BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak, Luas, dan Batas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak, Luas, dan Batas"

Transkripsi

1 54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak, Luas, dan Batas a. Letak Terminal Kartasura terletak di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Sebelumnya letak terminal bus berada di pusat kota, yaitu di daerah Jalan Ahmad Yani di depan Pasar Kartasura, kemudian dipindahkan di Kelurahan Wirogunan. Tujuan Pemindahan adalah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di dalam kota yaitu di Jalan Ahmad Yani. Akses untuk menuju Terminal Kartasura dapat melalui Jalan Amarta Raya (akses pintu masuk timur) dan Jalan Prawira Marta (akses pintu masuk barat). Letak Astronomis Terminal Kartasura antara LS LS dan BT BT. b. Luas Sebagai terminal tipe B Terminal Kartasura mempunyai luas lahan yang cukup luas. Berdasarkan observasi lapangan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) Terminal Kartasura mempunyai luas lahan total 6,8 ha, yang semuanya berupa areal terminal meliputi fasiltas sarana-prasarana penunjang, baik sarana utama ataupun sarana penunjang terminal. c. Batas Terminal Kartasura secara langsung berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara dan Timur : Desa Ngabeyan 2. Sebelah Selatan : Kelurahan Wirogunan dan Desa Kertonatan 3. Sebelah Barat : Kelurahan Wirogunan Untuk lebih jelasnya mengenai letak dan batas Terminal Kartasura dapat dilihat pada peta 1.

2 PETA 1 54

3 54 2. Keadaan Terminal Kartasura a. Gambaran Umum Terminal Kartasura terletak di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo dibangun pada tahun Bila ditinjau dari jenisnya, Terminal Kartasura tersebut adalah merupakan terminal penumpang tipe B, yaitu prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda atau kendaraan serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum serta tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian sistem arus angkutan umum penumpang yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk, angkutan antar kota antar propinsi (AKAP), angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota (Angkota), dan angkutan pedesaan (Angkudes). Namun sejak dibangun hingga sekarang, Terminal Kartasura tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Masyarakat pengguna angkutan umum dan operator kendaraan kurang memanfaatkan terminal ini sebagai pusat kegiatan. Hingga saat ini Terminal Katasura kurang berkembang, bangunan ruko yang mengeklilingi terminal hanya sebagian kecil saja yang terisi dan kondisinya sudah tidak terawat lagi. Kondisi ini juga berdampak pada penurunan income retribusi pendapatan setiap tahunya, sehingga membuat terminal ini menjadi kurang berkembang. Keadaan ini juga berdampak pada kondisi sarana-prasarana terminal yang kondisinya kurang terawat dan sangat merugikan pengguna yang memanfaatkan terminal. Gambar 4. Foto Kondisi Terminal Kartasura

4 55 b. Sarana-prasarana Sebagai terminal tipe B, Terminal Kartasura memiliki semua persyaratan fasilitas sarana-prasarana yang relatif lengkap. Sarana-prasarana penunjang yang ada di Terminal Kartasura terdiri atas fasilitas utama dan fasilitas penunjang, hanya saja karena kurang adanya ketertarikan baik dari penumpang ataupun kendaraan umum dalam memanfaatkan terminal maka kondisi fasilitas yang ada di terminal kurang terawat denagan baik, berikut adalah sarana-prasarana berupa fasilitas utama dan fasilitas penunjang yang terdapat di Terminal Kartasura: Tabel 6. Fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang di Terminal Kartasura No FASILITAS UTAMA FASILITAS PENUNJANG 1 Areal keberangkatan Kamar kecil/toilet 2 Areal kedatangan Musholla 3 Areal menunggu bus (areal istirahat) Kios/kantin 4 Areal lintas Ruang pengobatan 5 Areal tunggu penumpang Ruang informasi/pengaduan 6 Menara pengawas Telepon umum/wartel 7 Loket penjualan karcis Taman. 8 Rambu-rambu dan papan informasi Pelataran parkir kendaraan pengantar dan atau taksi Sumber: UPT Terminal Kartasura c. Sirkulasi Penumpang dan Kendaraan 1) Sirkulasi Penumpang Sirkulasi penumpang di Terminal Kartasura masih belum teratur dengan baik. Hal ini disebabkan karena penataan ruang dan sistem pergerakan di dalam terminal. Keadaan ini terjadi dikarenakan ruang sirkulasi penumpang tidak terpusat pada satu titik dan juga ruang sirkulasi masih bercampur dengan ruang tunggu, sehingga mengakibatkan sirkulasi penumpang kurang tertata dengan baik. Dengan keberadaan pedagang asongan dan para pedagang kios atau ruko yang memakan sebagian ruang sirkulasi sehingga mengakibatkan arus sirkulasi penumpang di dalam

5 56 terminal terganggu karena tersitanya sebagian ruang gerak penumpang. Kondisi dilapangan juga menunjukan tidak ada jalur khusus bagi ruang sirkulasi penumpang untuk bertukar moda angkuatan. Keberadan ruang sirkulasi sangat dibutuhkan oleh pengguna terminal, sebaiknya pengguna terminal diberikan ruang gerak yang lebih leluasa dan nyaman. 2) Sirkulasi Kendaraan Sistem pergerakan di Terminal Kartasura melalui 4 (empat) pintu, yaitu pintu masuk dan keluar timur, pintu masuk barat, pintu keluar utara, dan pintu keluar selatan. Berikut pola perjalanan masuk dan keluar ke Terminal Kartasura: a) Perjalanan Masuk Terminal Kartasura Perjalanan Kendaraan Bus dari arah Solo ke Terminal Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah Solo ke terminal, dari ruas jalan Ahmad Yani belok kanan masuk ruas jalan Adi Sumarmo, berjalan lurus hingga pada simpang Kabulog Kartasura belok kiri ke jalan Amarta Raya menuju terminal Karatasura melalui akses pintu masuk timur. Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Semarang ke Terminal Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah semarang ke terminal, dari ruas jalan Diponegoro belok kiri masuk ruas jalan Prawira Marta, Berjalan lurus pada perumahan Bumi Kranggan Asri belok kanan menuju terminal Kartasura melalui akses pintu masuk barat. Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Yogyakarta ke terminal Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah Yogyakarta ke terminal, dari ruas jalan Jenderal Sudirman lurus hingga pada simpang tugu Kartasura belok kiri masuk ruas jalan Diponegoro belok kanan masuk ruas jalan Prawira Marta, berjalan lurus hingga pada Perumahan Bumi Kranggan Asri belok kanan menuju terminal Kartasura melalui akses pintu masuk barat.

6 57 b) Perjalanan Keluar Terminal Kartasura Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Terminal ke Solo Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah terminal ke Solo, dari terminal keluar melewati pintu keluar timur hingga pada simpang Kabulog, belok kanan hingga masuk ruas jalan Adi Sumarmo. Dari ruas jalan Adi Sumarmo hingga pada simpang belok kiri masuk ruas jalan Ahmad Yani untuk menuju ke Solo. Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Terminal ke Semarang Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah terminal ke Semarang, dari terminal keluar melewati pintu keluar utara hingga pada simpang Ngendro, belok kiri hingga pada ujung jalan bertemu simpang Indomix Perkasa belok kiri masuk ruas jalan Tentara Pelajar. Dari ruas jalan Tentara Pelajar hingga pada persimpangan belok kanan masuk ruas jalan Pandanaran menuju ke Semarang. Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Terminal ke Yogyakarta Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah terminal ke Yogyakarta, dari terminal keluar melewati pintu keluar selatan kemudian hingga pada simpang ruas jalan Diponegoro belok kiri, kemudian lurus hingga simpang tugu Karatasura belok kanan masuk ruas jalan Jendaral Sudirman menuju arah Yogyakarta. Sirkulasi kendaraan di dalam Terminal Kartasura tidak mengalami kendala, hal ini bisa dilihat dari luas dan ketersedian ruang parkir yang mencukupi sehingga membuat sirkulasi didalam terminal tidak mengalami kendala yang dapat mengakibatkan beban lalu lintas dan kemacetan. Pada pintu maasuk barat masih mengalami sedikit gangguan, hal ini disebabkan oleh ketidaksdisiplinan para supir atao penumpang yang memilih turun tepat di pintu masuk terminal, serta adanya para tukang becak dan ojek yang berebut penumpang semakin membuat gangguan pada pintu masuk barat. Untuk lebih jelasnya mengenai pola sirkulasi kendaraan dan penumpang di Terminal Kartasura dapat dilihat pada gambar.

7 54 Peta 2

8 54 d. Trayek Angkutan Trayek angkutan yang dilayani di dalam terminal Kartasura ini meliputi trayek angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan kota (Angkot), Angkutan pedesaan (Angkudes). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 menyajikan data jaringan trayek yang masuk di terminal Kartasura berikut ini: Tabel 7. Jaringan Trayek di Terminal Kartasura Tahun 2012 No Jenis Angkutan Jumlah Kendaraan (RIT) Tahun 2008 Tahun AKAP (Solo-Jakarta-Bogor-Bandung) AKAP (Solo-Jogja) AKAP (Solo-Klaten-Jogja-Purwokerto) AKDP (Solo-Kartasura-Semarang) AKDP / PATAS (Solo-Kartasura-Semarang) AKDP (Pedesaan) PERKOTAAN Jumlah Sumber: UPT Terminal Kartasura Dari tabel 7 dapat dilihat adanya penurunan jumlah trayek, hal ini dapat dilihat dari data tahun 2008 dimana jumlah trayek sebesar 646 dan pada tahun 2012 menurun menjadi 438. Penurunan jumlah trayek yang sangat sifnifikan terjadi pada trayek AKAP Solo Jogja dari 62 di tahun 2008 turun menjadi 32 trayek di tahun 2012 hal ini disebabkan olah beberapa faktor diantaranya semakin ketatnya persaingan trayek bus jurusan jogja yang didominasi oleh bus dengan jurusam Surabaya Jogja yang lebih memiliki kelengkapan fasilitas pada armada mereka, sehingga membuat para calon penumpang lebih memilih naik bus seperti, mira, sumber group, ataupun eka. Sedangkan penurunan trayek AKDP Pedesaan disebabkan oleh bebrapa faktor yaitu, semakin banyak para calon penumpang yang beralih ke kendaraan pribadi motor atau mobil untuk berpergian pada jarak dekat

9 55 karena alasan lebih cepat dan lebih menghemat biaya. Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT Terminal Kartasura untuk jumlah penumpang dan kendaraan bus yang datang maupun berangkat di Terminal Kartasura rata-rata per hari tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penumpang dan Kendaraan Bus Per hari Tahun 2012 Jumlah Penumpang/hari Jumlah Bus (RIT)/hari No. Datang Berangkat Datang Berangkat Sumber: UPT Terminal Kartasura 3. Pergerakan Penduduk Secara garis besar aktivitas pergerakan penduduk di Kecamatan Kartasura berada di pusat kota yaitu disekitar Jl. Ahmad Yani dan Jl. Adi Sumarmo. Aktivitas yang berkembang di kawasan ini adalah pusat perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan. Kawasan ini ditandai dengan adanya keberadaan Pasar Tradisional dan pusat-pusat pertokoan. Perkembangan Kecamatan Kartasura yang semakin padat mendorong berkembangnya kawasan-kawasan permukiman dan perumahan. Perkembangan Kecamatan Kartasura juga merupakan suatu hasil dari proses interaksi dan akumulasi dari berbagai sistem aktivitas yang saling bergantung dan menguntungkan untuk memperkuat sistem dalam upaya mengoptimalkan percepatan perkembangan kota, sementara lokasi perkembangan dari setiap aktivitas tersebut berada pada ruang wilayah yang saling berbeda. Kondisi ini yang kemudian menjadikan adanya suatu sistem transportasi yang mampu menghubungkan antar bagian wilayah kota dan antar daerah. Berdasarkan uraian di atas dapat di identifikasi jika aktivitas dominan berada di pusat kota yang merupakan pusat perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan. Dengan adanya perkembangan aktivitas penggerak ekonomi tersebut, maka akan menjadikan kawasan tersebut berkembang dan akan diikuti munculnya kawasankawasan permukiman sebagai tempat tinggal para pelaku aktivitas tersebut. Kawasan

10 56 permukiman yang berkembang tersebut berlokasi di sekitar atau dipinggiran kota, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan di kawasan tersebut. Karena kegiatan masyarakat sebagian besar berada di pusat kota, maka dengan sendirinya pusat kota akan menimbulkan tarikan dan bangkitan lalu lintas lebih tinggi. Adanya beban aktivitas yang cukup besar di kawasan pusat perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan di Kecamatan Kartasura sehingga menjadikan salah satu faktor dalam kebijakan pemindahan lokasi terminal Kartasura dari dalam pusat kota ke lokasi di daerah pinggiran. 4. Kondisi Fisik dan Geometri Jalan Jalan memiliki peranan yang penting dalam sistem transportasi. Karena jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah. Semakin baik kondisi jalan maka akan semakin baik tingkat aksesibilitas ke tempat tersebut. Jaringan jalan di Kecamatan Kartasura diklasifikasikan kedalam jalan arteri (menghubungkan antara Semarang Solo Yogyakarta), jalan kolektor (menghubungkan Kecamatan Kartasura dengan kota-kota kabupaten disekitarnya), dan jalan lokal (menghubungkan Kecamatan Kartasura dengan kota-kota kecamtan dan desa). Untuk jalan arteri dan jalan kolektor rata-rata dalam keadaan beraspal dan jalan lokal dalam keadaan baik sebagian besar sudah beraspal. Dilihat dari lebar jalan, rata-rata jalan arteri mempunyai lebar 6 8 meter, dan lebar jalan kolektor antara 4 6 meter, sedangkan jalan lokal mempunyai lebar jalan rata-rata 2 3 meter. 5. Pergerakan Lalu Lintas di Kecamatan Kartasura a. Pergerakan Eksternal Pergerakan eksternal Kecamatan Kartasura tidak terlepas dari lokasi yang sangat strategis, yaitu merupakan daerah penghubung perekonomian dan transportasi antara Kota Semarang - Surakarta - Yogyakarta yang merupakan tiga kota pusat pertumbuhan bagian tengah Pulau Jawa. Oleh karena itu pergerakan eksternal Kecamatan Kartasura mendukung keterhubungan antara ketiga wilayah tersebut,

11 57 selain Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah juga menghubungkan dengan Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hubungan eksternal kota yang menghubungkan Kecamatan Kartasura dengan Kota Semarang - Surakarata - Yogyakarta diarahkan melalui jalan arteri, sedangkan jalan penghubung Kecamatan Kartasura dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya melalui jalan kolektor. Jalan lokal menghubungkan Kecamatan Kartasura dengan kota-kota kecamatan dan desa-desa pusat pertumbuhan di sekitarnya. Pergerakan eksternal di Kecamatan Kartasura sangat dipengaruhi oleh pergerakan transportasi bus-bus AKAP ataupun AKDP luar kota, sehingga pergerakan lalu lintas cukup padat terjadi di jalan arteri kolektor ataupun pintu-pintu gerbang kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3. b. Pergerakan Internal Sementara pergerakan internal Kecamatan Kartasura sebagian besar menuju kawasan terbangun di Kecamatan Kartasura seperti permukiman, perdagangan dan jasa, serta pemerintahan dan industri yang tersebar di pusat pengembangan kota. Antar pusat pengembangan, antara pusat pengembangan dengan pusat kota dan kawasan khusus (kawasan industri, terminal, perkantoran, pasar, dan lain-lain) dihubungkan dengan jalan kolektor. Untuk pusat pengembangan atau pusat kota dengan pusat sarana fasilitas umum, pusat kegiatan masyarakat, pusat lingkungan dihubungkan dengan jalan lokal. Pergerakan internal Kecamatan Kartasura meliputi angkutan yang menghubungkan dengan beberapa kota kabupaten, kota kecamatan, dan desa-desa pusat pertumbuhan, jenis pelayanan dalam pergerakan internal meliputi trayek bus perkotaan, dan bus pedesaan. Menurut Tamin (2000: 497) bahwa sistem jaringan transportasi harus mengintegerasikan semua pusat kegiatan dalam konteks regional, yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kota yang berada disekitarnya, yang merupakan suatu kesatuan sistem kota yang berinteraksi satu sama lain dan yang saling menghubungkan anatar wilayah kota, permukiman, daerah komersial dan rekreasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 4.

12 PETA 3 54

13 PETA 4 55

14 54 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Analisis Keberadaan Terminal Dalam menentukan keberadaan terminal mengacu pada parameter dari Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan, pasal 12 tentang lokasi terminal tipe B. Mengacu pada keputusan tersebut keberadaan lokasi terminal tipe B harus memenuhi 5 (lima) persyaratan, untuk menganalisis keberadaan terminal dilakukan dengan menggunakan analisis peta dan analisis survey lapangan yang kemudian dihubungkan menggunakan analisis hubungan spasial (interrelationship concept analysis) analisis ini bertujuan untuk menghubungkan ke lima indikator, sehingga dapat diketahui kriteria ideal atau tidak ideal Terminal Kartasura tipe B jika ditinjau dari 5 (lima) indikator tersebut. a. Terletak Dalam Jaringan Trayek Antar Kota Dalam Propinsi Sebagai sarana yang diperuntukan untuk pemenuhan pelayanan perhubungan, tentunya Terminal Kartasura mampu berperan sebagai tempat pertukaran jenis angkutan. Jenis angkutan yang diperuntukan terhadap keberadaan Terminal Kartasura tersebut adalah angkutan bus AKAP dan AKDP, dari persyaratan lokasi terminal maka sebuah terminal tipe B harus terletak dalam jaringan trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP). Terminal Kartasura saat ini melayani trayek AKAP ataupun AKDP, untuk jumlah trayek AKDP di Terminal Kartasura melayani 247 jaringan trayek. Tabel 9. Jaringan Trayek (AKDP) Terminal Kartasura Tahun 2012 No Jenis Bus Jaringan Trayek Jumlah Armada 1 AKDP Solo Kartasura Salatiga Bawen Semarang PP 80 2 AKDP Pedesaan Jurusan Barat 3 AKDP Pedesaan Jurusan Timur Kartasura Colomadu Mangu Sambi Simo PP Kartasura Randusari Kopeng Sepet Logerit Boyolali PP Kartasura Yosodipuro Honggowongso Gading Sukoharjo PP Kartasura - Jongke Solo baru Sukoharjo PP 24 38

15 55 4 AKDP Pedesaan Jurusan Selatan Kartasura - Delanggu Cokro Kr. Anom Klaten PP Kartasura Delanggu Penggung Pedan Cawas Jentir Bulu Watukelir PP 11 5 Bus Perkotaan Kartasura Gladag Psr. Gede Panggung Palur Kartasura Makamhaji Jongke Gemblegan Panggung Palur Kartasura Jl. Dr.Moewardi Mon. Pers Jebres Palur 71 Jumlah 224 Sumber: UPT Terminal Kartasura Setelah diketahui jaringan trayek yang ada di Terminal Kartasura kemudian dilakukan analisis dengan bantuan peta, dari analisis tersebut dapat diketahui jaringan trayek yang ada dan melewati Terminal Kartasura. Dari hasil analisis diketahui bahwa Terminal Kartasura terletak di jaringan trayek AKDP. Berdasarkan persyaratan lokasi terminal tipe B, maka dapat disebutkan jika Terminal Kartasura sudah ideal dan memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B yaitu terletak dalam jaringan trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP). Hasil akhir dari jaringan trayek yang ada di Terminal Kartasura ditampilkan dalam bentuk peta. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) Terminal Kartasura Tahun 2012 dapat dilihat peta 5. b. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang - kurangnya kelas IIIB Terminal Kartasura mempunyai 4 (empat) akses pintu yaitu, pintu masuk barat, pintu masuk dan keluar timur, pintu keluar utara, serta pintu keluar selatan yang semuanya dihubungkan melalui jalan lokal sebagai akses penghubung menuju jalur utama. Dalam menganalisis apakah Terminal Kartasura terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan minimal IIIB, dari data jaringan jalan yang diperoleh dari data sekunder kemudian dilakukan analisis dengan bantuan peta, dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa Terminal Kartasura tidak terletak pada jaringan jalan arteri ataupun kolektor dengan kelas jalan minimal IIIB. Berdasarkan persyaratan tersebut, maka dapat disebutkan jika keberadaan Terminal Kartasura tidak ideal dan

16 56 tidak memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B. Ditinjau dari posisi elemen transportasi, lokasi Terminal Kartasura berkarakter off street (di luar jaringan jalan) dengan karakteristik lokasi terminal model off street mengindikasikan bahwa perkembangan Terminal Kartasura sangat tergantung pada jenis aktivitas dan sistem pergerakan pada jalur utama dan jalur akses yang menghubungkan terminal. Lokasi terminal model off street jika ditinjau dari aksesibilitasnya sangat merugikan terhadap pelayanan kepada pengguna baik penumpang dan operator kendaraan. Perkembangan terminal pada lokasi off street dapat terganggu jika pada jarak jangkauan terdekat terdapat terminal dengan model lokasi on street yang lebih mempunyai tingkat pelayanan dari segi aksesibilitasnya lebih menguntungkan dibandingkan dengan lokasi model off street. Terminal yang berlokasi off street mampu berkembang jika keberadaan terminal tersebut independen atau berdiri sendiri. Lokasi on street Lokasi off street Jaringan jalan Jalan utama Terminal Jalan akses Terminal Gambar 5. Lokasi Terminal Terhadap Jaringan Jalan Keberadaan terminal pada prinsipnya dimaksudkan untuk menyediakan tempat konsentrasi penumpang dan kendaraan, sehingga lokasi terminal hendaknya dapat dicapai dengan mudah oleh penumpang maupun kendaraan umum. Lokasi terminal hendaknya terletak pada titik kritis perpindahan moda angkutan, yang pada umumnya berupa perpotongan jalan (simpang jalan arteri atau perpotongan dua kelas jalan). Jika lokasi terminal bersifat off street, maka diperlukan adanya akses yang memberikan kemudahan terhadap rute lalu lintas utama guna mendukung kemudahan pencapaian dari dan ke terminal. Rasyidin dalam Sihono (2006: 50) dengan demikan

17 57 perlu dipikirkan akses yang memadai dari rute lalu lintas utama menuju terminal, baik dengan penyediaan jaringan jalan yang baik maupun sarana angkutan umum yang memadai. Untuk lebih jelasnya mengenai keberadaan Terminal Kartasura terhadap jaringan jalan arteri atau kolektor dapat dilihat pada peta 6.

18 PETA 5 54

19 PETA 6 55

20 54 c. Jarak Antara Dua Terminal Penumpang Tipe B atau Dengan Terminal Penumpang tipe A, Sekurang - kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau Lainnya Jarak terdekat Terminal Kartasura dengan Terminal Tirtonadi Surakarta yang tipe A adalah 10, 8 km, jarak dihitung berdasarkan rute perjalanan yang dilalui bus dari Terminal Tirtonadi Surakarta ke Terminal Kartasura, rute yang dilalui merupakan rute utama dimana potensi dijalan tersebut terdapat area pusat aktivitas penumpang. Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan analisis peta maka dapat disebutkan jika lokasi Terminal Kartasura tidak ideal atau tidak memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B, karena jika dihitung jarak antara Terminal Tirtonadi tipe A ke Terminal Kartasura tipe B adalah 10,8 km. Jarak yang sangat dekat dengan Terminal Tirtonadi Surakarta sangat mempengaruhi perkembangan Terminal Kartasura karena pada jarak jangkauan terdekat terdapat terminal dengan model on street yaitu Terminal Tirtonadi Surakarta yang mempunyai aksesibilitas yang lebih baik. Kecenderungan ini akan mengurangi kinerja Terminal Kartasura, karena dengan demikian jumlah penumpang dapat berkurang karena adanya tempat akumulasi yang lebih potensial di Terminal Tirtonadi Surakarta. Untuk lebih jelasnya mengenai jarak Terminal Tirtonadi tipe A dengan Terminal Kartasura tipe B dapat dilihat pada peta 7. d. Tersedia Lahan Sekurang - kurangnya 3 ha Untuk Terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha Untuk Terminal di Pulau Lainnya Sesuai dengan struktur kota dan sistem jaringan kota, lokasi terminal harus memperhatikan ketersedian lahan, kemudahan pencapain, dan disesuaikan dengan sistem jaringan jalan dalam kota. Terminal Kartasura berlokasi di pinggiran pusat kota, hal ini bertujuan untuk mengurangi beban jaringan jalan dalam kota dengan cara memisahkan arus regional dan lokal. Diharapkan lokasi terminal yang berada di daerah pinggiran memberikan kemudahan bus luar kota untuk menuju terminal. Dari hasil analisis survey lapangan Terminal Kartasura mempunyai luas lahan total 6,8 ha, yang semuanya merupakan areal terminal berupa fasilitas sarana-prasarana penunjang

21 55 berupa sarana utama maupun penunjang. Sesuai dengan persayaratan terminal tipe B, yaitu tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, maka dapat disebutkan jika Terminal Kartasura sudah ideal dan sudah memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B, karena mempunyai luas lahan 6,8 ha. e. Mempunyai Akses Jalan Masuk atau Jalan Keluar ke dan dari Terminal Dengan Jarak Sekurang - kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di Pulau Lainnya, Dihitung dari Jalan ke Pintu Keluar atau Masuk Terminal Terminal Kartasura mempunyai beberapa akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, yaitu pintu masuk dan keluar timur, pintu masuk barat, pintu keluar utara, dan pintu keluar selatan. Dari data hasil analisis survey lapangan jarak akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sebagai berikut: Pintu masuk dan keluar timur : 900 m Pintu masuk barat : 1 km Pintu keluar utara : 175 m Pintu keluar selatan : 350 m Berdasarkan persyaratan tersebut, maka dapat disebutkan jika keberadaan Terminal Kartasura tidak ideal atau tidak memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B, karena dari hasil analisis survey lapangan menunjukan bahwa jarak akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal lebih dari 50 m jika dihitung dari jalan pintu masuk atau keluar terminal dari akses ke jalan utama. Kondisi ini sangat berpengaruh pada aksesibilitas ke jalur utama kurang terakses dengan baik, faktor lain kurang berkembangnya Terminal Kartasura adalah lokasi terminal tidak berada pada jalur utama perkembangan kota dan lokasi terminal cenderung bersifat off street. Terminal Kartasura yang berfungsi khusus melayani angkutan manusia antar kota harusnya dalam penempatanya diusahakan pada lokasi yang semudah mungkin untuk diakses oleh penumpang dan kendaraan secara efisien, cepat, dan ekonomis. Dalam penempatan terminal sebaiknya di sepanjang rute utama transportasi ataupun dekat dengan lokasi pusat kegiatan atau aktivitas kota. Lokasi potensial di sepanjang rute

22 56 utama transportasi merupakan lokasi konsentrasi warga yang potensial untuk melakukan pergerakan, sehingga akan memudahkan proses pemuatan dan penurunan penumpang serta proses pertukaran kendaraan yang melayani rute-rute tertentu sesuai dengan tujuan pergerakan. Untuk lebih jelasnya mengenai jarak akses pintu masuk dan keluar dapat dilihat pada peta 7.

23 PETA 7 54

24 54 Adapun hasil kajian keberadaan Terminal Kartasura yang dilakukan pada 5 (lima) indikator dari Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan, pasal 12 tentang lokasi terminal tipe B, dapat dibuat matrik pada tabel 10. No Tabel 10. Matrik Kriteria Lokasi Terminal Indikator / Kriteria Penilaian Sudah 1 Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi 2 Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang - kurangnya kelas IIIB 3 Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A, sekurang - kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau lainnya 4 Tersedia lahan sekurang - kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya 5 Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang - kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal Kriteria Tidak Sumber: Hasil Analisa Simbol ( ) mengindikasikan jika lokasi terminal sudah ideal memenuhi persyaratan Simbol ( - ) mengindikasikan jika lokasi terminal tidak ideal memenuhi persyaratan Penilaian kriteria keberadaan terminal seperti pada tabel diatas, menunjukan bahwa keberadaan Terminal Kartasura tidak ideal atau tidak memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B, karena dari 5 (lima) indikator lokasi dari Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan, pasal 12 tentang lokasi terminal tipe B, hanya 2 (dua) indikator yang ideal atau memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B. Temuan studi yang dapat disimpulkan dari kondisi di lapangan dan analisis di atas adalah sebagai berikut: a. Perkembangan Terminal Kartasura mengalami penurunan baik dari segi jumlah penumpang dan jumlah trayek angkutan, sehingga hal ini tentunya berdampak terhadap pelayanan kepada penumpang dan operasional kendaraan bus karena - -

25 55 banyak penumpang dan operator kendaraan yang tidak memanfaatkan terminal sebagai objek transaksi. b. Lokasi terminal yang bersifat off stret (diluar jaringan jalan) mengindikasikan bahwa perkembangan Terminal Kartasura sangat tergantung pada jenis aktivitas dan sistem pergerakan pada jalur utama dan jalur akses yang menghubungkan terminal. c. Jarak antara Terminal Tirtonadi Surakarta tipe A dengan Terminal Kartasura tipe B yaitu 10,8 km, dengan jarak yang sangat dekat dengan Terminal Tirtonadi Surakarta sangat mempengaruhi perkembangan Terminal Kartasura karena pada jarak jangkauan terdekat terdapat terminal dengan model on street yaitu Terminal Tirtonadi Surakarta yang mempunyai aksesibilitas yang lebih baik. d. Akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal yang sangat jauh dari jalan utama yaitu lebih dari 50 m, mempengaruhi pula terhadap kurang terbukanya akses menuju ke jalur utama dengan baik, sehingga berpengaruh terhadap minat bagi pengguna terminal karena dipengaruhi oleh aksesibilitas yang kurang baik. 2. Analisis Kinerja Terminal Dalam melakukan analisis mengenai kinerja terminal dengan menggunakan dua aspek kinerja, yaitu kinerja pelayanan dan kinerja operasional. Kinerja pelayanan diperoleh dari membagikan angket kepada penumpang bus dan operator kendaraan (awak bus) untuk mengetahui persepsi penumpang dan operator kendaraan (awak bus) dalam hal pelayanan terminal, sedangkan kinerja operasional terminal pada angkutan umum menggunakan indikator kinerja operasional terminal. a. Penilaian Kinerja Pelayanan Terminal Penilaian indikator kinerja pelayanan terminal dengan cara membagikan angket kepada penumpang dan operator kendaraan yang berada di dalam terminal. Indikator yang digunakan dalam menilai kinerja pelayanan adalah sebagai berikut:

26 56 1) Penilaian Kinerja Pelayanan Terhadap Penumpang Penilaian terhadap kinerja pelayanan terhadap penumpang ini dilakukan untuk mengetahui persepsi penumpang terhadap pelayanan kinerja Terminal Kartasura, untuk menentukan kelas klasifikasi menggunakan metode pensekoran sebagai berikut: Tabel 11. Metode Pensekoran Untuk Penumpang Bus No Kategori Skor Interval Keterangan 1 Buruk ,6 Untuk Sedang 2 166,7 233,2 Responden Penumpang Bus 3 Baik 3 233,3 300 a) Penilaian Terhadap Pengelolaan Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pengelolaan, yaitu penilaian terhadap waktu menunggu antara kedatangan dan keberangkatan angkutan umum, untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 172 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah sedang (lihat tabel 12). Tabel 12. Pensekoran Terhadap Waktu Menunggu 1 Buruk Sedang Baik Jumlah % b) Penilaian Terhadap Pelaksanaan dan Pengawasan SEDANG (166,7 233,2) Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pelaksanaan dan pengawasan menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu, penilaian terhadap ketepatan jadwal kedatangan atau keberangkatan dan pengutan jasa pelayanan pungutan terminal, untuk 100 responden penumpang

27 57 bus terhadap ketepatan jadwal kedatangan atau keberangkatan adalah sebesar 177 yang artinya menurut persepsi penumpang bus sedang (lihat tabel 13). Tabel 13. Pensekoran Terhadap Ketepatan Jadwal 1 Buruk Sedang SEDANG (166,7 233,2) 3 Baik Jumlah % Sedangkan skor penilaian atribut pertanyaan terhadap pengutan jasa pelayanan pungutan terminal untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 137 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 14). Tabel 14. Pensekoran Terhadap Pungutan Jasa Pelayanan 1 Buruk Sedang BURUK 3 Baik ( ,6) Jumlah % c) Penilaian Terhadap Pemeliharaan Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pemeliharaan yaitu penilaian terhadap kebersihan terminal untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 160 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 15). Tabel 15. Pensekoran Terhadap Kebersihan 1 Buruk Sedang BURUK ( ,6) 3 Baik Jumlah %

28 58 d) Penilaian Terhadap Sistem Informasi Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap sistem informasi menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu, layanan informasi dan tarif serta rambu atau papan informasi untuk 100 responden penumpang bus terhadap layanan informasi dan tarif adalah sebesar 164 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 16). Tabel 16. Pensekoran Terhadap Layanan Informasi dan Tarif 1 Buruk Sedang BURUK 3 Baik ( ,6) Jumlah % Sedangkan skor penilaian atribut pertanyaan terhadap rambu dan papan informasi untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 154 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 17). Tabel 17. Pensekoran Terhadap Penilaian Rambu dan Papan Informasi 1 Buruk Sedang BURUK ( ,6) 3 Baik Jumlah % e) Penilaian Terhadap Penertiban Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap penertiban yaitu, penilaian terhadap penindakan tegas petugas bagi yang melanggar untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 126 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 18).

29 59 Tabel 18. Pensekoran Terhadap Penindakan Tegas Petugas 1 Buruk Sedang BURUK ( ,6) 3 Baik Jumlah % f) Penilaian Terhadap Sumber Daya Manusia Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap sumber daya manusia yaitu, penilaian terhadap sikap petugas terminal dalam melayani penumpang untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 174 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah sedang (lihat tabel 19). Tabel 19. Pensekoran Terhadap Sikap Petugas Terminal 1 Buruk Sedang SEDANG 3 Baik (166,7 233,2) Jumlah % g) Penilaian Terhadap Kemampuan Teknis Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap kemampuan teknis yaitu, penilaian kemampuan petugas terminal mengatur lalu lintas untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 197 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah sedang (lihat tabel 20). Tabel 20. Pensekoran Terhadap Kemampuan Petugas Terminal 1 Buruk Sedang SEDANG 3 Baik (166,7 233,2) Jumlah %

30 60 h) Penilaian Terhadap Pelaksanaan/Pengawasan Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pelaksanaan/pengawasan yaitu, penilaian jaminan keamanan dan keselamatan untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 175 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah sedang (lihat tabel 21). Tabel 21. Pensekoran Terhadap Jaminan Keamanan dan Keselamatan 1 Buruk Sedang SEDANG 3 Baik (166,7 233,2) Jumlah % i) Penilaian Terhadap Fasilitas Utama Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap fasilitas utama menggunakan tiga atribut pertanyaan yaitu, penilaian areal keberangkatan dan kedatangan, areal tunggu penumpang, serta loket penjualan karcis untuk 100 responden penumpang bus terhadap areal kedatangan dan keberangkatan adalah sebesar 152 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 22). Tabel 22. Pensekoran Terhadap Areal Keberangkatan dan Kedatangan 1 Buruk Sedang BURUK 3 Baik ( ,6) Jumlah % Penilaian terhadap areal tunggu penumpang untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 165 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah buruk (lihat tabel 23).

31 61 Tabel 23. Pensekoran Terhadap Areal Tunggu Penumpang 1 Buruk Sedang BURUK 3 Baik ( ,6) Jumlah % Sedangkan untuk penilaian terhadap areal tunggu penumpang untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 142 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 24). Tabel 24. Pensekoran Terhadap Loket Penjualan Karcis 1 Buruk Sedang BURUK 3 Baik ( ,6) Jumlah % j) Penilaian Terhadap Fasilitas Penunjang Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap fasilitas penunjang menggunakan enam atribut pertanyaan yaitu, penilaian kamar kecil/toilet, musholla, kios warung/kantin, tempat parkir kendaraan pribadi, bangunan kantor terminal, dan kondisi taman untuk 100 responden penumpang bus terhadap kamar kecil/toilet adalah sebesar 163 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 25). Tabel 25. Pensekoran Terhadap Kamar Kecil/Toilet 1 Buruk Sedang BURUK ( ,6) 3 Baik Jumlah %

32 62 Penilaian terhadap musholla untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 180 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah sedang (lihat tabel 26). Tabel 26. Pensekoran Terhadap Musholla 1 Buruk Sedang SEDANG 3 Baik (166,7 233,2) Jumlah % Penilaian terhadap kios warung/kantin untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 157 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah buruk (lihat tabel 27). Tabel 27. Pensekoran Terhadap Kios/Kantin 1 Buruk Sedang BURUK 3 Baik ( ,6) Jumlah % Penilaian terhadap tempat parkir kendaraan pribadi/pengantar untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 175 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah sedang (lihat tabel 28). Tabel 28. Pensekoran Terhadap Parkir Kendaraan Pribadi/Pengantar 1 Buruk Sedang SEDANG 3 Baik (166,7 233,2) Jumlah %

33 63 Penilaian terhadap bangunan kantor terminal untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 182 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah sedang (lihat tabel 29). Tabel 29. Pensekoran Terhadap Bangunan Kantor Terminal 1 Buruk Sedang Baik Jumlah % SEDANG (166,7 233,2) Penilaian terhadap kondisi taman untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 154 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah buruk (lihat tabel 30). Tabel 30. Pensekoran Terhadap Kondisi Taman 1 Buruk Sedang Baik Jumlah % BURUK ( ,6) Hasil analisis persepsi terhadap penumpang pada setiap indikator pelayanan diatas dapat menentukan kinerja pelayanan terminal, hasil penjumlahan semua angka diatas itulah yang digunakan untuk menentukan persepsi penumpang terhadap kinerja pelayanan terminal (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 31) Tabel 31. Hasil Penilaian Indikator Pelayanan Untuk Penumpang Variabel Indikator Atribut Pertanyaan Skor Persepsi Penumpang Keandalan Pengelolaan 1. Waktu menunggu antara 172 Sedang (reliability) kedatangan dan keberangkatan angkutan umum Pelaksanaan/Pengawasan 2. Ketepatan jadwal kedatangan dan keberangkatan 177 Sedang Pelaksanaan/Pengawasan 3. Pungutan jasa pelayanan 137 Buruk terminal Pemeliharaan 4. Kebersihan terminal 160 Buruk

34 64 Keresponsifan (responsiveness) Jaminan (assurance) Berwujud (tangible) Sistem Informasi 5. Layanan informasi dan tariff 164 Buruk Sistem Informasi 6. Rambu dan papan informasi 154 Buruk Penertiban Sumber Daya Manusia 7. Penindakan tegas bagi yang melanggar 8. Sikap petugas terminal dalam melayani penumpang Kemampuan Teknis 9. Kemampuan petugas terminal mengatur lalu lintas angkutan umum Pelaksanaan/Pengawasan 10. Jaminan keamanan dan keselamatan Fasilitas Utama 11. Areal keberangkatan dan kedatangan 126 Buruk 174 Sedang 197 Sedang 175 Sedang 152 Buruk 12. Areal tunggu penumpang 165 Buruk 13. Loket penjualan karcis 142 Buruk Fasilitas Penunjang 14. Kamar kecil/toilet (bersih) 163 Buruk 15. Musholla (bersih) 198 Sedang 16. Kios warung kantin (bersih) 157 Buruk 17. Tempat parkir kendaraan pribadi/pengantar 175 Sedang 18. Bangunan kantor terminal 182 Sedang 19. Kondisi taman (bersih) 154 Buruk Berdasarkan hasil penilaian indikator pelayanan untuk penumpang dapat diketahui bahwa pelayanan terbaik menurut persepsi penumpang di Terminal Kartasura adalah waktu menunggu antara kedatangan dan keberangkatan angkutan umum, ketepatan jadwal kedatangan dan keberangkatan, kemampuan petugas terminal mengatur lalu lintas angkutan umum, jaminan keamanan dan keselamatan, kondisi musholla, tempat parkir kendaraan pribadi atau pengantar serta bangunan kantor terminal. Sedangkan pelayanan paling rendah adalah pungutan jasa pelayanan terminal, kebersihan terminal, layanan informasi dan tariff, rambu dan papan informasi, penindakan tegas bagi yang melanggar, areal keberangkatn dan kedatngan, areal tunggu penumpang, loket karcis, kamar kecil/toilet, kios warung/kantin, serta kondisi taman. Secara rinci perbandinganya ditampilkan dalam grafik berikut ini:

35 65 Grafik Hasil Penilaian Indikator Pelayanan Untuk Penumpang Baik Sedang Buruk Gambar 6. Perbandingan Hasil Penilaian Indikator Pelayanan Untuk Penumpang Keterangan: 1. Waktu menunggu antara kedatangan dan keberangkatan angkutan umum 2. Ketepatan jadwal kedatangan dan keberangkatan 3. Pungutan jasa pelayanan terminal 4. Kebersihan terminal 5. Layanan informasi dan tariff 6. Rambu dan papan informasi 7. Penindakan tegas bagi yang melanggar 8. Sikap petugas terminal dalam melayani penumpang 9. Kemampuan petugas terminal mengatur lalu lintas angkutan umum 10. Jaminan keamanan dan keselamatan 11. Areal keberangkatan dan kedatangan 12. Areal tunggu penumpang 13. Loket penjualan karcis 14. Kamar kecil/toilet (bersih) 15. Musholla (bersih) 16. Kios warung kantin (bersih) 17. Tempat parkir kendaraan pribadi/pengantar 18. Bangunan kantor terminal 19. Kondisi taman (bersih) Untuk pelayanan paling rendah di terminal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kondisi sarana-prasarana penunjang yang ada di terminal kurang memadai dan kurang terawat dengan baik sehingga tidak mampu dimanfaatkan oleh penumpang dalam menggunakan fasilitas tersebut dalam pelayanan menggunakan terminal sebagai objek pertukaran moda transportasi. Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan terminal maka perlu adanya perbaikan pelayanan diantaranya perbaikan

36 66 pada fasilitas sarana-prasarana yang ada diterminal dan penambahan beberapa fasilitas ataupun perbaikan dibeberapa bagian, sehingga akan meningkatkan pelayanan terhadap penumpang semakin baik dan akan meningkatkan fungsi dari Terminal Kartasura semakin berkembang. 2) Penilaian Kinerja Pelayanan Terhadap Operator Kendaraan Penilaian terhadap kinerja pelayanan terhadap operator kendaraan ini dilakukan untuk mengetahui persepsi operator kendaraan terhadap pelayanan kinerja Terminal Kartasura, untuk menentukan kelas klasifikasi menggunakan metode pensekoran sebagai berikut: Tabel 32. Metode Pensekoran Untuk Operator Kendaraan No Kategori Skor Interval Penilaian 1 Buruk ,6 Untuk 91 2 Sedang 2 150, 7-211, 2 Responden operator 3 Baik 3 211, (awak bus) a) Penilaian Terhadap Pengelolaan Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pengelolaan, yaitu penilaian terhadap pelataran kedatangan dan keberangkatan angkutan umum sesuai rute dan jurusan untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 162 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 33). Tabel 33. Pensekoran Terhadap Pelataran Sesuai Rute dan Jurusan 1 Buruk , 26 2 Sedang , 45 SEDANG 3 Baik , 28 (150, 7-211, 2) Jumlah %

37 67 b) Penilaian Terhadap Pelaksanaan dan Pengawasan Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pelaksanaan dan pengawasan menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu, pelataran keberangkatan angkutan umum dan ruang sirkulasi angkutan di terminal, untuk 91 responden operator kendaraan terhadap pelataran keberangkatan angkutan umum adalah sebesar 130 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 34). Tabel 34. Pensekoran Terhadap Pelataran Keberangkatan Angkutan Umum 1 Buruk , 83 2 Sedang , 47 BURUK 3 Baik , 70 (91 150,6) Jumlah % Sedangkan skor penilaian atribut pertanyaan terhadap ruang sirkulasi angkutan di terminal untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 166 yang artinya menurut menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 35). Tabel 35. Pensekoran Terhadap Ruang Sirkulasi 1 Buruk , 97 2 Sedang , 64 SEDANG 3 Baik , 38 (150, 7-211, 2) Jumlah % c) Penilaian Terhadap Pemeliharaan Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pemeliharaan, yaitu penilaian terhadap kondisi jalan untuk 91 responden operator kendaraan terhadap kondisi jalan adalah sebesar 157 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 36).

38 68 Tabel 36. Pensekoran Terhadap Kondisi Jalan 1 Buruk , 15 2 Sedang , 16 3 Baik , 68 Jumlah % d) Penilaian Terhadap Sistem Informasi SEDANG (150, 7-211, 2) Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap sistem informasi menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu informasi pelayanan di terminal serta rambu dan marka di terminal sesuai dengan persyaratan, untuk 91 responden operator kendaraan terhadap informasi pelayanan di terminal adalah sebesar 125 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 37). Tabel 37. Pensekoran Terhadap Layanan Informasi dan Tarif 1 Buruk , 03 2 Sedang , 57 3 Baik , 40 Jumlah % BURUK (91 150,6) Sedangkan skor penilaian atribut pertanyaan terhadap rambu dan marka di terminal sesuai dengan persyaratan untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 129 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 38). Tabel 38. Pensekoran Terhadap Penilaian Rambu dan Marka 1 Buruk , 73 2 Sedang , 77 3 Baik , 50 Jumlah % BURUK (91 150,6)

39 69 e) Penilaian Terhadap Penertiban Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap penertiban yaitu, penilaian terhadap letak pintu masuk dan keluar dari jalan utama untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 128 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 39). Tabel 39. Pensekoran Terhadap Letak Pintu Masuk dan Keluar 1 Buruk , 93 2 Sedang , 47 BURUK (91 150,6) 3 Baik , 59 Jumlah % f) Penilaian Terhadap Sumber Daya Manusia Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap sumber daya manusia yaitu, penilaian terhadap kemampuan petugas mengatur lalu lintas angkutan umum di terminal untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 189 yang artinya menurut operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 40). Tabel 40. Pensekoran Terhadap Kemampuan Petugas 1 Buruk , 35 2 Sedang , 96 SEDANG 3 Baik , 68 (150, 7-211, 2) Jumlah % g) Penilaian Terhadap Kemampuan Teknis Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap kemampuan teknis yaitu, penilaian petugas keamanan selalu siap siaga untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 144 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 41).

40 70 Tabel 41. Pensekoran Terhadap Petugas Keamanan 1 Buruk , 55 2 Sedang , 65 BURUK 3 Baik , 80 (91 150,6) Jumlah % h) Penilaian Terhadap Pelaksanaan/Pengawasan Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pelaksanaan/pengawasan menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu, penilaian pemungutan retribusi angkutan umum dan pelayanan kesehatan, untuk 91 responden operator kendaraan terhadap pemungutan retribusi angkutan umum adalah sebesar 167 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 42). Tabel 42. Pensekoran Terhadap Jaminan Keamanan dan Keselamatan 1 Buruk , 57 2 Sedang , 34 SEDANG 3 Baik , 08 (150, 7-211, 2) Jumlah % Sedangkan skor penilaian terhadap pelayanan kesehatan untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 116 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 43). Tabel 43. Pensekoran Terhadap Pelayanan Kesehatan 1 Buruk , 82 2 Sedang , 88 BURUK (91 150,6) 3 Baik 3 9 3, 30 Jumlah %

41 71 i) Penilaian Terhadap Fasilitas Utama Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap fasilitas utama yaitu, penilaian areal tunggu atau parkir bus di terminal untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 164 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 44). Tabel 44. Pensekoran Terhadap Areal Tunggu/Parkir Bus 1 Buruk , 06 2 Sedang , 65 SEDANG 3 Baik , 29 (150, 7-211, 2) Jumlah % j) Penilaian Terhadap Fasilitas Penunjang Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap fasilitas penunjang menggunakan lima atribut pertanyaan yaitu, penilaian kamar kecil/toilet, musholla, kios warung/kantin, tower atau menara pengatur, bengkel/tempat cuci kendaraan, untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 139 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 45). Tabel 45. Pensekoran Terhadap Kamar Kecil/Toilet 1 Buruk , 14 2 Sedang , 96 BURUK (91 150,6) 3 Baik , 90 Jumlah % Penilaian terhadap musholla untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 172 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 46).

42 72 Tabel 46. Pensekoran Terhadap Musholla 1 Buruk , 86 2 Sedang , 25 SEDANG 3 Baik , 87 (150, 7-211, 2) Jumlah % Penilaian terhadap kios warung/kantin untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 137 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah adalah buruk (lihat tabel 47). Tabel 47. Pensekoran Terhadap Kios/Kantin 1 Buruk , 34 2 Sedang , 77 BURUK 3 Baik , 90 (91 150,6) Jumlah % Penilaian terhadap tower atau menara pengatur terminal untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 128 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 48). Tabel 48. Pensekoran Terhadap Tower/Menara Pengatur 1 Buruk , 94 2 Sedang , 47 BURUK 3 Baik , 60 (91 150,6) Jumlah % Penilaian terhadap bengkel / tempat cuci kendaraan yang memadai untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 133 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 49).

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Terminal Halte Bandara Pelabuhan Simpul Tranportasi Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng TERMINAL DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian,

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Menurut Abubakar I, dkk (1995) bahwa terminal transportasi merupakan : 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagi pelayanan umum. 2. Tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan

Lebih terperinci

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban,

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, ` Kartasura, terminal tipe C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, terminal Tawangsari dan Sub terminal Sukoharjo. Sumber: Analisis Gambar 5.143. Peta Lokasi Titik Terminal Secara umum gambaran

Lebih terperinci

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA 165 EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA An Nuurrika Asmara Dina, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2007 SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA Diyah

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO FERI ANDRI SELFIAN Mahasiswa Program DIII Manajemen Transportasi Program Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Atribut Pelayanan, Customer Satisfaction Index, Importance Performance Analysis, Karakteristik Pengguna Jasa, Terminal Makassar Metro.

ABSTRAK. Atribut Pelayanan, Customer Satisfaction Index, Importance Performance Analysis, Karakteristik Pengguna Jasa, Terminal Makassar Metro. M. Taufiq Yuda Saputra Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS e-mail : opiys_94uh@yahoo.co.id A. Agung Gde Kartika Staf Pengajar Transportasi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Terminal

Lebih terperinci

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang Lingkup Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Orisinalitas... ii Halaman pengesahan... iii Abstrak... iv Halaman Publikasi... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu: a) Data primer Data primer atau data pokok ini merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) Gatot Nursetyo Abstrak Terminal merupakan bagian dari jaringan pelayanan transportasi sebagai simpul dari suatu

Lebih terperinci

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai BAB ~1 3.1. Lokasi Kajian. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai kota Pekanbaru. Alasan pemilihan lokasi kajian pada terminal AKAP Mayang Terurai adalah : a Terminal AKAP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi

Lebih terperinci

DATA-DATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA

DATA-DATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA DATADATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dishubkominfo Kota Metro masih sangat terbatas, terutama untuk pelayanan angkutan umum di Terminal dan Pengujian Kendaraan Bermotor.

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang...

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang... DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup...3 2. Acuan normatif...3 3. Definisi dan istilah...3 3.1 Kendaraan Bermotor...3 3.2 Mobil Penumpang...4 3.3 Mobil Bus...4 3.4 Jumlah Berat yang Diperbolehkan...4 3.5 Jumlah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS Menimbang Mengingat : a. bahwa terminal transportasi jalan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 9 Tahun 200 Lampiran : (satu) berkas TENTANG TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI TERMINAL BIS - KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang sangat penting dalam sistem transportasi. Morlok (1991) menjelaskan terminal dapat dilihat sebagai alat untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Terminal Morlok (1978) mendefinisikan bahwa terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 20007 PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman yang semakin maju menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak dan beragam. Setiap tahap pembangunan pasti menimbulkan tuntutan berkelanjutan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH

EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH Meyanti Sartin Gumabo 1, Dr. Ir. James Timboeleng, DEA², & Ir. Papia J.C. Franklin, MSi 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI

EXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI EXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI A. LATAR BELAKANG Sektor transportasi merupakan sektor yang memegang peranan pentingdalam upaya pengembangan

Lebih terperinci

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TITIS WULANDARI

Lebih terperinci

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Umum Secara garis besar masalah lalulintas yang ada di kota Yogyakarta pada umumnya dan daerah studi kasus pada khususnya mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Bercampurnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Proses analisis data dari pembahasan dilakukan setelah selesai melaksanakan inventarisasi atau pengumpulan data, baikyang berupa data primer maupun data sekunder.

Lebih terperinci

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NO.13/C,2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terminal merupakan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang.

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 8 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transportasi memiliki peran yang penting dan strategis dalam pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 2.1 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kertonegoro

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 2.1 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kertonegoro BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kertonegoro UPTD Terminal Kertonegoro merupakan salah satu unsur pelaksana teknis operasional Dinas Perhubungan, Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring perkembangan kegiatan perekonomian Kota Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring perkembangan kegiatan perekonomian Kota Purwokerto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan kegiatan perekonomian Kota Purwokerto menjadikan mobilitas penduduk baik yang menuju maupun keluar kota semakin meningkat pula. Karena kota Purwokerto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Menurut Drs. Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. 2.2 Kinerja Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang transportasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu bangsa sehingga kelancaran arus transportasi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal

Lebih terperinci

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas 2.1 STUDI KASUS TERMINAL PULO GADUNG Dalam studi kasus Terminal Pulogadung ini, mengacu pada standar perencanaan dan perancangan dari studi literatur dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang muncul akibat permintaan atas komoditas lain. Permintaan untuk bekerja, bersekolah, berbelanja atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Transportasi a. Pengertian Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha pemindahan atau pergerakan sesuatu dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Terminal Bis Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

Tugas Akhir Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Henti Angkutan Umum BAB V PENUTUP

Tugas Akhir Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Henti Angkutan Umum BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisa evaluasi fungsi halte sebagai angkutan umum sepanjang rute Terboyo Pudakpayung adalah sebagai berikut : V.1.1 Data Sekunder

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 1 Tahun 2000 Seri : C ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Terminal Terminal adalah salah satu komponen dari sistem transportasi yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat pemberhentian sementara kendaraan umum untuk menaikkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa peranan transportasi memiliki posisi yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D STUDI KONTRIBUSI PLAZA CITRA MATAHARI DAN TERMINAL BUS MAYANG TERURAI TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Oleh: RICO CANDRA L2D 301 330 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA Pada bab ini akan dilakukan analisis yaitu mulai pengolahan data yang diperoleh di lapangan maupun

Lebih terperinci

MASALAH TERMINAL MAYANG TERURAI DAN EVALUASI PROGRAM PENANGANANNYA

MASALAH TERMINAL MAYANG TERURAI DAN EVALUASI PROGRAM PENANGANANNYA BAB V MASALAH TERMINAL MAYANG TERURAI DAN EVALUASI PROGRAM PENANGANANNYA 5.1. Masalah pada Fasilitas Utama 5.1.1. Jalur Kedatangan dan Keberangkatan Jalur kedatangan dan keberangkatan merupakan komponen

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKEFEKTIFAN KINERJA TERMINAL BUS HAUMENI KOTA SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKEFEKTIFAN KINERJA TERMINAL BUS HAUMENI KOTA SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKEFEKTIFAN KINERJA TERMINAL BUS HAUMENI KOTA SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Fransisca N. Sagi 1 (siskasagi@yahoo.com) I Made Udiana 2 (made_udiana@yahoo.com) Ruslan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr). BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil pencacahan, identitas, analisis dan pembahasan hasil penelitian terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG KO T A P R A D J A JO J G A TA R A K LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

Lebih terperinci

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR Oleh : Khoirunnisa D. Ayu, Septana Bagus Pribadi, Sukawi Sistem transportasi menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS 2.1 Tinjauan Tentang Bus 2.1.1 Pengertian Bus a. bus adalah prasarana untuk angkutan jalan raya guna untuk mengatur kedatangan pemberangkatan pangkalannya kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Terminal Morlok E.K (1988) menyatakan bahwa terminal merupakan lokasi atau tempat bagi para penumpang dan barang yang masuk atau keluar dari suatu sistem yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Terminal 2.1.1. Definisi Terminal Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat kompleks serta banyak kegiatan tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan dan terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Yang Pernah Dilakukan Penelitian-penelitian sebelumnya dengan mengambil objek terminal bus dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut : No Nama Penelitian

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR oleh : T A N T A W I L2D 300 379 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK TEKNIK PEMBANGUNAN SUATU TERMINAL. Oleh : Pingit Broto Atmadi

TINJAUAN ASPEK TEKNIK PEMBANGUNAN SUATU TERMINAL. Oleh : Pingit Broto Atmadi TINJAUAN ASPEK TEKNIK PEMBANGUNAN SUATU TERMINAL Oleh : Pingit Broto Atmadi Abstract Role Transportation of vital importance and strategic in development, hence planning and its development require to

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DALAM KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah utara relatif berbukit

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA TERHADAP KINERJA PELAYANAN TERMINAL MAKASSAR METRO KOTA MAKASSAR

ANALISA TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA TERHADAP KINERJA PELAYANAN TERMINAL MAKASSAR METRO KOTA MAKASSAR ANALISA TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA TERHADAP KINERJA PELAYANAN TERMINAL MAKASSAR METRO KOTA MAKASSAR M. Taufiq Yuda Saputra Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS A. Agung Gde Kartika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Aktivitas ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang baru, karena hampir setiap hari kita menggunakannya. Transportasi merupakan alat/teknik/cara untuk melawan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas dan

Lebih terperinci

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Peningkatan Prasarana Transportasi Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Pembangunan Jalan Baru Jalan bebas hambatan didalam kota Jalan lingkar luar Jalan penghubung baru (arteri) Peningkatan

Lebih terperinci

DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :

DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : ADHIETYA HERTOFI KENCANA PUTRA No. mahasiswa : 10097/TST NPM : 00 02 10097 UNIVERSITAS ATMAJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi darat merupakan salah satu kebutuhan primer bagi masyarakat untuk menunjang kehidupan, apalagi di daerah yang mempunyai mobilitas tinggi seperti Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

Importance Performance Analysis (IPA) Penumpang di Dalam Terminal Makassar Metro

Importance Performance Analysis (IPA) Penumpang di Dalam Terminal Makassar Metro Importance Performance Analysis (IPA) Penumpang di Dalam Terminal Makassar Metro Kuadran A, prioritas utama atribut pelayanan yang harus diperbaiki dan ditingkatkan kinerjanya yaitu : 1. Waktu menunggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, angkutan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Kegiatan studi akan diawali dengan melakukan persiapan termasuk mobilisasi dan menyusun rencana survai serta pemantapan rencana kerja. Kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kabupaten Cianjur mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO Juanita 1, Tito Pinandita 2* 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertemuan jalan atau yang sering disebut persimpangan jalan merupakan tempat bertemunya arus lalu lintas dari dua jalan atau lebih dan merupakan suatu titik tempat

Lebih terperinci