH KEGIATAN PPM Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM Oleh: Muniya Alteza, M.Si 1 Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Usaha bagi UKM di Desa Sriharjo, Bantul Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi seperti saat ini, perkembangan dunia usaha telah membawa para pelaku bisnis kedalam persaingan yang sangat ketat. Persaingan

Lebih terperinci

Abstract. Pendahuluan. Era globalisasi menjadi tantangan yang harus dihadapi perusahaan karena persaingan yang semakin ketat dan

Abstract. Pendahuluan. Era globalisasi menjadi tantangan yang harus dihadapi perusahaan karena persaingan yang semakin ketat dan Abstract PENGARUH DIMENSI BRAND EQUITY DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE SEDAAP KEMASAN BAG (Studi Kasus pada Mahasiswa S1 dan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro) Oleh: Winda Irza Yanti Administrasi

Lebih terperinci

Pertemuan Pertemuan 7 3

Pertemuan Pertemuan 7 3 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Pertemuan Pertemuan 7 3 MODUL Strategi Image/Soft Sell (3 SKS) Oleh : Dra. Nanik Ismiani POKOK BAHASAN Merek, Citra Merek dan Loyalitas merek DESKRIPSI

Lebih terperinci