KAJIAN PENDIDIKAN TINGGI : MAU DIBAWA KEMANA PENDIDIKAN TINGGI KITA? #SOMASIMENRSITEKDIKTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENDIDIKAN TINGGI : MAU DIBAWA KEMANA PENDIDIKAN TINGGI KITA? #SOMASIMENRSITEKDIKTI"

Transkripsi

1 Page 1 KAJIAN PENDIDIKAN TINGGI : MAU DIBAWA KEMANA PENDIDIKAN TINGGI KITA? #SOMASIMENRSITEKDIKTI Disusun oleh : Koordinator Isu Pendidikan BEM SI Koordinator Isu Pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia Surakarta 2016

2 Page 2 Kata Pengantar #1 Dibuat oleh Koordinator Pusat BEM SI

3 Page 3 Daftar Isi Halaman Depan... 1 Kata #1... Pengantar 2 Daftar Isi.. 3 Eksekutif Resume 4 BAB 1: Pendahuluan... 6 BAB 2: Hasil 9 Kajian A. Kajian Anggaran 10 Pendidikan... B. Kajian Bantuan Operasional Pendidikan 21 Tinggi.. C. Kajian Uang Kuliah 30 Tunggal... D. Kajian Beasiswa BBP-PPA & 45 PPA. E. Kajian Perguruan Tinggi Berbadan Hukum 55 BAB 3: Kesimpulan & Tuntutan. 63 Daftar Pustaka. 65

4 Page 4 EKSEKUTIF RESUME Dunia pendidikan di Indonesia sampai saat tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan. Khusunya di pendidikan tinggi terdapat beberapa permasalahan yang sangat krusial sehingga menyangkut hajat para civitas akademika di perguruan tinggi. Beragam permasalahan tersebut seperti menurunnya anggaran pendidikan tinggi dari tahun 2015 ke 2016, tetapnya angka BOPTN ditengah-tengah bertambahnya jumlah PTN, ditiadakannya beasiswa BBP-PPA & PPA, rencana naiknya UKT yang di legalkan oleh Menristekdikti, sampai isu komersialisasi dan liberalisasi pendidikan dengan yang dilegalkan atas nama PTNBH. Pendidikan telah diamanatkan dengan jelas di Pembukaan UUD 1945 & pasal 31 UUD1945 beserta perundang-undangan lainnya yang merupakan turunan dari UUD Namun pada prakteknya berbagai macam perundang-undangan dan kebijakan dibuat tidak sebagaimana mestinya, salah satu yang masih hangat adalah di hapuskannya UU No.9 tahun 2008 mengenai BHP oleh Mahkamah Konstitusi melalui Judicial Review. Selanjutnya, Anggaran Pendidikan Tinggi di Indonesia untuk pertama kalinya sejak 5 tahun terakhir mengalami penurunan pada tahun Penurunan kurang lebih sebesar 3 Triliun akibat dampak pengalihan fokus pemerintah ke sektor pembangunan infrastruktur membuat beragam dampak dan masalah baru di dunia pendidikan tinggi, seperti tetapnya anggaran BOPTN, dihilangkannya beberapa beasiswa bagi mahasiswa dan dosen serta rencana naiknya UKT sebagai kompensasi atas kurangnya anggaran pendidikan tinggi didalam APBN tahun 2016.

5 Page 5 BOPTN di tahun 2016 diusulkan turun oleh Kemenristekdikti dari 4,5 Triliun menjadi 3,7 Triliun, walaupun pada akhirnya jumlah anggaran untuk BOPTN tetap 4,5 Triliun di tahun 2016 ini. Namun sayangnya jumlah BOPTN yang tetap ternyata tidak memperhatikan faktor bertambahnya jumlah PTN baru di Indonesia, sehingga sekali lagi banyak PTN yang harus rela berbagi dan BOPTN di masing-masing perguruan tinggi harus berkurang sehingga menambah beban operasional yang ditanggung oleh masing-masing perguruan tinggi. Lalu dampak dari anggaran pendidikan dan BOPTN yang menurun menyebabkan munculnya rencana kenaikan UKT yang dilegalisasi oleh Menristekdikti melalui Surat Edaran Dirjen Dikti nomor 800/A.A1/KU/2016 tanggal 26 Februari 2016 kepada masing-masing PTN untuk menaikan UKT. Belum selesai sampai disana, UKT yang sudah mulai diterapkan sejak tahun 2012 ternyata masih menimbulkan berbagai macam permasalahan dalam pelaksanaanya seperti tidak adanya transparansi UKT, tidak jelasnya penggolongan UKT, dan yang terakhir dilegalkannya pungutan lain selain UKT didalam permenristekdikti no.22 tahun Selanjutnya anggaran pendidikan juga berdampak pada dihilangkannya anggaran untuk beasiswa BBP-PPA & PPA yang sudah membantu sebanyak mahasiswa berprestasi dan tidak mampu namun berprestasi. Terakhir, isu komersialisasi dan liberalisasi pendidikan yang dapat dilihat dari usaha pemerintah untuk membuat suatu perguruan tinggi menjadi berbadan hukum, mulai dari status Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Hukum Pendidikan (BHP), sampai yang terakhir adalah Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH). Cara yang digunakan untuk melakukan Komersialisasi dan liberalisasi kampus semakin cerdik, di UU BHP yang sudah dinyatakan tidak berlaku, pemerintah lepas tangan sepenuhnya terhadap pendidikan mulai dari pendidikan rendah-menengah-tinggi. Setelah BHP gagal, langkah yang dilakukan yaitu dengan memberikan otonomi bagi kampus namun tetap mensubsidi kampus yang sudah PTNBH ditambah dengan embel-embel menuju World Class University. Berangkat dari 5 isu yang urgen dan krusial mengenai pendidikan tersebutlah maka dibuat kajian ini beserta 10 tuntutan yang di arahkan kepada para stakeholder Pendidikan Tinggi khususnya kepada Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang dirasa paling bertanggung jawab terhadap permasalahan Pendidikan Tinggi di Indonesia.

6 Page 6 BAB 1 PENDAHULUAN Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan tertinggi yang harus dilalui oleh setiap manusia untuk mendapatkan gelar diploma, sarjana, doktor sampai dengan professor. Pendidikan tinggi mempunyai fungsi dan peranan penting dalam membangun sebuah peradaban suatu bangsa, karena pendidikan tinggi merupakan sebuah kawah candradimuka dimana mahasiswamahasiswa di tempa dan dibentuk serta dibekali oleh ilmu pengetahuan agar siap terjun ke masyarakat dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dengan keilmuannya tersebut. Pendidikan tinggi mempunyai 3 pedoman dasar yang harus dipegang oleh setiap insan civitas akademika, 3 pedoman dasar tersebut adalah tridharma perguruan tinggi yang terdiri dari Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Pedoman inilah yang menjadi kan pendidikan tinggi berbeda dengan pendidikan ditingkat dibawahnya seperti SD, SMP, dan SMA, karena di pendidikan tinggi, seluruh civitas akademika tidak hanya dituntut untuk melaksanakan pendidikan, namun ada juga penelitian dan pengabdian masyarkat sehingga dampak dari perguruan tinggi diharapkan besar terhadap masyarakat. Pengaturan terhadap pendidikan tinggi sudah diatur mulai dari Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, Pasal 31 UUD 1945, lalu UU Sisdiknas, dan yang paling baru adalah UU no.12 tahun 2012 mengenai Pendidikan Tinggi beserta peraturan-peraturan turunan lainnya yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai pendidikan tinggi.

7 Page 7 Namun sayangnya, pengaturan terhadap pendidikan tinggi yang dibuat oleh pemerintah seringkali menimbulkan banyak permasalahan terhadap keberjalanannya pendidikan tinggi itu sendiri, dapat dilihat berbagai macam permasalahan salah satunya adalah mekanisme pembayaran uang kuliah dari yang dulunya menggunakan sistem SPP namun sejak 2012 menjadi UKT yaitu Uang Kuliah Tunggal. Perubahan terhadap UKT menimbulkan banyak pro dan kontra, dan sudah tentu dapat diketahui bersama bahwa sudah 4 tahun sejak dilaksanakannya sistem UKT, sistem ini ternyata masih memiliki banyak sekali permasalahan yang tidak kunjung selesai seperti penggolongan, transparansi, kenaikan nilai UKT tiap tahunnya, sampai pengumutan uang selain UKT seperti sumbangan pengembangan institusi (SPI) yang dilegalkan langsung melalui peraturan menteri. Permasalahan pendidikan tinggi semakin bertambah pelik tatkala melihat jumlah anggaran untuk pendidikan tinggi yang semakin tahun semakin berkurang jumlahnya, belum lagi anggaran untuk BOPTN yang diusulkan dalam APBN ternyata diusulkan turun oleh Menristekdikti padahal jumlah perguruan tinggi negeri semakin bertambah. Pengurangan terhadap BOPTN akan memunculkan dampak terhadap kenaikan UKT karena operasional perguruan tinggi semakin membengkak ditengah-tengah laju inflasi Indonesia yang cukup tinggi. Penurunan jumlah anggaran pendidikan tinggi juga tentu berdampak pada pemotongan program salah satunya adalah beasiswa BBP-PPA dan PPA yang kemungkinan besar ditahun ini tidak ada, walaupun sedang diajukan didalam APBN-P. tidak adanya beasiswa BBP-PPA & PPA yang telah membantu Mahasiswa baik PTN maupun PTS disertai kenaikan UKT tentu menjadi ironi tersendiri bagi dunia pendidikan tinggi. Lalu kemana tanggung jawab pemerintah yang telah mengamanatkan pemberian beasiswa terhadap mahasiswa berprestasi dan mahasiswa tidak mampu namun berprestasi? apakah pemerintah lebih suka lepas tanggung jawab terhadap dunia pendidikan tinggi dan lebih memilih membangun infrastruktur seperti tol laut dan kereta cepat yang mana pekerjanya didatangkan dari negara asing? Selanjutnya masih ada juga permaslahan mengenai rencana komersialisasi dan liberalisasi pendidikan tinggi yang telah dilakukan pemerintah dengan beragam macam usahanya seperti membuat status BHMN (Badan Hukum Milik Negara) di awal tahun 2000, lalu diubah menjadi BHP (Badan Hukum Pendidikan) melalui UU no.9 tahun 2008 mengenai BHP. Setelah UU BHP di Judicial Review dan dinyatakan tidak berlaku lagi karena bertentangan dengan

8 Page 8 konstitusi ternyata tidak menyurutkan langkah pemerintah untuk membuat sebuah status badan hukum baru bagi perguruan tinggi yaitu dengan cara memasukkan pasal PTNBH di salah satu pasal didalam UU No.12 tahun 2012 mengenai Pendidikan Tinggi. Agar PTNBH tidak terlalu terlihat sebagai usaha komersialisasi dan liberalisasi kampus maka pemerintah mengakali dengan tetap memberikan subsidi bagi perguruan tinggi serta memberi embel-embel cikal bakal World Class University bagi perguruan tinggi yang sudah menyandang status PTNBH. Padahal PTNBH sendiri memang memberikan kewenangan dan otonomi yang seluas-luasnya bagi perguruan tinggi untuk mengelola rumah tangganya, namun perlu juga diingat jika perguruan tinggi gagal memanfaatkan tersebut untuk mencari dana dalam rangka menutupi biaya operasionalnya maka cara paling mudah adalah menarik biaya yang lebih besar dari mahasiswa untuk mendapatkan dana segar dengan cepat. Hal ini sudah tentu menjadikan komersialisasi pendidikan karena pendidikan tinggi hanya dapat diakses oleh calon mahasiswa yang mampu membayar uang kuliah yang ditetapkan setinggi langit tersebut, sedangkan calon mahasiswa tidak mampu silahkan menyingkir dan bekerja sebagai buruh-buruh di pabrik-pabrik ataupun pembantu rumah tangga. Beberapa permasalahan mengenai pendidikan tinggi diatas menimbulkan keresahan bagi siapapun. Belum lagi masih adanya permaslahan lain di seputar pendidikan tinggi yang tidak kalah pentingnya. Lalu mau dibawa kemanakah pendidikan tinggi di Indonesia? kemanakah pemerintah selaku pihak yang harus bertanggung jawab dan berperan besar terhadap permasalahan ini? bagaimana nantinya nasib anak bangsa yang seharusnya mendapatkan pendidikan namun tidak mampu lagi mengakses pendidikan tersebut? dan bagaimana nasib bangsa ini saat sumber daya manusia nya yang melimpah ternyata tidak memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya alamnya dan negaranya sendiri? Oleh karena itu, berangkat dari kegelisahan-kegelisahan diatas maka diadakannya kajiankajian terkait beberapa isu pendidikan yang dianggap paling penting untuk diselesaikan terlebih dahulu. Harapannya kajian-kajian ini nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para stakeholder pendidikan tinggi untuk membuka mata dan kembali concern terhadap dunia pendidikan tinggi yang semakin hari semakin bermasalah.

9 Page 9 BAB II HASIL KAJIAN Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (BEM UNS) Surakarta selaku koordinator Isu pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) telah melakukan berbagai macam kajian dan diskusi publik terkait permasalahan-permasalah umum yang ada di tingkat perguruan tinggi. Hal ini merupakan sikap dan tindakan atas keresahan terhadap dunia pendidikan tinggi yang dikelola dengan setengah hati oleh Kemenristekdikti selaku badan ditingkat eksekutif yang mengurusi urusan pendidikan tinggi. Berbagai permasalahan utama seperti Anggaran pendidikan tinggi yang berkurang dari tahun , BOPTN yang jumlah nya tetap namun dengan jumlah perguruan tinggi negeri yang bertambah (bahkan usulan BOPTN ditahun 2016 sempat diusulkan turun oleh Kemenristekdikti), lalu Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang berdasarkan Surat Edaran dari Dikti diusulkan setiap masing-masing Universitas menaikkan UKT, padahal transpansi UKT belum jelas lalu belum adanya perbaikan signifikan baik infrastruktur penunjang pendidikan maupun kualitas tenaga pengajar menjadi pertanyaan kemanakah Uang Kuliah Tunggal yang dibayar mahal tiap semester?, ada juga permasalahan mengenai beasiswa BBP-PPA & PPA yang tiap tahun jumlah nya selalu menurun dan bahkan isu ditiadakannya Beasiswa BBP-PPA & PPA di tahun 2016 semakin jelas sebagai dampak dari menurunnya anggaran pendidikan dari APBN, lebih lanjut lagi ternyata pemerintahan sekarang lebih gencar membangun infrastruktur seperti tol laut dan kereta cepat. Permasalahan terakhir namun bukan yang paling akhir adalah permasalahan PTNBH yaitu perguruan tinggi berbadan hukum yang memiliki kewenangan dan otonomi untuk mengurus sendiri rumah tangga universitas nya masing-masing. PTNBH memunculkan

10 Page 10 kekhawatiran akan terjadinya komersialisasi dan liberalisasi pendidikan karena munculnya PTNBH hanya berselang 2 tahun pasca digugurkannya UU No.9 tahun 2008 mengenai Badan Hukum Pendidikan (BHP) oleh Mahkamah Konstitusi melalui Judicial Review yang diajukan oleh masyarakat. Berdasarkan beberapa permasalahan utama tersebut, maka dibuatlah kajian yang komprehensif, jelas dan lugas mengenai isu-isu tersebut agar dapat menjadi bahan untuk mengevaluasi dan mengingatkan pemerintah bahwa permasalahan di perguruan tinggi muncul akibat ketidakmampuan pemerintah dalam mengurus urusan pendidikan tinggi. A. KAJIAN ANGGARAN PENDIDIKAN Education is the most powerful weapon which you can use to change the world. Nelson Mandela Anggaran Pendidikan merupakan dana yang diberikan Pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu penilaian untuk menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin terselenggaranya pendidikan dengan kualitas yang baik demi menunjang kualitas pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusia nya. Seperti yang tertera di UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. UUD 1945 Pasal 31 (Pendidikan dan Kebudayaan) mengatur mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara Republik Indonesia khususnya dalam hal dunia pendidikan dan kebudayaan. Pada ayat 2, Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Pada ayat 3, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Pada ayat 4, Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk

11 Page 11 memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Ternyata pasal diatas menegaskan bahwa negara dalam hal ini pemerintah berkewajiban membiayai pendidikan anak-anak bangsa ini. 1 Pengalokasian Dana Pendidikan berdasarkan Pasal 49 UU No. 20 Tahun 2003: (1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). (2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). (3) Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 2 Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggungjawab terhadap pendanaan pendidikan dalam hal menyediakan sumber pendanaan pendidikan dengan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan serta pengarahannya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pengelolaan dana pendidikan, dan 1 Pasal 31 Bidang Pendidikan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia. 2 Pasal 49 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

12 Page 12 pengalokasian dana pendidikan minimal sebesar 20 % dari APBN, 20 % APBD dan hibah yang dialokasikan untuk dana penyelenggaraan pendidikan. Permasalahan yang penting untuk diperhatikan adalah alasan pemerintah untuk berupaya merealisasikan anggaran pendidikan 20% secara bertahap karena pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mengalokasikan 20% secara sekaligus dari APBN/APBD. Padahal kekayaan sumber daya alam baik yang berupa hayati, sumber energy, maupun barang tambang jumlahnya melimpah sangat besar. Akan tetapi, karena selama ini penanganannya secara kapitalis, return dari kekayaan tersebut malah dirampas oleh para pemilik modal. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional sudah jelas bahwa anggaran 20% di luar gaji guru dan pendidikan kedinasan. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 49 ayat 1 bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pada Pasal 14 Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Pembagian Penerimaan Negara yang berasal dari sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) ditetapkan sebagai berikut : e. Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi dengan imbangan: 1. 84,5% (delapan puluh empat setengah persen) untuk Pemerintah; dan 2. 15,5% (lima belas setengah persen) untuk Daerah. f. Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi dengan imbangan: 1. 69,5% (enam puluh sembilan setengah persen) untuk Pemerintah;

13 Page 13 dan 2. 30,5% (tiga puluh setengah persen) untuk Daerah. Serta pada Pasal 20 menjelaskan Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e angka 2 dan huruf f, angka 2 sebesar 0,5% (setengah persen) dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar. 3 Kemudian pada Pasal 36 Undang-Undang No. 21 tahun 2001 dijelaskan Sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) penerimaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) huruf b angka 4) dan angka 5) dialokasikan untuk biaya pendidikan, dan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) untuk kesehatan dan perbaikan gizi. Pada Pasal 182 (3) Undang-Undang No. 11 tahun 2006 dijelaskan Paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dialokasikan untuk membiayai pendidikan di Aceh. Pada UU APBN 2016 Pasal 1 no 41, Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui Kementrian Negara/Lembaga, alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah. Pasal 12 ayat 4 bagian a, Dana Alokasi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a digunakan untuk mendanai kegiatan Bidang Pendidikan sebesar Rp (dua triliun enam ratus enam puluh miliar tiga ratus empat puluh juta rupiah). Dan Pasal 20 ayat 1 dan 2 dengan rincian dana sebagai berikut: 1. Anggaran pendidikan direncanakan sebesar (empat ratus sembilan belas triliun seratus tujuh puluh enam miliar empat ratus dua belas juta tujuh ratus lima puluh enam ribu rupiah) 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.

14 Page Persentase Anggaran Pendidikan adalah sebesar 20,0%, yang merupakan perbandingan alokasi anggaran pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap total APBN sebesar (dua kuadtriliun sembilan puluh lima triliun tujuh ratus dua puluh empat milyar enam ratus sembilan puluh sembilan juta delapan ratus dua puluh empat ribu rupiah). 4 KOMPONEN ANGGARAN PENDIDIKAN POSTUR ANGGARAN PENDIDIKAN TAHUN RAPBN RAPBN RAPBN PANJA Anggaran Pendidikan Melalui Belanja Pemerintah Pusat 130, , , , KEMENDIKBUD 80, ,801,4 88,3 09,1 KEMENRISTEKDIKTI - 41,507,7 49, ,25 37,00 4, , ,72 39,49 4, KEMENAG 42, , , , KEMENTRIAN/LEMBAGA LAIN 7, , , , (sumber: an% pdf) Anggaran Fungsi Pendidikan (dalam triliun rupiah) 4 Undang-Undang APBN Tahun 2016.

15 Page 15 Sumber : Berdasarkan Pasal 49 UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa alokasi anggaran adalah alokasi pada sektor pendidikan. dalam istilah pengangggaran, sektor sepadan dengan fungsi dan hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran. Jika menurut fungsi, merinci anggaran belanja berdasarkan fungsi dan sub fungsi. Fungsi sendiri memiliki arti perwujudan pembangunan nasional. Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi itu sendiri. Klasifikasi Anggaran menurut fungsi yang berlaku ini ada 11 fungsi, yaitu: 1. Pelayanan Umum 2. Pertahanan 3. Ketertiban dan Keamanan 4. Ekonomi

16 Page Lingkungan Hidup 6. Perumahan dan Fasilitas Umum 7. Kesehatan 8. Pariwisata 9. Agama 10. Pendidikan dan Kebudayaan 11. Perlindungan Sosial Anggaran Pendidikan per sub Fungsi Tahun

17 Page 17 Sumber : Dasar-Dasar Praktik Penyusunan APBN di Indonesia Edisi II Hal 232 Anggaran pendidikan dasar mengalami kenaikan setiap tahunnya pada era pemerintahan SBY, dan mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi T dari tahun sebelumnya yang mencapai ,30 T. Sementara anggaran pendidikan tinggi untuk kemenristekdikti pada tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami penurunan dari ,7 T ke angka ,50 T. Ada 17 Kementrian yang masuk kedalam anggaran pendidikan untuk Kementrian Negara/Lembaga lainnya. Anggaran pendidikan dilakukan tiga jalur : a. Anggaran Pendidikan Melalui belanja Pemerintah Pusat Alokasi ini digunakan untuk penyediaan beasiswa untuk siswa/mahasiswa kurang mampu, rehabilitasi ruang kelas, pembangunan unit sekolah baru dan ruang kelas baru, serta pembangunan prasarana pendukung dan pemberian tunjangan profesi guru. b. Anggaran pendidikan melalui Transfer ke Daerah Alokasi ini digunakan untuk : - Bagian anggaran pendidikan dalam DBH terdiri atas bagian DBH pertambangan minyak bumi dan gas bumi. Penghitungan DBH pendidikan tersebut berdasarkan pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e angka 2 dan huruf f angka 2 sebesar 0,5% (setengah persen) dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar. - Bagian anggaran pendidikan dalam DAU terdiri atas DAU untuk gaji pendidik dan DAU untuk non gaji. - Bagian anggaran pendidikan dalam DAK ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah dengan DPR.

18 Page 18 - Bagian anggaran pendidikan dalam otonomi khusus dihitung berdasarkan pasal 36 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua dan pasal 182 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. - Bagian anggaran pendidikan dalam dana penyesuaian antara lain terdiri atas tunjangan profesi guru, dana tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD), dan bantuan operasional sekolah (BOS) yang penghitungannya bersumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta dana insentif daerah yang penggunaannya ditujukan terutama untuk pelaksanaan fungsi pendidikan yang dialokasikan kepada daerah dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. - Pemerintah pusat telah melaksanakan amanat UUD 1945 dan UU no.20 tahun 2003 yang mewajibkan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari belanja negara. - Alokasi anggaran pendidikan merupakan alokasi anggaran pada klasifikasi fungsi pendidikan yang terdiri dari sub fungsi Pendidikan anak usia dini, Pendidikan dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Non Formal dan Informal, Pendidikan kedinasan, Pendidikan Tinggi, Pelayanan Bantuan Terhadap Pendidikan, Pendidikan Keagamaan, Litbang Pendidikan, Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga dan Pendidikan Lainnya. - Dalam penyaluran alokasi dana pendidikan dilakukan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan. Dari tahun , alokasi anggaran pendidikan pada transfer ke daerah juga mengalami perkembangan yang sangat signifikan, yaitu dari Rp127,7 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp254,9 triliun pada tahun Alokasi anggaran pendidikan pada

19 Page 19 transfer ke daerah sebagian besar disalurkan melalui DAU, Tunjangan Profesi Guru dan BOS. c. Anggaran Pendidikan melalui Pengeluaran Pembiayaan Anggaran ini selanjutnya disebut sebagai Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) yang terdiri atas Dana Abadi Pendidikan (Endowment Funds) dan Dana Cadangan Pendidikan. Dana tersebut akan dikelola oleh BLU bidang pendidikan yaitu Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang merupakan satker dari KEMENKEU. Dasar hukum Pengelolaan DPPN tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan. Pengertian Dana Abadi Pendidikan (Endowment Fund) adalah Dana Pengembangan Pendidikan Nasional yang dialokasikan dalam APBN dan/atau APBN-P yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antargenerasi (intergenerational equity). Dasar hukum Pengelolaan DPPN tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan. Pengertian Endowment Fund adalah Dana Pengembangan Pendidikan Nasional yang dialokasikan dalam APBN dan/atau APBN-P yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antargenerasi (intergenerational equity). 5 Berikut Rincian dana anggaran pendidikan tinggi yang digunakan Kemenristekdikti tahun 2016: 5 Diakses 21 april 22.05

20 Page 20 (sumber : kemenristekdikti) Jika dilihat dari tahun ke tahun, anggaran pendidikan memang mengalami kenaikan. Tahun 2013, Pemerintah menetapkan anggaran pendidikan sebedar Rp. 345,335 Trilun atau mengalami kenaikan dari sebelumnya sebesar Rp. 336,848 Triliun. Pada tahun 2014, anggaran fungsi pendidikan meningkat menjadi Rp. 371,2 Triliun. Anggaran terus naik pada tahun 2015 yang mencapai Rp. 404 Triliun dan pada saat itu, presiden berjanji pemerintah terus berupaya meningkatkan anggaran pendidikan setiap tahun nya. Dan pada laporan APBN 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendapatkan pagu anggaran Rp. 49,23 Triliun dari sebelumnya Rp. 53,27 Triliun. Kemudian, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang mendapatkan pagu anggaran sebesar Rp. 37,98 Triliun dari sebelumnya Rp. 43,79 Triliun. Kementerian Agama pun mengalami penurunan pagu anggaran menjadi Rp. 58,48 Triliun dari sebelumnya Rp. 60,28 Triliun. 6 Berdasarkan arah kebijakan dan sasaran-sasaran yang dikemukakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), anggaran belanja negara dalam RAPBN tahun 2016 dialokasikan turun.

21 Page 21 sebesar Rp2.121,3 triliun yang terdiri dari belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.339,1 triliun, yang mencakup belanja Kementerian/Lembaga sebesar Rp780,4 triliun dan belanja Non-Kementerian/Lembaga sebesar Rp558,7 triliun, serta alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp782,2 triliun. Pemerintah terus mendorong pertumbuhan infrastruktur tahun depan. Untuk itu, anggaran difokuskan lebih banyak pada kementerian teknis yang membangun infrastruktur tersebut. Pemerintah tetap memfokuskan kepada program-program sosial seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Kebijakan untuk lebih fokus membangun infrastruktur ternyata menuai banyak kritik dari kalangan pendidikan. Dengan anggaran pendidikan yang menurun untuk tahun 2016, berdampak pada kenaikan UKT, anggaran beasiswa, dan banyak lagi dana pendidikan yang harus dinaikan dan dihilangkan karena pengurangan anggaran pendidikan sehingga banyak yang harus terkorbankan. Namun pemerintah tetap harus menyadari bahwa kemampuan dari setiap murid dan mahasiswa berbeda-beda dan anggaran pendidikan sangat membantu sekali untuk meringankan beban biaya pendidikan yang harus dibayarkan oleh murid dan mahasiswa. Pemerintah harus menyadari bahwa pendidikan penting adanya dan pendidikan yang membentuk karakter bangsa serta yang menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sebaiknya dana pendidikan tidak diturunkan mengingat jumlah sekolah dan perguruan tinggi yang setiap tahun nya bertambah serta jumlah siswa dan mahasiswa yang juga bertambah. B. KAJIAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI Setiap universitas yang ada di Indonesia pasti akan melakukan berbagai macam cara dalam mengembangkan, merawat dan menjaga kelangsungan proses belajar mengajar. Tentu dalam pengupayaan berbagai hal itu diperlukan dana yang besar pula. 7 Ibid.

22 Page 22 Dana yang besar ini berdampak pada mahasiswa, pasalnya mahasiswa diberatkan pada tanggungan biaya kuliahnya, terlebih pada golongan menengah kebawah. Salah satu upaya pemerintah dalam mengantisipasi mahalnya biaya pendidikan perguruan tinggi adalah menetapkan tidak adanya kenaikan uang kuliah (SPP) dan menggunakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada perguruan tinggi negeri yang mulai berlaku mulai tahun akademik 2012/2013. Selain itu pemerintah juga memberikan dana bantuan operasional kepada setiap universitas yang biasa disebut dengan BOPTN. BOPTN atau Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri merupakan bantuan biaya kuliah yang diberikan oleh Pemerintah kepada perguruan-perguruan tinggi negeri di Indonesia yang digunakan untuk membiayai kekurangan biaya operasional yang sesuai dengan standar pelayanan minimum. BOPTN merupakan bantuan pemerintah yang digunakan untuk membantu biaya pengeluaran Perguruan Tinggi yang memiliki dasar hukum, yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. 5. Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

23 Page Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 61/P Tahun Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2012 tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah. 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 108 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2012 tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah. 9. Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud RI Nomor 15/DIKTI/Kep/2013 tentang Pengelolaan Bantuan Operasional PTN untuk Penelitian. 10. Pasal 2 permenristekdikti no.6 tahun 2016 Berdasarkan kepada pasal 2 permenristekdikti no.6 tahun 2016 disebutkan bahwa BOPTN digunakan untuk : a. Pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dimana diharapkan dengan diberikannya dana BOPTN ini akan memicu semangat para dosen untuk semakin memperbanyak penelitian yang bermutu sesuai kompetensi sehingga akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. b. Biaya pemeliharaan pengadaan, termasuk pemeliharaan gedung, bangunan, lingkungan dan prasarana lain yang akan menunjang terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif. c. Penambahan bahan praktikum/kuliah, dimana mencakup bahan habis pakai seperti di laboratorium, kelas, administrasi pendidikan, kegiatan akademik dan non akademik.

24 Page 24 d. Bahan pustaka, seperti memperbanyak buku-buku ilmiah dan jurnal-jurnal, pembelian CD ROM, langganan jurnal, dan sebagainya untuk semakin mempermudah dalam mencari referensi dan tambahan ilmu. e. Penjaminan mutu, dimana bertujuan untuk mencapai akreditasi A (Nasional) dan akreditasi Internasional, termasuk untuk biaya penyusunan dokumen, konsultan ISO dan sertifikasi ISO ke lembaga Sertifikasi. Bagi Perguruan tinggi yang terdapat program studi vokasi atau diploma, perlu melakukan sertifikasi kompetensi mahasiswa. f. Pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan, banyak kegiatan mahasiswa baik yang berhubungan dengan kepemimpinan maupun yang berhubungan dengan olah raga membutuhkan dana yang mencukupi jalannya kegiatan kemahasiswaan tersebut. kegiatan kemahasiswaan yang termasuk kewirausahaan bagi mahasiswa juga perlu untuk didukung dan didanai. g. Pembiayaan langganan daya dan jasa, seperti langganan listrik dan langganan internet. h. Pelaksanaan kegiatan penunjang, seperti pengembangan kurikulum, pengembangan SDM, pengembangan metode belajar, seminar, lokakarya, dan lain-lain memainkan peranan sangat penting bagi keberhasilan perguruan tinggi dalam memberikan layanan pendidikan tinggi yang memuaskan. i. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, digunakan untuk pemeliharaan hardware, pengembangan software dan sistem jaringan, materi pembelajaran (handout, modul, animasi, audio visual) dan perangkat evaluasi (kuis, soal ujian, tugas mandiri, teleconference) j. Honor dosen dan tenaga kependidikan non pegawai negeri sipil, k. Pengadaan dosen tamu l. Pengadaan sarana dan prasarana sederhana, Belanja ini digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana dengan kriteria: 1. Melanjutkan atau menyelesaikan pembangunan gedung penunjang kegiatan tridharma perguruan tinggi dengan nilai maksimum Rp ,- per unit, maksimum 2 unit

25 Page Rehabilitasi atau pemeliharaan gedung dengan nilai maksimum Rp ,- per paket, maksimum 2 paket 3. Perbaikan atau pembenahan tata ruang/halaman/taman dengan total nilai keseluruhan paket maksimum Rp ,- 4. Pembelian peralatan laboratorium dengan total nilai keseluruan paket maksimum Rp ,- 5. Untuk PTN dengan alokasi BOPTN sampai dengan Rp ,- maka Total Nilai Sarpras Sederhana maksimum 20% dari Total Nilai BOPTN 6. Untuk PTN dengan alokasi BOPTN lebih besar Rp ,-, tetapi lebih kecil Rp ,-, maka Total Nilai Sarpras Sederhana maksimum 15 % dari Total Nilai BOPTN 7. Untuk PTN dengan alokasi BOPTN lebih besar Rp ,-, maka Total Nilai Sarpras Sederhana maksimum 10% dari Total Nilai BOPTN m. Satuan pengawas internal n. Pembiayaan rumah sakit perguruan tinggi negeri, dimana untuk menunjang proses belajar mengajar yang berkaitan dengan kedokteran, maka dana BOPTN dapat digunakan untuk membayar biaya rumah sakit miliki perguruan tinggi. o. Kegiatan lain yang merupakan prioritas dalam rencana strategis perguruan tinggi masing-masing Berdasarkan pasal 3 Permenristekdikti no.6 tahun 2016perana BOPTN ini Tidak Boleh digunakan untuk : a. Belanja modal dalam bentuk investasi fisik berupa gedung baru dan peralatan skala besar, b. Tambahan insentif mengajar untuk pegawai negeri sipil c. Tambahan insentif dan honor untuk pejabat administrasi, pejabat fungsional, dan pejabat pimpinan tinggi yang berstatus pegawai negeri sipil d. Kebutuhan operasional untuk manajemen.

26 Page 26 Pemerintah memiliki dasar yang digunakan untuk mengalokasikan besaran BOPTN yang akan diberikan kepada setiap perguruan tinggi, yaitu : a. PNBP per mahasiswa (S1 dan Diploma) b. Proporsi Bidik Misi terhadap jumlah mahasiswa, sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah, maka setiap universitas wajib menyediakan kuota 20% dari total mahasiswa perguruan tinggi tersebut, maka pemberian besaran BOPTN juga didasarkan dari banyaknya jumlah mahasiswa suatu perguruan tinggi yang memperoleh bidik misi. c. Proporsi PNBP non tuition, besarnya PNBP menunjukkan kemampuan perguruan tinggi untuk mengelola dan menyediakan layanan pendidikan tinggi bagi stakeholder, maka besaran BOPTN juga didasarkan pada presentase tertentu besaran PNBP. d. Indeks terhadap Jenis/Karakteristik Prodi, kebutuhan biaya setiap program studi berbeda-beda sehingga untuk mempermudah pendekatan tersebut maka program studi telah dikelompokkan sebagai berikut, 1. Prodi dengan metode pembelajaran berbasis klinik seperti kedokteran, farmasi, dll. 2. Prodi dengan metode pembelajaran berbasis laboratorium seperti teknik, sains, kedokteran pre-klinik. 3. Prodi dengan metode pembelajaran berbasis laboratorium seperti studio, kuliah lapangan misalnya arsitektur, desain, dll. e. Akreditasi Program Studi, Berdasarkan pasal 4 permenristekdikti nomor 6 tahun 2016, menetapkan BOPTN diberikan kepada perguruan tinggi negeri dengan mempertimbangkan kriteria: a. biaya pendidikan yang dibutuhkan untuk mahasiswa program diploma dan program sarjana b. jumlah penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari mahasiswa program diploma dan program sarjana c. kinerja perguruan tinggi

27 Page 27 d. jumlah mahasiswa program diploma dan program sarjana. Dari penjelasan yang telah disebutkan, terdapat perbedaan pengalokasian dana BOPTN di setiap perguruan tinggi di Indonesia. Walaupun terdapat beberapa alasan mengapa alokasi dana BOPTN berbeda-beda, namun status perguruan tinggi negeri juga mempengaruhi. Seperti yang diketahui, di Indonesia telah diterapkan system status perguruan tinggi negeri yang terbagi menjadi 3 yaitu Badan Layanan Umum (BLU), Satuan Kerja (SATKER), dan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH). BLU menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 Pasal 1 adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Kemudian SATKER, memiliki pengertian bahwa Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program. Lalu status yag terakhir yakni PTN BH, yakni perguruan tinggi negeri yang berstatus badan hukum memiliki hak dan kekuasaan untuk menentukan arah penyelenggaraan pendidikan tinggi serta mempunyai kewenangan untuk mengelola keungannya secara otonom (mandiri) tanpa ada campur tangan pihak lain. Dana BOPTN ini pun juga akan terproporsi sesuai dengan masing-masing status perguruan tinggi tersebut. Proporsi tersebut mencangkup kebutuhan masing-masing kampus, pencapaian mutu, akreditasi, jumlah mahasiswa dan indeks kemahalan wilayah kampus. Selain itu, ada juga beberapa universitas yang digadang untuk masuk dalam prestasi dunia (World Class University), sehingga kucuran dana yang diterima akan lebih besar untuk mencapai target tersebut.

28 Page 28 Dibawah ini akan dipaparkan beberapa perbandingan jumlah dana BOPTN yang diberikan kepada setiap perguruan tinggi dari masing-masing status ini, seperti berikut: No Nama Universitas Status Jumlah BOPTN 1 Universitas Negeri Jakarta Badan Layanan 2014 = 33 Milliar Umum (BLU) 2015 = 34,6 Milliar 2 Universitas Sebelas Maret Surakarta Badan Layanan 2012 = 26 Milliar Umum (BLU) 2013 = 43 Milliar 2015 = 50,1 Milliar 2016 = 41,3 Milliar 3 Universitas Andalas Padang Badan Layanan 2015 = 71 Milliar Umum (BLU) 2016 = 59 Milliar 4 Institute Teknologi Bandung (ITB) PTNBH 2013 = 176,8 Milliar 2014 = 165 Milliar 2015 = 233 Milliar 2016 = 217 Milliar 5 Universitas Indonesia PTNBH 2013 = 220 Milliar 2014 = 226,7 Milliar 2015 = 220 Milliar 2016 = 245 Milliar Anggaran BOPTN setiap tahun selalu mengalami perubahan. Pada tahun 2013, besaran BOPTN yang diberikan sejumlah 1,5 Triliun Rupiah, sementara pada tahun 2014 sebesar 3 Triliun dan tahun 2015 sebesar 4,5 Triliun. Sedangkan untuk tahun ini, pemerintah mengusulkan akan memberikan dana BOPTN sebesar 3,7 triliun, namun akhirnya di koreksi menjadi sama seperti tahun lalu yaitu sebesar 4,5 Triliun. Hal ini disebabkan oleh janji pemerintahan Jokowi-JK yang lebih mementingkan sektor infrastruktur seperti tol laut, pelabuhan baru, bandara, jaringan kereta api dan lain sebagainnya, sehingga menyebabkan banyaknya pengalihan alokasi anggaran kepada sektor

29 Page 29 infrastruktur salah satunya adalah anggaran pendidikan tinggi yang tahun ini berkurang sebesar 3 Triliun rupiah. 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Anggaran BOPTN Anggaran BOPTN Rencana anggaran BOPTN pada tahun 2016 jika turun, dimana pada 3 tahun sebelumnya mengalami kenaikan akan mengakibatkan banyak dampak pada operasional Pendidikan Tinggi salah satunya adalah naiknya uang kuliah tunggal yang harus dibayarkan oleh mahasiswa. Rencana pemotongan sebesar 800 Miliar ini tentu akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap jumlah BOPTN yang diperoleh oleh masing-masing perguruan tinggi. Pemotongan jumlah BOPTN akan berdampak pada pemotongan anggaran di setiap perguruan tinggi yang akan berpengaruh negatif terhadap kurangnya biaya diberbagai sektor. Beberapa alasan mengapa BOPTN tidak boleh turun yaitu : 1. Bila BOPTN turun, secara otomatis perguruan tinggi harus mencari biaya tambahan sendiri. Cara yang paling mudah bagi perguruan tinggi adalah dengan menaikkan uang kuliah tunggal mahasiswa dimana nilai UKT dapat naik drastis, padahal tidak semua mahasiswa mampu untuk membayar peningkatan tagihan bayaran ini, terutama untuk kalangan menengah ke bawah.

30 Page Perguruan tinggi akan mengomersialkan pendidikan dengan mengutamakan mahasiswa mampu. Hal ini semata-mata dalam rangka menutupi biaya operasional yang begitu minim dianggarkan oleh pemerintah pusat. Dengan demikian, akses bagi penduduk Indonesia khususnya untuk kaum ekonomi lemah untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi akan semakin sempit. Padahal sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945 beserta UUD 1945 pasal 31, semua warga yang ada di Indonesia berhak untuk mengenyam pendidikan, karena pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah. 3. BOPTN tak boleh turun terkait dengan 36 fasilitas perguruan tinggi baru yang akan dibangun pemerintah yang meliputi univeritas, institut, dan politeknik yang tersebar di seluruh Indonesia. Fasilitas pendidikan yang baru berdiri tentu membutuhkan bantuan dana untuk operasional dan riset. 4. Proses dan kebutuhan dalam keberlangsungan belajar mengajar akan terganggu, pasalnya dana yang berjalan akan dibatasi dalam penggunaannya, sehingga sarana prasarana akan serba terbatas. Hal ini akan berdampak pada kualitas pendidikan yang ada di perguruan tinggi, maka keinginan pemerintah agar ada universitas di Indonesia yang masuk dalam prestasi dunia akan terhambat. Melihat dampak yang akan ditimbulkan dari adanya pengurangan BOPTN ini, maka sudah selayaknya pemerintah menaikkan dana BOPTN pada setiap tahunnya atau disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing universitas agar tercapainya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

31 Page 31 C. KAJIAN UANG KULIAH TUNGGAL Uang Kuliah Tunggal atau lazim disebut UKT merupakan suatu sistem pembayaran uang kuliah pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pengganti dari sistem pembayaran dengan uang pangkal. Dimana penerapan uang pangkal pada setiap fakultas dan universitas berbeda-beda, perbedaaan signifikan terjadi antara mahasiswa regular dengan yang non regular. Pengalokasian dana dari uang pangkal yang tidak jelas juga menjadi alasan penghapusan uang pangkal. UKT adalah suatu sistem pembayaran uang kuliah yang dibebankan kepada mahasiswa untuk diringkas menjadi satu kali pembayaran tiap semester hingga lulus, tanpa ada pungutan lain selain pembayaran tertentu seperti pembayaran Kuliah Kerja Nyata (KKN), uang praktikum dan lain sebagainya. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU PT) menjadi acuan pemerintah untuk menerapkan sistem pembayaran UKT. Berdasarkan ketentuan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Menteri berwenang menetapkan standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi yang menjadi dasar perguruan tinggi negeri dalam menetapkan biaya yang ditanggung oleh mahasiswa. Sesuai dengan ketentuan ayat (4) Pasal 88 tersebut, bahwa biaya yang ditanggung oleh mahasiswa harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. Dengan alasan meringankan beban mahasiswa terhadap pembiayaan pendidikan, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh pada 23 Mei 2013 telah mengeluarkan ketetapan mengenai besarnya Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). 8 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2013 tentang 8 Muhammad Yuliawan, Download Permendikbud No.55 Tahun 2013 Tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal, diakses dari html pada tanggal 22 April 2016 pukul WIB.

32 Page 32 Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal Pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, menjadi produk hukum pertama dari Kemendikbud yang mengatur permasalahan UKT. Dimana UKT ini merupakan sebagian dari Biaya Kuliah Tunggal (BKT) yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya. Pada awal diberlakukannya kebijakan ini, sudah muncul pro dan kontra. Sekilas memang sistem pembayaran ini lebih ringan dibandingkan pembayaran uang pangkal yang terkesan lebih memberatkan di awal perkuliahan. Mahasiswa kurang mampu pun dapat tertolong karena tidak harus membayar uang pangkal yang tidak sesuai dengan keadaan ekonomi mereka Namun beberapa mahasiswa justru merasa sistem ini lebih memberatkan, karena dengan adanya UKT maka besaran uang kuliah per semester bertambah besar di mana biasanya hal ini hanya mereka alami di awal perkuliahan. Jika pada saat pembayaran dengan sistem uang pangkal mahasiswa membayar dengan jumlah besar di awal perkuliahan (dalam hitungan jutaan), kemudian per semester mereka tinggal membayar ratusan ribu atau paling tidak membayar dalam jumlah kecil. 9 Lebih jelasnya dalam Permendikbud Nomor 55 Tahun 2013 tersebut, menjelaskan mengenai apa itu BKT & UKT. Tertuang dalam Pasal 1, ada empat (4) penjelasan mengenai UKT yaitu: (1) Biaya kuliah tunggal merupakan keseluruhan biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di perguruan tinggi negeri. (2) Biaya kuliah tunggal digunakan sebagai dasar penetapan biaya yang dibebankan kepada mahasiswa masyarakat dan Pemerintah. (3) Uang kuliah tunggal merupakan sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya. (4) Uang kuliah tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan berdasarkan biaya kuliah tunggal dikurangi biaya yang ditanggung oleh Pemerintah 9 KASKUS KEMENJAKPUS BEM KM IPB, UKT = Uang Kuliah Tunggal, diakses dari pada tanggal 22 April 2016 pukul WIB.

33 Page 33 Dalam pelaksanaannya UKT dihitung berdasarkan BKT. BKT adalah Biaya Kuliah Tunggal yang berarti biaya yang diperlukan setiap mahasiswa dalam pelaksanaan pendidikan di setiap semesternya. Berdasarkan Permendikbud no. 55 tahun 2013 pada pasal 1 ayat 3 disebutkan juga bahwa UKT adalah sebagian dari BKT yang ditanggung mahasiswa berdasakan kemampuan ekonominya dan disampaikan pula di ayat lain bahwa UKT ditetapkan berdasarkan BKT dikurangi BOPTN, dengan BOPTN adalah biaya yang ditanggung pemerintah. Pengertian lain dari UKT adalah besarnya biaya kuliah yang ditanggung oleh setiap mahasiswa berdasarkan pada tingkat kemampuan ekonomi orang tuanya. Hal ini menyebabkan adanya sistem penggolongan UKT di mana ada pengelompokan besaran UKT sesuai dengan pengahasilan masing-masing orang tua. 10 Dalam penerapan Uang Kuliah Tunggal sebagaimana dimaksud ditentukan berdasarkan kelompok kemampuan ekonomi masyarakat yang dibagi dalam 5 (lima) kelompok dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu Kelompok I, II, III, IV, dan V. Berikut penggolongan/pengelompokan UKT berdasarkan pendapatan : Kelompok I : Penghasilan Kelompok II : < Penghasilan Kelompok III : < Penghasilan Kelompok IV : < Penghasilan Kelompok V : Penghasilan > Golongan UKT per semester tersebut memiliki besaran yang berbeda-beda tergantung pada tiap-tiap fakultas. 11 Kemungkinan drop out juga semakin lebar ketika mahasiswa tidak dapat membayar UKT di semester tersebut. Mahasiswa yang cuti dan tingkat atas juga tetap membayar UKT meskipun tidak mengambil mata kuliah. Untuk mahasiswa cuti membayar kisaran 25% sedangkan mahsiswa tingkat atas yang tinggal menunggu sidang misalnya harus membayar penuh UKT semester berikutnya. 10 Ibid. 11 Danang Dirgantara, Sistem Baru UKT, Orangtua Tak Perlu Takut Biaya Mahal di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), diakses dari pada tanggal 22 April 2016 pukul WIB.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri

Lebih terperinci

BOPTN dan BPPTNBH. Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP. Solo, 28 Februari 2017

BOPTN dan BPPTNBH. Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP. Solo, 28 Februari 2017 Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP BOPTN dan BPPTNBH Solo, 28 Februari 2017 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 BOPTN Bantuan Operasional Perguruan Tinggi

Lebih terperinci

KAJIAN PENDIDIKAN TINGGI : CARUT MARUT PENGELOLAAN PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA #SOMASIMENRSITEKDIKTI

KAJIAN PENDIDIKAN TINGGI : CARUT MARUT PENGELOLAAN PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA #SOMASIMENRSITEKDIKTI P a g e 1 KAJIAN PENDIDIKAN TINGGI : CARUT MARUT PENGELOLAAN PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA #SOMASIMENRSITEKDIKTI Disusun oleh : Koordinator Isu Pendidikan BEM SI Koordinator Isu Pendidikan Badan Eksekutif

Lebih terperinci

BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2012 DAFTAR ISI PENDAHULUAN... 3 KETENTUAN UMUM... 5 IMPLEMENTASI DANA BO-PTN... 9 Lampiran

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya

Implementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya Implementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya Oleh : 1 Alldo Fellix Januardy 1 Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa

Lebih terperinci

DUKUNGAN PENGANGGARAN UNTUK KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI RINTO SUBEKTI, S.E., M.M. ANGGOTA KOMISI X DPR-RI

DUKUNGAN PENGANGGARAN UNTUK KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI RINTO SUBEKTI, S.E., M.M. ANGGOTA KOMISI X DPR-RI DUKUNGAN PENGANGGARAN UNTUK KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI RINTO SUBEKTI, S.E., M.M. ANGGOTA KOMISI X DPR-RI 1 P E N D A H U L U AN Di era keterbukaan saat ini, persaingan sumber daya manusia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLlK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLlK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLlK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI YANG D1SELENGGARAKANOLEH

Lebih terperinci

Ada Apa Dengan BOPTN?

Ada Apa Dengan BOPTN? Ada Apa Dengan BOPTN? oleh Rizki Arif (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016) Membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014 ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014 1. Perkembangan Anggaran Pendidikan Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui Kementerian Negara/Lembaga, alokasi

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR SATUAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN TINGGI PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak No.44, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3

Lebih terperinci

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI (SUBSTANSI KEBAHARUAN DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA) Oleh: Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. (Pembantu Rektor II UNS) Disampaikan dalam rangka Diskusi Terbatas Pro-Kontra

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGHASILAN LAIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN NON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demi tercapainya kualitas hidup yang lebih baik di butuhkan upaya-upaya dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Demi tercapainya kualitas hidup yang lebih baik di butuhkan upaya-upaya dari berbagai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Salah satu tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai mana telah tertulis di dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) 1945, maka

Lebih terperinci

2018, No Menimbang : a. bahwa dana bantuan operasional ditujukan untuk menjaga kelangsungan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi sesuai denga

2018, No Menimbang : a. bahwa dana bantuan operasional ditujukan untuk menjaga kelangsungan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi sesuai denga No.209, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. BOPTN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Belanja Bidang Pendidikan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas SDM

Perbaikan Kualitas Belanja Bidang Pendidikan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas SDM Perbaikan Kualitas Belanja Bidang Pendidikan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas SDM Jakarta, 28 November 2017 oleh Direktur Penyusunan APBN Seminar Hasil Kajian Pendidikan Upaya Bersama Untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,

Lebih terperinci

R. Undang-Undang Pendidikan Tinggi yang telah disyahkan. DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2 Agustus 2012

R. Undang-Undang Pendidikan Tinggi yang telah disyahkan. DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2 Agustus 2012 R. Undang-Undang Pendidikan Tinggi yang telah disyahkan DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2 Agustus 2012 1 RDP dengan Berbagai Kalangan RDP dan sosialisasi dengan

Lebih terperinci

TAHUN ANGGARAN 2013 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI (BOPTN)

TAHUN ANGGARAN 2013 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI (BOPTN) TAHUN ANGGARAN 2013 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI (BOPTN) KANTOR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN UNIVERSITAS INDONESIA JUNI 2013 Daftar Isi I. Latar Belakang 3 II.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA KULIAH TUNGGAL DAN UANG KULIAH TUNGGAL PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Standar Nasional Pendidikan Tinggi Sosialisasi Standar Nasional Pendidikan Tinggi Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi dan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Kementerian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Aloka

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Aloka No.1851, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Lebih Bayar. Alokasi Kurang Bayar. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214 /PMK.07/2014 TENTANG

Lebih terperinci

IONAL AL PT P N (TRANSISI ME

IONAL AL PT P N (TRANSISI ME BANTUAN OPERASIONAL PTN (TRANSISI MENUJU UKT) DIRJEN DIKTI RAPAT DIKTI DAN PARA REKTOR PTN UNTUK TRANSISI PEMBIAYAAN OPERASIONAL PTN 2012 DALAM RANGKA PENERIMAAN MAHASISWA TAHUN AKADEMI 2012/2013 BANDUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Migas. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Migas. Perubahan. No.1475, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Migas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 189/PMK.07/2013 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon No.1289, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. DAU dan Tambahan DAK Fisik. APBNP TA 2017. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 /PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, T

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.779, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. BKT dan UKT PTN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2009 MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Migas. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL

Lebih terperinci

Regulasi dalam Pengembangan dan Implementasi Kurikulum di Perguruan Tinggi

Regulasi dalam Pengembangan dan Implementasi Kurikulum di Perguruan Tinggi Regulasi dalam Pengembangan dan Implementasi Kurikulum di Perguruan Tinggi Dr. Ridwan Roy T, SH, SE, Msi Direktorat Jenderal Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Standar Nasional Pendidikan Tinggi Sosialisasi Standar Nasional Pendidikan Tinggi Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi dan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Prof.Dr. Johannes

Lebih terperinci

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, - 2 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG BIAYA KULIAH TUNGGAL

Lebih terperinci

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2017 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Kampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111 Telp: (031) 5994418 http://www.its.ac.id STANDAR MUTU SPMI (Quality

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setela

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setela LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.142, 2013 PENDIDIKAN Perguruan Tinggi Negeri. Pendanaan. Bentuk. Mekanisme. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5438) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DAN PASAL 29 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

Otonomi Akademik & Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dalam Pengembangan Pendidikan Nasional

Otonomi Akademik & Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dalam Pengembangan Pendidikan Nasional Otonomi Akademik & Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dalam Pengembangan Pendidikan Nasional Aspek Legal dalam Otonomi & Aspek Kewenangan dalam Pengelolaan Perguruan Tinggi Negeri Badan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.772, 2011 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN

Lebih terperinci

Strategi Pendidikan Berkarakter sebagai Solusi Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan di Indonesia

Strategi Pendidikan Berkarakter sebagai Solusi Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan di Indonesia Neng Endah Fatmawati NPM : 1306384504 Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Univeristas Indonesia, Depok,2017. Strategi Pendidikan Berkarakter sebagai Solusi Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

Disampaikan Dalam Pengarahan kepada Civitas Akademik UNS

Disampaikan Dalam Pengarahan kepada Civitas Akademik UNS EFEKTIFITAS PENGAWASAN INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI MELALUI PEMBERDAYAAN SPI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Pengarahan kepada Civitas Akademik

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran No.851, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Migas. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1326, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Bagian Daerah. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 231 /PMK.07/2012 TENTANG

Lebih terperinci

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Oleh Sandi Aria Mulyana / FISIP UI 2012 Pada masa pemilihan Calon Rektor Universitas Indonesia pada tahun 2014 lalu, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA KULIAH TUNGGAL DAN UANG KULIAH TUNGGAL PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2017, No melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu membentuk Undang-Undang tent

2017, No melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu membentuk Undang-Undang tent No.233, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2018. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6138) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818,2011 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 208/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.07/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.07/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

RENCANA ANGGARAN KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI2018 (PROGRAM, SASARAN DAN INDIKATOR)

RENCANA ANGGARAN KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI2018 (PROGRAM, SASARAN DAN INDIKATOR) RENCANA ANGGARAN KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI2018 (PROGRAM, SASARAN DAN INDIKATOR) Dalam RAPBN 2018, anggaran Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebesar Rp41,28 triliun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Alokasi. Anggaran Pendidikan. APBN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Alokasi. Anggaran Pendidikan. APBN. No.83, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Alokasi. Anggaran Pendidikan. APBN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/PMK.02/2009 TENTANG ALOKASI ANGGARAN BELANJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain

Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Pasal 5 ayat (2) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan digunakan sebagai

Lebih terperinci

Biaya Kuliah Tunggal. oleh Ali Zainal Abidin (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016)

Biaya Kuliah Tunggal. oleh Ali Zainal Abidin (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016) Biaya Kuliah Tunggal oleh Ali Zainal Abidin (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Bunyi Pasal 31 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS UU &DIKTI Keuangan DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS Keuangan Di dalam Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945 perumusan tentang keuangan adalah: Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA KULIAH TUNGGAL DAN UANG KULIAH TUNGGAL PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Rancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan

Rancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan Rancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan Forum Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum Intan Ahmad Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN Oleh: Wakil Rektor IV

RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN Oleh: Wakil Rektor IV RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN 2016 Oleh: Wakil Rektor IV 1 1) Penyampaian Alokasi Pagu Anggaran Unand Tahun 2016 2 4 5 Isu Mendasar Anggaran Unand 2016 - Berkurangnya Alokasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.907, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Insentif Daerah. Tahun Anggaran 2012. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional*

MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* O. Nurhilal, M.Si Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Alamat email : o.nurhilal@unpad.ac.id Abstrak Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Ketentuan Pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G PELAKSANAAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, TUGAS BELAJAR MANDIRI DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Bernadette Waluyo,SH., MH.,CN

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Bernadette Waluyo,SH., MH.,CN Persyaratan dan Dokumen Penggabungan atau Penyatuan PTS Berdasarkan Permenristekdkti No. 100 Tahun 2016 Tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin PTS Oleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1000, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Tugas Belajar. Kesehatan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.184, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bantuan Operasional. Sekolah. Daerah Terpencil. Pedoman Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PMK.07/2012 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.414, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Bagi Hasil. Kurang Bayar. SDA. Rincian. APBN. Tahun Anggaran 2015. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 /PMK.07/2015 TENTANG

Lebih terperinci

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg No.108, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun Anggaran 2012. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5426) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan

Lebih terperinci

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur No.110, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Alokasi Dana. Kurang Bayar. Pajak Bumi dan Bangunan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.07/2016 TENTANG

Lebih terperinci

Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional Sistem Pendidikan Nasional Oleh : M.H.B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008 Page 1 of 5 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta

Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 0 PERSYARATAN DAN PROSEDUR Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Riset, Teknologi,

Lebih terperinci

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6111 KEUANGAN. APBN. Tahun 2017. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 186) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI KATA PENGANTAR PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI BEASISWA PENDIDIKAN BAGI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA KURANG MAMPU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2018

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2018 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Pada APBN-P tahun 2012 volume belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.548,3 triliun, atau meningkat Rp112,9 triliun (7,9

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Kondisi yang memungkinkan dilakukan penyesuaian APBN melalui mekanisme APBN Perubahan atau pembahasan internal di Badan Anggaran berdasarkan UU No. 27/2009 1. Pasal 14 Undang-Undang No.47 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm Page 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1570, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Pajak. Alokasi. Perkiraan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 202/PMK.07/2013 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

UKT DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI

UKT DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI UKT DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI Oleh Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. Pembantu Rektor II Universitas Sebelas Maret Disampaikan dalam Evaluasi Pelaksanaan SPMB 2013 dan Perencanaan Program 2014

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5907 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 146). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci