PREFIKS DALAM BAHASA MONGONDOW ARTIKEL. Oleh HARDIYANTI H. AKASE NIM
|
|
- Suhendra Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PREFIKS DALAM BAHASA MONGONDOW ARTIKEL Oleh HARDIYANTI H. AKASE NIM UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA GORONTALO
2 2
3 PREFIKS DALAM BAHASA MONGONDOW Oleh Hardiyanti H. Akase (Ketua) Prof. Dr. H. Moh. Karmin Baruadi, M. Hum (Anggota) Dr. H. Dakia N. Djou, M. Hum (Anggota) Universitas Negeri Gorontalo Program Studi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Abstrak Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana jenis prefiks pada kelas kata kerja dalam bahasa Mongondow, (2) apa fungsi prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow dan (3) apa makna prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow. Prefiks ialah imbuhan yang ditambahkan pada awal kata dasar. Tujuan penelitian ini adalah; (1) Memperoleh deskripsi tentang jenis prefiks kata keja dalam bahasa Mongondow; (2) Memperoleh deskripsi tentang fungsi prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow; (3) Memperoleh deskripsi tentang makna prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif kualitatif. Setelah hasil penelitian dianalisis secara keseluruhan, maka peneliti memperoleh hasil penelitian dari prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow meliputi; 1) prefiks mo-, moki-, mopo-, no-, i-,dan pino-. Prefiks mo- mempunyai 4 alomorf yaitu: mog-, mong-, mon- dan mom-. Prefiks i- juga mempunyai 1 alomorf yaitu in-. 2) Fungsi prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow adalah membentuk kata kerja aktif dan kata kerja pasif, kata kerja akrif dibagi menjadi dua bagian yaitu kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif intransitif, 3) sedangkan makna prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow ialah melakukan suatu perbuatan yang disesuaikan dengan bentuk dasar, menyatakan kegiatan yang sedang berlangsung, mengerjakan suatu pekerjaan yang telah selesai dilakukan atau akan berlangsung. Kata kunci: Prefiks, dalam Bahasa Mongondow. 3
4 PENDAHULUAN Bahasa memegang peranan penting dalam mencetus ide, gagasan serta pendapat orang. Dengan bahasa, seseorang dapat menyatakan maksud, pikiran dan perasaannya kepada orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, begitu pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi karena tanpa bahasa kita tidak mungkin dapat berkomunikasi dengan orang lain. (Darma, 2007:13) mengemukakan bahwa, bahasa juga merupakan salah satu sampul perilaku, karena perilaku kita dipengaruhi oleh bahasa kita, demikian pula sebaliknya. Bahasa daerah merupakan ciri khas tersendiri dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia. Hal ini pula yang dapat menambah keragaman budaya yang ada di Indonesia. Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Mongondow. Bahasa Mongondow yang merupakan salah satu ragam bahasa yang ada di Indonesia memiliki karakter tersendiri. Bahasa Mongondow pula merupakan salah satu bahasa daerah yang wajib untuk dilestarikan, dipertahankan dan dikembangkan. Dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia, bahasa Mongondow dapat mendukung pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Apabila pembelajar bahasa Indonesia pada tingkat permulaan yang tidak memiliki kemampuan dasar dalam bahasa Indonesia dapat memperlancar pemahamannya terhadap bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Mongondow sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Masing-masing tataran bahasa memiliki keunikan tersendiri. Khususnya morfologi, seseorang tidak dapat mengetahui proses pembentukan suatu kata dalam sebuah kalimat ketika dia tidak mengetahui morfologi dalam bahasa tersebut. Salah satu cabang kajian dari morfologi ialah prefiks. Prefiks adalah afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa prefiks yaitu ber-, me-, per-, di-, ter-, se-, dan ke- (Chaer, 2008:23). Sejauh pengetahuan peneliti ada beberapa prefiks dalam bahasa Mongondow yaitu prefiks mo-, moki-, mopo-, no-, i-, pino-. Sehubungan dengan prefiks, keunikan imbuhan prefiks yang dimiliki oleh bahasa Mongondow merupakan daya tarik 4
5 tersendiri bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan prefiks dalam bahasa Mongondow. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini bisa menjadi salah satu acuan dalam penelitian yang mengarah ke dalam bahasa daerah, mengingat masih kurangnya penelitian tentang bahasa daerah di Bolaang Mongondow. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengangkat topik ini untuk menjadi bahan kajian peneliti dengan harapan hasil penelitian ini akan mampu memperkaya perbendaharaan bahasa Mongondow sebagai salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia terutama berkaitan dengan kajian prefiks itu sendiri. Oleh karena itu tujuan penelitian ini ialah: (1) memperoleh deskripsi tentang jenis prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow, (2) memperoleh deskripsi tentang fungsi prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow, (3) memperoleh deskripsi tentang makna prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. (Sogiyono, 2012:3) mengemukakan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu. Jenis penelitian ini digunakan mengingat tujuan penelitian ini ingin menggambarkan tentang jenis prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow, fungsi serta makna prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow. Berikut uraian dari hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Setelah data dikumpulkan dan dilakukan analisis data secara keseluruhan, dalam menemukan jenis prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow, fungsi dan makna prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow. Dari hasil temuan peneliti melalui teknik simak, libat, cakap dan teknik catat di lapangan serta referensi yang terdapat pada kamus bahasa Mongondow, maka jenis prefiks pada kata kerja dalam bahasa Mongondow dapat dibagi dalam: 5
6 a) Prefiks mo- Melalui hasil transkrip percakapan yang diperoleh dari penutur bahasa Mongondow, peneliti menemukan prefiks mo- pada kata kerja di beberapa percakapan. Sebagai contoh dapat ditemukan pada kalimat dalam percakapan berikut ini. Momia don rujak ki Ebi?(Ebi sudah membuat rujak?) Mo + dungu modungu (memasak) Berdasarkan kajian dalam Bab II sebelumnya, dikatakan bahwa morfem juga memiliki alomorf (varian dari morfem). Sehubungan dengan hal tersebut, awalan mo- dalam bahasa Mongondow memiliki kesamaan dengan awalan medalam bahasa Indonesia. Menurut (Chaer, 2008:16) bahwa morfem {me} (dalam bahasa Indonesia) memiliki enam buah alomorf yaitu me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Dengan memperhatikan dasar tersebut, peneliti menemukan dalam bahasa Mongondow terdapat pula alomorf mog-, mong-, mon-, dan momdari morfem mo- sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam bahasa Mongondow memiliki bentuk alomorf dari morfem afiks untuk prefiks mo-. Contohnya kata dari alomorf mo- akan diuraikan sebagai berikut: - Alomorf mog- Ketika prefiks mo- bertemu dengan bentuk dasar pada fonem a, i, u, o maka yang digunakan bukan lagi prefiks mo- tetapi menggunakan alomorf mog-. Mog + olat mogolat (menunggu) - Alomorf mong- Alomorf mong- bisa terjadi dengan penggunaan bentuk dasar dengan fonem k, jadi bisa disimpulkan bahwa penggunaan alomorf mong- terjadi karena bentuk fonologisnya. Mong + koyot mongoyot (memeluk) - Alomoft mon- Mo + tuli monuli (membalas) Sesuai dengan contoh kata di atas, prefiks mo- dapat berubah menjadi mon- apabila bentuk dasar dari kata tersebut berfonem {t). 6
7 - Alomorf mom- Mo + pongko momongko (memotong) Alomorf mom- dari prefiks mo- dapat ditemukan pada bentuk dasar yang berfonem p, b seperti pada contoh di atas. b) Prefiks Moki- Prefiks moki- dapat ditemui pada beberapa contoh kata kerja di bawah ini. Moki + dagum mokidagum (meminta untuk dijahitkan) Moki + dongog mokidongog (sedang mendengarkan) c) Prefiks Mopo- Terdapat juga prefiks mopo- pada bahasa Mongondow. Peneliti menemukan beberapa kata yang bisa menggunakan prefiks mopo-. Contohnya di bawah ini. Mopo + andol mopoandol (menyandarkan) Mopo + siug moposiug (menidurkan) d) Prefiks no- Berdasarkan pembahasan sebelumnya, contoh prefiks no- pada kata kerja dalam bahasa Mongondow disajikan sebagai berikut: no + bogoy nobogoy (sudah memberi) no + seba noneba (sudah menyewa) e) Prefiks i- Prefiks i-. Jika ditempatkan di depan kata kerja akan berfungsi sama seperti prefiks di- dalam bahasa Indonesia, berikut beberapa contoh bentuk dasar yang diambil dalam percakapan para penutur, maupun referensi lain seperti kamus bahasa Mongondow: i + rabut irabut (dicabut) i + lumbu ilumbu (dibuang) Seperti pada prefiks mo-, prefiks i- juga memiliki alomorf in-. Alomorf tersebut melekat pada kata dasar yang memiliki fonem a, i, o, u. Alomorf ini dapat ditemukan pada kata-kata sebagai berikut: in + olat inolat (ditunggu) in + oini inoini (dipanggil) 7
8 f) Prefiks Pino- Peneliti menemukan beberapa kata yang memiliki prefiks pino- sehingga bisa dijadikan contoh, sebagai berikut: pino + inum pinoinum (diminumkan) pino + garab pinogarab (dilemparkan) Kesamaan dan Perbedaaan antara Prefiks Bahasa Indonesia dan Prefiks dalam Bahasa Mongondow Kesamaan antara prefiks bahasa Indonesia dan bahasa Mongondow dari hasi penelitian yang ada, ditemukan bahwa terdapat kesamaan antara prefiks pada bahasa Indonesia dan bahasa Mongondow, kesamaan tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Bahasa Indonesia memiliki prefiks yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif yaitu prefiks di-, Prefiks i- pada bahasa Mongondow juga memiliki fungsi yang sama dengan prefiks di- dalam bahasa Indonesia. 2. Prefiks me-(n) pada bahasa Indonesia memiliki beberapa alomorf (variasi bentuk) yaitu: mem-, men-, meny-,meng- dan menge-, pada bahasa Mongondow juga ditemukan alomorf dari prefiks mo- yaitu mog-, mong-, mon-, dan mom. Perbedaan antara prefiks bahasa Indonesia dan bahasa Mongondow akan diuraikan sebagai berikut: 1. Prefiks di- pada bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif tidak memiliki alomorf. Hal ini berbeda dengan prefiks i- pada bahasa Mongondow yang memiliki fungsi yang sama tetapi memiliki alomorf yaitu in-. Hal ini disebabkan oleh pelekatan prefiks i- pada morfem tertentu. 2. Pada bahasa Indonesia terdapat dua prefiks yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif, yaitu prefiks me-(n) dan ber-, sedangkan pada bahasa Mongondow hanya terdapat satu prefiks yang memiliki fungsi yang sama yaitu prefiks mo-. 8
9 Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti berkesimpulan bahwa prefiks dalam bahasa Indonesia dan bahasa Mongondow memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dalam hal alomorf (variasi bentuk). PEMBAHASAN Fungsi dan Makna Prefiks Kata Kerja dalam Bahasa Mongondow Sebelum kita membahas tentang fungsi prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow, kita harus mengetahui akibat dari proses pembubuhan prefiks tersebut. Menurut (Putrayasa, 2010:7) hal lain yang perlu dicatat dalam afiksasi adalah proses pembubuhan afiks mengakibatkan bentuk dasar (1) mengalami perubahan bentuk, (2) menjadi kategori tertentu sehingga berstatus kata atau bila telah berstatus kata berganti kategori, (3) berubah makna. Berdasarkan pemahaman inilah maka peneliti dapat menyimpulkan fungsi-fungsi prefiks serta maknanya dalam bahasa Mongondow, dalam penjelasan dibawah ini. a) Prefiks mo- Kebanyakan dari setiap prefiks dalam sebuah bahasa, berfungsi untuk membentuk kata kerja, baik kata kerja aktif transitif maupun kata kerja aktif intransitif. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang dapat diikuti oleh objek, sedangkan kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak dapat diikuti oleh objek. Dalam bahasa Mongondow, salah satu fungsi dari prefiks mo- yang dilekatkan dengan kata kerja adalah membentuk kata kerja transitif dan intransitif. Untuk kata kerja aktif transitif bisa dilihat dari contoh di bawah ini: Kata kerja Objek Momia Modia ruja kapal laut Contoh contoh di atas adalah hasil rekaman yang diambil melalui teknik simak, libat, cakap yang pada kalimatnya dapat tampilkan sebagai berikut. a. Aka akuoi dolom, akuoi pa momiag tulu (apabila malam hari, saya juga yang menyalakan api) 9
10 Dari kalimat di atas, dapat disimpulkan bahwa prefiks mo- yang melekat pada kata dasar biag memiliki makna melakukan sesuatu yang disesuaikan dengan bentuk kata dasarnya. Untuk kata kerja aktif intransitif bisa dilihat dari contoh di bawah ini: a. Akuoi aka moyayu tongkai inimu, totok pa akuoi dia monuli (jika saya berjauhan seperti kamu, saya tidak akan membalas) Berdasarkan kalimat di atas, dapat disimpulkan bahwa prefiks mo- yang melekat pada kata kerja tuli memiliki makna melakukan hal yang sesuai dengan bentuk kata dasarnya. b) Prefiks moki- Selanjutnya adalah prefiks moki-. Berdasarkan hasil temuan, contoh kata yang menggunakan prefiks ini adalah mokibiol. Kalimatnya sebagai berikut: a. Mosia natua, mononggadi mako, paling monia tompiyaan badan monia, bo bui mokibiol, (mereka memang seperti itu, setelah melahirkan, mereka jaga badan mereka, kemudian mereka meminta untuk dipijat) Dari contoh kalimat di atas, prefiks moki- memiliki fungsi membentuk kata kerja menjadi kata kerja pasif. Sedangkan maknanya ialah meminta seseorang untuk melakukan berdasarkan bentuk dasarnya dan menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan. c) Prefiks mopo- Untuk prefiks mopo-, dari hasil temuan di atas disajikan contoh kalimatnya di bawah ini: a. Modendang moposiug i adi (berdendang menidurkan anak) Fungsi dari prefiks mopo- adalah mengubah kata kerja intransitif menjadi kata kerja transitif. Hal ini sama seperti imbuhan gabungan pada bahasa Indonesia yaitu imbuhan me kan yang berfungsi mengubah kata kerja intransitif menjadi kata kerja transitif (Yasin, 1988:73). Sedangkan makna yang terkandung pada salah satu contoh kata kerja moposiug (menidurkan) ialah membuat tidur seseorang. 10
11 d) Prefiks no- Contoh kalimat untuk prefiks no- akan disajikan untuk menentukan fungsi dan makna prefiks no- yang melekat pada kata. Kalimat-kalimat tersebut ialah: a. Nomake kon silop nolantud natua (sudah menggunakan sandal yang tinggi seperti itu) b. Kainimu tonga noneba kon kamar. (kata kamu hanya menyewa kamar) Berdasarkan contoh yang telah diberikan maka prefiks no- dapat berfungsi membentuk kata kerja aktif dan pasif. Sedangkan maknanya mengerjakan sesuatu pekerjaan atau melakukan sesuatu yang telah selesai dilakukan. e) Prefiks i- Bentuk prefiks -i yang melekat pada kata dasar memiliki fungsi dan makna. Sehingga untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai fungsi dan maknanya, berikut contoh prefiks i- : a. Inalowan in antong. (dikejar oleh sapi hutan) b. Yopot mai koina dolodolom irabut nya don in patok sin dia nogiboli bo palatnya ilumbu. (tiba-tiba pagi tadi dicabutnya tiang tersebut karena belum membayar jadi langsung dibuang olehnya). Berdasarkan contoh prefiks i- yang melekat pada kata kerja di atas, maka fungsi prefiks i- untuk membentuk kata kerja pasif. Sedangkan maknanya ialah menyatakan suatu tindakan yang telah selesai dilakukan. f) Prefiks pino- Sama halnya pada prefiks lainnya. Prefiks pino- dapat dilekatkan pada kata kerja. Prefiks pino- dapat ditemukan pada percakapan berikut ini: a. Palat mako, oyuon tamangnya nopiyut kon dompet, bo pinogarab, bo ki Rena no monik don Paris (setelah itu, ada temannya yang memunggut dompet kemudian dilempar, lalu si Rena beranjak ke arah Paris) b. Oo pinobonu kon tas. (oh, diisikan ke dalam tas) Kata pinogarap dan pinobonu berfungsi membentuk kata kerja pasif. Kata di atas bermakna kegiatan yang sudah selesai dilemparkan dan sudah diisikan. 11
12 SIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian terhadap prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow, maka dapat ditarik beberapa simpulan berikut ini. a. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, ditemukan 6 jenis prefiks yang dapat dilekatkan pada kata kerja dalam bahasa Mongondow yaitu prefiks mo-, moki-,mopo-, no-,i-, pino-. Selain itu, Prefiks mo- memiliki 4 alomorf yang masing-masing alomorf memiliki karakteristik yang unik. Alomorf tersebut adalah mog-, mong-, mon- dan mom-.sama halnya dengan prefiks mo-, prefiks i- juga memiliki 1 alomorf yakni in-. b. Fungsi dari prefiks yang terdapat pada kata kerja dalam bahasa Mongondow adalah membentuk kata kerja aktif dan kata kerja pasif, kata kerja aktif dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif intransitif. c. Sedangkan makna prefiks kata kerja dalam bahasa Mongondow ialah melakukan suatu perbuatan yang disesuaikan dengan bentuk dasar, menyatakan kegiatan yang sedang berlangsung (aktif), mengerjakan suatu pekerjaan yang telah selesai dilakukan atau akan berlangsung (pasif). Saran Berdasarkan hasil penelitian dan analisis secara keseluruhan, yang telah peneliti peroleh melalui penelitian ini, maka saran dari peneliti ialah: a. Penelitian ini hanya dibatasi pada prefiks yang melekat pada kata kerja saja, masih banyak penelitian yang masuk dalam ruang lingkup kajian morfologi dalam bahasa Mongondow yang belum dikaji. Oleh sebab itu, bagi peneliti yang ingin melakukan kajian mengenai bahasa Mongondow memiliki kesempatan untuk lebih menyempurnakan hasil yang didapat dalam penelitian ini. b. Saran berikutnya untuk pemerintah terkait, dan masyarakat setempat agar mampu menjaga dan melestarikan bahasa Mongondow sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya. 12
13 DAFTAR RUJUKAN Chaer, Abdul Seputar tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta : PTRineka Cipta. Darma, Budi Bahasa, sastra dan Budi Darma. Surabaya: PT. Temprina Media Grafika. Kai, Jamin Kamus bahasa Mongondow-Indonesia. Jakarta : CV. Cakra Media. Mahsun, M.S Metode penelitian bahasa (Tahapan strategi, metode, dan tekniknya). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Putrayasa, Ida B Kajian morfologi (Bentuk Derivasional dan infleksional). Bandung : PT. Refika Aditama Yasin, Sulchan Tinjauan deskriptif seputar morfologi. Usaha nasional : Surabaya Sugiyono Metodepenelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta 13
BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,
Lebih terperinciHEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016
1 HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016 Riestha Arisandy 1, Hasnah Faizah 2, Mangatur Sinaga 3 nani_supriatni@yahoo.com, hasnahfaizahar@yahoo.com, Sinaga.mangatur83162@gmail.com.
Lebih terperinciANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013
ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI
MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI Problem in Preparing Sentence Morphological Class of 10 High School Students Wahidiyah Kediri Oleh: FITRIANA HARIYANTI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar
Lebih terperinciSATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.
SATUAN GRAMATIK Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi. Pengertian Satuan Gramatik Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks Satuan Gramatik Bebas dan Terikat Morfem, Morf, Alomorf,
Lebih terperinciDRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI
DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Pertemuanke-3 ISTILAH-ISTILAH TEKNIS DALAM MORFOLOGI SATUAN GRAMATIK wacana kalimat sintaksis frasa klausa kata morfem morfologi MORFEM DAN ALOMORF A. MORFEM Morfem
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra
Lebih terperinciANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL
ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ROSITA NIM 090388201278 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.
BAB 4 PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya dan sebagai langkah akhir pada Bab 4 ini, dikemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran. Berikut ini diuraikan secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa
Lebih terperinciANALISIS MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK SEKANAK DESA TINJUL KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA
ANALISIS MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK SEKANAK DESA TINJUL KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar (S.Pd.) Sarjana
Lebih terperinciANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Fitri Megawati, Tri Mahajani, Sandi Budiana ABSTRAK Fitri Megawati, Analisis Makna Afiks pada
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciANALISIS REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA DALAM DIALEK BAHASA MELAYU DESA PENGUJAN KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
ANALISIS REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA DALAM DIALEK BAHASA MELAYU DESA PENGUJAN KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
Lebih terperinciINFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU
INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks
Lebih terperinciANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM
ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL Muhammad Riza Saputra NIM 100388201040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Yeri & Handayani (2013:79), menyatakan bahwa media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat
Lebih terperinciANALISIS REDUPLIKASI PADA CERITA FABEL SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS REDUPLIKASI PADA CERITA FABEL SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: FRISKA
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciNama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI
Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial
Lebih terperinciPERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL
PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL NURATMAN NIM 100388201104 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat berhubungan. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang lainnya. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciKOMPARASI KATA BILANGAN DALAM BAHASA MONGONDOW DAN BAHASA INDONESIA
KOMPARASI KATA BILANGAN DALAM BAHASA MONGONDOW DAN BAHASA INDONESIA 1. Miranti Wakiran ( Ketua ) 2. Dr. H. Dakia N. Djou, M.Hum. (Anggota ) 3. Ulfa Zakaria S.Pd, M.Hum (Anggota ) Jurusan Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan
Lebih terperinciBUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum
i BUKU AJAR Bahasa Indonesia Azwardi, S.Pd., M.Hum i ii Buku Ajar Morfologi Bahasa Indonesia Penulis: Azwardi ISBN: 978-602-72028-0-1 Editor: Azwardi Layouter Rahmad Nuthihar, S.Pd. Desain Sampul: Decky
Lebih terperinciINTERFERENSI PENGGUNAAN BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ETNIK ARAB DI KELURAHAN SEMANGGI SURAKARTA (TINJAUAN MORFOLOGI)
INTERFERENSI PENGGUNAAN BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ETNIK ARAB DI KELURAHAN SEMANGGI SURAKARTA (TINJAUAN MORFOLOGI) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, pikiran, perasaan, pengalaman dan pendapat. Oleh karena itu bahasa
Lebih terperinciANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah
ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat
Lebih terperinciBENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN
BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: maldemoi@yahoo.com Pembimbing:
Lebih terperinciANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG
1 ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG Jurnal Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010
ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU
ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SISCA REZEKI NIM 100388201063 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
Lebih terperinciANALISIS REDUPLIKASI BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA
ANALISIS REDUPLIKASI BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RAJA DEZRIANI NIM 090388201 240 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disampaikan kepada orang lain. Sering disebut juga bahwa bahasa itu merupakan alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang menghubungkan antara satu orang dengan orang lain. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dan menyampaikan pesan yang ingin
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,
Lebih terperinciANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciANALISIS AFIKSASI SUB DIALEK MELAYU TEMBELING KAMPUNG GUNTUNG KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN
ANALISIS AFIKSASI SUB DIALEK MELAYU TEMBELING KAMPUNG GUNTUNG KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RENDHY NIM 090388201250 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sangat erat hubungannya dengan berkomunikasi. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat indera yaitu mulut. Tanpa adanya
Lebih terperinciSiti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau...,
MERUBAH, MEROBAH ATAU MENGUBAH? Analisa terhadap Variasi Bentuk Awalan dalam Proses Morfologis Pembentukan Kata Bahasa Indonesia Siti Zumrotul Maulida IAIN Tulungagung, Jl. Mayor Soejadi No. 46 Tulungagung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang ditetapkan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Dengan demikian, suatu keharusan bagi seluruh rakyat Indonesia
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata
Lebih terperinciVERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008
VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Penggunaan Imbuhan pen-, pe-, pen-an, -an, ke-, ke-an
Kemampuan Penggunaan Imbuhan pen-, pe-, pen-an, -an, ke-, ke-an dalam Kalimat Efektif Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bintan Tahun Pelajaran 2013/2014 oleh Ika Septinur Hanifa. Jurusan
Lebih terperinciANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG
ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh SURYA NIM
Lebih terperinciMEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO
1 MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO Sry Inggriani Lakoro Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa di dunia memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan lainnya. Di dalam setiap bahasa selalu terdapat pola pembentukan kata yang secara sistematis
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL
ANALISIS KESALAHAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SRI HANDAYANI NIM 090388201313 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
Lebih terperinciLINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI
Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI
BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap
Lebih terperinciURUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu
Lebih terperinciPengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya
Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Jawa di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian wilayah Indonesia lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu
Lebih terperinciBAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).
BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,
Lebih terperinciBAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang
49 BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Pengantar Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang digunakan. Pada bab ini akan dibahas langkah-langkah penelitian yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,
Lebih terperinciBENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN NOSI PREFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS Vlll E SMP NEGERI 1 PLAOSAN, MAGETAN, JAWA TIMUR
ANALISIS FUNGSI DAN NOSI PREFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS Vlll E SMP NEGERI 1 PLAOSAN, MAGETAN, JAWA TIMUR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Disadari bahwa penelitian ini bukanlah kajian pertama yang mengangkat masalah ini. Telah banyak penelitian yang relevan sebelumnya. Berikut adalah uraian singkat
Lebih terperinciARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
PENGGUNAAN AFIKSASI PADA SKRIPSI PERIODE WISUDA KE-52 MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ARTIKEL JURNAL Diajukan Sebagai
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE
PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study
Lebih terperinciProses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu
Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu Eighty Risa Octarini 1, I Ketut Darma Laksana 2, Ni Putu N. Widarsini 3 123 Program Studi Sastra Indonesia
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL
ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL KARMILA NIM 110388201058 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN
ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NURHAYATI NIM 100388201212 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciVERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK
VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK Cut Poetri Keumala Sari Abstrak Skripsi ini berjudul Verba yang Berkaitan dengan Aktivitas Mulut: Kajian Morfosemantik. Metode yang digunakan
Lebih terperinciAnalisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail
Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail Ni Wayan Kencanawati 1*, I Nyoman Suparwa 2, Made Sri Satyawati 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan
191 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Proses
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini menyajikan desain penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Sebagaimana telah dijelaskan dalam dua bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan kerangka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novia Siti Rohayani, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran BIPA telah berkembang dengan sangat signifikan. Perkembangan ini dapat dilihat dari banyaknya lembaga yang menyelenggarakan BIPA sebagai program pembelajaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita (sumber: wikipedia.com). Penulis novel disebut novelis. Kata novel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa
Lebih terperinciJurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Oleh Rian Andri Prasetya 1 Mulyanto Widodo 2 Nurlaksana Eko R. 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Lebih terperinci