Terusan. Jilid 407. Api di Bukit Menoreh. Karya mbah-man

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Terusan. Jilid 407. Api di Bukit Menoreh. Karya mbah-man"

Transkripsi

1 2014 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid ketujuh dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan oleh mbah_man di jilid 400. Jilid 407 Terima kasih kepada mbah_man yang telah bersusahpayah merangkai kisah untuk menyambung kisah dalam ADBM yang belum diselesaikan oleh Ki SH Mintardja Semoga mbah_man selalu diberi kesehatan dan kesempatan agar dapat menuliskan (yang benar mengetikkan) buah pikirannya Satpampelangi 16/09/2014

2 ii

3 Naskah ini disusun untuk kalangan sendiri Bagi sanak-kadang yang berkumpul di Padepokan gagakseta Naskah ini diupload di boleh saja didownload dan dikoleksi, tetapi tidak untuk dikomersilkan iii

4 iv

5 TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan Sekar Keluwih Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 7 (Jilid 407) SEJENAK Ki Ajar Wiyat masih termangu mangu sambil menatap Ki Gede Menoreh yang tegak bediri tak tergoyahkan bagaikan sebuah bukit. Pemimpin perguruan dari Tumapel itu seakan-akan tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya. Tenaga lawannya tak ubahnya dengan tenaga seekor gajah walaupun Ki Gede terlihat sudah sangat tua dan lemah. Baiklah, perhitunganku mungkin sedikit keliru, akhirnya Ki Ajar Wiyat berkata sambil mulai mempersiapkan serangan berikutnya, Namun semua ini tidak akan menggoyahkan ilmuku, tidak ada sekuku ireng dari ilmu yang telah sempurna aku kuasai. Berdoalah Ki Gede, umurmu tidak akan lebih dari suwe mijet wohing ranti. Ki Gede Menoreh tidak menjawab. Dibiarkan saja lawannya itu membual sepuas hatinya. Dengan sedikit merendahkan lututnya, Ki Gede berusaha untuk tidak banyak bergerak dan bergeser agar cacat di kakinya tidak kambuh lagi. Dengan bertumpu pada permainan tombak pendeknya, Ki Gede yakin akan mampu mengimbangi permainan lawannya. Ketika lawannya kemudian telah meloncat menyerang dengan disertai teriakan yang menggelegar, Ki Gede Menoreh pun sudah siap menyongsong dengan ujung tombak pendeknya. Demikianlah akhirnya kedua orang yang sudah menapaki harihari tua itu ternyata masih mampu bertempur dengan dahsyatnya. Saling serang untuk mencari kelengahan lawan. Silih ungkih singa lena.

6 Dalam pada itu, Empu Wisanata yang sedang menyusup di antara riuhnya pertempuran di sisi kiri gerbang padukuhan induk telah dikejutkan oleh pertempuran yang tidak seimbang antara sekelompok pengawal Menoreh dengan seseorang yang memiliki kemampuan yang ngedab-edabi. Orang yang sudah cukup umur itu seolah olah mempunyai mata tidak hanya sepasang dan mampu berada di beberapa tempat pada waktu yang bersamaan. Kecepatan geraknya sungguh sangat mengagumkan. Di suatu saat dia terlihat sedang menangkis sebuah tombak yang terjulur lurus mengarah lambung hanya dengan tangan kosong. Pada saat yang bersamaan pedang seorang pengawal yang menyambar kepalanya telah berhasil dirampasnya, sedangkan seorang pengawal yang lain yang berusaha menusuk punggungnya dari belakang tibatiba saja telah mengeluh tertahan dan terdorong ke belakang beberapa langkah karena perutnya bagaikan tertimpa sebongkah batu hitam dan menjadi mual karena terkena tumit lawannya. Dengan demikian para pengawal Menoreh yang mengeroyoknya merasa heran dengan gerakan lawan yang tidak dapat diikuti oleh pandangan mata itu. Sepuluh orang pengawal ternyata tidak mampu menghentikan tandang orang yang sudah cukup umur itu. Beberapa kali di antara mereka dibuat jatuh bangun. Agaknya orang itu tidak begitu bernafsu untuk membunuh. Dia terlihat hanya bermain-main saja menghadapi sepuluh pengawal yang mengepungnya. Melihat keadaan para pengawal yang kebingungan dalam menghadapi lawannya yang hanya seorang itu, Empu Wisanata pun tergerak hatinya untuk segera membantu. Dengan langkah satu-satu ayah Nyi Dwani yang masih terlihat kokoh dan tegap walaupun usianya sudah melewati setengah abad itu segera bergeser semakin dekat dengan lingkaran pertempuran. Sebelum para pengawal menyadari kehadiran Empu Wisanata, tiba-tiba saja orang yang sudah cukup berumur itu telah meloncat mundur sambil tertawa. Katanya kemudian, Cukup anak-anak. Kalian menyingkirlah. Agaknya ada seseorang yang merasa memiliki ilmu yang cukup mumpuni untuk bermain main sejenak denganku. 2

7 Mendengar kata-kata lawannya itu, barulah para pengawal menyadari bahwa di tengah-tengah mereka telah hadir Empu Wisanata. Selamat datang Empu, berkata pengawal yang tertua mewakili kawan kawannya, Kami sudah cukup dibingungkan dengan lawan yang hanya seorang ini. Selanjutnya terserah kepada Empu. Sedangkan kami akan membantu kawan-kawan kami yang lain yang mungkin sedang dalam kesulitan. Terima kasih, sahut Empu Wisanata tanpa melepaskan kewaspadaannya terhadap calon lawannya yang begitu yakin akan kemampuannya, Sekarang kalian dapat membantu kawankawan yang lain. Usahakan tetap mengadakan hubungan dengan Ki Jayaraga untuk menghadapi setiap perubahan yang mungkin terjadi secara tiba-tiba di medan pertempuran ini. Baik Empu, jawab pengawal tertua itu, Kami mohon diri. Sebelum Empu Wisanata sempat menjawab, tiba-tiba saja terdengar tawa yang berderai derai dari lawannya. Katanya kemudian sambil bertolak pinggang, He! Apakah kalian akan berunding dulu untuk menentukan langkah-langkah dalam menghadapi peperangan yang semakin kisruh ini? Aku masih cukup bersabar untuk menunggu kalian berunding, asal jangan sampai melewati waktu sampai Matahari tergelincir. Aku sudah berjanji kepada Panembahan Cahya Warastra untuk membuka jalan ke Menoreh tidak lebih dari waktu Matahari tepat di atas ubun-ubun kita. Marilah Ki Sanak, dengan cepat Empu Wisanata menyahut sambil memberi isyarat kepada para pengawal untuk menyingkir, Aku Empu Wisanata memberanikan diri untuk menghadapi Ki Sanak walaupun aku menyadari sepenuhnya bahwa lawanku adalah seorang yang pilih tanding. Namun itu bukan berarti tidak mungkin terkalahkan. Setinggi apapun ilmu seseorang, pasti mempunyai kelemahan, dan bagian dari kelemahan Ki Sanak itulah yang akan aku pelajari sambil menanti saat yang tepat untuk mengalahkan ki Sanak. Sekarang orang yang cukup berumur itu benar-benar tertawa terbahak bahak sambil menggeleng gelengkan kepalanya. 3

8 Katanya kemudian, Ternyata Ki Sanak sangat berbakat untuk mendongeng. Aku senang sekali dengan orang yang mempunyai daya khayal yang tinggi, walaupun pada kenyataannya tidak akan mampu berbuat apa-apa dalam sebuah medan pertempuran yang sebenarnya. Namun setidaknya Ki Sanak sudah cukup puas dengan khayalan itu. Aku tidak sedang mengkhayal Ki Sanak, tukas Empu Wisanata, Disadari atau pun tidak, selama kita masih berujud manusia pasti mempunyai kelemahan. Tidak ada seorang pun yang sempurna di muka bumi ini. O.. seru lawannya sambil tersenyum dan mengangguk anggukkan kepalanya, Pendapat Ki Sanak memang ada benarnya. Namun yang akan menjadi bagian tersulit untuk mewujudkan angan-angan Ki Sanak adalah bagaimana cara Ki Sanak untuk menemukan kelemahanku. Mungkin seharian penuh Ki Sanak berusaha mencari kelemahanku dan belum tentu berhasil, sementara itu tubuh Ki Sanak sudah terkapar tak bernyawa. Belum tentu, kembali Empu Wisanata menyanggah, Demikian juga sebaliknya, jangan berharap terlalu mudah bagi Ki Sanak untuk menemukan kelemahanku. Aku pun akan berusaha sedapat mungkin untuk menutupi kelemahanku dan justru Ki sanak lah yang mungkin terlebih dahulu akan terkapar tak berdaya sebelum Matahari sampai puncaknya. Omong kosong! bentak orang itu dengan wajah yang merah padam. Agaknya usaha Empu Wisanata untuk memancing kemarahannya cukup berhasil, Engkau akan mengalami penyesalan yang sangat sebelum ajal menjemputmu. Engkau akan menghadapi sebuah ilmu yang belum pernah engkau bayangkan sebelumnya. Bersiaplah, tataplah langit dan peluklah bumi untuk terakhir kali. Jangan harap engkau masih akan dapat melihat terbitnya matahari esok pagi. Bergetar juga dada Empu Wisanata mendengar sesumbar lawannya. Namun sebagai orang yang telah banyak makan asam garamnya kehidupan, Empu Wisanata dengan hati yang tatag telah siap menghadapi apapun kemungkinan yang akan terjadi. 4

9 Nah, berkata lawan Empu Wisanata kemudian dengan sebuah senyum mengejek menghiasi bibirnya, Kalau tadi Ki Sanak sudah memperkenalkan diri sebagai Empu Wisanata, perkenalkan namaku Bango Lamatan, orang kedua setelah Panembahan Cahya Warastra. Aku harap Ki Sanak tidak menjadi pingsan atau menggigil ketakutan setelah menyadari dengan siapa Ki Sanak berhadapan. Lebih baik kalian semua menyerah dan bergabung bersama kami untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang lebih adil dan sejahtera. Yang lebih mengedepankan pada kepentingan kawula alit serta menjunjung tinggi paugeran yang berlaku di atas semua golongan. Empu Wisanata mengerutkan keningnya mendengar kata-kata lawannya yang ternyata adalah Bango Lamatan. Keinginan dari Panembahan Cahya Warastra dan para pengikutnya untuk memperbaiki tata pemerintahan yang sudah ada serta mengedepankan kepentingan kawula alit adalah cita-cita yang mulia namun tidak harus dengan jalan pertumpahan darah. Ki Bango Lamatan, akhirnya Empu Wisanata memberikan tanggapan, Aku sangat setuju jika tata pemerintahan yang sekarang ini diperbaiki untuk menuju yang lebih baik serta kawula alit lebih diperhatikan lagi kesejahteraannya. Namun cara yang diambil Panembahan Cahya Warastra inilah yang aku tidak setuju. Perbedaan pendapat tidak harus disampaikan dengan cara kekerasan dan pertumpahan darah. Bukankah perang pada akhirnya hanya akan menyengsarakan kawula alit? Kehidupan mereka yang sudah berat, akan semakin berat dengan adanya peperangan yang silih berganti di atas tanah ini. Mereka tidak dapat dengan bebas menggarap sawah dan ladang mereka karena selalu dihantui dengan perasaan tidak aman, sementara beban pajak yang mereka pikul akan semakin berat setiap timbul sebuah peperangan. Karena setiap peperangan tentu memakan biaya yang tidak sedikit dan semua itu akan dibebankan kepada kawula alit melalui pajak yang semakin tinggi dan mencekik. Mengapa Empu berpikiran sesempit itu? bertanya Bango Lamatan, Bukankah sebuah perjuangan itu pasti memerlukan pengorbanan? Lihatlah apa yang terjadi sejak Mataram berdiri. Pemberontakan demi pemberontakan silih berganti yang 5

10 bersumber pada perebutan kekuasaan antara keluarga istana. Apapun yang menjadi alasan mereka untuk memberontak, namun yang jelas para bangsawan itu tidak dapat dijadikan contoh yang baik. Mereka seharusnya sudah sangat bersyukur dilahirkan di dalam kalangan istana yang bersumber pada trahing kusuma rembesing madu. Seharusnya mereka bersatu padu untuk menjadikan Mataram semakin besar, bukannya saling berebut untuk menduduki singgasana yang pada akhirnya hanya memberikan contoh yang memuakkan bagi para kawula Mataram. Untuk itulah Panembahan Cahya Warastra telah menghimpun perguruan-perguruan yang sealiran dengannya untuk memperbaiki tata pemerintahan yang sudah carut marut ini. Tidak ada lagi yang peduli dengan nasib negeri ini. Sekarang ini yang terjadi hanyalah bagaimana dapat memperjuangkan nasib golongan mereka sendiri dan hasilnya nanti juga untuk mereka nikmati sendiri. Sejenak Empu Wisanata menarik nafas dalam-dalam. Tanpa disadari, dipandanginya Bango Lamatan yang berdiri beberapa langkah di depannya. Katanya kemudian sambil mengangguk anggukkan kepalanya, Aku menyadari apa yang telah dan sedang terjadi di dalam keluarga istana Mataram. Namun bagiku, memperbaiki tatanan pemerintahan yang sudah ada ini tidak perlu dengan perang. Itu sama saja dengan pemberontakan, dan pemberontakan itu apapun alasannya tidak akan pernah dibenarkan oleh paugeran yang berlaku di suatu Negara. Persetan dengan segala macam paugeran, umpat Bango Lamatan, Semua paugeran itu dibuat hanya untuk menguntungkan para Bangsawan dan Penguasa, kita sebagai kawula biasa tidak akan pernah mendapatkan tempat di jajaran para bangsawan dan penguasa itu. Selebihnya mereka adalah orang-orang yang hanya mementingkan diri mereka sendiri dan golongannya. Memang keadaan negeri ini sudah sedemikian parahnya dan hanya dengan sebuah perjuangan dan pengorbanan seperti yang dilakukan oleh Panembahan Cahya Warastra inilah, masa depan tanah ini akan dapat diperbaiki. Empu Wisanata menggeleng lemah, Walaupun kalian menyebutnya ini adalah sebuah perjuangan untuk membela 6

11 kawula alit atau karena alasan yang lain, aku tetap tidak sejalan dengan pemikiran kalian. Bagiku, tata pemerintahan ini masih dapat dipertahankan dan dikembangkan ke arah yang lebih baik. Kawula alit sudah terlalu banyak menderita dan siapakah yang dapat menjamin bahwa seandainya Panembahan Cahya Warastra dapat menduduki tahta kemudian pemerintahannya akan lebih baik dari sekarang? Aku justru cenderung melihat ketamakan dan keserakahan lah yang akan muncul ke permukaan dari masingmasing perguruan yang merasa paling berjasa terhadap Panembahan Cahya Warastra. Tutup mulut kotormu! bentak Bango Lamatan menggelegar memenuhi udara medan pertempuran sehingga membuat orangorang yang sedang bertempur di dekat itu terkejut dan merasakan telinga mereka sejenak menjadi sakit serta rongga dada yang terasa pepat. Sementara Empu Wisanata yang berdiri paling dekat dengan Bango Lamatan dadanya bagaikan tertimpa berbongkah-bongkah batu padas yang berguguran dari lereng bukit. Namun ketahanan tubuh Empu Wisanata memang luar biasa serta dengan segera mengerahkan Aji Tameng Wajanya, perlahan tapi pasti pengaruh himpitan di dalam rongga dadanya itu pun menjadi reda. Luar biasa, desis Empu Wisanata perlahan lahan sambil tersenyum, Aji Gelap Ngampar Ki Bango Lamatan benar-benar hampir meremukkan rongga dadaku. Untunglah Yang Maha Agung masih melindungiku. Alangkah sombongnya, geram Bango Lamatan, Jangan mengira bahwa aku sudah menunjukkan puncak ilmuku. Aku percaya bahwa Empu masih mampu memunahkan kekuatan ajiku dengan mudah. Tapi untuk selanjutnya aku tidak akan bermain main lagi. Aku sudah memberi kesempatan kepada kalian orang-orang Menoreh untuk bergabung dengan perjuangan kami. Kini kesempatan itu sudah tertutup. Kalian tinggal meratapi nasib buruk yang akan menimpa Tanah Perdikan ini. 7

12 Empu Wisanata tidak menjawab. Dilihatnya lawannya itu sudah mulai menggeser kedudukannya dan siap untuk melontarkan serangan yang pertama. Demikianlah ketika kaki kanan Bango Lamatan yang terjulur lurus itu melesat mengarah dada, Empu Wisanata tanpa membuang waktu segera menggeser tubuhnya miring ke kanan. Ketika serangan lawannya lewat sejengkal di depan dadanya, dengan kecepatan yang tinggi, tangan kanan Empu Wisanata pun meluncur menebas tengkuk lawannya. Tentu saja Bango Lamatan tidak akan membiarkan tengkuknya menjadi sasaran lawan yang akan dapat berakibat sangat parah. Dengan sedikit merendahkan kepalanya dan tangan kiri di angkat sejajar kepalanya untuk melindungi dari kemungkinan adanya serangan susulan, Bango Lamatan mengubah arah serangannya dengan cara menarik kaki kanannya yang tidak mengenai sasaran itu sehingga seolah olah tubuhnya telah melambung ke kanan. Ketika Empu Wisanata masih terkejut dengan gerakan lawannya itu, tiba-tiba dengan menggunakan tangan kanannya Bango Lamatan memukul ulu hati lawannya. Empu Wisanata terkejut mendapat serangan susulan yang tiba-tiba itu. Tidak ada kesempatan baginya untuk mengelak. Yang dapat dilakukannya hanyalah menggeser kedudukan tangan kirinya merapat tepat di depan ulu hati sambil mengetrapkan Aji Tameng Waja separo dari kekuatan sebenarnya untuk sekedar menjajagi kekuatan lawan pada saat benturan pertama. Benturan itu ternyata telah mengakibatkan Empu Wisanata terdorong surut beberapa langkah, sehingga akibat dari benturan itu telah membuat Empu Wisanata terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang sebelum akhirnya dengan cepat dia segera memperbaiki kedudukannya agar tidak sampai jatuh terjengkang. Sedangkan Bango Lamatan merasakan pukulannya bagaikan membentur batu-batu padas di gerojokan. Sejenak pergelangan tangan kanannya rasa rasanya bagaikan lumpuh dan tidak bertenaga. Dia tidak menyangka sama sekali bahwa lawannya itu mempunyai benteng pertahanan yang sedemikian kuat walaupun 8

13 dirinya pada saat membenturkan kekuatannya tadi juga belum mengerahkan tenaga sepenuhnya. Sejenak Empu Wisanata yang terdorong surut beberapa langkah mencoba untuk menarik nafas sedalam-dalamnya agar getar yang memenuhi rongga dadanya akibat benturan tadi segera mereda. Ketika pandangan matanya menangkap gerak lawannya yang telah mempersiapkan serangan berikutnya, Empu Wisanata pun kemudian semakin meningkatkan kekuatan Aji Tameng Wajanya. Dalam pada itu di tepian Kali Praga, Ki Rangga Agung Sedayu tampak sedang berjalan mondar mandir di atas tepian yang berpasir dengan gelisah. Sesekali ditengadahkan wajahnya ke langit. Matahari sudah naik cukup tinggi dan selama itu belum ada tanda-tanda akan ada penyerbuan dari para pengikut Panembahan Cahya Warastra. Mungkin isyarat yang aku terima salah, desisnya dalam hati, Atau memang aku yang belum mampu untuk menguraikan isyarat yang aku terima itu sehingga yang muncul dalam hatiku hanyalah sebuah kegelisahan. Kembali Ki Rangga Agung Sedayu menengadahkan wajahnya ke langit yang biru bersih tanpa selembar awan pun yang menggantung. Ketika tanpa disadarinya dia berpaling ke arah Pandan Wangi yang duduk di atas sebuah batu hitam sambil menyelonjorkan kedua kakinya ke dalam air Kali Praga yang keruh, sekejap jantung suami Sekar Mirah itu bagaikan berhenti berdetak. Alangkah cantiknya Pandan Wangi di usianya yang sudah tidak muda lagi itu dalam pandangan Ki Rangga Agung Sedayu. Sinar Matahari yang berkilauan di atas riak-riak air Kali Praga dan memantul ke seraut wajah cantik yang diam termangu, seolah olah Ki Rangga Agung Sedayu melihat sebuah golek kencana yang indah namun yang selalu terlunta-lunta dan disiasiakan oleh pemiliknya. Seharusnya Adi Swandaru bersyukur mempunyai istri yang cantik dan setia, kembali angan-angan Ki Rangga Agung Sedayu mengembara, Kademangan Sangkal Putung dan Tanah Perdikan 9

14 Menoreh sudah dalam genggaman kekuasaannya. Apa lagi yang kurang pada diri Adi Swandaru? Mengapa dia begitu tega mengkhianati istrinya? Lamunan Ki Rangga Agung Sedayu sejenak menjadi buyar ketika telinganya yang tajam mendengar desir langkah mendekatinya. Ketika dia berpaling ke belakang, tampak Pandan Wangi telah berdiri termangu mangu beberapa langkah saja di belakangnya. Ketika Ki Rangga Agung Sedayu kemudian memutar tubuhnya menghadap penuh ke arah Pandan Wangi, tanpa sadar kedua pasang mata itu pun telah bertatapan disertai dengan degup jantung yang berdentangan seakan akan dapat merontokkan isi dada. Kakang, tiba-tiba Pandan Wangi berdesis perlahan sambil melemparkan pandangan matanya ke titik-titik di kejauhan, Sampai kapan kita akan menunggu di tepian ini? Aku sangat mengkhawatirkan keadaan Ayah di Menoreh. Kalau memang diijinkan, aku akan mendahului ke padukuhan induk lewat jalan memutar. Aku sudah mengenal dengan baik daerah ini sejak aku masih kanak-kanak, sehingga tidak akan ada kesulitan yang berarti untuk mencari jalan pulang tanpa harus melewati padukuhan di depan yang telah dikuasai oleh Panembahan Cahya Warastra. Sejenak Ki Rangga Agung Sedayu termenung. Pandan Wangi memang lahir dan dibesarkan di Menoreh. Kegemarannya pergi berburu semasa dia telah beranjak dewasa telah menambah wawasannya tentang tanah kelahirannya itu dari ujung ke ujung. Nyaris tidak ada satu tempat pun yang tidak pernah dikunjungi Pandan Wangi walaupun hanya sebatas lewat atau mengetahui letak suatu tempat dari tempat yang lain. Wangi, akhirnya Ki Rangga menjawab dengan suara yang sareh, Keadaan sekarang ini sangat gawat. Para pengikut Panembahan Cahya Warastra telah ada di depan mata kita. Namun tidak menutup kemungkinan mereka juga tersebar di tempat-tempat yang tidak kita ketahui. Kemungkinan terburuk dapat saja terjadi pada saat engkau mencari jalan pintas untuk 10

15 menuju ke padukuhan induk. Ki Rangga berhenti sejenak, kemudian lanjutnya, Aku tahu bagaimana perasaanmu tentang Ki Gede Menoreh yang sedang sakit. Namun untuk sementara ini, marilah kita serahkan keadaan Ki Gede kepada Yang Maha Agung. Semoga doa kita selalu didengar dan kita selalu dalam lindungan dan karunianya. Pandan Wangi tampak menggigit bibirnya untuk menahan gejolak dalam dadanya setiap kali teringat akan Ayahnya. Tanpa sadar ditengadahkan wajahnya untuk menahan air mata yang hampir saja tumpah. Sejenak ditariknya nafas dalam-dalam untuk memenuhi rongga dadanya dengan udara tepian Kali Praga yang segar agar perasaan pepat yang ada di dalam dadanya sedikit longgar. Kakang, berkata Pandan Wangi kemudian setelah getar dalam dadanya mereda, Bukan maksudku untuk meninggalkan kewaspadaan dan mengabaikan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi, namun semua itu semata mata karena terdorong oleh kekhawatiran seorang anak terhadap orang tua satu satunya yang sedang sakit. Ki Rangga Agung Sedayu mengangguk anggukkan kepalanya. Kemudian sambil mengajak Pandan Wangi duduk di bawah sebatang pohon yang rindang tidak jauh dari tepian untuk menghindari sinar Matahari yang mulai terasa menyengat, Ki Rangga berkata perlahan, Wangi, aku akan berterus terang kepadamu. Aku mohon engkau menilaiku dengan jujur. Pandan Wangi untuk beberapa saat terdiam. Dia tidak mengetahui kemana arah pembicaraan Ki Rangga Agung Sedayu. Tiba-tiba saja hatinya menjadi berdebar debar. Kenangannya kembali ke masa bertahun tahun silam ketika dia masih seorang gadis putri Kepala Tanah Perdikan Menoreh. Ketika terjadi pergolakan di tanah kelahirannya yang memaksa dirinya untuk berdiri berseberangan dengan kakaknya yang sangat dikasihinya, Sidanti. Kenangan itu tidak akan mungkin terhapus dari ingatan Pandan Wangi. Bagaimana mungkin dia melupakan peristiwa yang telah mematahkan angan angannya, bahkan harapannya 11

16 sebagai seorang gadis terhadap laki-laki yang telah menarik hatinya? Masih tergambar jelas dalam benak Pandan Wangi, ketika dalam sebuah perjalanan berdua, Ki Rangga Agung Sedayu yang pada waktu itu menggunakan nama Gupita telah mengajaknya berhenti di sebuah bulak yang sepi kemudian mereka berdua menyusup masuk ke dalam sebuah pategalan untuk menghindar dari perhatian orang lain yang mungkin tanpa sengaja melewati bulak itu. Sikap yang sama kini dilihatnya pada diri Ki Rangga Agung Sedayu di tepian Kali Praga. Hanya bedanya pada waktu itu harapan Pandan Wangi sebagai seorang gadis yang telah mengenal Gupita beberapa waktu sempat melambung tinggi. Pandan Wangi berharap Gupita mendengar jeritan hatinya yang selalu gelisah dirundung ketidak pastian. Dia benar-benar ingin mendengar dari mulut Gupita sendiri tentang kepastian hubungan mereka selama itu dalam hubungan antara seorang gadis dan laki-laki yang sama-sama telah dewasa. Namun harapan itu ternyata telah hancur bagaikan sebuah belanga yang jatuh di tanah berbatu batu, hancur berkeping keping. Ternyata Gupita pada waktu itu sama sekali tidak menyinggung hubungan mereka berdua, tetapi Gupita justru telah menyediakan dirinya membantu adik seperguruannya untuk memadukan kedua hati yang sebelumnya tidak pernah bersentuhan sama sekali. Tiba-tiba Ki Rangga Agung Sedayu yang duduk hanya beberapa jengkal di sebelahnya berpaling sekilas sambil berkata, Wangi, akhir-akhir ini aku digelisahkan oleh suatu keadaan tentang diriku yang aku sendiri kurang memahami. Pandan Wangi mengerutkan keningnya dalam-dalam sambil berpaling ke arah Ki Rangga. Dipandanginya wajah Ki Rangga Agung Sedayu yang menunduk sambil jari jarinya mempermainkan rerumputan yang ada di depannya. Wajah itu masih tetap seperti dulu, wajah yang penuh keragu raguan dan pertimbangan yang terlalu panjang. Namun memang itulah Agung Sedayu yang telah dikenalnya dulu sampai sekarang. 12

17 Karena lama Pandan Wangi tidak menanggapi kata katanya, Ki Rangga pun kemudian berpaling ke arahnya. Sejenak kembali dua pasang mata itu bertemu. Entah gejolak apa yang sedang berkecamuk dalam rongga dada mereka masing-masing. Namun ternyata Ki Rangga Agung Sedayu lah yang segera membuang pandangannya jauh ke depan, ke arah bulak panjang yang menghubungkan tepian Kali Praga dengan padukuhan terdekat. Mengapa engkau diam saja, Wangi? bertanya Ki Rangga sambil tetap memandang ke depan. Pandan Wangi menarik nafas panjang sambil menggeleng, Engkau ini dari dulu memang aneh Kakang. Engkau belum menceritakan apa yang telah membuatmu gelisah akan tetapi engkau telah meminta aku untuk menanggapinya. Bagaimana mungkin? Ah, Ki Rangga tertawa hambar begitu menyadari kesalahannya. Katanya kemudian dengan nada yang bersungguh sungguh, Akhir-akhir ini aku sepertinya mendapat firasat atau getaran-getaran dari suatu persoalan yang sedang terjadi jika aku sedang mencoba merenunginya. Namun aku tidak mengerti bagaimana caranya untuk menguraikan isyarat atau pun getarangetaran yang aku terima melalui mata hatiku itu. Ki Rangga berhenti sejenak, lalu, Aku jadi teringat dengan Ki Waskita. Ki Waskita adalah salah satu dari sekian banyak orang yang dikaruniai kemampuan untuk membaca masa depan walaupun hanya berupa isyarat yang masih harus diuraikan kembali. Kadangkala uraian itu mendekati kebenaran atau bahkan salah sama sekali, itu tergantung dari ketajaman batin seseorang. Apakah pengaruh kemampuan Ki Waskita itu sekarang telah mulai menular kepada diriku? Bagaimana pun juga, Ki Waskita adalah guruku yang kedua setelah Kiai Gringsing walaupun aku tidak menerima tuntunan ilmu langsung darinya. Aku hanya diijinkan untuk membaca kitabnya dan berusaha memahatkan apa yang tertera dalam kitab itu di dinding hatiku untuk aku ingat. Sehingga suatu saat ingatan itu dapat aku ungkap kembali untuk kemudian aku pelajari. Pandan Wangi tertegun sejenak. Serba sedikit dia memang sudah tahu hubungan antara Ki Waskita dengan Ki Rangga 13

18 Agung Sedayu. Namun sejauh itu Pandan Wangi tidak pernah menyangka kalau Ki Waskita itu dapat dikatakan sebagai guru kedua dari Ki Rangga Agung Sedayu setelah Kiai Gringsing walaupun menurut pengakuan Ki Rangga, dia hanya diijinkan untuk membaca kitab Ki Waskita. Namun ternyata seluruh isi kitab itu telah terpahat di dinding hatinya yang pada suatu saat dapat dipelajari kembali sesuai dengan keinginannya. Engkau harus bersyukur, kakang, perlahan Pandan Wangi memberikan tanggapan, Jarang sekali seseorang itu diberi karunia oleh Yang Maha Pemurah kemampuan seperti itu. Untuk mengasah kemampuan itu diperlukan waktu yang sangat panjang. Kemampuan itu sangat berhubungan erat dengan kebersihan dan keluhuran hati seseorang. Aku hanya dapat berpesan, tekunilah kemampuan itu sambil jangan lupa selalu mensyukuri nikmatnya karena kemampuan seperti itu nantinya akan sangat banyak menolong sesama dalam kehidupan bebrayan ini. Kalau aku boleh jujur, Wangi. Sesungguhnya kemampuan seperti ini sangat menakutkan bagiku. Aku takut jika seseorang yang meminta pertolongan untuk melihat masa depannya kepadaku nantinya akan menjadi kecewa setelah mengetahui masa depannya itu menurut isyarat yang aku terima tidak sesuai dengan cita-cita atau harapannya. Demikian juga jika ternyata aku yang salah dalam mengartikan isyarat itu. Itu sama saja dengan memberikan harapan kosong dan menjerumuskan seseorang dalam kebohongan. Bukan begitu Kakang. Sejauh pengetahuanku, Ki waskita tidak pernah menyatakan dirinya secara mutlak mengetahui masa depan. Hanya isyarat-isyarat yang masih harus diuraikan dengan cermat. Dan itu tidak pernah disampaikan secara bulat dan utuh karena apa yang dilihat oleh Ki Waskita hanya sebagian kecil dari kehidupan seseorang yang itu pun belum tentu dapat diuraikan dengan jelas dan benar. Selebihnya kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh Ki Waskita dan telah terbukti banyak membantu orang-orang yang membutuhkannya adalah kemampuan untuk menangkap getaran-getaran yang ditimbulkan oleh benda-benda atau apapun yang berhubungan 14

19 antara satu dengan lainnya. Sehingga Ki Waskita dapat dikatakan mempunyai kemampuan untuk menemukan barang-barang yang hilang atau dicuri. Bahkan mungkin kakang masih ingat peristiwa hilangnya putera satu satunya Ki Waskita, Rudita, yang diculik oleh para pengikut Panembahan Agung. Ki Waskita dengan tepat dapat memberikan arah kepada pasukan Mataram yang dipimpin oleh Raden Sutawijaya dan pasukan Menoreh yang dipimpin oleh ayah Argapati mengenai letak padepokan Panembahan Agung. Ya, aku masih ingat, sahut Ki Rangga, Getaran antara ayah dan anak akan sangat kuat untuk menuntun arah di mana pada waktu itu Rudita disembunyikan. Nah, jika demikian. Apalagi yang kakang takutkan? Kakang tidak usah memperdulikan masa depan, karena masa depan itu memang rahasia Yang Maha Hidup. Sedangkan kemampuan untuk menangkap getaran dari benda-benda bahkan orang di sekitar kita itu memang ada ilmunya dan dapat dipelajari. Ki Rangga Agung Sedayu menarik nafas dalam-dalam untuk memenuhi rongga dadanya. Pendapat Pandan Wangi itu memang ada benarnya. Namun persoalan yang sedang melanda hatinya ternyata tidak sesederhana itu. Wangi, berkata Ki Rangga kemudian setelah sejenak mereka berdua terdiam, Aku memang sedang mempelajari salah satu bagian dari kitab Ki Waskita yang mempelajari tentang getaran benda-benda di sekitar kita. Namun dalam perkembangannya itulah yang telah menakutkan diriku. Pagi tadi sebelum matahari terbit, ketika aku sedang merenung dan memikirkan Sekar Mirah, tiba-tiba saja isyarat itu datang tanpa aku minta. Seolah olah aku melihat ada darah di mana-mana di sekeliling istriku yang sedang duduk bersimpuh sambil menggendong bayinya. Aku juga melihat Ki Gede yang sedang menjinjing tombak pendeknya dengan wajah yang merah membara. Bukankah menurut kabarnya Ki Gede sedang sakit? Isyarat seperti itulah yang telah menggelisahkan hatiku karena aku tidak mampu menolak kehadirannya dan juga tidak mampu menguraikannya. Tiba-tiba saja wajah Pandan Wangi menegang begitu mendengar Ki Rangga menyebut ayahnya dalam isyarat yang 15

20 telah diterimanya itu. Katanya kemudian dengan kata-kata yang sedikit bergetar, Kakang, apakah yang terjadi pada Ayah Argapati? Mengapa beliau terlihat begitu marah dalam isyarat kakang itu? Dan bagaimana dengan Sekar Mirah? Mengapa dia bersimpuh dalam genangan darah? Wangi, potong Ki Rangga sambil menggeleng gelengkan kepalanya, Seperti yang sudah aku katakan tadi. Aku tidak mampu untuk menguraikan isyarat yang telah aku terima itu. Dan satu lagi yang membuatku sangat gelisah. Selain Sekar Mirah dan Ki Gede, dalam isyarat itu pun aku melihat wajah seorang perempuan yang justru sedang tersenyum. Aku benar-benar tidak mengerti. Pandan Wangi mengerutkan keningnya. Dengan serta merta dia bertanya, Siapakah perempuan yang kakang maksud? Sejenak Ki Rangga tertegun. Dia menyadari keterlanjurannya menyebut seorang perempuan dalam isyarat yang diterimanya itu yang belum pernah dikenal oleh Pandan Wangi. Namun Ki Rangga sudah tidak mampu lagi untuk mengelak. Maka jawabnya kemudian dengan kata-kata yang hampir tak terdengar, Nama perempuan itu Anjani. Siapa Kakang..? Anjani..? Rasa rasanya nama itu baru aku dengar, sergah Pandan Wangi dengan cepat. Kemudian dengan suara yang terdengar penuh dengan tekanan dan sedikit bergetar dia melanjutkan, Kakang, aku tidak tahu siapa perempuan yang bernama Anjani itu. Namun kalau memang perempuan itu telah menjadi duri dalam keluarga Kakang, aku yang pertama kali akan menghadapinya. Aku tidak peduli siapa Anjani itu. Tapi yang jelas, aku tidak rela jika Sekar Mirah sampai diganggunya walaupun hanya seujung rambut. Aku benar-benar tidak rela. Kata-kata Pandan Wangi yang tegas dan jelas itu bagaikan palu godam yang meremukkan dada Ki Rangga Agung Sedayu. Jauh di lubuk hatinya, memang tidak ada niat sebiji sawi pun untuk melukai perasaan Sekar Mirah sehubungan dengan kehadiran Anjani dalam lingkaran kehidupannya. Namun di sisi lain, Ki Rangga terikat dengan janjinya untuk membawa Anjani ke Menoreh. 16

21 Kakang, Pandan Wangi meneruskan kata katanya begitu melihat Ki Rangga Agung Sedayu hanya diam termangu, Kalau aku boleh tahu, siapakah sebenarnya Anjani itu? Dan ada hubungan apakah dengan Kakang? Sejenak kebimbangan terpancar dari wajah Ki Rangga. Agaknya memang sudah waktunya bagi Ki Rangga untuk berbagi cerita dengan orang lain, dalam hal ini adalah Pandan Wangi yang bagi Ki Rangga nantinya akan dapat membantu menjelaskan perihal Anjani ini kepada istrinya. Setelah berkali-kali menarik nafas dalam-dalam, akhirnya dengan secara singkat Ki Rangga menceritakan perjalanannya ke Panaraga sampai dengan peristiwa perang tanding dengan murid Ajar Tal Pitu sehingga dia telah terbebani dengan keberadaan Anjani disisinya. Namun yang membuat Pandan Wangi benarbenar tidak habis mengerti dengan jalan penalaran Ki Rangga adalah mengapa Ki Rangga mengusulkan Anjani sebagai taruhan dalam perang tanding itu? Kakang, katanya kemudian, Mengapa Kakang mengusulkan Anjani sebagai taruhan? Wangi, jawab Ki Rangga, Bukan maksudku untuk mengambil Anjani dengan sungguh-sungguh. Aku hanya berolokolok saja pada waktu itu dengan maksud untuk memancing kemarahan kedua murid Ajar Tal Pitu itu, karena aku tidak yakin mereka akan berlaku jujur dalam perang tanding itu, dan terbukti yang terjadi kemudian adalah mereka berdua telah melanggar janji. Apakah Kakang tidak pernah memikirkan akibat yang akan timbul kemudian dengan meminta Anjani sebagai taruhan? Aku tidak berpikir sejauh itu, Wangi. Aku hanya mempunyai perhitungan dengan meminta Anjani sebagai taruhan, kedua gurunya akan marah sehingga sedikit banyak akan mengurangi daya penalaran mereka pada saat bertempur. Namun yang terjadi diluar perhitunganku adalah Anjani itu sendiri. Aku menyangka dia akan bela pati terhadap kedua gurunya atau paling tidak akan menolak dijadikan sebagai taruhan. 17

22 Kembali Pandan Wangi terpekur. Dia dapat mengerti jalan pemikiran Ki Rangga sejauh itu. Namun sebagaimana Ki Rangga, Pandan Wangi sendiri pun juga heran dengan kesediaan Anjani untuk dijadikan taruhan dan bahkan ingin diajak ke Menoreh. Dimanakah Anjani sekarang? pertanyaan itu begitu saja meluncur dari bibir Pandan Wangi setelah sejenak mereka berdua terdiam. Untuk beberapa saat Ki Rangga bagaikan membeku mendapat pertanyaan itu. Namun lambat laun Ki Rangga mampu menguasai dirinya kembali dan akhirnya menjawab dengan perlahan, Semalam dia ada di tepian ini. He! Pandan Wangi benar-benar terlonjak kaget sehingga telah bangkit dari tempat duduknya. Ki Rangga yang melihat Pandan Wangi bangkit dari duduknya segera berkata dengan sareh, Duduklah Wangi. Tidak Kakang, jawab Pandan Wangi tegas, Mengapa kakang tidak memberitahukan hal ini kepadaku semalam? Apakah suara tangis perempuan yang kami dengar semalam itu adalah tangisan Anjani? Pandan Wangi berhenti sejenak untuk mengatur pernafasannya yang tiba-tiba memburu. Lalu lanjutnya kemudian, Jadi selama ini kakang telah membawa Anjani secara diam-diam sejak dari Sangkal Putung, tapi mengapa Kakang tidak memberitahukan kepadaku? Apakah yang sebenarnya telah terjadi diantara kalian berdua? Aku tidak dapat membayangkan betapa kecewanya Sekar Mirah jika mengetahui hal ini. Wangi, tiba-tiba Ki Rangga Agung Sedayu bangkit berdiri, dipandanginya sepasang mata Pandan Wangi yang membara namun di kedua sudut matanya tampak titik-titik air mulai mengembang. Kemudian katanya dengan nada yang sangat dalam, Apakah engkau sudah tidak percaya lagi kepada Kakangmu ini? Apakah engkau mulai membandingkan diriku dengan adi Swandaru? Tidak wangi, aku tidak akan melangkah sejauh itu. Aku sangat menyayangi keluargaku. Dan aku siap berkorban apapun demi untuk kebahagiaan Sekar Mirah. 18

23 Begitu Pandan Wangi mendengar nama suaminya disebut, tangisnya pun meledak bagaikan bendungan yang pecah diterjang banjir di awal musim penghujan. Ki Rangga Agung Sedayu begitu terkejut melihat akibat dari keterlanjurannya. Dengan tergesa-gesa dia segera berkata dengan nada lembut, Wangi, maafkan aku. Bukan maksudku untuk mengungkit kejadian di masa lalu. Aku mengerti bagaimana perasaan seorang istri jika suaminya telah menduakan cintanya. Untuk itulah aku benar-benar menjaga jarak terhadap Anjani. Aku akan sangat bersyukur jika di Menoreh nanti Anjani dapat menemukan masa depannya yang lebih gemilang. Sambil berusaha menahan isak tangisnya, Pandan Wangi mencoba untuk menelaah kata-kata kakak seperguruan suaminya itu. Dia sadar, tentu Ki Rangga tidak ingin menyakiti hati Sekar Mirah setelah sekian lama berumah tangga. Adalah sangat menyakitkan dan tak mungkin akan termaafkan seandainya benar Ki Rangga telah menjalin hubungan dengan Anjani justru di saat rumah tangga mereka sedang menyongsong kebahagiaan setelah penantian panjang yang seolah tak berujung dengan hadirnya buah hati mereka, buah cinta Ki Rangga Agung Sedayu dan Sekar Mirah. Sudahlah Wangi, kembali Ki Rangga membujuk Pandan Wangi untuk menghentikan tangisnya, Aku sungguh-sungguh sangat menyesal atas kejadian tadi. Semoga engkau memaafkan aku. Marilah kita lupakan sejenak urusan pribadi di antara kita. Keselamatan Menoreh sekarang ini memerlukan perhatian kita. Ki Rangga Agung Sedayu berhenti sejenak sambil berpaling ke arah Pandan Wangi yang kelihatannya sudah mulai dapat menguasai dirinya. Lanjutnya kemudian, Beberapa saat ketika masih di tepian tadi, aku mencoba menelusuri gejala yang mulai tampak pada ilmu yang sedang aku tekuni dari kitab Ki Waskita untuk mencoba melihat apa yang sedang terjadi di padukuhan depan. Masih menurut getaran isyarat yang aku terima, padukuhan di depan kita itu kelihatannya sudah dikosongkan beberapa saat yang lalu. Namun aku tidak tahu bagaimana cara menyampaikan hal ini kepada Ki Patih Mandaraka, karena dasar yang aku gunakan bukan hasil dari pengamatan prajurit sandi, 19

24 hanya berdasarkan isyarat yang aku terima yang kebenarannya masih perlu diuji. Mendengar Ki Rangga Agung Sedayu mencoba mengalihkan arah pembicaraan, Pandan Wangi pun dengan sekuat tenaga mencoba untuk menghentikan tangisnya. Setelah menarik nafas dalam-dalam beberapa kali agar getar-getar di dalam rongga dadanya mereda, akhirnya Pandan Wangi pun menjawab, Kakang, benar atau tidak isyarat yang kakang terima, sebaiknya tetap disampaikan kepada Ki Patih Mandaraka agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Sementara itu para prajurit sandi tentu juga tidak akan tinggal diam. Mereka tentu akan segera melapor jika ada kejadian-kejadian yang perlu untuk segera ditindak lanjuti. Sejenak Ki Rangga mengerutkan keningnya mendengar saran Pandan Wangi. Sambil mengangguk anggukkan kepalanya dia menyahut, Engkau benar Wangi. Seharusnya aku tetap menyampaikan apa yang telah aku terima melalui getaran isyarat ini walaupun cara penyampaiannya kepada Ki Patih harus berbeda agar tidak ada kesan seolah olah aku telah mempunyai kemampuan untuk melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh orang kebanyakan. Aku dapat saja menyampaikan hal ini atas dasar perhitungan dan pertimbangan-pertimbangan nalar serta firasat sebagai prajurit yang telah terbiasa dalam medan pertempuran. Ya, kakang. Marilah kita segera menghadap Ki Patih agar beliau dapat mengambil keputusan yang tepat menghadapi keadaan yang tidak menentu ini. Marilah, berkata Ki Rangga kemudian sambil bangkit berdiri diikuti oleh Pandan Wangi. Keduanya pun kemudian dengan tergesa-gesa menyusuri tepian Kali Praga yang berpasir lembut menuju ke tempat Ki Patih Mandaraka beristirahat. Namun sebelum keduanya sampai di tempat Ki Patih Mandaraka, mereka telah dikejutkan oleh bunyi derap kuda yang sedang dipacu menuju ke tepian. Ketika Ki Rangga dan Pandan Wangi kemudian mengarahkan pandangan mata mereka ke ujung bulak, dari kejauhan tampak seekor kuda sedang dipacu 20

25 dengan kecepatan tinggi. Debu pun mengepul tinggi di belakang kaki-kaki kuda itu. Apakah yang sebenarnya sedang terjadi? hampir bersamaan kedua orang itu berdesis. Beberapa prajurit yang sedang bertugas jaga segera berloncatan ke tengah jalan dengan senjata terhunus. Dalam keadaan yang tidak menentu ini, segala kemungkinan dapat saja terjadi. Namun para prajurit itu segera menepi begitu melihat penunggang kuda itu memberikan isyarat dengan lambaian tangan tiga kali berturut turut yang menandakan bahwa penunggang kuda itu adalah prajurit sandi yang sedang bertugas mengamati padukuhan di depan. Para prajurit yang sedang berdiri di sebelah menyebelah jalan segera menutup hidung sambil memalingkan wajah begitu kuda yang masih berlari kencang itu melintas di hadapan mereka. Setelah mengurangi laju kudanya ketika kaki-kaki kuda itu sudah mulai menginjak tanah berpasir, penunggang kuda yang ternyata adalah salah satu dari prajurit sandi yang sedang bertugas mengamati keadaan di padukuhan depan itu segera meloncat turun. Seorang prajurit segera menyambut tali kekang kudanya dan membawa kuda itu menepi. Dengan tergesa-gesa Ki Rangga Agung Sedayu dan Pandan Wangi segera menyusul ke tempat Ki Patih. Ternyata disitu telah hadir Ki Tumenggung Tirtayudha dan beberapa perwira yang membawahi pasukan cadangan. Kemarilah, berkata Ki Patih kepada Ki Rangga dan Pandan Wangi begitu mereka berdua datang mendekat. Setelah menghaturkan sembah, keduanya pun kemudian duduk di atas bebatuan yang berserakan di tepian Kali Praga. Sementara prajurit sandi yang juga telah menghadap Ki Patih telah dipersilahkan untuk menyampaikan laporannya. Ampun Ki Patih, berkata prajurit sandi itu sambil berusaha mengatur nafasnya, Menurut pengamatan kami, ternyata pasukan Panembahan Cahya Warastra telah meninggalkan 21

26 padukuhan beberapa saat yang lalu. Kami menjumpai perapian yang masih hangat, bahkan bekas-bekas tempat makanan dan minuman masih tergeletak si sana sini. Kelihatannya mereka meninggalkan padukuhan itu dengan tergesa-gesa sehingga tidak sempat membereskan peralatan makan dan minum yang telah mereka pergunakan. Ki Patih Mandaraka tampak mengerutkan keningnya dalamdalam. Sementara itu Ki Rangga Agung Sedayu dan Pandan Wangi hanya dapat saling berpandangan. Ternyata isyarat yang diterima oleh Ki Rangga itu benar adanya, Panembahan Cahya Warastra telah meninggalkan padukuhan yang selama ini mereka tempati. Ampun Ki Patih, tiba-tiba Ki Tumenggung Tirtayudha berkata sambil menghaturkan sembah, Apakah tidak sebaiknya kita segera menyusul para pengikut Panembahan Cahya Warastra sebelum mereka mencapai padukuhan induk Menoreh? Ki Patih menggeleng, Kita tidak perlu tergesa-gesa menyusul mereka. Aku sudah menyiapkan enam puluh ekor kuda yang telah diseberangkan ke tepian ini beberapa saat setelah tepian ini dapat kita kuasai pagi tadi. Ki Patih berhenti sejenak. Kemudian lanjutnya, Empat puluh ekor kuda dengan penunggangnya empat puluh prajurit Jalamangkara aku kira sudah cukup untuk mengejar para pengikut Kecruk Putih itu. Biarkan pasukan Kecruk Putih itu berbenturan dengan para pengawal Menoreh terlebih dahulu. Kita akan mengejutkan mereka justru pada saat mereka sedang sibuk menyerang padukuhan induk. Pasukan berkuda Jalamangkara akan menyerang dari arah belakang dan menghancurkan gelar yang telah mereka susun. Dengan hancurnya gelar mereka, diharapkan para pemimpin pasukan lawan akan sulit mengendalikan pasukannya sehingga pada saat pasukan cadangan Mataram yang berjalan kaki tiba di medan pertempuran, dengan mudah kita dapat menghancurkan musuh. Ampun Ki Patih, bagaimana dengan kuda-kuda yang lain? kembali Ki Tumenggung Tirtayudha bertanya. Engkau akan memimpin pasukan Jalamangkara itu sendiri, sedangkan sebagian kuda yang tersisa akan digunakan oleh Ki 22

27 Rangga Agung Sedayu dan kawan kawannya untuk melakukan tugas khusus. Terkejut Ki Rangga mendengar titah Ki Patih Mandaraka. Dengan segera dirangkapkan kedua tangannya sambil berkata, Ampun Ki Patih, tugas khusus apakah yang harus hamba emban dan siapa sajakah yang harus menemani hamba? Ki Rangga, jawab Ki Patih, Nanti akan aku sampaikan setelah pasukan Jalamangkara berangkat. Kemudian kata Ki Patih kepada Ki Tumenggung Tirtayudha, Berangkatlah! Atur pasukanmu agar tidak terlalu dekat dengan ekor pasukan lawan. Begitu benturan dengan para pengawal Menoreh terjadi, pasukanmu harus segera menyerbu ekor dari gelar pasukan lawan sehingga perhatian mereka akan terpecah. Hamba Ki Patih, ijinkan kami berangkat, sembah Ki Tumenggung Tirtayudha sambil mengundurkan diri dari tempat itu untuk mengumpulkan para prajurit Jalamangkara. Sepeninggal Ki Tumenggung Tirtayudha, Ki Patih Mandaraka segera mengajak Ki Rangga Agung Sedayu dan Pandan Wangi untuk menghadap Sinuhun Panembahan Hanyakrawati yang berada di pesanggrahan yang sangat sederhana tidak jauh dari tempat itu. Namun sebelum beranjak meninggalkan tempat itu, Ki Patih telah memberikan beberapa arahan secara singkat kepada para perwira pasukan cadangan yang hadir di tempat itu. Segera kumpulkan para prajurit. Berangkatlah tanpa harus menunggu aku. Ki Tumenggung Ranakusuma aku minta untuk memimpin pasukan yang berjalan kaki. Engkau dapat memilih perwira pendampingmu. Usahakan jangan terlalu dekat dengan pasukan Jalamangkara yang sedang menyusul gerak pasukan lawan. Tugasmu adalah menghancurkan ekor gelar pasukan lawan yang telah terlebih dahulu diobrak-abrik oleh pasukan berkuda Jalamangkara. Berkata Ki Patih memberi arahan. Hamba, Ki Patih, jawab Ki Tumenggung Ranakusuma sambil beranjak mengundurkan diri bersama para perwira yang lain. 23

28 Sejenak kemudian Ki Patih Mandaraka bersama Ki Rangga Agung Sedayu dan Pandan Wangi telah menyusuri tepian Kali Praga yang berpasir lembut menuju ke sebuah pesanggrahan yang didirikan sementara untuk tempat peristirahatan Panembahan Hanyakrawati dan Raden Mas Rangsang. Setibanya mereka di pesanggrahan yang dijaga kuat oleh para prajurit kawal istana, Ki Patih Mandaraka segera mengucapkan salam sambil berdiri di depan tirai yang melindungi pintu masuk ke pesanggrahan. Cucunda Panembahan, hamba bersama Ki Rangga Agung Sedayu dan Pandan Wangi mohon diperkenankan menghadap, berkata Ki Patih. Silahkan Eyang Patih, kami memang sudah menunggu kedatangan Eyang Patih, terdengar suara yang bernada dalam dan sangat berwibawa dari dalam pesanggrahan. Sejenak kemudian, sambil memberikan isyarat kepada Ki Rangga dan Pandan Wangi untuk mengikutinya, Ki Patih pun kemudian melangkah masuk sambil menyingkapkan tirai yang membatasi pintu masuk ke pesanggrahan. Ketika Ki Rangga dan Pandan Wangi kemudian berjalan mengikuti Ki Patih masuk ke dalam pesanggrahan, alangkah terkejutnya mereka berdua terutama Ki Rangga Agung Sedayu. Ternyata di dalam pesanggrahan itu selain Panembahan Hanyakrawati dan Raden Mas Rangsang, telah hadir seseorang yang berpakaian serba putih dengan mengenakan sorban yang berwarna putih pula sedang duduk dengan penuh wibawa di sebelah kiri Panembahan Hanyakrawati. Tercekat hati Ki Rangga Agung Sedayu begitu mengenali siapakah yang duduk di sebelah Panembahan Hanyakrawati itu. Orang itulah yang telah menemuinya beberapa waktu yang lalu ketika dirinya sedang bertugas di Panaraga, serta yang menyebut dirinya Panembahan Panjer Bumi dan telah meninggalkan secarik kain gringsing peninggalan gurunya kepada ki Dukuh Merjan. 24

29 Dengan tergopoh-gopoh Ki Rangga dan Pandan Wangi pun kemudian mengikuti Ki Patih menyampaikan sembah sebelum akhirnya keduanya duduk terpekur di belakang Ki Patih Mandaraka. Eyang Patih, bersabda Panembahan Hanyakrawati setelah ketiga orang itu duduk, Aku tidak bisa mengikuti gerakan pasukan Mataram sampai ke padukuhan induk Menoreh sehubungan dengan berita yang telah kita terima pagi tadi. Semalam Kadipaten Panaraga telah jatuh dan Adimas Pangeran Jayaraga telah menyerah di bawah kekuasaan Adimas Pangeran Pringgalaya. Panembahan Hanyakrawati berhenti sejenak, kemudian lanjutnya, Sebelum berangkat melawat ke Panaraga, aku memang telah berpesan kepada Adimas Pangeran Pringgalaya untuk membujuk Adimas Pangeran Jayaraga agar mengurungkan niatnya untuk memberontak. Namun jika hal itu sudah tidak memungkinkan lagi, aku telah memberikan kuasa kepada Adimas Pangeran Pringgalaya sebagai duta pamungkas. Ki Patih Mandaraka mengangguk anggukkan kepalanya. Memang tadi pagi ketika Ki Patih menghadap ke pesanggrahan, ternyata Panembahan Hanyakrawati telah kedatangan seorang tamu yang sangat dihormati, seorang Wali yang waskita yang membawa berita tentang keadaan Panaraga. Sementara Ki Rangga Agung Sedayu dan Pandan Wangi menjadi berdebar debar begitu mendengar berita bahwa Kadipaten Panaraga telah jatuh. Bagaimanakah dengan orang yang selama ini menyebut dirinya sebagai Pangeran Ranapati? bertanya Ki Rangga dalam hati, Apakah dia ikut menjadi korban peperangan di Panaraga? Ampun Cucunda Panembahan, sembah Ki Patih kemudian membuyarkan lamunan Ki Rangga, Bagaimanakah nasib yang menimpa Cucunda Pangeran Jayaraga setelah Panaraga jatuh di bawah kekuasaan prajurit Mataram? Sejenak Panembahan Hanyakrawati berpaling ke arah tamunya. Ketika orang itu tersenyum sambil mengangguk, Panembahan Hanyakrawati pun kemudian melanjutkan sabdanya, Adimas Pangeran Jayaraga telah menuai hasil dari 25

30 perbuatannya. Untuk waktu yang tidak terbatas biarlah Adimas merenungi kesalahannya di masjid watu yang berada di Nusa Kambangan. Suasana sejenak menjadi sepi. Masing-masing tenggelam dalam angan angannya. Ki Rangga Agung Sedayu dan Pandan Wangi yang tidak terlibat secara langsung pertikaian antara keluarga istana itu dapat merasakan, betapa pertikaian dalam keluarga hanya akan menyebabkan semakin ringkihnya kekuatan Mataram itu sendiri. Kekuatan yang ada diantara para putra Panembahan Senopati yang seharusnya dapat bersatu dan semakin memperkokoh keberadaan Mataram di mata kadipatenkadipaten bawahan Mataram serta kerajaan-kerajaan lain yang belum bersatu di bawah panji-panji kebesaran Mataram, kini justru semakin memperburuk citra Mataram itu sendiri karena ulah para generasi penerusnya. Ampun Cucunda Panembahan, sembah Ki Patih setelah untuk beberapa saat mereka terdiam, Hamba telah membawa Ki Rangga Agung Sedayu menghadap untuk menunggu titah dari Cucunda Panembahan. Panembahan Hanyakrawati sejenak menarik nafas dalamdalam. Dipandanginya Ki Rangga Agung Sedayu yang duduk sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam beberapa langkah di belakang Ki Patih Mandaraka bersebelahan dengan Pandan Wangi. Sabdanya kemudian, Ki Rangga Agung Sedayu, aku meletakkan kepercayaan di atas pundakmu untuk melakukan tugas khusus ini. Mungkin Eyang Mandaraka belum menyampaikan secara rinci tugas khusus yang harus engkau emban, namun sebagai prajurit yang telah matang ditempa dalam segala medan, aku percaya engkau akan dapat melaksanakan tugas ini dengan baik. Jantung Ki Rangga Agung Sedayu rasa rasanya telah berdentang semakin kencang. Dia belum dapat membayangkan tugas khusus apakah yang harus diembannya. Ketika tanpa disadarinya terbayang seraut wajah cantik istrinya namun yang tampak sedang duduk termenung dengan wajah yang murung, hatinya pun bagaikan teriris sembilu, pedih tak terperikan. 26

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya Labiba 1 Salsabil Inas Labiba Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam

Lebih terperinci

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya. Keberanian Pagi itu di pedesan Kaliurang udara tampak sejuk dan embun pagi mulai pupus. Pada hari pahlawan 10 November tahun dimana kita mengingat perjuangan para pahlawan Indonesia. Ibu Malino sedang

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Kisah ini mengajarkan dua hal: Pertama, bahwa setiap peperangan yang dikobarkan oleh rasa iri dan benci hanya akan menghancurkan semua

Lebih terperinci

Terusan. Jilid 406. Api di Bukit Menoreh

Terusan. Jilid 406. Api di Bukit Menoreh 2014 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid keenam dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan oleh

Lebih terperinci

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati 1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati Oleh: Alberta Angela (@black_printzesa) Hai, namaku Jati. Mungkin kalian semua sudah sering mendengar namaku. Tapi mungkin kalian belum terlalu mengenal aku dan kehidupanku.

Lebih terperinci

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Nama: ika Putri k Nim: 09.11.2577 Kelas: S1 TI 01 PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Pada suatu hari terjadi perang antara rakyat Indonesia dengan Malaysia dikarenakan Malaysia sering kali merebut wilayah

Lebih terperinci

Tubuh-tubuh tanpa bayangan

Tubuh-tubuh tanpa bayangan Tubuh-tubuh tanpa bayangan Ada sebuah planet bernama Arais. Planet Arais dihuni oleh suatu makhluk bernama Tubuh berjubah hitam. Mereka adalah makhluk yang sepanjang masa hanya berdiri di tempat yang sama.

Lebih terperinci

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Padepokan Sekar Keluwih Sidoarjo SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Serial Api di Bukit Menoreh) Panembahan Mandaraka (mbah_man) http://tamanbacaanmbahman.blogspot.co.id/ Cerita fiksi berbasis sejarah semasa

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (1/6)

Siapakah Yesus Kristus? (1/6) Siapakah Yesus Kristus? (1/6) Nama Kursus   : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Penggenapan Nubuatan Perjanjian Lama Kode Pelajaran : SYK-P01   Pelajaran 01 - YESUS ADALAH PENGGENAPAN

Lebih terperinci

[CERITA DARI FASCHEL-SECANGKIR RINDU] August 27, Secangkir Rindu

[CERITA DARI FASCHEL-SECANGKIR RINDU] August 27, Secangkir Rindu Secangkir Rindu Kalena sudah tahu kalau Fandro akan mencarinya. Bukan hanya karena dulu mereka sangat dekat, tapi karena Fandro sudah berjanji untuk menemui Kalena bila dia punya kesempatan datang ke Faschel

Lebih terperinci

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang Prolog Seorang teman atau bahkan lebih dari sekedar teman, ya tepatnya adalah sahabat? Apa yang kalian tau tentang teman ataupun sahabat? Dua kata yang hampir serupa, namum mempunyai arti begitu berbeda

Lebih terperinci

Tak Ada Malaikat di Jakarta

Tak Ada Malaikat di Jakarta Tak Ada Malaikat di Jakarta Sen Shaka Aku mencarimu di kota dimana lampu-lampu gemerlap membisu, orang-orang termangu sendiri dalam keriuhan lalu lalang. Mereka terdiam memegang telpon genggam, sibuk bercengkrama

Lebih terperinci

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi. Prolog Orion mempercepat langkah kakinya, baju perang yang dikenakannya membuat langkah kakinya menjadi berat, suaranya menggema di lorong gua, bergema dengan cepat seiring dengan langkah kaki yang dia

Lebih terperinci

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap Dean, kau menghilang cukup lama, dan kau tak mungkin bergabung dengan mereka dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap Justin yang menatapku dengan penuh perhatian. Aku

Lebih terperinci

.satu. yang selalu mengirim surat

.satu. yang selalu mengirim surat .satu. yang selalu mengirim surat Bunyi klakson motor berwarna oranye, dengan teriakan khas Pos! setiap hari selalu aku nantikan. Mata tak lepas dari balik pagar besi lusuh bewarna coklat tua. Ketika pagi

Lebih terperinci

Terusan Api di Bukit Menoreh

Terusan Api di Bukit Menoreh 2015 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid kesebelas dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan

Lebih terperinci

Terusan Api di Bukit Menoreh

Terusan Api di Bukit Menoreh 2015 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid kesembilan dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu: Kisah Ashabul Kahfi Kisah Ashabul Kahfi dan anjing adalah sebuah kisah penuh keajaiban sebagai pertanda kekuasan Allah swt yang tak bias di jelaskan oleh akal manusia yang terbatas ini kisah ini di muat

Lebih terperinci

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( ) ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( 09.12.3843 ) Copyright 2011 Reza Fahlevi All Right Reserved SINOPSIS adalah seorang anak laki-laki dari pasangan Yusaku Matsuda dan dari desa kecil bernama Chikuya di

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

Yang Mencinta dalam Diam

Yang Mencinta dalam Diam Yang Mencinta dalam Diam Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah, lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut, mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya,

Lebih terperinci

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan Bagian I 1 2 Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan keputusasaannya untuk mengobatiku. Aku ingat benar bagaimana harapanku dulu untuk sembuh di dalam rawatannya seperti pasien-pasien yang

Lebih terperinci

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Aku putuskan duduk di sebelahnya. Ia sadar ada orang yang

Lebih terperinci

dia tak pernah melepas cadar yang menutupi wajah cantiknya.

dia tak pernah melepas cadar yang menutupi wajah cantiknya. PRINCESS Cerita ini diinspirasi oleh sebuah mimpi yang ku alami tahun 2007, tentang sebuah kerajaan islam di Indonesia. Namun masih ragu, benarkah ada cerita seperti dalam mimpi saya? Daripada salah dan

Lebih terperinci

Terusan. Jilid 402. Api di Bukit Menoreh. Karya mbah-man

Terusan. Jilid 402. Api di Bukit Menoreh. Karya mbah-man 2013 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid kedua dari Seri kelima ADBM. ADBM eri keempat telah ditamatkan oleh

Lebih terperinci

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Angin senja terasa kencang berembus di antara Bab I Angin senja terasa kencang berembus di antara gedung-gedung yang tinggi menjulang. Di salah satu puncak gedung tertinggi, terlihat sebuah helikopter berputar di tempat, berusaha untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Sepasang Sayap Malaikat

Sepasang Sayap Malaikat Sepasang Sayap Malaikat Mereka sepasang sayap terbang ke awan-awan ingatan pemiliknya memilih menapak tanah, menikah dengan gadis pujaan. Setahun lalu, ia bertemu seorang gadis di sebuah kebun penuh air

Lebih terperinci

Terusan Api di Bukit Menoreh

Terusan Api di Bukit Menoreh 2015 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid kesepuluh dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan

Lebih terperinci

Terusan. Jilid 403. Api di Bukit Menoreh. Karya mbah-man

Terusan. Jilid 403. Api di Bukit Menoreh. Karya mbah-man 2013 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid ketiga dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan oleh

Lebih terperinci

Mencintai, adalah satu kata bermakna kompleks yang dapat mengubah seluruh hidup manusia. Mencintai adalah aku dan kamu. Dia dan orang lain.

Mencintai, adalah satu kata bermakna kompleks yang dapat mengubah seluruh hidup manusia. Mencintai adalah aku dan kamu. Dia dan orang lain. Mencintai, adalah satu kata bermakna kompleks yang dapat mengubah seluruh hidup manusia. Mencintai adalah aku dan kamu. Dia dan orang lain. Mencintai seseorang adalah suatu rasa yang mana disaat kau mendengar

Lebih terperinci

Terusan Api di Bukit Menoreh

Terusan Api di Bukit Menoreh 2016 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid ketigabelas dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan

Lebih terperinci

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lelah menanti.. Cinta untukmu tak pernah berbalas. Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lucu memang, aku masih saja merindukanmu.. Walau kutau hatimu

Lebih terperinci

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu Kisah Satu (Oktra) Mendamba Angin Malam Hidup adalah tentang berkorban, atau bahkan mengorbankan orang lain untuk hidup kita. Hidup memberikan makna-makna tersirat yang harus kita artikan sendiri sebagai

Lebih terperinci

Testimoni. Ucapan Terima Kasih. Kata Penjemput. Daftar Isi. Ketika Akar Ketidakbahagiaan Ditemukan. Bahagia Begitu Menggoda

Testimoni. Ucapan Terima Kasih. Kata Penjemput. Daftar Isi. Ketika Akar Ketidakbahagiaan Ditemukan. Bahagia Begitu Menggoda Testimoni Ucapan Terima Kasih Kata Penjemput Daftar Isi Ketika Akar Ketidakbahagiaan Ditemukan Pilar Ketidakbahagiaan Tenggelam dalam Penyesalan Penjara Aturan Mengepung Jiwa Awal Setelah Akhir Pikiran

Lebih terperinci

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Mata Cinta Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Tangan ini beralirkan anugerah kuasa-mu Sederhana bagi-mu Hanya kamilah merasa

Lebih terperinci

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku! Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku! Mesin mobil sudah mati beberapa menit yang lalu, tapi Zhara masih duduk diam dibelakang kemudi. Sibuk menenangkan debar jantungnya, berusaha untuk bisa

Lebih terperinci

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... 6 Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... OooOooOooO "Hye..." "Hhmmm..." "Aku mencintaimu..." "Nado. Aku

Lebih terperinci

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Judul buku: SYAIR KERINDUAN Penulis: Gunawan Tambunsaribu Jlh. Hal: : 251 halaman Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Ada rasa SUKA. KEBENCIAN, SEDIH, BAHAGIA,

Lebih terperinci

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Hingga akhirnya suatu hari, dia pun memberanikan diri untuk mengintip. Terlihat seorang bocah lelaki

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:31 - Last Updated Thursday, 27 March 2014 12:12

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:31 - Last Updated Thursday, 27 March 2014 12:12 Dahulu, di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja bernama Laku Leik. Ia adalah raja yang bengis dan kejam. Ia tidak segan-segan menganiaya, bahkan

Lebih terperinci

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA Betapa indah dan bahagia duduk di pangkuan ayah tercinta dalam dimensi kemuliaan ini. Tinggal di kota sorgawi yang penuh dengan kemuliaan dan cahayanya sama seperti permata

Lebih terperinci

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN 1 Hensa KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN NAMANYA INDRA Bagaimana Sari?, suara Indra memecah keheningan. Kutatap lelaki ganteng yang duduk tepat di depanku ini. Sari,

Lebih terperinci

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Padepokan Sekar Keluwih Sidoarjo SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Serial Api di Bukit Menoreh) Panembahan Mandaraka (mbah_man) Cerita fiksi berbasis sejarah semasa Kerajaan Mataram di bawah Panembahan Hanyakrawati

Lebih terperinci

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mukadimah Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mencoba merangkai kata Berpura-pura jadi pujangga Menyenangkan hati dari tangan dan tulisan Semoga semua berkenan

Lebih terperinci

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,

Lebih terperinci

Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea,

Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea, KEBANGKITAN YESUS Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea, Pontius Pilatus, pada tanggal 14 Nisan

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan Bab 1 Wonderheart Di suatu titik di alam semesta ini, terdapat sebuah galaksi yang begitu mirip dengan galaksi Bimasakti. Di dalamnya terdapat sebuah planet yang juga memiliki kehidupan mirip seperti Bumi.

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

lanjutan Api Di Bukit Menoreh Versi Flam Zahra Jilid 401

lanjutan Api Di Bukit Menoreh Versi Flam Zahra Jilid 401 lanjutan Api Di Bukit Menoreh Jilid 401 Api di Bukit Menoreh (lanjutan ADBM karya SH Mintardja) Karya Nyi Flam Zahra, disusun terbatas untuk sanak-kadang yang biasa nongkrong di http://www.facebook.com/groups/apidibukitmenoreh/

Lebih terperinci

Intro. Cupve - Izzi - Guardian

Intro. Cupve - Izzi - Guardian Intro Cahaya putih bersinar terang. Di ikuti bau yang begitu harum. Dari sebuah bola cahaya muncul sosok bersayap, dengan kaki-kaki yang lentik, tangan yang mungil tapi kuat, mata penuh dengan cinta dan

Lebih terperinci

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku)

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku) (Aku Melihatnya & Dia Melihatku) JUBAH HITAM PART 1 Tahun 1993, sebuah cerita tentang kelahiranku. Tentunya, kedua orangtuaku menjadi saksi bagaimana aku lahir. Saat aku masih dalam kandungan, ayah, dan

Lebih terperinci

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25 Ellen hanya berdiri termangu melihat tubuh Marwan yang kaku terbujur yang tiga perempat tubuhnya tertutup oleh kain putih. Hanya kelihatan kepalanya saja. Ellen hanya ingin melihat wajah Marwan terakhir

Lebih terperinci

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Baptisan Mencuci Bersih Dosa GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di Chapter I: The First Meeting Seorang gadis sedang berjalan bahagia di sepanjang jalan pada malam yang cerah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan senyum ceria. Ia berharap hal aneh itu tidak akan muncul

Lebih terperinci

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa Anam Rufisa Catatan Anak Kelinci Penerbit Ana Monica Rufisa Catatan Anak Kelinci Oleh: Anam Rufisa Copyright 2010 by Anam Rufisa Penerbit Ana Monica Rufisa Website: http://anamrufisa.tumblr.com/ Email:

Lebih terperinci

Batu yang Menjadi Roti

Batu yang Menjadi Roti Batu yang Menjadi Roti Berikut ini adalah kisah tentang Tuhan Yesus dan para murid-nya. Kisah ini hanya sebuah kiasan, ceritanya sendiri tidak tertulis dalam Injil mana pun. Oleh karenanya kisah ini hanya

Lebih terperinci

MUNGKIN KU SALAH MENGARTIKAN

MUNGKIN KU SALAH MENGARTIKAN 1 MUNGKIN KU SALAH MENGARTIKAN Kini kulihat dirimu sedikit berbeda Entah apa yang terjadi, Diammu cukup membuat sejuta tanya dalam benakku Mencoba mencari tahu namun ku tak mampu menerka Ah, atau aku yang

Lebih terperinci

Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia..

Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia.. Wahai puteraku Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia.. Janganlah berbicara dalam berbagai urusan.. Kecuali setelah mengecek kebenaran sumbernya.. Dan jika seseorang datang

Lebih terperinci

Tidak, sayang. Nanti kau sakit, tegas Maya sambil mengusap rambut Amanda yang panjang terurai.

Tidak, sayang. Nanti kau sakit, tegas Maya sambil mengusap rambut Amanda yang panjang terurai. 1 Tidak. Kau tidak boleh keluar rumah. Di luar masih hujan, sayang, kata Maya kepada anak tunggalnya, Amanda. Tapi, mama. Amanda juga ingin bermain hujan seperti teman-teman Amanda itu, rayu Amanda dengan

Lebih terperinci

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 Sinar matahari siang ini begitu terik hingga sanggup menembus setiap celah kain berlapis yang menutupi kulit setiap orang yang menantangnya. Langkah Guri semakin cepat

Lebih terperinci

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana, Tetapi tetap tidak ada jawaban. Aku mencoba mengeluarkan diriku dari tumpukan kertas ini. Kau tahu adegan dimana ada sebuah perahu yang bocor di tengah lautan dan orangorang di dalam perahu mencoba mengeluarkan

Lebih terperinci

I Want Him... Di Jogjakarta, lahirlah anaknya yang ketujuh, anak perempuan, dan itulah aku. Setelah kehamilan ibu yang boleh

I Want Him... Di Jogjakarta, lahirlah anaknya yang ketujuh, anak perempuan, dan itulah aku. Setelah kehamilan ibu yang boleh Aku dan Ibu Istimewa Melahirkan anak adalah rahmat yang luar biasa. Rasa sakitnya pun luar biasa. Tapi semua rasa sakit itu bisa hilang dalam sekejap saat aku mendengar suara tangis pertama anakku yang

Lebih terperinci

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

S a t u DI PAKUAN EXPRESS S a t u DI PAKUAN EXPRESS Ya, awal tahun 2008. Pindah ke rumah sendiri. Berpisah dari orangtua, pindah kerja pula ke Jakarta. Meninggalkan kenyamanan kerja di Bogor rupanya membuatku terkaget-kaget dengan

Lebih terperinci

Sang Pangeran. Kinanti 1

Sang Pangeran. Kinanti 1 Sang Pangeran Langkah Rara terhenti mendengar percakapan dari ruang tamu. Suara seseorang yang sangat dikenalnya. Suara tawa yang terdengar khas itu semakin memperkuat dugaannya, membuat jantung Rara berpacu

Lebih terperinci

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini. Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati. Malam di Perkuburan Diposkan pada 03 Januari 2016 Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Dan tak ingin tinggal di sana. Namun suatu saat saya mengajak seorang pa-kow. Ketika saya sampai

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

lanjutan Api Di Bukit Menoreh Versi Flam Zahra Jilid 402

lanjutan Api Di Bukit Menoreh Versi Flam Zahra Jilid 402 lanjutan Api Di Bukit Menoreh Jilid 402 Api di Bukit Menoreh (lanjutan ADBM karya SH Mintardja) Karya Nyi Flam Zahra, disusun terbatas untuk sanak-kadang yang biasa nongkrong di http://www.facebook.com/groups/apidibukitmenoreh/

Lebih terperinci

Kamu adalah alasan untuk setiap waktu yang berputar dari tempat ini.

Kamu adalah alasan untuk setiap waktu yang berputar dari tempat ini. Kamu adalah alasan untuk setiap waktu yang berputar dari tempat ini. Bab 1 Surat bakti Adinda, Untuk Volonyia Adere di kota seberang. Kamu lihat bunga kita, yang sama-sama kita tanam di depan rumah. Dia

Lebih terperinci

Satu Hari Bersama Ayah

Satu Hari Bersama Ayah Rafid A Shidqi Satu Hari Bersama Ayah Tapi aku akan mengatakannya... bahwa aku sangat menyayangimu... Ayah Penerbit Nulis Buku Satu Hari Bersama Ayah Rafid A Shidqi Copyright Rafid A Shidqi, 2012 All rights

Lebih terperinci

2 Ketika aku mengundang Yesus masuk ke dalam hidupku, Ia menerangi hatiku yang gelap, dingin dan kosong. Keputusanku untuk mengundang Yesus tidak akan pernah kusesali. Karena itu, aku berkata kepada-nya,

Lebih terperinci

Terusan. Jilid 408. Api di Bukit Menoreh. Karya mbah-man

Terusan. Jilid 408. Api di Bukit Menoreh. Karya mbah-man 2015 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid kedelapan dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan

Lebih terperinci

Terusan. Jilid 398. Api di Bukit Menoreh

Terusan. Jilid 398. Api di Bukit Menoreh 2012 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya ini hanya untuk memenuhi kehausan atas kisah Agung Sedayu dan yang yang lainnya yang terpenggal dengan paksa. Bukan untuk tujuan komersil. Jilid 398 Terima kasih

Lebih terperinci

Yesus Kristus. David C Cook. All Rights Reserved. Kisah tentang

Yesus Kristus. David C Cook. All Rights Reserved. Kisah tentang Kisah tentang Yesus Kristus Ini adalah kisah nyata mengenai Yesus Kristus yang datang ke dunia sebagai seorang bayi dan bertumbuh dewasa. Tetapi Ia lebih dari sekedar manusia biasa. Ia adalah Anak AlLah.

Lebih terperinci

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja Perempuan itu berjalan di antara gerimis dan licinnya jalan kampung. Bagian bawah kainnya sudah basah terkena percikan. Ia menenteng sendalnya di tangan kirinya sementara

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat lebih jelas. Sebelum batang pohon terlihat seperti batang

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Hari Raya Korban? (Idul Adha) Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.

Lebih terperinci

Loyalitas Tak Terbatas

Loyalitas Tak Terbatas Loyalitas Tak Terbatas Agra Utari Saat orang bertanya pada saya, Hal favoritmu di dunia ini apa, Gra? Saya selalu dengan pasti menjawab, Anjing. Ya, saya sangat cinta dengan makhluk berkaki empat ini.

Lebih terperinci

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer? tanyanya saat aku One - Deshi Angin yang semilir, bergerak dalam diam, malu-malu menelusup masuk melalui jendela kamar yang memang di biarkan terbuka oleh sang pemilik. Jam dinding yang bertengger indah di sisi sebelah

Lebih terperinci

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS.

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS. 5.7.5 Nabi Yusuf AS. dan Saudara-saudaranya Kini saudara-saudara Nabi Yusuf yang telah menceburkannya ke dalam sumur telah datang. Anak-anak Nabi Ya qub datang dan berbaris dalam rombongan orang-orang

Lebih terperinci

Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak.

Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak. ASAL MULA NAMA SIMO Sawah dan ladang milik Kyai Singoprono subur dengan hasil melimpah ruah, namun kesemuanya itu merupakan hasil kerja keras dan doa yang senantiasa menghiasinya. Suatu malam yang cerah,

Lebih terperinci

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri. INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini

Lebih terperinci

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

KOPI DI CANGKIR PELANGI.. KOPI DI CANGKIR PELANGI.. Irama detik menuju menit yang semakin jelas terdengar, menandakan sunyi telah memonopoli malam. Malam memang selalu berdampingan dengan sunyi, dan kemudian memadu kasih untuk

Lebih terperinci

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian AKU AKU AKU Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian lantaran ia adalah teladan didunia yang

Lebih terperinci

Di Semenanjung Tahun. Saat semua berakhir, saat itu pula semua berawal. Yuni Amida

Di Semenanjung Tahun. Saat semua berakhir, saat itu pula semua berawal. Yuni Amida Di Semenanjung Tahun Saat semua berakhir, saat itu pula semua berawal Yuni Amida Berdampingan, tapi Tak Bergandengan Suatu hari nanti, aku akan melihat kembang api tahun baru, dengan orang yang kusayang.

Lebih terperinci

Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole.

Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole. Hampir sore, saat Endra berada di hutan bedugul. Jari-jari lentik sinar matahari menembus kanopi puncak pepohonan menerangi kerimbunan hutan. Suara burung mengiringi langkahnya menembus batas hutan terlarang.

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan: Yesus menyatakan: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata

Lebih terperinci

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada Petualangan Tomi di Negeri Glourius Oleh: Desi Ratih Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada di tempat yang begitu asing baginya. Suasana gelap dan udara yang cukup dingin menyelimuti tempat

Lebih terperinci

semoga hujan turun tepat waktu

semoga hujan turun tepat waktu semoga hujan turun tepat waktu aditia yudis kumpulan cerita pendek dan flash fiction yang pernah diikutkan kompetisi nulisbuku dan comotan dari blog pribadi. Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com

Lebih terperinci

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus SATU Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own - ROBERT A. HEINLEIN Kenapa Mama harus pergi? tanya seorang anak berusia sekitar delapan tahun. Mama harus

Lebih terperinci

Terusan Api di Bukit Menoreh

Terusan Api di Bukit Menoreh 2016 Terusan Api di Bukit Menoreh Karya mbah-man Kalau boleh ini disebut sebagai lanjutan dari seri ADBM, naskah ini merupakan jilid keduabelas dari Seri kelima ADBM. ADBM seri keempat telah ditamatkan

Lebih terperinci

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Berita duka menyelimuti kerajaan Airllie, patih kerajaan itu meninggal dunia karena tertimpa bebatuan yang jatuh dari atas bukit saat sedang menjalankan tugas

Lebih terperinci