NONTHYROIDAL ILLNESS (NTIs) NONTHYROIDAL ILLNESS (NTIs)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NONTHYROIDAL ILLNESS (NTIs) NONTHYROIDAL ILLNESS (NTIs)"

Transkripsi

1 NONTHYROIDAL ILLNESS (NTIs) Nanny Natalia Mulyani Soetedjo Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung ABSTRAK Nonthyroidal Illness (NTIs) didefinisikan sebagai keadaan didapatkan fungsi tiroid yang abnormal tanpa ditemukan gangguan pada aksis hipotalamus-hipofise, juga tidak ada gangguan pada kelenjar tiroidnya. NTIs ditemukan pada penderita dengan sakit berat, dan biasanya fungsi tiroid akan membaik sejalan dengan kesembuhan penyakit dasarnya. Macam-macam gangguan fungsi tiroid sangat bervariasi, mulai dari rendahnya kadar triiodotironin serum (T) dan meningkatnya reverse T (rt). Sejalan dengan beratnya penyakit dasarnya maka sering juga mengakibatkan gangguan pada thyroid-stimulating hormone (TSH), tiroksin (T), dan free T (ft). NTIs semakin berat terjadi saat kedua hormon T dan T ditemukan menurun dan secara perlahan-lahan akan meningkat sejalan dengan kesembuhan penyakitnya. Sampai saat ini masih menjadi perdebatan apakah perlu atau tidak diberikan hormon pengganti tiroid. Masih diperlukan studi prospektif dengan jumlah pasien yang besar mengenai penggunaan hormon pengganti ini. Oleh karena itu perlu untuk memahami fisiologi dan patofisiologi NTIs sehingga kita dapat memahami kapan menggunakan hormon pengganti tiroid. Kata kunci: NTIs, fungsi tiroid, hormon pengganti tiroid NONTHYROIDAL ILLNESS (NTIs) ABSTACT Nonthyroidal illness (NTIs) can be described as abnormal findings on thyroid function tests that occur in the setting of a nonthyroidal illness (NTI) without preexisting hypothalamic-pituitary and thyroid gland dysfunction. After recovery from an NTI, these thyroid function test result abnormalities should be completely reversible. Multiple alterations in serum thyroid function test findings have been recognized in patients with a wide variety of NTI without evidence of preexisting thyroid or hypothalamic-pituitary disease. The most prominent alterations are low serum triiodothyronine (T) and elevated reverse T (rt), leading to the general term low T syndrome. Thyroid-stimulating hormone (TSH), thyroxine (T), and free T also are affected in variable degrees based on the severity and duration of the NTI. It cannot diagnosed NTIs only by measure one thyroid hormone. As the severity of the NTI increases, both serum T and T levels drop and gradually normalize as the patient recovers. It's still be an argument for administration of replacement T and T hormone in patients with NTIS. However, it is impossible to be certain at this time that it is beneficial to replace hormone, or whether this could be harmful. Only a prospective study will be adequate to prove this point, and probably this would need to involve hundreds of patients. Ongoing studies document the beneficial effects of replacement of other hormones in these acutely and severely ill patients. Key words: NTIs, thyroid function, hormone replacement Alamat Korespondensi: dr. Nanny Natalia Mulyani Soetedjo, SpPD., M.Kes Bagian Ilmu Penyakit Dalam - Fakultas Kedokteran Unpad/Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Jl. Pasteur No.8 Bandung 0161 Telp: , nannysoetedjo@yahoo.com

2 PENDAHULUAN Pasien keadaan kritis sering mengalami nonthyroidal illness (NTIs). Tetapi NTIs ini sering tidak didiagnosis oleh para klinisi, karena secara klinis sulit untuk menegakkan diagnosisnya. Jika NTIs sudah didiagnosis maka penanganannya juga masih merupakan kontroversi apakah perlu diberikan terapi hormon tiroid atau tidak. Oleh karena itu penting untuk membahas mengenai NTIs ini secara lebih mendalam. Nonthyroidal illness (NTIs) atau euthyroid sick syndrome (ESS) didefinisikan sebagai kelainan tes fungsi tiroid pada pasien dengan penyakit sistemik nontiroid yang berat, pada pasien yang sedang menjalani operasi, atau 1 pada orang yang sedang puasa lama. NTIs atau ESS ini disebut juga low T syndrome, yang 2 ditandai dengan kadar T serum rendah. Istilah euthyroid sick syndrom (ESS) ini diperdebatkan. Pemeriksaan kadar hormon tiroid biasanya tidak dirutinkan pada setiap kondisi penyakit kritis, sehingga keadaan ini sering lolos dari pengamatan. Selain itu pemberian hormon tiroid juga masih diperdebatkan. Dari literatur terbaru dikatakan tidak ada manfaatnya memberikan terapi hormon tiroid pada NTIs, oleh karena sebenarnya NTIs hanya merupakan mekanisme tubuh dalam mempertahankan homeostasis pada keadaan sakit berat. Sebelum membicarakan lebih jauh mengenai NTIs maka pertama-tama akan dibicarakan secara singkat mengenai fisiologis hormon tiroid serta patofisiologi NTIs. FISIOLOGI HORMON TIROID Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau oleh sebagian penulis dianggap kurang tepat, iodium yang diambil melalui pencernaan karena nonthyroidal illness bukan suatu sindrom makanan. Iodin ini akan bergabung dengan melainkan adanya perubahan keadaan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah fisiologis yang bisa menjadi berbahaya. Alasan menjadi T (triiodotironin) dan T kedua mengapa istilah ESS tidak sesuai adalah (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal karena pada kenyataannya ada perubahan pengeluaran T sekitar 80% dan T hanya 15%. kadar hormon tiroid yang kadang-kadang Sedangkan sisanya 5% adalah hormon-hormon disertai gejala disfungsi tiroid, sehingga tidak lain seperti T2. 5 sesuai disebut sebagai eutiroid. T dan T membantu sel mengubah Kejadian NTIs berhubungan dengan oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = beratnya penyakit, yang paling sering adalah adenosin trifosfat). T bersifat lebih aktif penurunan kadar triiodotironin (T), terjadi pada daripada T. T yang tidak aktif itu diubah 0-100% kasus NTIs, yang disertai dengan menjadi T oleh enzim 5-deiodinase yang ada di peningkatan kadar reverse T (rt). Sejalan dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di dengan beratnya penyakit, kadar triiodotiroksin organ-organ lain seperti hipotalamus yang (T) juga menurun, dan hampir semua penderita berada di otak tengah. 5 penyakit kritis mempunyai kadar T yang Hormon lain yang berkaitan dengan menurun. Pada penderita yang dirawat dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid releasing NTIs sekitar 10% mempunyai kadar TSH yang hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). rendah, tetapi angka ini akan meningkat sejalan Hormon-hormon ini membentuk satu sistem dengan beratnya keadaan kritis dari aksis otak (hipotalamus-pituitari-kelenjar tiroid). penyakitnya. Faktor ras, jenis kelamin, dan umur TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang tidak mempengaruhi angka kejadian dan kemudian merangsang kelenjar pituitari beratnya NTIs. mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan Angka mortalitas tergantung pada merangsang tiroid untuk mengeluarkan T dan penyebab dan beratnya penyakit dasar serta 5 T. lamanya penyakit. Penurunan fungsi tiroid lebih Kelenjar tiroid normal akan mensekresi berhubungan dengan beratnya penyakit 100 nmol T dan hanya 5 nmol T, serta kurang daripada dengan jenis penyakitnya. Angka dari 5 nmol reverse T (rt) per hari. Hormon kematian sangat berhubungan dengan kadar tiroid yang aktif adalah T, sehingga T harus T, jika kadar T turun di bawah mcg/dl maka dikonversi dahulu menjadi T melalui proses angka kematian sebesar 50%. Tetapi jika kadar deiodinasi. Dalam konversi ini terbentuk juga T turun sampai di bawah 2 mcg/dl, angka rt yang secara metabolik tidak aktif. 6 kematian menjadi sangat meningkat mencapai Dikenal tiga macam deiodinasi utama 80%. yaitu deiodinasi tipe 1, 2, dan. Proses NTIs terjadi sangat sering terutama pada deiodinasi ini penting untuk selalu tersedianya penderita penyakit kritis. Apakah penurunan hormon T jaringan. Ketiga proses deiodinasi kadar hormon tiroid pada penderita penyakit berbeda dari lokasi, substrat yang dihasilkan, kritis menunjukkan gangguan pada fungsi tiroid serta fungsinya. 6 atau menunjukkan kegagalan organ lain seperti Kedua hormon tiroid (T dan T) di dalam paru-paru, jantung, ginjal dan hepar, masih serum terikat oleh beberapa protein serum, yaitu

3 Tabel 1 Perbedaan Deiodinasi Tipe 1, 2, dan Tipe Deiodinasi D1 D2 D Substrat rt>t>t T>rT T>T Distribusi Hari, ginjal, otot, kelenjar tiroid Otak, pituitari Otak, plasenta, jaringan fetus Fungsi Produksi T plasma Produksi T lokal Degradasi T Hipotiroid Menurun Meningkat Menurun Hipertiroid Meningkat Menurun Meningkat Sumber: Cooper 6 thyroxine-binding globulin (TBG), transthyretin cara menghambat perubahan T menjadi T (TTR) (dulu disebut sebagai thyroxine-binding sehingga metabolic rate menjadi turun. Pada prealbumin (TBPA)), albumin, dan lipoprotein. sakit kritis akan terjadi peningkatan Protein-protein ini berfungsi dalam metabolisme glukosa, protein, dan lemak yang mempertahankan kadar T dan T serum dalam dirangsang oleh sitokin. Pada awal sakit kritis, kondisi normal dan memastikan bahwa T dan tubuh akan membuat keadaan hipotiroid, yang T akan selalu tersedia secara kontinu dalam merupakan adaptasi metabolik tubuh agar jaringan. Jadi protein-protein ini berfungsi pemecahan protein, glukosa, dan lemak serta sebagai tempat penyimpanan dan juga sebagai konsumsi oksigen menjadi berkurang. Jadi pada bufer. Hanya 0,0% dari T dan 0,% dari T awal sakit kritis, kondisi rendahnya kadar T ini yang tidak terikat atau bebas, disebut sebagai merupakan suatu adaptasi yang free T dan free T. Kedua hormon T dan T menguntungkan. yang bebas ini yang mempunyai efek terhadap Pada awalnya rendahnya kadar T akan jaringan seperti mengatur metabolisme tubuh diikuti dengan kadar total T dan T bebas (free dan juga pengaturan mekanisme feedback T) yang masih normal atau sedikit meningkat. positif maupun negatif ke hipotalamus dan Dengan berjalannya kondisi sakit yang semakin 6,7 hipofise. berat, maka kadar T dan ft juga akan menurun (terjadi gangguan pada deiodinasi tipe 2 juga). Kondisi ini dapat juga dijelaskan oleh PATOFISIOLOGI NTIs beberapa mekanisme di bawah ini: Menurunnya konsentrasi TBG, TTR, dan Pada kondisi sakit berat, baik akut maupun albumin yang disebabkan pada kondisi kritis kronik, terjadi perubahan kadar hormon tiroid. terjadi penurunan glikosilasi protein ini yang Paling banyak dan sering terjadi adalah disebabkan oleh sitokin yang meningkat penghambatan konversi T ke T pada proses pada kondisi kritis. deiodinasi tipe 1. Keadaan seperti ini juga terjadi Asam lemak bebas yang dilepaskan pada secara alamiah pada keadaan puasa 2-6 jam kondisi kritis dapat mengganggu ikatan T pertama. Hal ini terjadi oleh karena pada proses dengan TBG sehingga kadar T akan deiodinasi tipe 1 selain T dikonversi menjadi menurun dan merangsang hipotalamus dan T, T juga dikonversi menjadi rt, sehingga hipofise sehingga TSH bisa normal atau dengan adanya penghambatan konversi T 6 sedikit meningkat. menjadi T, maka konversi rt menjadi TSH sendiri selain dapat ditekan oleh sitokin meningkat. Semakin banyak T yang dihasilkan (terutama interleukin-1â) yang timbul pada kelenjar tiroid maka akan semakin banyak rt kondisi sakit berat, juga dapat ditekan oleh yang terbentuk dan kadar T tetap turun. Proses penggunaan obat-obatan seperti dopamin ini juga terjadi pada awal dari pasien dengan atau steroid yang sering digunakan pada kondisi sakit berat, keadaan ini sering disebut kondisi kritis.,6,8 sebagai low T syndrome. Penyebab turunnya kadar T yang lain Penyebab turunnya penghambatan adalah klirens T lebih meningkat pada konversi T menjadi T pada deiodinasi tipe 1 ini 6,8 kondisi kritis. diduga oleh karena keterlibatan beberapa Jadi pada kondisi kritis akibat metabolic sitokin seperti interleukin-1, interleukin-6, TNF- rate yang meningkat maka tubuh akan á, dan interferon-ã yang dikeluarkan oleh sel mengkompensasi dengan menurunkan yang terinflamasi, yang akan menghambat konversi T menjadi T sehingga pada semua enzim 5-deiodenase. Obat-obatan seperti kondisi kritis terjadi penurunan T. Dengan kortikosteroid, amiodaron, PTU (propiltiourasil), semakin beratnya penyakit dan peranan sitokin dan propanolol juga menghambat enzim ini, maka akan terjadi juga penurunan T melalui sehingga kadar T pada pasien yang mendapat,6,8 beberapa sebab. Dengan semakin beratnya 6,8 pengobatan obat-obatan tersebut akan turun. penyakit kritis maka TSH juga akan ditekan oleh Penurunan kadar T ini pada awal sakit sitokin yang kadang-kadang disebut sebagai kritis merupakan respons fisiologis tubuh transient central 1 hypothyroidism. Dengan berusaha untuk menjaga homeostasis dengan memahami patofisiologi ini maka jika kadar T

4 dan TSH sudah terganggu, maka kemungkinan NTIs juga perlu dibedakan dengan penyebabnya sudah terkait dari sentral, tetapi hipotiroid primer, pada hipotiroid primer jika baru kadar T yang terganggu maka biasanya TSH akan normal atau meningkat kemungkinan baru awal dari gangguan konversi dengan rt yang normal bahkan rendah, 6,8 di perifer. sedangkan pada NTIs TSH bisa normal atau sedikit rendah dengan rt yang sangat tinggi. Indikasi pemeriksaan hormon tiroid pada GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS penyakit kondisi kritis hanya pada pasien kritis NTIs yang dicurigai adanya gejala hipotiroid atau hipopituitarism. Pemeriksaan hormon tiroid Gambaran klinis pada NTIs tidak ada yang bukan merupakan hal yang rutin dilakukan pada spesifik. Pada umumnya pemeriksaan fisis tidak pasien kondisi kritis. Pemeriksaan hormon tiroid ada tanda-tanda yang khas untuk gejala yang dilakukan pada pasien kondisi kritis hipotiroid. Gambaran klinis pada NTIs adalah dengan kecurigaan adanya kelainan hormon hanya gambaran klinis untuk sakit beratnya tiroid bukan hanya TSH, melainkan juga dengan saja, tidak ada gejala-gejala hipertiroid maupun pemeriksaan T, T, free T, rt bahkan TRH hipotiroid. 6,8 (thyroid releasing hormone). Oleh karena gambaran klinis tidak khas Pada kondisi sakit tertentu terdapat sulit untuk menegakkan diagnosis NTIs, keadaan NTIs yang spesifik. Hal ini dapat dilihat sehingga kapan melakukan pemeriksaan fungsi pada Tabel 2. hormon tiroid juga menjadi rancu. Gejala hipotiroid tidak akan terlihat karena tertutup oleh gejala-gejala beratnya penyakit. Gejala-gejala PENATALAKSANAAN NTIs hipotiroid baru akan tampak setelah lebih dari 2- minggu dari awal terjadinya NTIs akibat Tidak terdapat studi prospektif yang penurunan hormon tiroid yang sangat berat. 6,8 menunjukkan keuntungan atau kerugian Pada NTIs sering terjadi transcient pemberian hormon tiroid pada NTIs. Hormon central hypothyroidism, sehingga sulit tiroid telah digunakan dalam keadaan berbagai membedakan dengan kelainan primer pada macam NTIs dan masih tetap kontroversi dalam 10 hipotalamus dan hipofise. Kelainan primer pada penggunaannya. hipotalamus dan hipofise juga akan membuat Penatalaksanaan yang terpenting adalah hasil ft, T, dan TSH yang rendah. Biasanya terapi terhadap penyakit dasar, karena dengan pada kelainan hipotalamus dan hipofise primer penyembuhan penyakit dasar, spektrum ada manifestasi lain dari kelainan pada hormon- kelainan tiroid yang terjadi pada pasien 9 hormon lain selain hormon tiroid. Jadi kalau nonthyroidal illness dapat segera menghilang. klinisi mencurigai adanya kelainan primer pada Pemberian hormon tiroid (baik hormon T atau hipotalamus dan hipofise perlu dilakukan hormont) hanya diberikan pada NTIs dengan pemeriksaan MRI kepala. gejala hipotiroid yang jelas. Pemberian hormon tiroid dari beberapa peneliti tidak ada Tabel 2 Perubahan Hormon Tiroid pada Beberapa Penyakit dengan NTIs T Serum rt Serum T Serum freet Serum TSH Serum Puasa = = Penyakit ringan = =, = Penyakit kritis =, Surgical trauma, burns =, Chronic renal failure = =, =, =, Hepatitis =, =, =, =, = Infeksi HIV = = =, =, Depresi =, =, =, =, =, Sumber: Wiersinga Tabel Perubahan Hormon Tiroid pada Kondisi Sakit Berat Derajat Beratnya Hormon Penyakit ft ft rt TSH Ringan N N Sedang N,, N, Berat Masa penyembuhan Sumber: Larsen dkk. 8

5 Gambar 1 Hubungan Konsentrasi Hormon Tiroid (rt, TSH, FT, dan T) dengan Beratnya ESS manfaatnya pada penderita NTIs yang tidak mengganggu proses konversi hormon tiroid di 11 disertai adanya gejala hipotiroid. perifer. Sesuai dengan perjalanan penyakit Pemberian hormon tiroid yang tidak ada maka sitokin mulai mempengaruhi baik sentral indikasinya malahan akan menambah berat maupun perifer sehingga hormon tiroid ft dan penyakit kritisnya. Karena dengan patofisiologi TSH juga mulai mengalami gangguan. yang telah dibahas di atas, NTIs sebenarnya NTIs sebenarnya merupakan mekanisme adalah fisiologis normal pada keadaan sakit fisiologis dari tubuh pasien pada keadaan sakit 11 kritis. kritis. Pada sakit kritis terjadi metabolisme yang meningkat glukosa, protein, dan lemak akibat peranan sitokin yang dihasilkan selama kondisi PROGNOSIS kritis. NTIs membuat metabolic rate menjadi menurun sehingga metabolisme menurun dan Prognosis penyakit dasar berkolerasi dengan kebutuhan oksigen pun akan berkurang. derajat T dan T rendah. Terdapat korelasi Tidak ada satupun gambaran klinis yang antara kemungkinan kematian dan kadar T khas untuk mendiagnosis ESS, diagnosis hanya total. Pada saat kadar T serum turun di bawah dapat ditegakkan secara laboratorium dengan mcg/dl, kemungkinan kematian adalah sekitar memeriksa fungsi hormon tiroid. Setiap penyakit 50%. Dengan kadar T serum < 2 mcg/dl, mempunyai gambaran NTIs yang berbeda. NTIs kemungkinan kematian mencapai 80%. juga perlu dibedakan dengan kelainan Perubahan tes fungsi tiroid yang terlihat hipotalamus hipofise, terutama pada NTIs yang pada pemeriksaan laboratorium sering mengalami transient central hypothyroid. Hal menunjukkan stadium penyakit kritisnya. T yang dapat membedakannya adalah pada rendah menunjukkan mortalitas yang meningkat kelainan hipotalamus hipofise juga ditemukan pada keadaan sirosis dan gagal jantung adanya gejala-gejala hipopituitarism, selain kongestif. T rendah juga berhubungan dengan hormon tiroid juga terlibat gangguan pada mortalitas yang meningkat. Pasien dengan T hormon-hormon lainnya. Sedangkan dengan dan T rendah mempunyai risiko yang paling hipotiroid primer dapat dibedakan dari kadar. TSH dan rt. Indikasi pemeriksaan fungsi tinggi hormon tiroid hanya dilakukan apabila pasien sakit berat disertai adanya gejala hipotiroid atau hipopituitarism. RINGKASAN Pemberian preparat hormon tiroid baik T dan T masih merupakan kontroversi, tetapi jika Nonthyroidal illness (NTIs) merupakan suatu ditemukan pasien dengan sakit berat yang kondisi fisiologis yang terjadi pada setiap kondisi mengalami NTIs disertai gejala-gejala hipotiroid sakit berat. Pada awal sakit berat hanya hormon maka terapi hormon tiroid harus segera tiroid T yang mengalami penurunan, oleh diberikan. karena pada awal sakit berat, hanya

6 KESIMPULAN and Wilkins; h NTIs merupakan respons mekanisme tubuh. Aytug S. Euthyroid sick syndrome Tersedia dari: yang normal dalam menghadapi kondisi sakit berat. Dengan memahami fisiologi hormon tiroid dan patofisiologi NTIs maka kita akan 5. Brams EO. Thyroid disease. Edisi ke-1. New mengetahui kapan harus memeriksa hormon Jersey: Humana Press Inc; tiroid dan memberikan terapi hormon pengganti. Indikasi pemeriksaan hormon tiroid pada 6. Cooper DS. The thyroid gland. Dalam: Gardner pasien sakit berat yaitu hanya jika pada pasien DG, Shoback D, editor. Greenspan's basic tersebut ditemukan adanya tanda-tanda andclinical endocrinology. Edisi ke-8. San hipotiroid atau hipopituitarism. Pemeriksaan Fransisco: McGraw Hill; h hormon tiroid untuk mendiagnosis NTIs tidak 7. Benvenga S. Thyroid hormone transport proteins dapat hanya memeriksa TSH. Pemberian and the physiology of hormone binding. Dalam: hormon tiroid pengganti juga hanya diberikan Braverman LE, Utiger RD, editor. Werner and pada pasien NTIs yang jelas adanya tanda- Ingbar's the thyroid a fundamental and clinical tanda hipotiroid karena pemberian hormon tiroid text. Edisi ke-9. Philadelphia. Lippincott Williams pada pasien kondisi kritis tanpa gejala hipotiroid and Wilkins; h malahan akan membahayakan kondisi penyakit kritisnya. 8. Larsen PR, Davies TF, Ian D, Hay MJS. Chapter 10 thyroid physiology and diagnostic evaluation of patients with thyroid disorders. Dalam: DAFTAR PUSTAKA Kronenberg HM, Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR, editor. Williams textbook of endocrinology. Edisi ke-11. Philadelphia: 1. Chopra IJ. Euthyroid sick syndrome: is it a Saunders Elsevier; h misnomer? J Clin Endocrinol Metab. 1997;82: Bates AS, Van't Hoff W, Jones PJ. The effect of hypopituitarism on life expectancy. J Clin 2. Nagaya T, Fujieda M, Otsuka G, Yang JP, Endocrinol Metab. 1996;81: Okamoto T, Seo H. A potential role of activated NF KB in the pathogenesis of euthyroid sick 10. Brennan M, Bahn RS. Thyroid hormones and syndrome. J Clin Investigation. 2000;106:9- illness. Endocr Pract. 2001;: Farwell AP. Thyroid hormone therapy is not. Wiersinga WM. Nonthyroidal illness. Dalam: indicated in the majority of patients with the sick Braverman LE, Utiger RD, editor. Werner and euthyroid syndrome. Endocr Pract. Ingbar's the thyroid a fundamental and clinical 2008;1: text. Edisi ke-9. Philadelphia: Lippincott Williams

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) secara etiologi berasal dari serangkaian kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hormon tirod Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid ini diregulasi oleh hipotalamus dan hipofisis

Lebih terperinci

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN MASITA FUJIKO Divisi Fetomaternal, Departemen Obgin FK UNHAS/ RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar Hipertiroid adalah kondisi klinik dan biokimiawi yang menunjukkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid berasal dari jaringan mesodermal pada masa embrio yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid berasal dari jaringan mesodermal pada masa embrio yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid berasal dari jaringan mesodermal pada masa embrio yang berada pada dasar faring di foramen cecum, kemudian melingkar ke arah anterior trakea

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN MORTALITAS PADA ANAK SAKIT KRITIS

HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN MORTALITAS PADA ANAK SAKIT KRITIS SEMINAR HASIL PENELITIAN HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN MORTALITAS PADA ANAK SAKIT KRITIS Disusun oleh : Ony Sapto Pramana NIM. S591208003 PROGRAM PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Gangguan akibat kekurangan iodium adalah sekumpulan gejala yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh

Lebih terperinci

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN Dr.Eva Decroli,SpPD-KEMD,FINASIM SUB BAGIAN ENDOKRIN DAN METABOLIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND/ RS DR. M. DJAMIL PADANG 1 HIPERTIROID sindroma hipermetabolisme

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID. Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan

BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID. Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID 2.1 Anatomi Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi

Lebih terperinci

Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS )

Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS ) Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS ) Asman Manaf Subbagian Endokrin Metabolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr M Jamil Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 adalah suatu kelompok kondisi metabolik yang heterogen dan kompleks ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat kerusakan kerja insulin

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID Glukosa Ada dalam makanan, sbg energi dalam sel tubuh. Dicerna dalam usus, diserap sel usus ke pembuluh darah, diedarkan ke sel tubuh. Untuk masuk ke sel dibutuhkan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA)

ABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA) ABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA) Hana Setiawati Dhanisworo, 2006 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr. Pembimbing II : Surjadi Kurniawan, dr., M. Kes Gejala anemia merupakan komplikasi

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi dan sepsis termasuk salah satu dari penyebab kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memproduksi 2 hormon yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memproduksi 2 hormon yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar dalam sistem endokrin manusia yang memproduksi 2 hormon yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3 ) yang dikontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4)

Lebih terperinci

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen, SISTEM ENDOKRIN Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan ke dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc CRITICAL ILLNESS Dr. Syafri Guricci, M.Sc Respon Metabolik pada Penyakit Infeksi dan Luka Tiga komponen utama, Yaitu : Hipermetabolisme Proteolisis dengan kehilangan nitrogen Percepatan Utilisasi Glukosa

Lebih terperinci

Hubungan Kadar FT4 dengan Gejala Klinis yang Terkait Efek Simpatis berdasarkan Indek Wayne pada Nagari Koto Salak Kabupaten Dharmasraya

Hubungan Kadar FT4 dengan Gejala Klinis yang Terkait Efek Simpatis berdasarkan Indek Wayne pada Nagari Koto Salak Kabupaten Dharmasraya http://jurnal.fk.unand.ac.id 447 Artikel Penelitian Hubungan Kadar FT4 dengan Gejala Klinis yang Terkait Efek Simpatis berdasarkan Indek Wayne pada Nagari Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Nining Kurniawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hemoglobin Darah orang dewasa normal memiliki tiga jenis hemoglobin, dengan komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2. Hemoglobin minor yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dikarenakan adanya infeksi. 1 Sepsis merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang ditimbulkan cukup serius dengan spektrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta meningkatnya pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta meningkatnya pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta meningkatnya pendapatan dan akses ke pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh mensintesis subunit α atau β-globin pada hemoglobin dalam jumlah yang abnormal (lebih sedikit). 1,2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kandungan, pada keadaan ini Free thyroxine (FT4) yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kandungan, pada keadaan ini Free thyroxine (FT4) yang merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipotiroid kongenital merupakan kekurangan hormon tiroid sejak dalam kandungan, pada keadaan ini Free thyroxine (FT4) yang merupakan hormon tiroid bebas menurun yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Program Keluarga Berencana adalah perawatan. kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Program Keluarga Berencana adalah perawatan. kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana adalah perawatan kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa usia subur (Azis, 1997). Hampir seluruh negara berkembang memiliki

Lebih terperinci

Hiperemesis Gravidarum. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hiperemesis Gravidarum. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hiperemesis Gravidarum Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan dini hingga usia kehamilan 16 minggu. Pada muntah-muntah yang berat

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu : Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya mulai dari dasar faring yang mengadakan profilasi dan invaginasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Artritis Reumatoid Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan

BAB I PENDAHULUAN. berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis didapat, berupa bercak yang tidak teratur, berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan sinar ultraviolet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

Gejala Klinis. Umum. Gejala

Gejala Klinis. Umum. Gejala Hormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) yang dibentuk pada tiroglobulin, glikoprotein besar disintesis dalam sel tiroid. Karena struktur tersier yang unik dari glikoprotein ini, residu tirosin

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli

Lebih terperinci

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope TERAPI CAIRAN MAINTENANCE RSUD ABDUL AZIS 21 April 2015 TERAPI CAIRAN TERAPI CAIRAN RESUSITASI RUMATAN Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi Mengganti Kehilangan Akut Koreksi 1. Kebutuhan normal 2. Dukungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN TINGKAT KELAINAN TIROID PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG TAHUN

HUBUNGAN JENIS ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN TINGKAT KELAINAN TIROID PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG TAHUN HUBUNGAN JENIS ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN TINGKAT KELAINAN TIROID PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG TAHUN 23-24 Dwi Mulyani E-mail : dwimu8@yahoo.com ABSTRACT Iodine

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronis. Keluhan pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronis. Keluhan pruritus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pruritus penyakit ginjal kronis masih merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronis. Keluhan pruritus yang signifikan ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dari manusia. Berbagai penyakit yang menyerang fungsi ginjal dapat menyebabkan beberapa masalah pada tubuh manusia, seperti penumpukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktif dari hormon tiroksin memegang peranan penting dalam fungsi fisiologis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktif dari hormon tiroksin memegang peranan penting dalam fungsi fisiologis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hormon Triiodotironin (T3) dan Tetraiodotironin (T4) adalah bentuk aktif dari hormon tiroksin memegang peranan penting dalam fungsi fisiologis tubuh dan pengaturan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang berkualitas merupakan tulang punggung keberhasilan suatu negara. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang

Lebih terperinci

Sepsis adalah penyakit sistemik yang disebabkan. Hormon Tiroid pada Kondisi Anak dengan Sepsis

Sepsis adalah penyakit sistemik yang disebabkan. Hormon Tiroid pada Kondisi Anak dengan Sepsis Artikel Asli Hormon Tiroid pada Kondisi Anak dengan Sepsis Bambang, Asri Purwanti M. Supriatna TS Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP dr. Kariadi, Semarang Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah gizi diantaranya yaitu kekurangan yodium dan kekurangan yodium dapat diderita orang pada setiap kehidupan

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

Kuliah. Melakukan praktikum di lab Membaca literatur dan handout

Kuliah. Melakukan praktikum di lab Membaca literatur dan handout UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : KBK05 Blok : ENDOKRIN Bobot : 4 SKS Semester : 2 Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 25 minggu yang dilakukan pemeriksaan kadar aktivin A serum. Selama perjalanan kehamilan didapatkan 11 subyek

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS ABSTRAK PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS Wendy Sadikin, 2010. Pembimbing I Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes : dr. Ellya Rosa Delima,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease ABSTRAK GAMBARAN PASIEN RAWAT INAP DIABETIC KIDNEY DISEASE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE OKTOBER 2010 SEPTEMBER 2011 Widyasanti, 2012; Pembimbing I : dr. Sylvia Soeng, M.Kes Pembimbing II : Dra.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Thalassemia Thalassemia merupakan kelainan genetik dimana terjadi mutasi di dalam atau di dekat gen globin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak sakit kritis Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan terhadap kegagalan fungsi organ vital yang dapat menyebabkan kematian, dapat berupa

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar hormon tiroid pada anak penderita SNSS dan SNRS. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Setiap tahun sekitar 500.000 penderita kanker serviks baru di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hormon tiroid mempengaruhi setiap sel, jaringan dan organ di tubuh, dan homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi jantung. 1 Hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot, 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status nutrisi pasien sakit kritis merupakan faktor utama untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Rendahnya terapi nutrisi akan menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : Blok : THT Bobot : 4 SKS Semester : V Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: - Menjelaskan organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari

Lebih terperinci

SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA

SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA RESPONSI KASUS NICU SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA OLEH Oleh: Ni Wayan Suanita Kusumawardani H1A006031 Pembimbing: dr. Hj. Artsini Manfaati, Sp.A DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK DI SMF ANAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK POLA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT- INAP DI BAGIAN/SMF PENYAKIT DALAM RS. IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2005 - DESEMBER 2005 Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory response syndrome (SIRS) sebagai respons klinis terhadap adanya infeksi. SIRS akan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi. Hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Richard Bright pada tahun 1800 menggambarkan beberapa pasien

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN 1 SEMESTER 5 TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Dosen Pengampu : Yuyud Wahyudi,S.Kep.

SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN 1 SEMESTER 5 TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Dosen Pengampu : Yuyud Wahyudi,S.Kep. SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN 1 SEMESTER 5 TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Dosen Pengampu : Yuyud Wahyudi,S.Kep.,Ns / (PJMK) dr. Fifin Pradina / PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES WIDYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan peradangan pada sinovium, terutama sendi sendi kecil dan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah laju dengan frekuensi terlalu cepat > 100x / menit atau frekuensi terlalu

BAB I PENDAHULUAN. adalah laju dengan frekuensi terlalu cepat > 100x / menit atau frekuensi terlalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aritmia adalah variasi variasi di luar irama normal jantung berupa kelainan pada kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls, atau urutan aktivasi, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi, sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Viola Stephanie, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes. Obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci