DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang Mobil Bus Jumlah Berat yang Diperbolehkan Jumlah Berat Kombinasi yang Diperbolehkan Jumlah Berat yang Diizinkan Jumlah Berat Kombinasi yang Diizinkan Pelaksana Pengujian Laik Jalan Pengujian Kendaraan Bermotor Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor Perancangan area Pengujian Kendaraan Bermotor Dasar-dasar perencanaan bangunan fasilitas pengujian kendaraan bermotor Sirkulasi Kendaraan Standar Luas Fasilitas Penguian Kendaraan Bermotor Ketentuan teknis Contoh Ilustrasi Denah Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor Bibliografi dari 13

2 PRAKATA Standar Peralatan dan Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dalam membangun/menyediakan fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor, sehingga dihasilkan suatu Pengujian Kendaraan Bermotor dengan standar minimal yang cukup baik yang dapat memberikan pelayanan dengan kenyamanan yang cukup bagi pengguna jasa fasilitas pengujian kendaraan bermotor dan juga sebagai langkah dalam mewujudkan kelancaran dalam pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor dan memberikan pelayanannya maksimal bagi para pemilik kendaraan wajib uji. Standar ini dirumuskan oleh Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkerataapian, Badan Litbang Perhubungan, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2 dari 13

3 FASILITAS DAN PERALATAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR 1. Ruang lingkup Standar yang diatur dalam buku ini adalah peralatan pengujian, fasilitas utama,dan fasilitas penunjang yang harus disediakan sebagai bentuk pelayanan penyelenggara pengujian kendaraan bermotor terhadap pengguna fasilitas ini. Penetapan standar dalam buku ini dibuat untuk memberikan kenyamanan kepada calon pengguna jasa pengujian kendaraan bermotor dalam menggunakan fasilitas pengujian baik dalam kegiatan utamanya yaitu pengujian kendaraan maupun kegiatan penunjangnya. Standar peralatan dan fasilitas yang dimaksud adalah peralatan pengujian, fasilitas utama, dan fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor yang disediakan untuk pengguna fasilitas pengujian kendaraan bermotor. Peralatan pengujian kendaraan bermotor adalah alatalat yang digunakan untuk melakukan setiap jenis pengujian yang disyaratkan dalam pengujian berkala kendaraan bermotor, sedangkan fasilitas utama pengujian kendaraan bermotor merupakan fasilitas untuk kegiatan pelayanan secara langsung terhadap pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor, sedangkan fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang diperuntukkan bagi pelayanan pemilik/pengemudi kendaraan yang diuji yang tersedia di lingkungan fasilitas pengujian kendaraan bermotor. Didalam buku standar ini diatur ketentuan umum dan ketentuan teknis yang terkait dengan penyediaan fasilitas utama dan penunjang pengujian kendaraan bermotor. Jenis fasilitas pengujian kendaraan yang diatur dalam standar ini adalah fasilitas pengujian dengan lokasi tetap (non-portable). 2. Acuan normatif Buku standarisasi peralatan dan fasilitas pengujian kendaraan bermotor ini, merujuk pada acuan normatif sebagai berikut: 1) Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan; 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2012 tentang Kendaraan; 3) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 1993 tentang Persyaratan Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan, Karoseri, dan Bak Muatan serta Komponen-komponennya; 4) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor. 3. Definisi dan istilah 3.1 Kendaraan Bermotor Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. 3 dari 13

4 3.2 Mobil Penumpang Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. 3.3 Mobil Bus Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. 3.4 Jumlah Berat yang Diperbolehkan Berat maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangannya. 3.5 Jumlah Berat Kombinasi yang Diperbolehkan Berat maksimum rangkaian kendaraan bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangannya. 3.6 Jumlah Berat yang Diizinkan Berat maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui. 3.7 Jumlah Berat Kombinasi yang Diizinkan Berat maksimum rangkaian kendaraan bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui 3.8 Pelaksana Pengujian Unit pengujian berkala kendaraan bermotor yang diberi wewenang melaksanakan pengujian berkala kendaraan bermotor. 3.9 Laik Jalan Persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan di jalan 3.10 Pengujian Kendaraan Bermotor Serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan 4 dari 13

5 3.11 Pengujian berkala kendaraan bermotor Pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus. 4. Perancangan area Pengujian Kendaraan Bermotor Bentuk tata letak dasar dan fasilitas pada area pengujian kendaraan bermotor dijelaskan seperti dalam gambar dibawah ini. AREA PARKIR KENDARAAN BENGKEL BANGUNAN GEDUNG UNTUK GENERATOR SET, KOMPRESOR DAN GUDANG AREA PARKIR KENDARAAN RUANG PENGUJIAN AREA PRA UJI KENDARAAN RUANG FASILITAS PENUNJANG PKB KANTOR ADMINISTRASI PKB AREA ANTRIAN KENDARAAN SEBELUM DIUJI Gambar 1 Tata letak dasar fasilitas PKB Tata letak fasilitas pengujuan kendaraan bermotor sebagaimana disampaikan pada Gambar 1 untuk setiap lokasi dapat disesuaikan dengan kondisi aksesibilitas maupun penggunaan ruang yang ada. Sebagai panduan sebelum menyusun tata letak ini perlu didesain terlebih dahulu pengaturan sirkulasi arus ( flow-system) dari kendaraan yang akan diuji. Berdasarkan sistem sirkulasi tersebut dapat ditetapkan mengenai tata letak fasilitas yang tepat di mana keterkaitan antar sistem sirkulasi dapat dirancang secara terpadu dan tidak saling mengganggu. 5 dari 13

6 5. Dasar-dasar perencanaan bangunan fasilitas pengujian kendaraan bermotor Dasar-dasar perencanaan bangunan fasilitas pengujian kendaraan bermotor terdiri atas prasarana fasilitas utama dan fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor. Standar prasarana fasilitas utama pengujian kendaraan bermotor terdiri dari : a. Peralatan Pengujian; b. Bangunan beban kerja; c. Bangunan gedung untuk generator set, kompresor, dan gudang; d. Jalan keluar-masuk; e. Lapangan parkir; f. Bangunan gedung administrasi. Standar prasarana fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor antara lain terdiri dari : a. Kamar kecil/toilet b. Musholla c. Kios/kantin d. Ruang pengobatan e. Telepon umum f. Taman 6. Sirkulasi Kendaraan Sirkulasi kendaraan yang diuji di fasilitas pengujian kendaraan bermotor terbagi atas sirkulasi kendaraan secara umum dan sirkulasi kendaraan di ruang uji yang dapat dilihat dalam ilustrasi gambar-gambar berikut ini, Gambar 2 Alur Kendaraan di Lokasi Pengujian Kendaraan Bermotor 6 dari 13

7 Gambar 3 Alur Kendaraan di Lokasi Ruang Pengujian Kendaraan Bermotor 7. Standar Luas Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor Luas area dan bangunan fasilitas pengujian kendaraan bermotor didasarkan kepada jumlah kendaraan yang akan diuji per hari, selain standar luas, yang diatur juga standar jumlah jalur pengujian kendaraan bermotor dan luas area parkir. No Tabel 1 Standar Luas dan Jumlah Jalur Pengujian Kendaraan Bermotor Luas Luas Lapangan Keseluruhan (m 2 Parkir (m ) 2 ) Jumlah Kendaraan per hari Jumlah Jalur Uji minimal > dari 13

8 8. Ketentuan Teknis Ketentuan teknis peralatan pengujian kendaraan bermotor mencakup perencanaan teknis antara lain adalah sebagai berikut, Tabel 1 Ketentuan teknis peralatan pengujian kendaraan bermotor No Jenis peralatan pengujian Ketentuan teknis 1 Alat uji lampu kendaraan a. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari di fasilitas PKB, tersedia 1 (satu) alat uji lampu kendaraan b. Dapat mengukur lampu dengan spesifikasi : - Ukuran lampu = 50 cm s/d 130 cm - Kekuatan Cahaya = 0 s/d candela c. Dapat mengukur deviasi cahaya lampu dengan rentang jarak : - Deviasi Kiri dan Kanan : Kiri 2 o 30 Kanan 2 o 30 (Kiri 40cm/10m Kanan 40cm/10m) - Deviasi Atas Bawah : Atas 1 o 30 Bawah 2 o 30 (Atas 20cm/10m Bawah 40cm/10m) d. Dilengkapi dengan penunjuk digital 2 Alat uji emisi kendaraan a. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari di fasilitas PKB, minimal memiliki seperangkat alat uji emisi kendaraan, yang terdiri dari : - 1 (satu) alat uji emisi kendaraan berbahan bakar minyak diesel - 1 (satu) alat uji emisi kendaraan berbahan bakar bensin b. Minimal dapat mengukur kandungan CO, CO2, HC, O2 dalam asap kendaraan bermotor c. Dilengkapi dengan penunjuk digital 3 Alat uji rem a. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari di fasilitas PKB, minimal memiliki seperangkat alat uji rem kendaraan bermotor b. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 1 (satu) jalur pengujian dapat menguji rem kendaraan dengan beban minimal 15 ton c. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 2 (dua) jalur pengujian, dapat menggunakan peralatan pengujian rem dengan kapasitas beban minimal 10 ton untuk peralatan pengujian kedua d. Dilengkapi dengan penunjuk digital 4 Alat uji speedometer a. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari di fasilitas PKB, minimal memiliki seperangkat alat uji kecepatan kendaraan b. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 1 (satu) jalur pengujian dapat menguji kecepatan kendaraan dengan beban minimal 15 ton c. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 2 8 dari 13

9 No Jenis peralatan pengujian Ketentuan teknis (dua) jalur pengujian dapat menggunakan peralatan pengujian kecepatan kendaraan dengan beban minimal 10 ton untuk peralatan kedua d. Memiliki akurasi minimum 1 km/jam e. Dilengkapi dengan penunjuk digital 5 Alat uji suspensi a. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari di fasilitas PKB, minimal memiliki seperangkat alat uji suspensi b. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 1 (satu) jalur pengujian dapat menguji suspensi kendaraan dengan beban minimal 15 ton c. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 2 (dua) jalur pengujian dapat menggunakan peralatan pengujian suspensi kendaraan dengan beban minimal 10 ton untuk peralatan kedua d. Dapat menguji suspensi dengan rentang jarak minimal mm e. Dilengkapi dengan penunjuk digital 6 Alat pengukur berat a. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari di fasilitas PKB, minimal memiliki seperangkat alat pengukur berat b. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 1 (satu) jalur pengujian dapat menguji beban kendaraan dengan beban minimal 15 ton c. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 2 (dua) jalur pengujian dapat menggunakan peralatan pengujian beban kendaraan dengan beban minimal 10 ton untuk peralatan kedua d. Dilengkapi dengan penunjuk digital 7 Alat uji kincup roda depan a. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari di fasilitas PKB, minimal memiliki seperangkat alat uji kincup roda depan b. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 1 (satu) jalur pengujian dapat menguji kincup roda depan kendaraan dengan beban minimal 15 ton c. Fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan 2 (dua) jalur pengujian dapat menggunakan peralatan pengujian kincup roda depan kendaraan dengan beban minimal 10 ton untuk peralatan kedua d. Dapat mengukur deviasi hingga 10 mm/m e. Resolusi minimal 0,5 mm/m f. Dilengkapi dengan penunjuk digital 8 Alat pengukur suara a. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari di fasilitas PKB, minimal memiliki seperangkat alat pengukur suara b. Dapat mengukur suara dengan frekuensi antara 63Hz 10kHz 9 dari 13

10 No Jenis peralatan pengujian Ketentuan teknis c. Dapat mengukur suara dengan rentang dinamis 80dB-120dB d. Dilengkapi dengan penunjuk digital Ketentuan teknis fasilitas utama pengujian kendaraan bermotor untuk fasilitas diluar alat pengujian mencakup perencanaan teknis fasilitas yang antara lain adalah sebagai berikut, Tabel 2 Ketentuan teknis fasilitas utama pengujian kendaraan bermotor No Jenis fasilitas utama Ketentuan teknis 1 Bangunan beban kerja a. Dalam 1 bangunan beban kerja terdapat minimal 1 (satu) jalur pengujian kendaraan bermotor untuk beban kendaraan 15 ton b. Untuk bangunan beban kerja dengan 2 (dua) jalur pengujian kendaraan bermotor, dapat menggunakan jalur pengujian kendaraan bermotor untuk beban kendaraan 10 ton untuk jalur kedua c. Setiap 50 kendaraan yang diuji per hari minimal tersedia 1 (satu) jalur pengujian kendaraan d. Lebar jalur masuk, jalur utama, dan jalur keluar untuk pengujian kendaraan di bangunan beban kerja minimal adalah 5 meter. e. Bangunan beban kerja dilengkapi dengan atap dengan ketinggian minimum 10 meter 2 Bangunan gedung a. Tersedia ruangan untuk penempatan generator set dengan ukuran minimum 20 m 2 untuk tiap 1 (satu) jalur pengujian b. Tersedia ruangan untuk penempatan komporesor dengan ukuran minimum 8 m 2 untuk tiap 1 (satu) jalur pengujian c. Tersedia ruangan gudang untuk penempatan peralatan pengujian dengan ukuran minimum 40 m 2 untuk tiap 1 (satu) jalur pengujian. 3 Jalan Keluar Masuk a. Jalan Keluar Harus Berbeda dengan Jalan Masuk b. Lebar Jalan Masuk minimum adalah 5 meter c. Lebar Jalan Keluar minimum adalah 5 meter 4 Lapangan Parkir a. Untuk pengujian kendaraan 1 jalur, minimal tersedia lapangan parkir untuk 50 kendaraan dengan ukuran tiap 1 (satu) petak parkir minimal 40 m 2 per kendaraan b. Untuk pengujian kendaraan 2 jalur, minimal tersedia lapangan parkir untuk 100 kendaraan dengan ukuran tiap 1 (satu) petak parkir minimal 40 m 2 per kendaraan 5 Bangunan Gedung Administrasi a. Untuk pengujian kendaraan 1 jalur, minimal tersedia bangunan gedung administrasi seluas 10 dari 13

11 No Jenis fasilitas utama Ketentuan teknis minimum 50 m 2, dengan didalamnya terdapat 30 m 2 untuk ruang tunggu. b. Untuk pengujian kendaraan 2 jalur, minimal tersedia bangunan gedung administrasi seluas minimum 80 m 2, dengan didalamnya terdapat 45 m 2 untuk ruang tunggu. Sedangkan ketentuan teknis fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor adalah sebagai berikut Tabel 3 Ketentuan teknis fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor No Jenis fasilitas penunjang Ketentuan teknis 1 kamar kecil/toilet a. Kamar kecil digunakan untuk pemilik kendaraan, dan petugas penguji b. Kamar kecil tersedia di bangunan gedung, dan di dalam bangunan beban kerja. c. Jumlah kamar kecil yang disediakan minimal 1 buah di bangunan gedung administrasi, dan 1 buah di bangunan beban kerja 2 ruang ibadah a. Ruang ibadah ditempatkan di dekat bangunan gedung administrasi b. Luas ruang ibadah minimal disediakan 10 m 2 3 kios/kantin a. Lokasi kios/kantin berada di dekat bangunan gedung administrasi dan di dekat lapangan parkir b. Jumlah dan luasan kios/kantin yang disediakan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan lahan 4 ruang pengobatan a. Ruang pengobatan disediakan bagi pengguna pengujian kendaraan bermotor yang membutuhan perawatan/pengobatan b. Ruang pengobatan ditempatkan di antara bangunan gedung administrasi bangunan beban kerja 5 telepon umum a. Telepon umum ditempatkan di dekat bangunan gedung administrasi b. Jumlah telepon umum yang disediakan minimal 1 telepon umum per 50 kendaraan diuji per hari 6 taman a. Lokasi taman dapat ditempatkan secara tersebar atau terkumpul sesuai dengan tata letak dan ketersediaan lahan b. Luas taman minimal 25% dari total luas fasilitas pengujian kendaraan bermotor 11 dari 13

12 9. Contoh Ilustrasi Denah Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor Pada bagian ini disampaikan ilustrasi denah fasilitas pengujian kendaraan bermotor, baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor Keterangan : 1. Ruang Tunggu 2. Ruang Retribusi dan Pendaftaran 3. Ruang Penyelia 4. Ruang Administrasi Teknis 5. Toilet 6. Ruang Ibadah 7. Kantin 8. Ruang Kartu induk 9. Ruang Genset 10. Ruang Bengkel 11. Lapangan Parkir Gambar 3 Denah Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor 12 dari 13

13 Bibliografi 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tahun Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, Jalan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tahun Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tahun Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Kendaraan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tahun Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 Tahun 1993, Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor. Departemen Perhubungan, tahun Pedoman Jalan Nomor 038/TBM/1997 Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, tahun Neufert, Peter and Ernst. Architects Data Third Edition. Malden : Blackwell Science, year dari 13

14 DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Terminal Penumpang Terminal Penumpang tipe A Jalur Pemberangkatan Kendaraan Umum Jalur Kedatangan Kendaraan Umum Tempat Tunggu Kendaraan Umum Tempat Istirahat Kendaraan Tempat Tunggu Penumpang Perancangan Area Terminal Dasar-Dasar perencanaan bangunan terminal penumpang Jenis fasilitas di terminal penumpang tipe A Aksesibilitas lokasi terminal penumpang tipe A Persyaratan umum kinerja fasilitas terminal penumpang tipe A Sirkulasi Penumpang Sirkulasi penumpang berangkat Sirkulasi penumpang datang Ketentuan Teknis Standar Luas Terminal Penumpang Tipe A Kelengkapan Ruang dan Fasilitas Ketentuan teknis fasilitas utama terminal penumpang tipe A Ketentuan teknis fasilitas pendukung terminal penumpang tipe A Contoh Ilustrasi Denah Terminal Penumpang Tipe A Bibliografi dari 15

15 PRAKATA Standar fasilitas Terminal penumpang Tipe A disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dalam membangun/menyediakan fasilitas terminal penumpang bus tipe A, sehingga dihasilkan suatu terminal penumpang tipe A dengan standar minimal yang cukup baik yang dapat memberikan pelayanan dengan kenyamanan yang cukup bagi pengguna jasa transportasi darat dan juga sebagai langkah dalam mewujudkan arus transportasi yang lancar dan sistem transportasi yang terpadu. Standar ini dirumuskan oleh Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkerataapian, Badan Litbang Perhubungan, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2 dari 15

16 FASILITAS TERMINAL PENUMPANG TIPE A 1. Ruang Lingkup Standard yang diatur dalam buku ini adalah fasilitas pada Terminal Penumpang Tipe A yang harus disediakan sebagai bentuk pelayanan penyelenggara transportasi terhadap penguna terminal baik penumpang bus, awak bus, petugas, dan penjemput. Penetapan standar dalam buku ini dibuat untuk memberikan keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan bagi pengguna terminal. Fasilitas terminal yang dimaksud adalah fasilitas utama dan fasilitas penunjang yang disediakan untuk pengguna terminal dalam melaksanakan kegiatannya masing-masing di dalam lokasi terminal, baik berkaitan dengan kegiatan transportasi maupun non-transportasi sesuai peraturan yang berlaku. Di dalam buku standar ini diatur ketentuan umum dan ketentuan teknis yang terkait dengan penyediaan fasilitas terminal penumpang tipe A yang merupakan terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. 2. Acuan normatif Buku standardisasi fasilitas terminal penumpang tipe A ini merujuk pada acuan normatif sebagai berikut: 1) Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan 2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan 3) Kepmenhub Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan 4) Kepdirjenhubdat Nomor 271/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum 3. Definisi dan istilah 3.1 Terminal penumpang Prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum 3.2 Terminal penumpang tipe A Terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan 3 dari 15

17 3.3 Jalur Pemberangkatan Kendaraan Umum Pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang 3.4 Jalur Kedatangan Kendaraan Umum Pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang 3.5 Tempat Tunggu Kendaraan Umum Pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menunggu dan siap menuju jalur pemberangkatan 3.6 Tempat Istirahat Kendaraan Pelataran di dalam terminal yang disediakan bagi mobil bus dan mobil barang untuk beristirahat sementara dan membersihkan kendaraan sebelum melakukan perjalanan 3.7 Tempat tunggu penumpang Bangunan berupa ruang tunggu di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi penumpang yang akan melakukan perjalanan 4. Perancangan Area Terminal Bentuk zoning dasar dan fasilitas pada area terminal secara umum direkomendasikan sebagaimana pada gambar-gambar berikut, Gambar 1. Gambar 1 Tata letak terminal penumpang tipe A 4 dari 15

18 Tata letak terminal tipe A sebagaimana disampaikan pada Gambar 1 untuk setiap lokasi dapat disesuaikan dengan kondisi aksesibilitas maupun penggunaan ruang yang ada. Sebagai panduan sebelum menyusun tata letak ini perlu didesain terlebih dahulu pengaturan sirkulasi arus ( flow-system) dari kendaraan bus, penumpang, dan juga kendaraan pengantar. Berdasarkan sistem sirkulasi tersebut dapat ditetapkan mengenai tata letak fasilitas yang tepat di mana keterkaitan antar sistem sirkulasi dapat dirancang secara terpadu dan tidak saling mengganggu. 5. Dasar-dasar perencanaan bangunan terminal penumpang 5.1 Jenis fasilitas di terminal penumpang tipe A Jenis fasilitas pokok dan fasilitas penunjang yang disediakan di terminal penumpang tipe A adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 1. Fasilitas utama disediakan di setiap terminal penumpang tipe A, sedangkan fasilitas penunjang disediakan sesuai kebutuhan. Tabel 1 Jenis fasilitas utama dan fasilitas penunjang di terminal penumpang tipe A Fasilitas utama terminal tipe A Fasilitas penunjang terminal tipe A 1. jalur pemberangkatan kendaraan umum 1. kamar kecil/toilet 2. jalur kedatangan kendaraan umum 2. ruang ibadah 3. tempat parkir kendaraan umum 3. kios/kantin 4. bangunan kantor terminal 4. ruang pengobatan 5. tempat tunggu penumpang dan/atau 5. ruang informasi dan pengaduan pengantar 6. telepon umum 6. menara pengawas 7. tempat penitipan barang 7. loket penjualan karcis 8. alat pemadam kebakaran 8. rambu-rambu dan papan informasi 9. ruang menyusui 9. tarif dan jadual perjalanan 10. fasilitas penyandang cacat 10. pelataran parkir kendaraan pengantar 11. taman 11. tempat naik turun penumpang 5.2 Aksesibilitas lokasi terminal penumpang tipe A Terminal tipe A harus memenuhi kriteria aksesibilitas lokasi terminal sebagai berikut: 1) Harus mengakses langsung ke jalan arteri primer dengan kelas jalan minimum IIIA; 2) Jarak terjauh dari pusat kota yang dilayani adalah 3 kilometer; 3) Harus tersedia trayek pelayanan angkutan perkotaan dan/atau angkutan perdesaan menuju wilayah perkotaan yang dilayani dengan waktu operasional setiap hari minimal 18 jam; 5 dari 15

19 5.3 Persyaratan umum kinerja fasilitas terminal penumpang tipe A Setiap jenis fasilitas pada terminal tipe A harus dirancang untuk dapat mendukung kinerja terminal pada kondisi maksimum (ultimate) dengan ketentuan bahwa: 1) Terminal Tipe A berdasarkan kelas pelayanannya terbagi kedalam kelas terminal tipe A1, tipe A2, dan tipe A3. Klasifikasi terminal tipe A didasarkan pada penilaian atas kriteria tingkat permintaan angkutan, keterpaduan pelayanan angkutan, jenis pelayanan angkutan, dan fasilitas utama serta fasilitas penunjang terminal. 2) Terminal Tipe A minimal harus melayani jenis trayek angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan dapat melayani jenis trayek angkutan antar negara, trayek angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), trayek perkotaan, maupun trayek perdesaan dengan menyediakan jalur pemberangkatan/jalur kedatangan pada lokasi yang terpisah; 3) Dapat menyediakan kapasitas pemberangkatan/jalur kedatangan serta ruang tunggu penumpang dalam kondisi lalu lintas kendaraan bus atau penumpang yang tertinggi tanpa mengurangi standar keselamatan dan kenyamanan; 4) Dapat memberikan kenyamanan dalam hal ini jumlah dan kondisi fasilitas penunjang yang memudahkan pengguna untuk melakukan kegiatan/kebutuhan pribadinya selama di dalam area terminal; 5) Memungkinkan bagi petugas terminal untuk melakukan penjadualan dan pengaturan keberangkatan kendaraan bus dalam rangka manajemen penyelenggaraan pelayanan bus; serta 6) Menyediakan pelayanan terminal sepanjang waktu operasional yang ditetapkan di mana setiap fasilitas terminal tetap tersedia dan beroperasi sebagaimana mestinya. 7) Berdasarkan ketersediaan fasilitasnya baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang, terminal tipe A dapat memiliki ketersediaan fasilitas secara minimal maupun ketersediaan fasilitas secara lengkap. 8) Terminal penumpang tipe A yang memiliki fasilitas utama lengkap adalah terminal penumpang tipe A yang menyediakan seluruh fasilitas sebagaimana disebutkan pada Tabel 1. 9) Terminal Penumpang Tipe A memiliki fasilitas utama secara minimal terdiri dari : a. jalur keberangkatan kendaraan umum b. jalur kedatangan kendaraan umum c. tempat naik turun penumpang d. tempat parkir kendaraan e. papan informasi f. bangunan kantor terminal g. loket penjualan karcis 10) Terminal Penumpang Tipe A memiliki fasilitas penunjang secara minimal terdiri dari: a. fasilitas penyandang cacat b. ruang menyusui c. tolilet/kamar kecil d. fasilitas kesehatan e. fasilitas ibadah f. alat pemadam kebakaran 6 dari 15

20 6. Sirkulasi penumpang 6.1. Sirkulasi penumpang berangkat Sirkulasi penumpang berangkat dan pergerakan bus mengikuti arah seperti yang dijelaskan dalam gambar 2, dengan ketentuan pergerakan antara penumpang dan bus tidak saling mengganggu, Gambar 2 Sirkualsi Penumpang Berangkat 7 dari 15

21 6.2. Sirkulasi penumpang datang Sirkulasi penumpang datang dan pergerakan bus mengikuti arah seperti yang dijelaskan dalam gambar 3 dengan ketentuan pergerakan antara penumpang dan bus tidak saling mengganggu, 7. Standar luas terminal penumpang tipe A Gambar 3 Sirkulasi Penumpang Datang Luas bangunan terminal penumpang didasarkan pada jumlah pelayanan penumpang per hari dan detailnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut, Tabel 2 Standar Luas terminal tipe A No Jumlah Penumpang/hari Standar luas minimum (m 2 ) 1 > dari 15

22 8. Kelengkapan ruang dan fasilitas Jenis, luas, jumlah, dan kelengkapan dari bangunan terminal penumpang disesuaikan dengan kelas pelayanan terminal penumpang yang terbagi kedalam 2 (dua) jenis pelayanan fasilitas yaitu fasilitas utama dan fasilitas penunjang. 8.1 Ketentuan teknis fasilitas utama terminal penumpang tipe A Pada Tabel 3 disampaikan ketentuan teknis untuk setiap jenis fasilitas utama yang akan disediakan oleh tiap-tiap pengelola terminal yang bersangkutan di terminal tipe A sesuai dengan kebutuhan pelayanan terminal tipe A. Tabel 3 Ketentuan teknis fasilitas utama terminal tipe A No Jenis fasilitas utama Ketentuan teknis 1 jalur pemberangkatan kendaraan umum a. Disediakan minimal 1 jalur pemberangkatan per 100 kendaraan umum per hari untuk setiap jenis pelayanan angkutan (AKAP, AKDP, Perkotaan/Perdesaan) b. Lebar jalur pemberangkatan kendaraan umum minimal 4,5 meter dihitung dari kerb/peninggian untuk peron/ruang tunggu penumpang atau dari 2 jalur kedatangan kendaraan umum kerb/peninggian untuk jalur lainnya. a. Disediakan minimal 1 jalur kedatangan per 450 kendaraan umum per hari untuk setiap jenis pelayanan angkutan (AKAP, AKDP, Perkotaan/Perdesaan) b. Lebar jalur kedatangan kendaraan umum minimal 4,5 meter dihitung dari kerb/peninggian untuk peron/ruang tunggu penumpang atau dari kerb/peninggian untuk jalur lainnya. 3 tempat parkir kendaraan umum a. Tempat parkir kendaraan umum diperlukan bagi terminal tipe A yang melayani lebih dari 100 kendaraan umum per hari atau hanya disediakan apabila diperlukan b. Lokasi tempat parkir kendaraan umum berdekatan dengan jalur kedatangan/keberangkatan kendaraan umum c. Jumlah tempat parkir kendaraan umum yang disediakan minimal sebanyak 1 petak parkir untuk setiap 10 kendaraan umum yang dilayani d. Luas setiap petak parkir kendaraan umum yang disediakan minimal 42,5 m 2 per SRP Bus 4 bangunan kantor terminal a. Bangunan kantor terminal digunakan untuk aktivitas petugas terminal dalam melakukan administrasi dan pengawasan operasional terminal b. Lokasi bangunan kantor terminal sebaiknya diletakkan sedekat mungkin dengan dan/atau diantara pintu masuk/pintu keluar kendaraan bus 9 dari 15

23 Tabel 3 Ketentuan teknis fasilitas utama terminal tipe A No Jenis fasilitas utama Ketentuan teknis dari terminal c. Luas bangunan kantor terminal tipe A minimal 40 m 2 atau 4m 2 per petugas yang mencakup ruang kepala terminal, ruang staff, ruang rapat, ruang tunggu/display, serta toilet 5 tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar a. Tempat tunggu penumpang/pengantar digunakan untuk menunggu kedatangan atau keberangkatan kendaraan umum b. Lokasi tempat tunggu penumpang/pengantar sebaiknya di sebelah kanan/kiri dari jalur kedatangan/ keberangkatan kendaraan umum c. Luas lokasi tempat tunggu penumpang/pengantar minimal disediakan sebanyak 1m 2 untuk setiap 100 kedatangan/keberangkatan penumpang per hari 6 menara pengawas a. Menara pengawas digunakan untuk petugas melakukan pengawasan terhadap kelancaran, keselamatan, dan keamanan operasional terminal b. Lokasi menara pengawas sebaiknya berada di pojok kiri depan dan/atau kanan depan dari lokasi teminal yang memiliki area pandangan minimal 180 derajat tanpa adanya halangan c. Ketinggian menara pengawas terminal penumpang tipe A diperhitungkan dari luas terminal dengan perhitungan adalah (jarak terjauh dari titik tengah terminal)/(15 meter) 7 loket penjualan karcis a. Loket penjualan karcis digunakan bagi petugas/agen bus untuk melakukan penjualan dan pemesanan karcis/tiket bus b. Lokasi loket penjualan karcis sebaiknya berada di dekat dengan jalur pejalan kaki/jalur penumpang keluar/masuk lokasi terminal c. Jumlah loket penjualan karcis minimal 1 loket untuk setiap kedatangan/keberangkatan 600 penumpang/hari d. Luas minimal setiap loket penjualan karcis adalah 2 m 2 8 rambu-rambu dan papan informasi a. Rambu-rambu dan papan informasi harus disediakan di lokasi terminal untuk mengatur pergerakan kendaraan dan lalu lintas penumpang serta memberikan informasi pelayanan kepada para penumpang b. Jenis rambu dan papan informasi yang disediakan serta penempatan lokasinya tergantung dari tata letak terminal c. Ketentuan mengenai ukuran, warna, dan simbol yang digunakan dalam perambuan mengikuti 10 dari 15

24 Tabel 3 Ketentuan teknis fasilitas utama terminal tipe A No Jenis fasilitas utama Ketentuan teknis ketentuan dalam peraturan menteri perhubungan tentang rambu dan marka jalan 9 tarif dan jadual perjalanan a. Informasi mengenai tarif dan jadual perjalanan wajib disediakan untuk memberikan informasi yang jelas dan transparan kepada calon penumpang mengenai pelayanan bus yang disediakan b. Tabel tarif dan jadual perjalanan minimal harus disediakan di ruang tunggu penumpang dan kantor terminal c. Ukuran papan informasi tarif dan jadual perjalanan minimal adalah 1,5 x 2,5 meter 10 pelataran parkir kendaraan pengantar a. Pelataran parkir kendaraan pengantar digunakan untuk pergerakan serta parkir bagi kendaraan para pengantar/penjemput dan jika diperlukan untuk parkir inap/harian dari pengguna terminal b. Lokasi pelataran parkir kendaraan pengantar sebaiknya dibagian depan dari kawasan terminal dan dipisahkan dengan bagian sirkulasi kendaraan umum c. Luas lokasi pelataran parkir yang disediakan minimal 1 satuan ruang parkir (SRP) untuk 100 orang penumpang yang dilayani d. Luas petak parkir/satuan ruang parkir kendaraan mobil penumpang adalah 2,5 x 5 meter dan 0,75 x 2 meter untuk sepeda motor 8.2 Ketentuan teknis fasilitas penunjang terminal penumpang tipe A Pada Tabel 4 disampaikan ketentuan teknis untuk setiap jenis fasilitas penunjang yang akan disediakan oleh tiap-tiap pengelola terminal yang bersangkutan di terminal tipe A sesuai kebutuhan pelayanan terminal tipe A. Tabel 4 Ketentuan teknis fasilitas penunjang terminal tipe A No Jenis fasilitas penunjang Ketentuan teknis 1 kamar kecil/toilet a. Kamar kecil digunakan untuk penumpang, petugas terminal, awak kendaraan, serta pihak lain yang menggunakan terminal b. Lokasi kamar kecil sebaiknya berada di dekat ruang tunggu penumpang/penjemput c. Jumlah kamar kecil yang disediakan minimal 1 buah (2 m 2 ) untuk sebanyak 500 penumpang/hari 2 musholla a. Musholla disediakan untuk tempat ibadah umat agama islam yang harus melakukan sholat selama di dalam lokasi terminal b. Lokasi musholla sebaiknya berada di dekat ruang 11 dari 15

25 Tabel 4 Ketentuan teknis fasilitas penunjang terminal tipe A No Jenis fasilitas penunjang Ketentuan teknis tunggu penumpang/penjemput c. Luas musholla minimal disediakan 2 m 2 untuk setiap penumpang/hari 3 kios/kantin a. Kios/kantin digunakan disediakan bagi pengguna terminal untuk membutuhkan pelayanan makanan, minuman, obat-obatan, dan barang keperluan lainnya b. Lokasi kios/kantin sebaiknya berada di dekat ruang tunggu penumpang/penjemput c. Jumlah dan luasan kios/kantin yang disediakan minimal 4 m 2 untuk setiap 750 penumpang/hari 4 ruang pengobatan a. Ruang pengobatan disediakan bagi pengguna terminal yang membutuhan perawatan/pengobatan b. Lokasi ruang pengobatan sebaiknya berada di dekat ruang tunggu penumpang/penjemput c. Untuk setiap terminal minimal disediakan 4 m 2 untuk setiap penumpang/hari 5 ruang informasi dan pengaduan a. Ruang informasi dan pengaduan disediakan untuk melayani pengaduan dan menyediakan informasi bagi pengguna terminal b. Lokasi ruang informasi dan pengaduan sebaiknya disatukan dengan bangunan kantor terminal c. Luas ruang informasi dan pengaduan yang disediakan minimal 4 m 2 untuk setiap 750 penumpang/hari 6 telepon umum a. Telepon umum disediakan bagi pengguna terminal yang membutuhkan jalur komunikasi umum b. Telepon umum sebaiknya ditempatkan di dekat ruang tunggu penumpang/penjemput c. Jumlah telepon umum yang disediakan minimal 1 telepon umum per penumpang/hari 7 tempat penitipan barang a. Tempat penitipan barang disediakan bagi pengguna terminal yang membutuhkan jasa penitipan barang b. Lokasi tempat penitipan barang sebaiknya ditempatkan di dekat ruang tunggu penumpang/penjemput c. Luas tempat penitipan barang minimal 1 tempat penitipan untuk setiap penumpang/hari yang dilengkapi dengan loket dan ruang tertutup untuk penyimpanan barang 8 taman a. Taman disediakan sebagai ruang terbuka hijau di dalam kawasan terminal b. Lokasi taman dapat ditempatkan secara tersebar atau terkumpul sesuai dengan tata letak dan ketersediaan lahan c. Luas taman minimal 30% dari total luas areal terminal 12 dari 15

26 Tabel 4 Ketentuan teknis fasilitas penunjang terminal tipe A No Jenis fasilitas penunjang Ketentuan teknis 9 ruang menyusui a. Ruang menyusui disediakan bagi ibu-ibu untuk menyusui anaknya b. Lokasi ruang menyusui berada di kawasan ruang tunggu penumpang c. Ruang menyusui berukuran minimal 4 m 2 untuk setiap 750 penumpang/hari dengan dinding tertutup dan menggunakan pintu 10 fasilitas penyandang cacat a. Fasilitas penyandang cacat disediakan pengguna terminal penumpang dengan kebutuhan khusus b. Fasilitas penyandang cacat minimal disediakan kursi roda, toilet khusus, tangga khusus, lift khusus, ruang tunggu khusus, jalur khusus, dan fasilitas khusus untuk naik turun kendaraan c. Fasilitas bagi penyandang cacat dapat diberikan dengan tambahan bantuan petugas pelayanan khusus d. Fasilitas penyandang cacat tambahan dapat disesuaikan dengan kebutuhan 9. Contoh Ilustrasi Denah Terminal Penumpang Tipe A Contoh ilustrasi denah terminal penumpang Tipe A terdiri dari contoh ilustrasi untuk terminal penumpang tipe A dengan fasilitas lengkap, dan terminal penumpang tipe A dengan fasilitas minimum. Gambar 4 Ilustrasi Terminal Penumpang Tipe A dengan ketersediaan fasilitas lengkap 13 dari 15

27 C J A C C K A F B D H Jalur AKAP Jalur AKDP M G L I KETERANGAN : A : Jalur Kedatangan Bus/Menurunkan Penumpang B : Ruang Tunggu Penumpang C : Jalur Keberangkatan Bus D : Loket Terminal E : Jalur Masuk Angkutan Kota/Bus Kota/Taksi F : Jalur Masuk Kendaraan Pribadi G : Gedung Kantor Terminal H : Papan Informasi dan Pengaduan I : Pos Kesehatan J : Toilet K : Fasilitas Ibadah L : Pos Polisi M : Parkir Kendaraan E Gambar 5 Ilustrasi Terminal Penumpang Tipe A dengan ketersediaan fasilitas minimum 14 dari 15

28 Bibliografi 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tahun Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, Jalan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tahun Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tahun Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995, Terminal Transportasi Jalan, Departemen Perhubungan, tahun Pedoman Jalan Nomor 038/TBM/1997 Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, tahun Neufert, Peter and Ernst. Architects Data Third Edition. Malden : Blackwell Science, year dari 15

29 DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Terminal Penumpang Terminal Penumpang tipe B Jalur Pemberangkatan Kendaraan Umum Jalur Kedatangan Kendaraan Umum Tempat Tunggu Kendaraan Umum Tempat Istirahat Kendaraan Tempat Tunggu Penumpang Perancangan Area Terminal Dasar-Dasar perencanaan bangunan terminal penumpang Jenis fasilitas di terminal penumpang tipe B Aksesibilitas lokasi terminal penumpang tipeb Persyaratan umum kinerja fasilitas terminal penumpang tipe B Sirkulasi Penumpang Sirkulasi penumpang berangkat Sirkulasi penumpang datang Ketentuan Teknis Standar Luas Terminal Penumpang Tipe B Kelengkapan Ruang dan Fasilitas Ketentuan teknis fasilitas utama terminal penumpang tipe B Ketentuan teknis fasilitas pendukung terminal penumpang tipe B Contoh Ilustrasi Denah Terminal Penumpang Tipe B Bibliografi dari 15

30 PRAKATA Standar Terminal penumpang Tipe B disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dalam membangun/menyediakan fasilitas terminal penumpang bus tipe B, sehingga dihasilkan suatu terminal penumpang tipe B dengan standar minimal yang cukup baik yang dapat memberikan pelayanan dengan kenyamanan yang cukup bagi pengguna jasa transportasi darat dan juga sebagai langkah dalam mewujudkan arus transportasi yang lancar dan sistem transportasi yang terpadu. Standar ini dirumuskan oleh Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkerataapian, Badan Litbang Perhubungan, Kementerian Perhubungan eepublik Indonesia. 2 dari 15

31 FASILITAS TERMINAL PENUMPANG TIPE B 1. Ruang Lingkup Standard yang diatur dalam buku ini adalah fasilitas pada Terminal Penumpang Tipe B yang harus disediakan sebagai bentuk pelayanan penyelenggara transportasi terhadap penguna terminal baik penumpang, awak bus, petugas, dan penjemput. Penetapan standar dalam buku ini dibuat untuk memberikan keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan bagi pengguna terminal. Fasilitas terminal yang dimaksud adalah fasilitas utama dan fasilitas penunjang yang disediakan untuk pengguna terminal dalam melaksanakan kegiatannya masing-masing di dalam lokasi terminal, baik berkaitan dengan kegiatan transportasi maupun non-transportasi sesuai peraturan yang berlaku. Di dalam buku standar ini diatur ketentuan umum dan ketentuan teknis yang terkait dengan penyediaan fasilitas terminal penumpang tipe B yang merupakan terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. 2. Acuan normatif Buku standardisasi fasilitas terminal penumpang tipe B ini merujuk pada acuan normatif sebagai berikut: 1) Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan 2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan 3) Kepmenhub Nomor 31 Tahun 1995 tentang terminal transportasi jalan 4) Kepdirjenhubdat Nomor 271/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum 3. Definisi dan istilah 3.1 Terminal penumpang Prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum 3.2 Terminal penumpang tipe B Terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi dan/atau, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan 3.3 Jalur Pemberangkatan Kendaraan Umum Pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang 3 dari 15

32 3.4 Jalur Kedatangan Kendaraan Umum Pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang 3.5 Tempat Tunggu Kendaraan Umum Pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menunggu dan siap menuju jalur pemberangkatan 3.6 Tempat Istirahat Kendaraan Pelataran di dalam terminal yang disediakan bagi mobil bus dan mobil barang untuk beristirahat sementara dan membersihkan kendaraan sebelum melakukan perjalanan 3.7 Tempat tunggu penumpang Bangunan berupa ruang tunggu di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi penumpang yang akan melakukan perjalanan 4. Perancangan Area Terminal Bentuk zoning dasar dan fasilitas pada area terminal secara umum direkomendasikan sebagaimana pada gambar-gambar berikut, Gambar 1. Gambar 1 Tata letak terminal penumpang tipe B Tata letak terminal tipe B sebagaimana disampaikan pada Gambar 1 untuk setiap lokasi dapat disesuaikan dengan kondisi aksesibilitas maupun penggunaan ruang yang ada. Sebagai panduan sebelum menyusun tata letak ini perlu didesain terlebih dahulu pengaturan sirkulasi 4 dari 15

33 arus ( flow-system) dari kendaraan bus, penumpang, dan juga kendaraan pengantar. Berdasarkan sistem sirkulasi tersebut dapat ditetapkan mengenai tata letak fasilitas yang tepat di mana keterkaitan antar sistem sirkulasi dapat dirancang secara terpadu dan tidak saling mengganggu. 5. Dasar-dasar perencanaan bangunan terminal penumpang 5.1 Jenis fasilitas di terminal penumpang tipe B Jenis fasilitas pokok dan fasilitas penunjang yang harus disediakan di terminal penumpang tipe B adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 1. Fasilitas utama wajib disediakan di setiap terminal penumpang tipe B, sedangkan fasilitas penunjang disediakan sesuai kebutuhan. Tabel 1 Jenis fasilitas pokok dan fasilitas penunjang di terminal penumpang tipe B Fasilitas utama terminal tipe B Fasilitas penunjang terminal tipe B 1. jalur pemberangkatan kendaraan umum 1. kamar kecil/toilet 2. jalur kedatangan kendaraan umum 2. musholla 3. tempat parkir kendaraan umum 3. kios/kantin 4. bangunan kantor terminal 4. ruang pengobatan 5. tempat tunggu penumpang dan/atau 5. ruang informasi dan pengaduan pengantar 6. telepon umum 6. menara pengawas 7. tempat penitipan barang 7. loket penjualan karcis 8. alat pemadam kebakaran 8. rambu-rambu dan papan informasi 9. ruang menyusui 9. tarif dan jadual perjalanan 10. fasilitas penyandang cacat 10. pelataran parkir kendaraan pengantar 11. taman 11. tempat naik turun penumpang 5.2 Aksesibilitas lokasi terminal penumpang tipe B Terminal tipe B harus memenuhi kriteria aksesibilitas lokasi terminal sebagai berikut: 1) Harus mengakses langsung ke jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan minimum IIIB; 2) Jarak terjauh dari pusat kota yang dilayani adalah 1 kilometer; 3) Harus tersedia trayek pelayanan angkutan perkotaan dan/atau angkutan perdesaan menuju wilayah perkotaan yang dilayani dengan waktu operasional setiap hari minimal 15 jam; 5 dari 15

34 5.3 Persyaratan umum kinerja fasilitas terminal penumpang tipe B Setiap jenis fasilitas pada terminal tipe B harus dirancang untuk dapat mendukung kinerja terminal pada kondisi maksimum (ultimate) dengan ketentuan bahwa: 1) Terminal Tipe B berdasarkan kelas pelayanannya terbagi kedalam kelas terminal tipe B1, tipe B2, dan tipe B3. Klasifikasi terminal tipe B didasarkan pada penilaian atas kriteria tingkat permintaan angkutan, keterpaduan pelayanan angkutan, jenis pelayanan angkutan, dan fasilitas utama serta fasilitas penunjang terminal. 2) Terminal Tipe B minimal harus melayani jenis trayek angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), dan dapat melayani trayek perkotaan, maupun trayek perdesaan dengan menyediakan jalur pemberangkatan/jalur kedatangan pada lokasi yang terpisah; 3) Dapat menyediakan kapasitas pemberangkatan/jalur kedatangan serta ruang tunggu penumpang dalam kondisi lalu lintas kendaraan bus atau penumpang yang tertinggi tanpa mengurangi standar keselamatan dan kenyamanan; 4) Dapat memberikan kenyamanan dalam hal ini jumlah dan kondisi fasilitas penunjang yang memudahkan pengguna untuk melakukan kegiatan/kebutuhan pribadinya selama di dalam area terminal; 5) Memungkinkan bagi petugas terminal untuk melakukan penjadualan dan pengaturan keberangkatan kendaraan bus dalam rangka manajemen penyelenggaraan pelayanan bus; 6) Menyediakan pelayanan terminal sepanjang waktu operasional yang ditetapkan di mana setiap fasilitas terminal tetap tersedia dan beroperasi sebagaimana mestinya; 7) Berdasarkan ketersediaan fasilitasnya baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang, terminal tipe B dapat memiliki ketersediaan fasilitas secara minimal maupun ketersediaan fasilitas secara lengkap; 8) Terminal penumpang tipe B yang memiliki fasilitas utama lengkap adalah terminal penumpang tipe B yang menyediakan seluruh fasilitas sebagaimana disebutkan pada Tabel 1 9) Terminal Penumpang Tipe B memiliki fasilitas utama secara minimal terdiri dari : a. jalur keberangkatan kendaraan umum b. jalur kedatangan kendaraan umum c. tempat naik turun penumpang d. tempat parkir kendaraan e. papan informasi f. bangunan kantor terminal g. loket penjualan karcis 10) Terminal Penumpang Tipe B memiliki fasilitas penunjang secara minimal terdiri dari: a. fasilitas penyandang cacat b. ruang menyusui c. tolilet/kamar kecil d. fasilitas kesehatan e. fasilitas ibadah f. alat pemadam kebakaran 6 dari 15

35 6. Sirkulasi penumpang 6.1. Sirkulasi penumpang berangkat Sirkulasi penumpang berangkat dan pergerakan bus mengikuti arah seperti yang dijelaskan dalam gambar 2, dengan ketentuan pergerakan antara penumpang dan bus tidak saling mengganggu, Gambar 2 Sirkulasi Penumpang Berangkat 7 dari 15

36 6.2. Sirkulasi penumpang datang Sirkulasi penumpang datang dan pergerakan bus mengikuti arah seperti yang dijelaskan dalam gambar 3 dengan ketentuan pergerakan antara penumpang dan bus tidak saling mengganggu, 7. Standar luas terminal penumpang tipe B Gambar 3 Sirkulasi Penumpang Datang Luas bangunan terminal penumpang didasarkan pada jumlah pelayanan penumpang per hari dan detailnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut, Tabel 2 Standar Luas terminal tipe B No Jumlah Penumpang/hari Standar luas minimum (m 2 ) 1 > dari 15

37 8. Kelengkapan ruang dan fasilitas Jenis, luas, jumlah, dan kelengkapan dari bangunan terminal penumpang disesuaikan dengan kelas pelayanan terminal penumpang yang terbagi kedalam 2 (dua) jenis pelayanan fasilitas yaitu fasilitas utama dan fasilitas penunjang. 8.1 Ketentuan teknis fasilitas utama terminal penumpang tipe B Pada Tabel 3 disampaikan ketentuan teknis untuk setiap jenis fasilitas utama yang akan disediakan oleh tiap-tiap pengelola terminal yang bersangkutan di terminal tipe B sesuai dengan kebutuhan pelayanan terminal tipe B. Tabel 3 Ketentuan teknis fasilitas utama terminal tipe B No Jenis fasilitas utama Ketentuan teknis 1 jalur pemberangkatan kendaraan umum a. Disediakan minimal 1 jalur pemberangkatan per 100 kendaraan umum per hari untuk setiap jenis pelayanan angkutan (AKDP, Perkotaan/Perdesaan) b. Lebar jalur pemberangkatan kendaraan umum minimal 4,5 meter dihitung dari kerb/peninggian untuk peron/ruang tunggu penumpang atau dari 2 jalur kedatangan kendaraan umum 3 tempat parkir kendaraan umum kerb/peninggian untuk jalur lainnya. a. Disediakan minimal 1 jalur kedatangan per 450 kendaraan umum per hari untuk setiap jenis pelayanan angkutan (AKDP, Perkotaan/Perdesaan) b. Lebar jalur kedatangan kendaraan umum minimal 4,5 meter dihitung dari kerb/peninggian untuk peron/ruang tunggu penumpang atau dari kerb/peninggian untuk jalur lainnya. a. Tempat parkir kendaraan umum diperlukan bagi terminal tipe B yang melayani lebih dari 100 kendaraan umum per hari atau hanya disediakan apabila diperlukan b. Lokasi tempat parkir kendaraan umum sebaiknya berdekatan dengan jalur kedatangan/keberangkatan kendaraan umum c. Jumlah tempat parkir kendaraan umum yang disediakan minimal sebanyak 1 petak parkir untuk setiap 7 kendaraan umum yang dilayani d. Luas setiap petak parkir kendaraan umum yang disediakan minimal 42,5 m 2 per SRP Bus 4 bangunan kantor terminal a. Bangunan kantor terminal digunakan untuk aktivitas petugas terminal dalam melakukan administrasi dan pengawasan operasional terminal b. Lokasi bangunan kantor terminal sebaiknya diletakkan sedekat mungkin dengan dan/atau diantara pintu masuk/pintu keluar kendaraan bus dari terminal c. Luas bangunan kantor terminal tipe B minimal 32 9 dari 15

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng TERMINAL DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Terminal Halte Bandara Pelabuhan Simpul Tranportasi Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Menurut Abubakar I, dkk (1995) bahwa terminal transportasi merupakan : 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagi pelayanan umum. 2. Tempat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2007 SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan dan pembahasan yang sudah dilakukan, kesimpulan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 20007 PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang sangat penting dalam sistem transportasi. Morlok (1991) menjelaskan terminal dapat dilihat sebagai alat untuk proses

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 9 Tahun 200 Lampiran : (satu) berkas TENTANG TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI TERMINAL BIS - KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.306, 2015 KEMENHUB. Terminal. Penumpang Angkutan jalan. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 22 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa Lalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Terminal Morlok E.K (1988) menyatakan bahwa terminal merupakan lokasi atau tempat bagi para penumpang dan barang yang masuk atau keluar dari suatu sistem yang merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 1 Tahun 2000 Seri : C ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas

Lebih terperinci

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NO.13/C,2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terminal merupakan fasilitas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 10 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG KO T A P R A D J A JO J G A TA R A K LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM... 4 BAB II ASAS DAN TUJUAN... 6 BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO FERI ANDRI SELFIAN Mahasiswa Program DIII Manajemen Transportasi Program Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

DATA-DATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA

DATA-DATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA DATADATA TEKNIK SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dishubkominfo Kota Metro masih sangat terbatas, terutama untuk pelayanan angkutan umum di Terminal dan Pengujian Kendaraan Bermotor.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2011 Seri : E Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA 165 EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA An Nuurrika Asmara Dina, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Terminal Morlok (1978) mendefinisikan bahwa terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Orisinalitas... ii Halaman pengesahan... iii Abstrak... iv Halaman Publikasi... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi BAB

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 149 TAHUN 2011 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DALAM KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya mewujudkan jaminan keselamatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.19,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul. Jaringan, lalu lintas, angkutan, jalan. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 8 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR Oleh : Khoirunnisa D. Ayu, Septana Bagus Pribadi, Sukawi Sistem transportasi menjadi bagian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2008 T E N T A N G PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.494, 2016 KEMENHUB. Angkutan Bermotor. Pencabutan. Orang. Kendaraan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 32 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 108 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta ) Nomor 3 Tahun 1995 Seri B ============================================================= PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI STANDAR USAHA TAMAN REKREASI I. PRODUK A. Tempat dan Ruang B. Fasilitas

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang :

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang MengLngat

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr). BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil pencacahan, identitas, analisis dan pembahasan hasil penelitian terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Terminal 2.1.1. Definisi Terminal Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat kompleks serta banyak kegiatan tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan dan terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS Menimbang Mengingat : a. bahwa terminal transportasi jalan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 22-2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1992 (ADMINISTRASI. PERHUBUNGAN. Kendaraan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2012 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2012 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2012 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DAN RETRIBUSI DI BIDANG PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH

EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH EVALUASI KELAYAKAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM DI KECAMATAN TOBELO TENGAH Meyanti Sartin Gumabo 1, Dr. Ir. James Timboeleng, DEA², & Ir. Papia J.C. Franklin, MSi 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 15 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 15 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 15 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 15 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 15 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SALATIGA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa peranan transportasi memiliki posisi yang

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1295. 2015 KEMENHUB. Terminal. Penumpang Angkutan Jalan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 132 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban,

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, ` Kartasura, terminal tipe C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, terminal Tawangsari dan Sub terminal Sukoharjo. Sumber: Analisis Gambar 5.143. Peta Lokasi Titik Terminal Secara umum gambaran

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUATAN LEBIH ANGKUTAN BARANG DI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta No.516, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek. Penyelenggaraan Angkutan Orang. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG PERHUBUNGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG PERHUBUNGAN LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keselamatan lalu lintas

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Menimbang : a. RANCANGAN Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) Gatot Nursetyo Abstrak Terminal merupakan bagian dari jaringan pelayanan transportasi sebagai simpul dari suatu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 05 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 05 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 05 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa kewenangan

Lebih terperinci

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan Kata Pengantar Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas karunia dan berkahnya lah studi dengan judul Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan ini dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, 1 WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa retribusi terminal

Lebih terperinci