METODE INVENTARISASI SATWALIAR (PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN PENENTUAN WAKTU OPTIMUM) DI KEBUN RAYA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE INVENTARISASI SATWALIAR (PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN PENENTUAN WAKTU OPTIMUM) DI KEBUN RAYA BOGOR"

Transkripsi

1 METODE INVENTARISASI SATWALIAR (PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN PENENTUAN WAKTU OPTIMUM) DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh: Isniatul Wahyuni 1) (E ), Rizki Kurnia Tohir 1) (E ), Yusi Widyaningrum 1) (E ), Ulva Prabawati 1) (E ), Raina Lydiasari 1) (E ) 1) Departeman Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. ABSTRACT Inventory wildlife on first step in the management of wildlife. of the inventory will be obtained basic information on existing species, distribution, and amount. The purpose of wildlife inventory was to determine the species diversity, obtaining data of population demographic parameters, determine the spatial distribution of population members. Bogor botanical garden is one place that is close to campus Darmaga frequented by tourists both local and foreign tourists every day, therefore this location is used as the location of silent observation, movement and determination of the optimum time for lab inventory wildlife wildlife observation. observations aimed to determine the optimum time visitors, knowing the number of population, sruktur age and sex as well as to compare some wildlife census methods based on the precision and accuracy as well as provide an explanation of the advantages and disadvantages of each method is the method of stationary observation, observation moves, and observations optimum time.the visitors to the moving observer method and the method of stationary observer in a row are 3075 and Keyword: Wildlife inventory, demographic parameters, Bogor Botanical garden. PENDAHULUAN Inventarisasi satwa liar sangat penting untuk mengetahui potensi dan strategi pengelolaan yang baik dalam mengelola satwa liar dengan memperhatikan aspek kelestarian, ekologi, dan aspek ekonomi dari satwa tersebut. Metode sensus merupakan metode yang memiliki karakteristik menyeluruh dan memerlukan banyak sumberdaya untuk melekukan proses penghitungannya. Ada beberapa metode turunan dari metode sensus yaitu metode pengamatan bergerak, metode pengamatan diam, driving count, concentration count, dan metode penjagalan. Metode pengamatan diam, metode pengamatan bergerak, dan metode pengamatan penentuan waktu optimum dilakukan di Kebun Raya Bogor. Waktu optimum digunakan untuk mengetahui peluang terjadinya perjumpaan paling banyak. Pengamat diam (silent detection) adalah menghitung satwa ketika satwa tidak dalam keadaan terganggu dan metode pengamatan dimana pengamat mendekati satwa setenang mungkin (as silent as possible) (Mustari 2007). Pengamat bergerak adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamat melakukan penghitungan sambil bergerak dimana pengamat bebas bergerak selama masih berada di dalam luasan areal yang ditentukan. Tujuan praktikum ini untuk menghitung waktu optimum pengunjung yang keluar dan masuk Kebun Raya Bogor, mengetahui jumlah populasi, struktur umur dan jenis kelamin dan mampu membandingkan ketiga metode tersebut yang digunakan. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Metode yang digunakan adalah metode pengamat diam dan pengamat bergerak. Lokasi pengamatan dilakukan di beberapa plot pengamatan yang dianggap sebagai tempat terkonsentrasinya pengunjung di Kebun Raya Bogor. Penghitungan waktu optimum dilakukan di tiga pintu masuk, yaitu pintu masuk 1 (pintu masuk utama), pintu masuk 2 (kantor POS), dan pintu masuk 3 (Baranangsiang). Sedangkan metode pengamat diam dan bergerak dilakukan di Tugu Rafflesia, museum zoologi, taman mexico, taman teratai, pohon jadoh, jembatan gantung, cafe dedaunan, taman anggrek, masjid, jalan astrid, dan taman garuda. Waktu penngamatan pada tanggal 21 September 2014 mulai pukul WIB. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan satwaliar di Kebun Raya Bogor adalah tally sheet, alat tulis, kamera, peta Kebun Raya Bogor dan alat penghitung waktu. Sedangkan untuk bahan atau obyek yang digunakan adalah pengunjung yang dianggap sebagai satwa.

2 Museum zoologi Taman mexico Taman teratai Pohon jodoh Jembatan gantung Cafe dedaunan Taman anggrek Masjid Tugu rafflesia Jalan astrid Taman garuda Teknik Pengumpulan Data Penentuan Waktu Optimum Teknik pengumpulan data penentuan waktu optimum dilakukan dengan cara menghitung jumlah pengunjung yang masuk dan keluar dari Kebun Raya Bogor. Pengunjung yang masuk dan keluar dari lokasi dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur. Waktu optimum adalah jumlah antara pengunjung yang masuk dan pengunjung yang keluar. Pencatatan pada pengamatan waktu kumulatif dilakukan secara kontinu pada setiap 10 menit. Pengamat Diam Pencatatan ini dilakukan dengan meng hitung waktu perjumpaan dan jumlah pengunjung berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur pada titik pengamatan yang telah ditentukan. Pengamatan dilakukan di titik pengamatan pada jarak tertentu agar dapat melihat dan menghitung pengunjung dengan tepat. Pengamat diam menghitung perjumpaan setiap menit ke-15. Pengamat Bergerak Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan sepanjang jalur pada lokasi yang telah ditentukan. Pengamat mampu menghitung dan membedakan pengunjung berdasarkan jenis kelamin dan struktur umurnya. Pencatatan dilakukan pada selang waktu 15 menit. Analisis Data Kriteria struktur umur yang digunakan adalah a). Kelas umur I (bayi) umur 0-5 tahun, b). Kelas umur II, umur 6-14tahun, c). Kelas umur III umur 15-24, d). Kelas Umur IV umur 25-60, dan e). Kelas umur V umur >60 tahun. Analisis data dilakukan dengan menghubungkan data table dengan parameter yang diukur. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh selama pengamatan di Kebun Raya Bogor tentang pengamatan jumlah pengunjung yang dilakukan dengan cara penghitungan waktu optimum yaitu diperoleh jumlah pengunjung sebanyak 8438 individu. Jumlah pengunjung yang dihitung dengan metode pengamat diam diperoleh data sebesar 1349 individu dengan lokasi terkonsentrasi pengunjung pada jalur tugu Rafflesia. Sedangkan untuk pengamat bergerak diperoleh data pengunjung sebanyak 3075 individu. Penggunaan metode yang berbeda-beda tersebut membuat hasil data yang didapatkan memiliki rentang perbedaaan nilai yang sangat jauh antara pengamatan dengan metode satu dan metode lainnya. Pengambilan data di lapang dengan menggunakan metode yang berbeda-beda menyebabkan rentang nilai yang jauh. Metode yang berbeda-beda memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda pula. Grafik 1. Jumlah pengunjung berdasarkan pengamat diam dan pengamat bergerak Jumlah pengunjung (individu) Pengamat bergerak Jumlah pengunjung (individu) Pengamat diam Metode pengamatan diam memiliki kekurangan antara lain adalah memiliki peluang perjumpaan terhadap satwa (kapasitas deteksi) yang rendah dibandingkan dengan metode yang lain, terdapat beberapa pengunjung yang tidak ikut terhitung karena keterbatasan pandangan manusia. Metode pengamat bergerak memiliki kekurangan yaitu pengunjung mampu bergerak secara acak sehingga menyulitkan pengamat untuk menghitungnya. Selain itu peluang untuk terjadinya double counting tinggi. Selain memiliki kekurangan pada proses pelaksanaannya di lapang, pengamat bergerak juga memiliki kelebihan yaitu metode ini memiliki peluang perjumpaan yang sangat intensif atau maksimal sehingga pengunjung yang masuk dapat dihitung seluruhnya (Gushilman 2007). Selain menggunakan metode yang digunakan, pengunjung yang datang ke Kebun Raya Bogor mampu diklasifikasikan juga menurut kelas umur yang bertujuan untuk mengetahui keseimbangan dalam populasinya. Menurut data yang diperoleh dari pengamatan menggunakan beberapa metode, data dapat diproyeksikan menjadi paramida sempurna meskipun beberapa kelas umur memiliki jumlah yang lebih besar atau nilai yang lebih dibandingkan dengan jumlah kelas umur yang

3 lainnya. Namun apabila data yang diperoleh diproyeksikan menjadi piramida, maka kelas umur yang memiliki jumlah yang lebih besar akan membentuk pembagian yang tidak proposional terhadap jumlah populasi pada proyeksi tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan semua metode, tercatat bahwa pengunjung terbanyak berjenis kelamin betina. Pada metode pengamat diam struktur umur yang paling banyak teramati yaitu kelas umur III ( remaja ) dengan jumlah populasi sebanyak 4146 individu. Begitu pula dengan metode pengamat bergerak, struktur umur yang teramati yaitu pada kelas umur III ( remaja ) dengan jumlah populasi sebanyak individu. Berdasarkan penghitungan dengan metode pengamatan waktu optimum, struktur umur pengunjung yang teramati yaitu pada kelas umur IV ( dewasa ) sebanyak individu. Pengamatan satwa sangat berpengaruh atau bergantung pada peluang perjumpaan satwa dengan pengamat. Waktu optimum diperlukan dalam pengamatan satwa guna untuk mengetahui kapan populasi maksimal dan kapan populasi minimal jumlahnya. Waktu optimum pengamatan untuk metode pengamat diam terjadi pada pukul dengan jumlah populasi pengunjung sebanyak 241 individu, untuk pengamat bergerak waktu optimum terjadi pada pukul dengan populasi pengunjung sebanyak 889, dan berdasarkan metode penentuan waktu optimum, waktu pengamatan maksimum terjadi pada pukul dengan jumlah populasi sebanyak 4692 individu. Waktu minimum pengamatan untuk metode pengamat diam terjadi pada pukul dan dengan populasi pengunjung sebanyak 37 individu, untuk metode pengamat bergerak waktu minimum terjadi pada pukul dengan populasi pengunjung sebanyak 316 individu serta untuk metode pengamatan waktu optimum terjadi pada pukul dengan populasi pengunjung sebanyak 140 individu. Pada pengamatan lokasi terkonsentrasi yang memiliki pengunjung terbanyak dengan menggunakan metode pengamat diam dan bergerak yaitu di Tugu Rafflesia. Hai itu dikarenakan di Tugu Reflesia merupakan lokasi awal yang dilalui pengunjung. Selain itu lokasi Tugu Raflesia sangat strategis untuk kegiatan piknik, dekat dengan warung dan danau, serta banyaknya pohon yang membuat lokasi tersebut sangat rindang. Sedangkan lokasi yang memiliki pengunjung sedikit adalah di taman anggrek. Jumlah pengunjung yang ada di Kebun Raya Bogor mampu dijadikan sebagai simulasi suatu populasi. Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan ketiga metode yaitu metode pengamat diam, pengamat bergerak dan waktu optimum, data pengunjung tersebut apabila diklasifikasikan berdasarkan kelas umur dan jenis kelamin, populasinya mengarah pada populasi yang tidak sustainable. Hal tersebut dikarenakan, jumlah kelas umur termuda memiliki jumlah yang tidak cukup besar dibanding dengan jumlah kelas umur dewasa maupun remaja. Selain itu juga terdapat ketimpangan pada jumlah kelas umur yang lainnya, sehingga piramida populasi tidak terlihat proposional. Penerapan ketiga metode sensus yang digunakan pada pengamatan pengunjung di Kebun Raya Bogor tidak terlepas dari adanya kekurangan dan kelebihan yang ada pada masing-masing metode. Ada waktunya metode tersebut menjadi metode yang baik dan tepat digunakan dalam suatu pengambilan data dan dapat juga menjadi metode yang tidak baik digunakan dalam pengambilan data. Sehingga dalam penerapannya baik metode sampling maupun metode sensus sangat dipengaruhi waktu, tempat, dan keadaan spesifik lingkungan yang ada. KESIMPULAN Pencatatan pengunjung yang dilakukan di Kebun Raya Bogor menggunakan tiga metode yaitu metode waktu optimum, metode pengamat bergerak, dan metode pengamat diam. Jumlah populasi yang tercatat dengan metode pengamat diam sebanyak 1349 individu, dengan pengamat bergerak sebanyak 3075 individu dan dengan metode waktu optimum sebanyak 8438 (pengunjung yang masuk ).Pengunjung yang teramati mayoritas berada pada kelas umur III ( remaja ). Lokasi yang terkonsentrasi oleh pengunjung terletak di Tugu Raflesia dengan jumlah pengunjung 889 individu untuk metode pengamat bergerak dan 241 individu untuk metode pengamat diam. Masing masing metode yang digunakan memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil dari pengamatan dan perhitungan di lapang. Penggunaan metode dapat ditentukan oleh tempat, waktu dan kondisi lokasi atau kondisi lapang yang ada pada wilayah amatan.

4 DAFTAR PUSTAKA G u shi lman I Perbandingan Metpde Pengamat Diam, Pengamat Bergerak dan Strip Transe Pendugaan Rusa Totol (Axisaxis) di Istana. Bogor ( ID ): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. (Axisaxis) di Istana. Bogor ( ID ): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Mustari AH Metode Survey dan Inventarisasi Mamalia. Bogor (ID) : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekwisata, Fakultas Kehutanan IPB.

5 LAMPIRAN Tabel 1. Metode penggunaan waktu optimum Lokasi Jumlah pengunjung (individu) Masuk Keluar Pintu utama Pintu POS Pintu IPB Baranangsiang Total Tabel 2. Kelas umur dan jenis kelamin penentuan waktu optimum Waktu Bayi Anak (KU II) Remaja (KU III) Dewasa (KU IV) Tua (KU V) (KU I) Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jumlah

6 Jumlah Jumlah tiap KU Tabel 3. Jumlah pengunjung di 11 lokasi berdasarkan pengamat bergerak dan pengamat diam. No Lokasi Jumlah pengunjung (individu) Pengamat bergerak Pengamat diam 1 Museum zoologi Taman mexico Taman teratai Pohon jodoh Jembatan gantung Cafe dedaunan Taman anggrek Masjid Tugu rafflesia Jalan astrid Taman garuda Tabel 4. Jenis kelamin dan struktur umur pengamat bergerak di Tugu Rafflesia. Waktu Anak (KU II) Remaja (KU Dewasa (KU Tua (KU V) Bayi III) IV) (KU I) Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jumlah

7 Jumlah Jumlah tiap KU Tabel 5. Jenis jelamin dan struktur umur pengamat diam di Tugu Rafflesia. Waktu Bayi (KU Anak (KU II) Remaja (KU III) Dewasa (KU IV) Tua (KU V) I) Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jumlah

8 Jumlah Jumlah tiap KU Gambar 1. Foto Kelompok 17.

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh :

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh : PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT Oleh : Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia Tohir 1) (E34120028), Yusi Widyaningrum 1) (E34120048),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 31 IV. METODE PENELITIAN 4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran, dan menggunakan data populasi rusa timor di Taman

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

: Inventory, Population density, diversity, dominance

: Inventory, Population density, diversity, dominance KEAEKARAGAMA JEIS MAMALIA DI JALUR CIPADARATE 1 PUSAT PEDIDIKA KOSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB), RESORT BODOGOL, TAMA ASIOAL GUUG GEDE PAGRAGO Oleh : Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia Tohir 1)

Lebih terperinci

3 METODE Jalur Interpretasi

3 METODE Jalur Interpretasi 15 2.3.5 Jalur Interpretasi Cara terbaik dalam menentukan panjang jalur interpretasi adalah berdasarkan pada waktu berjalan kaki. Hal ini tergantung pada tanah lapang, jarak aktual dan orang yang berjalan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF KATAK POHON BERGARIS (Polypedates leucomystax)

PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF KATAK POHON BERGARIS (Polypedates leucomystax) PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF KATAK POHON BERGARIS (Polypedates leucomystax) Desy Natalia Sitorus (E34120011), Rizki Kurnia Tohir (E34120028), Dita Trifani (E34120100) Departemen Konservasi

Lebih terperinci

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI Individual Density of Boenean Gibbon (Hylobates muelleri)

Lebih terperinci

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN SKRIPSI Oleh : PARRON ABET HUTAGALUNG 101201081 / Konservasi Sumber Daya Hutan PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI JALUR CIKAWENI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB), RESORT BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Oleh: Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia

Lebih terperinci

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT (Population Of Bekantan (Nasalis Larvatus, Wurmb) In The Area Of Sungai

Lebih terperinci

IV. BAHAN DAN METODE

IV. BAHAN DAN METODE IV. BAHAN DAN METODE 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di TN Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Penelitian dan pengolahan data dilaksanakan selama 6 bulan yaitu pada bulan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu satu bulan di grid vector O11, M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung Kesatuan Pengelola Hutan Lindung (KPHL) Model Gunung Rajabasa Kabupaten

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan dua tahap: 1) Pengamatan langsung dilakukan di SM Paliyan yang berupa karst dan hutan terganggu dan Hutan wisata Kaliurang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Lampung (Gambar 2).

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Lampung (Gambar 2). 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Lampung (Gambar 2). Gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachma. Waktu penelitian Mei 2015. Berikut adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Kerusakan dan hilangnya habitat, perburuan liar, dan bencana alam mengakibatkan berkurangnya populasi satwa liar di alam. Tujuan utama dari konservasi adalah untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RUSA TOTOL (Axis axis Erxl 1788) DI TAMAN MONUMEN NASIONAL JAKARTA

PENGELOLAAN RUSA TOTOL (Axis axis Erxl 1788) DI TAMAN MONUMEN NASIONAL JAKARTA PENGELOLAAN RUSA TOTOL (Axis axis Erxl 1788) DI TAMAN MONUMEN NASIONAL JAKARTA RADEN TIRTAYASA 1) (E34080023) SORAYA NURUL ICHWANI 2) (E34080030) GAGAN HANGGA WIJAYA 3) (E34080033) 1 Departemen Konservasi

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PENGUNJUNG ATAS KESEJAHTERAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN PENGUNJUNG ATAS KESEJAHTERAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SKRIPSI ANALISIS KEPUASAN PENGUNJUNG ATAS KESEJAHTERAAN SATWA DI KEBUN BINATANG (Studi Kasus: Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi, Sumatera Barat) SKRIPSI Oleh: SEFTIAWAN 051201022 MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU Number of Individual and Groups Proboscis (Nasalis Larvatus, Wurmb) In Sentarum Lake

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015 di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, Bandar Lampung. Peta

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

POTENSI KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

POTENSI KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA 1 POTENSI KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Amri Muhammad Saadudin, Gamma Nur Merrillia Sularso, Connie Lydiana Sibarani,

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA

METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA Oleh: Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia Tohir 1) (E34120028), Yusi Widyaningrum

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

Cara Berbeda Penghitungan Badak Jawa. Di Ujung Kulon Pada Tahun Ir. Agus Priambudi, M.Sc

Cara Berbeda Penghitungan Badak Jawa. Di Ujung Kulon Pada Tahun Ir. Agus Priambudi, M.Sc Press Release Cara Berbeda Penghitungan Badak Jawa Di Ujung Kulon Pada Tahun 2010 P engelolaan TN. Ujung Kulon dititikberatkan pada bagaimana mempertahankan keberadaan satwa langka badak jawa (Rhinoceros

Lebih terperinci

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan III. METODE PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan di Cagar Alam Lembah Harau Sumatera Barat (Gambar 6) pada bulan Mei

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kebun kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Secara umum, areal yang diteliti adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Hal HALAM COVER... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi

Lebih terperinci

LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh :

LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh : LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh : Elsafia Sari Rizki Kurnia Tohir Rachmi Aulia E34120016 E34120028 E34120065 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA 1 PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA Sahri Maida Sinaga, Utomo Pranoto, Hadi Surono, Archaitra Nadila A. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP. 21 BAB V HASIL 5.1 Distribusi 5.1.1 Kondisi Habitat Area penelitian merupakan hutan hujan tropis pegunungan bawah dengan ketinggian 900-1200 m dpl. Kawasan ini terdiri dari beberapa tipe habitat hutan

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGGI POHON 1) (Measurement the High of Trees)

PENGUKURAN TINGGI POHON 1) (Measurement the High of Trees) PENGUKURAN TINGGI POHON 1) (Measurement the High of Trees) MutiahMarhamah/E34130118 2) 1) Judul Makalah 2) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Sabdi Hasan Aliambar ABSTRACT

Sabdi Hasan Aliambar ABSTRACT PENGARUH PENGENDALIAN HEWAN TERHADAP TEMPERATUR, DENYUT NADI DAN RESPIRASI, NILAI HEMATOLOGI SERTA KIMIA DARAH RUSA (Cervus timorensis - Blainville 1822) THE INFLUENCES OF ANIMAL RESTRAINT ON THE TEMPERATURE,

Lebih terperinci

LAPORAN IMPLEMENTASI PROGRAM INTERPRETASI LENSA AGROFORESTRY: PENDIDIKAN DAN EDUKASI WISATA AGROFORESTRY SENTUL ECO-EDU TOURISM FOREST

LAPORAN IMPLEMENTASI PROGRAM INTERPRETASI LENSA AGROFORESTRY: PENDIDIKAN DAN EDUKASI WISATA AGROFORESTRY SENTUL ECO-EDU TOURISM FOREST LAPORAN IMPLEMENTASI PROGRAM INTERPRETASI LENSA AGROFORESTRY: PENDIDIKAN DAN EDUKASI WISATA AGROFORESTRY SENTUL ECO-EDU TOURISM FOREST Oleh: Kelompok 5 Salvionita Br Tarigan (E34120020) Mita Anindisa (E34120026)

Lebih terperinci

SURVEI. Hal yang perlu diperhatikkan dalam merancang survei. Persyaratan Ilmiah dalam perencanaan survei 6/7/2013

SURVEI. Hal yang perlu diperhatikkan dalam merancang survei. Persyaratan Ilmiah dalam perencanaan survei 6/7/2013 SURVEI Jani M. (http://staff.unila.ac.id/janter/) Persyaratan Ilmiah dalam perencanaan survei Maksud / Tujuan : Apa tujuan dari survei Metode : Bagaimana cara mendapatkan tujuan Analisis : Bagaimana data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

Keywords: Information Systems Salaries and Wages, Salaries and Wages Accuracy

Keywords: Information Systems Salaries and Wages, Salaries and Wages Accuracy ABSTRACT Payroll and remuneration systems is one of the largest and most important component in the accounting information system. Payroll and wage system must be designed to comply with government regulations

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MODEL DAN PARAMETER UNTUK ESTIMASI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN DATA LIGHT DETECTION AND RANGING

PEMBENTUKAN MODEL DAN PARAMETER UNTUK ESTIMASI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN DATA LIGHT DETECTION AND RANGING PEMBENTUKAN MODEL DAN PARAMETER UNTUK ESTIMASI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN DATA LIGHT DETECTION AND RANGING (LIDAR) (STUDI KASUS: PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, SUMATRA SELATAN) TUGAS AKHIR Karya ilmiah yang diajukan

Lebih terperinci

9/4/2015 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PERKENALAN PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP

9/4/2015 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PERKENALAN PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP PERKENALAN BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM MG Aspek dan Bahan Output Tugas 1 PENDAHULUAN: Pengenalan Arsitektur Resensi - Individu Lanskap (slide) 2 Mahasiswa Presentasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2011, bertempat di Seksi Wilayah Konservasi II Ambulu, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

MEMANTAU HABITAT BADAK JAWA

MEMANTAU HABITAT BADAK JAWA NEWSLETTER [CLICK TO TYPE THE PHOTO CREDIT] 2013 MEMANTAU HABITAT BADAK JAWA Badak Jawa yang memiliki nama latin Rhinoceros sondaicus merupakan salah satu hewan yang dijamin oleh Undang-undang di Indonesia

Lebih terperinci

REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA

REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA (1)* (1) (1) (1) Dhiyassalam Imam, M. Mukhlis Kamal, Sulistiono, *Coressponding

Lebih terperinci

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON 51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822) merupakan spesies paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia sehingga dikategorikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di penangkaran rusa Hutan Penelitian (HP) Dramaga- Bogor yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau

Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau LAMPIRAN Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau 1. Apa keuntungan bagi kampus Universitas Riau dengan status hutan kota tersebut? 2. Apa tujuan utama dan tujuan lainnya

Lebih terperinci

9/16/2013 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PENGERTIAN LANSKAP PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP

9/16/2013 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PENGERTIAN LANSKAP PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP Minggu Aspek dan Bahan 1 PENDAHULUAN: Pengenalan Arsitektur Lanskap (Slide) 2 Perkembangan Sejarah Arsitektur Lanskap (slide) 3 Lingkup

Lebih terperinci

Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance.

Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance. KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI JALUR CIPADARANTEN 1 PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB), RESORT BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Oleh: Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia

Lebih terperinci

9/16/2015 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PERKENALAN PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP

9/16/2015 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PERKENALAN PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP PERKENALAN BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM MG Aspek dan Bahan Output Tugas 1 PENDAHULUAN: Pengenalan Arsitektur Lanskap (slide) 2 Mahasiswa Presentasi

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI KAWASAN KONSERVASI RUMAH PELANGI DUSUN GUNUNG BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA Diversity Study of Kantong Semar Plants (Nepenthes

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh: DIAH HAFIDHA CHOLIFATUNISA

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1347, 2014 KEMENHUT. Satwa Buru. Musim Berburu. Penetapan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/Menhut-II/2014 TENTANG PENETAPAN MUSIM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) DI PUSAT PENYELAMATAN SATWA GADOG CIAWI - BOGOR SKRIPSI AI NURI PRATIWI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT Diversity of Species Meranti (Shore spp) In Protected Forest Area Ambawang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WISATAWAN MEMILIH DAERAH KUNJUNGAN WISATA DI PARAPAT DAN TUKTUK SIADONG. DisusunOleh:

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WISATAWAN MEMILIH DAERAH KUNJUNGAN WISATA DI PARAPAT DAN TUKTUK SIADONG. DisusunOleh: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WISATAWAN MEMILIH DAERAH KUNJUNGAN WISATA DI PARAPAT DAN TUKTUK SIADONG DisusunOleh: VERA NOVELINA SIRAIT (110901026) DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di dunia modern sekarang ini semua dituntut serba cepat yang mengharuskan setiap sektor usaha baik itu jasa atau manufaktur harus bisa memberikan nilai tambah untuk setiap produk dan pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan pada April- Mei 2015.

Lebih terperinci

KAJIAN HABITAT DAN POPULASI UNGKO (Hylobates agilis unko) MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI TAMAN NASIONAL BATANG GADIS SUMATERA UTARA

KAJIAN HABITAT DAN POPULASI UNGKO (Hylobates agilis unko) MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI TAMAN NASIONAL BATANG GADIS SUMATERA UTARA KAJIAN HABITAT DAN POPULASI UNGKO (Hylobates agilis unko) MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI TAMAN NASIONAL BATANG GADIS SUMATERA UTARA KENI SULTAN PROGRAM STUDI MAYOR PRIMATOLOGI INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang. Lokasi penelitian disajikan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BERBAGAI TIPE HABITAT OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot) DI KEBUN RAYA BOGOR

PEMANFAATAN BERBAGAI TIPE HABITAT OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot) DI KEBUN RAYA BOGOR 1 PEMANFAATAN BERBAGAI TIPE HABITAT OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot) DI KEBUN RAYA BOGOR Dahlan, Ulfah Zul Farisa, Meli Maria Ulpah, Tutia Rahmi, Lina Kristina Dewi Institut Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman hayati yang terkandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2011. Lokasi penelitian berada di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) SECARA EX-SITU, DI KEBUN BINATANG MEDAN DAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR

PENGELOLAAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) SECARA EX-SITU, DI KEBUN BINATANG MEDAN DAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR PENGELOLAAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) SECARA EX-SITU, DI KEBUN BINATANG MEDAN DAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR SKRIPSI Oleh: LOLLY ESTERIDA BANJARNAHOR 061201036 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Penelitian kualitatif, cafe, supervisor, dan sumber daya manusia

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Penelitian kualitatif, cafe, supervisor, dan sumber daya manusia ABSTRAK Bandung memiliki daya tarik tersendiri terhadap wisatawan baik itu lokal maupun mancanegara. Karena tidak hanya menawarkan objek wisata, atau trend fashion, Bandung juga terkenal dengan kota kreatif,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek 68 Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti : Mega Haditia/E34080046 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

KONSERVASI SATWA LIAR

KONSERVASI SATWA LIAR LAPORAN LAPANGAN KONSERVASI SATWA LIAR Penyusun: 1. Ja Posman Napitu 2. Rahayuningtyas 3. Indriani Ekasari 4. Tri Basuki 5. Achmad Fauzan Basori 6. Ulil Amri 7. Duta Kurniawan Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Ruang dan Waktu Rusa Sambar Rusa unicolor di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Disiapkan Oleh:

Analisis Penggunaan Ruang dan Waktu Rusa Sambar Rusa unicolor di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Disiapkan Oleh: Laporan Praktikum Mata Kuliah Ekologi Kuantitatif Analisis Penggunaan Ruang dan Waktu Rusa Sambar Rusa unicolor di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Feri Irawan Disiapkan Oleh: E351140061 Dosen: Prof.

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG Menimbang : MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI TUMBUHAN DAN SATWA LIAR MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PERAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SEBAGAI BENTENG TERAKHIR PELESTARIAN BANTENG (Bos javanicus d Alton) DI BAGIAN TIMUR PULAU JAWA Bidang Kegiatan : PKM Artikel Ilmiah Diusulkan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DESKRIPSI PEMBANGUNAN JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA (Areal Studi dan Konservasi Badak Jawa) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN, PERUNDANGAN DAN KELEMBAGAAN PERBURUAN SATWA DI INDONESIA. Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA

KEBIJAKAN, PERUNDANGAN DAN KELEMBAGAAN PERBURUAN SATWA DI INDONESIA. Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA KEBIJAKAN, PERUNDANGAN DAN KELEMBAGAAN PERBURUAN SATWA DI INDONESIA Rizki Kurnia Tohir Fadlan Pramatana E351160106 E351160156 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran

Lebih terperinci

Wisata Kampus IPB Darmaga

Wisata Kampus IPB Darmaga Wisata Kampus IPB Darmaga Daftar Alamat Inventarisasi Program Wisata di Kampus IPB Darmaga Nomor : 066 /AET-IPB/SL/IN/2010 Tanggal 13 Juli 2010 No Alamat Penerima/Instansi Fakultas Pertanian 1. Kepala

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MENUJU PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL MANDIRI: PENGELOLAAN BERBASIS RESORT, DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR Bidang Kegiatan : PKM Artikel Ilmiah

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: sistem antrian, multi-channel single phase, M/M/s. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: sistem antrian, multi-channel single phase, M/M/s. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Masalah antrian adalah masalah yang sering dijumpai di semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia terutama ketika menunggu untuk mendapatkan pelayanan jasa kesehatan. Antrian timbul karena tingkat

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA VINA SITA NRP.1508 100 033 JURUSAN BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

Fakultas Kehutanan IPB 2

Fakultas Kehutanan IPB 2 ANALISIS POPULASI RUSA TOTOL (Axis axis Erxl 1788) DI HALAMAN ISTANA BOGOR oleh: Ashri Istijabah Az-Zahra 1 E34120003, Anika Putri 12 E34120024, Rizki Kurnia Tohir 1 E34120028, Reza Imam Pradana 1 E34120063

Lebih terperinci