ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR. Oleh AZWAR HADI A
|
|
- Vera Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR Oleh AZWAR HADI A DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2 RINGKASAN Azwar Hadi. Analisis Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Naik Sinukaban dan Dwi Putro Tejo Baskoro. Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian ekstensif lainnya membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai sifat- sifat tanah (fisik, kimia, biologi) serta faktor faktor lahan lain yang diperlukan. Pengunaan lahan yang tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air adalah penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara lestari. Penggunaan lahan yang tidak cocok dengan kemampuannya seharusnya direkomendasikan perubahan penggunaannya atau dimasukkan teknologi tambahan sesuai dengan syarat syarat yang diperlukan sehingga lahan tidak rusak dan dapat digunakan secara lestari. Upaya pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan yang disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lahan tersebut yang sering dikenal dengan konsep daya dukung. Daya Dukung Lahan adalah Jumlah orang yang dapat didukung oleh untuk hidup layak. Tujuan penelitian adalah Mengetahui daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir melalui bentuk wilayahnya, letak sumberdaya lahan, sifat iklim dan keadaan fisik alam, keadaan kependudukan, serta tingkat perkembangan ekonomi dan tekhnologi serta mencari hubungannya dengan faktor faktor yang diduga mempengaruhi daya dukung lahan di desa tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian berdasarkan Rancangan Acak Sederhana dengan sampel 35 responden. Penelitian menggunakan metode Penelitian Survey melalui analisis deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Kuntitatif. Data diperoleh dari Responden melalui Kuisioner, wawancara dan Diskusi, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian dan sumber pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukan Daya Dukung Lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori adalah sebanyak 47 orang/ha/tahun, berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum adalah 15 orang/ha/tahun dan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak adalah 5 orang/ha/tahun. Faktor faktor yang mempengaruhi daya dukung lahan adalah kemampuan lahan dan penggunaan lahan, degradasi lahan, luas lahan petani., perilaku negatif masyarakat, dan kepadatan penduduk Kata Kunci: Penggunaan lahan, Daya dukung lahan, Pembagian lahan.
3 SUMMARY Azwar Hadi. Analysis of Carrying Capacity in Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Supervised by Naik Sinukaban and Dwi Putro Tejo Baskoro. Intensification of agriculture on land that has been used for traditional agriculture, shifting agriculture or other forms of extensive agriculture requires sufficient knowledge of soil properties (physical, chemical, biological) as well as factors - factors other necessary land. Use of appropriate land is one part of soil and water conservation is the placement of each area of land on the appropriate use of his ability and treat it according to terms - a necessary condition, so the land is not damaged and can ensure high productivity sustainable. Land use that does not fit with his ability should be recommended changes in use or included additional technology in accordance with the conditions - the necessary conditions so that the land is not damaged and can be used sustainable. Effort restrictions in the utilization of land resources tailored to the assimilation capacity of the land is often known as the concept of carrying capacity. Power Support is the amount of land that can be supported by decent living. Research goal is to know carrying capacity in Desa Ciarutuen Ilir land through its territory form, land resources, climate and nature of natural physical conditions, state of residence, and level of economic development and technology and to know the factors - factors which affect the expected carrying capacity of land in the village. This research was carried out in Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Research based on simple random design with a sample of 35 respondents. Research using Survey research methods through descriptive analysis. The approach used is the quantitative approach. Result obtained from respondents through questionnaires, interviews and discussions, while the secondary data obtained from the results of research and library resources related to research. The results showed Desa Ciarutuen Ilir Carraying capacity base on calorie needs are 47 person/ha/year, based on the minimum physical needs are 15 persons / ha / year and based on the Decent Life needs are 5 persons / ha / year. Factors - factors that affect the land carrying capacity is the ability of land and land use, land degradation, farmers' land area., The community's negative behavior, and population density.. Keywords: Land use, Carrying Capacity, Land Distribution.
4 ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh AZWAR HADI A DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP : ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR : Azwar Hadi : A Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M. Sc NIP Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus :
6 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 14 Maret 1986 di Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal. Penulis adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak H. Abdul Fatah Nasution dan Hj. Nurhayati Lubis. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 8 nomor Panyabungan pada tahun 1992 dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Unggulan Nurul Ilmi Padang Sidimpuan pada tahun 1998, lulus pada tahun Pada tahun penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri I Panyabungan. Kemudian pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama di IPB penulis pernah aktif menjadi pengurus di Ikatan Mahasiswa Mandailing Natal Bogor tahun 2004, Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah dan Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (FOKUSHIMITI) tahun 2006, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian tahun 2007, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM IPB) tahun 2008, Himpunan Mahasiswa Islam, Ikatan Keluarga Nasution, Institut Kedaulatan Pangan dan menjadi salah satu pendiri Komunitas Saung Angkringan Bogor, Pendiri Komunitas Na Gabe dohot na Jogi dan Komunitas Penyelamat Kampus pada tahun 2009.
7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas berkat dan rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisis Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini memang bukan merupakan studi yang pertama dalam menganalisis Daya Dukung Lahan di Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Akan tetapi tanpa mengurangi makna dari hasil penelitian semoga menjadi tambahan khazanah ilmu Pengetahuan dan legitimasi keilmuan terhadap keberpihakan pada petani. Semoga bermanfaat. Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut baik yang membantu secara langsung atau tidak langsung antara lain : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban selaku pembimbing skripsi pertama atas ilmu, bimbingan dan motivasi dalam membentuk sistematika berfikir penulis. serta Bapak Dr. Ir. D.P.Tejo Baskoro. selaku pembimbing skripsi kedua atas bimbingan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Ibu Dr. Enni D. Wahjunie selaku dosen penguji atas saran perbaikan skripsi ini. 2. Guru, Dosen dan staff di lingkungan IPB.
8 3. Terkhusus Umakku Hj. Nurhayati Lubis yang dengan kelembutan telah mengizinkan anaknya untuk menapaki jalan sunyi selama 6 tahun, Ayah H. Abdul Fatah Nasution yang dengan gagahnya tetap menunggu dan memberikan Do a terbaiknya, Keluarga Besar Jalan Setia : Kak Imah/Bang Yahya, Kak Niah/Bang Zaen, Bang Yasfi untuk biaya hidup dan kuliah/kak Iim, Bang Fahmi/kak Ita, Kak Ilah, Kak Farisah, Akmal dan adik ku tercinta Sanni serta penerus Nasution berikutnya Yahdi, Fadly, Rifki, Afwah, Yuzril, Yazri dan Nasution pertama (fahri) terima kasih untuk semua kesabarannya. 4. Para Responden, bapak/ibu Petani. Penulis dedikasikan skripsi ini untuk kesejahteraan kita bersama. 5. Abang Karim, Bang Dilla Pak Kharil, Bang Fachry, Bang Kadir, Aby, Anca, Bobo s, Gandhi, Imron Kunaedi dan Ilham terima kasih atas kekeluargaannya 6. Osmaleli yang telah mengigatkan kembali arti penting kehidupan. 7. Teman teman Ilmu Tanah, FOKUSHIMITI, Komunitarian Saung Angkringan dan Na Gabe dohot Na jogi, Institut Kedaulatan Pangan, Ikatan Keluarga Nasution, IKMAMADINA, BEM A, BEM IPB dan HMI Cabang Bogor. Bogor, Maret 2010 Azwar Hadi
9 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... vii DAFTAR TABEL... ix I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Batasan Daya Dukung Lahan Metode dan Penghitungan Daya Dukung Lahan Daya Dukung Lahan dan Kebutuhan Layak Penduduk III. METODELOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Penentuan Sampel Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumberdaya Alam Potensi Sumberdaya Manusia Mata Pencaharian Sarana dan Prasarana... 18
10 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik petani Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani Anggota Keluarga petani Luas Lahan Jenis Usaha Tani Jenis Tanaman Yang Diusahakan Hubungan Kerja Daya Dukung Lahan Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Kalori Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir Implikasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Dukung Lahan Daya Dukung Lahan dan Kehidupan Layak Penduduk Daya Dukung Lahan dan Kesejahteraan Kepemilikan Lahan dan Kehidupan Layak Peningkatan Daya Dukung Lahan VII. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 43
11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 1. Jumlah Kalori berdasarkan Umur... 9 Tabel 2. Penggunaan Lahan Tabel 3. Kelompok Umur dan Jenis kelamin Masyarakat Ciarutuen Ilir Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Ciarutuen Ilir Tabel 5. Mata Pencaharian Masyarakat Ciarutuen Ilir Tabel 6. Sarana dan Prasarana Tabel 7. Usia, Jenis kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Tabel 9. Luas Lahan Petani Tabel 10. Jenis Usahatani Petani Tabel 11 Jenis tanaman Yang Diusahakan Tabel 12. Produktivitas Netto Tanaman Pangan Tabel 13. Nilai Kalori Jenis Tanaman Pangan Tabel 14 Total Kebutuhan Kalori Penduduk Tabel 15. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir Tabel 16. Indikator Pendukung Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir Tabel 17. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir setelah Peningkatan 10 % 40
12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Karakteristik Petani Pendapatan Petani Peningktan Produktivitas Setelah Perbaikan Tekhnologi 10 % Peningktan Produktivitas Setelah Perbaikan Tekhnologi 20 % Kebutuhan Kalori Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir... 50
13 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai sifat- sifat tanah (fisik, kimia, biologi) serta faktor faktor lahan lain yang diperlukan. Dengan demikian penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai, dan perencanaan penggunaan lahan yang baik. Penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai dan perencanaan penggunaan lahan/tata ruang yang baik. Penggunaan lahan yang tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air yang merupakan penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara lestari. (Sinukaban, 2008). Sesuai dengan yang diamanatkan oleh GBHN, salah satu sasaran pertanian adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia terutama petani, lebih khusus lagi adalah petani miskin. Untuk menerapkan strategi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani miskin tersebut maka kita harus melihat faktor faktor apa yang menyebabkan petani tersebut miskin. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa petani miskin terutama disebabkan oleh : produktifitas pertanian yang rendah, lahannya sempit, harga hasil pertaniannya rendah, dan kesempatan di luar usaha tani yang rendah. Produktifitas pertanian yang rendah tersebut dapat disebabkan oleh suatu kombinasi faktor faktor berikut ; lahan tidak subur atau miskin, lahan sudah tererosi berat, pemakaian pupuk tidak memadai, sistem pengelolaannya kurang sesuai dan memadai, kurangnya ketrampilan petani, dan jenis tanaman yang ditanam tidak sesuai dengan keadaan biofisik daerah. (Sinukaban, 2007) 1
14 Berdasarkan Sensus Pertanian 1993 di Jawa Barat, lebih dari 87 persen rumah tangga petani pengguna lahan adalah petani tanaman pangan, 32 persen mengusahakan tanaman perkebunan, 26 persen ternak, dan 24 persen tanaman hortikultura. Komposisi tersebut menggambarkan bahwa mayoritas kegiatan pertanian yang menggunakan lahan dan sumber daya lain yang terkait dengan keberadaan lahan, secara berurutan adalah tanaman pangan, perkebunan, ternak dan hortikultura. Dengan demikian, permasalahan agraria dapat diidentifikasi berdasarkan pola-pola penggunaan lahan tersebut (Auhadilla, 2009). Berdasarkan intensitas jenis penggunaan lahannya terdapat 90 persen lahan di Jawa digunakan untuk pertanian tanaman pangan dan dengan 84 persen untuk seluruh wilayah di luar Jawa. Sementara luar Jawa didominasi oleh usahatani perkebunan, yaitu sebesar 43 persen dibandingkan 22 persen di Jawa (Sumaryanto et.al, 2002). Oleh karena itu, identifikasi permasalahan agraria pun tidak dapat dilakukan dengan menyamaratakan kondisi, tapi perlu dibedakan antara Jawa dan Luar Jawa. Pembangunan nasional akan timpang kalau daerah/perdesaan tidak dibangun, urbanisasi tidak akan bisa ditekan, dan pada akhirnya kesenjangan desa dan kota semakin melebar. Lebih dari 83 persen kabupaten/kota di Indonesia ekonominya berbasis kepada pertanian. Agroindustri perdesaan akan sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi perdesaan terutama dalam penyerapan tenaga kerja Dalam tahun jumlah petani gurem (dengan luas garapan kurang dari 0,5 ha) meningkat dari 10,8 juta KK menjadi 13,7 juta KK (meningkat 2,6% per tahun). Hal ini menunjukkan terjadinya marjinalisasi pertanian sebagai akibat langsung dari kepadatan penduduk. Sementara itu luas lahan semakin berkurang dan perkembangan kesempatan kerja di luar pertanian terbatas. Jumlah rumah tangga petani (RTP) menurut Sensus Pertanian (SP) 2003 mencapai 25,58 juta RTP. Sekitar 40 persen RTP tergolong tidak mampu dan 20 persen diantaranya dikepalai oleh perempuan. Pada daerah dimana tingkat migrasi tenaga kerja laki - laki tinggi, beban kerja sektor pertanian bergeser kepada tenaga kerja perempuan dan kelompok lanjut usia 2
15 Pokok-pokok permasalahan yang muncul di bidang pertanian pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan berkisar pada persoalan penguasaan tanah, konversi lahan, perubahan hubungan kerja dan kelembagaan karena introduksi teknologi, yang semuanya ini akan berujung pada perubahan kesejahteraan masyarakat tani. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah butirbutir utama yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pada sisi lain, masyarakat tani sangat tergantung pada kepemilikan lahan dan sumberdaya lahan. Perekonomian masyarakat tani tergantung pada hasil panen dan kegiatan pertanian lain yang memanfaatkan luasan sumberdaya lahan. Oleh sebab itu, lahan merupakan sumberdaya yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat tani desa. Banyak ragam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat tani yang memanfaatkan sumberdaya lahan antara lain tanaman pangan, pertanian tanaman perkebunan, ternak, dan tanaman hortikultura. Aktivitas pertanian ini melahirkan turunan kegiatan pertanian lain seperti perdagangan hasil panen, pengolahan hasil panen dan jasa perdagangan. Kompleksitas kegiatan pertanian yang ditandai dengan pemanfaatan sumberdaya lahan secara destruktif, menjadi salah satu faktor yang mendorong melemahnya daya dukung lingkungan. Rendahnya daya dukung lahan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, ketergantungan pangan dan kebutuhan pokok lain dan fungsi lainnya akan semakin menurun. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan pemanfaatan sumberdaya lahan tidak bisa dilepaskan dari konsepsi pembangunan berkelanjutan. Sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, upaya pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan yang disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lahan tersebut yang sering dikenal dengan konsep daya dukung. Potensi sumberdaya lahan yang beraneka ragam tidak hanya dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat tani. Keberadaannya secara rantai makanan merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi kondisi lahan. Dan itu artinya akan sangat mempengaruhi produksifitas lahan. Ketika pemanfaatan terhadap sumberdaya lahan berlebih dan bahkan menimbulkan kerusakan, maka 3
16 fungsi ekologis dari sumberdaya akan berkurang dan bahkan dalam kondisi yang parah akan hilang. Tentu hal tersebut juga akan mengurangi pendapatan masyarakat yang hidupnya sangat bergantung dari sumberdaya tersebut. Untuk itu setiap pemanfaatan, perlu ditekankan agar memperhatikan kapasitas pemanfaatan sumberdaya sehingga masih memungkinkan untuk pulih dan memproduksi kembali. Artinya, setiap pemanfaatan hendaknya tidak melebih daya dukung lahan. Akhirnya, kondisi sumberdaya akan sangat menentukan kualitas hidup masyarakat sekitar. Pemanfaatan terhadap sumberdaya lahan terkadang bukan hanya berasal dari penduduk setempat, tetapi sebagai open acces property sehingga lahan beserta sumberdaya hayati di dalamnya dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Pada konteks seperti itu, sering ditemukan kondisi yang bertolak belakang antara sumberdaya lahan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang mendiami desa tersebut. Kerusakan sumber daya lahan berdampak kepada menurunnya fungsi ekosistem. Pada kondisi seperti ini, masyarakat setempat yang banyak menggantungkan hidupnya dari keberadaaan sumberdaya lahan yang sudah mengalami kerusakan akan terpengaruh, setidaknya akan mengalami penurunan kesejahteraan sebagai akibat menurunnya produksfitas lahan dan hasil pertanian lainnya. Banyak ditemukan di beberapa desa, kondisi sumberdaya lahan terlihat masih bagus, namun masyarakat desa tersebut berada dalam kondisi miskin. Artinya, kondisi objektif sumberdaya lahan yang melimpah pada satu sisi, tetapi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan pada sisi lain. Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi dapat disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang menyebabkan berkurangnya fungsi ekosistem, namun tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh faktor lain yang lebih bersifat eksternal. Untuk itu perlu melakukan kajian keterkaitan antara daya dukung lingkungan dan tingkat kesejahteraan. Penggunaan lahan yang tidak cocok dengan kemampuannya seyogyanya direkomendasikan perubahan penggunaannya atau dimasukkan teknologi tambahan sesuai dengan syarat syarat yang diperlukan sehingga lahan tidak rusak dan dapat digunakan secara lestari (Sinukaban, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka fokus penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara daya dukung sumberdaya lahan serta kaitannya 4
17 dengan tingkat kesejahteraan masyarakat desa. Selanjutnya sejumlah pertanyaan akan diajukan untuk menjawab permasalahan tersebut antara lain : Berapa besar Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir? Seberapa besar ketergantungan masyarakat desa terhadap luasan sumberdaya lahan? Apakah tingkat kesejahteraan masyarakat hanya ditentukan oleh pemanfaatan sumberadaya yang memperhatikan konsep daya dukung atau ada faktor lain yang mempengaruhi? 1.3. Tujuan Penelitian Mengetahui daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir melalui bentuk wilayahnya, letak sumberdaya lahan, sifat iklim dan keadaan fisik alam, keadaan kependudukan, serta tingkat perkembangan ekonomi dan tekhnologinya dengan melalui pendekatan penghitungan daya dukung lahan pertanian tanaman pangan. Selanjutnya dari daya dukung lahan yang ditemui akan dicari hubungannya dengan faktor faktor yang diduga mempengaruhi daya dukung lahan di desa tersebut. 1.4 Kegunaan Penelitian 1) Mengetahui tingkat pendayagunaan lahan suatu desa. 2) Menjadi dasar pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di desa dalam rangka mengurangi degradasi lahan, kerusakan lingkungan dan kesejahteraan petani. 3) Mengetahui produktivitas lahan pertanian per kapita untuk memenuhi kebutuhan pangan. 5
18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan batasan daya dukung lahan. Daya dukung lahan dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan akibat penggunaan. Penilaian Daya dukung lahan dapat dilakukan melalui penghitungan kelas kemampuan lahan (Sinukaban.2008). Daya dukung lahan ditentukan oleh banyak faktor baik biofisik maupun sosial-ekonomi-budaya yang saling mempengaruhi. Daya dukung tergantung pada persentasi lahan yang dapat digunakan untuk pertanian yang berkelanjutan dan lestari, persentasi lahan ditentukan oleh kesesuaian lahan untuk pertanian. Beberapa pengertian mengenai daya dukung lahan telah ditemukakan oleh Dasman (1964), yaitu : Daya dukung yang berhubungan dengan kurva logistik yang merupakan asimtot atas dari kurva tersebut. Dalam hal ini daya dukung adalah batas teratas dari pertumbuhan populasi dimana pertumbuhan populasi tidak dapat lagi didukung oleh sumberdaya yang ada. Daya dukung yang dikenal dalam ilmu pengelolaan margasatwa. Dalam hal ini daya dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh suatu habitat. Daya dukung yang dikenal dalam ilmu pengelolaan padang penggembalaan. Dalam hal ini daya dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh lingkungan dalam keadaan sehat dan kuat. Selanjutnya Dasman et al. (1980), mencoba memberikan pengertian daya dukung sebagai suatu ukuran jumlah individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Dalam hubungan ini daya dukung mempuyai beberapa tingkatan, yaitu : 1. Suatu daya dukung absolut atau maksimum, yaitu jumlah maksimum individu yang dapat didukung oleh sumberdaya dan lingkungan pada tingkatan sekedar dapat hidup. Tingkatan ini dapat disebut kepadatan subsisten untuk spesises itu. 2. Tingkatan populasi suatu spesies yang biasanya ditentukan oleh pengaruh populasi spesies lainnnya yang hidup di lingkungan yang sama, yang 6
19 memburu atau memangsa spesies tadi dan yang menyebabkan penyakit atau menjadi parasitnya. Tingkatan ini dapat disebut kepadatan keamanan, atau ambang pintu keamanan, karena populasi dibawah ambang pintu ini relatif aman dari pemangsaan penyakit; kepadatan ini sudah barang tentu kurang dari kepadatan subsisten. Tingkatan yang umumnya dianggap oleh mereka yang berurusan dengan kesehatan atau produktifitas spesies yang bersangkutan, disebut kepadatan optimum. Pada tingkatan ini individu individu dalam populasi akan mendapatkan persediaan segala keperluan hidupnya dengan cukup, dan karena itu akan menunjukan pertunjukan kesehatan individu baik, yang tidak dibatasi oleh adanya kekurangan setiap keperluan yang esensial. Daya dukung suatu wilayah dapat naik atau turun tergantung dari kondisi biologis, ekologis dan tingkat pemanfaatan manusia terhadap sumberdaya alam. Daya dukung suatu wilayah dapat menurun, baik diakibatkan oleh kegiatan manusia maupun gaya-gaya ilmiah (natural forces), seperti bencana alam. Namun dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan wilayah secara tepat (proper), masukan teknologi dan impor (perdagangan) (Dahuri, 2001) dalam Auhadilla (2009). Proses penentuan daya dukung lingkungan untuk suatu aktivitas ditentukan umumnya dengan dua cara: (1) suatu gambaran hubungan antara tingkat kegiatan yang dilakukan pada suatu kawasan dan pengaruhnya terhadap parameter-parameter lingkungan, dan (2) suatu penilaian kritis terhadap dampak-dampak lingkungan yang diinginkan dalam rezim manajemen tertentu. Secara umum terdapat empat tipe kajian daya dukung lingkungan (Inglis et al., 2000) dalam Auhadilla (2009), yakni: 1) Daya dukung fisik, yaitu luas total berbagai kegiatan pembangunan yang dapat didukung (accommodated) oleh suatu kawasan/lahan yang tersedia, 2) Daya dukung produksi, yaitu jumlah total sumberdaya daya alam (stok) yang dapat dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan 3) Daya dukung ekologi, adalah kuantitas atau kualitas kegiatan yang dapat dikembangkan dalam batas yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan ekosistem 7
20 4) Daya dukung sosial, yakni tingkat kegiatan pembangunan maksimal pada suatu kawasan yang tidak merugikan secara sosial atau terjadinya konflik dengan kegiatan lainnya. 2.2 Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan. Apabila Daya Dukung Wilayah adalah jumlah orang yang dapat didukung oleh wilayah tersebut untuk hidup layak maka jumlah kebutuhan setiap orang adalah kebutuhan untuk hidup layak. Dengan demikian Daya Dukung Lahan adalah total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap orang. Kebutuhan Hidup Layak adalah kebutuhan fisik minimum (KFM) ditambah kebutuhan pendidikan, kegiatan Sosial, kesehatan, pakaian, asuransi dan tabungan. Kebutuhan Fisik Minimum Adalah 320 Kg beras di pedesaan dan 400 Kg beras di perkotaan untuk pangan, pakaian dan rumah (Sajogjo.1990). Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah Kebutuhan Fisik Minimum ditambah Kebutuhan Hidup Tambahan yang terdiri dari : 50% KFM adalah untuk hidup pendidikan dan kegiatan sosial 50% KFM adalah untuk kesehatan dan rekreasi, 50% KFM adalah untuk asuransi dan tabungan. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Dengan demikian, melalui penghitungan daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan ini dapat ditentukan apakah penggunaan suatu lahan sudah melapaui daya dukungnya atau belum (Sinukaban.2008). Sementara Kepadatan Penduduk adalah Jumlah Penduduk dibagi dengan Luas Lahan. Nilai kalori dari setiap hasil jenis tanaman pangan yang diteliti untuk setiap kilogram bahan makanan, adalah sebagai berikut : Padi 3600 kal Jagung 1400 kal Umbi umbian 1350 kal Kacang kacangan 3425 kal 8
21 Sayuran 330 kal Angka angka tersebut ditetapkan berdasarkan angka angka yang telah dikemukakan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (1972), Soedarmo dan Sediaoetama (1977) dalam dalam Agustono (1984). Untuk jumlah kalori, Soedarmo dan Sediaoetama (1977) dalam Agustono (1984) mengemukakan jumlah kalori yang dianjurkan berdasarkan golongan umur, seperti tertera dalam tabel 1 Tabel 1. Jumlah Kalori Berdasarkan Umur Kelompok Umur (tahun) Berat badan (Kg) Jumlah kalori (kal) Laki laki dewasa > Wanita Dewasa > Wanita Hamil ( kcal minggu menjelang melahirkan) Wanita menyusui +800 Laki laki remaja Wanita remaja Anak anak Bayi 12 bulan
22 2.3 Daya Dukung Lahan dan Kehidupan layak Penduduk Fenomena kemiskinan dan kerusakan lahan adalah dua hal yang saling terkait. Kebutuhan dan jumlah manusia yang terus meningkat, mengakibatkan sumber daya alam maupun fisik harus dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengejar tujuan pembangunan. Pembangunan yang sejatinya bertujuan menghapuskan kemiskinan, justru mengakibatkan kemiskinan sebagai akibat rusaknya sumber daya alam akibat proses ekonomi yang tidak mengindahkan lingkungan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kemiskinan terjadi karena kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena kemiskinan. Kemiskinan terjadi akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan karena kemiskinan periode sebelumnya. Begitupula sebaliknya, lingkungan rusak karena kemiskinan yang dipicu oleh kerusakan lingkungan pada periode sebelumnya. Hubungan sebab akibat ini dapat terus berlanjut membentuk siklus yang tidak berujung. Sachs (2006) dalam Auhadilla (2009) menekankan pentingnya hubungan kemiskinan dan kerusakan lingkungan sebagai peubah penentu kesejahteraan dan kemakmuran. Menurutnya, sementara investasi pada kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur mungkin dapat mengatasi perangkap kemiskinan yang sudah ekstrem kondisinya, degradasi lingkungan pada skala lokal, regional, dan global dapat meniadakan manfaat investasi tersebut. Keterkaitan antara kemiskinan dan isu lingkungan pada hakekatnya merupakan sebuah siklus yang sangat komplek. Bank Dunia (1994) mengidentifikasi tiga keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu : 1) Kesehatan lingkungan (Environmental health) : masyarakat miskin sangat menderita jika air, udara dan tanah, dimana mereka hidup mengalami polusi 2) Sumber penghidupan (Livelihoods) : masyarakat miskin cenderung untuk tergantung secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegatasi dan sumber air terdegradasi maka masyarakat miskin akan merasakan dampak yang nyata. 10
23 3) Kerentanan (Vulnerability) : masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut. Pengukuran kesejahteraan terkait dengan penggunaan tanah/lahan dalam suatu populasi masyarakat. Selain itu, ketergantungan masyarakat terhadap suatu sumberdaya sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menipisnya sumberdaya dalam suatu ekosistem seperti ekosistem pesisir, berakibat pada menurunnya produksi masyarakat, menurunnya pendapatan masyarakat dan tentunya pola konsumsi masyarakat juga akan berkurang. Pada gilirannya kesejahteraan masyarakat akan semakin menurun. Menipisnya sumberdaya dapat disebabkan adanya ekploitasi berlebih tanpa melihat kapasitas ekosistem untuk pulih kembali dan terus memproduksi. Kemampuan ekosistem untuk menampung pemanfaatan tanpa mengurangi produktifitasnya disebut sebagai daya dukung. Manik (2003) dalam Auhadilla (2009) melihat bahwa daya dukung sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat dimana terdapat ketergantungan tinggi masyarakat tersebut terhadap sumberdaya ekosistem yang berada di lingkungannya. Seperti contoh daya dukung untuk populasi manusia pada hakekatnya adalah jumlah individu dalam keadaan sejahtera yang dapat didukung oleh suatu satuan sumberdaya dan lingkungan, tanpa terjadi pencemaran dan kerusakan pada sumberdaya dan lingkungan itu. Dalam penelitian daya dukung lahan, paling tidak terdapat dua variabel pokok yang perlu diketahui untuk melakukan analisis (Riyadi et.al., 2005) yaitu : (1) potensi lahan yang tersedia termasuk luas lahan, dan (2) jumlah penduduk. Seluruh aktivitas manusia dalam mencukupi kebutuhan hidup selalu membutuhkan ruang, sehingga ketersediaan lahan sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas manusia. Demikian juga, besarnya jumlah penduduk dalam suatau wilayah (ruang) akan sangat menentukan kemampuan wilayah tersebut untuk mendukung penduduknya, sehingga memperoleh suatu standar hidup yang layak. 11
24 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciarutuen Ilir. Pemilihan Lokasi Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan bahwa di Desa Ciarutuen Ilir sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember tahun Sebelumnya dilkukan penjajagan lapang terlebih dahulu terhadap lokasi penelitian. 3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif. Kategori data yang dibutuhkan yaitu data utama (data primer) dan data penunjang (data sekunder). Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan tehnik wawancara dan kuisioner. Data penunjang diperoleh dari dokumen atau arsip tertulis serta laporan hasil penelitian serta publikasi lainnya. 3.3 Penentuan Sampel Unit analisis penelitian adalah individu sedangkan populasi penelitian adalah petani di desa Ciarutuen Ilir. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah acak sederhana. Metode ini merupakan pengambilan sebuah sample sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih. Metode pengambilan sampel dengan acak sederhana ditempuh melalui undian. Jumlah sampel secara keseluruhan adalah sebanyak 35 orang. Jumlah tersebut sudah dianggap dapat mempresentasikan keadaan petani di Desa Ciarutuen Ilir dan ukuran yang dapat diterima serta memnuhi syarat dari suatu metode penelitian (minimal 30 orang) jenis Deskriptif korelasional (Gay dalam Mendez, 2008). 3.4 Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan. 12
25 Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data primer yang dianalisa berdasarkan masing masing sub pokok bahasan. Daya Dukung Lahan adalah total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap orang. Kebutuhan Hidup Layak adalah kebutuhan fisik minimum (KFM) ditambah kebutuhan pendidikan, kegiatan Sosial, kesehatan, pakaian, asuransi dan tabungan. Kebutuhan hidup Layak (KHL) adalah Kebutuhan Fisik minimum ditambah Kebutuhan Hidup Tambahan (KHT) Kebutuhan Fisik Minimum adalah 320 kg beras di pedesaan dan 400 kg beras di perkotaan untuk pangan, pakaian dan rumah (Sajogjo, 1990). Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). yaitu Analisis Data dilakukan berdasarkan 3 pendekatan (Sinukaban, 2008) 1. Berdasarkan kebutuhan kalori : Keterangan : TPKa KKa = KKaPd KKa : Kebutuhan kalori (cal) TPKa : Total produksi kalori (cal) KKaPd : Kebutuhan kalori penduduk (cal) 2. Berdasarkan Kebutuhan Fisik minimum : TKtP DDLf = KFM Keterangan : DDLf : Daya dukung lahan berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum TKtP : Total ketersediaan produksi KFM : Kebutuhan Fisik Minimum setiap orang. 3. Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak TKtp DDLy = KHL KHL = KFM + KHT 13
26 Keterangan : DDLy : Daya Dukung Lahan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak TKtP : Total Ketersediaan Produksi KHT : Kebutuhan Hidup Tambahan KHL : Kebutuhan Hidup Layak. Analisis Daya Dukung Lahan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data luas panen (ha) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan) 2. Mengumpulkan data-data produksi (ton/ha) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan). 3. Menghitung produksi bruto/produksi kotor (ton) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacangkacangan). 4. Menghitung produksi netto/produksi bersih (kal/tahun) tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan). Dalam menghitung produksi neto yang dapat dikonsumsi dari setiap jenis tanaman bahan makanan tersebut, telah digunakan angka angka konversi sebagai berikut : Padi 40% Jagung 65% Umbi umbian 80% Kacang kacangan 60% Sayuran 100% 5. Menghitung nilai konversi jumlah kalori i masing-masing tanaman penghasil kalori utama sesuai ketetapan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). 6. Menghitung Kebutuhan Fisik Minimum setiap orang di Desa Ciaretuen Ilir 7. Menghitung Kebutuhan Hidup Layak setiap orang di Desa Ciaretuen Ilir 8. Menghitung daya dukung lahan desa Ciaretuen Ilir. 14
27 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Wilayah dan Potensi Sumberdaya Alam. Desa Ciaruteun Ilir merupakan wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, terletak kurang lebih tujuh km di sebelah timur Ibukota Kecamatan Cibungbulang. Desa ini dapat diakses dengan kenderaan roda dua dan roda empat. Angkutan umum yang dapat digunakan untuk mengakses desa Ciarutuen Ilir adalah angkutan umum jurusan Bubulak Jasinga dan Bubulak / Laladon Ciampea. Adapun batas batas Wilayah Desa Ciaruteun Ilir adalah : a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cidokom, Kecamatan Rumpin. b) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuweungkolt, Kecamatan Cibungbulang c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciampea d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cijujug, Kecamatan Cibungbulang. Desa Ciaruteun Ilir secara administrasi wilayah terbagi dalam 10 Rukun Warga (RW), 30 Rumah tangga (RT), yang tersebar dalam 13 kampung (dusun) dengan kepadatan penduduk adalah 30 orang/ha. Dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani. Jumlah penduduk desa Ciarutuen Ilir adalah jiwa. Desa Ciaruteun Ilir berada pada ketinggian 250 meter diatas permukaan laut (dpl), dengan kemiringan persen (miring/berbukit) dan tingkat kemasaman tanah 5 7 (ph). Klasifikasi jenis tanah adalah tanah Latosol. Suhu berkisar 22 0 C 28 o C dengan curah hujan mm/tahun. Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas 319 hektar yang terdiri dari lahan darat 282 hektar dan lahan sawah 37 hektar. Lahan sawah yang digunakan untuk budidaya padi sawah dan palawija sekitar 56 hektar dan budidaya tanaman sayuran sekitar 171 hektar, 51 hektar untuk pemukiman, 21 hektar untuk 15
28 pekarangan, 12 hektar untuk hutan rakyat dan 34 hektar lahan yang tidak ditanami. Tabel 2. Penggunaan Lahan di Desa Ciarutuen Ilir No Uraian Luas Lahan (ha) Presentase (%) 1 Lahan Darat : a. Tegalan ,9 b. Pekarangan 21 6,6 c. Kolam 8 2,5 d. Pemukiman e. Hutan Rakyat 12 3,8 f. Lain lain 34 10,7 2. Lahan Sawah a. Pengairan Teknis 37 11,6 JUMLAH Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun Potensi Sumberdaya Manusia Berdasarkan data monografi desa, jumlah pendudik Desa Ciruteun Ilir jiwa yang terdiri dari laki laki sebanyak jiwa (51 %) dan perempuan sebanyak jiwa (49%). Sebaran umur laki laki paling tinggi berada pada kelompok umur tahun (19,6 %). Sementara untuk sebaran umur perempuan paling tinggi berada pada kelompok umur 0 14 tahun (17,1 %). Dari sebaran umur tersebut masih dalam kategori produktif. Sebaran penduduk secara cara keseluruhan dapat dilihat pada tabel. 3 Tabel 3. Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir. No. Kelompok Umur Laki laki Perempuan Persen (Tahun) Orang % Orang % Jumlah (%) , , , , , , , , ,1 4 > , , ,8 JUMLAH , , ,0 16
29 Tingkat pendidikan penduduk desa Ciaruteun Ilir tergolong rendah karena orang (33 persen) hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan hanya sekitar 2,5 persen yang tergolong lulusan SLTA, Diploma serta Strata Sarjana. Hal ini terjadi karena ada anggapan masyarakat desa Ciarutuen Ilir bahwa tingkat pendidikan tidak menjamin adanya peningkatan kesejahteraan. Disamping itu masyarakat desa Ciarutuen Ilir tidak dapat menjangkau biaya pendidikan. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir No. Pendidikan Jumlah Orang Pesen (%) 1. Belum Sekolah ,0 2. Tamat Sekolah Dasar ,0 3. SLTP 528 5,5 4. SLTA 219 2,3 5. D1, D2, D3 19 0,2 6. Sarjana 4 0,0 Jumlah ,0 Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun Mata Pencaharian Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Cairuteun Ilir adalah bertani (Tabel 5.). Penduduk yang bekerja pada sektor Pertanian yakni sebagai Petani pemilik sekaligus penggarap sebanyak 800 orang (37,7%) dan Buruh Tani sebanyak 432 orang (20,3%). Merujuk klasifikasi Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (2002) penduduk di Desa Ciarutuen Ilir termasuk kategori masyarakat tani. Masyarakat tani adalah masyarakat yang dianggap paling banyak memanfaatkan Sumberdaya Lahan dan potensi Sumberdaya Alam untuk kelangsungan hidupnya. Selain di sektor pertanian, sebagian kecil penduduk di desa Ciarutuen Ilir juga bekerja di sebagai pedagang/pengrajin/wiraswasta, buruh tani, PNS/TNI/POLRI, peternak, montir/bengkel. Tidak jarang penduduk yang 17
30 memiliki dua jenis atau lebih pekerjaan, seperti selain jadi PNS juga sebagai petani sawah dan wiraswasta. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat desa Ciarutuen Ilir tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya jika hanya bekerja dalam bidang pertanian Tabel 5. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Presentase (%) Petani ,7 Buruh Tani ,3 Pedagang/Pengrajin/Wiraswasta ,6 PNS/TNI/POLRI 24 1,1 Peternak 100 4,7 Montir/Bengkel 76 3,6 Lain-Lain 62 3 Jumlah ,00 Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun Sarana dan Prasarana Sarana transportasi yang digunakan penduduk Desa Ciaruteun Ilir seharihari adalah kendaraan pribadi yang berupa sepeda motor, mobil angkutan dan keandaaraan umum berupa ojek, angkot, truck, dan bus. Di Desa Ciarutuen Ilir jalan yang dilapisi aspal sepanjang tiga kilometer yang merupakan jalan yang menghubungkan Desa dengan Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Ciampea yang kondisinya rusak parah dan satu kilometer yang merupakan jalan desa yang tersusun atas bebatuan dan tanah. Padahal satu satunya jalan yang digunakan untuk pengangkutan hasil Pertanian. Selain sarana transportasi, di Desa Ciarutuen Ilir terdapat juga prasarana desa berupa jembatan. Prasarana komunikasi berupa warung telephone, telepon pribadi / HP, media elektronik berupa TV, radio. Prasarana air bersih berupa sumur pompa, sumur gali dan MCK. Hampir di setiap Rumah Atngga di Desa Ciarutuen Ilir mempunyai Sumur Gali. Dan Desa Ciatutuen Ilir juga mempuyai 18
31 MCK umum sebanyak 8 unit. Sarana pendidikan yang ada di Desa Ciaruteun Ilir adalah sebanyak 6 unit Sekolah Dasar (SD) dan satu unit taman kanak-kanak serta Tiga unit Lembaga Pendidikan Agama. Jika ditinjau dari kelompok umur wajib sekolah yakni 0 14 tahun ada orang sudah selayaknya dibangun Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum untuk menghindari terjadinya putus Sekolah karena terlalu dibebani ongkos angkutan menuju sekolah yang hampir mencapai nilai Rp /siswa/hari. Tabel 6. Sarana dan Prasarana Sarana/ Prasarana Pendidikan Jumlah Keterangan Perguruan Tinggi 0 - Sekolah Menengah Atas (SMA) 0 - Sekolah Menengah Pertama (SMP) 0 - Sekolah Dasar (SD) 6 Pemerintah Taman Kanak kanak (TK) 1 Swasta Lembaga Pendidikan Agama 3 - Perpustakaan Desa 0 - Perpustakaan Keliling 0 - Taman Bacaan 0 - Posyandu 8 Pemerintah Praktek dokter 1 Swasta Toko Obat 1 Swasta Puskesmas pembantu 1 Pemerintah Balai Pengobatan 1 pemerintah Untuk sarana dan Prasarana Kesehatan belum ada Puskesmas padahal dilihat dari total Penduduk yakni jiwa sudah selayaknya ada sebuah rumah sakit dan setidaknya ada 90 orang Dokter/tenaga medis. Kebutuhan ini dihuting berdasarkan jika satu orang Dokter menangani sekitar 100 orang warga Desa Ciarutuen Ilir. 19
32 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Petani Hasil Penelitian yang telah dilakukan, menunjukan gambaran karakteristik petani berdasarkan jenis kelamin adalah 18 petani yang berjenis kelamin laki laki dan 17 petani yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah petani laki laki dan perempuan tidak jauh berbeda sehingga perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Petani di desa Ciarutuen Ilir pada umumnya adalah orang tua. Dari Tabel. 7 dapat dilihat umur petani diatas 40 tahun dengan kelompok usia terbanyak berada pada kelompok umur tahun yakni sebesar 37, 14 persen (14 orang). Menurut wawancara dengan petani di Desa Ciarutuen Ilir perbedaan umur yang tidak jauh berbeda dalam baertani disebabkan tidak adanya pilihan pekerjaan yang lain Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani Berdasarkan data Tabel 7 petani dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 30 orang (85,70 %) dan 5 orang yang merupakan lulusan SMP. Pendidikan petani di desa Ciarutuen Ilir tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena (1) tidak terjangkaunya biaya pendidikan, (2) tidak tersedianya fasilitas pendidikan di Desa Ciaurutuen. Tabel.7. Usia, Jenis kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani Kelompok usia (tahun) Jumlah (orang) Laki laki (%) Jenis kelamin Perempuan (%) Tingkat Pendidikan SD (%) SMP Jumlah Anggota Keluarga Petani (%) 20
33 Jumlah anggota keluarga yang ditanggung petani (kepala keluarga) adalah semua anggota (selain kepala keluarga) yang ditanggung atau berada dalam satu unit anggaran belanja, termasuk di dalamnya anak sekolah diluar desa dan anak yang sudah berumah tangga tetapi masih menjadi tanggungan kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga paling banyak (lima orang) yakni 10 Petani (28,6%). Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden Jumlah tanggungan keluarga Rata rata Jumlah ,7 Persen (%) 8,6 5,7 2,9 17,1 28,6 20 5,7 11,4 5,7 Jumlah Tanggungan keluarga Petani di Desa Ciarutuen Ilir termasuk sedang yakni rata rata 5,7. Di Desa Ciarutuen Ilir terdapat tiga keluarga petani yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak satu orang, sedangkan yang memilki tanggungan keluarga sebanyak delapan orang terdapat empat keluarga petani. Dari Hasil wawancara, petani yang memiliki tanggungan satu orang pada umumnya adalah petani yang masih berusia muda atau baru beberapa tahun menikah. Selain itu, petani yang hanya tinggal berdua dengan istrinya kerena anak-anaknya sudah menikah atau bekerja diluar kota sehingga tidak menjadi tanggungan orang tua mereka lagi Luas lahan Luas lahan yang dimiliki oleh petani di Desa Ciarutuen Ilir termasuk sempit yakni berkisar m 2 (Tabel 9.) dan sebagian besar merupakan tanah warisan yang telah dibagi sebelumnya dengan anggota keluarga yang lain. Dari 35 petani terdapat 14 orang atau 40 % yang memiliki lahan m 2 dan hanya 4 orang yang memiliki lahan antara 401 m 2 samapi 500 m 2. Tabel 9. Luas lahan Petani 21
34 Luas Lahan (m 2 ) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) Jumlah Jenis Usahatani Jenis usahatani menunjukkan usahatani yang dilaksanakan petani desa Ciarutuen Ilir bersifat subsisten atau komersial. Pengertian subsisten adalah bahwa sebagian besar hasil usahatani dinikmati sendiri oleh petani, sedangkan komersial merupakan hasil usahatani yang dinikmati sendiri hanya sebagian kecil atau sebagian besar usahatani dijual. Dalam penelitian ini, petani yang menjual lebih dari 50 persen hasil produksinya disebut sebagai petani komersial sedangkan yang menjual kurang dari 50 persen produksinya disebut sebagai petani subsisten. Tabel 10. Jenis Usahatani Petani Jenis Usaha tani Subsisten (jiwa) Komersial (jiwa) Jumlah 5 30 Persentase (%) 14,2 85,8 Berdasarkan Tabel 10. terlihat bahwa petani di Desa Ciaruteun Ilir lebih banyak yang bersifat komersial dibandingkan petani yang bersifat Subsisten. Para petani langsung menjual hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keperluan modal bertani. Bukan seperti jenis usaha tani komersil yang lebih dari 50 % hasil panennya dijual karena kelebihan produksi. 22
35 5.1.5 Jenis Tanaman Yang Diusahakan Petani yang mengusahakan tanaman padi di Desa Ciarutuen Ilir hanya hanya 8 orang atau sebesar 22,85% dari total responden. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan penduduk Desa Ciarutuen Ilir sedikitnya petani yang mengusahakan tanaman padi karena kekurangan air pada musim kemarau dan kebutuhan perputaran modal yang cepat sehingga para petani menanam tanaman cepat panen seperti bayam yang berumur hari. Tabel 11. Jenis Tanaman yang diusahakan Jenis tanaman Jumlah (orang) Persentase (%) Padi 8 22,85 Bayam 22 62,85 Kangkung 5 14,30 Jumlah , Hubungan Kerja Petani di desa Ciaruteun Ilir menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja mekanik (traktor) dan tenaga kerja manusia. Penggunaan tenaga manusia dilakukan dengan hubungan kerja antara majikan dengan buruh.dalam hubungan kerja antara majikan dengan buruh ditentukan sistem upah yang dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja, dan satuan kegiatan. Kesepakatan bersama antara majikan dan buruh cukup dilakukan dengan lisan saja. Menurut cara pembayarannya kepada buruh tani, di desa Ciarutuen Ilir ada dua macam upah yakni upah harian dan borongan. Pembayaran upah harian didasarkan pada jumlah hari buruh bekerja sementara pembayaran upah borongan didasarkan pada satuan hasil kerja. Jenis pekerjaan yang diupahkan dengan sistem borongan adalah pekerjaan panen, mengolah tanah, dan tanam. Sedangkan jenis pekerjaan untuk upah dengan sistem harian adalah mengolah tanah, tanam, menyiangi, dan memelihara 23
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan batasan daya dukung lahan. Daya dukung lahan dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan sebagai suatu
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan batasan daya dukung lahan. Daya dukung lahan dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan akibat penggunaan. Penilaian Daya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciPROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi
23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Lebih terperinciPROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS
PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah
Lebih terperinciBAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK
PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK (Kasus: Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) Oleh: MENDEZ FARDIAZ A14202050
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS
V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah
Lebih terperinciBAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo
BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten
Lebih terperinciLOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada
IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Berdasarkan hasil survey dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik melalui wawancara, curah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan
Lebih terperinciV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan
18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas
Lebih terperinciBAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini
Lebih terperinciGEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian
GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
29 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan 4.1.1 Batas Wilayah Desa Mulyaharja terbentuk dari pemekaran Desa Sukaharja. Desa Sukaharja termasuk bagian dari Kecamatan
Lebih terperinciGambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara
Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :
54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN
BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten
BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciBAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.
18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan
Lebih terperinciPETA SOSIAL DESA CURUG
PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas
IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah
Lebih terperinciV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi
V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan
47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang
BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi
Lebih terperinciDAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK
DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.
36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar
Lebih terperinciBAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009
33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciCIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH
CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH Oleh: Achmad Djauhari dan Supena Friyatno*) Abstrak Kelompok rumah tangga adalah sasaran utama dalam program peningkatan dan perbaikan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016
STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI
23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang. Pertanian menjadi sektor primer sejak dahulu sebelum manusia mengembangkan sektor ekonomi. Pertanian telah menjadi pemasok utama sumber kehidupan manusia. Kondisi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI 4.1 Profil Desa Tanjungsari 4.1.1 Letak Geografis Desa Tanjungsari Desa Tanjungsari merupakan salah satu dari delapan Desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciSAMBUTAN. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-nya kepada kita sekalian.
KATA PENGANTAR Kecamatan Adiwerna Dalam Angka Tahun 2008, merupakan publikasi data statistik dan data sekunder yang memuat data lengkap dan diterbitkan secara series setiap tahunnya tentang Kacamatan Adiwerna.
Lebih terperinciBatas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37
Lebih terperinciii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar
Lebih terperinciPROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k
13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR
27 GAMBARAN UMUM DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR Kondisi Geografis Secara geografis, Desa Ciauteun Ilir terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban
55 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Sukajawa Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban yang mulai diresmikan pada tahun 1951. Pada awalnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis
27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Keadaan topografi dan letak wilayah Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciKONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS
Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak
Lebih terperinci