PENGARUH DIET TINGGI SERAT TERHADAP KONSTIPASI PADA LANSIA DI DUKUH PATIHAN DESA TRUCUKKECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2013
|
|
- Dewi Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEGARUH DIET TIGGI SERAT TERHADAP KOSTIPASI PADA LASIA DI DUKUH PATIHA DESA TRUCUKKECAMATA TRUCUK KABUPATE BOJOEGORO TAHU 2013 Siti Sholikhah ABSTRAK Pada lansia terjadi penurunan berupa kelemahan, menurunnya sistem imun, serta perubahan fungsi organ tubuh. Kelainan akibat perubahan sistem gastrointestinal mengakibatkan suatu kelainan yaitu konstipasi. Di dukuh Patihan banyak ditemukan lansia yang mengalami konstipasi.tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh diit tinggi serat terhadap konstipasi pada lansia. Metode penelitian yang digunakan yaitu analitik dengan desain Quasy Experiment. Populasinya adalah seluruh lansia yang mengalami konstipasi di dukuh Patihan sebanyak 47 orang. Sampel sebanyak 42 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data pada variabel independen menggunakan perlakuan, dan variabel dependen menggunakan wawancara. Dari kedua variabel tersebut dilakukan analisa data dengan uji chi square. Hasil penelitian dari 42 responden bahwa 21 responden yang diberi diit tinggi serat sebagian besar responden 18 (86%) tidak mengalami konstipasi, dan dari 21 responden yang tidak diberi diit tinggi serat sebagian besar responden 17 (81%) mengalami konstipasi. Kemudian dilakukan uji chi square, didapatkan hasil nilai signifikan 0,000 yang berarti Ho ditolak berarti ada pengaruh pemberian diit tinggi serat terhadap konstipasi pada lansia. Simpulan yang diambil adalah ada pengaruh diit tinggi serat terhadap kejadian konstipasi pada lansia. Sehingga lansia dianjurkan melakukan diit tinggi serat contoh kacang panjang, daun pepaya, jus jambu biji, pepaya, dan sirsak sebagai tindakan awal dalam mengatasi konstipasi, Selain itu melakukan aktivitas yang cukup serta mengkonsumsi air yang cukup. Kata Kunci : Diet dan Konstipasi. PEDAHULUA dalam pengeluaran sisa pencernaan, karena volume feses terlalu kecil sehingga penderita Menua didefinisikan sebagai penurunan jarang buang air besar. (Dina, 2000 : 9). seiring waktu yang terjadi pada sebagian besar Konstipasi bisa diatasi dengan melakukan diet makhluk hidup yang berupa kelemahan, yang benar, yaitu dengan diet tinggi serat. meningkatnya kerentananan terhadap penyakit Serat merupakan zat non gizi yang berguna dan perubahan lingkungan, hilangnya untuk diet, karena serat makanan tidak dapat mobilitas dan ketangkasan serta perubahan diserap oleh dinding usus halus dan tidak fungsi yang terkait usia (Siti Setiati, 2009 : dapat masuk dalam sirkulasi darah, namun 759). Penuaan menyebabkan peningkatan akan dilewatkan melalui usus besar dengan jaringan lemak pada tubuh dan abdomen. gerakan peristaltic usus. (Dina, 2000 : 3). Akibatnya terjadi peningkatan ukuran Di seluruh dunia penduduk lansia (usia abdomen. Karena tonus dan elastisitas otot 60+) tumbuh dengan sangat cepat bahkan menurun, hal ini juga menyebabkan abdomen tercepat dibanding kelompok usia lainnya. lebih membuncit. Lansia juga mengalami Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi perubahan pada fungsi gastrointestinal. ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil Beberapa mungkin merupakan perubahan prediksi menunjukkan bahwa prosentase ringan, seperti munculnya intoleransi pada penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% makanan tertentu. Selain itu lansia juga dari total penduduk pada tahun 2010 dan mengalami penurunan peristaltik. Sehingga menjadi 11,54% pada tahun Begitu juga menyebabkan perlambatan pengosongan di Indonesia mengalami peningkatan yang gaster dan mungkin tak mampu mengonsumsi signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk makanan dalam jumlah besar. Penurunan lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan peristaltik juga mempengaruhi pengosongan meningkat menjadi pada tahun 2009 kolon yang mengakibatkan konstipasi (Potter, (Census Bareau, 2009). Jumlah ini termasuk 2005 : 736). Konstipasi merupakan kesulitan terbesar keempat setelah China, India dan SURYA 107 Vol.07, o.01, Maret 2014
2 Jepang. Badan kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11, 34% / tercatat 28,8 juta jiwa. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia ( name=newsfile=articel&sid=24. Html). Hasil survey sementara di Dukuh Patihan Desa Trucuk Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro, dari 10 responden ditemukan 6 ( 60% ) orang yang mengeluh mengalami konstipasi, dan 4 orang ( 40 % ) orang yang tidak mengeluh konstipasi. Ini menunjukkan masih rendahnya diet tinggi serat pada lansia khususnya di dukuh patihan desa Trucuk Kecamatan Trucuk Kabupaten Bbojonegoro. Individu di atas 60 tahun terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otot polos berkaitan dengan usia. Pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras, sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama (Kris Pranarka, 2009 : 877). Konstipasi dapat disebabkan oleh : tidak adekuatnya masukan makanan yang mengandung serat, kurangnya gerak badan kelainan gerakan (colon), masukan cairan yang tidak adekuat penyakit susunan saraf pusat (sensorik dan motorik) kelainan perineum (Stewart, 1989 : 160). Jika konstipasi dibiarkan berlarut-larut maka bisa berakibat komplikasi yang serius, misalnya impaksi feses, feses dapat menjadi sekeras batu, impaksi feses yang berat pada daerah rekto sigmoid dapat menekan leher kandung sehingga menyebabkan retensio urine, hidronefrosis bilateral dan kadang-kadang gagal ginjal yang membaik setelah implikasi dihilangkan, inkontensia alvi, volvulus daerah sigmoid (Kris Pranarka, 2009 : 879). METODE PEELITIA Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan atau dengan kata lain desain penelitian adalah suatu pola atau petunjuk secara umum yang bisa diaplikasikan pada beberapa penelitian (ursalam, 2003 : 80). Desain yang digunakan adalah rancangan penelitian eksperimen semu (Quasy Experiment), rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental. Tapi pemilihan ke dua kelompok ini tidak menggunakan teknik acak. Dan pendekatan pada penelitian ini adalah dengan Case Control yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan dan kelompok control tidak. HASIL PEELITIA 1. Data Umum 1) Karakteristik umur responden 40.48% 4.76% Umur 60-69tahun 54.76% Jenis Kelamin tahun > 80 tahun 2) Karakteristikjenis kelamin responden 47.62% 52.38% Lak-laki Perempuan Data Khusus 1) Karakteristik konstipasi pada lansia yang diberi diit tinggi serat Tabel 1 Distribusi konstipasi yang diberi diit tinggi serat pada lansia di Dukuh Patihan Desa Trucuk Kecamatan Trucuk KabupatenBojonegoro tahun 2013 o Konstipasi Responden Prosentase (%) 1 Terjadi 3 14% 2 Tidak 18 86% terjadi Jumlah % Sumber : Data primer tahun 2013 Berdasarkan tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa dari 21 responden yang diberi diit tinggi serat sebagian besar tidak mengalami konstipasi yaitu sebanyak 18 responden (86%). SURYA 108 Vol.07, o.01, Maret 2014
3 2) Karakteristik konstipasi yang tidak diberi diit tinggi serat Tabel 2 Distribusi konstipasi pada lansia yang tidak diberi diit tinggi serat di Dukuh Patihan Desa Trucuk Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun 2013 o Konstipasi Responden Prosentase (%) 1 Terjadi 17 81% 2 Tidak 4 19% terjadi Jumlah % Sumber : Data primer tahun 2013 Berdasarkan tabel 2 dapat ditunjukkan bahwa dari 21 responden yang tidak diberi diit tinggi serat sebagian besar mengalami konstipasi yaitu sebanyak 17 responden (81%). 3) Tabulasi silang pengaruh diit tinggi serat terhadap kejadian konstipasi pada lansia Tabel 3 Tabulasi silang pengaruh diit tinggi serat terhadap kejadian konstipasi pada lansia di Dukuh PatihanDesa Trucuk Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun o Perlakuan diit 1 Diberi diit tinggi serat 2 Tidak diberi diit tinggi Kejadian konstipasi Total Terjadi Tidak terjadi n % % n % 3 14% 18 86% % 17 81% 4 19% % serat Total 20 48% 22 52% % Sumber : Data primer tahun 2013 Dari hasil tabulasi silang 4.3 dapat diketahui bahwa dari 21 responden yang diberikan diit tinggi serat sebagian besar tidak mengalami konstipasi yaitu sebanyak 18 responden (86%). Dari 21 responden yang tidak diberikan diit tinggi serat sebagian besar mengalami konstipasi yaitu sebanyak 17 responden (81%). PEMBAHASA 1) Kejadian Konstipasi pada lansia yang diberi Diit tinggi serat di Dukuh Patihan Desa Trucuk Kecematan Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun 2013 Berdasarkan tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa dari 21 responden yang diberi diit tinggi serat sebagian besar tidak mengalami konstipasi yaitu sebanyak 18 responden (86%). amun masih ada yang mengalami konstipasi sebanyak 3 responden (14%), dengan keluhan yang terlihat yaitu keluhan mengejan keras saat BAB (kuesioner nomor 2) sebanyak 2 orang (9,5%),keluhan massa feses yang keras dan sulit keluar (kuesioner nomor 3) sebanyak 2 orang (9,5%) dan keluhan rasa sakit pada perut saat BAB (kuesioner nomor 6) sebanyak 1 orang (4,7%). Menurut Kris Pranarka dalam Buku Ajar Ilmu Dalam mengatakan bahwa peran diet penting untuk mengatasi kontipasi terutama pada golongan lanjut usia. Data epidemologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka kejadian konstipasi (Kris Pranarka, 2009 : 879). Dari hasil penelitian para responden yang diberi diit tinggi serat, sebagian besar tidak mengalami konstipasi, karena telah kita ketahui konsumsi serat yang teratur dapat memperlancar system pencernaan. Serat yang mampu berikatandengan air menyebabkan volume feses menjadi lunak dan besar. Akibat membesarnya volume feses maka saraf rectum akan semakin cepat ke saluran pencernaan paling bawah, dan feses mudah untuk dikeluarkan, tetapi masih ada responden yang mengalami konstipasi yaitu sejumlah 3 responden (14%) hal ini dibuktikan dengan masih adanya keluhan yang terlihat yaitu keluhan mengejan keras saat BAB,keluhan massa feses yang keras dan sulit keluar serta keluhan rasa sakit pada perut saat BAB. Keluhan-keluhan tersebut masih timbul karena responden dalam pelaksanaan diet tinggi serat masih kurang baik, disebabkan oleh faktor kebiasaan makan makanan lain dan juga karena kebiasaan BABnya yang kurang baik seperti sering menahan untuk segera BAB. Selain itu masih terjadinya konstipasi dimungkinkan karena dipengaruhi oleh faktor kurang olahraga/aktifitas juga dapat SURYA 109 Vol.07, o.01, Maret 2014
4 mempengaruhi terjadinya konstipasi pada lansia dan juga asupan air putih yang kurang. 2) Kejadian konstipasi pada lansia yang tidak diberi diet tinggi serat di Dukuh Patihan Desa Trucuk Kecematan Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun 2013 Berdasarkan tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa dari 21 responden yang diberi diit ada 3 (14%) responden yang mengalami konstipasi. Dan pada tabel 2 dapat ditunjukkan bahwa dari 21 responden yang tidak diberi diit tinggi serat sebagian besar mengalami konstipasi yaitu sebanyak 17 responden (81%), dengan keluhan yang masih banyak terlihat yaitu keluhan mengejan keras saat BAB (kuesioner nomor 2) sebanyak 18 orang (85,7%),keluhan massa feses yang keras dan sulit keluar (kuesioner nomor 3) sebanyak 18 orang (85,7%) dan keluhan rasa sakit pada perut saat BAB (kuesioner nomor 6) sebanyak 7 orang (33,3%).Individu di atas 60 tahun terdapat kecenderungan menurunnya tonussfingter di kekuatan otot polos berkaitan dengan usia. Pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras, sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama (Kris Pranarka, 2009 : 877). Konstipasi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya diet yang kurang serat, tingkah laku pribadi, kelainan gerakan kolon, penyakit susunan saraf pusat, penyakit otot, kelainan pirenium (Stewart, 1989 : ). Dari hasil penelitian pada responden yang tidak diberi diit tinggi serat, sebagian besar cenderung mengalami konstipasi dari pada yang diberi diit tinggi serat. Hal ini disebabkan karena lansia sendiri mengalami penurunan fungsi organ khususnya fungsi gastrointestinal, sehingga peristaltik usus menurun. Selain itu konsumsi serat yang kurang dari kebutuhan juga mempengaruhi terjadinya konstipasi. Dengan rendahnya asupan makanan tinggi serat menyebabkan kondisi feses menjadi keras sehingga akan sulit untuk dikeluarkan saat BAB. Kebutuhan serat perhari untuk lansia adalah sebanyak gr/hari. Telah kita ketahui bahwa peran serat dalam tubuh sangat penting terutama pada system pencernaan. Keberadaan serat dalam usus akan menyababkan feses manjadi besar dan lunak sehingga mudah untuk dikeluarkan. Jika tubuh kurang serat maka system pencernaan kurang lancar, peristaltik usus melambat yang mengakibatkan waktu transit menjadi lebih lama, massafeses kecil dan konsistensinya keras sehingga feses sulit dikeluarkan terjadilah konstipasi. Selain itu kebiasaan BAB pada lansia tersebut ternyata kurang baik, mereka sering menahan BABnya (tidak segera BAB), yang akibatnya feses menjadi tertimbun dan mengeras sehingga sulit untuk dikeluarkan. Timbunan feses tersebut juga berdampak pada munculnya rasa sakit pada perut. 3) Pengaruh diit tinggi serat terhadap kostipasi pada lansia di dukuh Patihan Desa Trucuk Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro tahun 2013 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 21 responden yang diberikan diit tinggi serat sebagian besar tidak mengalami konstipasi yaitu sebanyak 18 responden (86%). Dari 21 responden yang tidak diberikan diit tinggi serat sebagian besar mengalami konstipasi yaitu sebanyak 17 responden (81%).Dari hasil uji statistik SPSS 16.0 dengan uji Chi Square didapatkan nilai signifikan (ρ) 0,000 < (α) 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti terdapat pengaruh diit tinggi serat terhadap kejadian konstipasi pada lansia di Dukuh Patihan Desa Trucuk Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro. Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan lanjut usia. Data epidemologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak serat dapat mengurangi angka kejadian konstipasi. Karena serat dapat meningkatkan massa dan berat feses sehingga mempersingkat waktu transit diusus (Kris Pranarka, 2009 : 879). Gangguan konstipasi dapat dihindari dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat. Serat-serat tersebut didalam kolon mampu berikatan dengan air. Keadaan ini akan menyebabkan volume feses menjadi lunak dan besar. Akibat menbesarnya volume feses maka saraf rectumakan semakin cepat ke saluran pencernaan paling bawah. (Dina, 2000 :7). Dari hasil analisa komparatif diatas membuktikan bahwa Diit Tinggi Serat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pencegahan terjadinya konstipasi. Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat SURYA 110 Vol.07, o.01, Maret 2014
5 dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat yaitu dengan memperbanyak makanan tinggi serat. Selain itu konstipasi juga dapat diredakan dengan cara rajin berolahraga, memijat perut, minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi tertawa juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks bergerak sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan melancarkan buang air besar. PEUTUP. 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang didapatkan, maka dapat diambil kesimpulan penelitian yaitu : 1) Sebagian besar responden yang diberi diit tinggi serat tidak mengalami konstipasi 2) Sebagian besar responden yang tidak diberi diit tinggi serat mengalami konstipasi 3) Ada pengaruh antara pemberian diit tinggi serat terhadap kejadian konstipasi pada lansia 2. Saran 1) Bagi Responden Agar tidak terjadi konstipasi diajurkan pada lansia untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat contoh kacang panjang dan jambu biji. Selain itu melakukan aktivitas yang cukup serta mengkonsumsi air yang cukup. 2) Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan dalam hal ini khususnya perawat untuk menganjurkan atau memberikan diit tinggi serat contoh kacang panjang dan jambu biji sebagai tindakan awal untuk mengatasi konstipasi. 3) Bagi Institusi Diharapkan bayi institusi menyediakan literature lebih banyak tentang diit tinggi serat dan modifikasi diit tinggi serat khusus lansia. 4) Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti mengharapkan agar nantinya peneliti yang akan datang dapat mengembangkan/menyempurnakan penelitian ini. karena dalam penelitian ini banyak kekurangan yang mana peneliti hanya memberi makanan tinggi serat berupa kacang panjang dan jambu biji. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Bekti oghurt-untuk-mengatasikonstipasi.html. Diakses tanggal 28 Maret Irfan Arif, /serat-si-pencegah-konstipasi/. Diakses tanggal 30 Maret Irwanasir, Retty es.php?name= newsfile=articel&sid=24.html. Diakes tanggal 10 Pebruari 2011 otoatmodjo, S Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta. otoatmodjo, S Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. ugroho, Keperawatan gerontik. Jakarta : EGC. ugroho, Wahyudi Perawatan lanjut usia. Jakarta : Trubus Angriwidya. ursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Perry, Potter Buku ajar fundamental keperawatan konsep dan praktek. Jakarta : EGC. Pranarka, K Buku ajar penyakit dalam. Jakarta : Interna Publishing Setiati, Siti Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. Soelistijani, Dina Agoes Sehat Dengan Menu Berserat. Jakarta : Trubus Angriwidya. a SURYA 111 Vol.07, o.01, Maret 2014
6 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Jakarta: Alfebeta. Suparyanto Unsoed.Blogspot.Com/2011/03/Penge rtian-serat.html. Diakses tanggal 16 April 2011 Wolf, Stewart Diagnosis Abdomen. Jakarta : EGC SURYA 112 Vol.07, o.01, Maret 2014
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetarian telah menjadi salah satu pilihan gaya hidup masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada saat berdiri tahun 1998, jumlah vegetarian yang terdaftar
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009). Menurut UU RI No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagai sumber energi vital manusia agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Kandungan dalam makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2005, angka harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Tahun 2006
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSTIPASI DENGAN DERAJAT HEMOROID DI URJ BEDAH RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN. Sri Hananto Ponco Nugroho...ABSTRAK...
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSTIPASI DENGAN DERAJAT HEMOROID DI URJ BEDAH RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN Sri Hananto Ponco Nugroho.......ABSTRAK....... Hemoroid merupakan pelebaran pembuluh darah balik yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN Nitasari Wulan J & Ardiani Sulistiani Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Morbiditas
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER (Suatu Studi Di PAUD Kemala Bhayangkari 96 Desa Jetak Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011) Wiwik Utami Akes
Lebih terperinciDIIT SERAT TINGGI. Deskripsi
DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia industri secara global. Tiap tahun angka pekerja terus meningkat yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang turut bersaing dalam dunia industri secara global. Tiap tahun angka pekerja terus meningkat yaitu pada tahun 1995 jumlah pekerja
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selulosa, insiden ini mencapai puncak pada usia tahun (Lilik, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia lanjut merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Pada usia lanjut akan terjadi banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciTips Mengatasi Susah Buang Air Besar
Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
34 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab ini menjelaskan mengenai kerangka konsep penelitian, hipotesis, dan definisi operasional dari variabel yang diteliti. A. Kerangka Konsep
Lebih terperinciHERNAWAN TRI SAPUTRO J
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar dan Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS
PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS Nadimin 1, Sri Dara Ayu 1, Sadariah 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA
HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:
Lebih terperinciKEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL
KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL DISUSUN OLEH : 1. SEPTIAN M S 2. WAHYU NINGSIH LASE 3. YUTIVA IRNANDA 4. ELYANI SEMBIRING ELIMINASI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan hal yang saling berkaitan. Selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal berperan sangat penting bagi sistem pengeluaran (ekskresi) manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pergeseran pola konsumsi pangan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masyarakat Indonesia terutama yang di perkotaan mengalami pergeseran pola konsumsi pangan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan salah satu pembunuh diam-diam (silent killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan osteoporosis. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DENGAN KETIDAKNYAMANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI SUPADMI, KUNDEN BULU, SUKOHARJO ABSTRAK
HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DENGAN KETIDAKNYAMANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI SUPADMI, KUNDEN BULU, SUKOHARJO Nur Aini Rahmawati 1, Titin Rosyidah 2, Andrya Marharani 3 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah di atas 140/90 mmhg (Depkes, 2006a). Hipertensi juga disebut sebagai the sillent killer
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26
FAKTOR RISIKO KEJADIAN APENDISITIS DI BAGIAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU Adhar Arifuddin 1, Lusia Salmawati 2, Andi Prasetyo 3* 1.Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciPENDAHULUAN... Dian Nurafifah ...ABSTRAK...
HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN KARIES GIGI DAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI DUSUN SUMBERPANGGANG DESA LOPANG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN Dian Nurafifah.......ABSTRAK....... Karies gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population
Lebih terperinciGANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S
GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S Secara biologis pada masa usia lanjut, segala kegiatan proses hidup sel akan mengalami penurunan Hal-hal keadaan yang dapat ikut
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO
PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Mahar Ranum Ayuningtyas 1 Abdul Muhith 2 * ) Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sectio caesarea (SC) merupakan prosedur operatif yang dilakukan di bawah anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler yang banyak mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas dunia. Hipertensi kini menjadi masalah global,
Lebih terperinci*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten
HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA ULKUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR Siti Nasrah 1, Andi Intang 2, Burhanuddin Bahar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN SUSU SAPI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
HUBUNGAN ASUPAN SUSU SAPI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN Retno U & Tinah Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Setelah usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) a. Pengertian MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia di Indonesia, terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, penurunan kematian bayi, penurunan fertilitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, dan berkesinambungan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi ada dua, yaitu faktor genetik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-30 November 2014 di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung yang memiliki wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Lebih terperinciJurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN Husniyatur Rohmah*, Faizatul Ummah**, Diah Eko Martini***.......ABSTRAK.......
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru
Lebih terperinciTUGAS MADIRI BLADDER TRAINING
TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING Disusun untuk memenuhi tugas Blok Urinary Oleh: Puput Lifvaria Panta A 135070201111004 Kelompok 3 Reguler 2 PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciHUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Elfitri Rosita Febriyany INTISARI Tingginya angka kesakitan dan kematian ibu maternal salah satunya
Lebih terperinciVolume 5, Nomor 1 Juli 2017, 13-17
Volume 5, Nomor 1 Juli 217, 13-17 PENGARUH KONSUMSI BUAH PISANG RAJA, MINUM AIR MINERAL DAN JALAN-JALAN PAGI TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS SUNARSIH YUDHAWATI Sri Indah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGGUNAAN UTAMA OBAT PENCAHAR 2.1.1 KONSTIPASI Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar
Lebih terperinciSIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN
SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN Asrina Pitayanti (STIKES Bhakti HUsada Mulia) ABSTRAK Pelayanan pada lansia untuk meningkatkan derajad kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.
1 PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS Susilowati, SKM, MKM. 2 Masih ingat pebasket internasional Earvin Johnson? Pemain NBA tersohor itu membuat berita mengejutkan dalam karier bermain basketnya. Bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum
Lebih terperinciKONSEP DASAR KEBUTUHAN ELIMINASI
KONSEP DASAR KEBUTUHAN ELIMINASI Disusun Oleh: AAN PRIATMA (A7.11.06.001) INDRA SUPRIADI (A7.11.06.043) HELENA NOVI (A7.11.06.039) RENDI ARDA RAMADHANIANSYAH (A7.11.06.075) POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR Ratna Daud 1, Afrida 2 1 STIKES Nani Hasanuddin 2 STIKES Nani Hasanuddin ABSTRAK Diabetes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus atau kencing manis salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan
Lebih terperinciKata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DM TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DM DI CLUB DIABETES MELITUS * Dosen Akper William Booth, Aristina Halawa, halawaaristina@yahoo.co.id ** Dosen Akper William
Lebih terperinciMASALAH ELIMINASI FECAL
e Obat-obatan Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal. umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu kondisi medis di mana suatu jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan
Lebih terperinciKEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI
KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI Andri Setiya Wahyudi, Program Studi Diploma Kebidanan UNIJA Sumenep, e-mail; andry_remas@yahoo.co.id Sudarso,
Lebih terperinciLaporan Pendahuluan Eliminasi Alvi
Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi 1. 1. DEFINISI BAB I PENDAHULUAN Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah mengompol, sudah tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas ibu, ayah, anak dan keluarga lain seperti nenek dan kakek. Keluarga memegang peranan penting
Lebih terperinciYulisetyaningrum ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEBIASAAN BUANG AIR BESAR (BAB) SEMBARANGAN DI DUKUH KRAJAN DESA KARANGROWO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2014 Yulisetyaningrum
Lebih terperinci