BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumberdaya manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumberdaya alam dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hampir semua bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikannya termasuk Indonesia. Kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat dari kemampuan atau kompetensi yang dimiliki lulusan lembaga pendidikan, seperti sekolah. Sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat dan mensejahterakan masyarakat. Sekolah harus mengetahui potensi yang dimiliki setiap peserta didiknya, dan untuk Selanjutnya sekolah merancang pengalaman belajar yang harus diikuti peserta didik agar memiliki kemampuan yang diperlukan masyarakat. Dengan demikian potensi peserta didik akan berkembang secara optimal. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Pasal 3 undang-undang tersebut menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang dijelaskan diatas, maka Pemerintah menetapkan standar nasional pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah tersebut menjelaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Selanjutnya pasal 11 PP Nomor 19 tahun 2005 ini menjelaskan bahwa beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) ditetapkan oleh Peraturan Menteri berdasarkan usul dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pada ayat ini dijelaskan pula bahwa, sekolah khususnya SMA/MA/ SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sekolah kategori standar dan sekolah kategori mandiri. Pengkategorian ini didasarkan pada tingkat terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan. Oleh karenanya Pemerintah dan Pemerintah Daerah berupaya agar sekolah/madrasah yang berada dalam kategori standar meningkat menjadi sekolah/madrasah kategori mandiri. Lebih jauh, PP Nomor 19 tahun 2005, Peraturan Peralihan pasal 94 ayat b menyatakan bahwa 7(tujuh) tahun sejak diterbitkannya PP tersebut semua sekolah harus memenuhi SNP. Dengan demikian maka semua SMA wajib untuk mengupayakan pencapain 8 SNP ini, dengan atau tanpa bantuan. 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 1-23

2 Dalam rangka pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA, Direktorat PSMA telah melaksanakan program bimbingan pendampingan secara bertahap, dimulai pada tahun 2007 dengan 441 SMA rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM). Selanjutnya pada tahun 2008 menjadi SMA, dan pada tahun 2009 menjadi SMA. Direktorat PSMA secara terus menerus melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap SMA tersebut dalam kurun waktu 3 tahun, baik berupa bantuan keuangan (block grant), dokumen dan pedoman yang mendukung terhadap pencapain SNP, maupun berupa kegiatan yang dilaksanakan mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan SMA. Kegiatan yang dilaksanakan berupa asistensi bagi SMA, Penanggung Jawab Program tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Provinsi yang dilaksanakan langsung oleh Direktorat PSMA. Selain itu, dilaksanakan juga asistensi melalui pengiriman fasilitator ke Provinsi dalam kegiatan workshop/asistensi dan revisi proposal yang dilaksanakan oleh masing masing Provinsi. Untuk selanjutnya, agar diperoleh gambaran hasil implementasi program rintisan SKM ini, maka dilakukan supervisi yang pada tahun 2009 melibatkan 170 SMA di seluruh Provinsi. Kegiatan lain yang telah dilaksanakan oleh Direktorat PSMA adalah bimbingan teknis KTSP (Bimtek KTSP) yang merupakan kegiatan bimbingan yang diberikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan SMA dalam rangka memberikan pemahaman konsep dan teknis persiapan, pelaksanaan dan evaluasi KTSP yang dilaksanakan dalam bentuk workshop. Tujuan dari program tersebut adalah : (1) mendiseminasikan landasan hukum/peraturan (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Permendiknas dan Panduan yang diterbitkan BSNP) yang menjadi acuan dalam pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan pelaksanaan KTSP, (2) meningkatkan kemampuan/keterampilan peserta diklat/ bimtek antara lain dalam : penyusunan rencana pencapaian SNP, penyusunan KTSP, pengembangan perangkat dan pelaksanaan pembelajaran, penyiapan perangkat dan pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik, dan penyusunan program muatan lokal. Seluruh SMA wajib mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi. Menurut Wilson (2001), paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian menekankan pada standar atau hasil. Hasil belajar yang berupa kompetensi dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi mengajar atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan pembelajaran yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil ulangan dan ujian, serta tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Selain itu, sekolah harus menyusun dan memiliki berbagai panduan, program kerja sekolah, dan mengevaluasi hasil pencapaian kinerjanya dalam rangka terpenuhinya 8 SNP. Direktorat Pembinaan SMA telah melaksanakan bimtek pelaksanaan KTSP ini di SMA sejak tahun Sampai dengan tahun 2009 pelaksanaan bimtek telah menjangkau sekolah, dengan melibatkan orang guru, kepala sekolah dan pengawas, serta unsur Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota. Bimtek KTSP dilaksanakan secara berjenjang dan bertahap, mulai dari penyiapan rancangan program, bahan/materi dan strategi pelaksanaannya, sampai dengan bimtek di tingkat sekolah, dan supervisi keterlaksanaan KTSP di sejumlah SMA. Meskipun program dan kegiatan ini telah dilaksanakan lebih dari 3 tahun, tetapi masih ditemukan permasalahan yang menghambat terhadap pencapaian SNP tersebut. Dari 170 SMA yang disupervisi pada tahun 2009, ditemukan hanya beberapa SMA yang sudah siap untuk menjadi SKM. Beberapa hal yang ditemukan antara lain; (1) hampir semua SMA sudah memiliki dokumen SNP, namun makna dan esensinya belum banyak dipahami, (2) sekolah mendapat kesulitan dalam menentukan prioritas program, (3) sekolah belum optimal dalam mempromosikan program sekolah ke lingkungan internal (warga sekolah + komite sekolah) dan ekternal (Pemda), (4) Sekolah masih menemui kesulitan dalam menyusun dan mengimplementasikan KTSP, (5) masih ada SMA yang menyusun KTSP 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 2-23

3 tanpa prosedur yang benar, dan (6) masih ada SMA yang mengadopsi KTSP SMA lain, meskipun SMA yang KTSP nya diadopsi tersebut tidak memiliki karakteristik yang sama. Selain dari itu, masih ada SMA yang memahami bahwa pemenuhan SNP adalah kewajiban yang harus dicapai sekolah sesuai dengan tuntutan PP nomor 19 tahun 2005, Peraturan Peralihan pasal 94 ayat b yang menyatakan bahwa 7(tujuh) tahun sejak diterbitkannya PP tersebut semua sekolah harus memenuhi SNP. Sementara itu, berbagai program yang dilakukan oleh pusat, propinsi, kabupaten/kota baik yang berupa bantuan dana (block grant) ataupun bantuan pendampingan yang berupa kegiatan, hanya sebagai stimulus dalam pemenuhan SNP tersebut. Memperhatikan berbagai permasalahan diatas, maka Direktorat Pembinaan SMA perlu menyempurnakan Konsep Sekolah Kategori Mandiri (SKM), sehingga lebih operasional dan dapat membantu SMA dalam memanfaatkan seluruh sumberdayanya dalam mewujudkan tuntutan PP nomor 19 tahun 2005 ini. Untuk selanjutnya, konsep ini juga diharapkan dapat membantu SMA dalam memahami 8 (delapan) SNP, untuk kemudian dapat menyusun strategi penyelenggaraan SKM agar pemenuhan SNP dapat terwujud dalam waktu yang telah ditentukan. Konsep SKM SMA pada dasarnya berisi tentang pengertian, karakteristik dan profil SKM di SMA. Sebagai pendukung penerapan konsep ini, Direktorat Pembinaan SMA juga menyusun naskah Pola Pembinaan SKM dan PBKL, Panduan Penyelenggaraan SKM lainnya yang diperlukan. Melalui konsep dan panduan, serta juknis yang disusun, diharapkan seluruh stakeholder pendidikan akan memahami konsep SKM, dan usaha usaha serta strategi apa yang harus dilakukan SMA, agar 8 SNP dapat dipenuhi. B. LANDASAN HUKUM Landasan hukum Sekolah Kategori Mandiri (SKM) sebagai berikut : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 huruf b dan huruf f, bab IX pasal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bagian ketiga pada Pasal 10 dan 11 tentang beban belajar dalam bentuk sistem paket dan sistem satuan kredit semester (SKS) 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pembiayaan Pendidikan 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 7. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi 8. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 9. Permendiknas Nomor 6 tahun 2007, sebagai Penyempurnaan Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah 11. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 12. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru 13. Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan 14. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan 15. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan 16. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 3-23

4 17. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses 18. Permendiknas Nomor 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah 19. Permendiknas Nomor 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah 20. Permendiknas Nomor 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah 21. Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Konselor Sekolah/ Madrasah 22. Permendiknas Nomor 39 tahun 2009 tentang Beban Kerja Guru 23. Permendiknas Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan 24. Permendiknas Nomor 69 tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB C. LANDASAN OPERASIONAL Landasan operasional Sekolah Kategori Mandiri (SKM) sebagai berikut : 1. Kewajiban satuan pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Aturan Peralihan Pasal 94, butir b, paling lambat 7 (tujuh) tahun setelah berlakunya Peraturan Pemerintah tersebut mencakup 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yaitu : a. Standar Isi (Permendiknas Nomor 22 tahun 2006) meliputi : Kerangka dasar dan struktur kurikulum Beban belajar Kurikulum tingkat satuan pendidikan Kalender pendidikan Lampiran Standar Isi tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap mata pelajaran b. Standar Kompetensi Lulusan (Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 48 tahun 2008) meliputi : Standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah Standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran Standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran c. Standar Proses (Permendiknas Nomor 41 tahun 2007) mencakup : Perencanaan proses pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran Penilaian hasil pembelajaran Pengawasan proses pembelajaran d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mencakup kualifikasi dan kompetensi meliputi : Standar Pengawas Sekolah (Permendiknas Nomor 12 tahun 2007) Standar Kepala Sekolah (Permendiknas Nomor 13 tahun 2007) Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Permendiknas Nomor 16 tahun 2007) Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 24 tahun 2008) Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 25 tahun 2008) Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008) Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008) 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 4-23

5 e. Standar Sarana dan Prasarana (Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007) meliputi: Satuan pendidikan Lahan Bangunan gedung Kelengkapan prasarana dan sarana : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga. f. Standar Pengelolaan (Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007) meliputi : Perencanaan program Pelaksanaan rencana kerja Pengawasan dan evaluasi Kepemimpinan sekolah/madrasah Sistem informasi manajemen g. Standar Pembiayaan (PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 62; PP No. 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan dan Permendiknas Nomor 69 tahun 2009) meliputi : Biaya investasi Biaya operasi Biaya personal h. Standar Penilaian Pendidikan (Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007) mencakup : Prinsip penilaian Teknik dan instrumen penilaian Mekanisme dan prosedur penilaian Penilaian oleh pendidik Penilaian oleh satuan pendidikan Penilaian oleh pemerintah 2. Pemetaan sekolah berdasarkan tingkat pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Penjelasan Pasal 11 Ayat (2) dan Ayat (3)) : a. Berkaitan dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan, Pemerintah memiliki kepentingan untuk memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/ madrasah yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. b. Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar. c. Berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumberdaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah/madrasah yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori mandiri. 3. Peran pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 50, butir 2, 4 dan 5) : a. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional b. Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah c. Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. 5. Kebijakan dan program teknis Dinas Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berkaitan dengan SNP 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 5-23

6 D. TUJUAN Konsep SKM ini bertujuan untuk: 1. Memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu. 2. Menjamin dan mengendalikan mutu pelaksanaan pendidikan berdasarkan kriteria minimal penyelenggaraan pendidikan di SMA. 3. Memberikan pemahaman tentang SKM berkaitan dengan SNP. 4. Memberikan arahan kepada SMA untuk melakukan upaya upaya dalam rangka pemenuhan SNP. 5. Menjadi dasar dalam menjalin kerjasama dan meningkatkan peran serta stakeholder pendidikan di SMA melalui pola pembinaan, di tingkat Pusat dan Daerah dalam pemenuhan SNP. 6. Memberikan arahan kepada pembina pendidikan dalam rangka pembinaan terhadap SMA dalam pemenuhan SNP. E. HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil yang diharapkan dari konsep SKM SMA adalah : 1. Terwujudnya hasil pendidikan yang bermutu dan terukur. 2. Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan sesuai tuntutan Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang penjaminan mutu pendidikan. 3. Terpahaminya konsep dan karakteristik SKM oleh stakeholder pendidikan di SMA. 4. Adanya sejumlah SMA yang terdorong untuk melakukan upaya-upaya peningkatan mutu dan penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi/hampir memenuhi standar nasional pendidikan. 5. Terjalinnya kerjasama dan terlaksananya peran serta stakeholder pendidikan di SMA antara pusat dan daerah sesuai tugas dan perannya masing-masing. F. SASARAN Dokumen ini dapat digunakan oleh seluruh SMA, baik yang sedang menjalankan program Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM) maupun secara mandiri sedang merintis untuk menerapkan SNP. 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 6-23

7 BAB II KONSEP SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SKM) SMA A. PENGERTIAN Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa sekolah sebagai organisasi yang khas mempunyai tugas dan fungsi pelayanan masyarakat yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Selain itu, sekolah juga merupakan institusi yang melaksanakan proses pendidikan dalam tataran mikro yang menempati posisi penting, karena di sekolah akan terjadi proses pendidikan dan proses sosial sehingga peserta didik dapat tumbuh kembang, dan memperoleh bekal untuk kehidupan di masyarakat. Berkaitan dengan peran dan kedudukan penting seklah, Moris et. al (2001) mendefinisikan fungsi sekolah sebagai berikut : school give opportunity for self-development an social mobility; school develop the individual s comptence as aworker, citizen and parent; school contribute to the economic growth of a society; School help to solve pressing social problem. Memperhatikan fungsi sekolah yang dikemukakan oleh Moris diatas, maka sekolah berkewajiban memberikan pelayanan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya, baik potensi akademik maupun potensi sosial. Lebih jauh sekolah sebagai unit pelayanan teknis juga memiliki tanggungjawab terhadap orang tua dan lingkungan dalam mengembangkan peserta didik untuk dapat mengekpresikan dirinya dalam kehidupan sosial, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Haris (2003) memberikan ilustrasi tentang sekolah yang efektif sebagai berikut : focus closely on clsassroom improvement; Utilize discretye instruction or pedagogical strategies; apply pressure at the implementation stage to ensure adherence to the programme; collect systematic evaluative evidence about the impact upon schools and classroom; mobilize change at a numbers for levels within the organization; generate cultural as well as structural change; engage teachers in professional dialogue and development; provide external agency and support. Berdasarkan pernyataan Haris diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sekolah yang efektif dituntut untuk untuk memiliki program kegiatan, baik yang berkaitan dengan proses pembelajaran maupun yang berkaiatan dengan lingkungan. Program dan kegiatan tersebut direvisi, dikembangkan, dan dievaluasi terus menerus, agar dampak dan manfaat dari program atau kegiatan yang telah dilaksanakan dapat teramati. Sekolah juga harus mengembangkan sumberdayanya melalui berbagai kegiatan dan dukungan, internal maupun eksternal. Sejalan dengan ini, Lightfoot (1993) mengatakan bahwa sekolah yang baik tidak berarti.. does not absolute or discrete qualities of excellence and perfection, but on views of institution that anticipate changes, conflict, and imperfection. Dengan demikian maka sekolah yang baik itu belum tentu segalanya baik, tetapi sekolah itu juga dapat mengantisipasi perubahan dan konflik yang dihadapi. Berkaitan dengan kualitas sekolah ini, maka Pemerintah menuntut SMA yang ada di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia untuk mencapai target standar sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 7-23

8 Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, dan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Ketentuan penerapan SNP tersebut telah diatur dalam beberapa pasal dan penjelasannya pada PP tersebut sebagai berikut : 1. Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi SNP ke dalam kategori standar 2. Pemerintah mendorong dan memfasilitasi diberlakukannya sistem satuan kredit semester (SKS) karena kelebihan sistem ini yaitu lebih mengakomodasikan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Dengan diberlakukannya sistem ini maka satuan pendidikan tidak perlu mengadakan program pengayaan karena sudah tercakup (built in) dalam sistem ini. Terkait dengan itu SMA atau bentuk lain yang sederajat dapat menerapkan sistem SKS. Khusus untuk SMA atau bentuk lain yang sederajat yang berkategori mandiri harus menerapkan sistem SKS jika menghendaki tetap berada pada kategori mandiri. 3. Satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun. Berdasarkan pada ketentuan penerapan SNP di atas maka dapat disimpulkan bahwa SMA kategori mandiri adalah SMA yang telah mampu memberikan layanan pendidikan minimal sesuai dengan standar nasional pendidikan, dan dapat memanfaatkan sumberdaya internal dan didukung oleh sumberdaya eksternal. Sistem SKS menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pengertian SKM SMA, artinya bahwa suatu SMA belum masuk kategori mandiri jika belum menerapkan SKS. Mempertimbangkan bahwa sampai saat naskah ini disusun belum diterbitkan ketentuan yang mengatur SKS maka ruang lingkup konsep ini dibatasi pada pemahaman SKM dalam arti memenuhi atau hampir memenuhi SNP. B. KARAKTERISTIK Karakteristik adalah ciri-ciri khusus SKM di SMA yang perinciannya dijabarkan dalam profil. Karakteristis tersebut adalah : 1. Memiliki dokumen KTSP yang penyusunannya dilakukan melalui proses analisis konteks, validasi dan rekomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan verifikasi serta penandatanganan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, dan pemberlakuannya disahkan Kepala Sekolah dengan pertimbangan Komite Sekolah 2. Seluruh guru menyusun perencanaan pembelajaran (RPP), melaksanakan pembelajaran sesusai dengan RPP, melakukan penilaian dengan berbagai cara, dan menerapkan pembelajaran berbasis TIK. 3. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh proses pendidikan untuk mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan 4. Merumuskan dan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk semua mata pelajaran masing masing 75 %, dengan target kelulusan 100% dan lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi 75%. 5. Memiliki lebih dari 75% guru berkualifikasi minimal D-IV atau S-I dengan latar belakang pendidikan sama dengan mata pelajaran yang diampunya. 6. Seluruh tenaga tata usaha, laboran, dan pustakawan sesuai kualifikasi dan dapat mengaplikasikan komputer dalam administrasi sekolah/tugasnya. 7. Memiliki tenaga khusus yang berfungsi dan diberdayakan dengan optimal, sehingga sekolah terpelihara dengan baik 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 8-23

9 8. Memiliki jumlah rombongan belajar maksimal 27 rombel dengan jumlah peserta didik maksimal 32 orang/rombel 9. Memiliki ruang kelas minimal sama dengan jumlah rombongan belajar yang dilengkapi oleh perabot dan alat/media pembelajaran, serta jaringan listrik dan internet yang memadai dan dapat menunjang pembelajaran berbasis TIK 10. Memiliki ruang pembelajaran lainnya yaitu perpustakaan laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa, dilengkapi dengan perabot, peralatan dan bahan sesuai standar serta difungsikan secara terjadwal dan optimal 11. Memiliki ruang Kepala Sekolah dan Guru dilengkapi dengan perabot dan terhubung dengan internet dan LAN 12. Memiliki ruang administrasi, gudang, ibadah, konseling, UKS dan OSIS dilengkapi dengan perabot dengan kondisi tertata rapih, nyaman, dan aman 13. Memiliki sanitasi, keamanan dan kesehatan dengan menyediakan toilet yang bersih serta jumlah memadai, menjamin keamanan lingkungan sekolah dan menjaga kebersihan 14. Seluruh ruang, bangunan, halaman, dan fasilitas dimanfaatkan secara optimal serta dipelihara secara berkala, sehingga dapat berfungsi dengan baik, bersih, aman, dan nyaman 15. Sekolah memiliki RKJM dan RKAS yang memuat semua kegiatan sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah yang ingin dicapai, disesuaikan dengan program pemenuhan SNP dengan melibatkan semua personil sekolah berdasarkan struktur organisasi yang ada dan uraian tuganya 16. Sekolah memiliki dokumen hasil evaluasi dan supervisi terhadap RJKM dan RKAS sehingga pencapain sekolah dalam pemenuhan SNP dapat terukur dan terlihat, dan dijadikan acuan dalam perbaikan program berikutnya 17. Seluruh guru memiliki program penilaian, melaksanakan penilaian sesuai program, dan melakukan analisis terhadap hasil penilaian, serta melaksanakan program perbaikan berdasarkan hasil analisis 18. Sekolah memiliki catatan pencapaian kemajuan seluruh peserta didik, hasil ujian, dan analisis hasil ulangan dan ujian untuk dijadikan dasar dalam pengembangan program penilaian berikutnya 19. Sekolah mengoptimalkan seluruh dukungan eksternal baik berupa moril/ pembimbingan maupun dukungan materil, serta melaksanakan program kemitraan yang didokumentasikan dalam bentuk MOU C. PENGORGANISASIAN PEMBINAAN SKM DI SMA Berkaitan dengan pemetaan sekolah oleh Pemerintah berdasarkan tingkat pemenuhan SNP menjadi kategori standar dan kategori mandiri, maka berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumberdaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah/madrasah yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori mandiri. Oleh karena itu pelaksanaan kebijakan tersebut di SMA menjadi tanggung jawab bersama antara Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Sekolah didukung dengan pihak eksternal yang terkait dengan SMA. Agar pelaksanaanya terkoordinasi dengan baik maka dikembangkan model pengorganisasian pembinaan SKM di SMA dijelaskan dalam gambar berikut ini. 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 9-23

10 Koordinasi dan sinkronisasi program pembinaan SKM 1. Kebijakan Rintisan SKM 2. Panduan-panduan pendukung SKM 3. Bimtek pengembangan program SKM 4. Supervisi dan evaluasi program SKM Koordinasi dan sinkronisasi program pembinaan SKM 1. Program pembinaan SKM SMA 2. Bantuan teknis, manajerial, pendanaan pemenuhan profil SKM 3. Pemantauan, supervisi dan evaluasi proses dan hasil pelaksanaan program SKM 4. Perluasan sasaran SKM 5. Pengembangan kerjasama pembinaan SKM Pengembangan kerjasama pembinaan SKM SMA Kategori Mandiri Koordinasi Pembinaan SKM Perguruan Tinggi/P4TK/LPMP/ Dewan Pendidikan dan Pemangku Kepentingan Lainnya, antara lain: Kemitraan, Pendampingan, Konsultasi, Koordinasi, Narasumber, Bantuan Material Pembelajaran 1. Program Pembinaan SKM SMA 2. Bantuan teknis, manajerial, pendanaan pemenuhan profil SKM 3. Pemantauan, supervisi dan evaluasi proses dan hasil pelaksanaan program SKM 4. Pengembangan kerjasama pembinaan SMA Pengembangan kerjasama pembinaan SKM Gambar 1. Pengorganisasian pembinaan SKM di SMA Penjelasan Gambar 1 di atas sebagai berikut : 1. Direktorat Pembinaan SMA sebagai pembina SKM SMA secara nasional memiliki peran dan fungsi sebagai berikut : a. Menetapkan kebijakan program Rintisan SKM b. Menyusun perangkat pendukung pelaksanaan program SKM c. Mensosialisasikan program SKM kepada Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/ Kota dan SMA sasaran d. Memberikan bimbingan teknis dalam perencanaan dan pelaksanaan program kerja SKM di SMA e. Melaksanakan supervisi dan evaluasi pencapaian profil SMA 2. Dinas Pendidikan Provinsi sebagai pembina SMA di wilayahnya memiliki tugas sebagai berikut : a. Menyusun program pembinaan SKM di wilayahnya secara bertahap dan berkelanjutan b. Berperan dalam penyusunan dan pengembangan perangkat pendukung pelaksanaan program SKM c. Memberikan bimbingan teknis dan manajerial serta alokasi pendanaan dalam rangka pemenuhan profil SKM mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi d. Menambah jumlah SMA dengan kategori mandiri (SKM). 3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai pembina SMA di wilayahnya memiliki tugas sebagai berikut : a. Menyusun program pembinaan SKM di wilayahnya secara bertahap dan berkelanjutan b. Berperan dalam penyusunan dan pengembangan perangkat pendukung pelaksanaan program SKM c. Memberikan bimbingan teknis dan manajerial serta alokasi pendanaan dalam rangka pemenuhan profil SKM mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 10-23

11 d. Meningkatkan peran dan fungsi pengawas dalam pelaksanaan monitoring dan supervisi pencapaian SNP oleh SMA e. Menambah jumlah SMA dengan kategori mandiri (SKM) 4. SMA merupakan pelaksana program dengan tugas sebagai berikut: a. Menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) untuk 4 tahun dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk 1 tahun pelaksanaan b. Menetapkan target pencapaian per tahun dan 4 tahun c. Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proses dan hasil program kerja d. Melaksanakan program kerja tahunan seusai dengan rencana yang telah ditetapkan. e. Optimalisasi pengggunaan dana sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku f. Optimalisasi peran dan fungsi personil sekolah sesuai dengan tupoksinya masing masing. g. Melaksanakan evaluasi program secara berkala dan berkesinambungan h. Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan program kerja kepada pihak pihak yang berwenang (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pemerintah Kab/Kota, dan Komite Sekolah). 5. Dukungan Eksternal Dukungan eksternal adalah peran serta pemangku kepentingan pendidikan di SMA yang diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan dan pemenuhan SNP sesuai dengan kebutuhan sekolah seperti dari Perguruan Tinggi, P4TK, LPMP, dan lainlain. Dukungan dapat diberikan dalam bentuk kemitraan, pendampingan, konsultasi, koordinasi, narasumber, bantuan material pembelajaran dan sejenisnya. D. MODEL PENGEMBANGAN SKM DI SMA Sekolah Kategori Mandiri merupakan kebijakan nasional dalam rangka menjamin dan mengendalikan mutu pelaksanaan pendidikan berdasarkan kriteria minimal penyelenggaraan pendidikan di SMA yang tertuang dalam 8 SNP. Mengacu pada pengertian, tujuan dan pengorganisasian pembinaan SKM di SMA di atas maka pengembangan SKM di SMA dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan sekolah. Model pengembangan SKM di SMA digambarkan sebagai berikut : RSKM 441 SMA SMA Model SKM-PBKL-PSB Pembinaan Penguatan Penerapan SNP+SKS RSKM Provinsi RSKM Mandiri oleh Sekolah Pembinaan Penguatan Penerapan SNP+SKS RSKM Kab/Kota RSKM Mandiri oleh Sekolah Pembinaan Penguatan Penerapan SNP+SKS Penerapan 8 SNP Secara Bertahap dan Berkesinambungan (Program Rintisan maupun Mandiri Sekolah) Penguatan Penerapan SNP+SKS Gambar 2. Model pengembangan SKM di SMA 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 11-23

12 Penjelasan Gambar 2. di atas sebagai berikut : 1. Pengembangan penerapan SKM di SMA dapat di bagi kedalam dua periode yaitu periode rintisan ( ) dan periode penguatan dimulai tahun 2013 dan seterusnya. 2. Periode rintisan merupakan tahap pemahaman substansi SNP, konsolidasi kebijakan ditingkat institusi pembina (Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), pembinaan terbatas pada sejumlah SMA, dan penerapan secara bertahap di tingkat sekolah. Konsentrasi utama pada periode rintisan adalah pemenuhan 8 SNP dan diharapkan dapat tercapai pada akhir tahun 2012 sebagaimana dipersyaratkan PP 19 tahun 2005 bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan SNP paling lambat 7 tahun setelah terbitnya PP tersebut. Pada periode ini diharapkan seluruh SMA baik negeri maupun swasta telah mulai merintis penerapan 8 SNP secara terprogram, bertahap dan terukur dibawah pembinaan Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya masingmasing. Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan materi pendukung berupa pedoman-pedoman pelaksanaan SKM, melaksanakan sosialisasi dan memberikan bimbingan teknis rintisan pemenuhan SKM disejumlah SMA diseluruh provinsi. Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merencanakan strategi pencapaian SNP dan mengalokasikan sumberdaya untuk membantu SMA yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori mandiri. Pada akhir periode ini yaitu tahun 2012 Dit. Pembinaan SMA bersama-sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Sekolah melakukan evaluasi keberhasilan pelaksanaan penerapan 8 SNP di sekolah. 3. Periode penguatan merupakan tahap pemantapan terhadap penerapan 8 SNP di sekolah dengan menekankan pada penyempurnaan keterlaksanaan semua standar. Pada periode ini jika telah tersedia perangkat pendukung SKS maka mulai dirintis penerapannya. Secara bertahap sekolah diperkenalkan, diarahkan dan dibina untuk menerapkan SKS. Dit. Pembinaan SMA mengembangkan pedoman-pedoman pelaksanaannya, memprogramkan rintisan SKS dan memberikan bimbingan teknis pelaksanaan SKS. Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merencanakan strategi penyempurnaan keterlaksanaan semua standar dan penerapan SKS didaerahnya masing-masing. Diharapkan dalam kurun waktu 4 tahun setelah tahun 2013 lebih dari 75% SMA telah mencapai kategori mandiri yaitu memenuhi/hampir memenuhi 8 SNP dan melaksanakan SKS. 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 12-23

13 BAB III PENUTUP 1. Sekolah Kategori Mandiri bukan merupakan suatu program tetapi merupakan suatu tahapan yang harus dicapai oleh semua SMA sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kewajiban untuk melaksanakan 8 SNP merupakan tanggungjawab bersama antara Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan juga SMA itu sendiri. Dengan demikian maka berdasarkan otonomi sekolah sesuai dengan PP nomor 19 tahun 2005 pasal 94 ayat b, SMA harus berperan secara aktif dalam pemenuhan setiap SNP sesuai skala prioritas yang ditentukan. 2. Keterbatasan infrastruktur, sarana prasarana, serta sumberdaya manusia yang dimiliki, memungkinkan SMA untuk melaksanakannya secara bertahap sesuai dengan kemampuannya. Meskipun demikian, pemenuhan Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian harus menjadi prioriras utama dalam pelaksanaannya. 3. Prioritas pentahapan tidak terbatas kepada standar yang masih kurang, tetapi juga harus fokus kepada keajegan pencapaian standar, sehingga mutu sekolah dapat lebih ditingkatkan, atau minimal dipertahankan. 4. Sekolah Kategori Mandiri bukan program Direktorat PSMA, Pemerintah Provinsi, ataupun Pemerintah Kabupaten/Kota, tetapi merupakan program Pemerintah yang tertuang dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Peralihan pasal 94 ayat b pada PP ini menjelaskan bahwa sekolah (dalam hal ini SMA) harus sudah memenuhi atau hampir memenuhi 8 SNP tujuh tahun setelah PP tersebut terbit. Dengan demikian maka kewajiban SMA untuk mencapai 8 SNP sesuai target waktu yang ditetapkan (tahun 2012/2013) dengan atau tanpa bantuan Pusat atau Daerah. 5. Konsep SKM SMA ini dapat membantu Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan bantuan, bimbingan dan pembinaan terhadap SMA, sehingga 8 SNP dapat dicapai sesuai waktu yang telah ditentukan. 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 13-23

14 Lampiran 1. Profil Sekolah Kategori Mandiri (SKM) SMA PROFIL SEKOLAH KATEGORI MANDIRI (SKM) SMA Sekolah Kategori Mandiri (SKM) adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi 8 SNP yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan dan melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS). Kondisi tersebut digambarkan dalam bentuk profil yang menguraikan indikator-indikator berupa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah. Profil SKM SMA merupakan gambaran garis besar SMA yang telah memenuhi persyaratan sebagai SKM yang di jelaskan dalam bentuk komponen, aspek dan indikator. Komponen, Aspek, Indikator 1. Standar Isi Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan isi sesuai ketentuan dalam Panduan Penyusunan KTSP. Dokumen KTSP telah dinyatakan berlaku dan digunakan oleh sekolah. 1.1 Dokumen KTSP Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang penyusunannya dilakukan melalui proses analisis konteks, validasi dan rekomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, verifikasi dan penanda tanganan oleh Dinas Pendidikan Propinsi, serta pemberlakuannya disahkan Kepala Sekolah dengan pertimbangan Komite Sekolah Memiliki dokumen KTSP yang berisi visi, misi dan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan; struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan (mata pelajaran, mulok, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas dan kelulusan, penjurusan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global), kalender pendidikan, dan silabus 1.2 Dokumen silabus Memiliki dokumen hasil pengkajian substansi SK/KD pada Standar Isi Memilki dokumen hasil pemetaan Standar Isi untuk analisis SK/KD Memiliki berbagai panduan dan contoh silabus yang dikembangkan oleh Pusat sebagai referensi dalam penyusunan silabus yang dilakukan secara mandiri Memiliki dokumen Silabus yang memuat pengalaman belajar yang luas mencakup seluruh mata pelajaran, yang dikembangkan melalui proses penjabaran SK/KD menjadi Indikator, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan jenis penilaian 2. Standar Kompetensi Lulusan Sekolah merumuskan dan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan menetapkan kriteria kelulusan UN di atas kriteria kelulusan nasional dan US minimal sama dengan KKM. Target kelulusan harus mencapai 100% dan mendorong siswa melanjutkan ke Perguruan Tinggi mencapai lebih dari 75%. 2.1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : Memiliki KKM berdasarkan hasil analisis kompleksitas materi, analisis intake siswa, dan analisis daya dukung Menetapkan pencapaian rata-rata KKM peserta didik per mata pelajaran 75% 2.2 Kriteria kelulusan Kriteria kelulusan US minimal sama dengan KKM setiap mata pelajaran Persentase lulusan 100% Persentase lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi 75% 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 14-23

15 Komponen, Aspek, Indikator 3. Standar Proses Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran dituangkan dalam bentuk silabus dan dijabarkan ke dalam RPP serta dilengkapi degan bahan ajar. Proses pelaksanaan pembelajaran mengacu pada persyaratan dan diawasi secara terprogram oleh kepala sekolah serta dilakukan evaluasi. 3.1 Perencanaan Proses Pembelajaran Memiliki dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) semua mata pelajaran yang memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar RPP merupakan penjabaran silabus dan disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih dengan memasukkan keunggulan lokal pada mata pelajaran yang relevan Tersedia bahan ajar dalam bentuk (termasuk bahan ajar PBKL) : Bahan cetak (modul, hand out, LKS, dll); Audio, visual, audio visual; Bahan ajar berbasis TIK/multi media (CD interaktif, computer based) 3.2 Pelaksanaan proses pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran memenuhi persyaratan rombongan belajar (32 peserta didik), beban kerja minimal guru (24 jam tatap muka/minggu), rasio minimal jumlah peserta didik terhadap guru 20:1, dan buku teks pelajaran (rasio buku teks untuk peserta didik 1:1 per mapel dalam proses pembelajaran) Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP Menyusun jadwal pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan di luar jadwal rutin Memiliki penasehat akademik yang dapat mendeteksi potensi peserta didik (bisa dengan tes bakat disertai data prestasi belajar), memberikan bimbingan akademik, membantu memecahkan masalah peserta didik Menyusun dan melaksanakan program remedi sepanjang semester Menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 3.3 Pengawasan proses pembelajaran Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pemantauan proses pembelajaran pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan supervisi proses pembelajaran pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi Sekolah melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan cara membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, dan mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru Guru memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan proses pembelajaran (remedial dan pengayaan) Memiliki laporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dan dilaporkan kepada pemangku kepentingan Memberikan penguatan dan penghargaan kepada guru yang telah memenuhi standar dan teguran yang bersifat mendidik kepada guru yang belum memenuhi standar 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 15-23

16 Komponen, Aspek, Indikator 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pendidik dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu tenaga pendidik secara kualitas harus memenuhi kualifikasi akademik, sertifikasi profesi dan kesesuaian pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Sedangkan tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri dari Kepala Sekolah, tenaga administrasi, pustakawan, tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan. Tenaga kependidikan harus memenuhi persyaratan kompetensi yang dibutuhkan termasuk kompetensi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran maupun administrasi sekolah. 4.1 Tenaga pendidik Lebih dari 75% guru berkualifikasi akademik minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) Lebih dari 75% guru berlatar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan Lebih dari 75% guru bersertifikat profesi guru 4.2 Tenaga kependidikan Tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium Seluruh tenaga kependidikan memenuhi kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai 4.3 Tenaga layanan khusus Satuan pendidikan memiliki tenaga layanan khusus meliputi penjaga sekolah, tenaga kebersihan, pengemudi, tukang kebun, pesuruh. 5. Standar Sarana dan Prasarana Sekolah memiliki sarana dan prasarana meliputi satuan pendidikan, lahan, bangunan gedung, dan kelengkapan sarana dan prasarana. Aspek dan indikatornya adalah : 5.1 Satuan pendidikan Memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar 5.2 Lahan Luas lahan sekolah memenuhi rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik (m 2 /peserta didik) (Lihat permendiknas No. 24/2007) Lokasi sekolah berada pada lahan yang memenuhi persyaratan standar dalam kesehatan, keamanan dan lingkungan Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun 5.3 Bangunan gedung Bangunan gedung memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik (m2/peserta didik) (Lihat permendiknas No. 24/2007) Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat, kenyamanan, sistem keamanan, dan tersedia instalasi listrik sesuai kebutuhan (minimum watt) Bangunan secara berkala dilakukan pemeliharaan baik ringan maupun berat 5.4 Ruang kelas Semua rombongan belajar mempunyai ruang kelas Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik dengan rasio minimum luas ruang kelas 2 m 2 /peserta didik Ruang kelas dilengkapi sarana meliputi perabot (kursi dan meja peserta didik, kursi dan meja guru, lemari dan papan pajang), media pendidikan (papan tulis), perlengkapan lain (tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding, soket listrik) 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 16-23

17 Komponen, Aspek, Indikator 5.5 Ruang perpustakaan Luas minimum sama dengan luas satu ruang kelas Ruang perpustakaan dilengkapi sarana meliputi buku (buku teks pelajaran 1:1 per peserta didik per mata pelajaran per pendidik dalam proses pembelajaran, buku panduan pendidik, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lain), perabot (rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca, kursi kerja, meja kerja, lemari katalog, lemari, papan pengumuman dan meja multimedia), media pendidikan (peralatan multimedia), perlengkapan lain (buku inventaris, tempat sampah, soket listrik dan jam dinding) Memiliki Sistem Informasi Manajemen perpustakaan berbasis TIK 5.6 Laboratorium biologi Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m 2 /peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum 48 m 2 termasuk ruang persiapan dan penyimpanan 18 m Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan (alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, bahan habis pakai, perlengkapan lain 5.7 Laboratorium fisika Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m 2 /peserta didik. Rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum 48 m 2 termasuk ruang persiapan dan penyimpanan 18 m Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan (alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, perlengkapan lain 5.8 Laboratorium kimia Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m 2 /peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum 48 m 2 termasuk ruang persiapan dan penyimpanan 18 m Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot termasuk almari asam dan almari alat, peralatan pendidikan (alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, perlengkapan lain 5.9 Laboratorium komputer Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar yang bekerja dalam 2 orang Rasio minimum luas ruang laboratorium 2 m 2 /peserta didik Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan (alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, perlengkapan lain Ruang laboratorium memiliki fasilitas pencahayaan dan pendingin ruangan memadai yang disesuaikan dengan kondisi/kemampuan Memiliki komputer minimal 20 unit yang terhubung dengan internet Komputer terkoneksi dengan jaringan LAN 5.10 Laboratorium bahasa Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar yang bekerja dalam 2 orang Rasio minimum luas ruang laboratorium 2 m 2 /peserta didik Ruang laboratorium dilengkapi sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan (alat peraga, alat dan bahan percobaan), media pendidikan, perlengkapan lain 5.11 Ruang pimpinan Luas minimum 12 m 2 dan lebar minimum 3 m Mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah Ruang pimpinan dilengkapi sarana meliputi perabot, telekomunikasi, komputer, internet dan perlengkapan lain 2010, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 17-23

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan pelayanan dan kemudahan

Lebih terperinci

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumberdaya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin Bab I. Pendahuluan Rasional Disvaritas kondisi persekolahan di Indonesia sangat tinggi.

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar

Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar Komponen, Aspek, Indikator 1. Sumber Daya Manusia 1.1 Kompetensi pengoperasian komputer, jaringan dan internet 1.1.1 Lebih dari 90% tenaga pendidik mampu mengoperasikan

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Landasan... 3

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Landasan... 3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 I. PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Landasan... 3 II. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK SKM/SSN A. Pengertian SKM/SSN... 5 B. Karakteristik SKM/SSN... 6 III. PROFIL SKM/SSN

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI) 1. Periksalah kelengkapan perangkat Akreditasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit. KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KURIKULUM Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA Makalah Disajikan pada kegiatan Workshop Monev Pelaksanaan KTSP MI, MTs, dan MA Angkatan I Tingkat Propinsi Jawa Barat pada

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI) SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

Lampiran KRITERIA EVALUASI. 1. Kriteria Evaluasi Ranah Konteks. Permendiknas no. 19 tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan. A. Perencanaan Program

Lampiran KRITERIA EVALUASI. 1. Kriteria Evaluasi Ranah Konteks. Permendiknas no. 19 tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan. A. Perencanaan Program Lampiran KRITERIA EVALUASI 1. Kriteria Evaluasi Ranah Konteks Pelaksanaan pendidikan harus berdasarkan pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diatur melalui PP no 19 tahun 2005. Terkait dengan guru

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) VISI PENDIDIKAN NASIONAL Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Susiwi S Pengantar Kurikulum nasional perlu terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH ISSN : 2089-6549 MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH Oleh: Rudi Susilana Abstrak Kebijakan pengelolaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 41, 2005 IPTEK. Standar Nasional.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 82 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

PENYUSU S NA N N KTSP

PENYUSU S NA N N KTSP PENYUSUNAN KTSP 2006 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/20062006 tentang Standar Isi Permendiknas

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk

Lebih terperinci

IMPLIKASI PENGEMBANGAN KTSP TERHADAP TUGAS GURU MATEMATIKA SMP/MTs

IMPLIKASI PENGEMBANGAN KTSP TERHADAP TUGAS GURU MATEMATIKA SMP/MTs DIKLAT GURU PEMANDU/GURU INTI/PENGEMBANG MATEMATIKA SMP JENJANG DASAR TAHUN 2010 IMPLIKASI PENGEMBANGAN KTSP TERHADAP TUGAS GURU MATEMATIKA SMP/MTs Disusun oleh: Sri Wardhani DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa pendidikan Kota

Lebih terperinci

INDIKATOR. KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional yang terdiri atas:

INDIKATOR. KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional yang terdiri atas: I N S T R U M E N S U P E R V I S I D A N E V A L U A S I PROFIL RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI/SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SKM/SSN) DI SMA TAHUN 2008 1. Nama SMA : 2. Kabupaten/Kota : 3. Provinsi : 4.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENGUKURAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

INSTRUMEN PENGUKURAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH INSTRUMEN PENGUKURAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007 21b. Sekolah Kategori mandiri 2007

Lebih terperinci

1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. A.

1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. A. I. STANDAR ISI 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. 91%-100% guru mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai tingkat kompetensi

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Hand out Seminar Pengembangan KTSP bagi Pengawas, Kepala Sekolah, Guru Kabupaten Donggala, Sulawesi Selatan 1 Desember 2007 Oleh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 722 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PENYELENGGARAAN WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH DI KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci