BAB II KAJIAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Masalah Kesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar Dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik guru maupun siswa pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Dalam kenyataan, harapan itu tidak terlalu terwujud. Masih banyak siswa yang tidak memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi dan ada pula siswa yang mendapatkan nilai rendah. Bahkan ada pula siswa yang gagal dalam mencapai tujuan belajar. Kenyataan ini menunjukkan bahwa guru masih menghadapi sejumlah siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh sebab itu masalah kesulitan merupakan suatu kendala berat bagi siswa, maka perlu dicari solusi pemecahan masalah tersebut. Untuk itu perlu sekali dipahami siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penting bagi guru pembimbing untuk memahami siswanya yang mengalami kesulitan belajar karena kesulitan belajar apabila tidak ditangani secepat mungkin akan berakibat buruk bagi siswa, berakibat tidak hanya prestasi belajar siswa tetapi juga akan mengalami kesulitan dalam dunia kerja.

2 Menurut Surya (1998) kesulitan belajar adalah suatu keadaan siswa kurang mampu menghadapi tuntutan yang harus dilakukan dalam proses belajar, sehingga proses dan hasilnya kurang memuaskan. Contoh-contoh kesulitan belajar ini antara lain : a. Dalam pelajaran Matematika, semua siswa dapat menyelesaikan soal dalam waktu 45 menit, Andang mengalami kesulitan belajar karena waktu yang diperlukan Andang lebih panjang dibandingkan dengan tuntutan. b. Yunus harus mengerjakan suatu soal, tetapi ia gagal karena pengetahuan dasar yang diperlukan belum dikuasai. Dengan demikian Yunus mengalami kesulitan belajar karena tidak memiliki pengetahuan dasar yang diperlukan. c. Beberapa bulan lalu, Nabila mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan raya sehingga mengakibatkan cacat kedua kakinya. Sekarang Nabila mengalami kesulitan belajar yang berkaitan dengan latihan jasmani seperti sepak bola, lari, lompat dan sebagainya. Kesulitan belajar adalah suatu gagasan pada satu atau lebih proses psikologis dasar, yaitu meliputi : pemahaman atau penggunaan bahasa secara lisan dan tertulis, yang mungkin termanifestasikan pada kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau untuk mengerjakan perhitungan matematik. Temasuk dalam pengertian ini adalah kondisi hambatan perseptual, kerusakan otak, disfungsi

3 otak minimal, disleksia (kesulitan membaca) dan aphasia (gangguan fungsi bahasa). Tidak termasuk dalam kondisi ini adalah anak-anak yang mengalami problem belajar dengan penyebab utama : kecacatan dalam pendengaran, penglihatan, hambatan, motorik, keterbelakangan mental, gangguan emosi, masalah lingkungan, masalah budaya atau masalah ekonomi. (U.S. Office of Education 2003). 2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu : a. Faktor keturunan/bawaan b. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur c. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan. d. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam. e. infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah. f. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenic, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya. Menurut Surya (1998). Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar secara garis besar dibagi dua macam, yaitu :

4 a. Faktor internal (dalam diri siswa) Faktor-faktor internal (dalam diri siswa) antara lain : 1) Siswa kurang memiliki kemampuan dasar untuk pembelajaran. 2) Kurangnya bakat khusus. 3) Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. 4) Situasi pribadi baik yang menetap maupun yang sementara seperti gangguan emosional, pertentangan (konflik) dalam diri, suasana frustasi (kekecewaan), kesedihan yang berkepanjangan. 5) Faktor-faktor fisik seperti cacat tubuh gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran. 6) Faktor-faktor bawaan seperti buta warna, kidal, cacat bawaan. b. Faktor eksternal (dari luar siswa) Faktor-faktor eksternal (diluar diri siswa) antara lain : 1) Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi pembelajaran seperti : cara mengajar, sikap guru, kurikulum, alat bantu mengajar, ruang kelas, suasana hubungan sosial, dan sebagainya. 2) Suasana dalam keluarga yang kurang mendukung kegiatan belajar seperti kegaduhan di rumah, kurang perhatian dari orang tua, kurang peralatan belajar, kekurangmampuan keluarga, dan sebagainya.

5 3) Situasi lingkungan yang kurang mendukung seperti : pengaruh pergaulan, pengaruh film, TV, bacaan, dan sebagainya. Dari uraian yang telah disebutkan di atas, maka penulis dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sangat banyak ragamnya baik yang bersumber dari diri siswa itu sendiri atau di luar diri siswa. Untuk dapat menolong siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dibutuhkan pengetahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi siswa, khususnya siswa SMK yang memasuki usia remaja. 3. Jenis-jenis Kesulitan Belajar Setelah memahami apa yang menjadi faktor-faktor kesulitan belajar, maka seorang pembimbing harus dapat memahami siapa-siapa yang perlu mendapatkan bantuan (bimbingan) dalam mengatasi kesulitan belajar. Untuk dapat memberikan bantuan kepada siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar, pembimbing harus peka terhadap gejala-gejala yang nampak pada diri siswa. Jenis-jenis kesulitan belajar adalah bermacammacam tingkah laku siswa yang tampaknya seolah-olah merupakan penghambat kemajuan belajar seorang siswa. Menurut (Martensi & Mungin Eddy Wibowo, 1983). Jenis-jenis kesulitan belajar adalah : a. Jenis-jenis kesulitan belajar yang tampak pada saat mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran :

6 1. Terlalu banyak bergerak (hyperactive), sering berpindah tempat, mencolek-colek siswa lain, menggerak-gerakan badan, banyak berbicara. 2. Tidak sanggup memusatkan perhatian. 3. Acuh tak acuh, sibuk sendiri dengan dirinya. b. Jenis-jenis kesulitan belajar yang tampak selama proses belajar 1. Kurang atau sulit dalam memahami konsep-konsep baru. 2. Sering sakit kepala, sakit perut dan sebagainya. 3. Cepat lupa. 4. Ketidaksanggupan dalam berdiskusi, berespon. 5. Sering melamun. 6. Sering mencontek. 7. Self image yang kurang baik, selalu merasa bodoh, tidak dapat berprestasi. 8. Sulit berkomunikasi dengan siswa lain. 9. Tidak dapat memusatkan perhatian agak lama. 10. Membuat persepsi secara salah. 11. Kekacauan pada waktu berbicara, membaca atau mendengarkan. 12. Tidak terampil menggunakan alat-alat pelajaran, tidak dapat mengorganisasi kegiatan-kegiatan dengan terarah. c. Jenis-jenis kesulitan belajar yang tampak sesudah proses belajar

7 1. Ceroboh meninggalkan alat-alat pelajaran atau alat-alat praktikum begitu saja 2. Membiarkan ruangan, meja, kursi kotor sehabis dipakai. 3. Memusuhi dan mengejek siswa-siswa lain. 4. Acuh tak acuh terhadap lingkungannya. 5. Menyendiri dan mengisolir diri. Dengan demikian jelaslah apa yang telah diungkapkan oleh Martensi & Mungin Eddy Wibowo (1983) mengenai jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami siswa. Kesulitan belajar siswa dapat terlihat dalam hasil yang diperoleh siswa seperti : a. Hasil belajar rendah b. Hasil belajar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. c. Siswa sering tertinggal dalam melakukan tugas-tugas pembelajaran. d. Siswa sering menunjukkan sikap yang tidak wajar seperti layaknya siswasiswa yang lain. Sedangkan menurut penulis jenis-jenis kesulitan belajar dapat dilihat pada tingkah laku siswa yang menunjukkan sikap yang kurang sama dengan teman-temannya. Contohnya : jam masuk sekolah siswa biasanya pukul WIB tetapi ada siswa yang datang ke sekolah pada pukul WIB. Inilah dimaksud tingkah laku yang berbeda dengan temannya. Kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan-

8 hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis yang dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Menurut Ardhi Nurrahman (2011) kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : a. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. b. Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. c. Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. d. Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga siswa tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

9 e. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala Bimbingan di SMK dalam Mengatasi Kesulitan Belajarpai kesejahteraan hidupnya.sedangkan Totok Santoso (1988) berpendapat bahwa bimbingan belajar adalah suatu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta bimbing dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah agar peserta bimbing dapat menyesuaikan diri dalam situasi belajarnya, dapat mengembangkan ketrampilan belajarnya, dan membentuk kebiasaan-kebiasaan belajar dengan sistematik dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan potensi dan kemampuan dirinya. Dengan demikian guru pembimbing memegang peranan penting, di samping guru-guru bidang studi yang terkait lainnya. Pembimbing harus peka terhadap kesulitan belajar yang dialami oleh para remaja. Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, maka pembimbing harus memberikan layanan bimbingan belajar bagi siswa yang bermasalah. Tujuan pelayanan bimbingan di ambil dari buku rambu-rambu BK

10 (2008) ialah agar konseli dapat : a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa akan datang b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja Bimbingan merupakan sebuah istilah yang sudah umum digunakan dalam dunia pendidikan. Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya bantuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan yang lebih luas dikemukakan oleh Good (Thantawi, 1995) yang menjabarkan bahwa bimbingan adalah: a. Suatu proses hubungan pribadi yang bersifat dinamis b. Suatu bentuk bantuan yang sistematis kepada murid c. Perbuatan atau teknik yang dilakukan untuk menuntun murid terhadap suatu tujuan yang diinginkan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang membuat dirinya sadar tentang kebutuhan

11 Supriadi (2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor / pembimbing kepada konseli agar konseli dapat: a. Memahami dirinya b. Mengarahkan dirinya c. Memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya d. Mengambil manfaat dari peluang yang dimilkinya sesuai dengan potensi-potensinya Dari uraian yang telah disebutkan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sangat banyak ragamnya baik yang bersumber dari diri siswa itu sendiri atau di luar diri siswa. Untuk dapat menolong siswa-siswa yang mengalami kesulitanbelajar dibutuhkan pengetahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi siswa, khususnya siswa SMK yang memasuki usia remaja. 2.3.Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar Menurut Santoso (1988) bimbingan belajar adalah suatu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta bimbing dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah agar peserta bimbing dapat menyesuaikan diri dalam situasi belajarnya, dapat mengembangkan ketrampilan belajarnya, dan membentuk

12 kebiasaan-kebiasaan belajar dengan sistematik dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan potensi dan kemampuan dirinya. 2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar Untuk menyelenggarakan bimbingan di sekolah, terlebih dahulu pembimbing harus merencanakan program bimbingan untuk keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Salah satu program bimbingan itu adalah memberikan layanan bimbingan belajar bagi setiap siswa yang membutuhkan karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran di sekolah, maka wajiblah siswa-siswa dibimbing agar mencapai tujuan belajar. Menurut Sukardi (1983) tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu siswa-siswa agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal. Tujuan layanan bimbingan belajar di ambil dari buku ramburambu BK (2008) ialah agar konseli dapat : a. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang di alaminya.

13 b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat. d. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti ketrampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. e. Memiliki ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hala dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. f. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. Dengan bimbingan belajar diharapkan siswa-siswa dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin sesuai potensi-potensi, bakat dan kemampuanyang ada padanya. Berdasarkan tujuan layanan bimbingan belajar seperti yang telah dirinci di atas maka penulis menyimpulkan tujuan layanan bimbingan belajar adalah untuk membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa-

14 siswa tersebut dapat menyelesaikan atau menangani tuntutan yang dikenakan padanya. 3. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Bimbingan Belajar untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Guru Bimbingan dan Konseling dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat. Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, (dalam Tri Budi, 2003) seorang guru pembimbing harus : a. Mengumpulkan data tentang siswa b. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari c. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik secara individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak

15 e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa f. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu h. Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa i. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya j. Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus merupakan keterpaduan. Guru pembimbing di sekolah sering disebut sebagai konselor. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004) tugas-tugas dari guru pembimbing adalah : a. Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri selama proses kemajuan di sekolah b. Mempertemukan pengetahuan tentang dirinya sendiri dengan informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan bertanggung jawab, yang akhirnya diwujudkan dalam membuat pilihan-pilihan

16 c. Mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain d. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya e. Memahami lingkungan sekolah keluarga dan masyarakat f. Mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya g. Menyalurkan dirinya, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya Karena guru pembimbing atau konselor mempunyai tugas-tugas yang dapat membantu mengatasi masalah-masalah siswa disamping didukung oleh semua pihak yang berada di lingkungan sekolah, maka penulis berpendapat sebaliknya dalam melaksanakan tugasnya, hendaklah didukung oleh guru-guru yang lain karena keberhasilan dan kegagalan siswa merupakan tanggung jawab bersama. a. Prosedur dan Langkah-langkah Membimbing Siswa yang Mengalami Kesulitan belajar Menurut Surya (1998) tugas guru yang paling penting dalam hubungan dengan kesulitan belajar ialah membantu siswa melalui prosedur bimbingan. Dengan bimbingan yang baik, siswa dapat mengatasi masalah kesulitannya dan mampu berprestasi secara optimal sesuai dengan

17 kemampuannya. Menurut Surya (1998) secara garis besar prosedur bimbingan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. Langkah pertama : Kenalilah siswa yang mengalami kesulitan belajar Siswa-siswa yang nilainya kurang dari 60, dapat dinyatakan sebagai siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. b. Langkah kedua : Bagaimana sifat dan jenis kesulitannya? Guru harus dapat menemukan dalam mata pelajaran apa saja siswa mengalami kesulitan atau bagian mata pelajaran mana siswa mengalami kesulitan. c. Langkah ketiga : Apa latar belakangnya? Berdasarkan gejala yang nampak untuk setiap subjek atau kasus, lalu carilah latar belakang yang menjadi penyebab kesulitan belajar yang ada dalam dirinya (internal) atau diluar dirinya (eksternal). Beberapa pertanyaan berikut dapat dijadikan sebagai rujukan dalam upaya mencari latar belakang tersebut : 1. Bagaimana tingkah lakunya dalam ruang kelas? 2. Bagaimana kemampuan dasarnya (intelegensi dan bakatnya)? 3. Apakah ia mempunyai masalah pribadi? 4. Apakah ia mempunyai kecacatan fisik atau mental? 5. Bagaimana cara guru mengajar? 6. Bagaimana keadaan keluarganya?

18 d. Langkah keempat : bagaimana kemungkinan-kemungkinan usaha bimbingan? Berdasarkan informasi mengenai gejala dan latar belakang kesulitan belajar, dapat diperkirakan beberapa kemungkinan tindakantindakan yang dapat dilaksanakan untuk memberikan bimbingan. Tindakan yang dilakukan sudah tentu harus disesuaikan dengan informasi masing-masing individu siswa. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat dijadikan rujukan dalam menetapkan langkah keempat ini : 1. Apakah dilakukan pemeriksaan kesehatan? 2. Apakah perlu diberikan pelajaran tambahan secara khusus? 3. Apakah perlu diberikan konseling? e. Langkah kelima : Pelaksanaan pemberian bimbingan Selama proses pemberian bimbingan, haruslah diikuti dengan penilaian yang cermat untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan. Sesuai dengan sifat dan jenis kesulitan yang dihadapi, beberapa aktivitas pemberian bimbingan yang mungkin diberikan antara lain seperti : 1. Memberikan tugas tambahan dalam pelajaran atau pengajaran perbaikan 2. Mengubah sesuai metode mengajar dengan metode lain yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa yang bersangkutan 3. Meminta teman sebaya yang pandai untuk membantu dalam belajar 4. Memberikan konseling dan bimbingan dalam kelompok

19 f. Langkah keenam : bagaimanakah hasilnya? Langkah keenam ini merupakan langkah untuk menilai keberhasilan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini sangat berguna mengetahui keberhasilan upaya pemahaman dan pemberian bimbingan kepada siswa. Teknik atau cara yang boleh dilakukan dalam langkah keenam ini antara lain dengan memberikan pemeriksaan atau tes prestasi belajar kepada siswa. Agar pembimbing tidak mengalami kekeliruan dalam menolong siswa yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan kerjasama antara guru bidang studi, wali kelas dan guru-guru yang terkait lainnya. Dari informasi yang didapat maka guru pembimbing akan tahu siapa-siapa saja yang memerlukan bimbingan belajar, bimbingan pribadi, sosial, serta bimbingan karier. Dengan demikian pelaksanaan bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar akan teridentifikasi dengan baik. 4. Penelitian yang Relevan a. Gerson Naru (2005) dalam penelitianya tentang usaha guru pembimbing dalam membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar diperoleh

20 kesimpulan bahwa guru pembimbing kurang melaksnakan kewajibanya membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. b. Antonetha Kihi (2006) dalam penelitiannya tentang usaha guru pembimbing dalam membimbing siswa yang memiliki prestasi belajar rendah diperoleh kesimpulan bahwa guru pembimbing kurang berperan aktif dalam membimbing siswa yang berprestasi rendah. c. Noverawati Autantika (2011) dalam penelitiannya tentang kompetensi dan peran guru bimbingan dan konseling dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa diperoleh kesimpulan Guru bimbingan dan konseling telah berperan sesuai dengan kompetensinya dalam bimbingan dan konseling. d. Mahmudah (2011) dalam penelitiannya tentang peran bimbingan dan konseling dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar diperoleh kesimpulan 1) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar pada siswa kelas XI di MAN Yogyakarta III yaitu tidak memiliki buku-buku pelajaran, dukungan orangtua kurang, cara mengajar guru monoton, situasi kelas kurang kondusif, tidak ada minat untuk belajar, tidak menargetkan hasil belajar, tidak aktif dalam bertanya, pelajaran sulit, dan malas mencatat. 2) Adapun pelaksanaan Peran guru Bimbingan dan Konseling dengan cara memberikan bimbingan belajar, layanan dan kegiatan pendukung. Dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu dengan cara membantu bimbingan belajar serta mengarahkan peserta didik secara terus menerus supaya mereka dapat memahami

21 dirinya.3) Peran guru Bimbingan dan Konseling dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dikatakan mengalami peningkatan atau berhasil dengan baik dalam membimbing. e. Dwiani Mardistuti (2010) penelitiaannya dalam peran guru kelas dlam meningkatkan pelaksanaan belajar pendidikan agama islam diperoleh hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru kelas SD N Kalongan Maguwoharjo Depok Sleman sangat berperan dalam meningkatkan pelaksanaan belajar siswa dalam pelajaran pendidikan agama islam sebagaimana kita tahu peran guru sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing. Upaya yang dilakukan Guru kelas SD N Kalongan Maguwoharjo Depok Sleman dalam meningkatkan pelaksanaan belajar siswa dalam pelajaran pendidikan agama islam adalah dengan mengadakan TPA khusus kelas 3, shalat fardhu berjamaah, melaksanakan hari- hari besar Islam, menjenguk siswa yang sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Karena dengan pertolongan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu proses sosialisasi dengan menanamkan pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan berkreativitas menurut

Lebih terperinci

Sulit Belajar 09:39:00 AM,

Sulit Belajar 09:39:00 AM, Sulit Belajar 09:39:00 AM, 01.08.2012 A. Kesulitan Belajar. KESULITAN BELAJAR SISWA DAN BIMBINGAN BELAJAR Oleh : Drs. Akhmad Sudrajat,M.Pd. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) Layanan dan bimbingan siswa pada hakekatnya merupakan sebuah bantuan yang diberikan konselor kepada siswa untuk membantu menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy, tingkatan intelektual manusia terbagi dalam tiga jenis 1. Pertama, individu dengan tingkat intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU. 1. Pengertian dan macam-macam Kesulitan Belajar

BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU. 1. Pengertian dan macam-macam Kesulitan Belajar BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU A. Landasan Teori. 1. Pengertian dan macam-macam Kesulitan Belajar Menurut Drs. Tadjab, M.A. dalam bukunya Ilmu Jiwa Pendidikan, belajar bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Irwitadia Hasibuan Universitas Syiah Kuala irwitadiahasibuanmedan@gmail.com ABSTRAK Aljabar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN Sri Wahyuni Adiningtiyas. Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling UNRIKA Batam Abstrak Penguasaan terhadap cara-cara belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL

PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL Oleh Henoki Waruwu Abstrak: Many students have difficulty in learning generaly. Therefore require to

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan setiap orang, terutama yang terlibat dalam dunia pendidikan. Belajar menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah manusia itu sendiri. Manusia berlainan dengan makhluk lain seperti binatang yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan tersendiri berbeda satu dengan yang lain, baik dari segi fisik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat diperlukan oleh setiap siswa, karena dengan kegiatan pembelajaran dapat melatih siswa untuk terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat

Lebih terperinci

KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR SUYONO Guru SD Negeri 007 Suka Damai Kecamatan Singingi Hilir suyonos976@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa di sekolah. Istilah belajar sebenarnya telah dikenal oleh masyarakat umum, namun barangkali

Lebih terperinci

Resume Diagnosti kesulitan Belajar

Resume Diagnosti kesulitan Belajar Resume Diagnosti kesulitan Belajar Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia diprediksi akan dapat mengejakannya atau mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan bimbingan dan konseling sekolah bertindak sebagai polisi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan bimbingan dan konseling sekolah bertindak sebagai polisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling di dunia pendidikan sangatlah penting untuk membantu mengatasi permasalahan atau problem tertentu, kebanyakan pelaksanaan bimbingan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelengaraannya tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laju pembangunan yang sedang berkembang dengan begitu cepat di hampir semua bidang kehidupan menuntut masyarakat untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA A. Kajian teori 1. Konsep Belajar a. Pengertian Belajar BERFIKIR Belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Statika dan Tegangan (IST) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Statika dan Tegangan (IST) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Statika dan Tegangan (IST) merupakan salah satu mata pelajaran dasar teknik yang harus dipelajari oleh siswa jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK. Ilmu

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (DKB)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (DKB) PSIKOLOGI PENDIDIKAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (DKB) SUGIYANTO, M.Pd (www.uny.ac.id) PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Jl. Colombo, Karang

Lebih terperinci

A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL

A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL Proses belajar mengajar merupakan ciri yang sangat umum dalam dunia pendidikan. Dalam prakteknya tidak selalu berjalan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Statistika, Vol. 7 No., 5 3 Nopember 007 Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Yunia Mulyani Azis Tenaga Pengajar di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi diri yang tidak terbatas waktu dan tempat dengan memperhatikan adanya nilai-nilai budaya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa remaja. Pada masa ini berkembang suatu gejala yang cukup menghawatir kan bagi para pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil belajar tergantung pada kemampuan setiap siswa. Kegiatan belajar di sekolah bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dicapai melalui proses belajar baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suasana belajar yang terkondisikan dengan baik antarsiswa akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Suasana belajar yang terkondisikan dengan baik antarsiswa akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suasana belajar yang terkondisikan dengan baik antarsiswa akan menjadi salah satu faktor dalam menghasilkan proses pembelajaran yang berhasil, sebab kebutuhan psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan ini ditandai dengan adanya beberapa ragam program pendidikan, mulai dari program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing.

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII DALAM MENYEDERHANAKAN BENTUK ALJABAR

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII DALAM MENYEDERHANAKAN BENTUK ALJABAR ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII DALAM MENYEDERHANAKAN BENTUK ALJABAR Iftitaahul Mufarrihah Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Hasyim Asy ari email : iftitaahul.mufarrihah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan A. Tujuan I. PENDAHULUAN Setelah mempelajari modul ini para konselor diharapkan : 1. Memiliki pemahamam tentang konselor sebagai suatu profesi 2. Memiliki pemahamam tentang kinerja profesional konselor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Balajar 2.1.1 Pengertian Kesulitan Belajar Dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah peserta didik tidak luput dari berbagai kesulitan. Tinggi rendahnya hasil belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA Citra Veronika, Djoko Adi Susilo, Tri Candra Wulandari Universitas Kanjuruhan Malang veronikacitra11@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA

PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA Oleh: Dra. Aas Saomah, MSi A. Pengantar Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah yang dihadapi anak, terutama anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan salah satu kegiatan latihan yang bersifat intrakurikuler. Kegiatan ini diselenggarakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Membolos 1. Pengertian Membolos Menurut Gunarsa (1981) membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Membolos sering terjadi tidak hanya saat ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia menuju kepribadian mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekitarnya. Berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Demi terlaksananya proses penelitian dengan lancar dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari

BAB II LANDASAN TEORI. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peran Guru Bimbingan dan Konseling Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain guru Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran biologi termasuk salah satu mata pelajaran yang kompleks, karena didalamnya tercakup seluruh makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Usia remaja merupakan saat pengenalan/ pertemuan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION Dwinda Reina Sari. 10500106 SK. Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma,2008 ABSTRAK Di Indonesia akhir masa orde baru

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Hal apa saja yang perlu dipahami oleh guru mengenai siswa? Aspek perkembangan anak sekolah dasar (SD) 1. Perkembangan motorik dan persepsi. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan dorongan dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami masalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah adalah wadah pendidikan formal mempunyai tanggung jawab besar untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagaimana yang diamanahkan dalam

Lebih terperinci

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR EVA IMANIA ELIASA, M.Pd PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD FAKTOR UTAMA LAYANAN BIMBINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah rumah yang dimasuki oleh anak. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : 1. Konsep dasar bimbingan dan konseling pribadi - sosial : a. Keterkaitan diri dengan lingkungan sosial b. Pengertian BK pribadi- sosial c. Urgensi

Lebih terperinci

Deteksi Potensi Kesulitan. Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI

Deteksi Potensi Kesulitan. Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI Deteksi Potensi Kesulitan Belajar Siswa Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI KESULITAN BELAJAR Hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam : menyesuaikan diri dengan situasi pembelajaran/ pendidikan, mengikuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel penelitian adalah karakteristik kesulitan belajar Siswa Berprestasi Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreatifitas pendidikan suatu bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses pengubahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan 1 : Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersipkan karir serta berperan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang individu, memasuki dunia pendidikan atau masa sekolah formal semenjak masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah sebagai hasil yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah sebagai hasil yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya dapat berkembang.

Lebih terperinci