I. PENDAHULUAN. dengan fungsi utama kawasan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan seperti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. dengan fungsi utama kawasan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan seperti"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan lahan juga akan semakin meningkat, baik itu untuk pemukiman maupun untuk membangun berbagai fasilitas kehidupan. Disatu sisi lahan yang tersedia luasnya tetap, sehingga terjadi perebutan kepentingan lahan dan pemanfaatan lahan yang tidak terencana. Contohnya lahan yang seharusnya jadi kawasan lindung dialihfungsikannya menjadi lahan pertanian. Pemanfaatan lahan harus disesuaikan dengan fungsi utama kawasan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan seperti terjadinya banjir dan tanah longsor. Untuk mengatasi hal tersebut menurut Khoirunnas (2011) dibutuhkan arahan fungsi pemanfaatan lahan yaitu kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan kedalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai suatu dasar untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dan diperbolehkan dilakukan diatas suatu lahan dengan mempertimbangkan aspek fisiknya, yang terbagi menjadi kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya (SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981). Penilaian potensi lahan sangat diperlukan terutama dalam rangka penyusunan kebijakan, pemanfaatan lahan, dan pengelolaan lahan secara berkesinambungan. Untuk menyusun kebijakan tersebut sangat diperlukan peta peta yang salah satunya adalah peta arahan fungsi pemanfaatan lahan. Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat mendukung proses dalam 1

2 penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah yang disusun dengan cepat dan tepat sebagai dasar pijakan dalam mengatasi benturan pemanfaatan penggunaan lahan/sumberdaya alam. Untuk itu, Pada Kegiatan PKPM ini dilakukanlah pembuatan Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan untuk diketahui bagaimanakah arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yang meliputi Budidaya tanaman semusim dan permukiman, budidaya tanaman tahunan, kawasan penyangga dan kawasan lindung. Kegiatan PKPM (Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa) adalah kegiatan yang menerapkan ilmu secara langsung ke lapangan atau ke dunia kerja. Melalui kegiatan PKPM ini mahasiwa dapat melihat langsung atau mengetahui kegiatan kegiatan yang dilakukan di suatu perusahaan dan mempelajari ilmu ilmu yang ada disana dan bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Kegiatan PKPM ini dilakukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang terletak di Jalan Sudirman no Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat yang mempelajari tentang Perencanaan Pembangunan. Kegiatan PKPM ini wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh semester VI untuk memenuhi Study Diploma III. 2

3 1.2 Tujuan PKPM a. Mengetahui kondisi lereng, jenis tanah, dan curah hujan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi b. Menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. 1.3 Manfaat PKPM a. Menghasilkan informasi luas arahan fungsi pemanfaatan lahan meliputi kawasan lindung, penyangga dan budidaya/pemukiman di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan lebih cepat, hemat dan praktis dibandingkan dengan survey lahan yang memerlukan waktu yang lama dengan biaya yang mahal. b. Mampu mengaplikasikan Sistem Informasi Geografis untuk menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi. a. Mengetahui proses penggunaan aplikasi ArcGIS 10.2 dalam menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi. 3

4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Amrizal (2009), mengatakan bahwa lahan merupakan bagian dari bentang lahan (Lanscape) yang meliputi lingkungan fisik termasuk iklim, topografi / relief, hidrologi, tanah dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan di kelompokan menjadi : hutan, tegalan, perkebunan, sawah, pemukiman dan penggunaan lain. Penetapan penggunaan lahan pada umumnya didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya. Pengertian lahan menurut geografi fisik lahan adalah tanah yang tetap dalam lingkungannya dan kualitas fisik tanah sangat menentukan fungsingya. Menurut isitilah ekonomi lahan adalah sumber alamiah yang nilainya tergantung dari produksinya, lahan merupakan suatu komuditi yang memiliki harga, nilai, dan biaya. Sedangkan bagi seorang pengacara, seluruh perlengkapan buatan manusia (infra struktur dan bangunan-bangunan) juga termasuk bagian dari lahan (Lichfield dan Darin 2009). 2.2 Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui potensi lahan untuk penggunaan tertentu yang berguna untuk membantu perencanaan penggunaan dan pengelolaan lahan. Evaluasi lahan meliputi interpretasi data fisik dan kimia tanah, potensi penggunaan lahan sekarang dan sebelumnya (Jones, 4

5 2013). Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan Kemampuan Lahan Kemampuan lahan adalah harkat lahan yang ditetapkan menurut macam pengelolaan atau syarat pengelolaan yang diperlukan berkenan dengan pengendalian bahaya degradasi atau penekanan resiko kerusakan lahan selama penggunaannya untuk suatu maksud tertentu (Tejoyuwono,2012) Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Khoirunnas (2011) menjelaskan bahwa arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan ke dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat sumberdaya alam, Artinya apabila penggunaan lahan pada masing-masing kawasan tidak sesuai dengan fungsi utamanya maka perlu dilakukan tindakan arahan fungsi pemanfaatan lahan dengan menerapkan tindakan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik yang bertujuan untuk mengembalikan dan menjaga fungsi utama kawasannya. 5

6 2.2.3 Fungsi Utama Kawasan Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT), Departemen Kehutanan 1986 dalam Nugraha, 2006) membagi lahan berdasarkan karakteristik fisik DAS yang terdiri dari kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan harian rata-rata. Berdasarkan karekteristik tersebut maka ditentukan fungsi kawasannya dengan cara scoring (Nugraha, 2006). Dengan demikian, dapat dihasilkan kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya yang dapat dibedakan lagi menjadi budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Fungsi utama kawasan lindung adalah sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. (Nugraha, 2006). Fungsi kawasan lindung ini selain melindungi kawasan setempat juga memberi perlindungan kawasan di bawahnya. Berdasarkan fungsi tersebut maka penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan lahan dengan tanpa pengolahan tanah dan dilarang melakukan penebangan vegetasi hutan (Nugraha, 2006). Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. (Nugraha, 2006). Kawasan penyangga ini merupakan batas antara kawasan lindung dan 6

7 kawasan budidaya. Penggunaan lahan yang diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan sistem wanatani dengan pengolahan lahan sangat minim. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan (Nugraha, 2006). Kawasan budidaya dibedakan menjadi kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim. Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan, seperti hutan produksi, perkebunan, dan tanaman buah-buahan, sedangkan kawasan budidaya semusim adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman semusum/setahun, khususnya tanaman pangan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi kawasan merupakan permintaan lahan berdasarkan karekteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah, dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik. 7

8 2.2.4 Kriteria Penetapan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Faktor-faktor yang diperhatikan dan diperhitungkan di dalam penentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan untuk mentukan kawasan lindung, kawasan fungsi penyangga, dan kawasan budidaya adalah kelerengan, jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dan intensitas hujan dari wilayah yang bersangkutan (SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/kpts/um/VIII/1981). 1. Jenis Tanah Tanah merupakan campuran antara partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran dan komposisi. Partikel tersebut menempati kurang lebih 50% volume dan sisanya berupa pori pori diisi oleh air dan udara. Tanah sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi kesesuaian penggunaannya, jenisnya berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Perbedaan jenis tanah ini lebih dipengaruhi oleh proses pembentukannya, yaitu dipengaruhi oleh faktor-faktor: iklim (terutama suhu dan curah hujan), organisme hidup (terutama vegetasi), sifat dari bahan induk (tekstur, struktur, susunan kimia dan mineral), topografi, dan rentang waktu selama bahan induk diubah menjadi tanah. Bahwa kelima faktor tersebut tidak dapat dipisahkan dan bekerja sendiri-sendiri, bahan induknya diolah oleh iklim dan organisme. Pengolahan ini berlangsung di permukaan bumi pada waktu tertentu. Dengan melihat perannya tersebut, maka bahan induk dan topografi sering dianggap sebagai faktor pasif sedangkan iklim dan organisme disebut faktor aktif (Harimurti et al, 2007 dalam Triyono 2012). 8

9 Untuk itu, dibawah ini ada kriteria jenis tanah menurut Sk Mentri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980, dapat dilihat pada tabel 1. Kriteria Jenis Tanah. Tabel 1. Kriteria Jenis Tanah Kelas/skor Jenis Tanah Deskripsi Nilai Timbang Bobot 1 Alluvial, Tanah Gley, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterit Tidak peka Tanah 2 Latosol Agak Peka Kambisol, Tanah Hutan Kurang Peka 3 Coklat, Coklat Tak Bergamping, Mediteran 4 Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol, Podsolik Peka Regosol, Litosol, Organosol Renzina Sangat Peka Sumber: Sk Mentri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/ Intensitas Curah Hujan Curah hujan dapat mempengaruhi Fungsi Kawasan dan daya dukung lingkungan, karena hal ini erat kaitannya dengan kondisi tanah dan erosi yang akan berdampak terhadap aktivitas penggunaan lahan (Harimurti et al, 2007 dalam Triyono 2013). Tabel 2. Deskripsi Intensitas Curah Hujan Harian Rata-rata Kelas/skor Interval (mm/hari) Deskripsi Nilai Timbang Bobot ,6 Sangat rendah ,6-20,7 Rendah ,7-27,7 Sedang ,7-34,8 Tinggi >34,8 Sangat tinggi Sumber: Sk Mentan No. 837/KPT/UM/11/80 3. Kemiringan Lahan/ Kelerengan Kemiringan lahan atau Kelerengan adalah perbedaan ketinggian tertentu pada relief yang ada pada suatu bentuk lahan. Kemiringan lahan menunjukkan karakter 9

10 daerah yang harus dipertimbangkan dalam arahan penggunaan lahan. Kemiringan lahan tiap daerah berbeda-beda tetapi secara umum dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok. Kemiringan lahan dipengaruhi oleh ketinggian lahan terhadap laut karena semakin dekat dengan laut semakin cenderung rata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut: Tabel 3. Deskripsi Kelas Lereng Kelas/skor Interval (%) Deskripsi Nilai Timbang Bobot Datar Landai Agak curam Curam >45 Sangat curam Sumber : SK Mentan No.837/KPTSS/Um/11/ Kriteria Fungsi Kawasan Kriteria dan tata cara penetapan kawasan Hutan Lindung, Penyangga dan Budidaya pada setiap satuan lahan adalah dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagai berikut: Tabel 4. Deskripsi Kawasan menurut skor No Fungsi Kawasan Bobot total 1 Kawasan Lindung >175 2 Kawasan Penyangga Kawasan Budidaya tanaman semusim dan pemukiman (lereng < 8%) <125 4 Kawasan budidaya tanaman tahunan (lereng < 15% Sumber : SK Mentan No.837/KPTSS/Um/11/80 < Sistem Informasi Geografis (SIG) Menurut Mayhoneys (2008) dalam Manik (2013), sistem informasi geografis merupakan sistem berbasis komputer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi dan menampilkan informasi spasial (keruang), yakni informasi yang mempunyai hubungan geometri dalam arti bahwa 10

11 informasi tersebut dapat dihitung, diukur, dan disajikan dalam bentuk koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi (data spasial) dan semantiknya (data atribut). Menurut Aini (2009) dalam Manik (2013), mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelolah, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Sistem Informasi Geografis (bahasa inggris: Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan) atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasikan menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini (Fuji, 2013 dalam Manik 2013). Menurut Fuji 2013 dalam Manik 2013, aplikasi SIG terlibat dalam berbagai bidang di berbagai disiplin ilmu, diantaranya yaitu: a) Pemetaan tanah dan pemetaan prasarana Kota b) Pemetaan kartografi dan peta tematik c) Ukur tanah dan fotogrameti d) Penginderaan jauh dan analisa citra e) Ilmu komputer f) Perencanaan wilayah (planologi) 11

12 g) Ilmu tanah h) Geografi Sub Sistem Sistem Informasi Geografis Menurut Masnaryo (2013) Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem, informasi geografis terdiri dari 4 subsistem pokok, yaitu subsistem masukan (data input), penyajian (data output, penyimpanan (data management), serta pengolahan dan pengkajian (data manipulation and analysis). Berikut ini penjelasan masing masing subsistemnya. 1. Subsistem Masukan Fungsi dari subsistem ini adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Selain itu, subsistem ini bertanggung jawab dalam melakukan konversi atau melakukan transformasi formal. Data-data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG. 2. Subsistem Penyimpanan Fungsi dari subsistem ini adalah mengorganisasikan data, baik data spasial maupun data atribut ke dalam basis data (bank data). Penyimpanan dengan cara demikian mempermudah dalam pemanggilan, pengeditan dan pembaharuan data. 3. Subsistem Pengolahan dan Pengkajian Fungsi dari subsistem ini adalah menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan pengolahan dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. 12

13 4. Subsistem Penyajian Fungsi dari subsistem ini adalah menampilkan data dan hasil dari pengolahannya, baik sebagian maupun seluruhnya. Data dan hasil pengolahannya tersebut ditampilkan antara lain dalam bentuk tabel, grafik, dan peta (khususnya para digital) Komponen Sistem Informasi Geografis Menurut Setiawan (2013), komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebagai berikut: Gambar 1. Komponen Sistem Informasi Geografis 1. Manusia, dalam arti orang yang mengoperasikan atau menggunakan peranti SIG dalam pekerjaannya. 2. Aplikasi, merupakan prosedur yang digunakan mengolah data menjadi informasi misalnya penjumlahan, klasifikasi, tabulasi dan lainnya. 3. Data, berupa data spasial/grafis dan data atribut. Data spasial merupakan data berupa representasi fenomena permukaan bumi yang dapat berupa foto udara, 13

14 citra satelit, koordinat dan lainnya. Data atribut adalah data yang merepresentasikan aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkan seperti data sensus penduduk, jumlah penganguran dan lainnya. 4. Software, merupakan perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengolahan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial. Contoh software SIG yaitu Arc View, Map Inf, ILWIS. 5. Hardware, yaitu perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem komputer seperti CPU, plotter, digitizer, RAM, hardisk dan lainnya. 6. Metode, merupakan cara/tahapan yang dilakukan dalam pengoperasian SIG mulai dari awal sampai akhir Fungsi Analisis (Geoprocessing) Menurut Buga (2014) Geoprocessing adalah sekumpulan fungsi yang melakukanoperasi dengan didasarkan dari lokasi geografis layer-layer input. Fungsi-fungsi geoprocessing ini sering juga digunakan sebagai pelengkap dari fungsi Buffer. Ada 6 fungsi dalam geoprocessing yaitu: 1. Dissolve Proses ini pada dasarnya akan menyatukan atau menghilangkan batasbatas unsur-unsur spasial yang tepat bersebelahan namun terletak dalam suatu theme yang sama atau dengan perkataan lain dissolve merupakan operasi yang digunakan untuk menyatukan features yang mempunyai nilai atribut yang sama 14

15 2. Union Proses ini akan menghasilkan theme baru dengan mengkombinasikan dua theme. Output theme yang dihasilkan merupakan gabungan dari kedua features, berikut atribut datanya. 3. Merge Proses ini mirip dengan union akan dihasilkan sebuahtheme baru yang merupakan kombinasi dari beberapa theme yang bersisian, tetapi unsur-unsur spasial tersebut tidak saling memotong. Data atribut masing-masing theme otomatis akan tergabung 4. Clip Pada dasarnya pekerjaan ini adalah memotong atau menggunting suatu theme. Proses ini menghasilkan theme baru dengan tipe sesuai dengan theme obyek yang dipotong (titik, garis, dan polygon). Dengan demikian theme baru ini hanya akan berisi unsur-unsur spasial dari theme obyek yang terdapat di dalam batas theme cutter 5. Intersect Proses ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan clipping tetapi pada intersect, theme baru merupakan data spasial irisan kedua theme yang menjadi masukannya dengan theme overlay sebagai batas intersect-nya Manfaat Sistem Informasi Geografis Menurut Sukoharjo (2014) Sistem Informasi Geografis dapat membantu dalam hal penataan ruang, tujuannya adalah agar penentuan pola pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif 15

16 dan efisien. Misalnya penataan ruang perkotaan, pedesaan, permukiman,kawasan industri, dan lainnya. a. Inventarisasi sumber daya alam Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alamialah sebagai berikut: Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya. Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya: Kawasan lahan potensial dan lahan kritis; Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak; Kawasan lahan pertanian dan perkebunan; Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan; Rehabilitasi dan konservasi lahan. b. Untuk pengawasan daerah bencana alam Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya: Memantau luas wilayah bencana alam; Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang; Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana; Penentuan tingkat bahaya erosi; Prediksi ketinggian banjir; Prediksi tingkat kekeringan. 16

17 c. Bidang sosial Selain dalam inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pola pembangunan, SIG juga dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial. Dalam bidangsosial SIG dapat dimanfaatkan pada hal-hal berikut: Mengetahui potensi dan persebaran penduduk. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan. Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran. 2.4 Kartografi dan pemetaan Kartografi adalah seni dan ilmu membuat peta. Peta-peta tertua yang diketahui dipelihara pada tablet tanah liat Babilonia sekitar 2300 SM Kartografi itu cukup maju di Yunani kuno. Konsep Bumi bulat itu terkenal di kalangan filsuf Yunani pada saat Aristoteles (ca. 350 SM) dan telah diterima oleh semua ahli geografi Peta Sepanjang zaman, peta telah mempunyai dampak yang mendalam pada kegiatan manusia, dan dewasa ini tuntutan akan peta barangkali lebih besar dari sebelumnya. Peta peta sangat penting dalam rekayasa, pengelolaan sumberdaya, perencanaan kota dan regional, pengelolaan lingkungan hidup, kontruksi, 17

18 pelestarian, geologi, pertanian dan banyak bidang lainnya. Peta peta memperlihatkan beraneka ragam ciri misalnya topografi, batas batas hak milik, jalur lintas transportasi, jenis jenis tanah, tumbuhan, pemilikan tanah untuk tujuan pajak, dan lokasi mineral serta sumberdaya (Naswir, 2002). Selanjutnya Naswir (2002) juga menyatakan peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai hal hal yang bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah. Peta dapat memberikan gambaran mengenai kondisi atmosfir, mengenai kondisi permukaan tanah, mengenai kondisi keadaan lautan, mengenai bahan yang membentuk lapisan tanah dan lain lain. Adapun peta peta yang memberikan gambaran memgenai hal hal tersebut diatas, berturut turut disebut peta meteorologi, peta permukaan tanah, peta hidrografi, peta geologi dan lain lain yang kesemuanya adalah peta dalam arti luas. Menurut Er Prabawayudha (2010), Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya. 1. Peta berdasarkan isinya: a. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran. b. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi. c. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dllnya. d. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah. 18

19 e. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah f. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya. g. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya. h. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala 1 : atau lebih besar. i. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar. j. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari 1 : Peta berdasarkan skalanya: a. Peta skala besar: skala peta 1 : atau lebih besar. b. Peta skala sedang: skala peta 1 : : c. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : Peta tanpa skala kurang atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan: persamaan (engineer s scale), perbandingan atau skala numeris (numerical or fractional scale) atau skala fraksi dan grafis (graphical scale). 19

20 3. Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan: a. Peta Dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. b. Peta Tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu Komponen dan Kelengkapan Peta Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur kelengkapan yan bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta. Menurut andimanwono (2010) Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta misalnya adalah : Gambar 2. Komponen dan Kelengkapan Peta 20

21 1. Judul Peta Judul peta merupakan nama suatu daerah yang digambar. Judul mencerminkan isi dan tipe peta. Penulisan judul peta hendaknya menggunakan huruf cetak tegak, semua menggunakan huruf besar dan simetris 2. Skala Peta Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi 3. Arah Mata Angin / Orientasi / Petunjuk Arah Petunjuk arah adalah tanda pada peta yang menunjukkan arah utara, timur, selatan atau arah daerah yang digambar 4. Simbol Peta Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, 5. Warna Peta Pada peta, warna digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi 6. Tipe Huruf (Lettering) Penggambar uruf berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Setiap nama simbol menggunakan huruf-huruf standar sebagai berikut. 21

22 7. Gratikul (Posisi Geografis) Posisi gografis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah 8. Inset Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset juga di gunakan untuk menggambar suatu wilayah yang tidak tergamabr pada peta, sehubungan dengan terbatasnya media gambar. 9. Garis Tepi Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta. 10. Legenda Legenda adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh pembaca. 11. Sumber dan Tahun Pembuatan Sumber dan tahun pembuatan peta merupakan sumber data yang perlu dicantumkan untuk kebenaran peta yang dibuat. 2.5 Metode Analisis Fungsi Pemanfaatan lahan Metode analisis merupakan langkah dalam melakukan analisis yang digunakan dalam penelitian. Dalam metode analisis ini akan dibahas mengenai teknik analisis, penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan yang 22

23 meliputi analisis-analisis skoring, overlay (superimpose) dan langkah dalam SIG. Teknik analisis yang digunakan untuk melakukan analisis adalah teknik analisis overlay peta menggunakan geoprocessing dalam SIG. Proses overlay peta didahului dengan skoring terhadap poligon-poligon lahan, yang kemudian diproses dengan menggunakan SIG. 1. Overlay Peta Overlay peta merupakan teknik analisis dalam SIG untuk mengetahui dan melakukan analisis keruangan yang dilakukan dengan cara mengoverlaykan beberapa peta dengan tema berbeda, yang menggunakan perangkat lunak Arcgis. Melalui program SIG dengan cara overlay peta-peta tematik, maka akan diperoleh satuan lahan menurut klasifikasi dan nilainya. Penetapan arahan fungsi pemanfaatan lahan dilakukan dengan menjumlahkan skor dari ketiga faktor yang dinilai pada setiap satuan lahan. Jumlah skor tersebut akan mencerminkan kemampuan lahan untuk masing-masing satuan lahan. Berdasarkan besarnya skor total dan kriteria lainnya, akan diperoleh arahan fungsi pemanfaatan lahan dari masing-masing satuan lahan. Teknik ini sangat penting untuk digunakan sebagai alat untuk mempermudah analisis keruangan. 2. Skoring Skoring dilakukan untuk memberikan bobot dari poligon-poligon wilayah yang memiliki kesamaan karakteritik pada peta tematik. Selain itu, skoring juga dilakukan untuk memberikan bobot pada wilayah-wilayah yang didapatkan dari hasil overlay. 23

24 III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan PKPM ini dilaksanakan selama 3 bulan, yang dimulai dari bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni Tempat pelaksanaan PKPM ini yaitu di kantor Bappeda Kota Bukittinggi. 3.2 Alat dan Bahan adalah: Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada pelaksanaan PKPM ini Tabel 5. Alat dan Bahan No Alat/Bahan Fungsi Jumlah 1 Balpoint Menulis data-data yang penting 1 buah 2 Buku Saku Mencatat data-data yang penting 1 buah 3 Laptop Menampung penggunaan Software 1 Unit 4 Peta Jenis Tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 5 Peta Curah Hujan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 6 Peta Lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan SIG Data spasial untuk menetapkan Kawasan Lindung, Penyangga dan Budidaya. Data spasial untuk menetapkan Kawasan Lindung, Penyangga dan Budidaya. Data spasial untuk menetapkan Kawasan Lindung, Penyangga dan Budidaya. 7 Program Arc-GIS 10.2 Software untuk mengolah data Spasil di atas 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 24

25 3.3 Prosedur Pelaksanaan Kemiringan lereng (nilai timbang = 20) 0-8% = skor % = skor % = skor % = skor 4 >45% = skor 5 Jenis tanah (nilai timbang = 15) Aluviall,tanah gley,planosol Hidromorf kelabu, laterit tanah = skor 1 Latosol = skor 2 Brown forest soil / kambisol, coklat tak bergamping,mediteran = skor 3 Andosol, laterit, grumosol, podsol, podsolik = skor 4 Regosol, litosol, organosol, renzina = Intensitas Curah hujan mm/ hari (nilai timbang = 10) 0-13,6 = skor 1 13,6 20,7 = skor 2 20,7 27,7 = skor 3 27,7 34,8 = skor 4 >34,8 = skor 5 Overlay Peta Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Kawasan Lindung = >175 Kawasan fungsi penyangga = Kawasan budidaya tanaman tahunan = <125 (lereng <15%) Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman = <125 (lereng <8% Gambar 3. Bagan Alir Prosedur Penentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan 25

26 3.1.1 Mengumpulkan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat parameter yang diperlukan untuk Penentuan Arahan Fungsi Kawasan berupa kawasan Lindung kawasan penyangga dan kawasan budidaya sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980. Dimana jenis data yang dikumpulkan yaitu: 1. Peta Curah hujan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 2. Peta Kelerengan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 3. Peta Jenis tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi 4. Peta Administrasi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi Pengolahan Data Pengelolaan data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan,penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang diperoleh dari input data. Pengolahan Data dilakukan dengan menggunakan software arc-gis Analisis Data Analisa data adalah suatu proses saling menghadapkan dua jenis data atau lebih untuk mendapatkan hubungan informasi antara data yang satu dengan lainnya (Balai Pengelolaan DAS Tondano, 2004 dalam Triyono, 2013). Hasil analisa yang diharapkan dapat teridentifikasinya data Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi, Proses Analisa Data ini dilakukan menggunakan Software Arc-GIS Proses analisa dengan menggunakan software SIG ini dapat dilaksanakan dengan metode yang 26

27 digunakan adalah metode skoring. Setiap parameter penentu fungsi kawasan diberi skor tertentu. Pada unit analisis hasil tumpang susun (overlay) data spasial, skor tersebut kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor selanjutnya diklasifikasikan untuk menentukan kawasan lindung, Penyangga dan Budidaya Langkah kerja Membuka Program ArcGIS 10.2 Memotong Peta Aministrasi Kota Bukittinggi Teknik Scoring Clip Peta Curah Hujan, Clip Peta Kelerengan dan Clip Peta Jenis Tanah Overlay Peta Layout Gambar 4. Bagan prosedur Pembuatan Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan 1. Membuka Program Untuk membuka program Klik Start Program ArcGIS 10.2 atau bila di desktop telah ada shortcutnya. Klik shortcut (ikon) tersebut. Lihat pada gambar 5 sebagai berikut: 27

28 Gambar 5. Tampilan awal Acr-GIS 10.2 pada saat pertama kali dibuka. 2. Masukan koordinat systemnya yaitu dengan meklik kanan pada layer lalu klik propertis dan pilih coordinat system, lalu atur coordinat systemnya. 3. Memotong Peta a. Input Peta Shp Administrasi Kota Bukittinggi yang akan di potong kecamatan mandiangin koto selayan dengan me klik Catalog. b. Beri label nama kecamatan pada Peta Shp Kota Bukittinggi agar mempermudah untuk memotong nya, yaitu dengan menklik kanan pada Administrasi, lalu pilih propertis, lalu klik categoris setelah diatur warnanya klik label ataur pada label tersebut untuk memunculkan namanya pada peta. c. Langkah Selanjutnya yaitu memotong bagian Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan mengklik Select Features. 28

29 Gambar 6. Icon Yang Dipilih Untuk Memotong Peta d. Setelah di pilih, klik kanan pada Administrasi lalu pilih data, pilih export data. Buat folder untuk penyimpanan nya. Klik OK! Gambar 7. Tampilan Langkah Langkah dalam Memotong Peta 29

30 e. Setelah Peta Administrasi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Tersebut terpotong, lalu langkah selanjutnya menginput Peta Curah Hujan, Peta Kelerengan dan Peta Jenis Tanah dengan menggunakan Geoprocessing lalu klik Clip. Gambar 8. Tampilan Clip Pada Geoprocessing f. Setelah Clip Peta Curah Hujan nya berhasil, lakukan hal yang sama pada Peta Kelerengan dan Peta Jenis Tanah. 4. Teknik Skoring Teknik skoring merupakan suatu teknik dalam menganalisis data dengan membuat suatu nilai terhadap keadaan yang ada, dan disusun menurut ranking yang telah dibuat sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam kebijakan yang berlaku menurut SK Mentri Pertanian No. 837/KPT/UM/11/1980 yaitu: 30

31 a. Langkah nya dengan cara Memberikan Bobot dan Skor pada masing masing Peta yaitu pada Peta Curah Hujan, Peta Kelerengan dan Peta jenis Tanah. Cara nya yaitu dengan menambah kan Tabel baru pada Open Atribut masing masing Peta. Tabel yang di tambah kan yaitu tabel Skor dan Tabel bobot. b. Selanjutnya Pada Tabel Skor masukkan Skor yang telah di berikan pada masing masing Parameter Peta. Yaitu dengan cara meklik kanan pada tabel Skor lalu pilih field calculator. Gambar 9. Tampilan Memasukkan nilai Skor Pada Peta c. Setelah memasukkan skor pada masing masing open atribut tabel curah hujan, jenis tanah dan kelerengan, selanjutnya memasukkan bobot pada masing masing open atribut, cara nya yaitu sama seperti menambahkan skor, yaitu dengan cara menambahkan tabel baru yang berjudul bobot. 31

32 d. Setelah di tambahkan tabel pada open atribut tabel, selanjutnya di blok tabel tersebut, lalu klik kanan klik kanan dan pilih field calculator, lalu masukkan nilai bobot nya. 5. Overlay Peta Analisis superimpose (overlay) merupakan suatu teknik analisis dengan cara mengoverlaykan data peta. Dengan analisis ini dapat diketahui kondisi suatu wilayah berdasarkan data dan informasi yang ada. Cara Mengoverlay Peta yaitu dapat dilihat sebagai berikut: a. Klik geoprocessing, lalu pilih union, setelah itu input ke 3 peta yang akan di overlay lalu simpan di folder yang sama dengan yang sebelumnya. Setelah itu tunggu proses geoprocessing berhasil. b. Selanjutnya setelah proses geoprocessing berhasil, buka open atribut pada peta union tersebut, tambahkan tabel bobot total. Setelah itu klik kanan pada tabel bobot total, lalu klik field calculator lalu tambah kan semua bobot (bobot Curah hujan, bobot kelerengan dan bobot jenis tanah). c. Setelah di dapat bobot total nya, lalu tambahkan tabel nama kawasan atau tabel arahan fungsi pemanfaatan lahan nya dengan cara klik field calculator lalu masukkan nama kawasan sesuai bobot yang telah didapat. d. Setelah didapat arahan fungsi Pemanfaatan lahan nya lalu atur warna Peta sesuai keinginan. 32

33 Gambar 10. Tampilan Cara Mengoverlaykan Peta e. Setelah itu, untuk menghitung luas nya tambahkan tabel luas pada open atribut tabel lalu klik kanan dan pilih calculator geometry. 6. Pembuatan Layout Hasil akhir dari suatu pekerjaan adalah output, dalam sistem informasi geografi ada berbagai macam hasil akhirnya, bisa dalam bentuk peta hard copy ataupun softcopy. Proses pembuatan hasil akhir ini sering disebut dengan pembuatan layout. Umumnya dalam bentuk peta. Adapun proses dalam pembuatan layout ini adalah sebagai berikut: a. Pertama sekali untuk pemberian layout pada Peta, yaitu klik bagian kiri paling bawah. 33

34 b. Atur layout tersebut. c. Setelah itu atur grid pada peta, cara nya klik kanan pada kolom peta tersebut, lalu pilih propertis. d. Peta yang telah selesai di beri layout seperti gambar berikut: 34

35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi. Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 tahun mendatang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi Tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi tahun ini dilakukan melalui koordinasi dengan seluruh instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pemangku kepentingan yakni melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi Tahun ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan guna mewujudkan visi, misi Kepala Daerah terpilih dalam 5 (lima) tahun ke depan. 35

36 Adapun tujuan penyusunan RPJM Kota Bukittinggi menurut Peraturan Daerah Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2012 tentang RPJMD Kota Bukittinggi Tahun adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pedoman bagi seluruh SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi dalam menyusun Renstra SKPD periode ; 2. Sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam merumuskan program pembangunan periode ; 3. Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Bukittinggi dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015; 4. Sebagai tolok ukur dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota pada akhir masa jabatan. RPJMD Tahun yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bukittinggi No. 4 Tahun 2012 menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis SKPD, dan RKPD. RPJMD Tahun adalah rencana 5 (lima) tahun yang menggambarkan : a. Visi, misi, dan program Walikota sebagai Kepala Daerah; dan b. Berisikan arahan kebijakan pembangunan, kebijakan umum, keuangan daerah, dan program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh SKPD, disertai dengan rencana kegiatan dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Oleh karena Renstra SKPD harus berpedoman pada RPJMD dan sangat erat kaitannya dengan Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih maka dokumen Renstra SKPD harus dapat menterjemahkan secara strategis, sistematis, dan 36

37 terpadu dari Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas SKPD serta menetapkan tolok ukur pencapaiannya. Selanjutnya Resntra SKPD ini dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja tahunan SKPD (Renja SKPD) dan harus dapat diterjemahkan secara konsisten ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan lainnya Visi dan Misi Visi Bappeda Kota Bukittinggi memuat Visi Menjadi koordinator perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas Misi Untuk mewujudkan visi tersebut, ada 4 misi yang akan dilakukan dan ingin dicapai. Misi tersebut yaitu : 1. Meningkatkan kualitas Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah. 2. Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia Perencanaan Pembangunan. 3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas data, informasi perencanaan Pembangunan Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Bukittinggi, maka Struktur organisasi Bappeda adalah sebagai berikut: 37

38 Kepala Bappeda H. YUNIZAR, SE Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Bappeda Albertinusman, S.Si, M.Si Kasubag Umum Kepegawaian HASBI SYARIF, SH Kasubag Perencanaan SONNI FITRI, S.Pt, MT Kasubag Keuangan ERNI YULIATI, SE Ka. Bidang Sarpras dan Tata ruang Ka. Bidang Ekonomi Ka. Bidang Litbang dan data Ka. Bidang Sosial Budaya ELZA AULIA, S.STP Drs. HENDRY, SE GUSWARDI, SH, MH SUSTINA, SE Kasubbid. Prasarana kota ELLY EL RAHMAH, ST Kasubbid. Pengembang potensi ekonomi HILDA HARYANI, A.Md Kasubbid. Litbang Dra. DENI ELFI, M.Si Kasubbid. Kesra & penanggualang kemiskinan IVONOVITA MADOLA, S STP Kasubbid. Tata Ruang dan LH Ir. TETI ADRIANIS, MP Kasubbdi. Koperasi,UKM dan perdagangan FIRDAUS, SH Kasubbid. Data ANTONIUS, SE Kasubbid. Pemerintahan & SDM NIRZA SASMITA, S.Sos Sumber : Bappeda Kota Bukittinggi Gambar 11. Struktur Organisasi Bappeda Kota Bukittinggi 38

39 4.2 Deskripsi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi, Kecamatan Mandiangin Koto selayan ini memiliki Luas 13,2816 km 2. Secara Geografis Kecamatan Mandiangin Koto Selayan ini terletak pada 100 o, 22' 23" BT 0 o, 17' 28" LS. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan terletak pada ketinggian 700 m dari permukaan laut, Karena terletak di ketinggian maka Kecamatan Mandiangin Koto Selayan beriklim sejuk (Dokumen Revisi RTRW Kota Bukittinggi). Berdasarkan Data Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Dalam Angka 2014 Batas Daerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Guguk Panjang dan Aur Birugo Tigo Baleh c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan IV Koto dan Kecamatan Matur Kabupaten Agam. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan IV Angkat Candung Kabupaten Agam. Topografi permukaan bumi Kecamatan Mandiangin Koto Selayan tidak rata dimana terdiri dari daerah dataran dan perbukitan. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan di lalui oleh beberapa sungai yaitu Batang Tambuo dengan lebar 5 7 m yang melalui Kelurahan Koto Selayan dan Garegeh, Batang Sianok dengan lebar m yang melalui Kelurahan Puhun Pintu Kabun, Batang Agam 39

40 dengan lebar 3 5 m yang melalui Kelurahan Campago Ipuh dan Campago Guguk Bulek. 4.3 Kemiringan Lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Dari hasil ekstrak citra SRTM didapat hasil kemiringan lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Kemiringan Lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan No Kemiringan Deskripsi Luas Km² % % Datar 5, ,60 % % Landai 5,339 40,19% % Agak Curam 2,036 15,32% % Curam 0,6452 4,89% Jumlah 13, Tabel diatas menunjukan bahwa kemiringan lereng di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan memiliki keragaman kelerengan yaitu 4 jenis kelerengan, hal ini disebabkan karena letak Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yang Topografi permukaan bumi nya tidak rata dimana terdiri dari daerah dataran dan perbukitan. Kemiringan lereng yang mendominasi adalah kemiringan lereng 8 15 % dengan klasifikasi Landai. Menurut SK Mentan No 837/KPTS/UM/II/1980 skor dari masing masing kemiringan lereng yang ada di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan tersebut adalah 0 8 % skor nya 1, 8-15% skor nya 2, 15-25% skor nya 3, 25-45% skor nya Jenis Tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Jenis tanah yang terdapat pada kecamatan mandiangin Koto Selayan yaitu Kambisol dengan Deskripsi Kurang Peka, kambisol adalah jenis tanah yang 40

41 mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat sifat tersedia air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam musim kemarau. (Darmawijaya, 2009). Jenis tanah kambisol didalam SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 adalah Brown Forest Soil, skor nya adalah Curah Hujan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Curah hujan yang terdapat di daerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah mm/tahun atau 9,58 mm/hari. Menurut SK Mentan No 837/KPTS/UM/II/1980 skor curah hujan 9,58 mm/hari adalah Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Setelah di overlay kan ke tiga peta yaitu peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta curah hujan yaitu hasil dari bobot total nya adalah jumlah dari [(skor kemiringan lereng x nilai timbang) + (skor curah hujan x nilai timbang) + (skor jenis tanah x nilai timbang)]. Nilai timbang dari kemiringan lereng adalah 20, nilai timbang dari curah hujan adalah 10, nilai timbang dari jenis tanah adalah 15. Berikut adalah uraian dari hasil penentuan kawasan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Uraian Hasil Penentuan Kawasan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Kawasan budidaya tanaman tahunan Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman Kawasan Fungsi Penyangga Bobot kemiringan lereng Bobot curah hujan Bobot tanah jenis Total

42 Berdasarkan hasil overlay peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, dan peta curah hujan serta dilakukan scoring yang berpedoman kepada SK Mentan No.837/KPTS/UM/1980, maka luas dari masing masing kawasan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Persentase Luas Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan No Arahan Fungsi Pemanfaatan Luas Lahan Km2 % 1 Kawasan Budidaya Tanaman 7, ,51 Tahunan 2 Budidaya Tanaman Semusim dan 5, ,60 Pemukiman 3 Kawasan Penyangga 0,6452 4,89 Jumlah 13, Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan arahan fungsi pemanfaatan lahan yang mendominasi adalah kawasan budidaya tanaman tahunan yaitu sebesar 7,3750 km2 atau 55,51 % dari luas Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap, perkebunan (tanaman keras), tanaman buah buahan, dan sebagainya. Suatu Satuan lahan yang ditetapkan mempunyai fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya skor total kemampuan lahannya 124 atau kurang, serta cocok atau seharusnya dikembangkan untuk usaha tani tanaman tahunan (kayu kayuan, tanaman perkebunan, dan tanaman industri). Dan kelerengan yang kecil dari 15 %. Selanjutnya didaerah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan juga didapat hasil analisis arahan fungsi lahan nya budidaya tanaman semusim dan pemukiman yaitu seluas 5,2614 % atau 39,60% dari luas Kecamatan Mandiangin Koto 42

43 Selayan, budidaya tanaman semusim dan pemukiman adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya serta diusahakan dengan tanaman semusim dan permukiman terutama tanaman pangan. Untuk memilahkan kawasan fungsi budidaya tanaman semusim ditentukan oleh kesesuaian fisik terhadap komoditas yang dikembangkan. Adapun untuk kawasan permukiman, selain memenuhi kriteria tersebut, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari 8%. Hasil analisis arahan fungsi pemanfaatan lahan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan selanjutnya didapat yaitu kawasan fungsi penyangga dengan luas 0,6452 km2 atau 4,89 % dari luas Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya di antara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budi daya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur, dan lain-lainnya yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila besarnya skor total kemampuan lahannya antara dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut: 1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budi daya secara ekonomis. 2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga. 3) Tidak merugikan segi-segi ekologi/lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai kawasan penyangga. 43

44 V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dalam pelaksanakan PKPM yang berjudul Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Kondisi kemiringan lereng Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah 0-8% seluas 5,2614 km2 atau 39,60%, 8 15% seluas 5,339 km2 atau 40,19%, 15-25% seluas 2,036 km2 atau 15,32% dan % seluas 0,6452% atau 4,89%, sedangkan curah hujan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah mm/tahun dan jenis tanah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan adalah kambisol yaitu dengan deskripsi kurang peka. b. Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi setelah dilakukan overlay dari peta kemiringan lereng, peta curah hujan dan peta jenis tanah didapatlah hasil arahan fungsi pemanfaatan lahan nya adalah terdapat kawasan budidaya tanaman tahunan seluas 7,3750 km² atau 55,51 %, kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman seluas 5,2614 km² atau 39,60 % dan kawasan fungsi penyangga seluas 0,6452 km² atau 4,89 %. c. Kawasan fungsi penyangga terletak di bagian barat Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan karakteristik kemiringan lereng 25 45%, jenis tanah kambisol dan curah hujan 9,58 mm/hari. Kawasan budidaya tanaman tahunan yang paling mendominasi terletak di bagian barat dan bagian timur Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan kemiringan lereng yaitu 8 15 % dan %, jenis tanah kambisol 44

45 dan curah hujan 9,58 mm/hari. Kawasan budidaya tanaman semusim dan pemukiman yang paling mendominasi terletak di bagian tengah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan kemiringan lereng 0 8 %, jenis tanah kambisol dan curah hujan 9,58 mm/hari. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai arahan fungsi pemanfaatan lahan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: (1) Bagi para Perencana Wilayah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, dalam perencanaan penggunaan lahan perlu diperhatikan kondisi wilayah dengan mengetahui terlebih dahulu bagaimana karakteristik lahan dan fungsi utama kawasan yang terdapat pada wilayah yang bersangkutan. (2) Untuk Pembuatan Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan sangat di perlukan kelengkapan Data agar proses pembuatan Peta nya berjalan lancar. Dan pada proses pembuatan peta nya harus teliti agar hasil nya akurat. (3) Penelitian ini dipaksakan karena data yang kurang akurat dan disarankan sebaiknya memilih peta yang menggunakan skala lebih besar. 45

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo JL. Raya Telang

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013 ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Lebih terperinci

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ALDILA DEA AYU PERMATA - 3509 100 022 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING) S k o r i n g 56 10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING) Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi bobot pada masing-masing

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

C. Prosedur Pelaksanaan

C. Prosedur Pelaksanaan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,

Lebih terperinci

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

Gambar 3 Peta lokasi penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian mengenai kajian penentuan rute kereta api yang berwawasan lingkungan sebagai alat transportasi batubara di Propinsi Kalimantan Selatan ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam rangka mendukung penelitian ini, dikemukakan beberapa teori menurut

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam rangka mendukung penelitian ini, dikemukakan beberapa teori menurut 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka mendukung penelitian ini, dikemukakan beberapa teori menurut para ahli yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi dengan

KATA PENGANTAR. Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi dengan KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-nya, serta selawat beriring salam kepada idola Islam Nabi Muhamad SAW, sehingga penulis dapat

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang diciptakan oleh Allah SWT untuk kelangsungan hidup manusia adalah tanah atau lahan. Pengertian tanah menurut Sumaryo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Ilmu geografi memiliki dua aspek penting dalam penerapannya yaitu aspek ruang dan aspek waktu. Data spasial merupakan hasil dari kedua aspek yang dimiliki oleh geografi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani PROGRAM STUDI KARTOGRAFI PENGINDERAAN JAUH FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 TEM PEMBUATAN PETA TEMATIK KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DAS Biru yang mencakup Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro berdasarkan peraturan daerah wonogiri termasuk dalam kawasan lindung, selain itu DAS Biru

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG Sidang Ujian PW 09-1333 ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG IKA RACHMAWATI SURATNO 3606100051 DOSEN PEMBIMBING Ir. SARDJITO, MT 1 Latar belakang Luasnya lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013 RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI LAHAN KRITIS DAN EROSI (SILKER) MENGGUNAKAN FREE OPEN SOURCES SOFTWARE FOSS-GIS ILWIS Tahun ke 1 dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS)

Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS) Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS) Kompetensi Utama: Kompetensi Inti Guru: Kompetensi Dasar: Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR Oleh: HEBY RAKASIWI L2D 005 362 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010 ABSTRAK Lahan

Lebih terperinci

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR 1 PENDEKATAN & JENIS PENELITIAN 2 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3 METODA (pengumpulan data/analisis) 4 5 6 METODA SAMPLING METODA PENELITIAN TERKAIT KONSEP PENGEMBANGAN TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

Lebih terperinci

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013 SEMINAR Prosiding NASIONAL ISBN: 978-979-8278-89-1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat Menuju Hutan Aceh Berkelanjutan Keynote Speaker Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan RI) Pengantar Zaini

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL Febriana Yogyasari, Dedy Kurnia Sunaryo, ST.,MT., Ir. Leo Pantimena, MSc. Program Studi

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS Oleh : SYAHRUL 45 07 042 008 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 45 MAKASSAR

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Pengantar Teknologi FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO http://www.dinus.ac.id Informasi (Teori) Minggu ke-11 Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom Definisi GIS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian 16 III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian Ruang lingkup dan batasan-batasan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wilayah kajian adalah wilayah administratif Kabupaten b.

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Siti Maulidah 1, Yuswanti Ariani Wirahayu 2, Bagus Setiabudi Wiwoho 2 Jl. Semarang 5

Lebih terperinci

MEMBUAT SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA

MEMBUAT SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA MEMBUAT SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA Oleh: Dyah Respati Suryo Sumunar, M.Si. Jurusan Pendidikan Geografi FISE Universitas Negeri Yogyakarta PENGANTAR Sitem Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana. Berbagai potensi bencana alam seperti gempa, gelombang tsunami, gerakan tanah, banjir, dan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR : P.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ APLIKASI TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ESTIMASI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN SUB DAS PADANG JANIAH DAN PADANG KARUAH PADA DAS BATANG KURANJI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR Oleh : AJENG DHIOS YAYUNG PERMATA SUCI L2D 005 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMIRINGAN LERENG Di KAWASAN PERMUKIMAN KOTA MANADO BERBASIS SIG

IDENTIFIKASI KEMIRINGAN LERENG Di KAWASAN PERMUKIMAN KOTA MANADO BERBASIS SIG IDENTIFIKASI KEMIRINGAN LERENG Di KAWASAN PERMUKIMAN KOTA MANADO BERBASIS SIG Sriwahyuni Hi. Syafri 1, Ir. Sonny Tilaar MSi², & Rieneke L.E Sela, ST.MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto Retno Mufidah 1, Arif Basofi S.Kom., M.T., OCA 2, Arna Farizza S.Kom., M.Kom 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 1, Dosen

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Bab 1. Pendahuluan... 5 Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan... 6 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim... 6 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan... 8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Delvi Yanti 1, Feri Arlius 1, Waldi Nurmansyah 2 1 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas-Padang

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 Matakuliah Waktu : Sistem Informasi Geografis / 3 SKS : 100 menit 1. Jelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG). Jelaskan pula perbedaan antara SIG dan

Lebih terperinci

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI OPAK HULU Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN) HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN) Sri Rezeki Mokodompit 1, Ir. Sonny Tilaar MSi², & Raymond

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Pada daerah aliran sungai terdapal berbagai macam penggunaan lahan, misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS mempunyai berbagai fungsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci