Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 1"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR INFORMAL KOTA SOLOK A. Latar Belakang Peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia terjadi setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Isu penting dari peningkatan jumlah angkatan kerja ini adalah penciptaan lapangan kerja. Upaya penciptaan lapangan kerja telah dilakukan melalui berbagai sektor pembangunan namun belum mencukupi. Terbatasnya daya serap usaha sektor formal menjadi penyebab terjadinya pengangguran. Alternatif usaha yang ditempuh oleh tenaga kerja yang tidak terserap di sektor formal adalah membuka usaha kecil-kecilan dengan modal, keterampilan dan keuntungan yang terbatas. Usaha ini kemudian dikenal dengan istilah usaha sektor informal. Jumlah pekerja sektor informal ini di Indonesia mencapai lebih dari 60% (BPS, 2012) dan sebagian besar berada di perkotaan. Timbulnya sektor informal di perkotaan tidak lain sebagai akibat adanya ketimpangan dalam pasar tenaga kerja. Jumlah angkatan kerja yang terus bertambah sebagai akibat adanya urbanisasi dan ketidakmampuan memenuhi tuntutan pekerjaan sektor formal yang mengharuskan memiliki kualifikasi pendidikan dan keterampilan memadai, akhirnya mendorong angkatan kerja harus masuk ke sektor informal untuk bisa terus bertahan hidup di perkotaan. Pada kondisi ini, sektor informal memiliki peran strategis sebagai katup pengaman pengangguran dan mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaan. Siapa sektor informal? Pada umumnya sektor informal didefiniskan sebagai segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tidak terdapat keamanan tempat bekerja dan berusaha (no job security), tempat bekerja dan berusaha tidak memiliki status tetap/permanen dan tidak berbadan hukum, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Selain itu, kegiatan sektor informal memiliki ciri-ciri mengarah ke persaingan sempurna seperti setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, memanfaatkan sumber daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, berskala kecil, pekerja kasar (blue collar), padat karya, kemampuan manejerial rendah, keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur. Wujud kegiatan sektor informal antara lain Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 1

2 pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya. Walaupun sektor informal memiliki berbagai wujud, wajah utama sektor informal perkotaan adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Pertumbuhan PKL di perkotaan memiliki dua sisi yang berbeda. Pada sisi positif, PKL mampu menjadi katup penyelamat ekonomi melalui kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja dan bila dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Pada sisi lain, keberadaannya di ruang publik seperti membuka lapak di badan-badan jalan dan trotoar dan tidak menyisakan cukup ruang bagi pejalan kaki, menciptakan masalah kemacetan dan menghambat pergerakan pedestrian, dan menciptakan lingkungan kotor dan kurang sehat karena buangan sampahnya yang sembarangan.. Selain itu, kehadiran PKL yang menempati ruang dan jalan publik juga dapat mendorong terciptanya masalah sosial dan kriminalitas seperti hadirnya pencopet, pencuri, dan sebagainya. Situasi ini menciptakan masalah dalam pengelolaan pembangunan dan merusak keindahan kota. Kedua sisi ini seharusnya dapat dikelola oleh pemerintah kota sehingga PKL dapat diakomodasi dan tidak bertentangan dengan konsep ruang urban sebagai place for people bagi seluruh warga kota. Kota Solok yang memiliki ciri ekonomi perkotaan yang sedang tumbuh dan berkembang juga menghadapi persoalan persoalan serupa sebagaimana dikemukakan diatas khususnya keberadaan PKL yang menempati ruang publik. Keberadaan PKL ini memerlukan penataan dan pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya sebagaimana amanah dari Perpres No. 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Pertanyaannya sekarang adalah, seperti apa kondisi dan kinerja terkini PKL Kota Solok? Apa dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat kota?. Apa saja bentuk peran pemerintah Kota Solok dalam menata dan memberdayakan PKL? Strategi dan kebijakan seperti apa yang mesti dirumuskan dalam meningkatkan dan mengembangkan PKL yang sesuai dengan tata ruang kota? Bagaimana model pengembangan PKL Kota Solok yang relevan dengan kondisi objektifnya? Persoalan dan pertanyaan yang dikemukakan ini memerlukan kajian komprehensif untuk dapat merumuskan strategi pengembangan, penataan dan pemberdayaan yang tepat bagi keberadaan PKL. Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 2

3 B. Tujuan Panelitian Tujuan dari kegiatan kajian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kinerja PKL di Kota Solok 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKL di Kota Solok. 3. Mengetahui dampak keberadaan PKL di Kota Solok terhadap aspek ekonomi dan sosial. 4. Mengidentifikasi fasilitas/dukungan yang diperlukan dalam pengembangan PKL di Kota Solok. 5. Merumuskan model pengembangan PKL di Kota Solok. Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan yang terkait dengan PKL. C. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan didalam wilayah administratif Kota Solok seluas 57,64 km 2 yang terdiri dari 2 kecamatan dan 13 kelurahan. Penentuan lokasi penelitian mengacu kepada SK Walikota Solok No /54/KPTS/WSL/-2013 tentang Penataan dan Pengaturan Lokasi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam di Kota Solok. Berdasarkan SK tersebut ada 9 lokasi PKL yang ditata dan diatur oleh pemerintah kota. Lokasi tersebut adalah sebagai berikut : Jalan K.H. Ahmad Dahlan, Jalan M.Yamin, Jalan Berok, Terminal Angkot, Areal Pasar Raya, Pelataran Parkir Pertokon Bundo Kandung, Jalan Diponegoro. Jalan A. Yani, dan Jalan By Pass. Lokasi yang lebih rinci ada tercantum di dalam lampiran SK tersebut. Data yang diperlukan dalam kajian/penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data tentang profil, karakteristik, dan informasi lainnya dari para PKL yang berada di lapangan. Data ini diperoleh melalui survey langsung dan wawancara mendalam (indeepth interview) dengan PKL secara acak serta beberapa tokoh masyarakat setempat. Selain mengacu kepada lokasi PKL, survey juga dikaitkan dengan waktu berdagang PKL tersebut. Informasi tentang dampak keberadaan PKL ini juga digali dari konsumen yang datang berkunjung pada saat survey dilakukan. Waktu survey juga disesuai dengan jadwal berdagang PKL tersebut. Kuisioner yang dijalankan berjumlah 150 buah yang terdiri dari 100 untuk pedagang dan 50 untuk konsumen. Distribusi dari masing-masing kuisioner menurut Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 3

4 lokasi dan waktu berjualan PKL serta waktu pelaksanaan survey adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 : Jumlah Sebaran Kuisioner Menurut Waktu dan Lokasi Berjualan PKL Jumlah Kuisioner No. Waktu Berjualan Konsumen Lokasi dan waktu survey PKL PKL 1 Subuh - Siang 15 7 Pasar pagi terminal Bareh Solok (Jumat, 12 Juli 2013) 2. Pagi - Sore Areal Pasar Raya dan pinggir jalan diluar pasar raya. (Minggu, 8 Juli 2013) 3 Malam Jalan Pandan, Pasar Raya, dan ruas jalan lainnya, dan taman kota (Sabtu & Mingggu, 7 & 8 Juli 2013) jumlah Data sekunder berupa informasi tentang jumlah PKL di Kota Solok saat ini, pengelompokan usaha dan lokasinya, dan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Solok untuk PKL. Data ini diperoleh dari BPS dan dinas-dinas terkait. Data yang diperoleh dalam kajian/penelitian ini dianalisis dengan memadukan metode deskriptif dan kuantitatif secara bersamaan. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap data primer PKL dan data sekunder yang telah diolah menggunakan alat statistik. Sementara analisi kualitatif dilakukan terhadap data dan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus serta pengamatan di lapangan. Penggabungan kedua analisis diatas, akan lebih memperluas wawasan gambaran permasalahan dan kondisi objektif PKL di Kota Solok. Rumusan hasil identifikasi dan kajian akan dipakai untuk mengambil kesimpulan yang tepat dan membuat rekomendasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Kota Solok dalam pengembangan dan pemberdayaan PKL. Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 4

5 D. Hasil Penelitian 1. Jumlah, Penyebaran dan Profil PKL Kota Solok Sesuai dengan karakteristik umum dari PKL yakni manajemen sederhana, tidak memerlukan izin usaha, modal kecil, dan bersifat padat karya maka setiap saat jumlah PKL bisa saja bertambah karena siapa saja bisa menjadi PKL. Sulit untuk menentukan jumlahnya yang pasti namun dapat diperkirakan. PKL yang berada di Pasar Raya Kota Solok diperkirakan berjumlah 1500 orang ( : 20/8/2013). Selain di Pasar Raya Solok, PKL juga tersebar di berbagai ruas jalan Kota Solok seperti Jalan. KH. A. Dahlan, Jalan M.Yamin, Jalan A. Yani, Jalan Berok, Jalan VI Suku dan jalan-jalan lainnya. Jumlah PKL di luar Pasar Raya Kota Solok yang berhasil didata pada tahun 2011 berjumlah 114 unit usaha (Dinas Koperindag Kota Solok, 2011). Selain itu, ada juga sekitar 100 PKL yang berjualan di Pasar Pagi (di sebelah terminal Regional Solok) dan puluhan PKL yang berjualan di Taman Kota. Jumlah PKL ini akan terus bertambah seiring dengan perkembangan aktivitas ekonomi Kota Solok. Profil PKL Kota Solok ini dapat dijelaskan berdasarkan lokasi dan waktu berjualannya. Ada empat pengelompokan yang dapat dibuat terhadap PKL Kota Solok yakni PKL di Pasar Pagi, PKL di Pasar Raya, PKL /Pedagang Malam. PKL di Pasar Pagi Pasar Pagi berada di samping Terminal Regional Bareh Solok. Komoditi yang dijual di sini adalah hasil-hasil pertanian (palawija) seperti : bawang, kol, buncis, tomat, cabe, seledri, wortel, kentang, dan lain-lain. Waktu berjualan (transaksi) mulai dari jam WIB pagi hingga jam WIB. Aktifitas paling ramai adalah pada hari Selasa dan Jumat. PKL di Pasar Pagi bukanlah PKL biasa. Mereka adalah para pedagang perantara yang datang dari berbagai daerah disekitar Kota Solok. Mereka sudah mulai berdatangan dengan bus atau truk membawa barang dagangan pada sore atau malam hari Senin (untuk berjualan hari Selasa) dan Kamis (untuk berjualan pada hari Jumat). Untuk menggelar barang dagangan, mereka menyewa payung yang sudah disediakan oleh petugas sebesar Rp 4.000,- (untuk payung kecil) - dan Rp 5.000,- (untuk payung besar). Pembeli adalah para pedagang pengecer atau pedagang perantara yang berasal dari daerah lain seperti dari Jambi, Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 5

6 Palembang, Pekan Baru, Bukittinggi, Sawahlunto, dan lain-lain. Transaksi mulai berlangsung dari jam WIB hingga jam WIB. Setelah barang dagangan mereka habis, para PKL kembali lagi ke kampung masing-masing dan akan datang lagi pada hari pasar berikutnya. Para pembeli juga demikian. Setelah selesai membeli semua barang yang dibutuhkan, mereka membawanya ke daerah masing-masing dengan menggunakan truk atau bus. Gambar 1. Suasana Pasar Pagi, Kota Solok Bila dilihat dari para penjual dan pembeli, Pasar Pagi bukanlah pasar PKL biasa. Pasar Pagi lebih tepat disebut pasar grosir (pasar kulakan) karena pembelinya juga para pedagang yang berasal dari berbagai daerah di luar Kota Solok. Pasar Pagi ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi pasar grosir/ kulakan yang lebih besar dan modern untuk komoditi sayur-sayuran dan palawija. Ada tempat menggelar barang dagangan yang lebih baik sehingga terlindung dari hujan dan panas serta lebih bersih dengan dilengkapi berbagai fasilitas umum yang diperlukan. Ada pengelola pasar yang bisa memberikan pelayanan kepada para pedagang dan para pembeli serta memberi informasi harga secara transparan. Dengan fasilitas memadai dan ditambah dengan promosi yang lebih baik maka pasar ini nantinya akan Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 6

7 berkembang lebih cepat. Pasar ini juga bisa menjadi mesin pendorong pertumbuhan pembangunan pertanian bagi Kota Solok maupun daerah sekitar Kota Solok. PKL Pasar Raya Kota Solok (Pagi Sore) Komoditi yang diperdagang oleh PKL Pasar Raya Kota Solok pada pagi hingga sore hari sangat beragam. Mulai dari kebutuhan harian dapur rumah tangga hingga peralatan rumah tangga dan pakaian. Waktu berjualan setiap hari mulai dari pagi hingga sore hari. Lokasi berjualan di pinggir jalan seputar Pasar Raya. Ada dua kategori PKL Pasar Raya yaitu PKL tetap dan PKL harian lepas. Untuk pedagang kaki lima tetap, Dinas Pasar Kota Solok memungut biaya retribusi sebesar Rp per hari, biaya kebersihan Rp per hari dan biaya listrik Rp per hari tergantung pemakaian jika pedagang menggunakan listrik dalam berjualan. Pedagang kaki lima tetap ini ditandai dengan pemberian fasilitas berupa meja besi yang diseragamkan dari Dinas Pasar dan ditempatkan umumnya satu tempat di dalam pasar raya. Jadi jika pedagang kaki lima menggunakan meja besi, pastilah itu pedagang kaki lima tetap bukan harian. Gambar 2. Kondisi PKL di Pasar Raya Solok Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 7

8 Untuk PKL harian lepas, Dinas Pasar Kota Solok memungut biaya retribusi sebesar Rp per hari, biaya kebersihan Rp per hari, dan biaya listrik Rp per harinya jika pedagang menggunakan listrik dalam berjualan. PKL harian lepas biasanya berjualan tidak berkelompok di satu tempat melainkan menyebar sesuai dimana yang mereka inginkan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak difasilitasi dengan meja besi dari Dinas Pasar. Ada beberapa persoalan yang perlu mendapat perhatian. Persoalan pertama adalah belum terlihatnya keteraturan dan ketertiban para PKL terutama yang berada di pinggir jalan seputar Pasar Raya. Bahkan ada yang menggelar barang dagangannya tepat di tengah jalan sehingga menghilangkan fungsi jalan. Persoalan lainnya adalah adanya keluhan dari pemilik toko atas keberadaan PKL yang tepat di depan toko mereka karena mengurangi akses dan kenyamanan konsumen untuk berbelanja ke toko mereka. Sepertinya jumlah PKL di Pasar Raya sudah terlalu banyak dan perlu direlokasi ke tempat lain. Hal menarik yang ditemukan adalah berkaitan dengan PKL tetap. Ada diantara mereka yang menjadikan areal atau tempat berdagang mereka berupa meja besi sebagai lahan bisnis. PKL tetap yang telah memiliki Buku Kepemilikan Tempat Usaha, seringkali memperjual belikan tempat usaha mereka kepada pedagang lain. Harga yang ditawarkan cukup fantastis berkisar antara Rp juta rupiah, dengan harga beli awal dari Dinas Pasar hanya sebesar Rp ,-.Oleh sebab itu mesti ada aturan yang jelas dan tegas tentang kepemilikan tempat usaha bagi PKL Pasar Raya ini. PKL/Pedagang Malam Lokasi PKL yang berdagang pada malam hari tersebar di beberapa ruas jalan utama Kota Solok. Sebagian ada yang berjualan di pelataran parkir Pasar Raya. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota No /54/KPTS/WSL-2013 ada 9 (sembilan) lokasi yang ditetapkan/diizinkan sebagai lokasi PKL /Pedagang Malam yaitu : Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 8

9 1. Lokasi I : Jln KH. A. Dahlan. 2. Lokasi II : Jln M. Yamin 3. Lokasi III : Jln Berok 4. Lokasi IV : Terminal Angkot 5. Lokasi V : Dalam Areal Pasar Raya Solok 6. Lokasi VI : Pelataran Parkir Depan Pertokoan Bundo Kanduang. 7. Lokasi VII : Jln Diponegoro VI Suku 8. Lokasi VIII : Jln A. Yani VI Suku 9. Lokasi IX : Jln By Pass Gambar 3. Kondisi PKL/Pedagang Malam di Beberapa Ruas Jalan Kota Solok Jenis barang yang yang dijual oleh PKL/Pedagang Malam kebanyakan adalah makanan dan minuman (kuliner). Ada juga beberapa pedagang yang menjual pakaian, asesoris/mainan, kaset/vcd, pulsa/kartu telepon, dan lainlain. Waktu berjualan pada malam hari hingga tengah malam namun persiapan menggelar barang dagangannya sudah dimulai dari sore karena tenda/tempat berjualan mereka bersifat buka-pasang (tidak permanen). Setelah selesai berjualan pada tengah malam, mereka membuka tenda/tempat berjualan dan akan memasangnya esok hari ketika akan berjualan kembali. Bisa saja di tempat yang sama tapi bisa juga di tempat yang berbeda. Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 9

10 Selain 9 (sembilan) lokasi yang ditetapkan oleh SK Walikota No /54/KPTS/WSL-2013 ada juga puluhan PKL yang berjualan setiap hari di Taman Kota pada sore hingga jam malam. Komoditi yang dijual kebanyakan mainan anak-anak, asesori, dan makanan ringan. Tampilan tenda/payung/tempat berjualan para pedagang di sepanjang jalan yang telah ditetapkan sebagai lokasi PKL/Pedagang Malam belum memperlihatkan keteraturan, kebersihan, dan keindahan. Kebanyakan mereka menggelar barang dagangan diatas trotoar hingga ke badan jalan yang dapat menimbulkan kemacetan. Bentuk tenda/payung yang mereka gunakan juga sangat bervariasi. Lampu penerangan disekitar tempat bejualan juga kurang terang. Pada pedagang makanan dan minuman belum terlihat adanya katalog atau daftar harga makanan/minuman yang membuat harga lebih transparan. 2. Karakteristik PKL Kota Solok Dari hasil survey yang telah dilakukan terhadap sejumlah pedagang informal (PKL) dan pengunjung dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Kebanyakan para PKL Kota Solok menggunakan pinggiran jalan untuk menggelar barang dagangannya. b. Waktu berjualan PKL bervariasi. PKL di Terminal Regional Bareh Solok berjualan dari jam sampai jam WIB dan PKL di Pasar Raya dan pinggiran jalan sekitar Pasar Raya berjualan dari pagi jam WIB 18.00WIB. PKL yang berjualan dari sore sampai tengah malam tersebar mulai dari area parkir Pasar Raya Solok hingga ke berbagai ruas jalan di seputar Kota Solok. c. Modal kerja para PKL kebanyakan kurang dari Rp 10 juta dengan omset rata perminggu berkisar Rp 1 juta hinggan Rp 3 juta. d. Sumber modal para PKL kebanyakan milik sendiri. Sedikit sekali yang berasal dari pinjaman perbankan. e. Aset yang ingin ditambah oleh para PKL kebanyakan adalah penambahan modal kerja disamping ada juga sebagian yang menginginkan untuk menambah/meninngkatkan tenda, payung, atau gerobak tempat berjualan. Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 10

11 f. Pengunjung berharap adanya peningkatan kualitas tampilan (performance) stan PKL dan penataan lalu lintas yang lebih baik agar tidak menimbulkan kemacetan. E. Regulasi dan Strategi Pengembangan Sektor Informal (PKL) Kota Solok Pemerintah Kota Solok telah melakukan berbagai upaya untuk menata PKL Kota Solok. Ada beberapa peraturan dan surat keputusan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Kota Solok. Beberapa peraturan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perwako Solok No. 29 tahun 2012 tentang Penataan dan Pembinaan PKL 2. Keputusan Walikota No /54/KPTS/WSL-2013 tentang Penataan dan Pengaturan Lokasi PKL dan/atau Pedagang Malam. 3. Keputusan Walikota Solok No /183/KPTS/WSL-2013 tentang Pembentukan Tim Monitoring dan Pengaturan Lokasi PKL dan/atau Pedagang Malam. 4. Keputusan Walikota Solok No /104/KPTS/WSL PERDA tentang PKL. (Masih dalam pembahasan dengan DPRD). Untuk memperkuat payung hukum penanganan sektor informal khususnya PKL Kota Solok maka Pemerintah Kota Solok harus segera menyelesaikan proses penyusunan Peraturan Daerah tentang ini. Dengan adanya payung hukum ini nantinya diharapkan penanganan PKL dapat memperlihatkan hasil yang maksimal. Penanganan pedagang informal (PKL) di Kota Solok dapat dilakukan melalui dua bentuk strategi utama yaitu Penataan dan Pemberdayaan. Strategi Penataan dapat pula dilakukan dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu Penataan Secara Fisik dan Penataan Secara Non Fisik. 1. Penataan Secara Fisik. Penataan secara fisik adalah penataan dalam bentuk sarana, prasarana dan tata ruang. Penataan secara fisik ini dapat berupa : Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 11

12 a. Penetapan Lokasi yang diizinkan untuk PKL. Strategi ini sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Solok melalui beberapa Keputusan dan Peraturan Walikota. Namun demikian strategi perlu diperkuat dengan strategi lainnya agar penataan PKL ini menjadi lebih maksimal dan efektif. b. Pengaturan Waktu Berdagang. Strategi ini juga sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Solok yakni pada ruas-ruas jalan tertentu para PKL dibolehkan berjualan di atas trotoar dan di pinggir jalan pada jam-jam tertentu. Pengaturan waktu berdagang juga telah diterapkan di areal parkir Pasar Raya dimana ketika pagi hingga sore lahan tersebut digunakan untuk tempat parkir dan dari sore hingga tengah malam dapat digunakan oleh PKL untuk berdagang sehingga lebih banyak pedagang yang mendapat kesempatan berdagang. Strategi ini dapat dikembangkan pada tempattempat lainnya di Kota Solok yang mempunyai lahan cukup luas tapi fungsi formalnya hanya dari pagi hingga sore seperti tempat pencucian mobil, halaman kantor, halaman pertokoan, dll. c. Pengaturan Tampilan (Performance). Strategi ini sudah diterapkan juga oleh Pemerintah Kota Solok melalui Dinas Pasar yakni pemberian meja besi pada PKL dalam Pasar Raya. Dampak pengaturan tampilan ini belum memperlihatkan hasil yang optimal karena belum terlihat keteraturan dan kerapian di dalam Pasar Raya Solok seperti yang diinginkan. Pemerintah Kota Solok dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh beberapa daerah yang telah melakukannya. Pontianak, Blitar, dan Solo, adalah beberapa daerah yang telah melakukan hal ini. Untuk melakukan pengaturan penampilan memang perlu dana yang cukup besar karena harus menyiapkan tenda atau meja berjualan yang seragam namun dampaknya akan mudah terlihat. Pemerintah Kota Solok dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti perusahaan swasta atau BUMN. Gambar 4. Kondisi PKL di beberapa Kota Setelah Pengaturan Tampilan. Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 12

13 d. Pengelompokan Pedagang (Clustering Concept), adalah konsep penataan pedagang informal dengan membuat pengelompokan pedagang berdasarkan jenis usaha. Jenis usaha yang bisa dikelompokkan misalnya kelompok makanan/minuman (kuliner), penjual barang kerajinan dari kayu, penjual buah, pedagang makanan ikan/ayam, pedagang buah, dll. e. Memberikan peruntukan ruang (space) kepada PKL secara terencana ketika pemerintah lakukan peremajaan Kota (Urban Renewal). 2. Penataan dengan Pendekatan Non Fisik Penataan nonfisik bertujuan untuk merubah mental dan perilaku pedagang informal menjadi warga yang sadar hukum dan berwawasan lingkungan. Mengajak para pedagang informal /PKL untuk tetap menjaga dan memelihara segala sesuatu yang telah diatur berkaitan dengan ketertiban dan kebersihan dan keindahan lingkungan tempat berdagang. Penertiban dan Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 13

14 penegakan hukum (Perda) secara rutin yang bertujuan agar peratutan perundang-undangan dipatuhi secara bersama. Pemberdayaan PKL dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan kemampuan berusaha (manajemen usaha), fasilitasi akses permodalan, penguatan kelembagaan dan kelompok usaha bersama, peningkatan kualitas dan standar mutu layanan/produk, bantuan promosi usaha, dan mendorong terciptanya kerjasama dan kemitraan dengan dunia usaha atau lembaga terkait. F. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan Paradigma baru tentang sektor informal (khususnya PKL) memandang bahwa meskipun PKL merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kemacetan, merusak tata kota (berjualan di lokasi yang tidak di peruntukkan, membuat lingkungan menjadi kumuh), meninggalkan sampah sembarangan, dan lain lain, namun di sisi lain PKL merupakan salah satu faktor penggerak perekonomian kota dan sebagai katup pengaman bagi penyediaan lapangan kerja. Oleh sebab itu, penanganan PKL bukan bermakna menghilangkannya dari aktifitas ekonomi perkotaan melainkan menatanya sedemikian rupa sehingga menjadi suatu energi baru bagi perekonomian dan menjadi daya tarik tersendiri (ciri khas atau landmark) bagi kota Solok. 2. Rekomendasi Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat diberikan beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Kota Solok yaitu : a. Menyelesaikan penyusunan dan pengesahan PERDA tentang penataan dan pemberdayaan PKL sebagai payung hukum dalam pengembangan PKL. Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 14

15 b. Mengembangkan Pasar Pagi di samping Terminal Regional Bareh Solok menjadi pasar grosir/kulakan untuk komoditi sayuran dan palawija. Pengembangan dapat dilakukan dengan membangun berbagai fasiltas yang dibutuhkan dan melakukan promosi dan penyebaran informasi secara luas. c. Memindahkan PKL Pasar Raya yang menempati ruas jalan di belakang dan di samping pasar raya ke tempat lain agar fungsi jalan tidak terganggu atau menjadikan jalan tersebut sebagai kawasan perluasan pasar khusus PKL dengan cara menata dan membangun berbagai fasilitas pendukung sesuai kebutuhan para PKL. d. Mengembangkan PKL di luar Pasar Raya untuk kelompok barang tertentu (misalnya dimulai dari kelompok makanan/minuman atau kuliner) di sebuah lokasi/kawasan tertentu yang nantinya dapat menjadi keunikan (land mark) Kota Solok. Pengembangan dimulai dari penataan lokasi, pengaturan tampilan, peningkatan kualitas layanan dan kualitas produk, dan pengaturan waktu berjualan. e. Memberikan peruntukan ruang (space) untuk para PKL secara terencana ketika pemerintah Kota Solok melakukan peremajaan kota (urban renewal). f. Mendorong dan mengajak berbagai pihak untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan PKL di Kota Solok. Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 15

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah : PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 12 HLM, LD Nomor 5 SERI D ABSTRAK : - bahwa

Lebih terperinci

TENTANG WALIKOTA CIMAHI, selain. Kota. Cimahi;

TENTANG WALIKOTA CIMAHI, selain. Kota. Cimahi; LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 172 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar; PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN AREA PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN NN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam pasar terjadi suatu aktivitas interaksi sosial dan transaksi jual beli antar penjual dan pembeli. Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi setiap orang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar tradisional merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBINAAN PASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Kota Payakumbuh yang strategis menjadikannya sebagai salah satu kota yang memainkan peran penting di Propinsi Sumatera Barat. Kota Payakumbuh merupakan gerbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai

Lebih terperinci

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang 1 ARTIKEL Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang Fikry, Larasati, Sulandari Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi lokasi alternatif dalam rangka pemindahan PKL di Koridor Fly Over Cimindi dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap 1 B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. b. bahwaa kegiatan usaha

Lebih terperinci

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR Oleh: YUNI SRI HANDAYANI L2D 097 490 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015 SALINAN BUPATI

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Di pasar kita dapat berbelanja sayuran, daging, sembako, bumbu dapur, buahbuahan, pakaian,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN RUANG BAGI PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT PERBELANJAAN DAN PUSAT PERKANTORAN DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA. Menimbang : BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR TENTANG PERIZINAN DAN KARTU IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN WARALABA, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Pasar Sejak jaman dulu, pasar tradisional mempunyai peranan penting dalam penggerakan ekonomi rakyat. Pasar tradisional selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG, Menimbang

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro) STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro) TUGAS AKHIR Oleh : RINA NAZLA ULFAH L2D 098 461 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.607,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang sedang digalakkan dewasa ini, pada hakikatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi Daerah bermula dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar 74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : OKTARINA DWIJAYANTI L2D 002 424 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR 80 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner untuk KUISIONER DATA UMUM DI KOTA BOGOR A. IDENTIFIKASI RESPONDEN A.1. Nama Responden : A.2. Alamat : A.3. Jenis Kelamin : 1 Laki-laki 2 Perempuan A.4. Umur Bapak/Ibu :.Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, kota-kota besar masih merupakan tujuan bagi mereka yang ingin memperbaiki nasib dan meningkatkan tarap kehidupannya. Dengan asumsi bahwa kota

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN Hasil PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 Jalan Raden Intan sepenuhnya berfungsi sebagai jalan arteri sekunder, jalan ini cenderung macet terutama pagi dan sore

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 41 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar tradisional di Indonesia masih merupakan wadah utama masyarakat dalam membeli suatu kebutuhan, karena dalam pasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.07,2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Perindustrian,Perdagangan & Koperasi Kabupaten Bantul; Pedagang Kaki Lima,Pemberdayaan,Penataan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR SEGAMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan masyarakat saat ini menuntut setiap orang untuk berupaya berdayaguna dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya kearah yang lebih baik. Baik itu melalui

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ini mengkaji dan menganalisis kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Adapun fokus lokasi penelitian pada pedagang kaki lima jalan Kapten

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 Menimbang TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : RISA NIKEN RATNA TRI HIYASTUTI L2D 002 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Berastagi merupakan kota yang terletak di Kabupaten Karo. Kabupaten Karo terkenal dengan nama Tanah Karo Simalem yang berarti tanah yang tidak sakit (tanah yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN TEMPAT-TEMPAT DAN FASILITAS UMUM TERTENTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu. masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu. masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan kelangsungan hidupnya di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah berdiri dan merdeka dengan syarat dan ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. Begitu juga dengan negara Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG

BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dengan memperhatikan kondisi, potensi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus reformasi telah berhasil menumbangkan pemerintahan Orde Baru yang otoriter. Faktor keruntuhan Orde Baru selain karena kekuasaan yang otoriter juga dipicu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survey. Suharto (2003: 99) mengemukakan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survey. Suharto (2003: 99) mengemukakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey. Suharto (2003: 99) mengemukakan bahwa metode survei deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data hasil survey dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalur pedestrian atau tepatnya pedestrian Path, adalah gabungan dari dua kata dasar, yaitu path dan pedestrian yang mempunyai kesamaan kesatuan arti, suatu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota yang dikenal sebagai kota budaya dan kota pelajar karena banyak terdapat tempat wisata maupun sekolah atau perguruan tinggi. Banyak

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 831 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN WARALABA, PUSAT PERBELANJAAN, TOKO MODERN, DAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketertiban dan kenyamanan kota (tidiness and convenience) merupakan fungsi turunan terpenting dari penataan ruang kota. Tujuan utama penataan ruang kota adalah terciptanya

Lebih terperinci