BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Devi Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kulit Akibat Kerja Pengertian penyakit kulit akibat kerja Penyakit kulit akibat kerja merupakan penyakit kulit yang didapatkan dari pekerjaan akibat interaksi yang terjadi antara kulit dengan substansi yang digunakan di lingkungan kerja, dimana interaksi di tempat kerja merupakan faktor penyebab utama serta faktor kontributor. Salah satu penyebab dari penyakit kulit akibat kerja yaitu bahan kimia dan bahan biologis yang kontak langsung dengan kulit saat melakukan pekerjaan di tempat kerja Jenis-jenis penyakit kulit akibat kerja Menurut Febria (2011) dan Buchari (2007) penyakit kulit akibat kerja dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu. 1. Dermatitis kontak iritan (DKI) Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi inflamasi lokal pada kulit yang bersifat nonimunologik, ditandai dengan adanya eritema (kemerahan), edema (bengkak) ringan dan pecah-pecah setelah terjadi pajanan bahan kontakan dari luar. Bahan kontakan ini dapat berupa bahan fisika, kimia bahkan biologis yang dapat menimbulkan reaksi secara langsung pada kulit pekerja. 2. Dermatitis kontak alergi (DKA) Dermatitis kontak alergi (DKA) akibat kerja adalah hipersensitivitas tipe lambat, hasil dari kontak kulit dengan allergen yang spesifik pada orangorang yang mempunyai sensitivitas yang spesifik terhadap allergen tersebut. 7
2 8 Reaksi alergi tersebut menyebabkan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi eritema, edema, dan vesikel. 3. Ekzim (ekzema) Ekzim ditandai dengan kulit kemerah-merahan, bersisik, pecah-pecah, merasa gatal terlebih pada malam hari, timbul gelembung kecil yang diisi air atau nanah, bengkak, melepuh, berwarna merah, amat gatal dan merasa panas. Penyebabnya adalah alergi terhadap rangsangan zat kimia spesifik, atau kepekaan terhadap makanan spesifik layaknya udang, ikan laut, alkohol, vetsin. Pencegahan eksim dapat dilakukan dengan menghindari hal-hal atau bahan-bahan yang bisa manimbulkan alergi. 4. Kudis (skabies) Kudis ditandai dengan munculnya rasa gatal hebat di malam hari, terlebih di sela-sela jari tangan, dibawah ketiak, aerole (sekeliling puting payudara), dan permukaan depan pergelangan. Kudis gampang menular ke orang lain baik dengan langsung ataupun tidak langsung (handuk dan baju). Pencegahan kudis dapat dilakukan dengan memelihara kebersihan tubuh adalah sesuatu yang harus bila ingin terhindar dari penyakit kulit berupa kudis. 5. Kurap Penyakit kurap disebabkan oleh jamur. Dimana gejala penyakit kurap ditandai dengan kulit menjadi jadi tebal dan timbul lingkaran-lingkaran, bersisik, lembab, berair, dan merasa gatal. Setelah itu timbul bercak keputihan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kulit terlebih di area tengkuk, leher, dan kulit kepala.
3 9 6. Bisul (furunkel) Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri stafilokokus aureus pada kulit lewat folikel rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat menyebabkan infeksi lokal. Faktor yang menambah risiko terkena bisul diantaranya kebersihan yang buruk, luka yang terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori dan pemakaian bahan kimia. 7. Ketombe (seboroid) Penyebab penyakit ini diduga erat kaitannya dengan kegiatan kelenjar sebasea dikulit. Seboroid yang terjadi pada kulit kepala kerap di sebut juga dengan nama ketombe. Gejala berupa merah, bersisik, berminyak dan bau. 8. Lepra Lepra merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Gejala umumnya gejala awalnya kulit tampak mengkerut apalagi bila penyakit telah akut kumannya perlahan-lahan akan mengonsumsi kulit dan daging, bila sudah terkena penyakit kulit tipe ini segera berobat ke dokter. 9. Panu Panu adalah salah satu penyakit kulit yang dikarenakan oleh jamur, penyakit panu ditandai dengan bercak yang ada pada kulit dibarengi rasa gatal pada waktu berkeringat. Bercak-bercak ini dapat berwarna putih, coklat atau merah bergantung warna kulit penderita. Panu sangat banyak ditemukan pada remaja usia belasan dan panau juga dapat ditemukan pada penderita berusia
4 10 tua. Cara pencegahan penyakit kulit panu bisa dilakukan dengan melindungi kebersihan kulit, dan bisa diobati dengan obat-obatan tradisional layaknya daun sirih yang digabung dengan kapur sirih dan dioles pada kulit yang terserang panu. 10. Infeksi jamur kulit Jamur dapat tumbuh dipermukaan kulit kita, dan mengakibatkan kerusakan tekstur kulit hingga tampak buruk. Belum lagi, rasa gatal yang kerap menyerang menyertai infeksi jamur tersebut. Bila tidak selekasnya diatasi, jamur kulit dengan cepat menyebar kejaringan kulit yang lebih luas. Mekanisme terjadinya penyakit kulit akibat kerja berdasarkan jenisnya menurut Djuanda (2007) sebagai berikut : 1. Dermatitis kontak iritan Pada dermatitis kontak iritan, kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel melalui kerja kimiawi dan fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air di kulit. Kebanyakan bahan iritan merusak membran lemak (lipid membrane) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komponen inti pada kulit. Ketika terjadi kerusakan sel maka akan timbul gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak berupa eritema, endema, panas dan nyeri bila iritan kuat. 2. Dermatitis kontak alergi Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi mengikuti respon imun yang diperantarai oleh sel atau reaksi imunologik tipe IV. Reaksi ini timbul melalui dua fase yaitu fase sensitisasi dan fase
5 11 elisitasi. Fase sensitisasi terhadap sistem kekebalan tubuh berlangsung selama 2-3 minggu pada fase ini terjadi hapten yaitu zat kimia atau antigen yang belum diproses. Sedangkan pada fase elisitasi kontak dengan zat yang sama dapat menyebabkan reaksi alergi walaupun kontak dengan bahan kimia dengan dosis sangat rendah, biasanya fase elisitasi berlangsung antara jam hingga muncul peradangan pada kulit Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja berlangsung melalui 2 (dua) fase yaitu (Djuanda, 2007). 1. Fase akut Pada dermatitis kontak iritan akut, satu kali kontak yang pendek dengan suatu bahan kimiawi kadang-kadang sudah cukup untuk mencetuskan reaksi iritan pada kulit. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh zat alkali atau asam yang kuat. Jika iritan lemah maka reaksinya akan menghilang secara spontan dalam waktu yang singkat. Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang terutama terjadi ketika bekerja dengan zat-zat kimia yang bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Sedangkan pada dermatitis kontak alergi akut, kelainan kulit umumnya muncul jam setelah melalui proses sensitisasi. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema (kemerahan) dan edema (bengkak), sedangkan pada yang berat selain eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula (tonjolan berisi cairan) yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi (cairan). Lesi cederung menyebar dan batasnya kurang jelas pada kulit.
6 12 2. Fase kronis Pada dermatitis kontak iritan kronis, disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Kelainan baru nyata setelah berharihari, berminggu-minggu bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Pada dermatitis kontak alergi kronik, merupakan kelanjutan dari fase akut yang akan hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal di sekitar pekerja. Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja dapat juga dilihat menurut prediksi regionalnya, hal ini akan memudahkan untuk mencari bahan penyebab dari gangguan kulit yang muncul pada seorang pekerja (Febria, 2011). 1. Pada area tangan Kejadian penyakit kulit akibat kerja paling sering ditemukan pada area tangan pekerja baik dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Banyaknya dermatitis kontak akibat kerja di area tangan dikarenakan tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan kegiatan, sehingga sering berkontak langsung dengan bahan kimia.
7 13 2. Pada area kaki penyakit kulit akibat kerja pada kaki biasanya terjadi pada paha dan tungkai bawah, pada bagian ini disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci yang mengandung nikel, kaos kaki yang terbuat dari nilon, obat topikal (anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, sandal dan sepatu pekerja. 3. Pada area wajah Pada dermatitis kontak pada wajah disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, allergen yang ada di udara dan nikel. Bila di bibir atau sekitarnya bisa disebabkan oleh lipstick yang tercemar. Sedangkan dermatitis di kelopak mata disebabkan oleh cat kuku, cat rambut dan obat mata. 4. Pada area badan Terjadi karena tekstil, zat warna, kancing logam, detergen,bahan pelembut dan pewangi yang digunakan oleh pekerja. 5. Pada area telinga Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel merupakan penyebab penyakit kulit pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids. 6. Pada area paha dan tungkai bawah Penyakit kulit pada paha dan tungaki bawah dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.
8 Faktor risiko gangguan kulit akibat kerja Faktor risiko terjadinya gangguan kulit akibat kerja pada pekerja sebagai berikut. 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian gangguan kulit pada pekerja dimana sesorang dengan umur yang semakin tua akan berdampak pada sistem kekebalan tubuh manusia yang berkurang dan rentan terkena penyakit. Dapat dikatakan bahwa dermatitis atau gangguan kulit akan lebih mudah menyerang pada usia yang lebih tua (Iwan, 2003). 2. Lama kontak Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia dan iritan dalam hitungan jam/hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2013) didapatkan hasil kejadian gangguan kulit akibat kerja pada variabel lama kontak dengan rata-rata lama kontak 9 jam sehari, sebanyak 40 dari 66 pekerja mengalami gangguan kulit. 3. Pendidikan Pekerja dengan pindidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya kepedulian terhadap pencegahan penyakit. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2010) angka kejadian gangguan kulit pada pemulung yang tidak bersekolah lebih bermakna bila dibandingkan dengan pemulung yang bersekolah.
9 15 4. Masa kerja Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya pekerja terpajan dengan berbagai sumber penyakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reni (2013) didapatkan hasil gangguan kulit pada pekerja di Bulukumba sebanyak 46,2% mengalami gangguan kulit, dimana variabel masa kerja pekerja lebih dari >5 tahun mengalami gangguan kulit sebesar 44,4%. 5. Suhu dan kelembaban Menurut Kurniawati (2006) jamur penyebab gangguan kulit pada pekerja di TPA dapat tumbuh dengan baik pada suhu kamar, dengan kelembaban rata-rata 60%. Sedangkan penelitian yang dilakukan Maruff (2005) terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan penyakit kulit berupa scabies pada pekerja industri tekstil. 6. Penggunaan APD Penggunaan alat pelindung diri berupa masker, sarung tangan, sepatu boot dan pakaian lengan panjang merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak, karena dengan mengunakan APD dapat mencegah terpapar bahan iritan maupun allergen yang ada di tempat kerja (Febria, 2011). 7. Personal hygiene Personal hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan
10 16 kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2013) menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan kulit dengan personal hygiene yang buruk pada pekerja, dimana pengukuran personal hygiene dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 9 pertanyaan mengenai kerbersihan kulit responden sebelum dan sesudah bekerja dimana 9 pertanyaan tersebut berisi poin-poin penilain personal hygiene. Penilain personal hygiene dibedakan menjadi 2 yaitu personal hygiene dinilai baik jika poin >25 poin dan personal hygiene dinilai buruk jika poin<24 poin. 8. Sinar matahari langsung Menurut Moeljosoedarmo (2008) sinar matahari langsung di atas pukul 10.00, bisa berbahaya bagi kulit dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB) dapat merusak membran sel sehingga mengakibatkan kulit merah dan terbakar, serta merusak sel-sel kulit, akibatnya mekanisme regenerasi sel-sel akan rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit dini) yang berdampak pada munculnya gangguan kulit. 9. Jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, penyakit kulit akibat kerja memiliki frekuensi yang sama pada pria dan wanita, akan tetapi, gangguan kulit secara signifikan lebih banyak pada wanita dibandingkan pria yang disebabkan tingginya frekuensi ekzim tangan pada wanita dibanding pria karena faktor lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
11 17 Nurtanti (2010) kejadian gannguan kulit pada pekerja perempuan lebih bermakna bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki. 10. Riwayat penyakit kulit Penyakit kulit akibat kerja paling sering di temukan pada pekerja yang sebelumnya menderita penyakit kulit hal ini disebabkan karena kulit pekerja rentan untuk terkena penyakit kulit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurtanti (2010) sebagian besar responden yang menderita penyakit kulit memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Dari data diperoleh gambaran bahwa sebanyak 18 responden (90%) yang menderita penyakit kulit akibat kerja memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya Upaya pencegahan penyakit kulit akibat kerja Untuk mencegah terjangkitnya penyakit kulit akibat kerja dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek personal hygiene. Aspek personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimanamana ke dalam tubuh dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit kulit akibat kerja. Personal hygiene merupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting dan kebersihan tubuh secara umum. Kebersihan diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang dimana kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri, dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik seperti penyakit kulit akibat kerja. Pada pekerja yang rentang terkena penyakit kulit akibat kerja wajib menggunakan alat
12 18 pelindung diri (APD) yang dapat mencegah paparan sinar matahari langsung yaitu pakaian lengan panjang (baju pelindung), sarung tangan dan sepatu boot Diagnosa klinis penyakit kulit akibat kerja Menurut Raymond (2001) untuk menetapkan kejadian dan penyebab penyakit kulit akibat kerja diperlukan 3 tahap dan proses sebagai berikut. 1. Tahap anamnesis Pada tahap anamnesis yang paling penting untuk ditanyakan adalah tempat kerja, jenis pekerjaan, riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontakan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri. 2. Tahap pemeriksaan fisik Pemeriksaan tahap fisik yang pertama dilakukan adalah tentukan lokasi kelainan apakah sesuai dengan kontak bahan yang dicurigai, yang tersering adalah daerah tangan, lengan, muka dan anggota gerak. Pemeriksaan fisik sangat penting karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Kemudian tentukan ruam kulit yang ada, biasanya didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. 3. Tahap pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan uji tempel. Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilaksanakan dengan mengoleskan sediaan uji tempel pada kulit normal panel/subjek manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan itu dapat menimbulkan iritasi atau kepekaan kulit
13 19 atau tidak. Pada tahap penunjang berupa uji tempel tidak dapat dijalankan dan dilaksanakan karena beberapa syarat-syarat yang sulit untuk dipenuhi oleh responden sebagai berikut. Uji tempel harus dilepaskan dan pada hari ke 2 setelah pemasangan dan waktu pembacaan selanjutnya pada hari ke 3 sampai hari ke 7 setelah aplikasi uji tempel dilepas. Responden disarankan tidak mandi 48 jam setelah aplikasi dipasang. Pada bagian tubuh yang dipasang aplikasi harus kering sampai jangka waktu pembacaan terakhir setelah uji tempel dilepaskan. Pada penelitian ini pemeriksaan kejadian gangguan kulit pada pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan akan dibantu oleh dokter, penulis memilih 2 (dua) tahap dari 3 (tiga) tahap diagnosis gangguan kulit. Peneliti menggunakan tahap anamnesis dan tahap pemeriksaan fisik karena waktu yang dibutuhkan tidak lama. 2.2 Pemulung Sampah Pengertian pemulung sampah Pemulung merupakan orang yang memulung dan mencari nafkah dengan jalan memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas (logam, plastik, kardus bekas dan sebagainya) kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang daur ulang. Ada dua jenis pemulung yaitu pemulung lepas yang bekerja sebagai wirausaha dan pemulung yang tergantung pada seoarang bandar yang meminjamkan uang kepada mereka dan memotong uang tersebut saat membeli barang bekas yang dijual oleh pemulung tersebut.
14 Proses kerja pemulung sampah Menurut Ahmad (2011) kegiatan dan proses kerja pemulung sampah secara umum sebagai beikut. 1. Tahap persiapan Tahap persiapan yang dilakukan oleh pemulung sampah adalah kegiatan menyiapkan alat perlengkapan seperti motor dan gerobak sampah yang akan dibawa ke TPA atau berkeliling kompleks perumahan warga untuk mencari sampah, menyiapkan kantong palstik atau kardus untuk memasukan sampah saat memulung dan menyiapkan APD seperti sarung tangan dan masker yang digunakan saat memulung sampah di lingkungan TPA. 2. Memilih sampah Pemulung memilih sampah yang mempunyai nilai ekonomis dan lebih berfokus pada arah konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Sampah yang bernilai ekonomis tinggi yang menjadi perhatian utama pemulung sampah yaitu sampah plastik, logam, besi dan gelas karena sampah tersebut bila dijual ke penadah barang bekas memiliki nilai jual yang tinggi. Pada kegiatan memilih sampah pemulung kontak langsung dengan paparan kimia, biologis dan sinar matahari di sekitar TPA. 3. Memilah sampah Setelah sampah dipilih, selanjunya dilakukan kegiatan memilah sampah berdasarkan jenis dan ukuran sampah, sampah yang memiliki ukuran yang lebih besar biasanya memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Pada kegiatan memilah sampah pemulung terpapar bahan iritan, biologis dan kimia yang berasal dari sampah.
15 21 4. Mengumpulkan sampah Setelah sampah dipilah berdasarkan jenisnya, sampah dikumpulkan di suatu tempat yaitu di rumah pemulung tersebut. Sampah yang dikumpulkan akan dijual bila sudah dirasa cukup ke penadah barang bekas. Pada kegiatan mengumpulkan sampah pemulung terpapar bahan iritan, biologis dan kimia yang berasal dari sampah yang pemulung kumpulkan. 5. Menjual sampah Setelah sampah dikumpulkan dan dipilah sesuai jenis dan ukuranya, sampah tersebut kemudian dijual ke penadah barang bekas yang ada di sekitar TPA dan pemukiman sekitar TPA tersebut. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada pemulung sampah di TPA Suwung Denpasar Selatan, pemulung mulai bekerja pada pukul WITA. Menurut Asloy (2015) dengan lama kerja yang panjang di tempat sampah, yang banyak mengandung bahan iritan, kimia dan biologis dapat mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja, karena terjadi interaksi antara tubuh pekerja dengan bahan berbahaya yang ada di tempat kerja tersebut dalam waktu yang lama. 2.3 Sampah Pengertian sampah Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai dan tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Pada tahun 2015 produksi sampah di Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil sampah terbesar yaitu sebesar 64 juta ton per tahun sampah. Sedangkan berdasarkan jenisnya sampah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis sampah, yaitu sampah organik dan sampah
16 22 anorganik. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang mudah terurai sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan baku bukan hayati dan sulit terurai secara alami Pengolahan sampah Menurut Sulastoro (1999) pengolahan sampah harus melalui beberapa tahap dan proses pengolahan sampah sebagai berikut. a. Tahap sumber sampah Sumber sampah merupakan awal mula dari tahapan dan proses pengolahan sampah. Sumber sampah banyak dihasilkan dari pemukiman rumah tangga sekitar 80% dan pasar tradisional sekitar 50%. Sampah pasar pada umumnya 90% mengandung sampah organik yang terdiri dari sampah sayuran, buah, dan sejenisnya yang seragam sehingga memudahkan dalam pengelompokan. Sedangkan sampah pemukiman rumah tangga cukup beragam dimana berapa komposisi sampah yang dapat dijumpai 70% mengandung sampah organik dan 30% mengandung anorganik. b. Tahap pengumpulan sampah Tahap pengumpulan sampah dapat diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat atau asal sampah tersebut sampai ke tempat pembuangan sementara. Tahap pengumpulan sampah terdiri dari dua macam metode sesuai dengan pola pengumpulan yang digunakan, yaitu: Individual langsung merupakan penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa melalui proses pemindahan.
17 23 Individual tidak langsung merupakan proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber sampah dan diangkut ke TPA melalui proses pemindahan dengan menggunakan sarana pengangkut. c. Tahap pengangkutan sampah Tahap pengangkutan sampah adalah proses memindahkan sampah ke tempat pembuangan sementara (TPS). Menunjang kelancaran proses pengangkutan, tempat untuk proses pengangkutan harus disesuaikan dengan proses pengumpulan. Pada tahapan pengangkutan sampah perlu dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu untuk membantu menuju ke TPS, dan pada tahapan ini sangat perlu melibatkan tenaga kerja yang pada periode waktu tertentu membantu mengangkut sampah ke TPS. d. Tempat pembuangan sementara (TPS) Tempat pembuangan sementara adalah tempat yang menampung sampah untuk jangka waktu tertentu yang berada di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan yang biasanya berada jauh dari pumukiman penduduk. Sampah untuk sementara ditampung sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir untuk diolah. e. Tahap pemindahan sampah Tahap pemindahan merupakan proses memindahkan sampah dari TPS ke TPA, sehingga TPS pada daerah pelayanan menjadi bersih dari sampah. Pada tahapan ini pemindahan sampah dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu dan melibatkan tenaga kerja yang
18 24 pada periode waktu tertentu membantu proses pemindahan sampah tersebut ke TPA. f. Tempat pembuangan akhir (TPA) Tempat pembuangan akhir adalah proses atau tahapan terakhir dimana semua sampah dari seluruh titik pengumpulan, dibuang dan dikumpulkan. Tujuan tempat pembuangan akhir adalah untuk memusnahkan sampah di suatu TPA dengan proses tertentu sehingga seminimal mungkin tidak menimbulkan dampak dan gangguan terhadap lingkungan sekitar baik setelah dilakukan pengolahan maupun belum dilakukan pengolahan. Menurut Rizal (2015) ada beberapa metode sistem pengolahan sampah yang diterapkan pada tempat pembuangan akhir (TPA) sebagai berikut. a. Pemadatan sampah Pemadatan sampah adalah tehnik pemadatan sampah dengan menggunakan alat atau teknologi yang cukup cangih. Pemadatan sampah sebenarnya bukan merupakan sistem pengolahan langsung terhadap sampah di TPA, melainkan lebih kepada tindakan persiapan yang dilakukan terhadap sampah untuk memudahkan proses selanjutnya. Teknologi utama pemadatan sampah dengan cara ini berupa mesin yang berfungsi memadatkan dan membentuk sampah menjadi bola bola sampah. Ada dua jenis mesin yang dapat digunakan untuk pengolahan sampah dengan sistem ini yaitu mesin mobile baler dan mesin mobile baler tornado. b. Open dumping Open dumping adalah salah satu sistem penanganan sampah yang paling sederhana yaitu sampah ditimbun di area tertentu secara terus menerus tanpa ditimbun dengan tanah penutup (penimbunan secara terbuka). Pembuangan
19 25 sistem open dumping sangat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu akan menimbulkan leacheate (tercemarnya air tanah). c. Pembakaran sampah (incinerator) Incinerator bertujuan untuk mereduksi atau mengurangi volume sampah buangan padat. Teknologi ini dapat mengurangi volume sampah hingga 97% dan bobot hingga 70%. Panas hasil pembakaran dipakai untuk menghasilkan energi. Proses ini memerlukan biaya yang sangat besar untuk membeli dan membangun unit pembakaran sampah tersebut di TPA. d. Pengkomposan (composting) Pengkomposan adalah proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkendali dan terkontrol dengan hasil akhir berupa humus dan kompos. Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea. e. Sanitary landfill Sanitary landfill merupakan metode pemusnahan sampah yang dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Metode ini paling banyak digunakan di TPA di seluruh wilayah Indonesia.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. sampah. Penyakit kulit dapat menyerang keseluruh atau sebagian tubuh tertentu.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penyakit Kulit Penyakit kulit merupakan kelainan kulit yang diakibatkan oleh adanya jamur, kuman-kuman, parasit, virus maupun infeksi. Penyakit jamur dapat hidup dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dermatitis 1. Pengertian Dermatitis Dermatitis adalah penyakit kulit yang pada umumnya dapat terjadi secara berulang-ulang pada seseorang dalam bentuk peradangan kulit yang dapat
Lebih terperinciMasalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.
Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi kulit dan fungsi kulit Kulit merupakan pembungkus elastis yang dapat melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
Lebih terperinciObat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes
Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah mengetahui mengenai dermatitis. Beberapa penelitian tentang dermatitis telah dilakukan sehingga meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan antara
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan ada sekitar 2,34 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan dimana kulit mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERSAMPAHAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciAPA ITU TB(TUBERCULOSIS)
APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi
Lebih terperinciBagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH
SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak
Lebih terperinciKebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH
Kebutuhan Personal Higiene Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Pendahuluan Kebersihan merupakan hal yang penting Dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan Konsep Dasar Berasal dari bahasa Yunani,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Dermatitis a. Definisi Dermatitis Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis dan dipengaruhi banyak faktor.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Kontak akibat kerja merupakan suatu keadaan kulit yang disebabkan oleh paparan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini terjadi pada pekerja yang terpapar
Lebih terperinciKESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU
KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu yang berada
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciAll about Tinea pedis
All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.
Lebih terperinciA. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya
A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan oleh suatu pekerjaan seseorang. Penyakit akibat kerja biasanya terdapat di daerah industri, pertanian
Lebih terperinciCara Mengobati Gatal Jamur Eksim
Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim - Infeksi jamur ditandai dengan kulit kemerahan atau cokelat kehitaman. Namun, gatal-gatal hanya akan terjadi di tepi bagian kulit kemerahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi gangguan fungsi sawar kulit dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit di bidang Dermatologi. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh adanya disfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep
Lebih terperinciTEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK
TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah kebutuhan yang sangat pokok dan mendasar bagi manusia, namun masih banyak faktor yang menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan kurang maksimalnya
Lebih terperinciPEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI
PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10051 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME MONITORING EFEK SAMPING KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang ada dalam keadaan akut atau subakut, ditandai dengan rasa gatal, eritema, disertai
Lebih terperincimerupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau
Lebih terperinciKAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO Farni Djamalu, Zuhriana K. Yusuf, Ahmad Aswad 1 Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang
Lebih terperinciPROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA
Kabupaten dr. ABDUL FATAH A. NIP: 197207292006041014 1.Pengertian 2.Tujuan Adalah penilaian klinis atau pernyataan ringkas tentang status kesehatan individu yang didapatkan melalui proses pengumpulan data
Lebih terperinciUJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!
UJI KOMPETENSI SEMESTER II Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria teknologi ramah lingkungan
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan masyarakat pekerja Indonesia di masa depan, yang penduduknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisation) dan GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang akan berlaku tahun 2020 mendatang. Kesehatan
Lebih terperinciDAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA
DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu
Lebih terperinciPERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS
Lampiran 1 PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS 1. Pengertian Perawatan kulit adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat yang diselenggarakan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 tahun 2008, rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai bahaya potensial
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,
Lebih terperinciKuesioner Penelitian
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan
Lebih terperinci1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan
PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut
Lebih terperincib. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik
Lebih terperinciLIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.
LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan peningkatkan perkembangan industri dan perubahan di bidang pembangunan secara umum di dunia, terjadi perubahan dalam pembangunan baik dalam
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.
BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara
Lebih terperinciObat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi
Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Untuk Pengobatan Komplikasi Pada Diabetesi Komplikasi Pada Kaki Penderita diabetes dapat mengalami banyak permasalahan pada
Lebih terperinciDINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis atopik atau gatal-gatal masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak-anak karena sifatnya yang kronik residif sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan apa adanya (langsung tanpa pengolahan tertentu), dengan begitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi manusia, air sangat esensial untuk proses pencernaan, absorpsi dan ekskresi, tetapi air juga rentan terhadap kontaminasi dan pencemaran. Kebanyakan manusia memanfaatkan
Lebih terperinciBAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian
BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK 6.1. Pewadahan Sampah Pewadahan individual Perumahan Cipinang Elok pada umumnya dibagi menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan
Lebih terperinciSISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KULIT PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER-SHAFER
SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KULIT PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER-SHAFER Melizar a*, Zara Yunizar a a Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jl. Almuslim
Lebih terperinciBAB III STUDI LITERATUR
BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyakit kulit masih tinggi di Indonesia dibuktikan dengan Riset Kesehatan Dasar oleh Departemen Kesehatan tahun 2007 prevalensi nasional penyakit kulit adalah
Lebih terperinciIlmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd. Adalah: sisa dari segala macam kegiatan manusia yang fungsinya sudah berubah dari keadaan awal. Karakteristik limbah: a) Fisik: bau tidak sedap, warnanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam. Mayoritas dari luka bakar
Lebih terperinci