BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lima belas tahun sudah berlalu, peristiwa pameran seni rupa modern bernafaskan Islam pada Festival Istiqlal I 1991 dan II 1995 telah dilewati. Tentu dari peristiwa yang telah dilewati tersebut, pada dasarnya ada kejadian yang sempat diingat dan sempat tercatat. Di lain pihak tak jarang pula ada kejadian yang tertinggal dan nyaris dilupakan. Telah diingat bahwa kegiatan pameran seni rupa modern Islam Indonesia pada Festival Istiqlal I yang diselenggarakan pada tahun 1991 te rsebut, telah mengukir kesuksesan sepanjang sejarah peristiwa kegiatan kebudayaan dan kesenian Islam yang dipertunjukkan kepada publik, khususnya di Indonesia. Menurut catatan artikel yang diterbitkan dalam jurnal Arts & Islamic World yang berjudul The Istiqlal Festival Foundation An Effort to Preserve and Develop an Islamic Indonesia Culture tahun 1994 contohnya saja, jumlah pengunjung yang datang mendatangi kegiatan Festival Istiqlal I pada tahun 1991 tersebut, tidak kurang 7 juta pengunjung yang datang selama 2 bulan penuh pada acara kegiatan tersebut (Arts & Islamic Worlds, :1994:54). Total pengunjung yang mencapai 7 juta orang tersebut, tentunya bukanlah prestasi yang mudah diraih bahkan diulang bagi siapa pun di Indonesia dalam hal urusan mengajak pengunjung lewat peristiwa pameran kebudayaan lain dengan jenis tawaran kesenian yang lain pula. Festival Istiqlal I tahun 1991, tepatnya yang dilaksanakan pada tanggal {15 Oktober sampai dengan 15 November} tersebut. Pada dasarnya menampilkan semua bentuk ekspresi seni dalam suatu corak nafas Islam yang berkembang dalam tradisi kebudayaan Indonesia. Rekor total pengunjung yang mencapai 7 juta orang, dalam konteks yang lebih luas. Menurut artikel yang berjudul: The Istiqlal Festival Foundation an Effort to Preserve and Develop an Islamic Indonesian Culture yang termuat dalam jurnal Arts & Islamic World tahun 1994 tersebut, setidaknya telah mengindikasikan 1

2 bagaimana kebudayaan Indonesia sedang menuju proses menemukan identitas milik sendiri. Uraian inilah salah satunya yang tertuang pada Festival Istiqlal I tahun 1991: The 1991 Istiqlal Festival (15 October 15 November 1991) which displayed the Islamic spirit of Indonesian culture in all its forms, took place at the Istiqlal Masque in Jakarta and was visited by more than 7 million people, the greatest number of visitors ever recorded to have visited a festival in the country. Such a number of visitors is certainly a strong indication that Indonesian culture is in the process of finding its own identity. (Arts & Islamic Worlds, :1994:54) Festival Istiqlal yang secara khusus merupakan perayaan nasional umat muslim Indonesia serta menandakan kegiatan pameran seni rupa yang membawa nilai dan nafas Islam secara khusus. Pada dasarnya hanyalah bagian refleksi dari konstelasi sekaligus kondisi keanekaragaman budaya Indonesia sendiri yang tak pernah memiliki satu jenis suku, etnik, agama yang hanya satu macam saja (Ferdy Salim:1994). Menurut Ferdy Salim selanjutnya, negeri Indonesia merupakan suatu negeri yang terdiri atas hampir pulau, yang membentang sepanjang garis khatulistiwa. Negeri ini mempunyai suatu populasi kurang lebih sekitar 180 juta orang, yang terdiri dari kelompok-kelompok etnik dari berbagai agama-agama. Mayoritas populasi yang pertama merupakan muslim yang mencapai 87% (sekitar 157 juta orang), sementara yang lainnya terdiri sekitar 23 juta, dari yang 23 juta inilah mereka memeluk agama-agama lain dan kepercayaankepercayaan lain termasuk agama Kristen, Hindu, dan Buddha (Ferdy Salim:1994). Selanjutnya, setelah menuai kesuksesan pada Festival Istiqlal I Begitu pula yang terjadi pada kegiatan Festival II, yang diselenggarakan 4 tahun sesudahnya yang diselenggarakan pada bulan September sampai dengan November pada tahun Berbeda dengan kegiatan Festival Istiqlal yang pertama yang dilaksanakan pada tahun Menurut Ferdy Salim, salah seorang yang ditunjuk sebagai koordinator pada Festival Istiqlal II 1995, kegiatan Festival Istiqlal II 1995 dibuat, dilatarbelakangi oleh keinginan mengambil momentum kegembiraan dan semangat kerendah-hatian peristiwa 50 tahun kemerdekaan Indonesia sekaligus 50 tahun perjalanan usia Republik dalam mengarungi berbagai tantangan perubahan dan arus globalisasi (Ferdy Salim, :1996). 2

3 Sejumlah catatan lain dicatat pula. Jika dalam Festival Istiqlal I 1991, undangan yang berpartisipasi terbatas dan hanya diikuti oleh negara-negara ASEAN dan negara China. Sebaliknya, pada kegiatan Festival Istiqlal II 1995 cakupannnya lebih meluas. Jumlah peserta dan partis ipan dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika ternyata turut dilibatkan. Negara-negara seperti: Mesir, Jordania, Saudi Arabia, Turki, Libanon, Tunisia, Maroko, Palestina dan Sudan ikut serta. Sebagian lagi diikuti oleh negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Uzbekistan, dan Bosnia Herzegovina. Termasuk juga dengan melibatkan negara-negara non-muslim tetapi memiliki jumlah populasi muslim yang tidak kalah sedikit seperti di India dan U.K (United Kingdom). Pada Festival Istiqlal II 1995, telah mengundang dan menghadirkan pula figurfigur intelektual muslim dunia dan para pejabat penting yang mewakili masing-masing negara muslim yang ikut berpartisipasi diantaranya ialah: Dr. Anwar Ibrahin dari Malaysia, guru besar dari Al-Azhar Mesir yang diwakili oleh Dr. Hassan Hanafi dan Dr. Ali Gade Al Haque, kemudian dari Turki diwakili oleh Prof. Dr. Ekmeleddin Ihsanoglu, M.H Faruqi, Dr. Abdul Hamid Al Gabid, Dr. Mohammad Ali, M. Jafar Ul Haq, Ikrimah Sabri dan Dr. Mustafa Cefik. Diikuti pula oleh masing-masing menteri-menteri agama negara muslim utamanya dari Jordania, Maroko, Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) (Ferdy Salim, :1996). Rekor fantastis pun telah diukir. Festival Istiqlal II 1995 telah mendatangkan hampir 11 juta pengunjung dalam acara 1 bulan penuh, jauh melewati Festival Istiqlal I yang mencatat jumlah 7 juta pengunjung. Jumlah total pengunjung sebanyak itu, umumnya merupakan pengunjung domestik di samping pula pengunjung yang datang dari mancanegara. Lalu, acara inagurasi dan seremonial Festival Istiqlal II 1995 tersebut dilaksanakan pada tanggal 28 September 1995 di Mesjid Istiqlal, Jakarta. Pembukaan acara Festival Istiqlal pun dibuka sendiri oleh Presiden Muhammad Soeharto. Dalam acara pembukaannya tersebut Presiden Soeharto mengatakan: Negara dan bangsanya yang kuat bertahan pada agama, seni tidak hanya memberi suatu aspek rohani kepada kesadaran keindahan saja, tetapi juga 3

4 suara hati kepada hal-hal yang lebih dalam serta yang lebih berprinsip dalam kehidupan. Festival Istiqlal dirancang berpijak pada agama, yang kemudian diperkenalkan dalam aspek moral, aspek rohani dan etis bagi pengembangan bangsa Indonesia dan memperkuat kesadaran nasionalisme. (Soeharto, :1995) Pun di samping menghadirkan pameran kebudayaan dan kesenian Islam nusantara dari berbagai cabang ekspresi seni, mulai arsitektur mesjid, seni rupa hingga seni pertunjukkan. Peristiwa pameran seni rupa modern Indonesia bernafaskan Islam pada Festival Istiqlal, tentu saja menampilkan sejumlah catatan yang sangat menarik. Peristiwa seperti Festival Istiqlal yang mencakup hampir menampilkan keseluruhan wujud ekspresi seni Islam di nusantara. Secara historis, idenya tumbuh dari konsep yang dibuat oleh Tim 7 dan di awali terlebih dahulu dengan penganganan proyek pembuatan mushaf Al- Qur an. Pada dasarnya pembuatan mushaf Al-Qur an itu sendiri, telah menugaskan sejumlah komite khusus yang diberi nama: The Mushaf Istiqlal Committee, yang dikepalai oleh Ponjto Sutowo sebagai Executive Chairman, yang didampingi oleh A.D Pirous sebagai asisten. Achmad Noe man sebagai arsitek, Machmud Buchori sebagai peneliti seni mushaf, kemudian Ferdy Salim bertugas sebagai koordinator. Dicatat pula hampir sekitar 123 manuskrip telah dibuat, totalnya berjumlah sekitar 938 halaman, pengerjaan dan penulisan mushaf Istiqlal sendiri telah melibatkan sekitar 70 seniman muda Indonesia. Usai dirampungkannya pengerjaan mushaf Istiqlal tersebut, secara simbolik penandatanganan atau penulisan Bismillah (atas nama Allah) sendiri, dituliskan langsung oleh Presiden Muhammad Soeharto. Peristiwa Festival Istiqlal merupakan peristiwa nasional dan melibatkan banyak pihak internasional. Festival Istiqlal secara tidak langsung seolah meyakinkan bagaimana kekayaaan kebudayaan dan kesenian Indonesia yang berasal dari berbagai tradisi, suku, agama dan etnik sangat berlimpah-ruah. Kekayaan berbagai populasi agama maupun etnis tersebut yang tumbuh di Indonesia, pada proses akarnya hampir membutuhkan 700 tahun yang berangsur-angsur lamanya, khususnya ketika Isla m datang ke Indonesia pada 4

5 abad ke-15 (Ferdy Salim, :1996). Jalinan interaksi antara Islam dan kultur lokal yang asli itulah, yang telah menggerakkan suatu proses perubahan yakni melahirkan suatu kultur yang baru di Indonesia, khususnya yang diilhami oleh roh Islam. Dalam salah satu makalahnya yang memuat tentang kajian Seni Benafaskan Islam di Indonesia: Kajian Khusus Seni Rupa Masa Kini Dalam Perspektif Seniman Muslim, yang ditulis sendiri oleh A.D Pirous, bahwa perkembangan kesenian Islam selama kurang lebih 4 abad (A.D Pirous, :2003). Pada dasarnya hanya terbatas di beberapa daerah saja seperti: Sumatra, Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, Lombok dan kepulauan Maluku. Di luar daerah-daerah tersebut tradisi etnik masih belum tersentuh oleh Islam sehingga tradisinya bertahan tanpa mengalami perubahan. Menurut A.D Pirous pula, proses awal masuknya Islam ke berbagai daerah di Indonesia yang mempunyai kelompok etnik sangat beragam, pada akhirnya telah menyemaikan pula unsur kesenian Islam. Inilah kemudian yang memunculkan sikap adaptif para seniman dan patron seni terhadap kebudayaan setempat adalah ciri utama dalam kesenian Islam pada umumnya. Hal inilah yang kemudian menegaskan bagaimana kesenian Islam di Indonesia memiliki bentuk ekspresi budaya yang tidak sama dengan yang terdapat di negara-negara Islam lain dengan kesatuan corak kesenian dan kesinambungan perkembangannya sejak awal sampai masa kini. Dalam telaahnya tersebut A.D Pirous juga menambahkan, bertolak dari keinginan untuk menyebarluaskan agama Islam di berbagai lapisan masyarakat, para perintis dan pemikir seni telah menggali nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi lama untuk menemukan bahasa ekspresi seni baru sesuai dengan kepentingan budaya Islam. konteks ini A.D Pirous telah mencatatnya: Para pengajar agama Islam dengan cara moderat telah mempergunakan bahasa kesenian yang sudah akrab dalam masyarakat sebelum Islam seperti bentuk dan cerita wayang, untuk mengantarkan mereka ke masyarakat yang Islami. Dari pendekatan demikian, telah merangsang lahirnya corak baru dengan ragam warna yang kaya dalam berbagai kesenian daerah yang bernafaskan Islam. (A.D Pirous, 2003:103) Dalam 5

6 Polarisasi antara Islam dan budaya lokal Indonesia, ditengarai juga oleh ulama sekaligus pemikir Abdurrahman Wahid disebutnya sebagai kenyataan sejarah. Kenyataan sejarah telah menunjukkan hal itu, dan akan semakin banyak tuntutan sejarah untuk berdialog lebih mendalam antara Islam dan keduanya. Abdurrahman Wahid kemudian mencatatnya: Islam datang ke bumi Nusantara dengan mengambil pendekatan budaya. Dalam arti tidak mementingkan penaklukan militer. Beberapa melalui kegiatan pendidikan, kesenian, ekonomi, dan perkawinan, lambat laun Islam berkembang dari pulau ke pulau di seluruh tanah air. Islam tidak selalu tampil dalam bentuk pemerintahan, melainkan lebih banyak sebagai cara peribadatan, hukum positif setempat, dan pengajaran kitab-kitab kuning di kalangan rakyat. (Abdurrahman Wahid, :1990) Peristiwa Festival Istiqlal II 1995 telah menghadirkan berbagai produksi kultural, baik hasil-hasil heritage Islam masa lampau maupun hasil kesenian kontemporer. Kitab Al-Qur an kontemporer yang menunjukkan, bagaimana tulisan Al-Qur an menyebar ke segala penjuru dunia juga telah dihadirkan. Kitab dan penulisan Al-Qur an yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa nasional masing-masing negara berhasil dilakukan. Sebagai contoh Al-Qur an yang berasal dari negara-negara seperti Rusia, Polandia, Finlandia, Hungaria, Kenya, Uganda, China, Prancis, Jepang, Cekoslowakia dan Italia. Hal itu telah menandakan bagaimana sesungguhnya penyebaran Islam di seluruh dunia dilakukan tanpa mengenal tempat dan kawasan. Catatan lain pun telah mengiringi, Festival Istiqlal II 1995 yang didatangi hampir 11 juta pengunjung tersebut. Bagi Mar ie Muhammad yang pada saat itu menjabat selaku General Chairman of The Festival, mengatakan peristiwa Festival Istiqlal II 1995 yang teramat sukses dan telah diliput oleh berbagai siaran radio hingga penyiaran oleh stasiun televisi internasional (Ferdy Salim, 1994:84). Setidaknya, telah membuktikan bahwa roh agama Islam masih hidup, bahkan tumbuh subur di antara generasi yang lebih muda. Kendati pun generasi muda ini punya kecenderungan khusus, mereka sangat membuka terhadap pengaruh-pengaruh dalam jalan hidup modern. Festival Istiqlal II 1995 juga 6

7 menetapkan identitas bangsa Indonesia itu di tengah-tengah meningkatkanya pengaruh dunia materialisme, utamanya yang giat tumbuh di dunia luar. Bagi negara-negara muslim lain, Festival Istiqlal II 1995 juga telah memberikan pengaruh dan menarik banyak perhatian pihak internasional ihwal suatu populasi masyarakat Islam dunia secara substansial. Sebagai bagian peristiwa nasional dan internasional dari kedua Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II Pameran Seni Rupa Modern Yang Bernafaskan Islam yang menjadi salah satu bagian acara pada Festival Istiqlal baik yang ke I 1991 maupun ke II Pada dasarnya merupakan upaya khusus panitia Festival menampilkan bagaimana tumbuhnya bentuk seni rupa modern Islam di Indonesia dalam berbagai cakupan ekspresi seni. Penelitian ini secara khusus, mencoba mendekati peristiwa pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam yang menjadi salah satu bagian acara pameran pada Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II Studi penelitian akan memakai pendekatan kritik seni untuk mengkaji kedua peristiwa pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam, utamanya baik pada peristiwa Festival Istiqlal I 1991 maupun Festival Istiqlal II Sebagai catatan perbandingan signifikansi persoalan penelitian yang secara khusus mendekati masalah seni rupa modern Islam Indonesia. Utamanya, yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, khusus di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini. Sebelumnya telah dilakukan oleh Ilham Khoiri tahun 2002, yang mengambil topik penelitian: Telaah Wacana Seni Rupa Modern Islam di Indonesia ( ). Namun kendati begitu, jika Ilham Khoiri mendekati persoalan seni rupa modern Islam Indonesia, karena di latar belakangi oleh pendidikan Ilham Khoiri sebelumnya yang menempuh pendidikan ushuluddin (ilmu perbandingan agama) pada IAIN Sunan Gunung Jati Jakarta. Umumnya, pendekatan penelitian terhadap seni rupa modern Islam Indonesia yang dilakukannya ialah melalui pendekatan kaidah ilmu fiqh dan filsafat Islam. 7

8 Sementara perbedaan penelitian tesis ini sendiri secara spesifik, ialah mencoba mendekati peristiwa Pameran Seni Rupa Modern Dan Kontemporer Indonesia Yang Bernafaskan Islam, yang merupakan bagian acara dari Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II 1995, mendekati problematika masalahnya lewat pendekatan tinjauan seni dan sosiologi. Penelitian tesis ini memakai topik judul: Identifikasi Pada Pameran Seni Rupa Modern Indonesia Bernafaskan Islam Festival Istiqlal I 1991 & II 1995, dengan acuan kasus pada peristiwa pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam pada peristiwa nasional dan internasional Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II Alasan topik itu dipilih, karena, bagaimana pun juga peristiwa Festival Istiqlal merupakan kenyataan sejarah yang telah memberikan konstribusi penting bagi pengembangan seni dan budaya, khususnya hasil kebudayaan dan kesenian Islam modern di Indonesia. 8

9 1.2 Rumusan Masalah Fokus rumusan masalah dari penelitian tesis ini mencoba mengkaji dan meneliti beberapa hal sebagai berikut: 1. Pameran seni rupa modern dan kontemporer yang bernafaskan Islam Indonesia, yang terjadi pada Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II 1995, pada dasarnya merupakan kenyataan sejarah dan peristiwa budaya yang sangat penting. Apa makna pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam Indonesia yang terjadi pada Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II 1995, dalam konteks seni rupa modern Indonesia secara umum? 2. Bagaimana pencapaian estetik karya seni rupa yang telah dipamerkan dalam pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam Indonesia pada kegiatan Festival Istiqlal, terutama pada Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II 1995? 9

10 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi yang hendak dikaji adalah pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam, khususnya, yang terjadi pada peristiwa Festival Istiqlal. Periode yang diteliti ialah pada pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam pada Festival Istiqlal I 1991 dan pada pameran seni rupa modern Indonesia yang bernafaskan Islam pada Festival Istiqlal II Secara khusus penelitian ini terfokus pada pencapaian hasil-hasil karya seni rupa yang terdapat pada Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II 1995 dengan melihat kembali pencapaian-pencapaian estetik yang telah dimunculkannya. Metodologi yang digunakan untuk mendekati persoalan tersebut, peneliti menggunakan kritik seni sebagai alat pendekatan. 1.4 Tujuan Penelitian Sebagai bahan penelitian yang terfokus pada perkembangan seni rupa modern Islam di Indonesia. Penelitian ini ditujukan mempunyai hasil-hasil yang diharapkan berikut ini: 1. Mengetahui makna pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam Indonesia yang terjadi pada Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II 1995, dalam konteks seni rupa modern Indonesia. 2. Mengetahui bagaimana pencapaian estetik terhadap hasil-hasil karya seni rupa yang telah dimunculkan pada pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam Indonesia, pada Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II

11 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian tesis ini yang mengambil topik judul: Pendekatan Kritik Seni Pada Seni Rupa Modern Indonesia Bernafaskan Islam Festival Istiqlal I 1991 & II Bagi penulis sendiri diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Berusaha memberikan kontribusi secara keilmuwan terhadap penelitian seni, yang memakai kritik seni sebagai pendekatan penelitian seni. 2. Penelitian ini dilakukan sebisa nya memberikan konstribusi serta manfaat kepada khalayak dan publik, khususnya menyangkut bidang kajian seni rupa modern Indonesia dan seni rupa modern yang bernafaskan Islam di Indonesia. 1.6 Hipotesis Penyelenggaraan pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam pada peristiwa Festival Istiqlal. Utamanya, baik yang berlangsung pada Festival Istiqlal I 1991 maupun Festival Istiqlal II 1995, menampilkan karya seni rupa dan pencapaian estetik yang kaya. Hasil karya seni rupa yang dihadirkan pada kedua pameran seni rupa modern bernafaskan Islam tersebut, baik Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II Pada dasarnya merepresentasikan bentuk karya seni rupa serta pencapaian estetik persilangan antara nilai estetik ke-islaman dengan nilai estetik modern. Di lain pihak pameran seni rupa modern bernafaskan Islam pada kedua Festival Istiqlal tersebut. Telah memberikan makna kultural, kebaruan, dan membuka peluang alternatif bagi perkembangan seni rupa modern Indonesia, secara lebih luas. Kond isi demikian, pada dasarnya tidak lepas dari kaitan persoalan sosial budaya Islam itu sendiri dan ihwal pemikiran modernitas Islam yang sangat kontekstual. 11

12 1.7 Metodologi Penelitian Penelitan ini secara umum memakai pendekatan jenis penelitian kualitatif karena bagi penulis metodologi inilah yang paling tepat untuk mendekati bagian-bagian masalah yang akan dicoba diketahui. Penelitian ini juga memakai kritik seni sebagai pendekatan. Kritik seni dalam metodologi penelitian seni kerap digolongkan ke dalam kelompok estetika empiris, selain morfologi estetik dan semiotika. Disamping itu penelitian tesis ini mencoba melihat bahwa kelangsungan 'Pameran Seni Rupa Modern Indonesia Bernafaskan Islam Pada Festival Istiqlal I 1991 dan Festival Istiqlal II 1995'. Pada persoalannya dibangun oleh tiga instrumen pengetahuan yang satu sama lain saling meneguhkan: pertama, pada soal latar belakang penyelenggaraan. Kedua, karya-karya seni rupa yang dipamerkan. Dampaknya kemudian yang ketiga, wacana yang muncul sekaligus yang dihasilkan pasca kedua pameran seni rupa modern Islam tersebut, baik dalam wacana sosial dan ideologi. Teknik pengumpulan data, akan meninjau sejumlah literatur-literatur (studi pustaka), observasi ke nara sumber utama panitia Festival Istiqlal. Dala m pelacakan datadata tambahan dilakukan melalui wawancara dengan para pengamat seni yang dianggap punya integritas terhadap pengetahuan kesenian dan kebudayaan Islam. 12

13 1.8 Kerangka Pemikiran 13

14 1.9 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Memaparkan beberapa persoalan yang dikemukakan dalam latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat, asumsi, metodologi, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan. BAB II SENI RUPA MODERN INDONESIA DAN SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM Seni rupa modern Indonesia, pertumbuhan seni rupa modern gagasan nilai Islam di Indonesia. BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 & II 1995: SENI RUPA MODERN YANG BERNAFASKAN ISLAM Festival Istiqlal I dan II sebagai peristiwa seni rupa modern bernafaskan Islam. Kemudian, tim 7 sebagai formulasi gagasan konseptual sekaligus fundamental pada Festival Istiqlal I 1991 dan II BAB IV IDENTIFIKASI PADA PAMERAN SENI RUPA MODERN DAN KONTEMPORER ISLAM INDONESIA: FESTIVAL ISTIQLAL I & II SEBAGAI KAJIAN Memuat evaluasi kritik atas kelangsungan Festival Istiqlal I dan II, terhadap gagasan estetika Islam dan kelangsungannya atas seni rupa modern Islam di Indonesia. Sebagai kajian kritik, secara internal Festival Istiqlal I dan II dilihat sebagai pengaruh daripada unsur-unsur estetik. Secara ekstrenal Festival Istiqlal I dan II dilihat sebagai pengaruh unsur-unsur non-estetik; menyangkut pergulatan antara identitas Islam, agama, politik dan kekuasaan. BAB V KESIMPULAN Evaluasi dan tanggapan terhadap Festival Istiqlal I dan II, khususnya untuk pengembangan praktik seni rupa modern dan kontemporer Islam Indonesia ke depan. 14

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba BAB V KESIMPULAN Seni rupa modern Islam Indonesia adalah kenyataan pertumbuhan dan praktik seni rupa modern dan kontemporer Indonesia. Pada dasarnya semangatnya merangkul prinsip-prinsip baik pada nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PADA PAMERAN SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 & II 1995 TESIS SM 70Z6

IDENTIFIKASI PADA PAMERAN SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 & II 1995 TESIS SM 70Z6 IDENTIFIKASI PADA PAMERAN SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 & II 1995 TESIS SM 70Z6 Oleh: ZAENUDIN RAMLI 27005018 PROGRAM MAGISTER SENI RUPA FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi turut mempengaruhi setiap negara untuk berkompetisi dengan negara lainnya dalam hal meningkatkan dan mempertahankan citra positif yang terbentuk atau

Lebih terperinci

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL

ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL Chairman The Institute, Jakarta Islam adalah salah satua agama besar di dunia, dimana saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 milyar umat Muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam Di Indonesia Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Dalam bab ini kita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra. Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra. Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini 220 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Bakat kesenian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam sebagai agama merupakan suatu fenomena global yang telah memberikan perubahan yang signifikan dalam peradaban dunia. Satu abad saja dari kemunculannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara kepulauan, dimana ketika kita berbicara masalah budaya, Indonesia mempunyai berbagai macam suku dan ras yang tinggal di dalamnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. terbesar itu dilaksanakan bersamaan pada sidang tahunan ke-41 IDB di Jakarta. IDB

BAB V KESIMPULAN. terbesar itu dilaksanakan bersamaan pada sidang tahunan ke-41 IDB di Jakarta. IDB BAB V KESIMPULAN Meskipun Indonesia belum bisa lepas dari jerat utang, namun Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan Indonesia merupakan negara penerima bantuan IDB terbesar bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATAM No. 05/02/2171/Th. IV, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Batam pada

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya. BAB VII KESIMPULAN Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya. Tari kontemporer kini memperlihatkan proses kreatif dan inovasi yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

Studi Kawasan Islam. Islamic Area Studies. National Institutes for the Humanities of Japan (NIHU) Program

Studi Kawasan Islam. Islamic Area Studies. National Institutes for the Humanities of Japan (NIHU) Program National Institutes for the Humanities of Japan (NIHU) Program Islamic Area Studies Program dari Lembaga Nasional Humaniora (NIHU) Studi Kawasan Islam Program National Intitutes for the Humanities of Japan

Lebih terperinci

memperlancar semua aktifitas yang menjadi program suatu pendidikan.

memperlancar semua aktifitas yang menjadi program suatu pendidikan. PERPUSTAKAAN KEPRESIDENAN (PRESIDENTIAL LIBRARY) BUNG KARNO DI BUTAR BAGIAN SATU PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan Buku adalah penemuan manusia yang sungguh hebat, sebab dengan diketemukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para muballigh yang telah berhasil menyebarluaskan agama Islam di Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga telah berhasil mengislamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal jika berbicara tentang identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat multidimensional. Kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah berasal dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada

Lebih terperinci

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan oleh : UTTY RAKASIWI

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL

ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN FUNGSIONAL BERCIRIKAN ISLAMI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement International Conference on Islamic Civilization 29-31 Agustus 2014 Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement Jl. Gajayana 50 Dinoyo Malang 65144 Jawa Timur Indonesia Telp. / Faks. +62 (0)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI/CONTENTS DAFTAR GRAFIK/LIST OF FIGURE DAFTAR TABEL/LIST OF TABLE I. Tabel-1 Table-1 KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang tidak lepas dari masa lampau dalam menjalani masa kini dan masa yang akan datang dan tidak mungkin lepas dari budayanya sendiri. Sebagai

Lebih terperinci

Modernisme Asia Perkembangan yang Beragam di Indonesia, Philipina, dan Thailand

Modernisme Asia Perkembangan yang Beragam di Indonesia, Philipina, dan Thailand Modernisme Asia Perkembangan yang Beragam di Modernisme Asia P«kernbangan yang Bm.garn di Modernisme Asia Perkembangan yang Beragam di Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [Tokyo) 28 Oktober - 3

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA A. Sejarah Perkembangan Bahasa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Sampai saat ini, bahasa Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan,

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

ISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR

ISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR ISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR S-1 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat,

Lebih terperinci

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : AFIF WIDODOAJI

Lebih terperinci

BAB IV Penutup. sebuah kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Melalui media massa seperti

BAB IV Penutup. sebuah kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Melalui media massa seperti BAB IV Penutup A. Kesimpulan Media massa merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa media massa mempunyai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM DI YOGYAKARTA

PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM DI YOGYAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM DI YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SINTA AMBARUKMI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM NOPEMBER 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM NOPEMBER 2016 No. 02/01/2171/Th.V, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM NOPEMBER 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Batam pada bulan 2016 mencapai 106.953 orang,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JUNI 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JUNI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATAM No. 60/08/2171/Th. III, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JUNI 2015 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Kota Batam pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dari sekian banyak provinsi di Indonesia yang memiliki budaya yang kental. Banyak kebudayaan yang tertinggal

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa Kegiatan Pembelajaran 3 Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa A. Apresiasi dalam Pendidikan Seni Rupa Salah satu aspek pembelajaran yang cukup penting dalam pendidikan seni rupa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, negara kepulauan terluas di dunia yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa ini sangat kaya akan daya tarik (obyek) wisata. Sumber Daya Alamnya menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

KONSENTRASI BARU KEBANGKITAN ISLAM DI ASIA TENGGARA. Dewi Triwahyuni

KONSENTRASI BARU KEBANGKITAN ISLAM DI ASIA TENGGARA. Dewi Triwahyuni KONSENTRASI BARU KEBANGKITAN ISLAM DI ASIA TENGGARA Dewi Triwahyuni Urgensitas Kajian Asia Tenggara Secara Historis, berpusat di Malaka, Asia tenggara adalah sentra perdagangan dunia antara abad ke-14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci