AKURASI DIMENSI PRODUK PROSES MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MD-Is) VARIASI UKURAN PARTIKEL SERBUK PENYANGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKURASI DIMENSI PRODUK PROSES MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MD-Is) VARIASI UKURAN PARTIKEL SERBUK PENYANGGA"

Transkripsi

1 AKURASI DIMENSI PRODUK PROSES MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MD-Is) VARIASI UKURAN PARTIKEL SERBUK PENYANGGA Mohammad Nurhilal 1), Susilo Adi Widyanto 2), Sri Nugroho 3) 1) Jurusan Teknik Mesin Politeknik Cilacap Jl. Dr. Sutomo No.1 Sidakaya, Cilacap 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang 3) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang INTISARI Penelitian dan pengembangan pembuatan produk proses material deposition indirect sintering (MD -Is) masih terus dilakukan untuk menghasilkan metode-metode baru dalam proses pembuatan produk. Dalam kenyataannya, metode MMD-Is dapat dimodifikasi, baik dari segi material maupun konstruksi mesinnya. Dari segi material, metode ini dapat membuat produk dengan MD-Is (single material). Sedangkan modifikasi konstruksi mesin MMD-Is yaitu dengan cara merubah rancangan konstruksi mesin. Tujuan utama penelitian ini adalah pembuatan produk proses MD-Is berbahan serbuk tembaga. Metode penelitian meliputi persiapan serbuk produk 63 μm, pembuatan dan sieving serbuk penyangga ukuran partikel 75-1 μm dan 1-5 μm. Pengujian mampu alir serbuk produk dan serbuk penyangga. Pengujian lintasan deposisi terhadap serbuk produk. Percobaan pembuatan produk, dan analisa produk. Hasil penelitian variasi jarak ulir pengumpan dengan lubang nosel =,5 mm, harga n sf = 211 rpm, pada perbandingan D/d = 1,5 mm menghasilkan aliran yang kontinyu. Ukuran partikel serbuk penyangga 1-15 μm menghasilkan mampu alir lebih tinggi dengan proses pendeposisian sebanyak 5 kali. Deposition gap = 2 mm pada feeding speed = 5 mm/menit menghasilkan lebar penampang = 1,5 dan tinggi penampang lintasan =,6 mm. Variasi scanning gap = 1 mm menghasilkan jarak antar garis/lintasan satu terhadap lainnya lebih kecil dibanding scanning gap = 1,5 mm. Besarnya penyusutan volume dimensi produk sinter ukuran partikel serbuk penyangga 75 1 μm = 36 %. Ukuran partikel serbuk penyangga 75-1 μm menghasilkan akurasi dimensi tertinggi. Kata kunci: MD-Is, Build part, Mampu alir, parameter deposisi, Hasil produk 1. PENDAHULUAN Perkembangan pembuatan produk metode rapid prototyping (RP) dewasa ini telah banyak mengalami kemajuan, hal ini dibuktikan dengan munculnya teknologi layer manufacturing (LM). Teknologi LM secara singkat merupakan proses pembuatan produk yang dikerjakan secara lapis demi lapis, dimana material ditambahkan ke dalam lapisan berturut-turut sampai terbentuk produk yang diinginkan. Salah satu teknologi RP yang terus dikembangkan saat ini adalah mesin Multi Material Deposition Indirect Sintering (MMD-Is). Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 1

2 Gambar 1. Konstruksi mesin MMD-Is (Widyanto dkk, 28). Mesin MMD-Is terdiri dari dua sub-sistem yaitu: a) mekanisme hardware untuk sistem pendeposisian material serbuk, dan b) perangkat lunak (software) sistem komputer pengolahan data masukan menjadi proses pengirisan kontur kompleks, serta untuk merencanakan multi-toolpaths yang mengontrol mekanisme pendeposisian. Program perangkat lunak dalam rangkaian mesin MMD-Is ini menampilkan menu sistem deposisi multi material untuk operasi pembentukan lintasan deposisi serbuk. Program komputer tersebut memiliki kode yang menggambarkan status pergerakan program dan status mesin dalam aplikasi MMD-Is. Proses operasi pembentukan lintasan deposisi dengan jalan memasukan data gerakan lintasan nosel dalam koordinat X dan Z. Panjang lintasan gerakan nosel sesuai dengan data masukan pada program komputer. Selain pengaturan arah gerakan lintasan, program ini juga dapat mengatur kecepatan gerakan lintasan deposisi (feeding speed). Pengaturan kecepatan lintasan deposisi ini dengan cara memasukan data kecepatan lintasan yang dikehendaki pada menu tampilan komputer sistem deposisi multi material. Gambar 2. Tampilan program komputer sistem operasi mesin MMD-Is (Widyanto, 28). Teknik yang digunakan dalam pembuatan produk adalah dengan mekanisme pendeposisian serbuk, sehingga dari proses pendeposisian serbuk akan membentuk lintasan berupa garis. Proses pendeposisian serbuk ditujukan untuk mengatur serbuk dalam formasi tertentu lapisan demi lapisan. Disisi lain, proses deposisi serbuk juga ditujukan untuk mengatur serbuk masuk ke dalam build part dengan mengatur ketebalan tertentu. Metode pendeposisian serbuk proses MD-Is terbagi dalam metode deposisi serbuk produk dan deposisi serbuk penyangga. Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 2

3 Gambar 3. Metode deposisi ulir pengumpan hoper nosel (Widyanto dkk, 25). Metode pendeposisian serbuk penyangga mesin MMD-Is menggunakan slot pengumpan-rol putaran balik. Metode ini dipandang dapat mempersingkat waktu proses pendeposisian serbuk, karena metode ini hanya memfungsikan gerakan slot pengumpan. Ketika proses pendeposisian berlangsung, dorongan serbuk penyangga oleh counter rolling ke serbuk produk terdeposisi dapat menyebabkan terjadinya pergeseran posisi serbuk produk. Maka, hal ini sangat diperlukan pengaturann pendeposisian untuk meminimalkan perubahan dimensi part. Gambar 4. Konstruksi slot pengumpan-rol putaran balik (Widyanto dkk, 27). Tujuan utama penelitian ini adalah mengukur tingkat akurasi dimensi produk proses MD-Is, maka dalam proses MD-Is tersebut perlu mengukur parameter mampu alir serbuk produk dan serbuk penyangga, menguji lintasan deposisi dengan variasi deposition gap dan feeding speed, menguji variasi scanning gap agar dihasilkan jarak antar garis/lintasan satu dengann lainnya kecil, dan percobaan pembuatan produk MD-Is dari serbuk Cu dengan memvariasikan ukuran partikel serbuk penyangga terhadap akurasi dimensi produk. 2. METODE PENELITIAN Material serbuk tembaga yang digunakan daalam proses MD-Is jenis pro-analysis produksi Merck KGaA Darmstad Jerman dengan ukuran partikel serbuk < 63 μm. Geram besi cor yang digunakan sebagai material serbuk penyangga diperoleh dari limbah proses pemesinan produk pemesinan. Geram besi cor ditumbuk sampai halus kemudian dilakukan pengayakan ( sieving) dengan ukuran ayakan 1, 15, dan ukuran 2 mesh, sehingga dihasilkan ukuran partikel serbuk 1-75 μm, dan 15-1 μm Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 3

4 Gambar 5. Foto observasi bentuk dan ukuran partikel serbuk tembaga.. (a) (b) Gambar 6. Foto observasi bentuk dan ukuran partikel serbuk besi cor (a)15-1 µm (c)75-1 µm. Pengujian mampu alir serbuk produk dengan memvariasikan perbandingan diameter nosel (D) = 1,25 dan 1,5 mm dan diameter ulir pengumpan =,8 mm. Variasi jarak ulir pengumpan dengan nosel dalam pengujian mampu alir ini adalah -,5 mm (posisi ulir di dalam nosel), jarak ulir pengumpan dengann nosel = permukaan ujung nosel, dan variasi jarak,5 mm. Variasi putaran ulir pengumpan (n sf ) = 146, 188 dan 211 rpm. Pengambilan data aliran serbuk yang keluar dari hoper nosel diamati dari masing-masing sampling waktu per-menit, yaitu pada rentang menit ke- 1, 3, 6, 12, 2 dan menit ke- 3. Pengujian mampu alir serbuk penyangga dengan variasi ukuran partikel serbuk 1-75 μm, dan 15-1 μm. Untuk menyatakan laju aliran serbuk penyangga yang lebih tinggi, maka dapat dilihat dari berapa kali proses pendeposisian serbuk penyangga untuk mencapai ketebalan lapisan 1 mm dalam silinder build part. Pengujian lintasan deposisi dilakukan terhadap serbuk produk dengan memvariasikan parameter deposition gap = 1,5; 2; 2,25 dan 2,5 mm, serta harga feeding speed 1, 8, 7, 5, 3 dan 2 mm/menit. Uji coba pembuatan produk dengan memvariasikan harga scanning gap. Untuk menghasilkan jarak antar garis/lintasan deposisi satu terhadap lainnya dengan tingkat kerapatan yang kecil, maka scanning gap dibuat sekecil mungkin. Dalam pengujian ini, harga scanning gap yang divariasikan adalah 1 mm dan 1,5 mm. Pembuatan produk proses MD-Is dalam penelitian ini dengan memvariasikan ukuran partikel serbuk penyangga. Pengujian dilakukan dengan menggunakan satu build part untuk satu variasi ukuran partikel serbuk penyangga, untuk itu digunakan 2 buah build part. Spesimen produk penelitian berbentuk balok empat persegi panjang dengan ukuran 4 x 15 x 5 mm. Proses sintering dilakukan dalam tungku hofmann dengan seting temperatur 9 o C. Setelah mencapai temperatur 9 o C, kemudian ditahan selama 24 menit. Analisa hasil produk setelah dilakukan proses sinter dengan cara spesimen dibersihkan dengan kuas cat untuk melepaskan serpihan serbuk penyangga dari permukaan produk. Untuk mengetahui dimensi spesimen produk kedua ukuran partikel serbuk penyangga dengan cara mengukur besarnya penyusutan, kemudian dihitung menggunakan rumus: % = 1% Keterangan: Vo = Volume awal spesimen (mm) Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 4

5 Va = Volume spesimen jadi (mm) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Mampu Alir Serbuk Produk Variasi perbandingan D/d Variasi perbandingan D/d = 1,25 mm menghasilkan luasan lubang nosel menjadi kecil, sehingga gaya kontak partikel satu dengan lainnya dan terhadap dinding nosel meningkat, hal ini mengakibatkan aliran serbuk yang keluar cenderung meningkat. Penurunan aliran yang tidak teratur yang terjadi pada menit pertama dapat disebabkan oleh serbuk yang digunakan dalam pengujian ini memiliki partikel bentuk acak, sehingga membutuhkan kondisi/syarat pengaturan agar serbuk dapat mengalir. Jaeger dkk (1996) menyatakan, penghalang geometris merupakan parameter penting dalam proses pengaturan (pemadatan dan pengaliran) serbuk. Variasi perbandingan D/d = 1,5 mm (diameter nosel diperbesar) menyebabkan luasan lubang nosel menjadi besar, sehingga mengakibatkan gerakan partikel didalam hoper menggelinding satu terhadap lainnya karena pengaruh gaya gravitasi. Dalam hal ini, Castellanos (25) menyatakan, bahwa luasan efektif lubang terlalu besar maka pada kondisi ini pola aliran serbuk sudah didominasi oleh gaya gravitasi dengan gaya kontak antar partikel jauh lebih kecil dibandingkan berat serbuk. Aliran serbuk (g/menit),3,25,2,15,1,5 Perbandingan D/d = 1,25 mm Perbandingan D/d = 1,5 mm Waktu sampling (menit ke-) 4 Gambar 7. Mampu alir serbuk dengan variasi perbandingan diameter nosel dengan ulir pengumpan (Jarak ulir pengumpan dengann nosel =,75 mm, sudut hoper nosel adalah 3 o, dan n sf = 211 rpm) Variasi jarak ulir pengumpan dengan nosel Hasil pengujian mampu alir variasi jarak ulir pengumpan dengan nosel = -,5 (ulir pengumpan didalam nosel) menghasilkan laju aliran cenderung rendah. Pada kondisi ini, ujung ulir pengumpan berputar di dalam hoper, sehingga mengakibatkan penumpukan serbuk dipermukaan lubang nosel. Aliran serbuk lebih didominasi oleh gerakan partikel menggelinding satu terhadap lainnya karena pengaruh gaya gravitasi, hal ini yang berakibat pada aliran yang keluar cenderung tidak teratur. Variasi jarak ulir pengumpan sama dengan permukaan ujung nosel merupakan puncak/titik penumpukan serbuk, maka adanya putaran ulir pengumpan memberikan dorongan serbuk mengalir. Penurunan aliran pada menit ke-12 ini disebabkan karena penurunan volume serbuk di dalam hoper. Berkurangnya volume serbuk dalam hoper menyebabkan penurunan masa angkut perputaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Bell dkk (23), yang menyatakan bahwa laju aliran ulir pengumpan juga dipengaruhi oleh kondisi pengisian serbuk ke dalam hoper nosel. Jarak ulir pengumpan dengan nosel =,5 mm menghasilkan peningkatan kapasitas aliran yang keluar dari menit pertama hingga menit akhir cenderung kontinyu dan mengalami peningkatan. Peningkatan kapasitas aliran pada variasi jarak ini mampu memberikan tekanan partikel serbuk yang mengisi bidang helikoidal mangalir keluar. Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 5

6 Aliran serbuk (g/menit),12,1,8,6,4,2 Jarak ulir pengumpan dengan nosel = -.5 mm (di dalam nosel) Jarak ulir pengumpan dengan nosel = permukaan ujung nosel Waktu sampling (menit ke-) 35 Gambar 8. Mampu alir serbuk dengan variasi jarak ulir pengumpan dengan nosel (perbandingan D/d = 1,5 mm, sudut hoper nosel adalah 3 o, n sf = 211rpm) Variasi putaran ulir pengumpan Variasi n sf = 146 rpm menghasilkan aliran serbuk yang rendah. Penurunan aliran lebih disebabkan karena putaran ulir pengumpan yang rendah. Bortolamasi dkk (21), menyatakan bahwa laju aliran volume bahan yang diangkut oleh ulir pengumpan bergantung pada beberapa faktor meliputi: geometri ulir, kecepatan putaran, inklinasi, geometri feed hoper dengan tabungnya dan mampu alir material. Variasi n sf = 188 rpm menunjukan hasil aliran tidak kontinyu. Penurunan laju aliran pada menit ke-12 sampai menit ke-3 disebabkan karenaa penyumbatan oleh faktor sudut hoper nosel. Chevoir dkk (27), menjelasan faktor penyumbatan aliran partikel serbuk lebih diakibatkan oleh bentuk geometris dari hoper/lengkungan (sudut hoper), selain dari faktor bentuk butiran dan sifat kohesif material. Harga n sf = 211 rpm menghasilkann pola aliran yang bervariasi dari masing-masing waktu sampling. Penurunan aliran pada menit ke-6 disebabkan oleh faktor kemacetan yang disebabkan oleh sudut hoper. Aliran serbuk (g/menit),25,2,15,1,5 nsf = 146 nsf = Waktu sampling (menit ke-) 35 Gambar 9. Mampu alir serbuk dengan variasi putaran ulir pengumpan ( D/d = 1,5 mm, sudut hoper nosel adalah 3 o, jarak ulir pengumpan dengan nosel =,8 mm). 3.2 Mampu Alir Serbuk Penyangga Besarnya kapasitas aliran yang mengisi silinder build part pada ketebalan serbuk penyangga 1 mm yang digunakan untuk lapisan dasar dan lapisan penutup serbuk produk = 123,94 gram untuk ukuran partikel 75-1 μm, dan 134,698 gram untuk ukuran partikel 1-15 μm. pada arah gerakan X sebesar 1 dihasilkan laju aliran = 1,854 gram untuk ukuran partikel 75 1 μm, hasil ini dapat diartikan bahwa untuk mengisi ketebalan lapisan dasar dalam silinder 1 mm dengann kapsitas serbuk = 123,94 gram maka slot pengumpan membutuhkan proses pendeposisian serbuk penyangga sebanyak 12 kali. Hasil yang berbeda ditunjukan pada ukuran partikel serbuk penyangga 1 15 μm, pada arah gerakan X sebesar 1 dihasilkan aliran serbuk = 32,141 gram, dari hasil Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 6

7 aliran ini untuk mengisi ketebalan lapisan dasar dalam silinder 1 mm dengan kapsitas serbuk = 134,698 gram, maka slot pengumpan membutuhkan proses pendeposisian serbuk penyangga sebanyak 5 kali. Massa alir serbuk penyangga (gram) ukuran partikel serbuk penyangga 75-1 μm sample 1 sample 2 sample 3 sample 4 sample 5 sample 6 Sample serbuk Gambar 1. Mampu alir serbuk penyangga ukuran partikel 75 1 μm dan 1 15 μm 3.3 Lintasan Deposisi Lintasan deposisi variasi deposition gap Deposition gap = 2,5; 2 dan 1,5 mm pada feeding speed 2 mm/menit Harga deposition gap = 1,5 mm menghasilkan penyempitan lebar penampang lintasan deposisi menjadi 2 mm. Peningkatan harga deposition gap = 2 mm menghasilkan lebar lintasan deposisi = 2,5 mm. Harga feeding speed yang kecil menghasilkan gerakan nosel menjadi lambat, sehingga aliran serbuk yang jatuh pada lintasan meningkat dan mengakibatkan bentuk penampang lintasan deposisi cenderung melebar. Apabila harga deposition gap terus ditingkatkan = 2,5 mm, maka lintasan deposisi menjadi melebar. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa pada kondisi normal, penampang lintasan deposisi membentuk segitiga sama kaki. Namun, apabila harga jarak deposisi terus ditingkatkan (meningkatkan energi potensial serbuk), lebar lintasan deposisi cenderung membesar. Hal ini disebabkan sudut alir serbuk ditentukan oleh sudut nosel dan oleh efek pantulan ketika serbuk jatuh pada bidang deposisi yang besarnya sebanding dengan energi potensial serbuk. Adapun tinggi penampang lintasan pada harga deposition gap = 2,5; 2; 1,5 mm dengan feeding speed yang kostan = 2 mm/menit adalah 1,1;,9;,8 mm. Gambar 11. Penampang lintasan deposisi variasi harga deposition gap (a) 2,5 mm (b) 2 mm (c) 1,5 mm, pada feeding speed = 2 mm/menit Deposition gap = 2,5; 2 dan 1,5 mm pada feeding speed 5 mm/menit Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 7

8 Peningkatan feeding speed = 5 mm/menit memberikan hasil penampang lintasan deposisi yang berbeda dengan feeding speed = 2 mm/menit pada variasi deposition gap yang sama. Pada deposition gap = 2,5 mm menghasilkan lebar dan tinggi penampang lintasan deposisi sebesar 2,5 mm dan,85 mm. Ketika harga deposition gap diturunkan = 2 mm menghasilkan lebar penampang lintasan deposisi semakin kecil yaitu 1,5 mm dengan tinggi penampang,6 mm. Faktor feeding speed berkaitan dengan volume serbuk terdeposisi per-satuan panjang lintasan deposisi. Maka, peningkatan feeding speed mempercepat gerakan nosel pada saat proses pembentukan lintasan deposisi serbuk, sehingga memberikan pengaruh terhadap aliran serbuk yang keluar menjadi berkurang. Apabila harga deposition gap terus diturunkan = 1,5 mm pada feeding speed yang sama, maka cenderung menghasilkan bentuk lintasan deposisi yang tidak kontinyu, serbuk cenderung tidak merata dalam lintasan deposisi. Widyanto (28), meneliti mengenai penentuan harga deposition gap. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa semakin besar harga deposition gap, maka serbuk cenderung menyebar, sehingga lintasan deposisi melebar. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ketika serbuk mengalir keluar dari hoper nosel, serbuk cenderung membentuk formasi segitiga sama kaki. Kemudian, ketika kondisi hoper nosel diam, partikel serbuk jatuh di lokasi yang sama satu dengan lainnya, sehingga terjadi penumpukan partikel. Namun, karena posisi penumpukan serbuk tersebut tidak stabil, maka gerakan partikel serbuk menggelinding bergeser kearah samping. Kondisi ini yang menghasilkan penampang lintasan deposisi cenderung melebar. Gambar 12. Penampang lintasan deposisi variasi harga deposition gap (a) 2,5 mm (b) 2 mm (c) 1,5 mm, pada feeding speed = 5 mm/menit Lintasan deposisi variasi feeding speed Feeding speed = 2, 5 dan 8 mm/menit pada deposition gap = 1,5 mm Peningkatan feeding speed = 5 mm/menit pada deposition gap = 1,5 mm menghasilkan penyempitan lebar lintasan deposisi. Akan tetapi apabila feeding speed terus ditingkatkan yaitu = 8 mm/menit, maka lintasan deposisi bersifat tidak kontinyu, dan cenderung adanya kekosongan serbuk pada penampang lintasan deposisi yang ditandai oleh titik-titik putih (kertas milimiter) yang terlihat pada penampang lintasan deposisi. Tinggi penampang deposisi hasil pengukuran jangka sorong varisi feeding speed = 2; 5 dan 8 mm/menit, pada harga deposition gap yang konstan = 1,5 mm adalah,8;,85;,4 mm. Gambar 13. Penampang lintasan deposisi variasi feeding speed (a) 2 mm/menit (b) 5 mm/detik (c) 8 mm/detik, pada deposition gap = 1,5 mm Feeding speed 3, 7 dan 1 mm/menit pada deposition gap = 2,25 mm Variasi harga feeding speed = 7 mm/menit, menghasilkan lebar penampang lintasan deposisi semakin kecil, dibanding dengan feeding speed = 3 mm/menit. Akan tetapi, apabila harga feeding speed terus ditingkatkan yaitu = 1 mm/menit, maka menghasilkan lintasan deposisi bersifat tidak kontinyu (lebar penampang lintasan Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 8

9 deposisi tidak teratur). Tinggi penampang deposisi hasil pengukuran jangka sorong variasi feeding speed = 3; 7; 1 mm/menit pada deposition gap yang konstan = 2,25 mm adalah berturut-turut sebesar,75;,85;,45 mm. Gambar 14. Penampang lintasan deposisi variasi feeding speed (a) 3 mm/menit (b) 7 mm/menit (c) 1 mm/menit, pada deposition gap = 2,25 mm. 3.4 Variasi Scanning Gap Variasi scanning gap = 1 mm menghasilkan jarak antar penampang lintasan satu terhadap lainnya cenderung kecil/merapat. Hasil ini apabila diaplikasikan dalam proses pembuatan produk maka dapat memberi penjelasan bahwa ketika proses pengerolan mengakibatkan pergeseran puncak lintasan deposisi serbuk produk terjadi dalam jumlah banyak, yang menyebabkan pergeseran dimensi serbuk produk pada saat pengerolan relatif besar. Hasil ini, tidak ada serbuk penyangga yang terjebak diantara serbuk produk. (a) (b) Gambar 15. (a) Variasi scanning gap =1 mm (b) Kondisi setelah pengerolan. Pengujian variasi scanning gap = 1,5 mm menghasilkan jarak lintasan deposisi antara satu terhadap lainnya terlihat tampak jelas melebar. Pada variasi Scanning gap ini menghasilkan jarak antara penampang lintasan satu terhadap lainnya terdapat ruang kosong dari masing-masing hasil lintasan, sehingga garis tiap-tiap lintasan terlihat tampak jelas dibanding dengan scanning gap = 1mm. Hasil pengujian variasi scanning gap = 1,5 mm. Hasil ini apabila diaplikasikan dalam proses pembuatan produk dapat memberi penjelasan bahwa ketika proses pengerolan mengakibatkan serbuk penyangga terjebak dalam jumlah besar, sehingga ikatan antar lintasan tidak terbentuk. (a) (b) Gambar 16. (a) Variasi scanning gap = 1,5 mm (b) Kondisi setelah pengerolan. 3.5 Hasil Produk Proses MD-Is Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 9

10 Produk sinter kemudian dilakukan proses pembersihan serbuk penyangga yang menempel pada permukaan produk dan pengampelasan produk akibat pergeseran bentuk untuk memperbaiki geometri spesimen. Berdasarkan hasil pengukuran spesimen produk diketahui adanya penyusutan dimensi dari kedua spesimen produk, hal ini dikarenakan selama proses sinter ukuran partikel menyusut, kondisi selama penyusutan tersebut menentukan akurasi dimensi produk sinter. Besarnya volume penyusutan dapat dipengaruhi oleh densitas serbuk. Hambir dan Jog (2), menyatakan untuk serbuk dengan densitas awal rendah (tekanan kerja rendah) akan menghasilkan produk dengan penyusutan yang lebih besar daripada serbuk dengan densitas awal tinggi. Hasil pengukuran produk variasi ukuran partikel serbuk penyangga 75 1 μm menunjukan bahwa volume (panjang lebar tebal) produk spesimen = ,6 mm, maka dari hasil perhitungan didapat besarnya penyusutan volume dimensi = 36 %, sedangkan volume produk spesimen ukuran partikel serbuk penyangga 1 15 μm = 33 11,5 4,2 mm, maka besarnya penyusutan volume dimensi = 47 %. (a) (b) (c) Gambar 17. Ukuran dimensi (a) Panjang spesimen produk (b) Tebal spesimen produk (c) Lebar spesimen produk ukuran partikel serbuk penyangga 75 1 μm. (a) Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 214 1

11 (b) (c) Gambar 18. Ukuran dimensi (a) Panjang spesimen produk (b) Tebal spesimen produk (c) Lebar spesimen produk ukuran partikel serbuk penyangga 1 15 μm. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya sebagai berikut: a. Hasil pengujian mampu alir serbuk tembaga ukuran partikel 63 µm dapat disimpulkan bahwa variasi jarak ulir pengumpan dengan nosel =,5 mm, dan perbandingan D/d = 1,5 mm serta n sf = 211 rpm menghasilkan aliran yang kontinyu. b. Ukuran partikel serbuk penyangga 1 15 μm menghasilkan mampu alir lebih tinggi dibanding ukuran 75 1 μm. c. Variasi harga deposition gap = 2 mm dan feeding speed = 5 mm/menit pada pengujian lintasan deposisi menghasilkan lebar penampang lintasan deposisi = 1,5 mm dan tinggi penampang =,6 mm. d. Variasi scanning gap = 1 mm menghasilkan jarak antara penampang lintasan deposisi satu dengan lainnya cenderung merapat, sehingga tidak ada serbuk penyangga yang terjebak diantara lintasan deposisi. Sedangkan scanning gap = 1,5 mm, jarak antara penampang lintasan deposisi satu dengan lainnya melebar, sehingga serbuk penyangga terjebak dalam jumlah besar, maka ikatan antar lintasan tidak terbentuk. e. Besarnya penyusutan volume dimensi ukuran partikel serbuk penyangga 75 1 μm = 36 %, sedangkan besarnya penyusutan volume dimensi ukuran partikel serbuk penyangga 1 15 μm = 47 %. Ukuran partikel serbuk penyangga 75-1 μm menghasilkan Akurasi dimensi tertinggi. Daftar Pustaka ASM International., (199), ASM Properties and Selection: Irons, Steels, and High Performance Alloys vol.1 Bell, T.A., Couch, S.W, and Krieger, T.L, (23), Screw Feeders: A Guide to Selection and Use, CEP Magazine, Bortolamasi, M, and Fottner, J., (21), Design and Sizing of Screw feeders, Paper of International Congress for Particle Technology, Nuremberg, Germany Castellanos, A., (25), The Relationship Between Attractive Interparticle Forces and Bulk Behaviour in Dry and Uncharged Fine Powders Vol. 54, No. 4, , Taylor & Francis Chevoir, F., Gaulard, F., Roussel, N, (27), Flow and Jamming of Granular Mixtures Through Obstacles, 79, 141, Journal Exploring the Frontiers of Physics Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari

12 Hambir, S., Jog, J.P., (2), Sintering of Ultra High molecular weight Polyethylene. Bull. Mater. Sci. vol.23, No.3, pp Jaeger, H.M., Nagel, S.R., and Behringer, R.P. (1996), Granular Solids, Liquids, and Gases Rev,Mod. Phys, Vol. 68, pp Widyanto, S.A., Tontowi, A.E., Jamasri., dan Rochardjo, H.S.B., (25), Development of Low Frequency Vibration Method of Direct-Write Deposition Relevant to Layer Manufacturing Application, Makara, Vol. 9, No. 2, pp Widyanto, S.A., Tontowi, A.E., Jamasri., dan Rochardjo, H.S.B., (25), Development of Screw Feeder Hoper Nozzle of Direct- Write Deposition Applicable to Layer Manufacturing Process, Forum Teknik, Vol. 29, No. 3, pp Widyanto, S.A., Tontowi, A.E., Jamasri. dan Rochardjo, H.S.B., (27), Direct-Write Filament Deposition Applicable to Layer Manufacturing Process Makara-Seri Teknologi, Universitas Indonesia Widyanto, S.A., (28), Pengembangan Proses Multi Material Indirect Sintering (MMD -Is), Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Widyanto, S.A., (28), Proses-Proses RP dan Pengembangannya, Bab 3 dalam Proses Sinter Deposisi Multi Material (MMD-Is) Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari

PENGEMBANGAN PROSES MULTI MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MMD-Is) UNTUK SERBUK Cu

PENGEMBANGAN PROSES MULTI MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MMD-Is) UNTUK SERBUK Cu C.8. Pengembangan Proses Multi Material Deposition Indirect Sintering (MMD-Is). (Muhamad Nurhilal) PENGEMBANGAN PROSES MULTI MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MMD-Is) UNTUK SERBUK Cu Mohammad Nurhilal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGEMBANGAN MEKANISME DEPOSISI SERBUK PENYANGGA DAN PEMBUATAN CONTOH PRODUK DENGAN PROSES MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MD-IS) TUGAS AKHIR TOHIRIN L2E 607 054 FAKULTAS

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PRODUK BIMETAL Cu DAN Ni DENGAN PROSES MULTI MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MMD-IS)

PROSES PEMBUATAN PRODUK BIMETAL Cu DAN Ni DENGAN PROSES MULTI MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MMD-IS) PROSES PEMBUATAN PRODUK BIMETAL Cu DAN Ni DENGAN PROSES MULTI MATERIAL DEPOSITION INDIRECT SINTERING (MMD-IS) *Nugrahono Adi Prabowo 1, Susilo Adi Widyanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL

PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RAPID PROTOTYPING UNTUK PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL Susilo Adi Widyanto 1) Abstrak Tingginya persaingan antar produk-produk industri menuntut dikembangkannya sistem produksi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RAPID PROTOTYPING UNTUK PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RAPID PROTOTYPING UNTUK PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RAPID PROTOTYPING UNTUK PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL Susilo Adi Widyanto 1) Abstrak Tingginya persaingan antar produk-produk industri menuntut dikembangkannya sistem produksi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RAPID PROTOTYPING UNTUK PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RAPID PROTOTYPING UNTUK PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RAPID PROTOTYPING UNTUK PEMBUATAN PRODUK-PRODUK MULTI MATERIAL Susilo Adi Widyanto Program Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof Sudarto, SH., Semarang susilo70@yahoo.com

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA SIFAT FISIK, SIFAT MEKANIK, STRUKTUR PRODUK PROSES INDIRECT PRESSURELESS SINTERING BERBAHAN SERBUK Ni DAN SIFAT TERMAL BERBAHAN SERBUK Cu DENGAN SUPPORTING POWDER BESI COR

Lebih terperinci

MEKANISME PERPINDAHAN BATANG PADA VARIASI PARAMETER DESAIN FEEDER CELAH BERPUTAR

MEKANISME PERPINDAHAN BATANG PADA VARIASI PARAMETER DESAIN FEEDER CELAH BERPUTAR Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi MEKANISME PERPINDAHAN BATANG PADA VARIASI PARAMETER DESAIN FEEDER CELAH BERPUTAR *Susilo Adi Widyanto, Atanasius Priharyoto Bayuseno

Lebih terperinci

Rancang Bangun Mesin Multi Material Deposition-Indirect Sintering (MMD-IS) Bagian Mekanisme Built Part

Rancang Bangun Mesin Multi Material Deposition-Indirect Sintering (MMD-IS) Bagian Mekanisme Built Part Rancang Bangun Mesin Multi Material Deposition-Indirect Sintering (MMD-IS) Bagian Mekanisme Built Part Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM

OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM Susilo Adi Widyanto*,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DINDING HOPER, SUDUT HOPER DAN PEMASANGAN PENGADUK PADA MAMPU ALIR SERBUK SILIKA DENGAN METODE SCREW FEEDER HOPPER NOZZLE TUGAS AKHIR HIDAYAT MEISETIAWAN

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim 2

ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim 2 Analisa Keausan Kampas Rem (Ahmad Taufik, dkk) ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN Ahmad Taufik 1*, Darmanto 2 dan Imam Syafa at 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI OBJEK PADA PROSES 3D PRINTING BAHAN POLYMER PLA DAN ABS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETELITIAN DIMENSI PRODUK

PENGARUH ORIENTASI OBJEK PADA PROSES 3D PRINTING BAHAN POLYMER PLA DAN ABS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETELITIAN DIMENSI PRODUK PENGARUH ORIENTASI OBJEK PADA PROSES 3D PRINTING BAHAN POLYMER PLA DAN ABS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETELITIAN DIMENSI PRODUK Sobron Lubis, Sofyan Djamil, Yolanda Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI ALIRAN SPRINKLE TEKANAN RENDAH

ANALISIS DISTRIBUSI ALIRAN SPRINKLE TEKANAN RENDAH Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISIS DISTRIBUSI ALIRAN SPRINKLE TEKANAN RENDAH Susilo Adi Widyanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI *Norman Iskandar, Agung Eko Wicaksono, Moh Farid

Lebih terperinci

Karakteristik Distribusi Temperatur Build Part pada Proses Pressureless Indirect Sintering

Karakteristik Distribusi Temperatur Build Part pada Proses Pressureless Indirect Sintering Karakteristik Distribusi Temperatur Build Part pada Proses Pressureless Indirect Sintering Susilo Adi Widyanto dan Syaiful Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Email:

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Teknologi Produksi Pelat Komposit Kanvas Rem Cakram 5.1.1. Peralatan produksi (kompaktor) komposit kanvas rem cakram Luaran yang ditargetkan pada peneitian Tahun 1 ini yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS Sri Harmanto, Ahmad Supriyadi, Riles Melvy Wattimena Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl Prof. Sudarto, S.H.,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 PERANAN TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN KERAMIK ALUMINA BERPORI DENGAN PROSES SLIP CASTING Soejono Tjitro, Juliana Anggono dan Dian Perdana Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) *Yusuf Umardani a, Yurianto a, Rezka

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE *Eflita

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS Sri Harmanto Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl Prof. Sudarto, S.H., Tembalang, Kotak Pos

Lebih terperinci

Pembimbing : Prof. Dr. Ing. Suhardjono MSc. Oleh : Dwi Rahmad F. NRP:

Pembimbing : Prof. Dr. Ing. Suhardjono MSc. Oleh : Dwi Rahmad F. NRP: Pembimbing : Prof. Dr. Ing. Suhardjono MSc. Oleh : Dwi Rahmad F. NRP: 2103100011 Latar Belakang Masalah Ketidakmampuan pemesinan konvensional mengerjakan produk dengan kekerasan tinggi dengan bentuk yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN 1 ) 2) 2) Murni, Berkah Fajar, Tony Suryo 1). Mahasiswa Magister Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN *Bagus Sigit Pambudi 1, Rusnaldy 2, Norman Iskandar 2 1

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan TUGAS AKHIR Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN Pengaruh Perbandingan Semen Pozolan Dan... Hargono e-mail: hargono_tkundip@yahoo.co.id M. Jaeni F. S. Budi Jurusan Teknik Kimia FT UNDIP Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang, Semarang 50239 Telp : (024) 7460058

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. O C dan variasi ukuran partikel supporting powder besi cor mesh 100 dan 150.

BAB I PENDAHULUAN. O C dan variasi ukuran partikel supporting powder besi cor mesh 100 dan 150. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini persaingan di dunia industri tentang produk yang dihasilkan semakin tinggi. Perkembangan teknologi seakan menjadi alasan industri-industri mengembangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat - Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Laporan Tugas Akhir 3.1 Diagram Alir Proses Gambar 3.1. Diagram alir penelitian 25 Penelitian ini ditunjang dengan simulasi komputer dari hasil penelitian komposit PE-serbuk

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan dunia industri, adanya model produk menjadi sangat penting dalam menentukan apakah produk yang akan diproduksi sudah memenuhi kriteria atau belum.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-108 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry dan Yusuf

Lebih terperinci

PELAPISAN PRODUK HASIL PRINTER 3 DIMENSI DENGAN DENGAN MENGGUNAKAN CAT DAN PELAPIS RESIN

PELAPISAN PRODUK HASIL PRINTER 3 DIMENSI DENGAN DENGAN MENGGUNAKAN CAT DAN PELAPIS RESIN Pelapisan Produk Hasil Printer 3 Dimensi... (Febriantoko dan Riyanto) PELAPISAN PRODUK HASIL PRINTER 3 DIMENSI DENGAN DENGAN MENGGUNAKAN CAT DAN PELAPIS RESIN Bambang Waluyo Febriantoko *, Rachman Rio

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting TUGAS AKHIR Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm

Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm Ayi Ruswandi 1, Mochammad Arsyad Fauzan 2 (1) Dosen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

INTEGRASI SISTEM INTERAKTIF DALAM SISTEM OPERASI MESIN BUBUT CNC UNTUK PENDIDIKAN

INTEGRASI SISTEM INTERAKTIF DALAM SISTEM OPERASI MESIN BUBUT CNC UNTUK PENDIDIKAN INTEGRASI SISTEM INTERAKTIF DALAM SISTEM OPERASI MESIN BUBUT CNC UNTUK PENDIDIKAN Susilo Adi Widyanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto, SH, Kampus Tembalang,

Lebih terperinci

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PENGERTIAN Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Macam Aliran 1. Invisid dan viskos 2. Kompresibel

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006)

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teknologi fabrikasi modern, kecenderungan miniaturisasi semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan produk-produk, alat dan instrumen yang diproduksi saat

Lebih terperinci

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada) PROSES PENGERJAAN PANAS PROSES PENGERJAAN PANAS Adalah proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan (T proses : T cair > 0,5), volume benda kerja tetap dan tak adanya geram (besi halus sisa proses).

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12 C.10. Pengaruh tekanan injeksi pada pengecoran cetak tekanan tinggi (Sri Harmanto) PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12 Sri Harmanto Jurusan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Pengukuran laju korosi logam tembaga dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengukuran dalam larutan aqua regia pada ph yaitu 1,79; 2,89; 4,72 dan 6,80. Pengukuran pada berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis & Agustinus Christian Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI Dalam bab ini membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penelitian seperti: tempat serta waktu dilakukannya penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan disajikan dalam bentuk gambar dan grafik. Penyajian dalam bentuk gambar dan grafik dengan tujuan agar lebih mudah dalam menganalisa dan memudahkan

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL BIOMASA SEKAM PADI PADA CYCLONE BURNER

KAJI EKSPERIMENTAL BIOMASA SEKAM PADI PADA CYCLONE BURNER KAJI EKSPERIMENTAL BIOMASA SEKAM PADI PADA CYCLONE BURNER Sigit Purwanto 1*, Tri Agung Rohmat 2 1 Program Studi S2 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 2 Jurusan Teknik Mesin dan Industri,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit [Ca 10 (PO 4 ) 3 (OH)] merupakan material biokeramik yang banyak digunakan sebagai bahan pengganti tulang. Salah satu alasan penggunaan hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan serangkaian tahapan proses agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai, penelitian di awali dengan kajian pustaka yang dapat mendukung dalam

Lebih terperinci

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41 JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 201 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41 Akhmad Isnain Pulungan 1), Gusri Akhyar Ibrahim 2), Yanuar Burhanuddin 2) 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN POTONG LAS LINGKAR SEMI OTOMATIS DENGAN KETEBALAN MATERIAL POTONG 3-8 MM

PERANCANGAN MESIN POTONG LAS LINGKAR SEMI OTOMATIS DENGAN KETEBALAN MATERIAL POTONG 3-8 MM PERANCANGAN MESIN POTONG LAS LINGKAR SEMI OTOMATIS DENGAN KETEBALAN MATERIAL POTONG - 8 MM Pujono ¹), Handika Prabu Menang ¹) ¹) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Cilacap Jl. Dr Soetomo,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil-hasil pengujian yang telah dilakukan pada material hasil proses pembuatan komposit matrik logam dengan metode semisolid dan pembahasannya disampaikan pada bab ini. 4.1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW merupakan pengelasan yang terjadi

Lebih terperinci

JTM (S-1) Vol. 3, No. 1, Januari 2015:

JTM (S-1) Vol. 3, No. 1, Januari 2015: PENGARUH BENTUK DAN UKURAN GERAM SEBAGAI BAHAN BAKU TERHADAP KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS *Angga Febrianto 1, Rusnaldy 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-911 Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif Eskaridho Gultom dan Yusuf Kaelani

Lebih terperinci

ULANGAN UMUM SEMESTER 1

ULANGAN UMUM SEMESTER 1 ULANGAN UMUM SEMESTER A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e di depan jawaban yang benar!. Kesalahan instrumen yang disebabkan oleh gerak brown digolongkan sebagai... a. kesalahan relatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rapid prototyping merupakan proses pembuatan model fisik tiga dimensi dari model tiga dimensi digital menggunakan mesin otomatis secara cepat (Heynick dan Stotz, 2006).

Lebih terperinci

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Proses pengeboran merupakan proses permesinan yang paling sering digunakan setelah proses bubut karena hampir semua komponen dan produk permesinan mempunyai lubang.

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PADA PRODUKSI SAMBAL MELALUI SCALE-UP ALAT PENGGILING BAHAN BAKU

PENINGKATAN EFISIENSI PADA PRODUKSI SAMBAL MELALUI SCALE-UP ALAT PENGGILING BAHAN BAKU PENINGKATAN EFISIENSI PADA PRODUKSI SAMBAL MELALUI SCALE-UP ALAT PENGGILING BAHAN BAKU Dyah Hesti Wardhani*), Nita Aryanti, Luqman Buchori, Heri Cahyono Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction

Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry, Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin UMY 1

Jurnal Teknik Mesin UMY 1 PENGARUH PENAMBAHAN BLOWING AGENT CaCO 3 TERHADAP POROSITAS DAN KEKUATAN TEKAN ALUMINUM FOAM DENGAN CARA MELT ROUTE PROCESS Dhani Setya Pambudi Nugroho 1, Aris Widyo Nugroho 2, Budi Nur Rahman 3 Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini berupa metode eksperimen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh daun sukun dalam matrik polyethylene.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METOOLOGI PENELITIAN III.1 IAGRAM ALIR PENELITIAN Persiapan bahan baku serbuk Karakterisasi serbuk Penimbangan Al Penimbangan NaCl Penimbangan Zn(C 18 H 35 O 2 ) 2 Penimbangan Al 2 O 3 Pencampuran

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu 18 Electron Optical Colw.in Anqcl* Apcftvte High Voitag«E)>clron Gwi Elsctfofi Bern Deflection Coiis- G«aef«tor CftT Oitpliy t Flnjl Aperlur* Oetcdo' Sample Oiiplay Controls Gambar 10. Skema peralatan

Lebih terperinci

Vibratory Compaction. Variabel yang mengontrol pemadatan dengan getaran. Karakteristik alat yang digunakan: Karakteristik tanah: Prosedur konstruksi:

Vibratory Compaction. Variabel yang mengontrol pemadatan dengan getaran. Karakteristik alat yang digunakan: Karakteristik tanah: Prosedur konstruksi: Vibratory Compaction Variabel yang mengontrol pemadatan dengan getaran Karakteristik alat yang digunakan: (1) berat, ukuran (2) Frekwensi kerja, dan rentang frekunsi Karakteristik tanah: (1) Kepadatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Diagram Alir Percobaan Gambar 3.1: Diagram Alir Percobaan Jurusan Teknik Material dan Metalurgi 25 3.2 Bahan Percobaan Bahan percobaan yang dipakai dalam tugas akhir ini

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KINERJA TURBIN ZANETTE BERBASIS SUDU EKOR IKAN TUNA

KAJI EKSPERIMENTAL KINERJA TURBIN ZANETTE BERBASIS SUDU EKOR IKAN TUNA EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 1 No. 2 Mei 214; 39-43 KAJI EKSPERIMENTAL KINERJA TURBIN ZANETTE BERBASIS SUDU EKOR IKAN TUNA Lanang K 1), Fariha Z 1), Febrian Indra P 1), Imam Agus Y 1), Syaiful Amiien

Lebih terperinci

Pengaturan Orientasi Posisi Objek pada Proses Rapid Prototyping Menggunakan 3D Printer Terhadap Waktu Proses dan Kwalitas Produk

Pengaturan Orientasi Posisi Objek pada Proses Rapid Prototyping Menggunakan 3D Printer Terhadap Waktu Proses dan Kwalitas Produk Jurnal Teknik Mesin, Vol. 15, No. 1, April 2014, 27-34 ISSN 1410-9867 DOI: 10.9744/jtm.15.1.27-34 Pengaturan Orientasi Posisi Objek pada Proses Rapid Prototyping Menggunakan 3D Printer Terhadap Waktu Proses

Lebih terperinci