MASALAH TERMINAL MAYANG TERURAI DAN EVALUASI PROGRAM PENANGANANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASALAH TERMINAL MAYANG TERURAI DAN EVALUASI PROGRAM PENANGANANNYA"

Transkripsi

1 BAB V MASALAH TERMINAL MAYANG TERURAI DAN EVALUASI PROGRAM PENANGANANNYA 5.1. Masalah pada Fasilitas Utama Jalur Kedatangan dan Keberangkatan Jalur kedatangan dan keberangkatan merupakan komponen penting bagi sebuah terminal. Keberadaan kedua jalur ini sangat mempengaruhi kelancaran sirkulasi kendaraan angkutan di terminal. Pada terminal Mayang Terurai jalur kedatangan dan keberangkatan kendaraan angkutan dibuat menyatu dimana pintu masuk (entrance) terminal menjadi satu dengan pintu keluar (exit) sehingga banyak menimbulkan keruwetan sirkulasi keluar masuk kendaraan ke atau dari terminal. Pemisahan kedua jalur ditentukan dengan memposisikan jalur sebelah kiri sebagai jalur kedatangan kendaraan dan posisi sebelah kanan sebagai jalur keberangkatan kendaraan. Permasalahan lain dari jalur kedatangan dan keberangkatan ini adalah jarak yang terlalu dekat dengan jalan. Pintu masukkeluar terminal ke jalan arteri hanya berjarak 20 meter sehingga mengakibatkan seringnya terjadi kemacetan di pintu masuklkeluar terminal. Hal ini terlihat ketika ada bus besar yang mau masuk terminal atau yang akan keluar terminal, dengan ukuran badan bus yang besar mengakibatkan tertutupnya badan jalan di depan terminal sehingga menimbulkan antrean yang panjang. Jalur kedatangan dan jalur pemberangkatan pada terminal Mayang Terurai ini banyak dikeluhkan oleh para pengusaha angkutan. Dari data yang penulis peroleh melalui angket yang disebarkan kepada pada pengusaha angkutan didapat jawaban terbanyak pada kriteria kurang baik terhadap jalur kedatangan dan

2 keberangkatan ini. Sebanyak 22 perusahaan menyatakan bahwa jalur pemberangkatan kendaraan yang dimiliki terminal Mayang Terurai kurang baik, 5 perusahaan menyatakan baik dan 3 perusahaan menyatakan tidak baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 clan Lampiran Lokasi Parkir Secara umum di dalam operasional terminal, harnpir separuh dari jumlah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan baik AKAP maupun AKDP, tidak memanfaatkan terminal secara maksimal sebagai lokasi parkir kendaraannya. Hal ini disebabkan karena daya tampung area parkir kendaraan yang dimiliki terminal tidak lagi mampu mendukung kebutuhan pengguna jasa terminal. Tempat parkir kendaraan yang sangat terbatas membuat bus-bus besar enggan rnemasuki terminal dan banyak memarkir kendaraannya di sepanjang jalan dari clan menuju terminal. Pada terminal Mayang Terurai tempat parkir kendaraan (bis) di terminal Mayang Terurai sangat sempit sekali. Luas tempat parkir kendaraan bis di terminal Mayang Terurai keseluruhannya adalah 2250 m2. Jika ditinjau dari standar tempat parkir kendaraan yang ditetapkan oleh Dirjen Pehubungan Darat yaitu jumlah ruang yang hams disediakan untuk kendaraan di dalam terminal sangat dipengaruhi oleh karakteristik kendaraan dan pengoperasiannya, dalam ha1 ini waktu tunggu kendaraan di terminal dan headway merupakan parameter utama yang harus ditetapkan. Data untuk perhitungan luas parkir bis diambil saat jam puncak dari input data terbesar waktu tunggu terlama yaitu pada hari minggu yaitu 50 menit yang berasal dari perhitungan Wti AKAP/AKDP besar/akdp kecil. Sedangkan nilai headway pada waktu tersebut yaitu 44,962 detik atau sebesar 45 detik yang

3 berasal dari headway keluar masuk bis pada hari minggu (Laporan Dinas Perhubungan kota Pekanbaru dalam Pemko Pekanbaru, 2001). Jam puncak adalah merupakan suatu keadaan dimana jumlah kendaraan dalam suatu areal parkir lebih banyak dibanding keadaan lainnya. Jumlah kendaraan ini terkait dengan parameter headway dan waktu tunggu yang terlama. Dengan waktu parkir 50 menit dan headwaynya 45 detik, maka luasan parkir yang diperlukan hams menampung 66 kendaraan bis. Nilai satuan ruang parkir kendaraan (SRP) untuk kendaraan AKAP sebesar 42 m2/kendaraan. Maka luasan parkir bis yang diperlukan adalah 66 bis x 42 m2/kendaraan = 2772 m2. Sementara kondisi terminal pada saat ini memiliki luas 2250 m2. Dengan demikian tempat parkir bis di terminal Mayang Terurai tidak mampu menampung 66 bis sehingga kondisi tempat parkir tidak memenuhi kebutuhan. Permasalahan lain yang ditimbulkan adalah tidak adanya pemisahan yang jelas tempat istirahat antara masing-masing jenis kendaraan sehingga membingungkan bagi calon penumpang yang akan menaiki kendaraannya. Ditambah lagi areal parkir kendaraan yang berlobang-lobang aspalnya. Dari hasil penyebaran angket kepada pengusaha angkutan diperoleh jawanan tidak baik untuk lokasi parkir. Sebanyak 14 perusahaan menyatakan bahwa tempat parkir kendaraan yang dimiliki terminal Mayang Terurai kurang baik, 0 perusahaan menyatakan baik dan 16 perusahaan menyatakan tidak baik Ruang Tunggu Penurnpang Keteraturan pemberangkatan kendaraan banyak dipengaruhi oleh kehadiran penumpang yang tepat waktu. Sebelum kendaraan diberangkatkan ke tempat tujuan, diharapkan penumpang sudah berada di area terminal minimal setengah

4 jam sebelum diberangkatkan. Namun pada kenyataannya banyak kendaraan terlambat berangkat karena disebabkan penumpang yang terlambat datang. Permasalahan ini banyak disebabkan karena kondisi ruang tunggu yang disediakan di terminal tidak membuat penumpang merasa nyaman dan aman. Selain tidak terawat, ruang tunggu yang dimiliki terminal Mayang Terurai sangat sempit sehingga banyak penumpang yang akan berangkat tidak menunggu di ruang tunggu. Faktor lainnya yang membuat penumpang tidak memanfaatkan ruang tunggu ini adalah karena letaknya yang tidak tepat, tertutup oleh kios-kios sedangkan informasi dari kendaraan yang akan berangkat juga jarang disampaikan kepada penumpang. Selain itu banyaknya calo-calo penumpang beroperasi, serta preman di lokasi terminal keberangkatan yang kurang bersahabat membuat calon penumpang tidak berminat untuk masuk ke lokasi terminal. Dari keadaan ini calon penumpang lebih memilih menunggu pemberangkatan di pinggir-pinggir jalan dan ha1 ini dirasa mereka lebih aman ketimbang berada di dalam terminal. Dari angket yang disebarkan kepada responden, rata-rata jawaban yang diperoleh kurang untuk fasilitas ruang tunggu. Sebanyak 17 perusahaan menyatakan bahwa ruang tunggu penumpang yang dimiliki terminal Mayang Terurai kurang baik, 0 perusahaan menyatakan baik dan 13 perusahaan menyatakan tidak baik Loket Penjualan Karcis Untuk te rjaminnya perjalanan, para penumpang diharapkan membeli tiket perjalanan pada loket-loket resmi dari masing-masing jenis angkutan yang sesuai dengan tujuan pemberangkatan. Keberadaan loket-loket ini sangat penting untuk mendapatkan kelancaran pemberangkatan kendaraan angkutan. Tempat penjualan

5 tiket pada terminal Mayang Terurai, bangunannya berupa kios-kios semi permanen yang ada sebagian keberadaannya tanpa atap, sehingga diwaktu turun hujan tidak bisa beroperasi sebagaimana fhngsinya. Karena itu sebagian pengusaha bis membuka kantornya masing-masing pada pertokoan di sepanjang jalan Nangka, sebagai tempat menjual tiket. Kondisi loket-loket tempat penjualan karcis yang kurang memadai ini diperkuat oleh jawaban responden yang rata-rata memberikan jawaban kurang baik terhadap fasilitas loket penjualan tiket. Sebanyak 19 perusahaan menyatakan bahwa loket penjualan karcis yang dimiliki terminal Mayang Terurai kurang baik, 3 perusahaan menyatakan baik dan 8 perusahaan menyatakan tidak baik Rambu-rambu dan informasi Rambu-rambu dan informasi di terminal Mayang Terurai terlihat sangat sedikit sekali. Di pintu masuk terminal terdapat dua buah rambu-rambu tidak boleh berhenti dan di dalam terminal terdapat satu buah rambu-rambu yang menandakan tempat parkir kendaraan. Untuk papan informasi terdapat satu buah yang berisikan nama-nama kendaraan berserta trayek kendaraan tersebut. Minimnya rambu-rambu dan papan informasi ini terkadang membingungkan bagi pengguna jasa terminal baik itu bagi kendaraan angkutan maupun bagi penumpang. Banyak diantara penumpang yang tidak mengetahui di mana kendaraan angkutan yang akan mereka tompangi sehingga timbul keterlambatan pada waktu proses pemberangkatan. Kondisi minimnya rambu-rambu dan papan informasi di terminal Mayang Terurai ini diperkuat oleh jawaban responden yang menyatakan kurang baik terhadap fasilitas ini. Sebanyak 27 perusahaan menyatakan bahwa rambu-rambu dan papan informasi yang dimiliki terminal

6 Mayang Terurai kurang baik, 2 perusahaan menyatakan baik dan 1 perusahaan menyatakan tidak baik Masalah pada Fasilitas Penunjang Kamar Kecil 1 Toilet Keberadaan kamar kecil atau toilet sangat dibutuhkan sekali di terminal angkutan umum. Kenyamanan pemakai jasa terminal terutama disaat menungu pemberangkatan sangat didukung oleh adanya kamar kecil/toilet. Pada terminal Mayang Terurai fasilitas kamar mandi dan WC lokasinya jauh di belakang terminal. Lokasi kamar kecil yang jauh ini menimbulkan permasalahan terutama bagi pengguna jasa terminal yang ingin memanfaatkannya. Dengan lokasi yang berada di belakang terminal dan tidak terawat dengan baik mengakibatkan banyak, pengunjung tidak memanfaatkannya di samping tidak nyaman dan tidak diketahui keberadaannya. Kondisi kamar mandi dan WC sudah tidak memenuhi syarat kesehatan maupun fungsinya. Dari jawaban responden mengenai kondisi kamar kecivtoilet pada terminal Mayang Terurai diperoleh rata-rata jawaban kurang baik. Sebanyak 18 perusahaan menyatakan bahwa kondisi kamar kecilltoilet yang dimiliki terminal Mayang Terurai kurang baik, 9 perusahaan menyatakan baik dan 3 perusahaan menyatakan tidak baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Mushalla Keberadaan mushala di terminal Mayang Terurai lokasinya sangat jauh di belakang terminal berdekatan dengan kamar kecil/toilet. Banyak calon penumpang atau pengguna jasa terminal tidak mengetahui keberadaan musholla

7 ini sehingga mereka tidak dapat melakukan ibadah sewaktu menunggu pemberangkatan. Kondisi musholla pada terminal Mayang Terurai ini juga dikeluhkan oleh responden. Rata-rata jawaban yang diberikan adalah kurang baik. Sebanyak 21 pemsahaan menyatakan bahwa kondisi musholla yang dimiliki terminal Mayang Terurai kurang baik, 4 perusahaan menyatakan baik dan 5 perusahaan menyatakan tidak baik Dampak dari Masalah Terminal Mayang Terurai Ditinjau dari sudut transportasi maupun tata ruang kota, terminal Mayang Terurai pada saat ini sudah dianggap tidak sesuai lagi karena daerah tersebut telah menjadi pusat keramaian kota. Dampak ketidaklayakan lokasi terminal antara lain : Timbulnya Terminal Bayangan Secara operasional penggunaan terminal hanya didominasi oleh bis-bis AKDP yang bertujuan dari dan ke daerah Tingkat I1 dalam propinsi Riau, sedangkan bis-bis besar AKAP lebih banyak beroperasi di luar terminal dikarenakan terminal tidak memungkinkan untuk menerima bis-bis besar disebabkan lokasi terminal sudah terlalu sempit. Hal ini merupakan kendala utama pada terminal Mayang Terurai dimana tempat parkir kendaraan yang sangat terbatas sehingga bus-bus besar enggan memasuki terminal dan banyak memarkir kendaraannya di sepanjang jalan dari dan menuju terminal. Di terminal Mayang Terurai seluruh bus yang masuk terminal tidak memiliki perbedaan tempat parkir, dalarn artian jika ada tempat yang kosong, bus yang baru datang dapat memarkir kendaraannya di tempat kosong tersebut. Hal ini sangat membingungkan terutama bagi penumpang yang akan berangkat. Faktor lainnya adalah pada pintu masuk

8 kedatangan kendaraan yang menyatu dengan pintu keberangkatan kendaraan. Dengan pintu masuk/keluar yang menyatu menimbulkan keruwetan pada sirkulasi kendaraan masukkeluar. Permasalahan ini ditambah lagi dengan jarak pintu masukkeluar terminal yang hanya berjarak sekitar 20 m dari jalan arteri. Apabila ada bus yang hendak masuk atau keluar, pada jalur ini sering terjadi kemacetan sehingga menimbulkan antrian yang panjang di jalan menuju terminal. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan (Pemko Pekanbaru, 2001) jumlah perusahaan angkutan antar kota antar propinsi yang berada di luar terminal atau berada di sepanjang jalan Nangka adalah sebanyak 34 perusahaan angkutan yang mengoperasikan 136 bis perharinya. Sedangkan perusahaan angkutan antar kota daiam propinsi yang berada di luar terminal adalah sebanyak 14 perusahaan angkutan yang mengoperasikan 56 angkutan setiap harinya. Masing-masing perusahaan angkutan tersebut mendirikan pool-pool kedatangan atau pemberangkatan sekaligus tempat penjualan tiket / loket karcis, serta ruang tunggu calon penumpang. Keberadaan bis-bis yang parkir di sepanjang jalan Nangka menimbulkan kemacetan pada ruas jalan tersebut. Ditambah lagi dengan 4 trayek angkutan dalam kota yang mengoperasikan kendaraan angkutan sebanyak 134 buah kendaraan. Angkutan kota lainnya yang melayani trayek ke dan dari terminal adalah taxi sebanyak 6 perusahaan angkutan dengan 125 kendaraan angkutan setiap harinya Kurang Terjaminnya Keamanan dan Kenyamanan Penataan ruang terminal Mayang Terurai jika ditinjau dari kebutuhan saat sekarang tidak lagi mendukung atau kurang terencana sehingga kurang mendukung fungsinya sebagai terminal. Hal ini mempengaruhi pada

9 pengoperasian terminal terutama sekali rasa nyaman dan aman bagi pengguna terminal. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki terminal Mayang Terurai sudah tidak layak lagi, banyak menimbulkan keruwetan. Untuk ruang tunggu, pada terminal Mayang Terurai sangat terbatas dan tidak nyaman. Banyak penumpang yang akan berangkat lebih suka menunggu langsung di loket-loket P.0 kendaraannya daripada di ruang tunggu terminal karena sangat rawan akan kejahatan. Fasilitas kamar mandi dan WC lokasinya jauh di belakang terminal, sehingga pengunjung tidak memanfaatkannya di samping tidak nyaman dan tidak diketahui keberadaannya. Keberadaan mushala bagi kaum muslim, lokasinya sangat jauh di belakang. Banyak calon penumpang atau pengguna jasa terminal tidak mengetahui keberadaan musholla ini. Tanah milik terminal banyak dibangun menjadi kios-kios dan 10s-10s pasar tradisional. Keberadaan kios-kios di dalam terminal menimbulkan penyempitan pada areal parkir kendaraan. Permasalahan lainnya adalah keberadaan tanah kosong di bagian belakang terminal yang tidak dimanfaatkan dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah sehingga menimbulkan pemandangan yang tidak nyaman Merosotnya Penerimaan Retribusi Jumlah retribusi yang didapat dari terminal bergantung banyaknya kendaraan angkutan yang memanfaatkan jasa terminal. Data dari tahun 1998 sampai tahun 2003 didapatkan hasil pemasukan dari retribusi jasa terminal seperti Tabel 10 berikut.

10 Tabel 10 Potensi Retribusi Kendaraan Angkutan di Terminal Mayang Terurai dari tahun 1998 sampai 2003 Tahun Kendaraan (unit) Retibusi (Rp.) , , , , , ,- Jika ditinjau dari data trayek angkutan baik trayek AKAP maupun AKDP, jumlah retribusi yang didapat masih jauh dari target. Data hasil perhitungan alokasi bis yang terdaftar di Dinas Perhubungan kota Pekanbaru menghasilkan jumlah retribusi Rp ,- pertahunnya untuk trayek AKAP. Sedangkan untuk trayek AKDP jumlahnya adalah Rp ,- pertahunnya. Belum lagi ditarnbah dari jurnlah angkutan pribadi, angkutan barang dan lain sebagainya. Banyaknya selisih jumlah pemasukan dari retribusi jasa terminal disebabkan karena banyaknya perusahaan-perusahaan yang beroperasi di luar terminal sehingga pemasukan retribusi terminal tidak didapatkan secara maksimal. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 6 dan Lampiran 7. Tabel 11 Retribusi Rata-rata Kendaraan yang Menggunakan Jasa Teminal Mayang Terurai kota Pekanbaru Tahun 2004 Jenis Kendaraan Pribadi Barang Minibus Bus Kecil Bus Besar Jumlah Jumlah Kendaraan Per Hari , , , , , ,- Retribusi Per Bulan , , , , , ,- Per Tahun , , , , , ,-

11 Dari tabel 11 terlihat bahwa rata-rata jumlah kendaraan yang menggunakan jasa terminal Mayang terurai setiap harinya adalah 129 buah kendaraan pribadi, 102 buah kendaraan angkutan barang, 170 buah kendaraan minibis, 164 buah kendaraan bis kecil, dan 48 buah kendaraan bis besar. Jasa penerimaan retribusi terminal sesuai dengan Perda No.4 yang dirataratakan yaitu sebesar Rp. 600,- dari hasil perkalian antara objek dengan tarif diperoleh potensi retribusi kendaraan pribadi sebesar Rp ,- per bulan atau Rp ,- per tahun. Potensi retribusi kendaraan barang sebesar Rp ,- per bulan atau Rp ,- per tahun. Potensi retribusi kendaraan minibus sebesar Rp ,- per bulan atau Rp ,- per tahun. Potensi retribusi kendaraan bus kecil sebesar Rp ,- per bulan atau Rp ,- per tahun. Potensi retribusi kendaraan bus besar sebesar Rp ,- per bulan atau Rp ,- per tahun. Secara keseluruhan rata-rata potensi retribusi jasa terminal dari seluruh kendaraan yang menggunakan jasa terminal adalah Rp ,- per bulan atau Rp ,- per tahun. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Larnpiran 8. Jurnlah ini masih jauh dari target yang dicanangkan oleh Dinas Perhubungan kota Pekanbaru sebesar Rp ,- pertahunnya. Berkurangnya pemasukan dari sektor retribusi terminal diakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan bis yang mengoperasikan kendaraan angkutannya di luar terminal baik itu yang berada di sepanjang jalan Nangka maupun di tempat-tempat lainnya. Jika ditinjau dari data trayek angkutan baik trayek AKAP maupun AKDP, jurnlah retribusi yang didapat masih jauh dari target. Secara keseluruhan rata-rata potensi retribusi jasa terminal dari seluruh kendaraan yang menggunakan jasa

12 terminal adalah Rp ,- per bulan atau Rp ,- per tahun. Jumlah ini masih jauh dari target yang dicanangkan oleh Dinas Perhubungan kota Pekanbaru sebesar Rp ,- pertahunnya. Berkurangnya pemasukan dari sektor retribusi terminal diakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan bis yang mengoperasikan kendaraan angkutannya di luar terminal baik itu yang berada di sepanjang jalan Nangka maupun di tempat-tempat lainnya. Berkurangnya pemasukan melalui jasa terminal berdampak pada perawatan fasilitas-fasilitas yang terdapat di terminal. Dengan dana yang terbatas, pengelola terminal tidak dapat memaksimalkan fungsi fasilitas yang ada di terminal, seperti pemeliharaan bangunan terminal, areal parkir kendaraan, kelengkapan sarana informasi, kenyamanan ruang tunggu bagi penumpang. serta pemanfaatan lahan terminal yang tidak terpakai banyak dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah Analisis Masalah Terminal Mayang Terurai Pengoperasian terminal Mayang Terurai sangat mempengaruhi sektor ekonomi kota Pekanbaru. Hal ini berdampak pada kurang maksimumnya pelayanan pemda kota Pekanbaru terhadap kepentinan publik terutarna jasa pelayanan terminal. Faktor ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan terminal Mayang Terurai dan komponen-komponen pendukungnya. Permasalahan yang terjadi banyak diakibatkan oleh minimnya fasilitas yang dimiliki terminal Mayang Terurai. Kelancaran arus barang dan penumpang dipengaruhi oleh fasilitas yang ada di terminal. Timbulnya kernacetan lalu lintas di jalan sekitar terminal banyak diakibatkan terminal tidak mampu menampung kendaraan angkutan. Bus-bus yang seharusnya berada di dalam terminal baik itu bus yang baru datang maupun

13 yang akan berangkat, banyak diparkir disepanjang jalan dari dan ke terminal. Kondisi ini menimbulkan penyempitan jalan sehingga antrian yang panjang sering terjadi. Para pengguna jasa terminal banyak yang tidak memanfaatkan terminal sebagai pusat kegiatan. Mereka lebih memilih melakukan kegiatan pemberangkatan maupun bongkar muat di sepajang jalan. Minimnya fasilitas yang dimiliki terminal Mayang Terurai berakibat banyaknya terjadi tindak kejahatan di sekitar terminal, seperti pecaloan tiket bus yang banyak dilakukan dan ini menimbulkan kerugian yang besar bagi penumpang yang akan memanfaatkan jasa angkutan. Hal lain adalah tidak terjaminnya keamanan bagi penumpang maupun barang. Bagi pemda kota Pekanbaru, kondisi ini mengakibatkan berkurang penerimaan dari sektor retribusi. Penerimaan retribusi sangat bergantung kepada jumlah pengguna jasa terminal terutama jumlah kendaraan angkutan yang memasuki terminal Program Penanganan Terminal Mayang Terurai Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di terminal, pemda kota Pekanbaru merencanakan pengembangkan dengan membuat master plan rencana pengembangan terminal Mayang Terurai. Lokasi pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai untuk AKAP, AKDP, dan DK direncanakan di kawasan Segitiga Mas dengan luas lahan 5,8 ha sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 9. Rencana pengembangan terminal bus tersebut terdiri dari : Terminal bus untuk menarnpung kegiatan AKAP, AKDP, dan kendaraankendaraan pribadi serta taksi.

14 Kantor pengelola pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai. Kantor kepolisian. Upaya pemerintah kota Pekanbaru dalam menyediakan fasilitas bagi pengusaha angkutan seperti pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai ini pada dasarnya adalah sebuah upaya penyediaan barang publik yang dapat dipergunakan sebagai modal terpasang oleh masyarakat sekitar. Dengan tersedianya modal terpasang bagi masyarakat (social o$ier head capital) diharapkan pengusaha angkutan dapat meningkatkan kapasitas ekonominya hingga pada gilirannya dapat memberikan konstribusi pada kekuatan ekonomi lokal Agar pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai dapat beroperasi sebagaimana yang diharapkan, maka pusat bangunan utilitas juga dibangun sehingga terminal yang dimaksud dapat berfungsi sebagaimana yang direncanakan. Fasilitas pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utarna terdiri dari : a. Jalur kedatangan penumpang Pada jalur kedatangan kendaraan AKAP dan AKDP disediakan masingmasing 2 peron untuk menurunkan penumpang. Sedangkan pada jalur kedatangan DK disediakan 4 peron untuk menurunkan penumpang pada waktu yang bersamaan dan kemudian segera pindah ke tempat parkir istirahat.

15 b. Jalur pemberangkatan penumpang Pada jalur keberangkatan disediakan dua kali lebih banyak dari peron kedatangan mengingat waktu keberangkatan telah terjadwal, termasuk waktu muat dan waktu tunggunya, baik pada waktu sibuk maupun tidak sibuk. Untuk AKAP dan AKDP disediakan 4 peron dan untuk DK disediakan 8 peron keberangkatan. c. Tempat tunggu kendaraan umum. Areal parkir kendaraan dipisahkan menurut jenis angkutan dan tidak berbaur dengan jenis angkutan lain. Pada pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai, terdapat tempat-tempat khusus untuk AKAP, AKDP, DK, dan tempat untuk kendaraan pengantar/taksi. Tempat tunggdparkir kendaraan di dalam terminal dikelompokkan sesuai dengan : Jenis pelayanannya : AKAP, AKDP, DK, taksifkendaraan pribadi Fungsi parkir : parkir standby atau parkir istirahat Waktu pelayanannya : bus malam atau siang hari Dimensi kendaraan : Tempat parkir kendaraan AKAP diharapkan mampu menampung 46 kendaraan standby, kendaraan AKDP mampu menampung 81 kendaraan standby, kendaraan DK mampu menampung 84 kendaraan standby. d. Tempat lintas angkutan umum. Sistem sirkulasi lalu lintas di dalam terminal diatur searah dan terpisah antara AKAP, AKDP, DK, kendaraan pengantar/taksi, dan juga pintu masuk terpisah dengan pintu keluar sehingga tidak ada gerakan memotong diantara

16 kendaraan yang datang dan berangkat. Sistem sirkulasi lalu lintas yang searah ini juga dikembangkan di jaringan jalan kawasan segitiga mas sehingga pada jaringan jalan arteri juga tidak terjadi arus perpotongan. Jalur kedatangan dan keberangkatan kendaraan dipisahkan satu sama lain. Masing-masing jenis angkutan memiliki jalur kedatangan dan keberangkatan tersendiri, sehingga sirkulasi lalu lintas kendaraan direncanakan untuk tidak saling berpotongan. Pada jakur kedatangan dan keberangkatan masing-masing jenis angkutan disediakan peron-peron untuk kedatangan dan keberangkatan. Untuk kendaraan AKAP dan AKDP masing-masing disediakan 2 peron untuk menurunkan penumpang dan 4 peron untuk keberangkatan. Sedangkan pada DK disediakan 4 peron untuk menurunkan penumpang dan 8 peron untuk keberangkatan dalam waktu yang bersamaan. e. Tempat istirahat sementara kendaraan umum. Tempat istirahat kendaraan umum jenis AKAP diharapkan menampung 28 kendaraan, AKDP mampu menampung 36 kendaraan, DK mampu menampung 42 kendaraan. f. Ruang tunggu penumpang. Ruang tunggu pengguna jasa angkutan berada di lantai satu bangunan utarna dengan luas 440 m2. Ruang tunggu ini dilengkapi dengan toilet pria dan wanita dengan luas masing-masing 44 m2, ruang klinik, dan mushola.

17 g. Bangunan kantor terminal. Bangunan terminal terdiri dari bangunan utama berlantai empat, AKAP, AKDP, Menara Pengawas, DK, kendaraan pengantarhksi, bangunan untuk perawatan dan operasional kendaraan. Bangunan utama terminal terdiri dari 4 lantai. Lantai pertama berfungsi untuk melayani kepentingan pengguna jasa angkutan. di dalamnya terdapat toilet, kantor managemen, klinik, musholla, counter, wartel, kantor perwakilan P.0, informasi, bank, security, dan jasa raharja. Lantai dua berhngsi untuk penyediaan kebutuhan pengguna jasa angkutan berupa : toko, restoran, dan musholla. Lantai tiga seluruhnya dipergunakan untuk kantor pengelola terminal berupa : kantor kepala terminal, ruang rapat, administrasi, gudang, toilet, musholla dan ruang tunggu. Lantai empat dipergunakan untuk pengamat serta pengatur lalu lintas kendaraan. h. Menara pengawas. Menara pengawas dipergunakan untuk mengatur lalu lintas kendaraan di terminal dengan luas 130 m2 untuk ruang pengamat. Fasilitas pendukung terdiri dari : a. Kios Kios-kios berlokasi di lantai dua bangunan utama berjurnlah 12 buah dengan berbagai ukuran. Ukuran terbesar dengan luas 72m2 sebanyak 4 kios, luas 66 m2 sebanyak 6 kios, dan luas 40 m2 sebanyak 2 kios.

18 b. Pelataran parkir kendaraan pengantar / taxi Pelataran parkir kendaraan pengantarltaksi mampu menampung 20 buah kendaraan pribadi, 25 buah kendaraan taksi, dan 97 buah kendaraan sepeda motor. c. Peron Peron untuk kendaraan AKAP berjumlah 2 buah dengan luas 156 m2, untuk kendaraan AKDP sebanyak 2 buah dengan luas 156 m2, dan untuk kendaraan DK sebanyak 4 buah dengan luas 312 m2. d. Taman Taman difungsikan untuk mengurangi dampak pencemaran udara dan suara yang ditimbulkan oleh adanya terminal. e. Telepon umum f. Papan informasi berisi petunjuk jurusan pemberangkatan, kedatangan dan tarif g. Musholla h. Kamar keciytoilet i. Loket penjualan karcis.

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai BAB ~1 3.1. Lokasi Kajian. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai kota Pekanbaru. Alasan pemilihan lokasi kajian pada terminal AKAP Mayang Terurai adalah : a Terminal AKAP

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Terminal Halte Bandara Pelabuhan Simpul Tranportasi Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Menurut Abubakar I, dkk (1995) bahwa terminal transportasi merupakan : 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagi pelayanan umum. 2. Tempat

Lebih terperinci

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng TERMINAL DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian,

Lebih terperinci

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA 165 EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA An Nuurrika Asmara Dina, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Terminal Morlok (1978) mendefinisikan bahwa terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kemajuan pembangunan suatu daerah salah satunya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kemajuan pembangunan suatu daerah salah satunya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Masatah. Tingkat kemajuan pembangunan suatu daerah salah satunya sangat dipengaruhi oleh adanya sarana dan prasarana perhubungan. Pengembangan pada sektor perhubungan

Lebih terperinci

BAB VI MAYANG TERURAI

BAB VI MAYANG TERURAI BAB VI RANCANGAN PENGEMBANGAN TERMINAL AKAP MAYANG TERURAI 6.1. Penyusunan Program Pengembangan Terminal Mayang Terurai Dari berbagai potensi, hambatan dan kendala yang dihadapi dalam penanganan masalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr). BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil pencacahan, identitas, analisis dan pembahasan hasil penelitian terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan peningkatan ekonomi, sosial dan pendidikan biasanya terjadi begitu pesat di kota-kota besar. Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan yang terjadi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2007 SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

6.1 Program Dasar Perencanaan

6.1 Program Dasar Perencanaan BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TIDAR DI KOTA MAGELANG 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Kelompok Ruang Luar ruangan (m 2 ) A. Kelompok Ruang Luar 1 - Area Penurunan Penumpang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA Pada bab ini akan dilakukan analisis yaitu mulai pengolahan data yang diperoleh di lapangan maupun

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Proses analisis data dari pembahasan dilakukan setelah selesai melaksanakan inventarisasi atau pengumpulan data, baikyang berupa data primer maupun data sekunder.

Lebih terperinci

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NO.13/C,2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terminal merupakan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan pembangunan pemerintah kota pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan pembangunan pemerintah kota pekanbaru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan pembangunan pemerintah kota pekanbaru Tahun 2012-2017 kota pekanbaru telah ditetapkan sebagai pusat pembangunan wilayah dengan segala konsekuensinya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Terminal Terminal adalah salah satu komponen dari sistem transportasi yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat pemberhentian sementara kendaraan umum untuk menaikkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang sangat penting dalam sistem transportasi. Morlok (1991) menjelaskan terminal dapat dilihat sebagai alat untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 9 Tahun 200 Lampiran : (satu) berkas TENTANG TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI TERMINAL BIS - KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban,

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, ` Kartasura, terminal tipe C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, terminal Tawangsari dan Sub terminal Sukoharjo. Sumber: Analisis Gambar 5.143. Peta Lokasi Titik Terminal Secara umum gambaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Orisinalitas... ii Halaman pengesahan... iii Abstrak... iv Halaman Publikasi... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi BAB

Lebih terperinci

4.1. Konsep Dasar Perencanaan

4.1. Konsep Dasar Perencanaan \ halaman 101 BAB - IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perencanaan 4.1.1. Konsep Dasar Penentuan Lokasi Lokasi untuk terminal bis tipe Adi Kota Yogyakarta menempati wilayah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan wilayah dan interaksi Kota Desa secara berimbang dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan wilayah dan interaksi Kota Desa secara berimbang dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota telah ditetapkan sebagai pusat pembangunan wilayah dengan segala konsekuensinya, maka tidak ada alasan apabila perencanaan dan pembangunan Kota berikut

Lebih terperinci

DATA-DATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA

DATA-DATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA DATADATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dishubkominfo Kota Metro masih sangat terbatas, terutama untuk pelayanan angkutan umum di Terminal dan Pengujian Kendaraan Bermotor.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Aktivitas ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) Gatot Nursetyo Abstrak Terminal merupakan bagian dari jaringan pelayanan transportasi sebagai simpul dari suatu

Lebih terperinci

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang.

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang...

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang... DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup...3 2. Acuan normatif...3 3. Definisi dan istilah...3 3.1 Kendaraan Bermotor...3 3.2 Mobil Penumpang...4 3.3 Mobil Bus...4 3.4 Jumlah Berat yang Diperbolehkan...4 3.5 Jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Terminal 2.1.1. Definisi Terminal Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat kompleks serta banyak kegiatan tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan dan terkadang

Lebih terperinci

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas 2.1 STUDI KASUS TERMINAL PULO GADUNG Dalam studi kasus Terminal Pulogadung ini, mengacu pada standar perencanaan dan perancangan dari studi literatur dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 20007 PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA Diyah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan dan pembahasan yang sudah dilakukan, kesimpulan

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang :

Lebih terperinci

PENATAAN TERMINAL ANGKUTAN DARAT TOWO E TAHUNA DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

PENATAAN TERMINAL ANGKUTAN DARAT TOWO E TAHUNA DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PENATAAN TERMINAL ANGKUTAN DARAT TOWO E TAHUNA DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Vivi Arianty Tawaris L.I.R. Lefrandt, J.A. Timboeleng Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

TERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN MAGELANG Oleh : Fathoni Lutfi Marheinis, Abdul Malik, Bharoto

TERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN MAGELANG Oleh : Fathoni Lutfi Marheinis, Abdul Malik, Bharoto TERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN MAGELANG Oleh : Fathoni Lutfi Marheinis, Abdul Malik, Bharoto Terminal merupakan suatu sarana fasilitas yang sangat dibutuhkan masyarakat berkaitan dengan transportasi darat.

Lebih terperinci

TERMINAL BIS KOTA BEKASI

TERMINAL BIS KOTA BEKASI LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BIS KOTA BEKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : BUDI NUR ROCHMAN L2B 002 196 Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang transportasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu bangsa sehingga kelancaran arus transportasi antar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 8 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA. Soefaat (1999) mendefinisikan bahwa terminal merupakan tempat tujuanakhir

BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA. Soefaat (1999) mendefinisikan bahwa terminal merupakan tempat tujuanakhir BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal 2.1.1. Definisi Terminal Soefaat (1999) mendefinisikan bahwa terminal merupakan tempat tujuanakhir atau tujuan-antara perjalanan dapat berupa bangunan dengan tempat

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK TEKNIK PEMBANGUNAN SUATU TERMINAL. Oleh : Pingit Broto Atmadi

TINJAUAN ASPEK TEKNIK PEMBANGUNAN SUATU TERMINAL. Oleh : Pingit Broto Atmadi TINJAUAN ASPEK TEKNIK PEMBANGUNAN SUATU TERMINAL Oleh : Pingit Broto Atmadi Abstract Role Transportation of vital importance and strategic in development, hence planning and its development require to

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKEFEKTIFAN KINERJA TERMINAL BUS HAUMENI KOTA SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKEFEKTIFAN KINERJA TERMINAL BUS HAUMENI KOTA SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKEFEKTIFAN KINERJA TERMINAL BUS HAUMENI KOTA SOE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Fransisca N. Sagi 1 (siskasagi@yahoo.com) I Made Udiana 2 (made_udiana@yahoo.com) Ruslan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah utara relatif berbukit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sementara itu fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :

DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : ADHIETYA HERTOFI KENCANA PUTRA No. mahasiswa : 10097/TST NPM : 00 02 10097 UNIVERSITAS ATMAJAYA

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Yang Pernah Dilakukan Penelitian-penelitian sebelumnya dengan mengambil objek terminal bus dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut : No Nama Penelitian

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta ) Nomor 3 Tahun 1995 Seri B ============================================================= PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH

Lebih terperinci

TERMINAL BUS TYPE A DI KABUPATEN DEMAK. Oleh : Diah Galuh Chandrasasi, Satrio Nugroho, Agung Budi

TERMINAL BUS TYPE A DI KABUPATEN DEMAK. Oleh : Diah Galuh Chandrasasi, Satrio Nugroho, Agung Budi TERMINAL BUS TYPE A DI KABUPATEN DEMAK Oleh : Diah Galuh Chandrasasi, Satrio Nugroho, Agung Budi Sistem transportasi merupakan kegiatan profesional yang tidak dibatasi oleh batas geografi, kegiatan lalu

Lebih terperinci

EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH

EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH Meyanti Sartin Gumabo 1, Dr. Ir. James Timboeleng, DEA², & Ir. Papia J.C. Franklin, MSi 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi kawasan pusat perbelanjaan Paris Van Java yang mencakup karakteristik pusat perbelanjaan Paris Van Java, karakteristik ruas

Lebih terperinci

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR Oleh : Khoirunnisa D. Ayu, Septana Bagus Pribadi, Sukawi Sistem transportasi menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi darat merupakan salah satu kebutuhan primer bagi masyarakat untuk menunjang kehidupan, apalagi di daerah yang mempunyai mobilitas tinggi seperti Daerah

Lebih terperinci

berbagai pertimbangan, yaitu : jalur sirkulasi, kondisi lahan dan lingkungan,

berbagai pertimbangan, yaitu : jalur sirkulasi, kondisi lahan dan lingkungan, BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perencanaan 4.1.1. Konsep Pemilihan Lokasi Terminal Pada Bab III dalam pembahasan mengenai pemilihan lokasi terminal telah diuraikan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu: a) Data primer Data primer atau data pokok ini merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa peranan transportasi memiliki posisi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS 2.1 Tinjauan Tentang Bus 2.1.1 Pengertian Bus a. bus adalah prasarana untuk angkutan jalan raya guna untuk mengatur kedatangan pemberangkatan pangkalannya kendaraan umum

Lebih terperinci

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Asal kata parkir dari park yang berarti taman, dan menurut Kamus Besar Indonesia sebagai tempat penyimpanan. Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Terminal Bis Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 1 Tahun 2000 Seri : C ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS Terminal Bus adalah tempat sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan operasionalnya. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal penumpang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Tabel 6.1 Program Redesain Terminal Terboyo KELOMPOK RUANG LUASAN Zona Parkir Bus AKDP-AKAP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Kelayakan Proyek Kemudahan terjadinya mobilisasi dengan menggunakan pesawat terbang saat ini sedang diupayakan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya

Lebih terperinci

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung RekaRacana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Januari 2016 Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung MOHD REZA FAHLEVI 1, SOFYAN TRIANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah transportasi darat yang menyangkut dengan masalah lalu lintas merupakan masalah yang sulit dipecahkan, baik di kota - kota besar maupun yang termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami perkembangan pada sektor ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah dan jenis kendaraan yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pada laporan tugas akhir dengan judul Fasilitas Primer Dan Sekunder Terminal Tipe A Leuwi (Novi Santika dan Rini Purwanti, 2009), terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, sehat mandiri, beriman, bertaqwa, berahlak mulia, cinta tanah air,

I. PENDAHULUAN. adalah Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, sehat mandiri, beriman, bertaqwa, berahlak mulia, cinta tanah air, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan nasional pada suatu wilayah dalam mencapai visi dan misinya di masa mendatang perlu didukung oleh tersedianya suatu sistem prasrana wilayah yang memadai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara, termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN TERMINAL PENUMPANG KECAMATAN RONGKOP KABUPATEN GUNUNGKIDUL

STUDI KELAYAKAN TERMINAL PENUMPANG KECAMATAN RONGKOP KABUPATEN GUNUNGKIDUL Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI KELAYAKAN TERMINAL PENUMPANG KECAMATAN RONGKOP KABUPATEN GUNUNGKIDUL Dewi Handayani Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Redesain Terminal Kartasura 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Redesain Terminal Kartasura 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Redesain Terminal Kartasura. Untuk dapat mengetahui pengertian judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA OPERASI TERMINAL BIS INDIHIANG TASIKMALAYA

EVALUASI KINERJA OPERASI TERMINAL BIS INDIHIANG TASIKMALAYA EVALUASI KINERJA OPERASI TERMINAL BIS INDIHIANG TASIKMALAYA IRFAN RUHIMAT NRP : 0221089 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 5

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci