IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALUR PANTURA SURABAYA - TUBAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALUR PANTURA SURABAYA - TUBAN"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALUR PANTURA SURABAYA - TUBAN Nunung Nuring Hayati Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember nunung.nuring@gmail.com Sonya Sulistyono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember sonya.sulistyono@gmail.com Jayeng S.M. Wijaya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember Abstrak Jalur Pantura Surabaya-Tuban sepanjang 150 km merupakan jalan Arteri primer yang menampung arus lalu-lintas darat dari arah timur (Surabaya) menuju ke arah barat (Jakarta) atau sebaliknya.jalur ini melintasi Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban yang merupakan kota-kota dengan tingkat perekonomian penduduk cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik kecelakaan dan lokasi blackspot pada Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Karakteristik kecelakaan dianalisa berdasarkan data kecelakaan daei Buku Register Kecelakaan Polres Gresik, Polres Lamongan dan Polres Tuban. Blackspot diidentifikasi menggunakan pendekatan TK, EAN, EPDO dan EV. Sepanjang tahun pada jalur ini telah terjadi 446 kejadian kecelakaan yang telah menyebabkan 211 korban meninggal dunia, 164 korban luka berat dan 431 luka ringan. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan (63,21%). Tipe tabrakan yang mendominasi adalah tabrak depan-belakang (22,80%), depan-depan (20,40%) dan sisi (39,20%). Jalur Pantura Surabaya-Tuban teridentifikasi tiga daerah rawan kecelakaan, yaitu: Jl Raya Tebaloan Kec. Duduk Sampean KM 27-28, Jl. Raya Duduk Sampean KM 30-31, dan Jl. Panglima Sudirman Tuban KM Kata kunci: Jalur Pantura Surabaya-Tuban, Karakteristik Kecelakaan, Blackspot. 1. PENDAHULUAN Keselamatan jalan dalam UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Isu keselamatan jalan Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

2 telah menjadi masalah global. Setiap tahun lebih 1 juta orang meninggal dunia dan lebih dari 50 juta orang luka akibat kecelakaan lalu lintas jalan di dunia. Tujuh puluh lima persen diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Diperkirakan tahun 2020, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit kanker dan stroke (Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, 2007). WHO pada tahun 2011 kembali mendeklarasikan Decade of Action for Road Safety ( ) dimana target program ini adalah turunya 50% kecelakaan pada tahun 2020 (World Health Organization, 2011). Jalur Pantura Surabaya-Tuban adalah jalan arteri primer menghubungkan Surabaya dengan Semarang, Jakarta dan Bandung. Jalur ini memiliki peran penting dalam perekonomian Pulau Jawa. Lalu lintas pada jalur ini terdiri dari sepeda motor, kendaraan ringan dan kendaraan berat (truk, bus, trailer, gandeng, dll.) Jalur ini melintasi Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan perekonomian cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk dan tingginya aktivitas masyarakat di semua sektor pembangunan di jalur ini memicu permasalahan lalu lintas. Lalu lintas jalan meningkat seiring kegiatan perekonomian dan kebutuhan transportasi. Pertumbuhan jumlah kendaraan terus meningkat, mendorong padatnya lalu-lintas yang memperbesar resiko kecelakaan jalan raya. Selain itu, perilaku berlalu lintas masyarakat di suatu wilayah berpotensi besar dalam mempengaruhi tingkat kecelakaan jalan raya di wilayah tersebut. Upaya-upaya peningkatan keselamatan jalan harus terus dilakukan untuk menekan angka kecelakaan dan permasalahan transportasi lainnya pada Jalur Pantura Surabaya - Tuban. Identifikasi blackspot dan karakteristik kecelakaan lalu lintas jalan sangat diperlukan, sebagai langkah awal untuk menyusun tindak programatik keselamatan jalan. Evaluasi data kecelakaan lalu lintas perlu dilakukan untuk mengetahui angka dan tingkat kecelakaan yang terjadi di Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Sehingga upaya peningkatan keselamatan jalan bisa diterapkan secara tepat guna sesuai dengan permasalahan di sepanjang jalur tersebut. 2. TINJAUAN PUSTAKA Angka Kecelakaan Kumpulan data kecelakaan lalu lintas dapat dianalisa untuk memeringkatkan lokasi kecelakaan lalu lintas. Salah satu metode pemeringkatan lokasi kecelakaan adalah dengan menganalisa angka kecelakaan lalu lintas. Angka kecelakaan dapat menggambarkan kualitas dan kuantitas kecelakaan yang terjadi. Berdasar angka kecelakaan tersebut dapat diperingkat lokasi-lokasi rawan kecelakaan lalu lintas (blackspot). Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan dalam penentuan angka kecelakaan lalu lintas, diantaranya : a. Tingkat kecelakaan untuk ruas jalan, yaitu angka kecelakaan yang mengilustrasikan jumlah kecelakaan setiap panjang ruas jalan dan waktu pengamatan (Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, 2007) : Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

3 JK TK= (T L) (1) Dimana TK adalah tingkat kecelakaan, JK adalah jumlah kecelakaan, T adalah tahun/ waktu pengamatan, dan L adalah panjang ruas jalan (km). b. Equivalent Accident Number (EAN), yaitu angka kecelakaan didasarkan atas biaya kecelakaan dengan melakukan pembobotan kejadian kecelakaan (kimpraswil: 2004): F : I : DO = 12 : 3 : 1 (2) Dimana F mendeskripsikan bobot kejadian kecelakaan fatal (yang mengakibatkan korban meninggal dunia), I mendeskripsikan bobot kejadian kecelakaan injury (yang mengakibatkan korban luka), dan DO mendeskripsikan bobot kejadian kecelakaan damage only (yang hanya mengakibatkan kerugian materi). c. Equivalent Property Damage Only (EPDO) yaitu angka kecelakaan berdasarkan tingkat kecelakaan. Kejadian kecelakaan lalu lintas dibobotkan terhdap kejadian kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerugian materi. Pembobotan tingkat kecelakaan pada metode ini adalah (Sulistyono,1998): MD : LB : LR : MT = 12 : 6 : 3 :1 (3) Dimana : MD = kejadian kecelakaan mengakibatkan korban meninggal dunia LB = kejadian kecelakaan mengakibatkan korban luka berat LR = kejadian kecelakaan mengakibatkan korban luka ringan MT = kejadian kecelakaan hanya mengakibatkan kerugian materi saja d. Indeks kefatalan (severity index), menggambarkan tingkat kekerasan relatif yang dinyatakan dalam persen indeks kecelakaan kritis kecelakaan (untuk ruas). F SI= 100% A (4) Dimana SI adalah Severity Indeks (dalam %), F adalah jjumlah kecelakaan fatal kurun waktu pengamatan, dan A adalah jumlah kecelakaan selama kurun waktu pengamatan. Nilai Rentang Frekwensi Kecelakaan Nilai batas EV, yaitu nilai rentang frekuensi kecelakaan yang terjadi dapat ditentukan dengan persamaan berikut (Garber dan Hoel, 2007): (5) Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

4 Dimana : EV = menunjukan rentang dari frekuensi kecelakaan X = nilai rata-rata kecelakaan setiap lokasi S = estimasi standart deviasi dari frekuensi kecelakaan Z = nilai dari standart deviasi 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi lokasi rawan kecelakaan sepanjang jalur Pantura Surabaya-Tuban di Jawa Timur. Jalur Pantura Surabaya-Tuban dalam penelitian ini difokuskan pada jalur luar kota wilayah hukum Polres Gresik, Polres Lamongan, dan Polres Tuban. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : a. Studi literatur/pustaka, dengan melakukan tinjaun kepustakaan terkait metode-metode dalam penentuan blackspot. b. Pengumpulan data, tahapan pengumpulan data merupakan kegiatan yang berperan penting dalam proses analisis penanganan daerah rawan kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumbersumber yang telah ada. Dalam penelitian ini data primer dan data sekunder meliputi: 1. Data primer Dengan melakukan survei penandaan lokasi. Survei ini dilakukan untuk menentukan segmen-segmen jalan pada lokasi penelitian. Tahapan pelaksanaan survey meliputi : i. Menentukan patok batas titik pengenal awal dan titik pengenal ujung sesuai informasi data nomor ruas jalan. ii. Mencatat kondisi lingkungan jalan meliputi keadaan jalan (lurus, berkelok, tikungan), kondisi jalan (rusak, licin), kondisi pengemudi (pelanggaran lalu lintas yang terjadi) sesuai dengan segmen jalan. 2. Data sekunder Berupa data kecelakaan lalu lintas. Data kecelakaan lalu lintas dikompilasi dari Buku Register Kecelakaan tahun 2009 dan 2010 pada Satlantas Polrestabes Surabaya serta Satlantas Polres Gresik, Lamongan dan Tuban. c. Analisa Data, meliputi analisa terhadap karakteristik kecelakaan menonjol sepanjang Jalur Pantura Surabaya-Tuban serta analisa angka kecelakaan untuk penentuan lokasi rawan kecelakaan. Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

5 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Volume Lalu Lintas Jalur Pantura Surabaya-Tuban sepanjang 150 km merupakan jalan Arteri primer dimana arus lalu lintas sepeda motor, kendaraan ringan dan kendaraan berat bercampur. Volume lalu lintas kendaraan berat pada jalur ini cukup tinggi. Jalur Pantura Surabaya-Tuban melewati kawasan dengan dinamika perekonomian kewilayahan sangat dinamis. Kondisi lalu lintas cukup padat dan heterogen, memunculkan potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas cukup tinggi. Identifikasi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Analisis kecelakaan dan penentuan lokasi rawan kecelakaan (blackspot) pada penelitian ini difokuskan pada ruas-ruas jalan yang memiliki karakteristik volume lalu lintas tercampur (ruas luar kota). a. Kelas Korban Kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban adalah salah satu jalur utama Pulau Jawa di Jawa Timur dengan tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi. Jalur ini banyak melewati kawasan padat penduduk serta kawasan industri. Jalur ini melewati Surabaya Gresik Kota Deket Lamongan Kota Babat Widang Semanding Tuban Kota Bulu, dengan kondisi jalan banyak yang lurus dan lalu lintas cukup padat. Kondisi ini merupakan salah satu faktor dalam terjadinya sejumlah kecelakaan lalu lintas. Tabel 1. Klasifikasi korban kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Klasifikasi Korban Jumlah % Jumlah % Meninggal 84 22, ,13 Luka berat 77 20, ,95 Luka ringan , ,92 Total Gambar 1. Jumlah kejadian dan klasifikasi kecelakaan berdasarkan kelas korban. Berdasar data history kecelakaan (Tabel 1 dan Gambar 1) yang dihimpun dari buku register kecelakaan, sepanjang tahun dengan 446 kejadian kecelakaan berdampak 211 korban meninggal dunia, 164 korban luka berat dan 431 luka ringan. Kejadian kecelakaan Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

6 tahun 2010 mengalami peningkatan (27,55%). Tahun 2009 terjadi 196 kejadian kecelakaan dan tahun 2010 terjadi 250 kejadian kecelakaan. Berdasar kelas korban, tahun 2010 terjadi peningkatan resiko fatalitas korban kecelakaan (meningkat 51,19%) dan kelas korban luka berat (meningkat 12,99%) dan luka ringan (meningkat 6,22%). Dari 196 kejadian pada tahun 2009, menimbulkan 84 orang meninggal dunia (22,70%), 77 orang mengalami luka berat (20,81%), dan 209 orang mengalami luka ringan (56,49%). Sedangkan tahun 2010, dari 250 kejadian kecelakaan telah menimbulkan 127 orang meninggal dunia (29,13%), 87 orang mengalami luka berat (19,95%), dan 222 orang mengalami luka ringan (50,92%). b. Jenis Kendaraan Terlibat Kecelakaan Sepanjang tahun 2009 hingga 2010, kecelakaan yang terjadi di Jalur Pantura Surabaya- Tuban telah melibatkan sedikitnya 765 kendaraan. Tipe/jenis kendaraan terlibat kecelakaan ditunjukkan Tabel 2. Kendaraan terlibat kecelakaan dibagi atas beberapa tipe kendaraan yaitu : sepeda motor, mobil pribadi (sedan), bus, bus kecil, truk, treler, sepeda, becak, pejalan kaki, MPU/lyn, pick up dan lain-lain. Berdasar Tabel 2, jumlah kendaraan terlibat kecelakaan tahun 2010 mengalami peningkatan 19,83%. Jumlah kendaraan terlibat sebanyak 348 tahun 2009 dan tahun 2010 sebanyak 417 kendaraan. Dari 446 kejadian kecelakaan kurun waktu 2 tahun terakhir (tahun 2010 dan 2009), sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang memiliki resiko terjadi kecelakaan paling banyak (62,71%). Tahun 2010, keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban meningkat 11,40%. Tabel 2. Jenis kendaraan terlibat kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Tipe Kendaraan Jumlah % Jumlah % Tren Sepeda motor , ,91 11,40% Mobil sedan 42 12, ,51 14,29% Bus 7 2, ,40 42,86% Bus Kecil 3 0,86 3 0,72 0,00% Truk 25 7, ,51 92,00% Treler 15 4, ,84 6,67% Sepeda 4 1,15 1 0,24-75,00% Becak 2 0, ,32 800,00% pejalan kaki 7 2,01 5 1,20-28,57% MPU/lyn 7 2,01 9 2,16 28,57% pick up 6 1,72 4 0,96-33,33% lain-lain 2 0,57 1 0,24-50,00% Total ,83% c. Waktu Kejadian Kecelakaan Identifikasi karakteristik kecelakaan penting berikutnya adalah waktu kejedian kecelakaan. Karakteristik menjadi penting bagi pihak-pihak terkait dalam melakukan tindakan pencegahan kecelakaan lalu lintas. Identifikasi jam kejadian kecelakaan, dikelompokkan atas kecelakaan yang terjadi pada pagi (05:01 09:00), siang (09:01 13:00), sore (13:01 Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

7 17:00), malam (17:01 21:00), tengah malam (21:01 24:00) dan dini hari (00:01 05:00). Jam kejadian kecelakaan pada Jalur Pantura Suraba Tuban ditunjukkan Tabel 3. Tabel 3. Jam kejadian kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Waktu Kejadian Jumlah % Jumlah % Tren Pagi (05:01-09:00) 36 18, ,60 15,63% Siang (09:01-13:00) 51 26, ,40-8,89% Sore (13:01-17:00) 39 19, ,00 60,61% Malam (17:01-21:00) 47 23, ,40 7,14% Tengah malam (21:01-00:00) 6 3, ,00 340,00% Dini hari (00:01-05:00) 17 8, ,60 35,71% Total ,90% Berdasarkan Tabel 3 di atas, kejadian kecelakaan menonjol terjadi pada sore dan malam hari. Volume lalu lintas khususnya kendaraan berat pada jalur ini mengalami peningkatan pada waktu-waktu tersebut. Banyaknya kawasan industri sepanjang jalur tersebut merupakan salah satu hal yang meningkatkan volume lalu lintas kendaraan berat. Namun demikian, kejadian kecelakaan yang terjadi pada tengah malam harus lebih diwaspadai. Tahun 2010, kejadian yang terjadi pada waktu tersebut Kejadian kecelakaan sore hari tahun 2010 mengalami peningkatan 60,61%. Tabel 3 menunjukan kejadian kecelakaan berdasarkan jam terjadinya kecelakaan pada Jalur Pantura Surabaya-Tuban, dimana waktu terjadinya kecelakaan dibagi dalam interval enam jam. Pada kurun waktu kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban banyak terjadi pada kisaran waktu 05:01-09:00, 09:01-13:00, 13:01-17:00 dan 17:01-21:00. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada interval waktu tersebut, banyak aktivitas masyarakat yang terjadi di ruas jalan ini. Tabel 4. Tabel bulan kejadian kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Bulan Kejadian Jumlah % Jumlah % Tren Januari 17 8, ,00 47,06% Februari 22 11, ,60 9,09% Maret 16 8, ,20 12,50% April 17 8, ,60 11,76% Mei 18 9, ,00 11,11% Juni 21 10, ,40-23,81% Juli 16 8, ,40 62,50% Agustus 13 6, ,60 84,62% September 15 7, ,00 66,67% Oktober 10 5, ,80 120,00% November 16 8, ,60-12,50% Desember 15 7, ,80 13,33% Total ,55% Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

8 Tabel 4 merupakan karakteristik kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban ditinjau dari bulan kejadian, Gambaran tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pada bulan apa saja trend kecelakaan sering terjadi, sehingga dapat digunakan sebagai peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan pada bulan tersebut. Dari grafik tersebut tampak kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban pada kurun tahun rata-rata sering terjadi pada bulan Januari (9,34%), Februari (10,41%) dan bulan Juli (9,28%). Gambar 2. Kecelakaan berdasarkan hari kejadian. Upaya klasifikasi kecelakaan berdasarkan hari dimaksudkan untuk memperoleh informasi pada hari apa kecelakaan sering terjadi di ruas jalan ini. Perbandingan karakteristik hari kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban selama kurun tahun dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Gambar 2 diatas, dapat disimpulkan bahwa kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban cenderung mengumpul pada hari Senin (16,98%) dan Sabtu (17,56%), hal ini dimungkinkan karena kedua hari tersebut merupakan hari peralihan dari hari libur dan hari efektif sehingga kondisi lalu lintas di ruas jalan ini cukup ramai. Berdasarkan tipe tabrakan, kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban yang mendominasi adalah tabrak depan-belakang (22,80%), depan-depan (20,40%) dan sisi (39,20%). Hal ini kemungkinan diakibatkan karena Jalur Pantura Surabaya-Tuban merupakan jalan yang memiliki sifat lurus, panjang dengan model jalan dua arah dan hanya beberapa kawasan saja terdapat median selebihnya tidak ada, sehingga pengemudi memiliki kecenderungan mengemudi dengan kecepatan tinggi mengingat jalur ini merupakan jalur luar kota. Tipetipe tabrakan yang terjadi di Jalur Pantura Surabaya-Tuban terdapat pada Gambar 3. Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

9 Gambar 3. Tipe kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Identifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan (Blackspot) Dalam perhitungan angka kecelakaan, menggunakan pendekatan-pendekatan yang memungkinkan dengan ketersediaan data yang dimiliki Satuan lalu Lintas Polres Jember dapat dilakukan analisa. Angka kecelakaan tersebut dihitung berdasarkan analisa tingkat kecelakaan (TK), pembobotan kelas korban kecelakaan (metode EPDO), pembobotan kelas korban kecelakaan (metode EAN)dan indeks kefatalan (SI). Dari data perhitungan pada Tabel 5 dapat disimpulkan pada tahun terdapat 5 lokasi blackspot dan di beberapa lokasi merupakan titik yang saling berdekatan. Analisa angka kecelakaan tahun menyebutkan tingkat kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban mempunyai nilai kritis tingkat kecelakaan EV Tk = 6,13 (2009) dan EV Tk = 4,59 (2010), sedangkan bobot kecelakaan paling menonjol dari ruas jalan lainnya untuk metode pembobotan kecelakaan EPDO nilai EV EPDO = 41,24 (2009) dan EV EPDO = 34,81 (2010), sedangkan metode pembobotan kecelakaan EAN didapat nilai EV EAN = 37,30 (2009) dan EV EAN = (2010). Nilai indeks kefatalan didapat nilai EV SI = 1,18 (2009) dan EV SI = 0,34 (2010). Tabel 5. Titik blackspot Jalur Pantura Surabaya-Tuban Tahun Lokasi Blackspot TK EPDO EAN SI Jl Raya Desa Tebaloan Kec Duduk Sampean KM ,048 1,361 Jl. Raya Duduk Sampeyan Kec. Duduk Sampeyan KM ,020 0,907 Jl. Panglima Sudirman Tuban KK ,551 0,454 EV 6,13 4,59 41,24 34,81 37,30 32,34 1,18 0,34 Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

10 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan identifikasi karakteristik dan lokasi rawan kecelakaan dapat disimpulkan bahwa: a. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban yatu sebesar 63,21%. b. Kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban banyak terjadi pada kisaran waktu 05:01-09:00, 09:01-13:00, 13:01-17:00 dan 17:01-21:00. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada interval waktu tersebut, banyak aktivitas masyarakat yang terjadi di ruas jalan. c. Kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban pada kurun tahun rata-rata sering terjadi pada bulan Januari (9,34%), Februari (10,41%) dan bulan Juli (9,28%). d. Kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban cenderung mengumpul pada hari Senin (16,98%) dan Sabtu (17,56%), hal ini dimungkinkan karena kedua hari tersebut merupakan hari peralihan dari hari libur dan hari efektif sehingga kondisi lalu lintas di ruas jalan ini cukup ramai. e. Berdasarkan tipe tabrakan, kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban yang mendominasi adalah tabrak depan-belakang (22,80%), depan-depan (20,40%) dan sisi (39,20%). f. Berdasarkan hasil penelitian di atas terdapat tiga daerah rawan kecelakaan yaitu Jl Raya Tebaloan Kec. Duduk Sampean KM 27-28, Jl. Raya Duduk Sampean KM 30-31, dan Jl. Panglima Sudirman Tuban KM UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur serta Satlantas Polrestabes Surabaya, Satlantas Polres Gresik, Satlantas Polres Lamongan dan Satlantas Polres Tuban atas dukungan kemudahan akses data kecelakaan pada lokasi penelitian dan mendapingi tim peneliti pada saat tinjauan lapangan. PUSTAKA Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. (2004). Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas, Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T B. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta. Dewanti. (1996). Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas di Yogyakarta. Media Teknik UGM Yogyakarta. No. 3 Tahun XVIII November Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Halaman Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

11 Direktorat Keselamatan Transportasi Darat. (2007). Pedoman Operasi Accident Blackspot Investigation Unit / Unit Penelitian Kecelakaan Lalu Lintas (ABIU/UPK). Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, Jakarta. Fajaruddin, Daniel, B.D. dan Kamaruddin. (2006). Accident Investigation, Blackspot Treatment and Accident Pradiction Model At Federal Route FT50 BatuPahat-Ayer Hitam. Engineering e-transaction, University of Malaya, Vol.1, No.2 December Universitas Malaya, Malaysia. Halaman Garber, N.J. dan Hoel, L.A.. (2001). Traffic and Highway Engineering. The Wadsworth Group, Amerika Serikat. Imelda S., I., Surbakti, M., dan Sembiring, K.. (2001). Penelitian Daerah Rawan Kecelakaan pada Jalan Luar Kota Medan Brastagi (Jl. Letjend Jamin Ginting KM 8 KM 56). Prosiding Simposium IV FSTPT di Universitas Udayana, FSTPT Indonesia dan Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, Bali. Komisi Kepolisian Indonesia. (2011). Dekade Aksi Keselamatan Jalan Republik Indonesia , Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas Angkutan Jalan dan Jalan. Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta. Sulistyono, S.. (1998). Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus: Jalan Tol Surabaya-Gempol, Jawa Timur). Prosiding Simposium FSTPT I di ITB, FSTPT Indonesia dan Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, Bandung. World Health Organization. (2011). Decade of Action for Road Safety World Health Organization. Jenewa. Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret

EVALUASI EFEKTIFITAS PROGRAM PARTNERSHIP OF ROAD SAFETY ACTION (PRSA) JALUR PANTURA SURABAYA-TUBAN

EVALUASI EFEKTIFITAS PROGRAM PARTNERSHIP OF ROAD SAFETY ACTION (PRSA) JALUR PANTURA SURABAYA-TUBAN EVALUASI EFEKTIFITAS PROGRAM PARTNERSHIP OF ROAD SAFETY ACTION (PRSA) JALUR PANTURA SURABAYA-TUBAN Sonya Sulistyono Jojok Widodo S. Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Fakultas Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI PENGKARAKTERAN LINGKUNGAN JALAN DAN PENINGKATAN PATROLI LALU LINTAS DALAM AKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI BLACKSPOT

EVALUASI PENGKARAKTERAN LINGKUNGAN JALAN DAN PENINGKATAN PATROLI LALU LINTAS DALAM AKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI BLACKSPOT EVALUASI PENGKARAKTERAN LINGKUNGAN JALAN DAN PENINGKATAN PATROLI LALU LINTAS DALAM AKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI BLACKSPOT Nunung Nuring H. I Made Agus Prasatya Sonya Sulistyono Direktorat Lalu Lintas

Lebih terperinci

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118)

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118) INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY 82+650-KM SBY 118) Rossy Marcianus Reggar Akhmad Hasanuddin Dwi Nurtanto Program Studi S-1 Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS SEGMEN JALAN JEMBER - SUMBERBARU (KM JBR. 7 - KM JBR. 38) ABSTRAK

ANALISIS KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS SEGMEN JALAN JEMBER - SUMBERBARU (KM JBR. 7 - KM JBR. 38) ABSTRAK ANALISIS KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS SEGMEN JALAN JEMBER - SUMBERBARU (KM JBR. 7 - KM JBR. 38) Aldian Satiagraha Sonya Sulistyono, ST., MT. Jojok Widodo S., ST., MT. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya jumah kepemilikan kendaraan tak dapat dibatasi sehingga semakin banyak pula kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Karakteristik Kecelakaan Menurut Fachrurrozy (2001) beberapa karakteristik kecelakaan yang diperlukan dalam analisis kecelakaan lalu lintas adalah : 1. Berdasarkan tingkat kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keselamatan jalan merupakan isu yang cenderung mengemuka dari tahun ke tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global. Hal ini sangat tepat terutama

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERDASARKAN METODE EQUIVALENT ACCIDENT NUMBER DI KOTA BANDUNG

PENENTUAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERDASARKAN METODE EQUIVALENT ACCIDENT NUMBER DI KOTA BANDUNG PENENTUAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERDASARKAN METODE EQUIVALENT ACCIDENT NUMBER DI KOTA BANDUNG Rita Louisye Marpaung NRP: 0521023 Pembimbing: Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KORBAN KECELAKAAN LALULINTAS DI KOTA MAKASSAR

KARAKTERISTIK KORBAN KECELAKAAN LALULINTAS DI KOTA MAKASSAR KARAKTERISTIK KORBAN KECELAKAAN LALULINTAS DI KOTA MAKASSAR Munawir Muhtar Mahasiswa S-1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini menyebabkan kepadatan arus Lalu Lintas yang terjadi pada jam jam

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini menyebabkan kepadatan arus Lalu Lintas yang terjadi pada jam jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul mempunyai banyak pantai yang indah dan merupakan tempat tujuan wisata dengan berbagai keindahan yang menakjubkan, sehinga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maraknya berbagai kejadian kecelakaan belakangan ini yang melibatkan moda transportasi darat, laut dan udara telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Fakta menunjukkan,

Lebih terperinci

STUDI RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN SOEKARNO-HATTA ABSTRAK

STUDI RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN SOEKARNO-HATTA ABSTRAK STUDI RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN SOEKARNO-HATTA Rizky Adelwin NRP : 0621050 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (2000), menyatakan bahwa risiko kematian tertinggi akibat lintas berada di wilayah Afrika, sebanyak 24,1 per 100.000 penduduk, sedangkan risiko

Lebih terperinci

PENENTUAN ANGKA KONVERSI TINGKAT KECELAKAAN FATAL DI KOTA BANDUNG

PENENTUAN ANGKA KONVERSI TINGKAT KECELAKAAN FATAL DI KOTA BANDUNG PENENTUAN ANGKA KONVERSI TINGKAT KECELAKAAN FATAL DI KOTA BANDUNG Dinar Khalik Ibrahim NRP : 0621044 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS JALUR LAMBAT PADA RUAS JALAN KALIGAWE SEMARANG

ANALISIS EFEKTIVITAS JALUR LAMBAT PADA RUAS JALAN KALIGAWE SEMARANG 57-69 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 16, Halaman 57 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts ANALISIS EFEKTIVITAS JALUR LAMBAT PADA RUAS JALAN KALIGAWE SEMARANG Inke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta )

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta ) ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta ) Beni Thobir Ahmad Chusaini Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta Jl. Raya Palur KM 05 Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS RUAS JALAN TIMOR RAYA KOTA KUPANG)

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS RUAS JALAN TIMOR RAYA KOTA KUPANG) ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS RUAS JALAN TIMOR RAYA KOTA KUPANG) Margareth Evelyn Bolla (mgi_ub08@yahoo.com) 1) Yunita A. Messah 2) Michal M. Bunga Koreh 3) ABSTRAK Jalan Timor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, sebaliknya peningkatan taraf hidup masyarakat akan

Lebih terperinci

ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA

ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA Najid Staf Pengajar Jurusan Teknik.Sipil Untar Email : najid2009@yahoo.com Telp. 0818156673 Abstrak Tingkat keselamatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI ABSTRAK

KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI ABSTRAK KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI Hendra Arifin NRP : 9621103 NIRM : 41077011960382 Pembimbing : Wimpy Santosa, ST, M.Eng, MSCE, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Index Kecelakaan 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 12/8/2014 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesebelas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KECELAKAAN LALU LINTAS (Study Kasus Jalan Dalu-Dalu sampai Pasir Pengaraian)

IDENTIFIKASI KECELAKAAN LALU LINTAS (Study Kasus Jalan Dalu-Dalu sampai Pasir Pengaraian) IDENTIFIKASI KECELAKAAN LALU LINTAS (Study Kasus Jalan Dalu-Dalu sampai Pasir Pengaraian) AZTRIA DHARMA 1, BAMBANG EDISON. MT 2, RISMALINDA. ST 2 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA AKSI KESELAMATAN JALAN JALUR PANTURA SURABAYA-TUBAN

PENYUSUNAN RENCANA AKSI KESELAMATAN JALAN JALUR PANTURA SURABAYA-TUBAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI KESELAMATAN JALAN JALUR PANTURA SURABAYA-TUBAN SKRIPSI Oleh OKY RATNO SAPUTRO NIM 071910301072 PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

Gito Sugiyanto 1 ABSTRAK

Gito Sugiyanto 1 ABSTRAK KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DAN IDENTIFIKASI LOKASI TITIK RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT) (Studi Kasus di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah) Gito Sugiyanto 1 1 Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG

STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG ANGKY ADHINUGRAHA NRP : 0221020 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto S.,M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag paling banyak dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari. Jalan raya berfungsi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai

STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai Markus Branly Siregar 1, Irwan S Sembiring 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Bersamaan dengan berlangsungnya periode pertumbuhan dan perkembangan Indonesia pada berbagai bidang, transportasi menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN JALAN RAYA PADA JALAN GODEAN KM 1 - KM 5 KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KECELAKAAN JALAN RAYA PADA JALAN GODEAN KM 1 - KM 5 KABUPATEN SLEMAN Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 (KoNTekS 2) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 6 7 Juni 2008 ANALISIS KECELAKAAN JALAN RAYA PADA JALAN GODEAN KM 1 - KM 5 KABUPATEN SLEMAN JF. Soandrijanie

Lebih terperinci

EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016

EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016 EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016 Mentary Adisthi Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 16425 adisthimentary@gmail.com Vinensia

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL KRAPYAK - SRONDOL, SEMARANG 1

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL KRAPYAK - SRONDOL, SEMARANG 1 ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL KRAPYAK - SRONDOL, SEMARANG 1 Marwoto 2, Epf. Eko Yulipriyono, Joko Siswanto 3 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki populasi penduduk ke - 5 terbanyak di dunia setelah negara Brazil. Jumlah penduduk Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI ABASTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai ataupun konflik dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan sosial. Proses tersebut sejalan

Lebih terperinci

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Lokasi yang dipilih untuk dilakukan penelitian tentang daerah rawan kecelakaan ini yaitu ruas jalan tol Jakarta Cikampek. Lokasi ini dipilih

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PEMETAAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI KOTA GORONTALO

ANALISIS HASIL PEMETAAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI KOTA GORONTALO ANALISIS HASIL PEMETAAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI KOTA GORONTALO Firman Rahmatullah Jahja 1, Arip Mulyanto 2, Abd. Aziz Bouty 3 1 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Negeri Gorontalo email : babol.jahja@gmail.com

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Data Satlantas Polwiltabes Semarang menunjukkan kecelakaan yang terjadi pada jalan non tol di Kota Semarang dalam kurun waktu 2001 2005 cenderung menurun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai kawasan Kota Industri, wilayah Kabupaten Tangerang khususnya wilayah Balaraja Barat juga tidak lepas dari masalah kemacetan yang merupakan masalah umum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang semakin modern ini manusia tidak dapat lepas dari penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor sebagai penunjang mobilitas dan alat transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Kecelakaan Lalu Lintas Pertumbuhan penduduk, kenaikan pendapatan masyarakat, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, pemekaran kota, dan peningkatan aktivitas sosial ekonomi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat, sektor transportasi darat merupakan prasarana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geometrik Jalan Antar Kota Dalam Buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 ini merupakan salah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu negara kepada rakyatnya. Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia/barang dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

Penentuan Titik Rawan Kecelakaan (Black spot) Berdasarkan Angka Ekuivalen Kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa - AH. Nasution Di Kota Bandung

Penentuan Titik Rawan Kecelakaan (Black spot) Berdasarkan Angka Ekuivalen Kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa - AH. Nasution Di Kota Bandung Jumlah Kecelaaan 8th Industrial Research Workshop and National Seminar Penentuan Titik Rawan Kecelakaan (Black spot) Berdasarkan Angka Ekuivalen Kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa - AH. Nasution

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern sekarang ini banyak masyarakat yang menggunakan transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan ketepatan waktu di kehidupan sehari-hari,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PADA JALAN NASIONAL INDONESIA

UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PADA JALAN NASIONAL INDONESIA UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PADA JALAN NASIONAL INDONESIA Tri Tjahjono Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok 16424 tjahjono@eng.ui.ac.id Abstract Indonesia faced serious challenges in improving

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zona Selamat Sekolah (ZoSS) ZoSS adalah lokasi di ruas jalan tertentu yang merupakan zona kecepatan berbasis waktu untuk mengatur kecepatan kendaraan di lingkungan sekolah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kota adalah prasarana transportasi jalan. Transportasi darat merupakan prasarana

BAB 1 PENDAHULUAN. kota adalah prasarana transportasi jalan. Transportasi darat merupakan prasarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang menjadi pendukung perkembangan dan kualitas suatu kota adalah prasarana transportasi jalan. Transportasi darat merupakan prasarana kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan berkendara merupakan salah satu masalah yang selalu mendapatkan perhatian serius di setiap negara. Pencanangan Hari Keselamatan Dunia oleh WHO (World Health

Lebih terperinci

ANALIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN ARTERI TUBAN/KM 0,000 - REMBANG/KM 47,900. Tri Surya Fendi 1, Saiful Arfaah 2 ABSTRAK

ANALIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN ARTERI TUBAN/KM 0,000 - REMBANG/KM 47,900. Tri Surya Fendi 1, Saiful Arfaah 2 ABSTRAK ANALIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN ARTERI TUBAN/KM 0,000 - REMBANG/KM 47,900 Tri Surya Fendi 1, Saiful Arfaah 2 1 Mahasiswa Program Penelitian Teknik Sipil Universitas Darul Ulum Jombang 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa BAB I PENDAHULUAN I.1. Uraian Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita jumpai setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia ada yang sudah berada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang 67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengelolaan data dan analisis kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang antara Km 4 sampai dengan Km 17, dapat disimpulkan bahwa : 1.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK U. Winda Dwi Septia 1) Abstrak Jalan-jalan yang ada di Kota Pontianak merupakan salah satu sarana perhubungan bagi distribusi arus lalu lintas, baik angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Sejalan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN LALU LINTAS KOTA SEMARANG ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN LALU LINTAS KOTA SEMARANG ABSTRAK ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN LALU LINTAS KOTA SEMARANG Rudatin Ruktiningsih Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Segijapranata Semarang email : rudatin.ruktiningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sebagai gambaran pada pada kondisi puncak, yaitu saat lebaran jumlah total pemudik pada tahun 2012 ini adalah sebanyak 14,41 juta

PENDAHULUAN. Sebagai gambaran pada pada kondisi puncak, yaitu saat lebaran jumlah total pemudik pada tahun 2012 ini adalah sebanyak 14,41 juta Laporan Akhir (Final Report) PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi khususnya di Pulau Jawa selain dibutuhkan penciptaan kawasankawasan ekonomi baru,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN SOLUSI PENANGANAN UNTUK MENGURANGI ANGKA KECELAKAAN DI KOTA BENGKULU

KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN SOLUSI PENANGANAN UNTUK MENGURANGI ANGKA KECELAKAAN DI KOTA BENGKULU Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol., Oktober UniversitasGunadarma - Depok - - Oktober ISSN: 88-9 KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN SOLUSI PENANGANAN UNTUK MENGURANGI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan perekonomian daerah yang sedang bertumbuh dan memberikan akses kepadadaerah-daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, di mana pembangunan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha meningkatkan taraf hidup bangsanya. Pembangunan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh) KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh) Zufrimar 1, Junaidi 2 dan Astuti Masdar 3 1 Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, saat ini sedang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, saat ini sedang mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, saat ini sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam bidang sosial ekonomi. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat

Lebih terperinci

Mata Rantai Keselamatan Lalulintas di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung

Mata Rantai Keselamatan Lalulintas di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Januari 2016 Mata Rantai Keselamatan Lalulintas di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung INTAN 1, DWI PRASETYANTO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas Menurut Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55) menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik

Lebih terperinci

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Traffic safety (keselamatan lalulintas) l li Penyebab kecelakaan di Indonesia: a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Manusia penyebab utama kecelakaan lalulintas Penyebab

Lebih terperinci

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya BAB II TIXJAUAX PUSTAKA 2.1 Umum Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya mempunyai corak lalu lintas yang masih tercampur {mixed traffic) dengan semua jenis kendaraan yang lewattanpa

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK Analisis Kapasitas, Tingkat Pelayanan, Kinerja dan 43 Pengaruh Pembuatan Median Jalan ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN Adhi Muhtadi ABSTRAK Pada saat ini

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN

PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN Rio Rahma Dhana¹, Zulkifli Lubis² ¹Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - RC

TUGAS AKHIR - RC TUGAS AKHIR RC09 1380 EVALUASI PARAMETER KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA BINA MARGA (Studi Kasus : Jl. Yogyakarta Magelang Km 21

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KERAWANAN KECELAKAAN LALU LINTAS MENGGUNAKAN METODE K-MEANS (STUDI KASUS POLRES BANTUL)

ANALISIS DATA KERAWANAN KECELAKAAN LALU LINTAS MENGGUNAKAN METODE K-MEANS (STUDI KASUS POLRES BANTUL) ANALISIS DATA KERAWANAN KECELAKAAN LALU LINTAS MENGGUNAKAN METODE K-MEANS (STUDI KASUS POLRES BANTUL) Eko Andriyanto Wicaksono 1), Kusrini 2), Emha Taufiq Lutfi 3) Mahasiswa Magister Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiii

BAB I PENDAHULUAN. xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu ibu kota provinsi dan salah satu kota besar yang berada di bagian barat pulau Sumatra, kota Padang terus berkembang dengan arus globalisasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU-LINTAS PADA JALAN ARTERI/NASIONAL (STUDI KASUS KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT)

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU-LINTAS PADA JALAN ARTERI/NASIONAL (STUDI KASUS KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT) Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU-LINTAS PADA JALAN ARTERI/NASIONAL (STUDI KASUS KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT) Syafruddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau rintangan lainnya. Tujuan jembatan adalah untuk membuat

Lebih terperinci

Sastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2)

Sastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2) IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN KECELAKAAN DAN KARAKTERISTIK KECELAKAAN DI KOTA PONTIANAK Sastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2) Abstrak Kota Pontianak memiliki jalan jalan dengan fungsi yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana transportasi sangat

Lebih terperinci