PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS"

Transkripsi

1 PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Siti Maulidah 1, Yuswanti Ariani Wirahayu 2, Bagus Setiabudi Wiwoho 2 Jl. Semarang 5 Malang Telp. (0341) Psw.251/255 sitimaulidah64@gmail.com ABSTRAK Tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang memadai merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu daerah, termasuk Kabupaten Bangkalan. Kabupaten Bangkalan hanya memiliki satu lokasi TPA Sampah yaitu TPA Buluh di Kecamatan Socah yang sudah mengindikasikan diperlukannya lokasi TPA baru. Pemilihan lokasi TPA akan terbantu dari segi waktu, biaya dan tenaga dengan proses yang efektif dan efisien serta hasil yang optimal dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG) jika dibandingkan dengan menggunakan metode pengukuran langsung lapangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan rekomendasi lokasi TPA Sampah di Kabupaten Bangkalan dengan bantuan SIG. Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai pertimbangan pembangunan lokasi TPA baru oleh dinas terkait Kabupaten Bangkalan. Metode yang digunakan yaitu skoring yang dibantu oleh aplikasi SIG untuk mencari daerah layak sebagai lokasi TPA. Proses pemilihan lokasi TPA sampah terdiri dari 3 tahap yaitu tahap regional dengan bantuan ArcGIS 9.3, tahap penyisih dan tahap penetapan. Pada tahap regional, analisis variabel umum menggunakan bantuan SIG pada teknik overlay. Peta yang disiapkan yaitu peta administrasi, peta kawasan lindung, peta hidrologi, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan, dan peta RTRW Kabupaten Bangkalan skala 1: tahun Tahap penyisih merupakan kelanjutan dari tahap regional. Analisis tahapan penyisih ini dilakukan berdasarkan variabel umum dengan menggunakan metode skoring berdasarkan hasil penilaian dan pembobotan menggunakan data wawancara, observasi maupun data sekunder yang didapat. Hasil penelitian menunjukkan penilaian kelayakan dan calon lokasi TPA. Pada tahap regional dengan menggunakan aplikasi SIG, didapat enam calon lokasi TPA dengan nilai tertinggi hasil overlay. Enam calon lokasi TPA Kabupaten Bangkalan tersebut tersebar di Kecamatan Kamal, Kecamatan Socah, Kecamatan Labang, dan Kecamatan Kwanyar. Dua lokasi di Kecamatan Kamal, satu lokasi di Kecamatan Socah, satu lokasi diantara Kecamatan Kamal Kecamatan Socah, satu lokasi diantara Kecamatan Kamal dan Kecamatan Labang, dan lokasi di Kecamatan Kwanyar. Dari keenam calon lokasi tersebut, dilanjutkan pada tahap penyisih sehingga didapat satu lokasi yang nilainya paling tinggi dari yang lain. Rekomendasi lokasi yang sesuai untuk TPA Sampah di Kabupaten Bangkalan menggunakan bantuan SIG adalah di Lokasi V yaitu berada di Desa Pandabah Kecamatan Kamal dengan Desa Sendanglaok dan Desa Sendangdajah Kecamatan Labang dengan luas 0,18954 Km 2 atau 189,54 Ha didasarkan pada SK SNI T tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA. Hasil penelitian bersifat pengenalan (reconnaissance) karena input peta yang digunakan berskala 1: Untuk tahap detail, dilakukan penelitian lanjutan dengan skala detail. Kata Kunci : Pemilihan lokasi, TPA, SIG. 1) Mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang 2) Dosen Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

2 Permasalahan sampah disebabkan karena dampaknya yang begitu luas, terutama dalam kaitannya dengan masalah lingkungan. Selain sampah dapat menimbulkan bahan cemaran yang akan menyebabkan pencemaran lingkungan juga dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap kesehatan, keamanan dan kenyamanan serta keamanan hidup. Sebenarnya sampah bukan merupakan salah satu sumber utama permasalahan lingkungan hidup, hanya karena faktor pengelolaannya yang kurang seperti pengangkutan ke TPA tidak efektif, sarana prasarana sampah kurang memadai, personel pengangkut sampah kurang dan sulitnya penanganan sampah sehingga dapat menjadi permasalahan yang berlarutlarut dan menjadi salah satu sumber yang dapat mengganggu kenyamanan hidup. Sampah adalah istilah umum yang sering diguakan untuk menyatakan limbah padat. Limbah sendiri terdiri dari tiga bentuk yaitu limbah padat, cair, dan gas. Kualitas dan kuantitas sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat, beberapa faktor yang penting yang mempengaruhi sampah yaitu jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi, kemajuan teknologi (Santoso, 2008). Selain bau yang ditimbulkan cukup kuat, sampah juga menghasilkan lindi yang dapat mengkontaminasi tanah maupun air sumur yang ada di sekitar pembuangan sampah. Dengan adanya bau sebagai polusi udara dan pengkontaminasian tanah tentunya akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat sekitar. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap akhir dalam pengelolaannya, diawali dari sumber, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, serta pengolahan dan pembuangannya. TPA merupakan tempat sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan kerusakan atau dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan penyediaan fasilitas dan penanganan yang benar agar pengelolaan sampah tersebut dapat terlaksanan dengan baik. Penentuan tempat akhir pembuangan (TPA) sampah harus mengikuti persyaratan dan ketentuanketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Diharapkan dengan mengikuti kriteria-kriteria penentuan lokasi TPA hendaknya dapat meminimalisir dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan di sekitar lokasi TPA karena semuanya ditetapkan memperhatikan banyak aspek lingkungan, kesehatan, dan kebersihan, seperti kondisi geologis, mata air, lokasi pemukiman, dan lokasi lahan yang masih produktif. Menurut Imam Safri, Kasubid Kebersihan BLH Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Bangkalan hanya memiliki satu lokasi TPA Sampah yaitu TPA Buluh yang berada di Kecamatan Socah. Lahan di TPA Sampah Buluh Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan tersebut seluas 2,25 hektar dengan intensitas sampah yang di buang ke TPA Socah sebesar 214,03 meter 3 per hari Kapasitas lahan yang digunakan untuk TPA sampah di Kabupaten Bangkalan semakin menyempit dan berkurang karena total timbunan sampah yang masuk ke TPA tidak sepenuhnya terkelola serta sudah diperlukannya lokasi baru TPA. Tabel 1 Rincian Timbunan Sampah TPA Buluh No Jenis Intensitas Dikelola 1 Sampah Domestik non Pasar 190,03 m 3 /hari 162,28 m 3 /hari 2 Sampah Pasar 24 m 3 /hari 24 m 3 /hari Total 214,03 m 3 /hari 186,28 m 3 /hari Belum dapat dikelola 27,75 m 3 /hari Sumber: BLH Bangkalan Tahun

3 Survei dan pemilihan lokasi yang sesuai untuk TPA sampah jelas rumit apabila harus melalui sesi pengukuran lapangan dan pengecekan tiap indikator secara langsung. Dengan menggunakan aplikasi Sisten Informasi Geografis (SIG), yaitu memanfaatkan data berupa peta terkait kriteria lahan penentuan lokasi TPA dapat diekstraksi dengan harapan kegiatan pemilihan lahan yang sesuai lokasi TPA menjadi lebih mudah dikerjakan dengan hasil yang lebih optimal dari segi waktu, biaya dan tenaga. Pemrosesan atau manipulasi data spasial dengan menggunakan peta merupakan salah satu kemampuan SIG dalam menghasilkan informasi baru secara lebih cepat dan efisien. Penelitian ini mempunyai cakupan wilayah yang cukup luas sehingga dengan adanya software SIG yang digunakan yakni ArcGIS 9.3 sangat membantu dalam melakukan fungsi analisis data. METODE Penelitian Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi dan Penentuan Lokasi TPA Sampah Di Kabupaten Bangkalan pendekatan deskriptif yaitu menggambarkan atau melukiskan fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual, dan akurat. Melalui metode ini peneliti menganalisis objek penelitian dalam bentuk uraian, pengertian, ataupun penjelasan. Analisa data secara deskriptif kualitatif tersebut diperoleh dari data primer maupun data sekunder.objek dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Bangkalan, provinsi Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan lokasi rujukan untuk TPA baru di Kabupaten Bangkalan. Untuk memperoleh hasil sesuai dengan tujuan penelitian maka digunakan data primer yang meliputi observasi lapangan pada lokasi penelitian dan data sekunder yang berupa: peta administrasi Kabupaten Bangkalan, peta hidrogeologi Kabupaten Bangkalan, peta jenis tanah Kabupaten Bangkalan, peta topografi Kabupaten Bangkalan, dan peta penggunaan lahan Kabupaten Bangkalan. Pemilihan tempat akhir pembuangan (TPA) sampah mengikuti persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Tata cara ini memuat tentang persyaratan dan ketentuan teknis dan dapat dijadikan acuan atau pegangan perencana untuk menentukan lokasi TPA sampah. Terdapat tiga tahapan analisis penentuan lokasi TPA, yaitu tahap regional, tahap penyisih dan tahap penetapan. Aplikasi SIG dipakai pada tahap regional yaitu menggunakan metode scoring dan aplikasi SIG yang dianggap sebagai alat screening dalam proses seleksi lokasi untuk mempersempit jumlah calon lokasi kemudian mengarah ke satu atau lebih lokasi TPA di Kabupaten Bangkalan. Sehingga yang semula objek penelitian adalah seluruh kabupaten Bangkalan, dapat diseleksi mana yang mendapat nilai paling baik untuk kemudian didapat calon lokasi yang akan diteruskan melalui tahap penyisih. 1. Analisis Tahapan Regional Analisis tahapan regional merupakan analisis fisik lahan yang dilakukan untuk mengetahui karakteritik lahan yang ada di wilayah studi berdasarkan enam variabel dari analisis tahapan regional. Enam variabel tersebut adalah geologi, hidrologi, jenis tanah, topografi, daerah lindung/cagar alam/cagar budaya, serta jarak terhadap pemukiman. Proses analisisnya menggunakan scoring berdasarkan hasil penilaian dan pembobotan dari tiap-tiap variable. 3

4 Analisis tahapan ini menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis pada teknik overlay. Alat yang disiapkan dalam melakukan analisis SIG: laptop, perangkat lunak arc gis, gps dan kamera. Sedangkan bahan yang disiapkan yaitu Peta Administrasi Kabupaten Bangkalan skala 1: Tahun 2009, Peta Geologi Kabupaten Bangkalan skala 1: Tahun 2009, Peta Hidrologi Kabupaten Bangkalan skala 1: Tahun 2009, Peta Jenis Tanah kabupaten Bangkalan skala 1: Tahun 2009, Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bangkalan skala 1: Tahun 2009, Peta Potensi Bencana Kabupaten Bangkalan skala 1: , Peta Penggunaan lahan kabupaten Bangkalan skala 1: , Peta RTRW Kabupaten Bangkalan skala 1: Tahun Secara garis besar konsep analisis ini menerapkan teknik overlay dengan enam variabel analisis tahapan regional tersebut. Langkah-langkah analisis menggunakan SIG ini yaitu: a. Layer peta Membuat layer peta enam variabel analisis tahapan regional dengan Project Coordinat System - WGS 1984 UTM Zone 49S. b. Rektifikasi/Georeferensing Memasukkan koordinat dan arah pada peta enam variabel analisis tahapan regional agar koordinatnya sama dan benar. c. Digitasi On Screen Mengkonversi peta enam variabel analisis tahapan regional (data analog) ke dalam format digital. d. Mengolah Data Atribut Pemberian keterangan nama dan nilai pada tiap-tiap layer peta enam variabel analisis tahapan regional. e. Overlay Menggabungkan layer peta enam variabel analisis tahapan regional untuk memperoleh data grafis baru yang memiliki satuan pemetaan. Tool yang digunakan : ArcToolbox Analisis Tools Overlay Intersect f. Buffer Membuat jarak minimal pada layer mata air, pemukiman, cagar alam, dan cagar budaya. Tool yang digunakan : ArcToolbox Analisis Tools Proximity Buffer. g. Layout Peta Tatanan hasil akhir pada peta sehingga peta menjadi menarik dan mudah dibaca. 2. Analisis Tahapan Penyisih Analisis tahapan penyisih merupakan kelanjutan dari analisis tahapan regional. Analisis tahapan penyisih ini dilakukan berdasarkan 8 (delapan) variabel kemudian dilakukan analisis secara menyeluruh yaitu dengan menggunakan metode scoring berdasarkan hasil penilaian dan pembobotan dengan menggunakan data wawancara, observasi maupun data sekunder yang didapat. Dasar seleksi calon lokasi TPA pada tahap penyisih dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: 4

5 Tabel 2 Dasar Seleksi lokasi TPA Tahap Penyisih Dasar Menentukan Lokasi TPA Daerah yang gersang cocok sebagai calon lokasi TPA Lahan yang tidak produktif Kapasitas lahan yang luas Tanah berstatus milik negara Kepadatan penduduk berpengaruh terhadap lokasi TPA TPA memerlukan lokasi yang mudah dalam hal pembebasan dan pengelolaan Jumlah pohon yang cukup Zona penyangga yang cukup Tersembunyi dari pandangan langsung Sumber: Puspitasari 3. Analisis Tahapan Penetapan Lokasi terpilih ditentukan dengan penjumlahan dari hasil mengalikan masing-masing nilai dengan bobot variable regional dan penyisih. Setelah hasil perhitungan tahap regional dan tahap penyisih selesai, akan didapat lokasi dengan bobot nilai tertinggi. Lokasi dengan nilai tertinggi inilah yang menjadi lokasi rekomendasi untuk perencanaan pembangunan lokasi TPA. HASIL Penentuan lokasi TPA melalui tiga tahap, yaitu tahap regional, tahap penyisih, dan tahap penetapan. Tahap regional dan tahap penyisih menggunakan nilai dan pembobotan sesuai indikator variabel yang ada. Tahap regional menggunakan bantuan SIG, sedangkan tahap penyisih menggunakan data wawancara dan observasi. 1. Tahap Regional Parameter yang dijadikan kriteria dalam analisis lokasi kelayakan merupakan parameter persyaratan lokasi penimbunan sampah yang berkaitan dengan aspek geologi. Hasil dari overlay daerah rawan bencana, hidrologi, jenis tanah, topografi, dan daerah lindung/cagar alamdan jarak terhadap pemukiman yang menghasilkan peta lokasi daerah layak dan tidak layak TPA dengan nilainilai yang bervariasi. Peta hasil nilai overlay pemilihan lokasi TPA Kabupaten Bangkalan tahap regional dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1, diketahui bahwa terdapat 79 nilai berbeda. Nilai tersebut didapat dari skor masing-masing variabel yang sudah dikalikan bobot nilai. Nilai paling rendah yaitu 125 dan nilai paling tinggi yaitu 300 pada tahap regional. 2. Tahap Penyisih Terdapat enam kawasan yang bernilai 300, yang kemudian akan disebut sebagai Lokasi I, Lokasi II, Lokasi III, Lokasi IV, Lokasi V, dan Lokasi VI. Posisi enam calon lokasi TPA tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Setelah tahap regional, keenam calon lokasi TPA diseleksi dengan tahap penyisih untuk mendapatkan satu lokasi TPA rekomendasi untuk Kabupaten Bangkalan. Pada tahapan penyisih ini merupakan batasan penilaian yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dari beberapa calon lokasi TPA. Penjelasan untuk masing-masing penilaian variabel tahapan penyisih dapat dilihat pada tabel 3. 5

6 Gambar 1 Peta Hasil Overlay Tahap Regional Kabupaten Bangkalan Gambar 2 Peta Lokais TPA Tahap Regional Kabupaten Bangkalan 6

7 Tabel 3 Skoring Tahap Penyisih Masing-Masing Lokasi Klasifikasi Penilaian Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V Lokasi VI Curah Hujan Utilitas Jalan Menuju Lokasi Lalu Lintas Lingkungan Biologi Kondisi Tanah Produktifitas Ketersediaan Tanah Penutup Status Tanah Demografi Batas Administrasi Kebisingan dan Bau Estetika Jumlah Tahap Penetapan Setelah hasil perhitungan tahap regional dan tahap penyisih selesai, akan didapat lokasi dengan bobot nilai tertinggi. Lokasi dengan nilai tertinggi inilah yang menjadi lokasi rekomendasi untuk perencanaan pembangunan lokasi TPA. PEMBAHASAN Dari Gambar Peta Hasil overlay, diketahui bahwa terdapat 79 nilai berbeda dengan total 740 lokasi. Nilai tersebut didapat dari skor masing-masing variabel yang sudah dikalikan bobot nilai. Semua nilai pada tiap lokasi dapat dilihat pada lampiran tabel 8. Nilai paling rendah yaitu 125 berarti lokasi dengan nilai tersebut adalah lokasi yang paling tidak layak untuk perencanaan TPA tahap regional. Begitupun sebaliknya, nilai paling tinggi yaitu 300 berarti lokasi dengan nilai tersebut adalah lokasi yang paling layak untuk perencanaan TPA tahap regional. Semakin kecil nilai overlay, semakin tidak layak lokasi tersebut untuk perencanaan TPA. Begitupun sebaliknya, Semakin besar nilai overlay, semakin layak lokasi tersebut untuk perencanaan TPA. Nilai overlay tertinggi tahap regional ini merupakan calon lokasi TPA yaitu 300, yang berarti calon lokasi TPA tersebut mendapat nilai sempurna tertinggi dari tiap-tiap variabel. Jadi tiap calon lokasi TPA adalah kawasan tidak rawan bencana, akuifer air tanah rendah dan berjarak minimal > 1 Km dari mata air, jenis tanah alluvial, kemiringan lereng 0-5% (datar), tidak berpengaruh terhadap daerah lindung (berjarak minimal 500 m), dan berjarak minimal 500 meter dari pemukiman. Nilai pada tiap-tiap calon lokasi tahap regional dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: 7

8 Tabel 4 Jumlah Bobot Penilaian Tahap Regional Lokasi TPA Penilaian Klasifikasi Skor Karakter Fisik Dasar pada TPA Geologi Kawasan tidak Rawan Bencana 50 Hidrogeologi Akuifer rendah 50 >500 m jarak terhadap Mata Air 50 Jenis Tanah Alluvial, Glei, Planosol, Hidromorf, Laterik 30 Topografi 0-5% 30 Daerah Lindung/Cagar Alam Jarak > 1 Km dari cagar alam Jarak > 1 Km dari cagar budaya Jarak terhadap pemukiman Jarak > 500 m 50 lokasi TPA Kabupaten Bangkalan tersebut tersebar di Kecamatan Kamal, Kecamatan Socah, Kecamatan Labang, dan Kecamatan Kwanyar. Dua lokasi di Kecamatan Kamal, satu lokasi di Kecamatan Socah, satu lokasi diantara Kecamatan Kamal Kecamatan Socah, satu lokasi diantara Kecamatan Kamal dan Kecamatan Labang, dan lokasi di Kecamatan Kwanyar. Untuk lebih jelasnya, keenam calon lokasi TPA Kabupaten Bangkalan dijabarkan pada Tabel 5. Tabel 5 Lokasi TPA Tahap Regional Kabupaten Bangkalan Lokasi I II III IV V VI Daerah Penggunaan Lahan RTRW Kecamatan Kamal - Desa Banyuajuh ( m 2 ) - Desa Gilibarat ( m 2 ) Kecamatan Kamal - Desa Gilibarat ( m 2 ) - Desa Gilianyar (6600 m 2) Kecamatan Kamal - Desa Telang ( m 2 ) Kecamatan Socah - Desa Buluh ( m 2 ) Kecamatan Socah - Desa Jaddih ( m 2 ) Kecamatan Kamal - Desa Pendabah ( m 2 ) Kecamatan Labang - Desa Sendanglaok ( m 2 ) - Desa Sendangdajah ( m 2 ) Kecamatan Kwanyar - Desa Batah Barat (46800 m 2 ) - Persawahan - Perairan Darat - Persawahan - Perairan Darat - Persawahan - Perairan Darat - Pertanian Tanah Kering Semusim - Pertanian Tanah Kering Semusim Luasan Km 2 Ha - Tambak Ikan - Pantai Sawah Irigasi - Pemukiman Kota 0, ,96 - Sawah Irigasi - Pemukiman Kota - Pemukiman Desa - Tegalan - Pemukiman Desa - Tegalan - Sawah Irigasi - Pemukiman Kota - Persawahan - Sawah Tadah Hujan 0, ,02 0, ,32 0, ,54 0, ,064 8

9 - Desa Pandanan ( m 2 ) - Desa Duwekbuter ( m 2 ) Masing-masing dari enam calon lokasi tersebut dinilai dan dikalikan bobot dari delapan variable umum tahap penyisih. Setelah keenam calon lokasi tersebut dinilai, akan didapat satu lokasi dengan nilai tertinggi. Lokasi itulah yang layak menjadi lokasi rekomendasi untuk lokasi baru TPA Kabupaten Bangkalan. Tabel 6. Perhitungan Tahap regional dan Tahap Penyisih CALON LOKASI TAHAP REGIONAL TAHAP PENYISIH TOTAL SKOR Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V Lokasi VI Hasil penilaian dari tahap regional dan tahap penyisih pada Tabel 6, diperoleh nilai yang paling tinggi yaitu 588, yaitu calon lokasi V. Lokasi V berada di terusan Desa Pandabah Kecamatan Kamal dengan Desa Sendanglaok Desa Sendangdajah Kecamatan Labang dengan luas 0,18954 Km 2 atau 189,54 Ha. Hanya saja perlu adanya pertimbangan lanjut mengingat Lokasi Rekomendasi berada pada kawasan rencana pemukiman desa dan pemukiman kota pada RTRW Kabupaten Bangkalan Rekomendasi lokasi TPA adalah satu nilai lokasi tertinggi dari keenam calon lokasi yang telah melalui tahap regional dan tahap penyisih. Rekomendasi lokasi TPA Kabupaten Bangkalan yaitu Lokasi V. Profil Lokasi V sebagai Rekomendasi lokasi TPA Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada Tabel 7. 9

10 Tabel 7 Profil Rekomendasi Lokasi TPA Kabupaten Bangkalan Lokasi V Tempat Kecamatan Kamal - Desa Pendabah ( m 2 ) Kecamatan Labang - Desa Sendanglaok ( m 2 ) - Desa Sendangdajah ( m 2 ) Luas 0,18954 Km 2 atau 189,54 Ha. Posisi Geografis '08" '36" BT 7 06' 28" '36" LS Jenis Tanah Hidromorf Kemiringan 0 5 % Ketinggian < 25 mdpl Curah Hujan 11 mm/hari Kecepatan dan Arah Angin 30 km/jam arah timur Jumlah Penduduk 2563 jiwa Kepadatan Penduduk 946 jiwa/km Penggunaan Lahan Sekarang Padang rumput dan Pertanian Tanah Kering Semusim RTRW Bangkalan Sawah Irigasi, Tegalan, Pemukiman Desa Lokasi V ini merupakan lokasi terbaik untuk perencanaan pembangunan TPA setelah melalui perhitungan tahap regional dan tahap penyisih. Dari jumlah bobot penilaian kesesuaian lahan Lokasi V di Kabupaten Bangkalan, termasuk dalam kategori kelas layak sehingga Lokasi V tidak ada permasalahan pada karakter fisik dasar, maupun karakteristik umum TPA sehingga cocok untuk perencanaan pembangunan TPA Sampah di Kabupaten Bangkalan. Gambar 3 Peta Lokasi Rekomendasi TPA Baru Kabupaten Bangkalan 10

11 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tujuan penelitian, hasil, dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang sesuai untuk TPA Sampah sebagai masukan TPA baru di Kabupaten Bangkalan menggunakan aplikasi SIG adalah di Lokasi V yaitu berada di terusan Desa Pandabah Kecamatan Kamal dengan Desa Sendanglaok dan Desa Sendangdajah Kecamatan Labang dengan luas 0,18954 Km 2 atau 189,54 Ha didasarkan pada SK SNI T tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA. SIG pada penelitian ini berguna dalam pemrosesan penilaian dan pembobotan variabel fisik agar objek penelitian yang luas kemudian mempersempit jumlah calon lokasi dan mengarah ke satu atau lebih lokasi Lokasi TPA di Kabupaten Bangkalan. Saran yang diberikan terkait dengan Arahan Penentuan Lokasi TPA di Kabupaten Bangkalan adalah pembuatan TPA baru di lokasi yang telah didapat dari hasil studi yaitu di Lokasi V (terusan Desa Pandabah Kecamatan Kamal dengan Desa Sendanglaok dan Desa Sendangdajah Kecamatan Labang), karena TPA Buluh Kecamatan Socah tidak mampu menampung volume sampah di wilayah studi. Hasil penelitian bersifat pengenalan (reconnaissance) karena input peta yang digunakan berskala 1: Untuk tahap detail, dilakukan penelitian lanjutan dengan skala detail DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan Bangkalan Dalam Angka Kabupaten Bangkalan: BPS. Badan Lingkungan Hidup Laporan Pengelolaan Sampah Kabupaten Bangkalan Tahun Kabupaten Bangkalan: BLH. Hariwibowo, Ivan Sistem Informasi Geografi : ARCGIS Dasar. Puspitasari, Kresno Putri Handayani Arahan Penentuan Lokasi TPA Di Kabupaten Jombang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Universitas Brawijaya. Sastrawijaya, A. Tresna, M.S.C Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. 11

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yakni penentuan lokasi untuk TPA sampah. Penentuan lokasi TPA sampah ditentukan sesuai dengan

Lebih terperinci

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG Latar Belakang Masalah sampah akan berdampak besar jika tidak dikelola dengan baik, oleh karena itu diperlukan adanya tempat

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Geospasial Persebaran TPS dan TPA di Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Mufti Yudiya Marantika, Sawitri Subiyanto, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA BAB III METODOLOGI 3.1 Prinsip Pemilihan TPA Salah satu kendala pembatas dalam peneterapan metoda pengurugan sampah dalam tanah, misalnya metoda lahan-urug, adalah pemilihan lokasi yang cocok baik dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sampah merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Hampir setiap kegiatan yang dilakukan manusia selalu menghasilkan sampah, terutama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI 03-3241-1994 RUANG LINGKUP : Tata cara ini memuat tentang persyaratan dan ketentuan teknis dan dapat dijadikan acuan atau pegangan bagi perencana

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo JL. Raya Telang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan bertambahnya volume sampah. Ditambah pola yang semakin beragam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3 Pengertian... 1 BAB II PERSYARATAN... 3 BAB III KETENTUAN-KETENTUAN... 4 3.1 Umum... 4 3.2

Lebih terperinci

STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI

STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI TUGAS AKHIR PUTRA AMANTHA HASIBUAN 08 0404 031 BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL Febriana Yogyasari, Dedy Kurnia Sunaryo, ST.,MT., Ir. Leo Pantimena, MSc. Program Studi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah. Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ALDILA DEA AYU PERMATA - 3509 100 022 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan 35 BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Tahapan Pelaksanaan Secara khusus tahapan pelaksanaan pembuatan Peta Lahan Investasi ini dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini : Persiapan Administrasi Situasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk kedalam pertumbuhunan yang tinggi. Jumlah penduduk semakin tinggi menyebabkan Indonesia menjadi negara ke empat dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi komputer dari waktu ke waktu membawa dampak semakin banyaknya sarana-sarana yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Dampak perkembangannya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang diciptakan oleh Allah SWT untuk kelangsungan hidup manusia adalah tanah atau lahan. Pengertian tanah menurut Sumaryo

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM. APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK PEMETAAN ZONA RAWAN BANJIR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CELENG KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013 ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam menggunakan data penelitiannya (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Handayani (2010), metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi air di bumi terdiri atas 97,2% air laut, 2,14% berupa es di kutub, airtanah dengan kedalaman 4.000 meter sejumlah 0,61%, dan 0,0015% air pemukaan (Fetter, 2000).

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

RANCANGAN POLA PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA DANGKAL BERDASARKAN DATA GEOSPASIAL PADA DAERAH IRIGASI POMPA III NAGARI SINGKARAK

RANCANGAN POLA PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA DANGKAL BERDASARKAN DATA GEOSPASIAL PADA DAERAH IRIGASI POMPA III NAGARI SINGKARAK RANCANGAN POLA PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA DANGKAL BERDASARKAN DATA GEOSPASIAL PADA DAERAH IRIGASI POMPA III NAGARI SINGKARAK Isril Berd dan Delvi Yanti Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: JOKO SUSILO L2D 004 326 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep) Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah

Lebih terperinci

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI OPAK HULU Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Wonogiri dengan luas wilayah 182.236,02 ha secara geografis terletak pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Pemetaan Potensi Bahaya Tanah Longsor ini berlangsung selama 4 bulan mulai dari bulan Februari hingga bulan Mei 2016, dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A714 Pembuatan Peta Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor dengan Menggunakan Metode Fuzzy logic (Studi Kasus: Kabupaten Probolinggo) Arief Yusuf Effendi, dan Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8).

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8). BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8). Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya pastilah tidak terlepas dengan adanya sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode 22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian analisis perkembangan daerah pemukiman di Kecamatan Balik Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3

ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3 ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3 Alan Rama Budi Email : alan.rama16@gmail.com Program Studi Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan, Bogor ABSTRAK Fungsi Utama dari jalan adalah

Lebih terperinci

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN Yeggi Darnas Teknik Lingkungan UIN Ar-Raniry Banda Aceh e-mail: darnasjunior@gmail.com ABSTRAK Konsep pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan permasalahan yang selalu dihadapi masyarakat Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanah longsor adalah salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan korban jiwa masal. Ini merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan merupakan suatu kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR Oleh: HEBY RAKASIWI L2D 005 362 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010 ABSTRAK Lahan

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi BAB III METDE PEREANAAN 3.1 Umum TPA Randuagung terletak disebelah Utara Kabupaten Malang. Secara administratif berada di Desa Randuagung, Kecamatan Singosari. Secara geografis Kabupaten Malang terletak

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Pengantar Teknologi FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO http://www.dinus.ac.id Informasi (Teori) Minggu ke-11 Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom Definisi GIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga September 2007 di hulu DAS Ciliwung, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, hulu DAS Ciliwung terletak pada 106º55

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN) HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN) Sri Rezeki Mokodompit 1, Ir. Sonny Tilaar MSi², & Raymond

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Panumbangan yang merupakan salah satu wilayah kecamatan di bagian Utara Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci