Biaya Kuliah Tunggal. oleh Ali Zainal Abidin (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016)
|
|
- Yanti Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Biaya Kuliah Tunggal oleh Ali Zainal Abidin (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Bunyi Pasal 31 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini merupakan fondasi kuat yang memberikan arahan tegas kepada pemerintah bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pendidikan. Pemerintah benar-benar dituntut perannya dalam pemenuhan haknya dalam tercapainya cita-cita besar negara ini dalam meningkatkan kualitas hidup tiap-tiap warga negaranya. Pendidikan tinggi menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi negara dalam pelaksana perannya. Dari sisi calon mahasiswa perguruan tinggi, mahalnya biaya kuliah yang harus dibayarkan menjadi alasan dominan untuk dapat berpartisipasi dalam pendidikan tinggi. Dari sisi pemerintah, minimnya dana dalam membiayai operasional perguruan tinggi menjadi salah satu penyebab sulit terealisasinya amanat UUD Namun, Pemerintah selalu memiliki gagasan-gagasan yang dianggap mampu menjadi solusi, yaitu memaksimalkan peran perguruan tinggi dan calon mahasiswa dalam pembiayaan yang besar ini. Kementerian Riset dan Teknologi menerapkan metode perhitungan biaya kuliah yang disebut dengan Biaya Kuliah Tunggal (BKT). Metode ini merupakan sebuah konsep perhitungan berdasarkan Student Unit Cost (SUC), indeks kemahalan wilayah, jenis program studi, dan capaian Standar Nasional Perguruan Tinggi. SUC merupakan biaya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap mahasiswa dalam menjalani masa perkuliahan di kampus dalam jangka waktu 8 semester. SUC yang berlaku saat ini didasarkan pada Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi (SSBOPT) yang diatur dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Negeri Badan Hukum (SSBOPTN-BH). Permen tersebut merupakan turunan dari UU No. 12 Tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.
2 Biaya Kuliah Universitas Indonesia Sebelum tahun 2008, Universitas Indonesia menerapkan mekanisme biaya pendidikan flat yang dikenal dengan Biaya Operasional Pendidikan (BOP). Pada tahun 2008, UI mulai membuat perombakan dalam sistem pembayaran dengan mengubah sistem BOP menjadi Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan (BOPB). Sistem BOPB ini bertujuan agar setiap mahasiswa dapat membayar biaya pendidikan sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua, wali, atau penanggung biaya mahasiswa tersebut. Untuk saat ini, UI masih menerapkan sistem BOPB dalam sistem pembayarannya. Sedangkan, untuk nominal yang dibayarkan oleh satu orang mahasiswa ditentukan oleh perhitungan BKT yang telah diterapkan oleh Pemerintah. Maka, peran UI dan Negara dalam tercapainya Hak pendidikan tinggi Warga Negara sangat ditentukan oleh kebijakan perhitungan yang efektif dan efisien agar mahasiswa membayar biaya kuliah dengan fasilitas yang sesuai dan disubsidi oleh pemerintah serta sistem pembayaran yang mudah. Dasar Hukum Dalam melihat permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan BKT sebagai sebuah kebijakan, tentunya kita tidak akan terlepas dari payung kebijakan yang menjadi dasar diberlakukannya kebijakan tersebut. Ada beberapa payung kebijakan baik berupa undangundang maupun yang berbentuk Peraturan yang dikeluarkan oleh kementrian. Dasar hukum tersebut dibentuk berproses sejak tahun 2012 hingga saat ini. Pada tahun 2012, dikeluarkanlah Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Melalui undang-undang ini, beberapa perguruan tinggi negeri yang tadinya berstatus BHMN (Badan Hukum Milik Negara) maupun PTN kemudian berubah menjadi PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum). Dalam kaitannya dengan Biaya Kuliah Tunggal (BKT), kita perlu menyoroti Pasal 88 UU No. 12 Tahun Pasal ini sesungguhnya mengamanatkan agar pemerintah menetapkan suatu standar tertentu untuk biaya operasional peniddikan tinggi dan sistem pembayaran biaya pendidikan bagi mahasiswa. Amanat ini kemudian kita kenal dengan UKT yang menghapuskan adanya pembayaran uang pangkal dan mengintegrasikan komponen-komponen biaya pendidikan menjadi satu, yaitu Uang Kuliah Tunggal.
3 Konsep UKT yang berlaku secara nasional sesungguhnya merupakan sistem yang sejalan dengan sistem pembiayaan yang diberlakukan di UI, yakni BOPB. Perbedaannya terletak pada istilah dan rumus perhitungan SUC. Secara lebih jelas, kita dapat meninjau kembali Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012 : (1) Pemerintah menetapkan standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi secara periodik dengan mempertimbangkan: a. Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi b. Jenis program studi c. Indeks kemahalan wilayah (2) Standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi dasar untuk mengalokasikan anggaran dalam Anggran Pendapatan dan Belanja Negara untuk PTN. (3) Standar satuan biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat 2 digunakan sebagai dasar oleh PTN untuk menetapkan biaya yang ditanggung oleh mahasiswa. (4) Biaya yang ditanggung oleh mahasiswa sebagaimana maksud pada ayat 3 harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. Pada titik ini, kita dapat melihat bahwasanya BKT sebagai keseluruhan biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di perguruan tinggi negeri secara substansi merupakan konsep yang sama dengan SUC apabila kita mengasumsikan ketiga indeks yang terdapat dalam Pasal 88 ayat 1 sama dengan 1. Dengan menganalisis Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012 tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan perbedaannya terletak pada komponen-komponen perhitungannya. Rumus perhitungan BKT mempertimbangkan komponen-komponen yang tertulis dalam Pasal 88 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2012, sementara SUC sebagai basis perhitungan dapat kita samakan dengan SSBOPTbasis.
4 Selain mengenai UKT dan BKT, UU No. 12 Tahun 2012 juga menetapkan adanya Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Secara sederhana, BOPTN merupakan bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah untuk menutupi kekurangan pembiayaan operasional PTN. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami adanya kaitan antara ketiga konsep tersebut (UKT, BKT, dan BOPTN) melalui sebuah rumus sederhana : BKT = UKT + BOPTN Selanjutnya, beranjak dari UU No. 12 Tahun 2012 dasar hukum lainnya yang perlu dicermati ialah Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Dalam PP tersebut dibahas bagaimana sumber pendanaan dan mekanisme lain seperti peruntukan dana tersebut. Sumber pendanaan PTN BH berdasarkan Pasal 2 PP No. 26 Tahun 2015 ialah berasal dari APBN dan non APBN. Selanjutnya bentuk pendanaan tersebut berdasarkan pasal berikutnya dinyatakan bahwa bentuk pendanaan tersebut ialah bantuan pendanaan PTN BH dan atau bentuk lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai salah satu payung kebijakan yang berkaitan erat dengan BKT sebagai pembiayaan yang berbasis aktivitas atau operasional, kita dapat mencermati biaya-biaya apa saja yang termasuk dalam pendanaan yang dibiayai oleh negara dalam BKT melalui Pasal 5 PP No. 26 Tahun Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum digunakan untuk mendanai: a. biaya operasional; b. biaya dosen; c. biaya tenaga kependidikan; d. biaya investasi; dan e. biaya pengembangan.
5 Dasar hukum yang berkaitan dengan BKT lainnya yang perlu diperhatikan ialah Peraturan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi No. 22 Tahun 2015 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada PTN di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Dasar hukum tersebut merupakan turunan aturan yang menjabarkan bagaimana diberlakukannya UKT dan BKT pada Perguruan Tinggi Negeri. Di dalam lampiranlampiran yang terdapat dalam Permen tersebut juga dijelaskan secara rinci bagaimana pemberlakuan UKT dan BKT yang berlaku secara nasional untuk masing-masing PTN dan jurusannya. Selanjutnya dasar hukum yang perlu dicermati adalah Permenristekdikti No. 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pada Permen tersebut dijelaskan adanya Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Negeri Badan Hukum (SSBOPTNBH) yang merupakan besaran biaya operasional penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi yang sesuai dengan standar pelayanan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pada Permen ini kita juga menemukan dalam lampiran-lampiran yang termuat di dalamnya penjelasan mengenai biaya operasional pendidikan. Lebih jelasnya, secara sederhana SSBOPTN ini dapat kita temukan dalam rumus : BKT= SSBOPTN x K1 x K2 x K3 BKT SSBOPTN K1 K2 K3 = Biaya Kuliah Tunggal = Standar Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum = Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi = Jenis program studi = Indeks kemahalan wilayah
6 Permasalahan Dalam bahasan Biaya Kuliah Tunggal, kita tentunya akan menemukan permasalahanpermasalahan yang berkaitan dan terjadi di dalamnya. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi pemangku kepentingan (pemerintah, rektorat, dan mahasiswa) yang terdapat di dalamnya, relevansi SUC, matriks perhitungan dan penentu besaran, serta pos-pos aliran dana. Masing-masing bagian memiliki masalah yang berkaitan satu sama lain yang tentunya memengaruhi bagaimana besaran BKT tersebut ditentukan. Efisiensi Kebutuhan dan Harga dalam Perhitungan SUC SUC sebagai sebuah metode perhitungan berbasis kegiatan tentunya memasukkan komponen-komponen yang bersifat operasional di dalam penghitungannya. Sebagai komponen-komponen yang menentukan besaran tersebut tentunya perlu kita cermati kembali bagaimana besaran-besaran tersebut ditentukan, atau dalam hal ini harga-harga atau unit cost/semester. Selain itu, masalah yang berkaitan dengan SUC sendiri ialah penentuan besaran harga-harga, pos-pos pembiayaan, atau unit cost harus efektif dan efisien. Update SUC sesuai Kebutuhan dan Harga Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding negaranegara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain mengalami tingkat inflasi antara 3% sampai 5% pada periode , Indonesia memiliki rata-rata tingkat inflasi tahunan sekitar 8,5% dalam periode yang sama
7 Dari data tersebut, mengingat angka inflasi rata-rata pertahun Indonesia yang cukup tinggi, kiranya SUC ini sangat perlu untuk ditinjau ulang secara berkala. Hal ini tentunya juga mempertimbangkan pihak yang paling mendapatkan dampak langsung dari inflasi tersebut, yaitu dosen yang pendapatannya termasuk dalam komponen SUC tersebut. Dampak tersebut sangat jelas akan menurunkan kemampuan konsumsi dosen apabila terjadi kenaikan harga tetapi tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan mereka. Pantaskah SUC dari Tiap Rumpun atau Fakultas dianggap sama? Permasalahan lainnya yang berkaitan juga dengan BKT ialah peninjauan kembali penentu besaran. Dalam melihat permasalahan ini kita perlu membedah Permenristekdikti No 5 Tahun 2016 tentang tata cara penetapan SSBOPTNBH. Penentu besaran tersebut tentunya tidak terlepas dari metode yang digunakan dalam menentukan SSBOPTNBH yang menggunakan metode pembiayaan berbasis kegiatan. Di dalam lampiran Permen tersebut dijelaskan kelompok-kelompok berdasarkan kebutuhan pengoperasian dan pengoperasian penyelenggaraan program studi yang memengaruhi bagaimana SSBOPTNBH tersebut dirumuskan.
8 Melalui tabel tersebut, kita dapat mengetahui bagaimana pengelompokan program sarjana ditentukan. Pengelompokan ini tentunya sangat penting untuk kita ketahui sebagai bagian dari perhitungan BKT yang sejatinya merupakan metode pembiayaan yang berbasis kegiatan. Sehingga, kita dapat mengetahui SSBOPTNBH bersumber darimana dan mengapa ditentukan besaran biaya demikian yang tentunya tidak terlepas dari penggunaan operasional berdasarkan pengelompokan tersebut. Jika kita menghitung dari aspek kegiatan, maka biaya di tiap rumpun bisa berbeda, tiap fakultas bisa berbeda, dan bahkan tiap jurusan bisa berbeda besarannya.
9 Perhitungan BKT yang diharapkan Dalam lampiran Permenristekdikti No. 5 tahun 2016, terdapat faktor koreksi indeks kemahalan berdasarkan kemahalan wilayah. Besarnya SSBOPT yang tidak sama di semua tempat dikarenakan kondisi geografis Indonesia mempunyai pengaruh terhadap besarnya biaya penyelenggaraan pendidikan di berbagai wilayah Indonesia. Untuk mengakomodasi keragaman biaya satuan disebabkan tingkat kemahalan wilayah, kedua belas SSBOPT di atas dilakukan penyekalan dengan menggunakan indeks kemahalan wilayah. Indeks kemahalan wilayah tersebut dapat kita lihat melalui tabel berikut : Sebagaimana yang kita ketahui melalui rumusan : BKT = SSBOPTNBH x K1 x K2 x K3 Indeks (K3) kemahalan wilayah menjadi salah satu faktor penentu besaran BKT. Sebagai salah satu faktor yang turut memengaruhi tentunya indeks kemahalan wilayah ini perlu untuk ditinjau dan dipertimbangkan kembali relevansinya. Apakah klasifikasi kemahalan menjadi empat kelompok tersebut sudah tepat dan paling menggambarkan realita yang sebenarnya ataukah masih belum dan perlu disesuaikan Selain mempertimbangkan faktor indeks wilayah, tentunya kita juga tidak bisa melupakan adanya satu faktor lain yang turut berpengaruh pada besarnya BKT yang harus dibayarkan.
10 Faktor berikutnya ialah capaian standar nasional pendidikan tinggi. Faktor ini merupakan salah satu koefisien yang memengaruhi besarnya SSBOPTN sebagai angka pengali yang secara sederhana dapat kita jumpai dalam rumusan : SSBOPT = SSBOPTN x Indeks Kualitas PTN. Kemudian, untuk menentukan besarnya indeks kualitas PTN, kita akan menemukan rumusan : Indeks kualitas PTN = 1+APS+AIPT+AI Besaran koefisien tersebut dapat kita temui pada tabel-tabel berikut : Adanya besaran-besaran tersebut sebagai faktor pengali yang memengaruhi besaran SSBOPT dan tentunya juga BKT sepatutnya membuat kita menijau kembali apakah koefisien pengali tersebut sudah benar-benar sesuai dan relevan dengan kondisi yang ada saat ini sehingga menggambarkan biaya kuliah yang benar-benar sesuai.
11 Selain berkaitan dengan pertimbangan kembali koefisien-koefisien yang memengaruhi besaran SSBOPTN maupun BKT, salah satu masalah yang perlu kita cermati ialah komponen lain di luar rumus perhitungan BKT. Saat ini kita mengetahui bahwa : BKT = UKT + BOPTN UKT merupakan biaya kuliah yang dibayar oleh mahasiswa ataupun penanggung biaya pendidikan mahasiswa. Sementara BOPTN merupakan biaya yang dikeluarkan oleh negara yang bersumber dari APBN. Ketika hanya kedua komponen tersebut yang menopang kebutuhan BKT, maka akan sangat jelas dampaknya jika terjadi penurunan jumlah BOPTN maka dampaknya akan menaikkan besaran UKT untuk menutupi kebutuhan BKT. Oleh karena itu selain kedua komponen yang menjadi rumusan BKT tersebut perlu ditambahkan adanya satu komponen lagi yang dapat kita masukkan, yaitu Penerimaan Non-BOP. Penerimaan Non-BOP merupakan penerimaan yang diperoleh universitas diluar dari Bantuan Operasional Pendidikan (BOP). Penerimaan tersebut dapat bersumber dari APBN dan APBD, hibah, ventura, maupun endowement fund, dan sebagainya. Penerimaan Non BOP ini dapat dimasukkan sebagai komponen perhitungan BKT, maka tentunya akan sangat meringankan pembenanan terhadap mahasiswa yang harus membayar UKT berlebih karena harus menutupi kekurangan akibat menurunnya jumlah BOPTN. Oleh karena itu, kiranya Penerimaan Non-BOP ini dapat ditinjau kembali agar dijadikan sebagai salah satu komponen yang turut menanggung beban BKT agar pembebanan BKT tidak bertumpu di pihak mahasiswa atau dalam konteks ini komponen UKT. Maka, seharusnya rumusan baru untuk PTN-BH dalam penghitungan UKT adalah: BKT = UKT + BOPTN + NON BP Artinya, UKT = BKT BOPTN NON BP
12 Stakeholders penentu kebijakan : Apa yang seharusnya dilakukan? Permasalahan-permasalahan yang telah digambarkan di atas tentunya berkaitan dengan pemangku kebijakan yang terlibat dalam penentuan kebijakan BKT ini, yaitu pemerintah, rektorat, dan mahasiswa. Peran Negara Secara ideal, pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah. Tanggung jawab tersebut dalam konteks ini khususnya berupa pendanaan pendidikan. Negara tidak bisa melepaskan begitu saja tanggung jawabnya tersebut dan oleh karenanya pemerintah wajib menyediakan adanya pendanaan dari negara dalam pembiayaan PTN. Peran pendanaan negara tersebut dalam UU No 12 Tahun 2012 ditemui dalam bentuk Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Pimpinan Universitas Rektorat sebagai jajaran eksekutif yang berwenang dalam tataran universitas tentunya memiliki andil besar dalam menentukan bagaimana kebijakan BKT ini. Dalam konteks UI, rektorat memiliki andil dalam membentuk format SUC yang kita ketahui saat ini. Selain membentuk format tersebut pihak rektorat juga membentuk asumsi-asumsi yang berkaitan dengan SUC seperti harga-harga, pos-pos perhitungan, hingga asumsi-asumsi lainnya seperti jumlah mahasiswa, penggunaan barang-barang operasional, dan sebagainya. Kemudian, sebagai bentuk legalisasi bentuk dan mekanisme SUC menjadi suatu kebijakan, rektorat adalah pihak yang mengesahkan bentuk dan mekanisme tersebut ke dalam bentuk Surat Keputusan Rektor. Peran Mahasiswa Selain rektorat, pihak yang juga berperan sebagai pemangku kepentingan ialah mahasiswa itu sendiri. Dalam penentuan kebijakan ini, masih berdasarkan paparan singkat historis SUC pada bagian latar belakang, pihak rektorat sendiri melemparkan wacana pelibatan mahasiswa dalam perhitungan SUC pada tahun Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun ini wacana perumusan kembali SUC telah digulirkan. Dalam hal ini, mahasiswa melalui lembaga-lembaga yang terlegitimasi berhak turut andil dalam menentukan bagaimana konsep SUC ke depannya.
13 Kesimpulan Dari permasalahan-permasalahan yang dibahas di atas, dapat dilhat bahwa penentuan besaran BKT dan UKT tidak sederhana. Dibutuhkan proses yang panjang untuk dapat menemukan nominal yang sesuai untuk UKT yang dibayarkan oleh mahasiswa. Konsep perhitungan yang telah dibuat oleh pemerintah seharusnya dapat dijalankan oleh Universitas. Sehingga, universitas tidak sesat pikir dalam penentuan besaran UKT untuk mahasiswanya, terutama di Universitas Indonesia. Ada beberapa saran dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dalam pembentukan kebijakan ke depannya bagi universitas, yaitu : 1. Perlunya peninjauan kembali SUC untuk agar tercapainya perhitungan yang efektif dan efisien sehingga biaya yang dikeluarkan benar-benar sesuai kebutuhan dan dapat dimanfaatkan fasilitasnya. 2. Perlunya peninjauan kembali besaran-besaran serperti koefisien Indeks kemahalan wilayah dan Indeks capaian perguruan tinggi atau komponen-komponen yang berkaitan dengan SUC lainnya, hal ini dapat dilihat dari tingkat harga yang berubah dari waktu ke waktu dan capaian perguruan tinggi yang meningkat dan menurun pula. 3. Penambahan komponen Penerimaan non-bop dalam rumus perhitungan BKT terutama untuk PTN BH. 4. Optimalisasi peran pemangku-pemangku kepentingan yang berpengaruh dalam perumusan Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dalam konteks ini pemerintah, rektorat, dan mahasiswa.
14 Daftar Pustaka Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Inflasi di Indonesia (Indeks Harga Konsumen) (Akses : 28 Maret 2016) (Akses : 28 Maret 2016) Permenristekdikti No. 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar Satuan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Rekomendasi Kebijakan BK MWA UI UM 2014
Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016
Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Oleh Sandi Aria Mulyana / FISIP UI 2012 Pada masa pemilihan Calon Rektor Universitas Indonesia pada tahun 2014 lalu, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis
Lebih terperinciAda Apa Dengan BOPTN?
Ada Apa Dengan BOPTN? oleh Rizki Arif (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016) Membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
Lebih terperincioleh Sandi Aria Wakil Kepala Bidang Kajian BK MWA UI UM 2015
UKT versus BOP-B oleh Sandi Aria Wakil Kepala Bidang Kajian BK MWA UI UM 2015 Uang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan salah satu sistem pembayaran biaya pendidikan di perguruan tinggi yang menggunakan konsep
Lebih terperinciImplementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya
Implementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya Oleh : 1 Alldo Fellix Januardy 1 Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa
Lebih terperinciMenelisik Kembali Kondisi Ventura UI
Menelisik Kembali Kondisi Ventura UI Oleh: Ilma Sulistyani dan Muhammad Arizal Staf Bidang Kajian BK MWA UI UM 2016 A. PENGANTAR SINGKAT: VENTURA Penyelenggaraan sebuah institusi perguruan tinggi, khususnya
Lebih terperinciMenilik UKT dan Keterlibatan Mahasiswa
Menilik UKT dan Keterlibatan Mahasiswa oleh Annisa Essanda Gunawan Wakil Kepala Bidang Kajian BK MWA UI UM 2015 Mekanisme pembayaran biaya pendidikan yang sering kita sebut sebagai BOP- Berkeadilan dilahirkan
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setela
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.142, 2013 PENDIDIKAN Perguruan Tinggi Negeri. Pendanaan. Bentuk. Mekanisme. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5438) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demi tercapainya kualitas hidup yang lebih baik di butuhkan upaya-upaya dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Salah satu tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai mana telah tertulis di dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) 1945, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,
Lebih terperinciKajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Tri Dharma Pendidikan Tinggi. Oleh: Ida Fauziah 1
Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Tri Dharma Pendidikan Tinggi Oleh: Ida Fauziah 1 1 Kepala Divisi Kajian Kebijakan BK MWA UI UM 2013 Pada tanggal 14 Oktober 2013, Universitas Indonesia (UI) memiliki
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,
Lebih terperinciSosialisasi Peraturan Perundangan Berkaitan Pendanaan PTN Badan Hukum
1 Sosialisasi Peraturan Perundangan Berkaitan Pendanaan PTN Badan Hukum Armansyah Ginting Rapat Koordinasi dan Pengawasan Internal Universitas Sumatera Utara Medan, 21 Juni 2014 2 Peraturan Perundangan:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPedoman Teknis Audit BOPTN BPPTN BH dan Beasiswa Mahasiswa Tahun Rakor Pengawasan Bersama BPKP-Inspektorat Jenderal Kemristekdikti 2017, Solo
Pedoman Teknis Audit BOPTN BPPTN BH dan Beasiswa Mahasiswa Tahun 2016 Rakor Pengawasan Bersama BPKP-Inspektorat Jenderal Kemristekdikti 2017, Solo 1 KEBIJAKAN PENGAWASAN BERSAMA Pengawasan Bersama BPKP-Itjen
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR SATUAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN TINGGI PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciGonjang-Ganjing ART UI (Bukan UI Art War)
Gonjang-Ganjing ART UI (Bukan UI Art War) oleh Bidang Kajian Rindangnya pohon-pohon UI tak bisa menghalau teriknya matahari Depok yang membuat siapapun jadi malas bergerak. Termasuk Cibel, yang memilih
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA KULIAH TUNGGAL DAN UANG KULIAH TUNGGAL PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN NEGERI DI KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, T
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.779, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. BKT dan UKT PTN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. bangsa agar salah satu tujuan Negara Indonesia tercapai. Berdasarkan visi dalam
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciProf. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.
UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI (SUBSTANSI KEBAHARUAN DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA) Oleh: Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. (Pembantu Rektor II UNS) Disampaikan dalam rangka Diskusi Terbatas Pro-Kontra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbaikan bangsa ini. Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam menentukan arah perbaikan bangsa ini. Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memperbaiki
Lebih terperinciBOPTN dan BPPTNBH. Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP. Solo, 28 Februari 2017
Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP BOPTN dan BPPTNBH Solo, 28 Februari 2017 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 BOPTN Bantuan Operasional Perguruan Tinggi
Lebih terperinci2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2014 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pengelolaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciJAWA POS, 24/7/03 PT-BHMN KELUAR DARI CUL-DE-SAC
JAWA POS, 24/7/03 PT-BHMN KELUAR DARI CUL-DE-SAC Sofian Effendi Pemerataan Akses Untuk mencapai pemerataan pendidikan tinggi, Pemerintah Indonesia telah menempuh kebijakan klasik menyediakan subsidi biaya
Lebih terperinci2 Dana Desa mengingat anggaran Dana Desa yang dialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2015 masih belum mencapai 10% (sepuluh per seratus) dari Dana Tra
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Desa. Dana. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA KULIAH TUNGGAL DAN UANG KULIAH TUNGGAL PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG TARIF UANG KULIAH TUNGGAL BAGI MAHASISWA PROGRAM SARJANA KELAS REGULER UNIVERSITAS INDONESIA ANGKATAN TAHUN AKADEMIK 2017/2018 DENGAN
Lebih terperinciPEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PENDIDIKAN AKADEMIK - PENDIDIKAN VOKASI - PENDIDIKAN PROFESI - PENDIDIKAN JARAK JAUH
PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PENDIDIKAN AKADEMIK - PENDIDIKAN VOKASI - PENDIDIKAN PROFESI - PENDIDIKAN JARAK JAUH Disusun oleh: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Direktorat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci[Document title] [DOCUMENT SUBTITLE] WINDOWS USER
[Document title] [DOCUMENT SUBTITLE] WINDOWS USER BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan tinggi dimaksudkan untuk mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada
Lebih terperinciCatatan Pengabdian MWA UI UM
Catatan Pengabdian MWA UI UM Fadel Muhammad Anggota Majelis Wali Amanat UI Unsur Mahasiswa Bulan Juli ini tepat enam bulan saya menjabat di Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI), sebagai MWA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 206/PMK.07/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 72/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG BIAYA KULIAH TUNGGAL
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGHASILAN LAIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN NON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas seperti sekarang ini. Fasilitas hidup mahasiswa sebenarnya secara teoritis ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah investasi terbesar dari suatu bangsa, bangsa mana yang mengabaikannya akan menuai bencana di masa datang, apalagi di era persaingan bebas seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA CIMAHI TAHUN 2005 2025 DENGAN
Lebih terperinciPENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIDANAN
Bahan Rapat Tgl 23 Oktober 2017 PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIDANAN I. Pendahuluan Pimpinan Komisi IX DPR RI melalui Surat Nomor: LG/17843/DPR
Lebih terperinci2018, No Menimbang : a. bahwa dana bantuan operasional ditujukan untuk menjaga kelangsungan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi sesuai denga
No.209, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. BOPTN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL
Lebih terperinciPedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Akademik Pendidikan Vokasi Pendidikan Profesi Pendidikan Jarak Jauh
Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Akademik Pendidikan Vokasi Pendidikan Profesi Pendidikan Jarak Jauh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pembelajaran
Lebih terperinciMEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *
MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolahan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintahan untuk mengatur penerimaan dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.07/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI TUNJANGAN PROFESI GURU PEGAWAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah adalah sebuah aktifitas besar yang di dalamnya ada empat komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah Staf Tata laksana
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang
Lebih terperinciPANDUAN PROGRAM HIBAH REVITALISASI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PANDUAN PROGRAM HIBAH REVITALISASI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBELAJARAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR: TENTANG PENGGELOLAAN KEUANGAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PERGURUAN TINGGI BADAN HUKUM MILIK NEGARA
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR: TENTANG PENGGELOLAAN KEUANGAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PERGURUAN TINGGI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)
BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012) I. CLUSTER KASN A. Mengenai Tugas, Fungsi, Kewenangan, Kedudukan dan Keanggotaan
Lebih terperinci&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS
UU &DIKTI Keuangan DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS Keuangan Di dalam Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945 perumusan tentang keuangan adalah: Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Tinggi mendapat sorotan dari publik. Salah satu sorotan yang dimaksud yaitu: belum meratanya sistem pendidikan tinggi di Jawa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan khususnya dalam bab IV, setelah dianalisis secara teori dengan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015
UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Lebih terperinciStandar Nasional Pendidikan Tinggi
Sosialisasi Standar Nasional Pendidikan Tinggi Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi dan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Kementerian
Lebih terperinciUANG KULIAH TUNGGAL PERMENDIKBUD
Bahan Konferensi Pers UANG KULIAH TUNGGAL PERMENDIKBUD No. 55 Tahun 2013, Tanggal: 23 Mei 2013 Kementerian Pendidikan dan kebudayaan 27 Mei 2013 Daftar Isi 1 AMANAH UU No. 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN
Lebih terperinciPaparan Workshop Good Governance Week Subdit Anggaran dan Akuntansi
Paparan Workshop Good Governance Week Subdit Anggaran dan Akuntansi Dasar Hukum Menyusun RKAT Mengendalikan pengelolaan keuangan Menyampaikan Laporan MERUPAKAN KEWAJIBAN PP 67 tahun 2013, pasal 65, pasal
Lebih terperinciStandar Nasional Pendidikan Tinggi
Sosialisasi Standar Nasional Pendidikan Tinggi Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi dan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Prof.Dr. Johannes
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Lebih terperinci2015, No Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 Mengenai Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1013, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Perguruan Tinggi Swasta. Pembinaan. Program. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73/PMK.02/2006 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73/PMK.02/2006 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DALAM RANGKA PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH DALAM BENTUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).
Lebih terperinciPANDUAN PROGRAM HIBAH REVITALISASI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN SELEKSI TAHAP II
PANDUAN PROGRAM HIBAH REVITALISASI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN SELEKSI TAHAP II DIREKTORAT PEMBELAJARAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI. Disusun oleh:
PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI Disusun oleh: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Penjaminan Mutu 2016 ii
Lebih terperinciIV.B.5.Urusan Wajib Penataan Ruang
5. URUSAN PENATAAN RUANG Tujuan dari perencanaan tata ruang adalah mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisiensi dalam alokasi investasi,
Lebih terperinciINTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI
Prelude Pertumbuhan LNS yang massive, Overlapping fungsi LNS dengan kementerian/lembaga, in-efficiency dalam penggunaan anggaran, maupun kinerja yang tidak memuaskan, Langkah penataan LNS yang cenderung
Lebih terperinciWALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2016
WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian
Lebih terperinciPembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian
Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun 2016 Bahan Kajian 2 SUMBER BIAYA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEND DASAR PEND MENENGAH PEND DASAR DAN MENENGAH Pemerintah/
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Lebih terperinciEndowment Fund. oleh Syifa Amania Afra (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016)
Endowment Fund oleh Syifa Amania Afra (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016) 1. Latar Belakang Endowment Fund (Dana Abadi) merupakan sebuah konsep pendanaan yang bersumber dari kumpulan dana alumni maupun donatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aset merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, organisasi, atau institusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aset merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, organisasi, atau institusi pemerintah untuk mendukung kegiatan operasional dalam proses pencapaian tujuannya,
Lebih terperinciPANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA
PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENDAFTARAN CALON PESERTA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Lebih terperinciPENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara / aset negara yang ditandai dengan keluarkannya PP No. 6 /2006 yang merupakan peraturan turunan UU No. 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73/PMK.02/2006 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DALAM RANGKA PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH DALAM BENTUK HIBAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUKT DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI
UKT DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI Oleh Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. Pembantu Rektor II Universitas Sebelas Maret Disampaikan dalam Evaluasi Pelaksanaan SPMB 2013 dan Perencanaan Program 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen Pasal 31 ayat satu, dua, tiga dan empat. Ayat 1 berbunyi Setiap warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lebih terperinciKELUARGA BESAR MAHASISWA TEKNIK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jl. M T Haryono 167 Telp. (0341) Psw.
Rangkuman Kajian PTN-BH:Versi Arek Teknik Semua berawal dari kampanye pemilihan rektor kemarin. Ketika seluruh elemen dari beragam fakultas di Brawijaya berkumpul tak jauh dari Samantha Krida, di situlah
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59,2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
Lebih terperinciTata Cara Pemotongan DAU dan/atau DBH Bagi Daerah Induk/Provinsi. yang Tidak Memenuhi Kewajiban Hibah/Bantuan Pendanaan Kepada
Tata Cara Pemotongan DAU dan/atau DBH Bagi Daerah Induk/Provinsi yang Tidak Memenuhi Kewajiban Hibah/Bantuan Pendanaan Kepada Daerah Otonom Baru (DOB) I. PENDAHULUAN Pembentukan suatu daerah otonom baru
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan
Lebih terperinci