KETAHANAN PANGAN NASIONAL DAN PERUM BULOG 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETAHANAN PANGAN NASIONAL DAN PERUM BULOG 1"

Transkripsi

1 KETAHANAN PANGAN NASIONAL DAN PERUM BULOG 1 Sutarto Alimoeso 2 PENDAHULUAN Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan disuatu negara yang tidak mencukupi dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Bagi Indonesia, pangan diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok utama sebagian besar penduduk. Pengalaman telah membuktikan bahwa gangguan pada ketahanan pangan, seperti meroketnya kenaikan harga beras pada waktu krisis ekonomi 1997/1998, yang berkembang menjadi krisis multidimensi, telah memicu kerawanan sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Posisi pangan sangat menentukan dalam stabilisasi ekonomi-politik karena merupakan kebutuhan dasar manusia, yang harus dipenuhi sesuai dengan hak asasinya sehingga merupakan salah satu pilar utama pembangunan nasional. Dengan demikian, ketahanan pangan yang kuat harus dicirikan oleh kemandirian pangan atau kedaulatan pangan. Hak atas pangan merupakan hak asasi paling mendasar karena merupakan kebutuhan dasar manusia paling utama sehingga pemenuhan akan pangan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai landasan untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan demikian, secara konstitusional kecukupan pangan merupakan hak setiap warga negara. Pangan merupakan hak azasi yang harus selalu dipenuhi setiap saat dan tidak boleh ditunda. Dari aspek hukum, akses setiap warganegara terhadap pangan harus dihargai, dilindungi dan dipenuhi. Hak atas pangan bersifat sama untuk seluruh masyarakat pada setiap lokasi dan waktu sehingga pemenuhan hak atas pangan tidak boleh berbeda dan non-diskriminatif. Hal yang paling 1 Makalah yang disampaikan pada series of lecture dalam rangka Lustrum XIII Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, 14 Mei Direktur Utama Perum BULOG.

2 penting penting dalam pemenuhan hak atas pangan adalah terjaminnya ketahanan pangan bagi setiap individu dan rumah tangga. Pangan harus cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Indonesia sudah meratifikasi Konvensi HAM Ekosob ( International Convention on Economic, Social and Cultural Right - IESCR) yang memuat prinsip pangan sebagai hak paling asasi melalui UU no. 11/2006. Hak pemenuhan kebutuhan pangan bagi setiap manusia juga tercantum dalam Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit Plan of Action pada 1996, dimana Indonesia ikut menandatanganinya. Dasar-dasar penerapan Hak Asasi Manusia telah diadopsi dalam UU no. 39 Tahun 1999 tentang HAM, sedangkan pemahaman tentang kecukupan pangan dituangkan dalam Penjelasan UU No. 7/1996 tentang Pangan. Perkembangan yang terjadi di dunia menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan adanya permasalahan dunia yang berkaitan dengan kecukupan pangan (termasuk pakan), ketersediaan energi, ketersediaan air, peningkatan polusi dan radiasi, serta permasalahan yang berkaitan dengan gelombang radio dan frekuensi. Sedangkan dalam hal upaya pemenuhan kebutuhan pangan, tantangan yang dihadapi dunia adalah adanya ketidakpastian produksi pangan yang semakin besar, volatilitas harga yang semakin besar, kenaikan permintaan karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan, serta bencana alam dan bencana karena ulah manusia. Selama dua decade terakhir, kaitan pasar pangan ( food), pasar pakan ( feed) dan pasar minyak bumi ( fuel) semakin erat. Ketiga pasar tersebut juga berkaitan erat dengan perkembangan nilai tukar US Dollar, dinamika pasar komoditi dan pasar modal. Peranan berbagai faktor tersebut mengakibatkan pembentukan harga pangan menjadi semakin complicated dan semakin sulit diprediksi sehingga kebijakan pertanian dan pangan di Indonesia harus memperoleh perhatian yang lebih besar. Perkembangan pasar pangan dunia secara lebih rinci adalah sebagai berikut: - Terjadi lonjakan permintaan pangan dari pasar dunia akibat pertumbuhan ekonomi China dan India. Sebagaimana kita ketahui bahwa populasi China dan India merupakan 1/3 dari penduduk dunia. - Melonjaknya biaya produksi pangan (biaya input, tranportasi, pemasaran dan lain-lain) akibat krisis energi sebagai dampak lonjakan kebutuhan energi dari ekonomi China dan India yang antara lain, berujung pada melonjaknya harga harga pangan dunia. - Beralihnya produksi pangan dunia (jagung, tebu) kepada produksi energi alternatif ( biofuel) sebagai akibat meroketnya harga minyak bumi sehingga terjadi penciutan produksi pangan.

3 - Petumbuhan penduduk dunia yang tetap tinggi yang mendorong permintaan pangan dunia. - Efek pemanasan global yang menyebabkan anomali iklim sehingga terjadi kegagalan panen tanaman pangan yang mengurangi pertumbuhan produksi pangan dunia. Demikian pentingnya ketersediaan pangan yang cukup dan terjangkau sehinga berbagai upaya dilakukan untuk menjaga stabilitas ketersediaan pangan dan dikumandangkan dalam berbagai pertemuan internasional antara lain : - Eco Summit pada tahun 2007 di Beijing telah memberikan peringatan keras bahwa kerusakan (krisis) lingkungan kian mengancam peradaban manusia dalam mengatasi krisis pangan & energi terbarukan. - Pemanasan global merupakan bencana lingkungan yang harus segera diatasi bersama. COP 13: 3-14 Desember 2007 di Bali mengamanatkan Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD). Di Indonesia dan di dunia pada umumnya permasalahan pokok pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang kuat meliputi beberapa hal, yaitu: Pertama, ketersediaan yang semakin langka; Kedua, keterjangkauan yang semakin sulit, baik secara fisik maupun secara ekonomis; dan Ketiga, keamanan pangan (food safety) yang semakin mengkhawatirkan karena semakin banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan keamanan pangan. Dengan permasalahan di atas, terdapat kecenderungan situasi pangan, khususnya di pasar internasional semakin sulit diduga dan semakin tidak stabil. Untuk itu, dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan & kedaulatan pangan yang tangguh dan lestari diperlukan kebijakan Pemerintah di bidang pangan dan pertanian yang lebih komprehensif, yang mampu menjawab tantangan-tangan di bidang pangan. Kebijakan tersebut harus mampu mengadvokasi dan mendorong pemanfaatan secara efektif dan efisien semua sumberdaya alam yang tersedia did ala negeri secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Dari aspek pemasaran, mengingat adanya kecenderungan pasar pangan (terutama beras) bersifat asimetri maka diperlukan keterlibatan Pemerintah dalam rangka melindungi kepentingan petani produsen, konsumen, dan pelaku pasar lainnya, dengan mewujudkan sistem pemasaran yang kompetitif dan terintegrasi.

4 KEBIJAKAN PANGAN NASIONAL DAN PERAN PERUM BULOG Produksi pangan di Indonesia, terutama beras, bersifat musiman dan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu dengan konsumsi yang merata antar musim dan antar wilayah serta dengan ketersedian infrastruktur pemasaran yang belum memadai di wilayah-wilayah tertentu. Karakteristik ini memunculkan kemungkinan berbagai ketimpangan penawaran dan permintaan serta disintegrasi atau kegagalan pasar. Dengan demikian, mutlak diperlukan kebijakan pangan yang komprehensif yang mampu menanggulangi berbagai tantangan tersebut dengan menjamin ketersediaan pangan secara cukup dan merata, baik antar waktu maupun antar tempat sekaligus terwujud sistem pemasaran yang efisien. Kebijakan pangan dan pertanian yang komprehensif yang mampu menjawab tantangan masa depan, harus ditindaklanjuti dalam wujud implikasi kebijakan di masing-masing sektor dilengkapi dengan implikasi berbagai kelembagaannya yang relevan. Dengan struktur kelembagaan di bidangan pertanian dan pangan tersebut, lembaga parastatal yang sudah ada saat ini yaitu Perum BULOG, sebagai pelaksana kebijakan Pemerintah di bidang pangan (terutama beras) harus memperoleh posisi yang kuat, memadai dan relevan. Sebagai satu-satunya operator di bidang ketahanan pangan, Pemerintah perlu memberikan dukungan kelembagaan, dan kebijakan di bidang pangan/perberasan, Keuangan dan hukum yang lebih memadai agar lembaga pangan Perum BULOG dapat berfungsi lebih optimal. Peranan Perum BULOG dalam melaksanakan penugasan publik (pengadaan dalam negeri, penyaluran beras bersubsidi, operasi stabilisasi harga, pengelolaan cadangan pangan Pemerintah) telah terbukti memberikan manfaat, baik ekonomis maupun non-ekonomis yang sangat nyata dalam meningkatkan kesejahteraan petani, melindungi rumah tangga berpendapatan rendah, mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan serta memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan sosial. Penyediaan yang cukup, merata dengan harga yang terjangkau serta akses pangan yang memadai merupakan keharusan untuk menjamin ketahanan pangan. Harus terwujud akses pangan yang terjangkau secara fisik di lokasi yang terdekat dengan individu atau rumah tangga yang membutuhkan dan terjangkau secara ekonomi oleh kemampuan ekonomi individu atau rumah tangga berpendapatan rendah. Penyediaan dan akses pangan tersebut juga harus selalu terjamin dan terkendali baik jumlah maupun harganya setiap saat dan di setiap tempat. Agar terkendali dengan baik secara efisien dan efektif, ketahanan pangan nasional tetap harus dikelola secara terpusat dan terintegrasi dimana pemerintah pusat memiliki kewenangan penuh untuk mengatur harga dan stabilitasnya, serta distribusi ketersediaan pangan di seluruh

5 wilayah NKRI tanpa terhalang hambatan administrasi kewilayahan, waktu dan kelembagaan. Apabila pemerintah daerah akan membangun ketahanan pangan di daerahnya maka hal tersebut harus dipandang sebagai kebijakan yang bersifat sebagai pelengkap dan bukan bersifat sebagai pengganti peran Pemerintah Pusat. Kebijakan pangan nasional bertujuan untuk: Pertama, meningkatkan produksi dan pendapatan petani; Kedua, menjamin ketersediaan pangan setiap saat di setiap tempat dengan harga yang terjangkau; dan Ketiga, meningkatkan status gizi masyarakat. Untuk meningkatkan ketahanan pangan baik di daerah maupun nasinal, Pemerintah menggunakan kombinasi dari intervensi pasar, investasi di pedesaan dan peningkatan teknologi pangan, yaitu: Pertama, adanya Kebijakan Pemerintah dalam perdagangan dan pemasaran beras; Kedua, mendirikan BULOG, suatu lembaga parastatal pemasaran pangan sejak 1967; Ketiga, menerapkan kebijakan buffer stock, disertai kebijakan impor-ekspor sebagai komplemen atau residual; Keempat, menentukan rentang harga yang wajar untuk mendorong partisipasi sektor swasta; Kelima, BULOG sebagai penjual dan pembeli terakhir (as a buyer and seller of the last resort). Sedangkan tugas Pelayanan publik BULOG meliputi beberapa hal, yaitu Pertama, menjaga Harga di tingkat petani dengan HPP (Harga Pembelian Pemerintah); Kedua, menjaga kecukupan stok untuk kegiatan operasional rutin; Ketiga mengelola Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk mengatasi keadaan darurat dan program stabilisasi harga; Keempat, mengelola penyebaran stok yg merata di seluruh negeri; dan Kelima, mengelola pendistribusian RASKIN kepada rumah tangga sasaran berpendapatan rendah. Untuk mengamankan Ketahanan Pangan maka fluktuasi harga harus distabilkan sehingga masyarakat dapat membeli pangan yang cukup. Program stabilisasi harga beras ini merupakan instrumen kebijakan utk stabilisasi makroekonomi dan sebagai jangkar penahan harga DN dari instabilitas harga dunia. Program ini menggunakan mekanisme buffer stock dalam bentuk infrastruktur pembelian, penyimpanan dan distribusi yg komprehensif. Dalam system ini, perdagangan luar negeri bersifat sebagai pendukung, yaitu dipergunakan untuk melepaskan stok kalau berlebihan dan sebagai sumber beras saat kekurangan stok dalam negeri. Krisis pangan tahun 2008 menunjukkan kepada kita bahwa transmisi harga beras dunia yang sangat tinggi ke pasar beras DN telah menciptakan gejolak sosial di banyak negara. Harga melonjak hingga tiga kali lipat dalam waktu kurang dari 6 bulan. Harga tertinggi yang tercatat lebih dari USD per ton. Gejolak sosial ini bahkan terjadi di negara-negara ekspotir beras. Banyak negara mengantisipasinya dengan melindungi pasar beras dala negerinya masing-masing dengan menetapkan kuota atau larangan ekspor, mengurangi atau menunda pajak impor, serta dengan memperbesar stok penyangga dan sebagainya. Krisis yang luar biasa tersebut

6 menunjukkan bahwa pasar beras dunia tetap sangat rentan dan sangat sensitif yang ditunjukkan dengan terbatasnya jumlah beras yang diperdagangkan. Perkembangan harga yang terajdi di pasar beras dalam negeri menujukkan bahwa Indonesia mampu melewati krisis tersebut dengan sangat baik Bagaimana mengatasi potensi krisis beras dunia yang terbaik? Ketergantungan pada impor akan sangat mahal dan sangat berisiko. Pasar dunia tidak akan pernah lagi menjadi sumber pangan yang murah dan stabil. Yang ideal adalah terwujudnya swasembada beras yang efisien dan berkelanjutan. Disamping itu, harus terwujud lembaga parastatal yang kuat dan efisien dengan stok penyangga yang memadai. Tantangan untuk mewujudkan stabilisasi harga tersebut adalah: Pertama, bagaimana memproduksi pangan dengan efisien dan berkelanjutan; Kedua, bagaimana menjaga jumlah stok penyangga agar tetap efektif & efisien; Ketiga, adalah bagaimana agar stabilisasi harga dpt dilakukan dg biaya yang wajar? Biaya manajemen stok penyangga sangat mahal karena adanya risiko degradasi kualitas beras yang disimpan dan cost of fund penyimpanan stok penyangga yang cukup besar. Agar lebih efisien maka harus tercipta sistem ketahanan pangan yang didasarkan pada swasembada yang efisien dan level stok penyangga yang optimal. Untuk itu Pemerintah harus memberikan dukungan kebijakan yang lebih memadai agar swasembada pangan dapat terwujud dan BULOG mampu berfungsi optimal. KETAHANAN PANGAN, KEMANDIRIAN PANGAN DAN KEDAULATAN PANGAN Terdapat dua pengertian lain selain Ketahanan Pangan (Food Security) yaitu Kedaulatan Pangan dan Kemandirian Pangan. Keduanya, diterjemahkan dari Food Sovereignty. Konsep Food Sovereignity mulai berkembang sejak 1990an sebagai konsep alternatif atau melengkapi konsep Ketahanan Pangan yang dianggap banyak dipengaruhi oleh pandangan neo-liberal. Konsep Food Sovereignty mulai dibahas secara terbuka pada KTT Pangan Dunia tahun Dalam konsep Ketahanan Pangan, pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan dengan upaya-upaya yang bersifat modern, yaitu antara lain kegiatan agribisnis, perdagangan bebas dan privatisasi sumber-sumber produktif. Sedangkan Food Sovereignty berupaya untuk kembali ke alam (back to basic atau back to nature) yaitu memprioritaskan keberlanjutan produksi dalam negeri dengan memanfaatkan kearifan lokal dan berbasis ekologi yang mengutamakan kegiatan yang ramah lingkungan untuk mewujudkan penghidupan yang berkelanjutan dan linkungan yang terintegrasi. Secara umum La Via Campesiana (Organisasi Tani Global) menerjemahkan food sovereignity sebagai the right of peoples to healthy and culturally appropriate food produced through ecologically sound and

7 sustainable methods, and their right to define their own food and agriculture system. It puts the aspirations and needs of those who produce, distribute, and consume food at the heart of food systems and policies rather than the demands of markets and corporations. Dalam bahasa Indonesia, food sovereignity diterjemahkan dalam dua pengertian, yaitu kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Paradigma kedaulatan pangan atau food sovereignty ini seringkali dimunculkan sebagai jawaban atas ketidakberhasilan konsep ketahanan pangan atau food security dalam mengatasi permasalahan pangan dunia. Dalam konsep kedaulatan pangan konsep modernisasi atau liberalisasi dikembalikan kembali menjadi hal-hal yang bersifat back to basic atau back to nature. Dalam konsep tersebut prioritas utamanya adalah bagaimana memproduksi pangan untuk pemenuhan kebutuhan dan keberlanjutan pangan lokal dan pasar lokal melalui pengadaan input-input produksi dengan memanfaatkan kearifan lokal dan bersifat ramah lingkungan. Dengan demikian, kedaulatan pangan memprioritaskan pengembangan system pertanian lokal untuk menyediakan kebutuhan pangan secara lokal. Konsep tersebut juga menekankan perlunya akses petani tehadap faktor-faktor produksi sebagai tugas utama pemerintah agar usaha tani petani, khususnya yang diusahakan oleh petani kecil dapat berkembang dengan baik. Hak asasi atas kecukupan pangan juga menjadi perhatian dalam konsep tersebut, di samping perlu adanya ketegasan tentang peranan pemerintah yang lebih baik. Namun demikian, untuk mewujudkan kedaulatan pangan tersebut relatif cukup sulit dengan mengingat bahwa saat ini merupakan era perdagangan internasional. Tidak terelakkan lagi lagi bahwa batas-batas administrasi antar negara semakin menerun peranannya sebagai hambatan perdagangan antar Negara. Dunia semakin mengglobal. Kita mempunyai perjanjian dalam Asia Pacific Economic Cooperation, Asean China Free Trade Agreement dan sebagainya. Takterelakkan lagi bahwa kompetisi antar negara, antar bangsa, antar perusahaan, antar produsen semakin tajam. Kita tidak bisa hidup menyendiri. Indonesia hidup dalam dinamika globalisasi. Globalisasi ini mendatangkan kebaikan, namun tidak dapat dipungkiri, juga menyebabkan tantangan dan permasalahan. Disamping dapat mendorong pertumbuhan, globalisasi dapat menghadirkan ketimpangan, ketidakadilan, dominasi negara maju dan dominasi perusahaan multi-nasoinal. Menyadari hal-hal tersebut, sebagai bangsa yang besar dan tidak gampang menyerah, kita harus cerdas dan arif menyikapi kecenderungan ini. Tantangan Indonesia, sebagai negara berkembang, bersama-sama dengan berkembang yang lain melawan negara-negara maju, adalah bagaimana mewujudkan perdagangan yang adil. Indonesia ingin segera mewujudkan Millennium Development Goals. Negara

8 kita igin membangun ekonominya, mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan kesehatan. PENUTUP Sebagai negara kepulauan dengan produksi yg berfluktuasi, Indonesia masih rentan terhadap kekurangan pangan. Pemerintah selalu mengutamakan swa-sembada untuk mewujudkan ketahanan/kedaulatan pangan. Ketahanan Pangan yg kuat, berkelanjutan & berbasis pada produksi pangan dalam negeri merupakan hal yang harus kita wujudkan. Pangan juga harus tersedia setiap saat dan di setiap tempat dengan harga yg terjangkau, khususnya bagi rumah tangga yang berpendapat rendah. Namun, keinginan kita semua tersebut, tidak gampang diwujudkan. Topik tersebut sudah sering dibahas, disikusikan, diseminarkan, namun sangat sulit terwujud. Tantangan yang kita hadapi ke depan adalah sebagai berikut: Pertama, adanya produksi pangan bersifat musiman & berfluktuasi dengan jumlah penduduk yang meningkat dari waktu ke waktu; Kedua, iklim cenderung semakin sulit diprediksi sebagai dampak pemanasan global sehingga diperlukan penyempurnaan model prediksi produksi yang lebih komprehensif; Ketiga, faktor-faktor produksi pertanian semakin langka dan mahal sehingga mendorong peningkatan biaya produksi yang mengurangi keunggulan komparatifnya; Keempat, sistem pemasaran dalam negeri harus semakin efisien agar produk pertanian Indonesia dapat bersaing di pasar internasional; dan Kelima, perdagangan dunia semakin mengglobal dengan pasar pangan internasional yang semakin tidak stabil dan sulit diprediksi karena sangat berkaitan dengan dinamika pasar pakan, pasar minyak bumi, pasar komoditi, pasar modal serta nilai tukar US Dollar. Hal-hal tersebut yang sudah dan akan selalu menghadang kita di depan. Mudah-mudahan dengan tekad kuat kita semua, dengan perencanaan yang baik dan pelaksanaan yang konsekuen dan konsisten, Pemerintah dan rakyat Indonesia mampu menjawab semua tantangan tersebut dengan baik sehingga dapat terwujud ketahanan pangan yang efisien dan berbasis pada sumber daya dalam negeri, yang selama ini kita idam-idamkan. Yogyakarta, 14 Mei 2011

Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan

Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan Sutarto Alimoeso Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan Dalam Diskusi Pembangunan Pertanian dan Pendidikan Tinggi Pertanian Lustrum XIII Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN A. Landasan Hukum Memahami pentingnya cadangan pangan, pemerintah mengatur hal tersebut di dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, khususnya dalam pasal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU pangan no 18 tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau

Lebih terperinci

MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI

MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI Juara 2 Lomba Menulis Esai Perum BULOG dalam Rangka HUT Kemerdekaan RI ke-63 MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI Wiwid Ardhianto Divisi Pengadaan Perum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA 131 132 STABILISASI HARGA DAN PASOKAN PANGAN POKOK Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun ini saja

Lebih terperinci

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) 56 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 56-65 Handewi P.S. Rachman et al. MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) Handewi P.S. Rachman, A.Purwoto, dan G.S. Hardono Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim, sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia, bahwa pada tahun 2010 sektor ini menyumbang

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Seperti diketahui bersama, perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat

Lebih terperinci

Andalan Ketahanan Pangan

Andalan Ketahanan Pangan Andalan Ketahanan Pangan Disampaikan pada Workshop Pemantauan Stok Gabah/Beras di Tingkat Penggilingan Surabaya, 4-6 Juli 2012 KETAHANAN PANGAN UU. N0.7/1996 Tentang Pangan Adalah kondisi terpenuhinya

Lebih terperinci

Rubrik Utama MODEL. Oleh: Dr. Ir. Suswono, MM Menteri Pertanian RI Kabinet Indonesia Bersatu II ( ) Agrimedia

Rubrik Utama MODEL. Oleh: Dr. Ir. Suswono, MM Menteri Pertanian RI Kabinet Indonesia Bersatu II ( ) Agrimedia Rubrik Utama Utama Rubrik MODEL Kelembagaan Pangan DI Indonesia Oleh: Dr. Ir. Suswono, MM Menteri Pertanian RI Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014) 44 Volume Volume 20 20 No. No. 11 Juni Juni 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

Analisis dampak subsidi beras terhadap kesejahteraan

Analisis dampak subsidi beras terhadap kesejahteraan Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Analisis dampak subsidi beras terhadap kesejahteraan Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/bo/uibo/detail.jsp?id=108852&lokasi=lokal ------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI KEBIJAKAN PANGAN INDONESIA Kebijakan pangan merupakan prioritas

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan melonjaknya harga bahan pangan pokok, banyak pihak yang mulai meninjau kembali peran dan fungsi BULOG. Sebagian pihak menginginkan agar status BULOG dikembalikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. HM Idham Samawi Bupati Bantul Jika ada yang mengatakan bahwa mereka yang menguasai pangan akan menguasai kehidupan, barangkali memang benar. Dalam konteks negara dan perkembangan

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5360 KESEJAHTERAAN. Pangan. Ketahanan. Ketersediaan. Keamanan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

1. Kita tentu sama-sama memahami bahwa pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia, oleh sebab itu tuntutan pemenuhan pangan

1. Kita tentu sama-sama memahami bahwa pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia, oleh sebab itu tuntutan pemenuhan pangan 1 PENGARAHAN GUBERNUR SELAKU KETUA DEWAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI DEWAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT Tanggal 28 Agustus 2008 Pukul 09.00 WIB

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN KEBIJAKAN

TANTANGAN MEWUJUDKAN KEBIJAKAN ARTIKEL TANTANGAN MEWUJUDKAN KEBIJAKAN NASIONAL YANG KUAT Mohammad Ismet RINGKASAN Pangan, dalam hal ini adalah beras, memiliki peran yang sangat penting dal, kehidupan bangsa Indonesia. Karakteristik

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NO 1. Dipertahankannya ketersediaan pangan yang cukup, meningkatkan kemandirian masyarakat, pemantapan ketahanan pangan dan menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan nasional, terlebih lagi negara berkembang seperti Indonesia yang berpenduduk besar. Perhatian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN I. PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Republik Indonesia pada Konfrensi Dewan Ketahanan Pangan tanggal 25 mei 2010, yang menyatakan pentingnya cadangan pangan nasional maupun daerah yang cukup, memadai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang kebijakan Perberasan, Perusahaan Umum (PERUM) BULOG diberikan penugasan oleh pemerintah. Pangan adalah suatu hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan nasional. Ketahanan pangan menurut Food and

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan nasional. Ketahanan pangan menurut Food and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1996, Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of South-East Asian Nation), sebuah asosiasi 10 Negara di

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of South-East Asian Nation), sebuah asosiasi 10 Negara di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang ada di benua Asia. Asia Tenggara merupakan daerah tropis dengan potensi alam yang luar biasa. ASEAN (Association

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH

PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH TIK ; MAHASISWA DIHARAPKAN DAPAT MENJELASKAN SYARAT - SYARAT POKOK PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEBIJAKAN PENDUKUNGNYA PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat dan visi yaitu pangan cukup, aman dan terjangkau bagi rakyat. Penjabaran dari visi dimaksud

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi

Lebih terperinci

ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT

ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT Hotel Mercure Surabaya, 16 Mei 2016 Assalaamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KEDEPAN

BAB VI LANGKAH KEDEPAN BAB VI LANGKAH KEDEPAN Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan 367 368 Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan LANGKAH-LANGKAH KEDEPAN Agenda pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan melalui swasembada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani

2 TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani 6 2 TINJAUAN PUSTAKA Etnobotani Awal tahun 1985, ilmu etnobotani secara sederhana telah menggambarkan penggunaan tumbuhan oleh masyarakat suku Aborigin, namun dalam kurun waktu yang panjang ilmu tersebut

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 Oleh Prof. Dr.Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Disampaikan pada (KIPNAS) Ke-10 diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian nasional dan dunia saat ini ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung secara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Krisis pangan telah benar-benar terjadi diberbagai belahan dunia. Hal ini

BAB 1. PENDAHULUAN. Krisis pangan telah benar-benar terjadi diberbagai belahan dunia. Hal ini BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis pangan telah benar-benar terjadi diberbagai belahan dunia. Hal ini ditandai dengan melonjaknya harga-harga pangan dunia seperti makanan pokok berupa gandum,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Kegiatan Cadangan Pangan Masyarakat 3. Kegiatan Cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sebagaimana dalam pasal 27 Undang-undang Dasar Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya Undang-undang No.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sebagaimana dalam pasal 27 Undang-undang Dasar Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya Undang-undang No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan kebutuhan dasar pangan utama bagi penduduk Indonesia. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana dalam pasal 27

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. KORELASI HARGA DAN DERAJAT INTEGRASI SPASIAL ANTARA PASAR DUNIA DAN PASAR DOMESTIK UNTUK KOMODITAS PANGAN DALAM ERA LIBERALISASI PERDAGANGAN (Kasus Provinsi Sulawesi Selatan) Adreng Purwoto, Handewi P.S.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN Disampaikan pada Policy Dialogue Series dengan Tema Pengembangan Subsektor Jasa Pergudangan Dalam Meningkatkan Daya Saing Sektor Jasa Logistik di Indonesia Jakarta, 22 September 2015 KEBIJAKAN PERGUDANGAN

Lebih terperinci