BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Tukar (Kurs) Pengertian Kurs didefinisikan sebagai harga dari suatu mata uang yang dinyatakan dalam satuan mata uang lain. Kurs dapat dinyatakan sebagai jumlah unit mata uang lokal yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing (direct quote). Selain itu, kurs juga dapat dinyatakan dalam mata uang asing yang diperlukan utuk membeli satu unit mata uang lokal (indirect quote). Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan pernyataan No.10 paragraf 05 disebutkan bahwa (2004: 10.2): Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Sedangkan menurut Menurut Beams (2000: 469) pengertian kurs adalah: Kurs adalah nisbah antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang lain yang setara dengan mata uang tersebut pada satu waktu Dari dua pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurs adalah suatu nilai dari mata uang akibat dari pertukaran mata uang lain pada satu waktu. Menurut Beams (2000: 471) Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan kurs, yaitu: 1. Kurs spot (spot rate) merupakan kurs untuk pertukaran yang terjadi langsung pada saat transaksi. 2. Kurs sekarang (current rate) merupakan kurs dimana satu unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi. 3. Kurs historis (historical rate) merupakan kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi. Kurs spot, kurs sekarang, maupun kurs historis dapat merupakan kurs tetap maupun mengambang, tergantung kepada mata uang tertentu yang dilibatkan. Sejak 14 Agustus 1997, pemerintah Indonesia telah menyesuaikan kebijakan moneter dengan mengubah penggunaan kurs tetap menjadi kurs mengambang. 9

2 Bab II Tinjauan Pustaka 10 Menurut Beams (2000: 467) sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini Rupiah), meliputi: 1. Metode lancar - tak lancar (Current-Noncurrent), yang menjabarkan akunakunlancar (current acount) pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak lancar (noncurrent account) pada kurs historis. 2. Metode moneter-nonmoneter,yang mengubah aktiva dan kewajiban moneter pada kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan kewajiban nonmoneter pada kurs historis. 3. Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu, sekarang dan masa depan sedemikian rupa sehingga mereka akan dinilai dengan prinsip akuntansi yang sama. Misalnya: akun kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan kewajiban yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke dalam kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu dijabarkan kedalam kurs historis yang layak. 4. Metode kurs sekarang, yang menjabarkan seluruh aktiva dan kewajiban pada kurs sekarang Fluktuasi kurs Dari waktu ke waktu, kurs selalu mengalami perubahan. Secara umum, perubahan kurs dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Depresiasi, yaitu penurunan harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Depresiasi Rupiah terhadap Dolar menunjukan penurunan harga Rupiah terhadap Dolar. Artinya akan dibutuhkan lebih banyak Rupiah untuk memperoleh satu unit mata uang Dolar. Apabila semua kondisi variabel lain tidak berubah (ceteris paribus), maka depresiasi mata uang suatu negara akan membuat harga barang-barang menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. 2. Apresiasi, yaitu kenaikan harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Apresiasi Dolar terhadap Rupiah menunjukan kenaikan harga atau

3 Bab II Tinjauan Pustaka 11 nilai tukar Dolar terhadap Rupiah. Apabila semua kondisi lainnya tidak berubah (ceteris paribus), maka apresiasi mata uang suatu negara akan menyebabkan harga barang-barangnya menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri. Uraian mengenai perubahan kurs berupa depresiasi dan apresiasi diatas dapat menimbulkan kerancuan apabila tidak dipahami secara benar. Perlu diingat bahwa apabila mata uang A mengalami depresiasi tehadap mata uang B, maka pada saat yang sama mata uang B mengalami apresiasi terhadap mata uang A. Faktor yang Menentukan Nilai Tukar Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar biasanya merupakan akibat interaksi antara berberapa faktor secara simultan, dengan mengasumsikan faktor lainnya tetap (ceteris paribus). Menurut Jeff Madura (2000:89) dalam bukunya Manajemen Keuangan Internasional terjemahan Emil Salim terdapat lima faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan nilai tukar antara lain: 1. Laju Inflasi Relatif Perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, karena mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta dengan demikian juga mempengaruhi valuta. 2. Suku Bunga Relatif Perubahan suku bunga relatif mempengaruhi investasi dalam sekuritassekuritas asing, yang seharusnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing serta nilai tukar Rupiah. 3. Tingkat Pendapatan Relatif 4. Kontrol Pemerintah Pemerintah negara-negara asing mempengaruhi nilai tukar ekuilibrium dengan berbagai cara, diantaranya melalui: a. hambatan jual beli valuta asing; b. hambatan perdagangan;

4 Bab II Tinjauan Pustaka 12 c. intervensi (pembelian dan penjualan valuta) dalam pasar valuta asing; dan d. perubahan variabel-variabel makro seperti inflasi, suku bunga dan tingkat pendapatan nasional. 5. Ekspektasi Konsep Mata Uang Fungsional Menurut Choi & Meek (2005: 247) mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Sedangkan menurut Beams (2000: 468) Mata uang fungsional dari suatu entitas adalah mata uang yang berlaku di wilayah operasi utama perusahaan. Jadi, mata uang fungsional dari suatu entitas luar negeri adalah mata uang dimana perusahaan tersebut menghasilkan serta membelanjakan uang kas mereka. Jika mata uang fungsional tidak dapat diidentifikasi dari arus kas, maka faktor-faktor lain dapat dipertimbangkan. Indikator ekonomi sebagai pelengkap arus kas yang digunakan untuk menentukan mata uang fungsional adalah: 1. Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih banyak ditentukan oleh persaingan ditingkat lokal atau regulasi pemerintah lokal, ketimbang oleh perubahan kurs jangka pendek atau gejolak pasar dunia, maka mata uang lokal dari entitas luar negeri tersebut dapat dipakai sebagai mata uang fungsional. 2. Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada di perusahaan induk, atau kontrak penjualan yang didasarkan pada mata uang perusahaan induk, memungkinkan perusahaan untuk menjadikan mata uang dari negara perusahaan induk sebagai mata uang fungsional. 3. Pengeluaran seperti upah pekerja serta biaya material yang merupakan biaya lokal dapat membenarkan dijadikannya mata uang lokal dari entitas luar negeri sebagai mata uang fungsional. 4. Jika pendanaan ditentukan oleh mata uang lokal dari entitas luar negeri, serta jika dana yang dihasilkan oleh perusahaan cukup untuk melunasi hutang,

5 Bab II Tinjauan Pustaka 13 baik hutang saat ini maupun akan datang, maka mata uang lokal dari entitas luar negeri dapat dijadikan mata uang fungsional. 5. Perjanjian serta transaksi antar perusahaan dalam volume besar dapat dijadikan dasar untuk menggunakan mata uang dari perusahaan induk sebagai mata uang fungsional. Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada bulan Mei 1998 yang pada dasarnya mengacu pada FASB Statement No. 52 mengubah beberapa definisi tradisional dengan melakukan redefinisi atas mata uang asing. Sebelum standar ini dikeluarkan, mata uang asing berarti semua mata uang selain mata uang negara yang bersangkutan. Mata uang lokal adalah mata uang dari negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam kegiatan domestik maupun luar negeri dari negara bersangkutan. Berdasarkan standar ini, mata uang asing adalah semua mata uang selain mata uang selain mata uang fungsional dari suatu entitas. Misalnya diasumsikan sebuah perusahaan Indonesia memiliki anak perusahaan di Amerika Serikat, dan pembukuan di perusahaan anak tersebut menggunakan basis Dolar Amerika. Jika mata uang fungsional anak tersebut adalah Dolar Amerika, maka Rupiah menjadi mata uang asing dari sudut pandang perusahaan anak tersebut. Namun, jika Rupiah ditentukan sebagai mata uang fungsional pada perusahaan anak, maka Dolar Amerika dengan sendirinya menjadi mata uang asing, sekalipun Dolar sebenarnya adalah mata uang lokal dari segi pencatatan akuntansinya. Standar ini mengijinkan penggunaan dua metode yang berbeda untuk mengkonversikan laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini Rupiah), berdasarkan mata uang fungsional dari entitas luar negeri. Jika mata uang fungsional adalah Rupiah dengan menggunakan prosedur yang sama dengan menggunakan metode temporal. Jika mata uang fungsionalnya adalah mata uang lokal di wilayah perusahaan anak, maka laporan keuangan perusahaan anak akan dikonversikan ke Rupiah dengan menggunakan metode kurs sekarang. Perusahaan harus dapat memilih metode yang paling tepat untuk menggambarkan kegiatan bisnis luar negeri mereka.

6 Bab II Tinjauan Pustaka 14 Perlakuan Akuntansi Terhadap Selisih Kurs Transaksi Transaksi yang terjadi dalam suatu negara merupakan transaksi lokal yang dinilai dan dicatat dalam mata uang negara tersebut. Transaksi yang dilakukan perusahaan anak Indonesia di Amerika dicatat dalam Dolar Amerika, dan laporan keuangannya juga dinyatakan dalam Dolar. Namun laporan keuangan ini harus dikonversikan ke dalam Rupiah sebelum dilakukan konsolidasi dengan perusahaan induk di Indonesia. Diskusi tentang transaksi mata uang asing mengasumsikan bahwa sudut pandang diambil dari sebuah perusahaan Indonesia yang memiliki mata uang fungsional Rupiah (yang juga menjadi mata uang lokalnya). Pengertian yang mendasar dari transaksi luar negeri dengan transaksi mata uang asing adalah sebagai berikut Beams (2000: 472): Transaksi luar negeri adalah transaksi antarnegara atau antar perusahaan dari negara yang berbeda. Transaksi mata uang asing adalah transaksi dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang selain dari mata uang fungsional suatu entitas. Transaksi luar negeri tidak otomatis merupakan transaksi mata uang asing. Jenis transaksi luar negeri yang paling sering dilakukan adalah ekspor impor barang dan jasa. Transaksi ekspor maupun impor adalah transaksi luar negeri, tetapi mereka bukanlah transaksi mata uang asing kecuali jika nilai tukarnya dinyatakan dalam suatu mata uang asing, yang artinya mata uang selain mata uang fungsional entitas. Penjualan ekspor dari Indonesia kepada perusahaan Amerika merupakan mata uang asing dari sudut pandang perusahaan Indonesia hanya jika pertukaran dinyatakan (ditetapkan) dalam Dolar Amerika. Penjabaran diperlukan jika transaksi dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas, maka penjabaran tidak diperlukan. Menurut Beams (2000: 472) ketentuan yang tercantum dalam PSAK No.10 hanya ditetapkan untuk transaksi mata uang asing dan untuk laporan keuangan mata uang luar negeri. Untuk transaksi mata uang asing selain kontrak berjangka, maka:

7 Bab II Tinjauan Pustaka Pada tanggal transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, penerimaan, pengeluaran, keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi tersebut harus dinilai dan dicatat dalam mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. 2. Pada setiap tanggal neraca, saldo yang tercatat dalam mata uang selain mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs sekarang. 3. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan kedalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia. 4. Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporakan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi. 5. Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan Selisih Kurs Transaksi Selisih kurs transaksi timbul karena terjadi perubahan kurs antara saat suatu transaksi dibukukan dan saat penyelesaian transaksi tersebut. Misalkan saja sebuah perusahaan Indonesia membeli bahan baku dari sebuah perusahaan di Amerika Serikat seharga $1,000 secara kredit saat kurs US Dolar terhadap Rupiah sebesar Rp 9.000,00 transaksi tersebut dibukukan oleh perusahaan Indonesia sebagai berikut: dr. Pembelian Rp ,00 cr. Hutang Dagang Rp ,00 Empat bulan kemudian, ketika perusahaan Indonesia tersebut telah siap untuk menyelesaikan hutang dagangnya, kurs telah berubah menjadi Rp 8.300,00 per US$. Sehingga kini hanya dibutuhkan Rp ,00 untuk melunasi hutang

8 Bab II Tinjauan Pustaka 16 dagangnya. Dengan begitu, maka terdapat transaction gain sebesar Rp ,00. Tentu saja, jika kurs berubah ke arah yang berbeda, katakanlah Rp 9.500,00 per US $1, maka akan terjadi transaction loss sebesar Rp ,00. Menurut Choi & Meek, 2005: 249 terdapat dua pendekatan untuk mencatat penyelesaian transaksi seperti pada transaksi di atas, yaitu perspektif transaksi tunggal dan perspektif dua transaksi. 1. Pendekatan perspektif transaksi tunggal Menurut pendekatan ini, transaksi yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu, selisih kurs yang timbul dipandang sebagai suatu penyesuaian terhadap transaksi dan harus dapat dicerminkan oleh nilai aktiva yang diperoleh. Dengan demikian, penggunaan kurs yang lebih tinggi pada saat penyusunan laporan keuangan atau pada saat penyelesaian transaksi daripada kurs pada tanggal transaksi, akan menimbulkan rugi selisih kurs yang akan didebitkan pada nilai terbawa aktiva. Sebaliknya penggunaan kurs yang lebih rendah pada saat penyusunan laporan keuangan atau pada saat penyelesaian transaksi daripada kurs pada tanggal transaksi, akan menimbulkan laba selisih kurs yang akan dikreditkan pada nilai terbawa aktiva. Dengan begitu pencatatan penyelesaian akhir transaksi diatas adalah sebagai berikut: Apabila kurs berubah dari Rp 9.000,00 menjadi Rp 8.300,00 per US$. dr. Hutang dagang Rp ,00 cr. Kas Rp ,00 cr. Pembelian Rp ,00 Apabila kurs berubah dari Rp 9.000,00 menjadi Rp 9.500,00 per US$. dr. Hutang dagang Rp ,00 dr. Pembelian Rp ,00 cr. Kas Rp ,00 2. Pendekatan perspektif dua transaksi Pendekatan ini memandang perolehan aktiva dan timbulnya kewajiban sebagai dua transaksi berbeda, yang terpisah satu sama lain. Nilai aktiva yang diperoleh senantiasa dicatat dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi.

9 Bab II Tinjauan Pustaka 17 Fluktuasi kurs yang menyebabkan perubahan pada saldo kewajiban akan dinyatakan sebagai suatu laba (gain) atau rugi (loss) yang dicatat pada akun laba atau rugi selisih kurs. Selisih kurs yang timbul dari transaksi yang telah terselesaikan sebelum laporan keuangan disusun (settled transaction) akan dibebankan pada laporan keuangan periode berjalan. Sedangkan pengakuan terhadap selisih kurs yang timbul dari transaksi yang belum terselesaikan pada saat laporan keuangan disusun (unsettled transaction) dapat diperlakukan menurut satu diantara dua alternatif berikut: 1. Selisih kurs dibebankan penuh pada laporan keuangan periode berjalan. Dengan alternatif ini, maka tidak ditemukan perbedaan perlakuan akuntansi terhadap rugi selisih kurs dari settled ataupun unsettled transactions. 2. Selisih kurs ditangguhkan pembebanannya dan diamortisasi sepanjang umur kewajiban yang bersangkutan. Alternatif ini menghindari pengikisan income oleh selisih yang belum terealisasi. Pendekatan two-transaction ini akan mencatat penyerahan kas sebagai penyelesaian transaksi sebagai berikut: Apabila kurs berubah dari Rp 9.000,00 menjadi Rp 8.300,00 per US$. dr. Hutang Dagang Rp ,00 cr. Kas Rp ,00 cr. Penyesuaian Kurs: Gain Rp ,00 Apabila kurs berubah dari Rp 9.000,00 menjadi Rp 9.500,00 per US$. dr. Hutang Dagang Rp ,00 dr. Penyesuaian Kurs: Loss Rp ,00 cr. Kas Rp , Akuntasi Selisih Kurs Transaksi di Indonesia Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan pernyataan No.10 paragraf 14, mengatur Tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing dinyatakan bahwa (2004: 10.5):

10 Bab II Tinjauan Pustaka 18 Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbul dan penyelesaian suatu transaksi berbeda dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika saat timbul dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan mempertimbangkan perubahan kurs untuk masing-masing periode. Paragraf 28 juga menyatakan bahwa (2004: 10.10): Kecuali untuk hal-hal yang dalam paragraf 31 dan 32, selisih penjabaran pos-pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan rugi laba periode berjalan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan pernyataan No.10 paragraf 30 dan 31 tentang pengecualian terhadap perlakuan tersebut diberlakukan pada hal-hal berikut (2004: 10.11): Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter dalam substansinya membentuk bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat pelepasan (disposal) investasi neto dan pada saat harus diakui sebagai pendapatan atau beban. Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai suatu hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalm laporan keuangan perusahaan hingga pada saat pelepasan (disposal) investasi neto, dan pada saat harus diakui sebagai pendapatan atau beban. Suatu perlakuan akuntansi alternatif yang berbeda dari perlakuan yang telah dijelaskan dengan paragraf sebelumnya dapat dibenarkan dalam kondisi tertentu yaitu kondisi dimana telah terjadi suatu depresiasi luar biasa terhadap suatu mata uang sedangkan kebijakan lindung nilai (hedging) tidak mungkin dilakukan, sehingga menimbulkan kewajiban yang tidak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang harus dibayar dalam satuan mata uang asing. Karakteristik

11 Bab II Tinjauan Pustaka 19 pertama dari kondisi yang memungkinkan alternatif perlakuan akuntansi terhadap selisih kurs adalah devaluasi atau depresiasi yang luar biasa. Dalam ISAK No.4 dijelaskan bahwa depresiasi Rupiah terhadap suatu mata uang asing dianggap melampaui batas-batas kewajaran dan merupakan depresiasi luar biasa apabila pada periode tertentu depresiasi Rupiah yang disetahunkan mencapai 133% dari rata-rata depresiasi Rupiah selama tiga tahun takwim terakhir. Sedangkan karakteristik kedua adalah tidak dimungkinkan perlakuan lindung nilai (hedging), perlakuan lindung nilai dikatakan tidak memungkinkan apabila pada periode tertentu ditemui kondisi-kondisi yang menyebabkan lindung nilai menjadi tidak ekonomis dan/ atau tidak praktis dilakukan. Kondisi tersebut adalah (ISAK No.4): 1. Tingkat premi hedging pada periode tertentu sedemikian tinggi sehingga tidak ekonomis untuk melakukan hedging. Tingkat premi hedging dianggap tinggi apabila mencapai 133% selama tiga tahun takwim terakhir. dari rata-rata premi hedging 2. Fasilitas hedging tidak tersedia karena bank tidak dapat menentukan premi hedging sehubungan dengan fluktuasi Rupiah yang tinggi. Selisih kurs yang timbul dalam kondisi khusus sebagaimana yang dijelaskan dalam paragraf-paragraf terdahulu dapat dimasukan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang diperoleh. Dengan demikian, nilai tercatat aktiva akan menunjukan nilai wajar dan bukan lagi nilai historisnya. Namun perlu diperhatikan bahwa nilai tercatat aktiva yang telah disesuaikan tersebut tidak boleh melebihi jumlah terendah antara biaya penggantian (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount recovable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan pernyataan No.10 paragraf 32 pengertian biaya penggantian (2004: 10.11): Biaya penggantian adalah biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk mengganti aktiva dengan aktiva lain yang sejenis dan dalam kondisi yang sama. Sedangkan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah estimasi pembayaran yang akan diterima apabila aktiva itu dijual,

12 Bab II Tinjauan Pustaka 20 atau diestimasi nilai manfaat yang akan diperoleh dari penggunaannya. Alternatif perlakuan akuntansi untuk mengkapitalisasi selisih kurs ke dalam nilai tercatat aktiva yang diperoleh sifatnya adalah pilihan (optional). Artinya dalam kondisi khusus yang telah dijelaskan diatas, perusahaan diperkenankan untuk memilih apakah akan mengkapitalisasikan selisih kurs atau membebankannya pada periode berjalan. Alternatif manapun yang dipilih harus diungkapkan secukupnya. 2.4 Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan dengan prioritas setelah hak klaim pemegang saham berharga lain dipenuhi jika terjadi likuidasi. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal (Tandelilin, 2001: 18) Jenis-jenis Saham Berdasarkan macam saham yang diperjualbelikan sehari-hari dapat dibedakan menurut kriteria-kriteria berikut: 1. Berdasarkan Cara Peralihan Hak a. Saham Atas Tunjuk (Bearer Stock) Sertifikat saham atas tunjuk tidak mencantumkan nama pemiliknya. Dengan demikian, hak kepemilikannya dapat dengan mudah dialihkan kepada orang lain.

13 Bab II Tinjauan Pustaka 21 b. Saham Atas Nama (Registered Stock) Diatas sertifikat atas nama, ditulis nama pemiliknya secara eksplisit. Cara pengalihan haknya harus memenuhi prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan, kemudian nama pemiliknya akan tercatat dalam buku khusus yang memuat daftar nama pemegang saham perusahaan. 2. Berdasarkan Hak Atas Klaim a. Saham Biasa (Common Stock) Saham jenis ini tidak memberikan hak khusus kepada pemiliknya untuk memperoleh prioritas utama dalam pembagian dividen maupun hasil likuidasi perusahaan. Pemilik saham biasa akan memperoleh haknya setelah klaim dari kreditur dan pemegang saham preferen diselesaikan. Walaupun begitu pemegang saham biasa ini mempunyai kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham mempunyai hak suara (voting right) untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham. Hak ini disebut juga hak kontrol (Tandelilin, 2001: 18). Selain itu pemegang saham biasa ini juga mempunyai hak preemptive, yaitu hak untuk mendapatkan prosentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai (Jogiyanto, 2003: 74). b. Saham Preferen (Preffered Stock) Saham preferen adalah saham yang mempuyai kombinasi karkteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa (Jogiyanto, 2003: 67). Pemegang saham preferen akan mendapat hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban pemegang obligasi dan hutang (sebelum pemegang saham biasa mendapatkan haknya). Perbedaan dengan saham biasa adalah bahwa

14 Bab II Tinjauan Pustaka 22 saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa (Tandelilin, 2001: 18). Besarnya dividen yang akan diterima oleh pemegang saham preferen pada suatu periode dinyatakan sebagai jumlah unit moneter tertentu atau sebagai suatu presentase dari nilai parinya Nilai Saham dan Analisis Harga Saham Nilai Saham Secara garis besar terdapat tiga nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai instrinsik (intrinsic value) (Jogiyanto, 2003: 79). 1. Nilai Buku (Book Value) Nilai buku merupakan nilai saham pembukuan perusahaan emiten. Untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan diantaranya: a. Nilai nominal (par value) Merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ini berupa modal per lembar saham yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. Kadang kala suatu saham tidak mempunyai nilai nominal (no-par value stock). Untuk saham seperti ini dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri (stated value) per lembarnya. Jika tidak ada nilai yang ditetapkan, maka dianggap sebagai modal secara hukum adalah pada waktu pengeluaran saham yang bersangkutan. b. Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) Yaitu merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. Agio saham ditampilkan di neraca dalam nilai total yaitu agio per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dijual.

15 Bab II Tinjauan Pustaka 23 c. Nilai modal disetor (paid in capital) Merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan total nilai nominal ditambah dengan agio saham. d. Laba ditahan (retained earnings) Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di neraca menambah total laba yang disetor. Karena laba ditahan ini milik pemegang saham yang berupa keuntungan yang tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik saham di neraca. 2. Nilai Pasar (Market Value) Berbeda dengan nilai buku, nilai pasar merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang bersangkutan di pasar bursa. 3. Nilai Instrinsik (Iintrinsic Value/ Fundamental Value) Merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya atas suatu saham adalah analisis fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical analysis) Analisis Harga Saham Tujuan dari investasi adalah keuntungan, potensi keuntungan dari dividen yang didapat dari investasi saham adalah dividen dan capital gains, keuntungan dari didapat karena kinerja perusahaan, sedangkan keuntungan dari capital gains didapat dari pergerakan saham yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada dua metode yang digunakan investor dalam menganalisis harga pasar saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

16 Bab II Tinjauan Pustaka Analisis fundamental Pendekatan fundamental adalah pendekatan untuk menganalisis suatu saham dengan berdasarkan pada data perusahaan seperti earning, dividen, penjualan dan lainnya (Tandelilin, 2001: 200). Analisis fundamental mempelajari brosur atau data-data industrri perusahaan, aktualisasi penjualan, kekayaan, pendapatan, penyerapan pasar, dan evaluasi manajemen perusahaan. Data-data ini akan dibandingkan dengan data-data lain dari perusahaan yang sejenis. Sehingga dapat diperkirakan nilai instrinsik dari suatu perusahaan. Dalam melaksanakan analisis data, analis akan memperoleh dan mengikhtisarkan informasi-informasi yang tersedia ke dalam bentuk rasio. Beberapa rasio keuangan yang umum digunakan dalam melaksanakan analisis fundamental adalah efficiency ratio, price earning ratio, dividen yield, net assets value, dan price to book value ratio. Dalam penentuan nilai instrinsik saham berdasarkan analisis fundamental digunakan dua pendekatan, yaitu (1) pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan (2) pendekatan ratio harga tehadap earning (Price Earning Ratio/ PER) (Tandelilin, 2001: 184). Pendekatan nilai sekarang dilakukan dengan menghitung seluruh aliran kas yang akan diterima pemegang saham dari suatu saham di masa datang, dan kemudian didiskonto dengan tingkat bunga diskonto (biasanya sebesar tingkat return yang disyaratkan). Sedangkan pendekatan PER dalam penentuan nilai suatu saham dilakukan dengan menghitung berapa Rupiah uang yang diinvestasikan kedalam suatu saham untuk memperoleh satu Rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut. Dari analisis yang telah dilakukan, akan diketahui apakah suatu saham mengalami mispriced. Jika saham mengalami undervalued dimana harga saham telah melebihi nilai instrinsiknya, maka saham itu layak jual. Anlisis fundmental ini banyak digunakan oleh akademisi (Jogiyanto, 2003: 89). 2. Analisis teknikal Analisis teknikal merupakan pendekatan untuk mencari pola pergerakan harga saham yang bisa dipakai untuk meramalkan pergerakan

17 Bab II Tinjauan Pustaka 25 saham di kemudian hari (Tandelilin, 2001: 200). Keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada data-data pasar dimasa lalu (seperti harga saham dan volume penjualan saham), sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa datang. Levy (1966) seperti yang telah dikutip oleh Tandelilin (2001: 248) mengemukakan beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut diatas: 1. Nilai pasar, barang, dan jasa ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran. 2. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional. Faktor-faktor tersebut meliputi berbagai variabel ekonomi dan variabel fundamental serta faktorfaktor seperti opini yang beredar, mood investor, dan ramalan-ramalan investor. 3. Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif panjang. 4. Trend perubahan dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan permintaan dan penawaran. Hubungan-hubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi. Metode analisis teknikal ini mendasarkan analisisnya dengan mempelajari grafik trend harga saham dan indikator-indikator pasar saham lainya. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang memadai mengenai pola pergerakan harga saham beserta tekanan penawaran dan permintaan akan saham, sehingga dapat membuat prediksi harga saham di masa yang akan datang. Analisis teknikal ini banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham (Jogiyanto, 2003: 89) Saham Dalam Struktur Ekuitas Perusahaan Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa ekuitas perusahaan dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu investasi oleh para pemilik dan hasil usaha perusahaan (PSAK No. 21 par 03).

18 Bab II Tinjauan Pustaka 26 Tiga kategori yang merupakan bagian dari ekuitas pemilik/ perusahaan (stockholders equity) adalah: (1) capital stock (modal saham), (2) additional paid-in capital (tambahan modal disetor), dan (3) retained earnings (laba ditahan). Dua kategori pertama, capital stock dan additional paid-in capital, menyatakan modal disetor (contributed or paid-in capital) sedangkan laba ditahan (retained earnings) menyatakan modal dari hasil operasi perusahaan (earned capital) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Pasar Saham Harga pasar saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif, antara lain pengaruh peraturan pedagangan saham, ketat tidaknya pengawasan atas pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal dan lain sebagainya. 1. Penawaran dan Permintaan Harga pasar saham akan terbentuk melalui jumlah penawaran dan permintaan terhadap suatu saham. Jumlah permintaan dan penawaran akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika penawaran lebih besar dari jumlah permintan, pada umumnya harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu saham, maka harga akan cenderung naik. 2. Perilaku Investor Para investor yang masuk ke pasar modal berasal dari bermacam kalangan masyarakat dan dengan berbagai tujuan. Jika ditinjau dari segi tujuannya, maka investor dapat dikelompokan kedalam empat kelompok, yaitu: a. Investor yang bertujuan memperoleh dividen. Kelompok ini mengincar perusahaan-perusahaan yang sudah stabil. Keadaan perusahaan yang demikian menjamin kepastian adanya keuntungan yang relatif stabil. Harapan utama kelompok ini adalah untuk memperoleh dividen lebih penting dari pada keuntungan untuk memperoleh capital gain.

19 Bab II Tinjauan Pustaka 27 b. Investor yang bertujuan berdagang. Harga saham-saham di bursa tidak tetap, dapat bergerak naik atau turun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Perubahan ini menarik bagi kalangan investor yang bertujuan untuk berdagang. Kelompok ini membeli saham dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih positif harga beli dan harga jual. Pendapatan mereka bersumber dari jual beli saham tersebut. c. Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan saham perusahaan. Bagi kelompok ini yang penting adalah ikut sertanya mereka sebagai pemilik perusahaan. Investor ini cenderung memilih saham perusahaan yang sudah punya nama baik. Perubahan-perubahan harga saham yang kurang berarti tidak membuat mereka gelisah untuk menjualnya. Kelompok ini tidak aktif dalam perdagangan bursa. d. Kelompok spekulator. Kelompok ini lebih menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang dengan baik. Pada umumnya pada setiap kegiatan pasar modal, spekulator mempunyai peran untuk menentukan aktivitas pasar modal sekaligus meningkatkan likuiditas saham. Sedangkan perilaku investor berdasarkan tingkat kecanggihannya dalam menerima dan memanfaatkan informasi yang tersedia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Naive investor Yaitu kelompok investor yang lugu dan buta informasi. Kelompok ini tidak mampu menafsirkan dan memanfaatkan informasi yang tersedia untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasinya. 2. Sophisticated investor Yaitu kelompok investor yang telah canggih dalam memanfaatkan informasi yang tersedia. Kelompok ini telah mengetahui berbagai jenis informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan investasinya.

20 Bab II Tinjauan Pustaka Bursa Efek Jakarta Pasar Modal dan Bursa Efek Perusahaan yang ingin mendapatkan atau menambah modal usahanya tentu harus mencarinya melalui sumber-sumber penawaran modal yang tersedia. Sumber penawaran modal tersebut menurut asalnya dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Sumber penawaran modal eksternal yang utama berasal dari supplier, bank dan pasar modal. Bagi perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal (Jogiyanto, 2003: 15). Pada dasarnya pasar modal dan bursa efek merupakan dua hal yang berbeda, meskipun sebagian orang sering menganggap kedua hal itu sebagai hal yang sama. Berikut ini definisi pasar modal menurut Suad Husnan (2001: 3) Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authority, maupun perusahaan swasta. Sedangkan bursa efek adalah suatu organisasi yang menyelenggarakan pasar untuk memperdagangkan saham dimana terdapat peraturan yang ketat untuk masuk kedalamnya. Definisi bursa efek dan pasar modal dalam Undang-Undang Republik Indonesia N0. 8 tahun 1995 tentang pasar modal: Bab I Pasal 1 No. 4: Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Bab I Pasal 1 No. 13: Pasar modal kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

21 Bab II Tinjauan Pustaka Mekanisme Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta Sistem Perdagangan Bursa Efek Jakarta Perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) terpusat di lantai perdagangan di Jakarta Stock Exchange Building, Jln. Jendral Sudirman Kav , Jakarta Hingga saat ini, instrumen-instrumen yang diperdagangkan di BEJ adalah: saham, bukti right, waran, obligasi, dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei 1995, sistem perdagangan di BEJ sudah mengunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern di dunia ini disebut the Jakarta Automated Trading System (JATS). Sedangkan kegiatan administrasi dan manajemen BEJ terpusat di lantai 4 gedung yang sama. Bursa Efek Jakarta menganut sistem order-driven market atau pasar yang digerakan oleh order-order dari pialang dengan sistem lelang secara terus menerus. Pembeli dan penjual, yang hendak melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang. Perusahaan pialang membeli dan menjual efek di lantai bursa atas perintah atau permitaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan pialang juga dapat melakukan jual beli efek untuk dan atas nama perusahan itu sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio mereka. Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan memasukan semua order yang diterima ke terminal masing-masing di lantai bursa. Orangorang yang bertindak untuk perusahaan pialang tersebut disebut Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE). Dengan menggunakan JATS, order-order tersebut diolah oleh komputer yang akan melakukan matching dengan mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan demikian sistem perdagangan di BEJ adalah sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang harus dimasukan kedalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa. Namun, saat ini BEJ sudah mulai menerapkan akses jarak jauh atau remote access untuk JATS sehingga seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta.

22 Bab II Tinjauan Pustaka Remote Trading Remote Trading adalah sistem perdagangan jarak jauh yang dapat dilakukan oleh anggota bursa dari kantor anggota bursa masing-masing dimana setiap order langsung dikirim ke sistem perdagangan Bursa Efek Jakatra (Jakarta Automated Trading System) tanpa perlu memasukan order melalui lantai bursa. Sistem Remote Trading akan diterapkan BEJ adalah perdagangan jarak jauh dengan host to host routing interface system dimana BEJ menyediakan aplikasi interface bagi anggota burs. Aplikasi ini akan menghubungkan BOFIS anggota bursa dengan sistem perdagangan BEJ. Anggota bursa harus memiliki BOFIS (Brokerage Office Information Sistem) yang bisa dihubungkan dengan JATS melalui jaringan komunikasi WAN/ Wide Area Network di luar gedung bursa. Apapun model atau sistem BOFIS yang digunakan anggota bursa, dapat berhubungan dengan aplikasi tersebut. Dalam sistem Remote Trading, fungsi eksekusi order yang dilaksanakan oleh floor trader akan tetap ada, bedanya hanya tempat memasukan order yaitu dilakukan di komputer anggota bursa. Untuk menjalankan fungsi ini diperlukan ijin sebagai Wakil Perantara Efek (WPPE) yang notabene ijinnya dikantongi oleh floor trader. Dalam pelaksanaanya nanti, WPPE bertanggung jawab terhadap pengesahan transaksi sebelum diterima oleh Trader Engine di BEJ. Sebagai gambaran, setiap transaksi yang akan dikirim oleh Trading Engine BEJ harus divalidasi terlebih dahulu. Demi keamanan dan tanggung jawab pelaksanaan transaksi, user-id WPPE harus terlebih dahulu didaftarkan di sistem perdagangan di BEJ (JATS), sehingga fungsi WPPE masih tetap diperlukan Auto Rejection PT BEJ mulai November 2001 menerapkan sistem auto rejection atau sistem yang membatasi harga penawaran tertinggi atau terendah atas saham yang dimasukan ke Jakarta Automatic Trading System (JATS). Sistem ini dapat didefinisikan sebagai sistem otomatisasi menolak order atau penawaran beli dan/ jual yang melebihi parameter.

23 Bab II Tinjauan Pustaka 31 BEJ perlu menerapkan sistem auto rejection untuk menjaga terlaksananya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Penerapan auto rejection secara umum dan corporation action dilakukan berdasarkan kelompok harga dan penentuan batas parameter rejection mengacu pada harga terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya. Kelompok harga dan besaran prosentase yang ditetapkan dalam auto rejection sebagai berikut: 1. Rentang harga Rp 100,00 : 50% 2. Rentang harga di atas Rp 100,00 sampai dengan Rp 500,00 : 35% 3. Rentang harga di atas Rp 500,00 sampai dengan Rp 2.500,00 : 30% 4. Rentang harga di atas Rp 2.500,00 sampai dengan Rp 5.000,00 :25% 5. Rentang harga di atas Rp 5.000,00 :20% Penerapan auto rejection sesuai dengan kelompok harga tersebut untuk perdaganagan saham hasil penawaran umum pertama kalinya (IPO) di bursa ditetapkan sebesar 2 (dua) kali dari prosentase batasan auto rejection secara umum dan corporate action sebagaimana disebut di atas. Berikut ini rincian ketentuan mengenai auto rejection: 1. Dalam pelaaksanaa perdagangan saham di pasar reguler dan pasar tunai, maka JATS secara otomatis akan melakukan penolakan terhadap harga penawaran jual atau beli saham yang dimasukan ke JATS (auto rejection) apabila: a. harga penawaran yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dahulu lebih dari 50% diatas atau dibawah harga terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya, untuk saham dengan harga terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga Rp 100,00 (seratus Rupiah); b. harga penawaran yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 35% diatas atau dibawah harga terakhir terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya, untuk saham dengan harga terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam

24 Bab II Tinjauan Pustaka 32 rentang harga di atas Rp 100,00 (seratus Rupiah) sampai dengan Rp 500,00 (lima ratus Rupiah); c. harga penawaran yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 30% diatas atau dibawah harga terakhir terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya, untuk saham dengan harga terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga di atas Rp 500,00 (lima ratus Rupiah) sampai dengan Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus Rupiah); d. harga penawaran yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 25% diatas atau dibawah harga terakhir terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya, untuk saham dengan harga terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga di atas Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus Rupiah) sampai dengan Rp 5.000,00 (lima ribu Rupiah); e. harga penawaran yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 20% diatas atau dibawah harga terakhir terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya, untuk saham dengan harga terakhir di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga di atas Rp 5.000,00 (lima ribu Rupiah). 2. Dalam hal perusahaan tercatat melakukan corporation action, maka dalam pelaksanaan perdagangan saham di pasar tunai selama 4 (empat) hari bursa berturut-turut setelah berakhirnya perdagangan saham memuat hak (cum) di pasar reguler, JATS secara otomatis melakukan penolakan terhadap penawaran jual atau penawaran beli saham yang dimasukan ke JATS (auto rejection) apabila: a. harga penawaran atas saham yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 50% diatas atau dibawah harga terakhir di pasar tunai pada hari bursa sebelumnya, untuk saham yang sama pada hari terakhirnya di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga Rp 100,00 (seratus Rupiah);

25 Bab II Tinjauan Pustaka 33 b. harga penawaran atas saham yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 35% diatas atau dibawah harga terakhir di pasar tunai pada hari bursa sebelumnya, untuk saham yang sama pada hari terakhirnya di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga diatas Rp 100,00 (seratus Rupiah) sampai dengan Rp 500,00 (lima ratus Rupiah); c. harga penawaran atas saham yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 30% diatas atau dibawah harga terakhir di pasar tunai pada hari bursa sebelumnya, untuk saham yang sama pada hari terakhirnya di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga di atas Rp 500,00 (lima ratus Rupiah) sampai dengan Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus Rupiah); d. harga penawaran atas saham yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 25% diatas atau dibawah harga terakhir di pasar tunai pada hari bursa sebelumnya, untuk saham yang sama pada hari terakhirnya di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga di atas Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus Rupiah) sampai dengan Rp 5.000,00 (lima ribu Rupiah); e. harga penawaran atas saham yang dimasukan ke JATS tersebut lebih dari 20% diatas atau dibawah harga terakhir di pasar tunai pada hari bursa sebelumnya, untuk saham yang sama pada hari terakhirnya di pasar reguler pada hari bursa sebelumnya berada dalam rentang harga di atas Rp 5.000,00 (lima ribu Rupiah).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan, dan

Lebih terperinci

S A H A M. Pertemuan 3

S A H A M. Pertemuan 3 1 Pertemuan 3 S A H A M Suatu perusahaan menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika suatu perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, maka saham itu disebut saham biasa (common

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING

KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING MODUL 9 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I Afrizon KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING LATAR BELAKANG LAHIRNYA KETENTUAN AKUNTANSI UNTUK KEGIATAN BISNIS INTERNASIONAL Standar akuntansi untuk bisnis luar negeri

Lebih terperinci

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sebab krisis ekonomi Indonesia yang berkepanjangan adalah tidak stabilnya nilai kurs rupiah. Nilai kurs merupakan salah satu indikator perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Aliran kas menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 paragraf 05 adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas. Menurut Kieso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dimana para investor bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

Perseroan : Organisasi dan Operasi

Perseroan : Organisasi dan Operasi Perseroan : Organisasi dan Operasi Karakteristik Perseroan Perseroan yaitu badan hukum yang terpisah. Perseroan dapat : 1. Mengambil, memiliki dan mengeluarkan suatu harta atas nama perseroan tadi 2. Menanggung

Lebih terperinci

MEKANISME PERDAGANGAN BEJ Source: PT. Bursa Efek Jakarta (www.jsx.co.id)

MEKANISME PERDAGANGAN BEJ Source: PT. Bursa Efek Jakarta (www.jsx.co.id) MEKANISME PERDAGANGAN BEJ Source: PT. Bursa Efek Jakarta (www.jsx.co.id) Sistem Perdagangan Bursa Efek Jakarta Perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) terpusat di lantai perdagangan di Jakarta Stock Exchange

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Pasar modal di Indonesia merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 Peraturan Nomor VIII.G.7 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan diterbitkan oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arus globalisasi sekarang ini, setiap individu ataupun keluarga pasti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arus globalisasi sekarang ini, setiap individu ataupun keluarga pasti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam arus globalisasi sekarang ini, setiap individu ataupun keluarga pasti menginginkan untuk hidup berkecukupan atau bisa disebut kaya dalam arti finansial.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Dalam Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan terdapat kebijakan akuntansi perusahaan yang diterapkan terhadap seluruh transaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

PENILAIAN SAHAM. Nilai nominal Nilai nominal adalah nilai per lembar saham yang berkaitan dengan hukum. Nilai yang tercantum dalam lembar saham.

PENILAIAN SAHAM. Nilai nominal Nilai nominal adalah nilai per lembar saham yang berkaitan dengan hukum. Nilai yang tercantum dalam lembar saham. PENILAIAN SAHAM Tujuan penilaian saham Saham adalah aset finansial yang dapat dijadikan investasi Penilaian saham dilakukan untuk menentukan apakah saham yang akan dibeli/ jual akan memberikan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah adanya deregulasi dalam pasar modal dan situasi kebijakan uang ketat yang mulai berlaku pada tahun 1991, banyak perusahaan melakukan go public

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana. Pasar modal merupakan mediator antara pihak yang kelebihan dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 3.1.1 Hubungan Antar Variabel 3.1.1.1 Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan Melemahnya nilai

Lebih terperinci

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity)

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity) PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity) Akuntansi Ekuitas 9. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa seingga memberikan informasi mengenai sumbernya

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yangmenyangkut valuta asing dalam dua cara. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

SAHAM. Oleh: Ani Hidayati

SAHAM. Oleh: Ani Hidayati SAHAM Oleh: Ani Hidayati Pendahuluan Saham Biasa (common stock) >>> jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham Saham Preferen (preferred stock) >>> jika perusahaan mengeluarkan kelas lain dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Dividen a. Pengertian Menurut Dyckman et al (2001:439) dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan

Lebih terperinci

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTUS Prospektus merupakan informasi atau dokumen penting dalam proses penawaran umum, baik saham maupun obligasi. Dalam prospektus terdapat banyak informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Dan Harga Saham 2.1.1.1 Saham Saham merupakan surat berharga jangka panjang yang diterbitkan perusahaan (emiten) ke publik untuk diperjualbelikan

Lebih terperinci

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1 AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1 Pada saat perusahaan multinasional Indonesia menyusun laporan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pasar Modal Indonesia a. Pengertian Pasar Modal Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ekuitas Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan undang-undang, mempunyai eksistensi yang terpisah dari para pemiliknya dan dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas ini

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap manusia melangsungkan hidupnya dengan mencari nafkah untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas ini berbenturan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memperoleh sejumlah keuntungan di massa yang akan datang.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memperoleh sejumlah keuntungan di massa yang akan datang. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi 1. Pengertian Investasi Menurut Tandelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Gambaran tentang perkembangan finansial dari suatu perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

Lebih terperinci

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA BAB II TIMJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran arus instrumen keuangan jangka panjang, umumnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign BAB II URAIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign Exchange Exposure pada Bank-Bank yang Go Public di Bursa Efek Jakarta menunjukkan adanya foreign

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara, yaitu melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham. Untuk mengetahui laba yang diperoleh perusahaan dengan menghitung Laba Per Lembar saham (Earning Per Share)/EPS. EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH CURRENT RATIO

PENGARUH CURRENT RATIO PENGARUH CURRENT RATIO, EARNINGS PER SHARE DAN RASIO PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 2014 AHSAN ARYA GUNA NPM: 141090292 Mahasiswa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 554/BL/2010 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara sederhana, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Secara sederhana, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara sederhana, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu asset atau lebih, selama periode tertentu dengan harapan dapat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian saham Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal. Saham juga merupakan sekuritas

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Konsep dan Transaksi mata uang asing. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. TEORI-TEORI 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Khasmir (2009:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu:

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu: merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah perusahaan. d. Laporan Arus Kas Arus Kas Aktual, yang berlawanan dengan laba bersih akuntansi, yang dihasilkan oleh perusahaan selama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PUSTAKA. antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang memiliki modal.

BAB II LANDASAN PUSTAKA. antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang memiliki modal. BAB II LANDASAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pasar Modal Pasar modal pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang mempertemukan antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang memiliki modal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Laporan Arus Kas 2.1.1Pengertian dan Tujuan Arus Kas Di dalam melakukan kegiatan usaha, suatu perusahaan memerlukan kas untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ekonomi saat ini, banyak perusahaan yang melakukan penggabungan perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan keuntungan mereka. Penggabungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, publik ( autoritas ) maupun perusahaan swasta. Pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, publik ( autoritas ) maupun perusahaan swasta. Pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep-Konsep Dasar 2.1.1 Pasar Modal. Menurut Suad Husnan ( 1999 ) pasar modal didefinisikan sebagai suatu pasar untuk berbagai instrumen keuangan ( sekuritas ) jangka panjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Landasan Teori a. Teori Signal Menurut Wolk, et al. (2001) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Tandelilin (2001) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

Corporation: Organization and Capital Stock Transactions

Corporation: Organization and Capital Stock Transactions Corporation: Organization and Capital Stock Transactions Tujuan Pembelajaran 1. Mengenal karakteristik-karakteristik utama Perseroan Terbatas 2. Membedakan Modal disetor dan saldo laba 3. Mencatat penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pasar modal merupakan tempat diperjual belikanya berbagai instrument

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pasar modal merupakan tempat diperjual belikanya berbagai instrument BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana atau tambahan modal adalah melalui pasar modal. Menurut Tjiptono dan Hendy (2011: 1) Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi Husnan (2000).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi Husnan (2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham menurut Anoraga (2006:57) didefinisikan sebagai surat berharga atas bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi

Lebih terperinci

Total Ekuitas Nilai buku per lbr saham = Jumlah Saham Beredar

Total Ekuitas Nilai buku per lbr saham = Jumlah Saham Beredar PENILAIAN SAHAM Saham adalah bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan Jenis saham : 1. Saham biasa (common stock) 2. Saham preferen Karakteristik Saham Preferen: a. Hak preferen terhadap deviden: hak menerima

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD Oleh: Genio Atyanto Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 P / +62 21 2965 1262 SCBD, Jakarta 12190, indonesia

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Saham Seorang investor perlu melakukan analisis terlebih dahulu terhadap sahamsaham yang akan dipilihnya guna memprediksi apakah saham tersebut

Lebih terperinci

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr Pasar Modal A. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana-dana jangka panjang dalam bentuk jual-beli surat berharga. B. PRODUK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha. Hanya negara yang bisa bersainglah yang akan menguasai

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam bentuk aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam bentuk aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan dipasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dalam bentuk aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan dipasar modal (capital market) merupakan salah satu bentuk investasi yang banyak diminati oleh para

Lebih terperinci