BAB II KEDUDLIKAN PERILAKU KRIMINAL DALAM PERILAKU MENYIMPANG
|
|
- Budi Sukarno Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KEDUDLIKAN PERILAKU KRIMINAL DALAM PERILAKU MENYIMPANG A Pengertian Perilaku Menyimpang Pada bagian ini akan dikemukakan serangkaian uraian mengenai fenomena perilaku yang sejak dahulu hingga saat ini dan mungkin sampai saat-saat mendatang selalu sulit untuk dilenyapkan dari kehidupan manusia. Sekalipun di dalam kehidupan manusia sudah didapati berbagai sarana pengendali kehidupan sosial yang berujud kebudayaan, nilai-nilai sosial dan norma sosial, namun yang namanya penyimpangan atau perilaku menyimpang itu selalu saja terjadi. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan penyimpangan atau perilaku menyimpang, dapat kiranya dikemukakan beberapa pengertian sebagai berikut : Dalam konteks Sosiologi, perilaku menyimpang diartikan sebagai : Perilaku yang belum dan atau tidak disepakati bersama, atau merupakan perilaku yang belum atau tidak mencapai kesepakatan umum. Delos H. Kelly dan kawan-kawan, dalam tulisannya berjudul "DEVIANT Behavior A Texts-Reader in the Sociology of Deviance : 1989), menyatakan bahwa ada dua pendapat mengenai penyimpangan atau perilaku menyimpang. Pertama, adalah beberapa pendapat yang menyatakan bahwa penyimpangan atau perilaku menyimpang itu meliputi perilaku pembunuhan dan pemerkosaan. Sedangkan yang Kedua, adalah sebagaian lain yang berpendapat bahwa penyimpangan atau perilaku menyimpang meliputi pelacuran, penganiayaan terhadap anak-anak, pemukulan terhadap istri dan homoseksual. Dengan memperhatikan motivasi dibalik perilaku menyimpang, beberapa di antara kita menempatkan kesalahan pada keluarga, sementara pihak lain mengutamakan faktor genetik atau faktor lingkungan sebagai pemicunya, khususnya kemiskinan. Sementara itu Skipper beserta kawan, Skipper; dalam Deviance, Voices from the margin, 1981, mengawali tulisannya dengan pernyataan aksiomatik, bahwa sangatlah tidak mungkin, suatu kelompok dapat bertahan hidup tanpa keberadaan peraturan atau norma-norma tertentu, baik bagi kelompok kecil seperti : Keluarga maupun kelompok besar setingkat bangsa. Mengapa demikian, karena norma-norma akan menjadi pentunjuk bagi anggota masyatakat untuk berperilaku, dan norma-norma akan mengarahkan
2 mengenai perilaku macam apa yang patut dilakukan dan perilaku macam apa yang tidak patut dilakukan. Sudah barang tentu, untuk sebagian, norma-norma tersebut disertai dengan sangsi-sangsi, agar segenap anggota masyarakat bersedia untuk mematuhinya. Inilah yang dimaksudkan sebagai fungsi norma sebagai faktor penguat keberadaan kelompok. Untuk memahami mengenai perilaku macam apa yang patut dinyatakan sebagai perilaku menyimpang, atau faktor-faktor apa yang diyakini sebagai penyebab penyimpangan, haruslah lebih dulu di fahami mengenai konsep penyimpangan atau perilaku menyimpang, dalam kaitannya dengan proses interaksi sosial yang berkesinambungan, sehingga penyimpangan menjadi kenyataan umum. Untuk itu, ada beberapa hal berikut ini yang perlu dicatat : (1) Beberapa faktor penentu kategori menyimpang (seperti : Ussages, Folkways, Mores dan Law) haruslah diciptakan; (2) setiap orang harus dipandang sebagai subyek potensial pelaku perilaku menyimpang atau perilaku yang tergolong kategori pelanggaraan dan (3) seseorang harus mencoba untuk memperkuat diri untuk menghindarkan diri dari pelanggaran yang tergolong dalam kategori penyimpangan. Apabila hal di atas tidak terpenuhi atau apabila kemauan individual berhasil meniadakan kekuatan-kekuatan di sarana pengendali sosial di atas, maka disitulah perilaku pelanggaran atau penyimpangan sosial telah tumbuh. Untuk dapat menentukan apakah sesuatu perilaku itu tergolong ke dalam perilaku menyimpang ataukah bukan, sangatlah berkaitan dengan keberadaan faktor pembatasnya, dalam hal ini adalah keberadaan: norma sosial, apakah berupa Law, Mores, Folkways maupun Usages. Walaupun sangat disadari bahwa sarana pengendali di atas, pada satu sisi ada yang bersifat general, dalam arti berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, dengan tidak mengenal tempat dan waktu, akan tetapi di sisi lain ada juga yang bersifat kedaerahan atau hanya berlaku untuk daerah-daerah tertentu saja. Dengan demikian, apa yang dimaksudkan sebagai perilaku menyimpang itupun, sangat mungkin antara tempat yang satu dengan tempat yang tidak selalu sama. Telah dikemukakan di bagian muka, bahwa suatu perilaku, baru dapat dinyatakan tergolong menyimpang ataukah tidak, sangatlah berkaitan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Apabila norma yang berlaku di dalam masyarakat menyatakan bahwa.perilaku tertentu itu tergolong menyimpang maka perilaku tertentu itu dapat dinyatakan sebagai
3 menyimpang, akan tetapi apabila norma dari masyarakat yang bersangkutan tidak menggolongkannya sebagai perilaku menyimpang, maka perilaku tertentu itu akan dianggapnya sebagai perilaku yang biasa. Kelemahannya adalah : Norma itu sendiri ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat kedaerahan, sehingga apa yang dinyatakan sebagai menyimpang di daerah tertentu belum tentu menyimpang bagi daerah lain, demikian pula sebaliknya, apa yang dianggap wajar bagi daerah tertentu, mungkin di daerah lain dianggap sebagai perilaku yang menyimpang. Dengan demikian ukuran menyimpang atau tidak menyimpang sangatlah ditentukan oleh norma atau peraturan yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan. Penyimpangan dalam konteks ini diartikan sebagai perilaku yang berbeda atau bertentangan dengan pola perilaku yang telah disepakati bersama, atau denga kata lain penyimpangan merupakan perilaku yang tidak atau belum mencapai tingkat kesepakatan umum. Horton and Horton menyatakan bahwa : "Deviation (or deviance) is defined as behavior that contrary to the generally accepted norms of society (1971 : 23). Untuk memperjelas pengertian di atas, pada bagian berikut ini akan ditampilkan beberapa cara yang dapat mempermudah pendefinisian perilaku menyimpang. Marshall B. Clinard dan Robert F. Meier mengilustrasikan permasalahan ini dengan menggambarkan 4 (empat) jalan pendefinisian penyimpangan. Pertama, definisi absolut, yaitu pendefinisian yang menganggap norma sebagai sesuatu yang bersifat universal dan nyata, sehingga dapat diketahui oleh setiap orang mengenai adanya perilaku-perilaku yang salah atau buruk, dan apabila ada orang yang melakukannya, hal itu disebabkan oleh adanya nilai kemasyarakatan yang memaksa seseorang untuk melakukannya. Misalnya, karena takut menanggung malu, maka seseorang terpaksa membunuh atau bunuh diri, walaupun yang bersangkutan tahu bahwa hal itu salah. Kedua, definisi statistikal, yaitu suatu pendefinisian yang didasarkan pada lazim atau tidak lazimnya suatu perilaku dilakukan. Apabila suatu perilaku itu telah umum dilakukan oleh banyak orang, atau mendasar statistik
4 grafiknya "normal", maka perilaku itu dianggap sebagai penyimpangan. Akan tetapi jika tidak "normal", maka perilaku itu dinyatakan sebagai penyimpangan. Ketiga, definisi label, yaitu suatu pendefinisian yang mirip dengan definisi statitiskal. Definisi label berusaha meminimalkan pentingnya norma-norma. Seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku penyimpangan, atau dapat menjadi pelaku penyimpangan, bermula dari label yang diberikan orang lain kepadanya. Keempat, definisi relatif, yaitu pendefinisian yang dasarkan pada norma, nilai dan budaya dari lingkungan masyarakat tertentu, artinya tidak " bebas" dari tempat dan waktu. Melainkan justru sebaliknya, yaitu mengenal tempat dan waktu, maksudnya adalah : suatu perilaku itu dapat dinyatakan menyimpang atau tidak, sangatlah tergantung pada norma, nilai dan budaya masyarakat tertentu. Menyimpang ditempat tertentu, belum tentu dianggap menyimpang ditempat lain, demikian sebaliknya. B Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang Atas dasar pengertian di atas, penyimpangan dapat dibedakan menjadi beberapajenis sebagai berikut: 1. Berdasarkan sifatnya Berdasar sifatnya, perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi: pertama, penyimpangan Positif, yaitu suatu perilaku menyimpang yang belum atau tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama, akan tetapi apabila dipandang dari sudut norma umum, perilaku tersebut tergolong positif. Sebagai contoh adalah perilaku menggunakan helm di atas mobil dengan bak terbuka, oleh seseorang yang hidup di lingkungan masyarakat yang belum lazim menggunakannya, atau perilaku pejalan kaki untuk menyeberang jalan di Zebra Cross, dalam suatu lingkungan masyarakat yang masih seenaknya menyeberang jalan di sembarang tempat.perilaku itu sebetulnya positif, akan tetapi bagi masyarakat yang bersangkutan masih di anggap aneh, atau bahkan menyimpang. Kedua, penyimpangan negatif, yaitu suatu perilaku menyimpang yang belum atau tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama, dan memang ditinjau dari norma manapun, perilaku tersebut tergolong sebagai perilaku yang tidak patut dilakukan, atau bersifat negatif. Salah satu contohnya adalah: Perilaku Kriminal. 2. Berdasarkan jumlah pelakunya
5 Berdasarkan jumlah pelakunya, penyimpangan dapat dibedakan menjadi: Penyimpangan individual dan penyimpangan kelompok. Ketika perilaku yang dianggap tidak lazim oleh masyarakat dilakukan oleh seseorang secara individual, maka penyimpangan itu dilakukan sebagai penyimpangan individual, sedangkan apabila dilakukan oleh beberapa orang, sepanjang masih belum menjadi kesepakatan bersama, maka akan dianggap sebagai melakukan penyimpangan kelompok. CRagam Perspektif Perilaku Menyimpang Telah dikemukakan di bagian muka. bahwa suatu perilaku, baru dapat dinyatakan tergolong menyimpang ataukah tidak, sangatlah berkaitan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Apabila norma yang berlaku di dalam masyarakat menyatakan bahwa perilaku tertentu itu tergolong menyimpang maka perilaku tertentu itu dapat dinyatakan sebagai menyimpang, akan tetapi apabila norma dari masyarakat yang bersangkutan tidak menggolongkannya sebagai perilaku menyimpang, maka perilaku tertentu itu akan dianggapnya sebagai perilaku yang biasa. Kelemahannya adalah : Norma itu sendiri ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat kedaerahan, sehingga apa yang dinyatakan sebagai menyimpang di daerah tertentu belum tentu menyimpang bagi daerah lain, demikian pula sebaliknya, apa yang dianggap wajar bagi daerah tertentu, mungkin di daerah lain dianggap sebagai perilaku yang menyimpang. Dengan demikian ukuran menyimpang atau tidak menyimpang sangatlah ditentukan oleh norma atau peraturan yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan. Adabeberapa perspektif yang menyatakan mengenai factor-faktor penyebab perilaku menyimpang. 1. Perspektif lama dan baru Jack P. Gibbs, dalam rangka menjelaskan mengenai Konssepsi perilaku menyimpang : Perspektif "lama" dan "Baru", mengemukakan bahwa ada dua perspektif yang dapat digunakan untuk memahami mengenai faktor penyebab terjadinya perilaku penyimpang. Dalam perspektif lama, dikemukakan bahwa penyebab terjadinya perilaku menyimpang itu adalah : Faktor Internal, yaitu sesuatu yang muncul dan berasal dari
6 dalam diri individu pelaku itu sendiri. Seperti misalnya: Faktor genetis, faktor tipe fisik dan faktor psikis. Sementara itu perspektif baru, justru mengemukakan hal yang sebaliknya, yaitu bahwa perilaku menyimpang itu disebabkan oleh: Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor yang muncul dan berasal dari individu pelaku penyimpangan, seperti misalnya: Faktor lingkungan. 2. Perspektif Fungsional Perspektif ini dikembangkan oleh Erikson melalui pernyataannya ketika ia menjelaskan mengenai Sosiologi Penyimpangan. Suatu perilaku yang oleh suatu kelompok kecil seperti keluarga dinyatakan sebagai penyimpangan, belum tetntu dinyatakan sama oleh kelompok yang lebih besar, seperti masyarakat. Hal diatas dapat terjadi oleh karena adanya berbedaan standard mengenai perilaku. Perbedaan standard tersebut kadangkala ada manfaatnya bagi kehidupan manusia, sebab dengan demikian antara kelompok yang satu dengan yang lain dapat saling mengontrol dan mengevaluasi diri. Dengan demikian, perilaku menyimpang, bukannya dianggap sebagai sesuatu yang merugikan, akan tetapi justru dianggap menguntungkan, karena bisa menjadi alat untuk mengontrol diri. 3. Perspektif konflik budaya Hampir sama dengan penjelasan menganai keterkaitan antara keberadaan norma dan penyimpangan, perspektif ini juga menjelaskan bahwa suatu perilaku itu akan disebut sebagai penyimpangan ataukah bukan. Sangatlah tergantung dari budaya masyarakat ditempat perilaku itu terjadi. Terjadinya tindak-tindak menyimpang itu tak lain hanyalah oleh karena adanya konflik budaya. Anggota masyarakat tertentu dianggap bahwa perilaku itu wajar, akan tetapi anggota masyarakat lain sangat mungkin menganggap aneh. Premis dasar yang menggaris bawahi perspektif ini adalah pendapat bahwa karena pengaruh sosialisasi dan pengalaman yang beraneka ragam, manusia seringkali bertentangan dalam mendefinisikan situasi, termasuk mendefinikasi perilaku.
7 4. Teori peralihan budaya Isu sentral dalam teori ini adalah bahwa seseorang mempelajari tradisi dan nilai kultural, dimaksudkan untuk menuju pada komunikasi simbolik. Ada simbolsimbol interaksi di dalam masyarakat yang perlu difahami oleh berbagai fihak. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa: Seseorang gadis yang "diam" saja ketika ditanya kesanggupannya untuk dinikahi oleh seorang pria, untuk lingkungan masyarakat tertentu, merupakan pertanda "setuju". Sementara itu apabila ada suatu keluarga yang faham ataukah tidak, telah, memberi suguhan "nasi" kepada rombongan tamu yang sedang melamar putrinya. Hal ini merupakan pertanda bahwa lamaran itu "ditolak". Anggota masyarakat yang walaupun karena tidak tahu, telah melakukan halhal tertentu yang tidak lazim, akan dianggap sebagai telah melakukan penyimpangan. 5. Teori anomie dan kesempatan Teori anomie memberikan penjelasan bahwa suatu perilaku menyimpang dapat terjadi oleh karena merasa dirinya tidak dikenal atau tidak mudah dikenali. Misalnya ketika seseorang sedang berada di dalam kerumunan, atau di tempat asing yang tidak ada satu orang pun yang mengenali dirinya. Sementara itu teori kesempatan memberikan penjelasan, bahwa perilaku menyimpang dapat terjadi karena seseorang merasa memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu. Misalnya melihat barang berharga yang dibiarkan berada ditempat terbuka, tanpa pengawasan, atau seorang pria yang diberi "lampu hijau" oleh seorang wanita untuk melakukan sesuatu yang mestinya tidak patut dilakukan. 6. Teori Kontrol Hampir senada dengan teori kesempatan, teori kontrol ini pada dasarnya menjelaskan bahwa perilaku penyimpang dapat terjadi ketika kontrol sosial yang ada di dalam masyarakat dirasa lemah. D Kedudukan Perilaku Kriminal Bagi Perilaku Menyimpang Berdasarkan pengertian dan berbagai jenis perilaku menyimpang, maka dapat kiranya dikemukakan bahwa, perilaku kriminalitas merupakan salah satu jenis atau bentuk dari perilaku menyimpang, khususnya adalah perilaku menyimpang yang negatif.
8 Mengapa demikian? Karena perilaku kriminalitas merupakan perilaku yang di satu sisi akan ditolak oleh masyarakat, dan di sisi lain juga merupakan perilaku yang sudah pasti akan merugikan anggota masyarakat yang lain. Untuk mempermudah pemahaman, maka marilah disimak serangkaian uraian mengenai pengertian perilaku kriminalitas pada bab berikut ini.
BAB III BERBAGAI MACAM PERSPEKTIF DAN TEORI PERILAKU KRIMINAL
BAB III BERBAGAI MACAM PERSPEKTIF DAN TEORI PERILAKU KRIMINAL Telah diutarakan di muka, bahwa perilaku kriminal, merupakan salah satu jenis dari perilaku menyimpang. Oleh karena itu sejumlah faktor yang
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 5. PERILAKU MENYIMPANGLATIHAN SOAL BAB 5
SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 5. PERILAKU MENYIMPANGLATIHAN SOAL BAB 5 1. Menurut James Vander Zanden, perilaku menyimpang merupakan perilaku yang.... menyalahi aturan yang berlaku menyimpang
Lebih terperinciMATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG
MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG 1. Hakekat Perilaku Menyimpang Sebelum masuk ke dalam materi perubahan sosial budaya, saudara dapat menyaksikan video terkait dengan perilaku menyimpang di masyarakat,
Lebih terperinciBAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak
Lebih terperinciPerilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum
Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial Lolytasari, M.Hum Perilaku Menyimpang Adalah suatu perilaku yang buruk dan dapat menimbulkan masalah, penyakit masyarakat, anti sosial, para ahli menyebutnya dengan disfungsi
Lebih terperinciSTUDI MASYARAKAT INDONESIA
STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,
Lebih terperinciKERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan
I. DESKRIPSI MASALAH Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang
Lebih terperinciBAB IV BERBAGAI JENIS PERILAKU KRIMINAL
BAB IV BERBAGAI JENIS PERILAKU KRIMINAL Berdasarkan pengertian kriminalitas sebagaimana telah diuraikan di bagian muka, dapat dikemukakan beberapa jenis perilaku kriminalitas sebagai berikut : A. Berdasar
Lebih terperinciPERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL
PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan
Lebih terperinciKASUS PENYIMPANGAN SOSIAL. Dimas Y, Nyalliska W, Priyo Imam, Hilmi A, Fandy A, Prillia N X-8
KASUS PENYIMPANGAN SOSIAL Dimas Y, Nyalliska W, Priyo Imam, Hilmi A, Fandy A, Prillia N X-8 Latar belakang masalah Semua manusia di bumi ini tentunya tidak menginginkan adanya masalah yang timbul disebabkan
Lebih terperinciPERILAKU MENYIMPANG.
PERILAKU MENYIMPANG http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ FENOMENA PERILAKU MENYIMPANG Bisakah dikategorikan sebagai fenomena yang menarik untuk dibicarakan, mengapa? Apa sisi menarik dari perilaku menyimpang?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual memiliki nilai simbolik yang sangat besar sehingga dapat menjadi barometer masyarakat. Dari dahulu sampai sekarang, seksualitas bukan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciDefenis Menurut Para Pakar
Penyimpangan Sosial Pengertian Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut
Lebih terperinciPERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN
PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ Sisi Menarik Fenomena Perilaku Menyimpang
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada hukum positif, artinya hukumhukum yang berlaku di Indonesia didasarkan pada aturan pancasila, konstitusi, dan undang-undang
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian norma sosial, terbentuknya norma sosial, ciri-ciri
Lebih terperinciLembaga Kemasyarakatan. Yesi Marince, S.IP., M.Si
Lembaga Kemasyarakatan Yesi Marince, S.IP., M.Si Definisi. Lembaga kemasyarakatan yaitu suatu bentuk atau wadah atau institute dimana terdapat pengertian yang abstrak perihal adanya normanorma dan peraturan-peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual
Lebih terperinciMASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA
MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa
Lebih terperinciNorma Dalam Kehidupan Masyarakat
Norma Dalam Kehidupan Masyarakat Pengertian Norma adalah pedoman perilaku untuk melangsungkan kehidupan bersama-sama dalam suatu kelompok masyarakat. Norma dapat juga diartikan sebagai petunjuk atau patokan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara yuridis formal dan sosiologi istilah kriminal atau kejahatan mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan adalah bentuk
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBAB II TEORI KONTROL SOSIAL TRAVIS HIRSCHI. kepada penyesuaian atau ketaatan kepada aturan-aturan masyarakat.
BAB II TEORI KONTROL SOSIAL TRAVIS HIRSCHI A. Teori Kontrol Sosial Travis Hirschi Teori kontrol sosial memfokuskan diri pada teknik-teknik dan strategi-strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan membawanya
Lebih terperinciNilai dan Norma Sosial
Nilai dan Norma Sosial Manusia tercipta sebagai mahluk pribadi sekaligus sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk pribadi, manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhannya agar dapat bertahan hidup. Dalam memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di Indonesia semakin kompleks dan berkembang dengan cepat, bahkan lebih cepat dari tindakan
Lebih terperinciMASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA
MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa
Lebih terperinciTUGAS SOSIOLOGI KEAS X PK MAN 1 SURAKARTA MATERI : NILAI DAN NORMA SOSIAL
TUGAS SOSIOLOGI KEAS X PK MAN 1 SURAKARTA Petunjuk : 1. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling tepat diantara huruf a, b, c,d atau e serta mengisi soal essay 2. Lembar
Lebih terperinciHarus ada perombakan sistem hukum secara total termasuk pelaksana-pelaksana hukumnya. Sistemnya harus diganti dengan sistem Islam.
Harus ada perombakan sistem hukum secara total termasuk pelaksana-pelaksana hukumnya. Sistemnya harus diganti dengan sistem Islam. Kejahatan di Indonesia bak kacang goreng. Bagaimana tidak, di tahun 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan, peran seseorang tidak lagi banyak mengacu kepada norma-norma kebiasaan yang lebih banyak mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak hanya pada aspek akademik dalam hal ini membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan non akademik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja memiliki arti yang khusus, karena
Lebih terperinciPENYIMPANGAN SOSIAL 1. Pengertian Penyimpangan Sosial
PENYIMPANGAN SOSIAL 1. Pengertian Penyimpangan Sosial Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan sosial dapat terjadi dimanapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi, teknologi, serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi tatanan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai komunitas anak nakal yang ada Di
Lebih terperinciPengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial
Pengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial Pokok materi Pengendalian Penyimpangan Sosial Pengertian Pengendalian sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial Pengertian & jenis-jenisnya
Lebih terperinciPEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari
PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB 2. KAJIAN PUSTAKA
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Perkawinan Dini Definisi umur anak dalam Undang-undang (UU) Pemilu No.10 tahun 2008 (pasal 19, ayat1) hingga berusia 17 tahun. Di Indonesia, menurut UU No 1/1974 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciInisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persoalan yang cukup menyita waktu, khususnya persoalan pribadi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam perjalanan tahun ini, kita telah dihadapi dengan bermacammacam persoalan yang cukup menyita waktu, khususnya persoalan pribadi yang terjadi pada kehidupan
Lebih terperinciSinggih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu
Kenakalan Remaja 1 Definisi Kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Bakolak Inpres No. 6/1977
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka
67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang Faktor dan Dampak Maraknya Fenomena Hamil di Luar Nikah pada Masyarakat Desa wonokromo Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen ini menunjukan bahwa: 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinciMATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA
MATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA 1. Penyimpangan Sosial sebagai bentuk Pelanggaran terhadap Nilai dan Norma Sosial Pada dasarnya, segala perilaku yang melanggar
Lebih terperinciCHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang
CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan
Lebih terperincikecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku
A. PERILAKU MENYIMPANG 1. Pengertian Perilaku Menyimpang Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang pengertian perilaku menyimpang. Menurut Robert MZ Lawang penyimpangan merupakan tindakan
Lebih terperinciKEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak
1 KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Khoirul Ihwanudin 1 Abstrak Keharmonisan dalam rumah tangga menjadi hilang saat tindakan kekerasan mulai dilakukan suami terhadap
Lebih terperinciGumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.
LEMBAGA KEMASYARAKATAN Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. PENGERTIAN Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Begitu banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu
Lebih terperinciSosiologi. Penyimpangan sosial dan Kontrol Sosial. Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Sosiologi Penyimpangan sosial dan Kontrol Sosial Fakultas Psikologi Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id PENYIMPANGAN SOSIAL PENGERTIAN 1. Pengertian
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama
Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan (pancaroba), yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah suatu masa dalam hidup manusia yang banyak mengalami perubahan (pancaroba), yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa tanpa batasan usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali terjadi ketidakharmonisan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang sering berujung pada kekerasan.
Lebih terperinciKalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan
Lebih terperinciNORMA & LEMBAGA SOSIAL. fitri dwi lestari
NORMA & LEMBAGA SOSIAL fitri dwi lestari Kelembagaan Sosial sekumpulan norma yang tersusun secara sistematis yang terbentuk dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia yang bersifat khusus.
Lebih terperinciFEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak
FEBRUARI 2016 Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak Setiap hari sekitar 41.000 anak perempuan di seluruh dunia yang berusia di bawah 18 tahun menikah - itu berarti setahun ada 15 juta anak perempuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral sangat penting bagi manusia, karena melalui pendidikan perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Disiplin Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta pengembangan tabiat. Disiplin
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Menurut Moeljatno (2000: 1), hukum pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Menurut Sastrohadiwiryo (2005:291) Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.
Lebih terperinciBAB III LEMBAGA SOSIAL
BAB III LEMBAGA SOSIAL 3.1 Pengantar Lembaga kemasyarakatan sering juga disebut sebagai lembaga sosial merupakan terjemahan dari social institution dalam bahasa Inggris, Istilah social institution dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin
Lebih terperinciHal-hal yang Perlu dipahami dalam Trading
Hal-hal yang Perlu dipahami dalam Trading By admin. Filed in forex online, investasi, marketiva indonesia, trading indeks, trading komoditi, trading valas online Forex atau Foreign Exchange atau biasa
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciSosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik
Lebih terperinci, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah
Lebih terperinciPengertian Dasar Sosiologi Hukum, Ruang Lingkup, dan Aspek-aspek Hukum
Modul 1 Pengertian Dasar Sosiologi Hukum, Ruang Lingkup, dan Aspek-aspek Hukum Drs. Soeprapto, S.U. S PENDAHULUAN ebelum berbicara terlalu jauh mengenai Sosiologi Hukum, perlu lebih dahulu memahami mengenai
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di Indonesia pada tahun 2013 adalah 342.084 kasus sehingga dapat ditetapkan
Lebih terperinciMateri 2 Sosiologi Kelas X Semester 2
Materi 2 Sosiologi Kelas X Semester 2 PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL Standar Kompetensi: 2. Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian Kompetensi Dasar: 2.2 Mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika
Lebih terperinciBAB IV PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL
BAB IV PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL Standar Kompetensi Lulusan 4: Mengidentifikasi berbebagai perilaku menyimpoang dan pengendalian sosial dalam masyarakat A. Pengertian dan beberapa contoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi hal itu dilakukan dalam bingkai perkawinan. Usaha pembaharuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perzinahan akan dipandang tercela atau dilarang dalam KUHP jika terjadi hal itu dilakukan dalam bingkai perkawinan. Usaha pembaharuan hukum pidana Indonesia
Lebih terperinci- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan
Pendahuluan Kekerasan apapun bentuknya dan dimanapun dilakukan sangatlah ditentang oleh setiap orang, tidak dibenarkan oleh agama apapun dan dilarang oleh hukum Negara. Khusus kekerasan yang terjadi dalam
Lebih terperinciKEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS
KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS Oleh: Putrika P.R. Gharini * Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat
Lebih terperinci2015 REKONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN KAUM WARIA DI KOTA CIMAHI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria adalah suatu fenomena yang semakin menjamur di Indonesia. Fenomena waria adalah sebuah fenomena yang dapat ditemui di hampir semua kota besar di Indonesia.
Lebih terperinciPengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme
Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?
Lebih terperinciKENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd
KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani prosesproses perkembangan jiwanya,
Lebih terperinciBAB VII HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN SOSIAL PERILAKU KRIMINAL
BAB VII HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN SOSIAL PERILAKU KRIMINAL Perubahan merupakan suatu gejala yang tidak mungkin dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Perubahan yang melanda kehidupan manusia itu, dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur
Lebih terperinciPERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL
PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL 1. Teori Asosiasi Diferensial (differential association Theory) Teori ini dikembangan oleh Edwin Sutherland pada tahun 1930-an,
Lebih terperinci