Pemetaan Korosifitas Baja Karbon pada Kondisi Atmosferik Kawasan Waduk Cirata
|
|
- Hartono Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 380 / Pemetaan Korosifitas Baja Karbon pada Kondisi Atmosferik Kawasan Pemetaan Korosifitas Baja Karbon pada Kondisi Atmosferik Kawasan 1,a, Tb. A. Benito 2, Sunardi 3 1 Departemen Fisika FMIPA UNPAD 2 Fakultas Peternakan UNPAD 3 Departemen Biologi FMIPA UNPAD Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor 45363, Sumedang a sri_56@ymail.com Abstrak merupakan bagian dari waduk kaskade yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, kegiatan perikanan, penyediaan air pertanian dan pariwisata. Aktivitas ini mempengaruhi kualitas udara sekitar perairan waduk dan berdampak terutama pada peralatan pembangkit tenaga listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat korosi pada baja karbon SS400 di lingkungan atmosfer kawasan waduk. Pengukuran laju korosi baja karbon SS400 menggunakan metode kehilangan berat pada spesimen yang terpapar untuk jangka waktu 1 bulan selama 4 bulan. Laju korosi baja karbon yang telah dipapar di lingkungan atmosfer waduk berkisar antara 0,0181 0,6512 mm/tahun dengan rata-rata laju korosi berkisar antara 0,0356 0,5010 mm/tahun. Berdasarkan uji SEM EDS, morfologi permukaan baja karbon mengalami kerusakan korosi yang merata terutama di lingkungan Tailrace PLTA. Kata kunci: waduk, laju korosi, lingkungan atmosferik, baja karbon. Abstract - Cirata is a part of a cascade reservoirs that built to meet the needs of electric power, fisheries, agricultural water supply and tourism. This activities affects the air quality around the waters of the reservoir and also have an impact to power plant equipment. This study aims to determine the corrosion rate of carbon steel SS400 in the atmospheric environment of the reservoir. The carbon steel SS400 corrosion rate measurement uses weight loss method on a specimen which is exposed in a period of 1 month for 4 months. The corrosion rate of carbon steel that exposed in the atmospheric reservoir is determined ranging from to mm/year, with an average corrosion rate is ranging from to mm/year. Based on the SEM-EDS test, the morphology of carbon steel shows that the surface is suffering an evenly distributed corrosion damage, especially in the Tailrace environment of the hydropower plants. Keywords: reservoirs, corrosion rate, atmospheric environment, carbon steel. I. PENDAHULUAN merupakan salah satu waduk kaskade berada pada ketinggian 220 m, terbentuk dari genangan air seluas 62 km 2 yang membendung Sungai Citarum, yang meliputi tiga Kabupaten, yaitu Cianjur, Purwakarta dan Bandung Barat. Fungsi utamanya ditujukan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Selain itu, waduk juga mempunyai fungsi tambahan antara lain untuk budi daya ikan keramba jaring apung (KJA), lalu lintas air, penyedia air pertanian dan pariwisata. Permasalahan yang timbul kemudian adalah meningkatnya sedimentasi di waduk sebagai akibat perubahan fungsi dan tataguna lahan. Dalam Pustaka [1], perkembangan usaha KJA juga mendatangkan masalah ekologis karena telah menimbulkan pencemaran bahan organik yang sangat tinggi. Permasalahan yang dihadapi yang dapat mempengaruhi efektifitas pemanfaatan waduk adalah kualitas udara, seperti tercium bau yang sangat menyengat pada saat melintasi kawasan waduk. Serta terjadi korosi yang signifikan di beberapa instalasi bangunan PLTA, seperti konstruksi bangunan atau peralatan logam yang berada di atas permukaan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat korosi pada baja karbon di lingkungan atmosfer kawasan Waduk Cirata. II. LANDASAN TEORI A. Waduk Pembangunan waduk merupakan salah satu upaya dalam pengelolaan konservasi sumberdaya air. Air waduk dapat dipergunakan sebagai sumber energi pada pembangkit listrik (PLTA). Untuk keperluan ini, air waduk harus tersedia dalam jumlah tertentu agar turbin pada instalasi PLTA dapat tetap digerakkan. Energi yang dihasilkan oleh air ini lebih ramah lingkungan daripada energi yang dihasikan oleh diesel, batu bara, atau bahan bakar fosil lainnya, karena PLTA tidak menghasilkan polusi dalam memproduksi listrik tapi memberi dampak pada lingkungan dengan cara lain. Waduk sebagai penampung air juga akan menampung sedimen. Erosi karena hilangnya tutupan hijau dan perubahan tata guna lahan pada daerah tangkapan air akan membawa sedimen ke perairan waduk. Begitu pula limbah domestik dan kegiatan keramba jaring apung (KJA) turut menyumbang penumpukan sedimen di dasar perairan waduk. Pembusukan zat-zat organik yang terkandung dalam sedimen akan menghasilkan zat-zat beracun dan korosif berupa gas terlarut seperti sulfur dioksida (H 2S). Gas H 2S ini akan terangkat ke permukaan mengisi lapisan hipolimnion, metalimnion dan epilimnion dan akhirnya terlepas ke udara. Gas terlarut H 2S akan
2 / Pemetaan Korosifitas Baja Karbon pada Kondisi Atmosferik Kawasan 381 merusak bangunan bendungan dan PLTA dengan dua cara, yaitu melalui aliran air bawah permukaan untuk penggerakkan turbin disebut korosi air, dan melalui pelepasan atau emisi gas H 2S pada air permukaan berupa polutan udara yang disebut korosi udara. B. Korosi Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan istilah perusakan atau penurunan kualitas bahan karena berinteraksi dengan lingkungannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektronelektron yang tertinggal pada logam. Berdasarkan kondisi lingkungan, korosi dapat terjadi di udara terbuka yang disebut korosi atmosferik. Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfir ambien di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara, dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas-gas atau garam-garam yang terkandung di udara. Korosi atmosferik merupakan proses elektrokimia yang rumit terjadi dalam sel korosif yang terdiri dari logam, permukaan elektrolit dan udara [2]. Sel korosif harus memiliki komponen penting, yaitu adanya anoda, katoda, konduktor logam antara anoda dan katoda, dan larutan elektrolit pada permukaan logam [3]. Pustaka [4] menjelaskan bahwa persyaratan mendasar untuk bisa terjadinya proses elektrokimia korosi adanya lapisan elektrolit tipis atau lapisan tipis air, yang terbentuk pada permukaan logam di bawah kondisi paparan atmosfir tertentu, setelah tercapainya nilai kritis kelembaban relatif. Lapisan tipis air ini kemudian melarutkan partikel-partikel dan gas dari udara ambien, dan bertindak sebagai elektrolit tempat terjadinya reaksi korosi dan proses korosi terjadi bila tercapai keseimbangan antara reaksi anodik dan katodik. Fe(OH) 2 yang terbentuk dari reaksi kesetimbangan tidaklah stabil dalam larutan yang mengandung oksigen terlarut, sehingga Fe(OH) 2 teroksidasi menjadi Fe(OH) 3 dengan persamaan reaksi seperti pada persamaan (1): 4Fe(OH) 2 + O 2 + 2H 2O 4Fe(OH) 3 (1) Fe(OH) 3 kemudian teroksidasi menjadi oksida besi terhidrasi (hidrated ferric oxide). Terbentuknya produk ini ada pada jarak tertentu dari permukaan logam yang terkorosi, dan disebut sebagai karat oleh reaksi seperti persamaan (2) berikut: 4Fe(OH) 3 + O 2 2Fe 2O 3. 2H 2O + 2H 2O (2) Jika terdapat pencemar gas SO 2 (sulfur diosida) di udara, dan adanya uap air maka laju korosi menjadi meningkat. SO 2 yang dilepas ke atmosfir akan segera bereaksi dengan karat yang terbentuk pada permukaan logam. Persamaan (3) memperlihatkan reaksi kimianya: SO 2 + 2Fe 2O 3 FeSO 4 + Fe 3O 4 (3) Hidrogen sulfida (H 2S) adalah senyawa gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan memiliki bau yang menyengat serta larut dalam air. H 2S dihasilkan dari penguraian limbah organik oleh bakteri pereduksi sulfur (SRB). Pada kondisi aerob, H 2S dioksidasi oleh bakteri pengoksidasi sulfur (SOB). Gas H 2S menyebabkan korosi pada logam dengan terlebih dahulu teroksidasi menjadi H 2SO 4 melalui Persamaan (4) berikut. H 2S + 2O 2 2H 2SO 4 (4) H 2S juga dapat bereaksi langsung dengan Fe dan membentuk karat pada kondisi kering, seperti pada Persamaan (5) : Fe + H 2S FeS + 2H + (5) Bila kemudian terdapat lapisan air maka FeS akan bereaksi dengan oksigen, ditunjukkan pada Persamaan (6) berikut: 2FeS + 7/2 O 2 Fe 2O SO 2 (6) Sekali proses pengkaratan dimulai, korosi tidak dapat dihentikan. C. Laju Korosi Perhitungan laju korosi dengan menggunakan metode kehilangan berat. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan berat dengan menggunakan persamaan (7) sesuai dengan standar ASTM [5], sebagai berikut : dengan: CR = laju korosi - Corrosion Rate (mm/year) K = 8.76 x 10 4 W = berat yang hilang (gr) A = luas sampel (cm 2 ) t = waktu papar (jam) D = massa jenis sampel (gr/cm 3 ) III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kawasan PLTA Cirata yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan perkiraan sumber dampak terhadap korosi logam diambil empat lokasi yaitu lokasi Pemukiman Tegal Datar (Lokasi A), Intake (Lokasi B), Tailrace (Lokasi C), dan halaman Kantor BPWC (Lokasi D), seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama persiapan sampel uji korosi adalah lempeng logam baja karbon tipe SS400 sebanyak 32 buah dengan ukuran 40 mm x 60 mm dan tebal 1 mm. Tahap kedua, pengukuran parameter sampel udara yang diambil langsung di lapangan. Parameter yang diukur adalah temperatur dan kelembaban udara, sedangkan gas sulfur dioksida (SO 2), dan gas hidrogen sulfida (H 2S) diambil dengan menggunakan tabung penyerap Impingel, pompa, flow meter dan generator. Perhitungan laju korosi menggunakan metode kehilangan berat (weight loss) dari sampel logam yang telah dipapar (ekspos) di empat lokasi setiap bulannya selama empat bulan. Pengukuran temperatur dan kelembaban sampel udara dilakukan setiap jam selama empat bulan. (7)
3 382 / Pemetaan Korosifitas Baja Karbon Pada Kondisi Atmosferik Kawasan Gambar 1. Peta Titik Lokasi Penelitian Gambar 3. Grafik Konsentrasi SO2 rata- rata di 4 lokasi Jumlah sampel yang di papar pada setiap lokasi sebanyak 8 sampel. Pemaparan sampel di lingkungan atmosferik dengan cara mengikatkan sampel pada tempat yang sudah ditentukan di lokasi penelitian. Tahap ketiga, uji kualitatif logam terkorosi dengan uji komposisi unsur dan morfologi permukaan baja karbon menggunakan Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive X- Ray Spectroscopy (SEM-EDS). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Laju Korosi Hasil uji laju korosi baja karbon yang telah dipapar selang 1 bulan sekali selama 4 bulan bervariasi sesuai dengan lokasi tempat pemaparan. Pada Gambar 2 dapat dilihat grafik hasil perhitungan laju korosi untuk baja karbon di kawasan waduk. Laju korosi baja karbon berkisar antara 0,0181 0,6512 mm/tahun dengan ratarata laju korosi berkisar antara 0,0356 0,5010 mm/tahun. Laju korosi maksimum sebesar 0,6512 mm/tahun terdapat pada lokasi Tailrace yang memiliki tingkat korosi yang sangat tinggi dibanding lokasi lainnya. Hal ini disebabkan karena terdapat kandungan polutan SO 2 di udara sebesar 12,54 g/m 3, ditunjukan pada Gambar 3, yang mempengaruhi kecepatan terjadinya korosi. Polutan lain diduga dihasilkan dari aktivitas pembangkit listrik tenaga air berupa gas H 2S yang diemisikan dari perairan waduk seperti ditunjukkan pada Gambar 4, dimana gas H 2S di lokasi Tailrace memiliki nilai tertinggi sebesar 153,63 g/m 3. Laju korosi minimum sebesar 0,0181 mm/tahun berada pada lokasi pemukiman penduduk. Gambar 4. Grafik Konsentrasi rata-rata H2S di 4 lokasi Dilihat dari temperatur udara dan temperatur titik embun rata-rata (sebagai fungsi dari kelembaban), maka lokasi Tailrace (Lokasi C) memiliki selisih temperatur ( T) yang paling kecil diantara lokasi lainnya sebesar 7,3 o C, ditunjukan pada Gambar 5. Waktu dimana tercapainya selisih temperatur ( T) minimum adalah waktu optimum bagi logam untuk mulai terjadinya pengembunan, sehingga logam akan lebih cepat melepaskan kalor, karena logam lebih lama berada dibawah temperatur titik embun. Dengan kata lain pengembunan pada logam akan menjadi lebih lama. Secara umum Laju korosi logam baja karbon di kawasan waduk termasuk dalam katagori rendah ( g/m².tahun) yang tercantum dalam ISO Sedangkan lokasi Tailrace menunjukan laju korosi tertinggi sebesar 312,97 g/m².bulan termasuk dalam katagori korosi sedang. Gambar 2. Grafik Laju Korosi Baja Karbon Tipe SS-400. Gambar 5. Grafik Selisih Temperatur Udara dan Temperatur Titik Embun
4 / Pemetaan Korosifitas Baja Karbon pada Kondisi Atmosferik Kawasan 383 B. Hasil Uji Komposisi Unsur Baja Karbon Tabel 1 menunjukan hasil pengujian komposisi, massa unsur besi pada baja karbon sebelum di papar sebesar 73,58%. Sedangkan massa unsur besi pada baja karbon setelah di papar sebesar 66,72%. Berkurangnya massa unsur besi disebabkan oleh parameter lingkungan atmosferik sehingga menyebabkan korosi. Tabel 1. Hasil Uji Komposisi Unsur Logam Baja Karbon Unsur Sebelum diberi Uji Komposisi Kimia (%) Setelah diberi Setelah diberi C 1,48 6,30 C 6,30 O 22,56 22, Al 0,12 0,81 Al2O3 1,53 Si 0,60 1,13 SiO2 2,43 P S 0,07 0,27 SO3 0,68 V Cr 0, Mn Fe 73,58 66,72 FeO 85,83 Ni - 0,24 NiO 0,30 Cu 0,02 0,17 CuO 0,22 Zr 1,28 1,71 ZrO2 2,31 Mo 0,25 0,27 MoO3 0,41 Korosi ditunjukkan dengan adanya unsur pengotor pada permukaan logam antara lain terbentuk senyawa C (karbon), Al 2O 3 (aluminum oksida), SiO 2 (silikon dioksida), SO 3 (belerang trioksida), FeO (besi(ii)oksida), ZrO 2 (zirconium oksida). Komposisi terbesar sebagai pengotor adalah FeO sebesar 85,83 % karena Fe sebagai unsur utama pada baja karbon teroksidasi di lingkungan udara atmosfir. C. Hasil Uji Morfologi Permukaan Baja Karbon Hasil uji morfologi memperlihatkan perbedaan baja karbon sebelum dan sesudah dipapar di lingkungan atmosfir kawasan waduk. Permukaan baja karbon sebelum dipapar di lingkungan atmosfir kawasan waduk terlihat kasar yang disebabkan waktu pengamplasan yang kurang sempurna, sehingga permukaan terbentuk garis bekas pengamplasan seperti pada ditunjukan pada Gambar 6(a). Sedangkan permukaan baja karbon yang telah terpapar lebih kasar dibandingkan dengan permukaan baja karbon sebelum dipapar di lingkungan atmosfir kawasan waduk dan terlihat gumpalan-gumpalan pada permukaan baja karbon sepert terlihat pada Gambar 6(b). Jenis korosi ini korosi merata yang disebabkan adanya reaksi elektrokimia dengan penampakan produk korosi dan peronggaan skala besar dan merata. Dengan demikian, lingkungan atmosferik kawasan waduk mempengaruhi laju korosi pada baja karbon, maka perlu dilakukan penanganan korosi terhadap pipa-pipa dilingkungan pembangkit listrik tenaga air khususnya korosi atmosfir. a) b) Gambar 6. Pengamatan Mikrostruktur permukaan baja karbon SS400 menggunakan SEM: (a) baja karbon sebelum dipapar, (b) baja karbon setelah dipapar. V. KESIMPULAN Telah dilakukan pemetaan tingkat korosi di lingkungan atmosferik. Laju korosi baja karbon yang dihasilkan berkisar antara 0,0181 0,6512 mm/tahun. Bentuk permukaan baja karbon mengalami kerusakan korosi merata terutama di lokasi Tailrace PLTA Cirata dengan katagori tingkat korosifitas atmosfir sedang. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih pada LPPM UNPAD dan PPSDAL UNPAD yang telah memberikan dana dan fasilitas selama penelitian. PUSTAKA [1] Adiwilaga, E.M Pengelolaan Perikanan di Waduk Saguling dan Cirata: Suatu Tinjauan Ekologi, Prosiding Semiloka Nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan Waduk, PPLH-LP, IPB. Bogor. [2] McCaferty, E Introduction to Corrosion Science. Springer. New York. Hal. 15. [3] Schweitzer, Philip A Fundamentals of corrosion : mechanisms, causes, and preventative methods. CRC Press. New York. Hal. 99. [4] Ahmad, Zaki Principles of Corrosion Engineering and Corrosion Control, Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. Hal [5] ASTM, Standard Test Methods for Corrosivity of Water in The Absence of Heat Transfer (Weight Loss Methods). American Society for Testing and Materials, Philadelphia: ASTM. TANYA JAWAB Henry Andrianto, PENS Apa yang menyebabkan T dry dan T wet pada tailrace nilai deltanya paling kecil? Pipa yang ada di PLTA Cirata, tingkat korosinya apakah juga sama untuk pipa lurus dan bending (elbow)? Perbedaan temperatur T dry dan T wet menjadi data utama untuk mengetahui waktu optimal terjadinya korosi (maksimum). Perbedaan pipa dari bentuk tentunya berbeda.
5 384 / Pemetaan Korosifitas Baja Karbon Pada Kondisi Atmosferik Kawasan Adri D.W., PENS Baja karbon yang ada di PLTA itu apa saja? korosi yang terjadi apa mempengaruhi sisi dalam pipa dan ada pengaruh korosi lain? Pengujian apakah bahan uji sama dengan yang ada di lapangan? bagaiamana proses pengujiannya? Umumnya pipa-pipa penyalur terbuat dari baja campuran karbon dengan tingkatan rendah-sedang Kedua sisi pipa akan terpengaruh terhadap lingkungannya, sehingga korosi bisa terjadi penelitian menggunakan nahan yang sama dengan yang digunakan di PLTA Dewita, BATAN Dari data yang dipaparkan antara lokasi B (intake) dan C (Tailrace) laju korosinya berbeda padahal lokasi cukup dekat dan sampel diletakkan di atmosfer, mengapa? Lokasi antara intake dan tailrace berjarak cukup jauh dan dibatasi oleh bukit (power house), sehingga data yang diamati berbeda-beda. Sampel diukur korosi di atmosfir sebagai tujuan dari penelitian ini.
PEMETAAN KOROSIFITAS BAJA KARBON YANG DILAPISI POLIMER HIBRID POLI(GLYMO) DALAM KONDISI ATMOSFERIK
PEMETAAN KOROSIFITAS BAJA KARBON YANG DILAPISI POLIMER HIBRID POLI(GLYMO) DALAM KONDISI ATMOSFERIK Khapiza Hasibuan 1), Sri Suryaningsih 1), Tuti Susilawati 1) 1) Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciEdisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN TINGKAT KOROSIFITAS AIR DI PERAIRAN PEMBANGKIT LISTRIK AIR WADUK CIRATA
TINGKAT KOROSIFITAS AIR DI PERAIRAN PEMBANGKIT LISTRIK AIR WADUK CIRATA Dadan Sumiarsa 1, Yayat Dhahiyat 2, dan Sunardi 3 1. Lab. Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah banyak memanfaatkan logam untuk berbagai keperluan di dalam hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan
Lebih terperinciPengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai
Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu manusia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk
Lebih terperinciPerhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36
Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36 Gurum AP. Ayu SA, Dita Rahmayanti, dan Nindy EM. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung. Jl Prof. Dr. Sumantri
Lebih terperinciPENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.
PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. Hartono Program Diploma III Teknik Perkapala, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT One of the usage
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan
Lebih terperinciANALISA KERUSAKAN PADA ATAP ZINCOATING DI LINGKUNGAN ATMOSFER INDUSTRI
ANALISA KERUSAKAN PADA ATAP ZINCOATING DI LINGKUNGAN ATMOSFER INDUSTRI Moch. Syaiful Anwar, Cahya Sutowo, Andika Widya Pramono, Budi Priyono, Ronald Nasoetion Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek
Lebih terperinciOleh : Didi Masda Riandri Pembimbing : Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA.
SIDANG TUGAS AKHIR STUDI AWAL KOROSI BAJA KARBON RENDAH JIS G3101 GRADE SS400 PADA LINGKUNGAN AEROB DAN ANAEROB DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN BAKTERI PEREDUKSI SULFAT (SRB) Oleh : Didi Masda Riandri 2106
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN 4.1.HASIL PENGUJIAN OPTICAL SPECTROSCOPY BAJA DARI SPONGE BIJIH BESI LATERITE T1 22320 QUALITY CQ1 SRK DAN BAJA KARBON Dari pengujian Optical spectroscopy baja dari sponge
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah tangga, sekolah, gedung, mobil, motor, dan lain-lain. Tidak hanya dalam masyarakat, penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam memiliki banyak kelebihan
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT KOROSIFITAS DI DAERAH DKI JAKARTA
PEMETAAN TINGKAT KOROSIFITAS DI DAERAH DKI JAKARTA Ronald Nasoetion Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong, Gedung 47, Tangerang 15314 E-mail : rnasoetion@yahoo.com Masuk tanggal : 19-6-212,
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu
Lebih terperinciELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra
ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia
Lebih terperinciHandout. Bahan Ajar Korosi
Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui
Lebih terperinci9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?
Elektrokimia? Elektrokimia? Hukum Faraday : The amount of a substance produced or consumed in an electrolysis reaction is directly proportional to the quantity of electricity that flows through the circuit.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]
BAB II DASAR TEORI 2.1 BAJA Baja merupakan material yang paling banyak digunakan karena relatif murah dan mudah dibentuk. Pada penelitian ini material yang digunakan adalah baja dengan jenis baja karbon
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciPenyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK
Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi
Lebih terperinciOksidasi dan Reduksi
Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciUJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN
PKMI-3-2-1 UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550 O C) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr SEBAGAI KANDIDAT KELONGSONG (CLADDING) BAHAN BAKAR NUKLIR Beni Hermawan, Incik Budi Permana,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENGGUNAAN PELAPIS EPOKSI TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DIDALAM TANAH SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PELAPIS EPOKSI TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DIDALAM TANAH SKRIPSI SITI CHODIJAH 0405047052 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK METALURGI DAN
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Kajian mengenai korosi dan inhibisi korosi pada logam Cu-37Zn dalam larutan Ca(NO 3 ) 2 dan NaCl (komposisi larutan uji, tiruan larutan uji di lapangan) melalui penentuan laju
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciKorosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam,
Lebih terperinciSulfur dan Asam Sulfat
Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)
Lebih terperinciKorosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S
Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Oleh : Agus Solehudin Dipresentasikan pada : Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Diselenggarakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pipa saluran uap panas dari sumur-sumur produksi harus mendapat perhatian
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam sistem pembangkit tenaga panas bumi, aspek material pipa baja yang digunakan untuk sistem perpipaan merupakan faktor yang sangat penting dan esensial karena masalah
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining
BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan
Lebih terperinciSTUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING
PROS ID ING 2 0 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING Jurusan
Lebih terperinciPengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber
TUGAS AKHIR Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber Disusun Oleh: FEBRIANTO ANGGAR WIBOWO NIM : D 200 040 066 JURUSAN TEKNIK MESIN
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK
ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel
Lebih terperinciPEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl
PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang
Lebih terperinciTUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI
TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi Dosen pengampu: Drs. Drs. Ranto.H.S., MT. Disusun oleh : Deny Prabowo K2513016 PROGRAM
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan
Lebih terperinciKETAHANAN LOGAM ALUMINIUM DAN TEMBAGA DI ATMOSFIR DKI JAKARTA
KETAHANAN LOGAM ALUMINIUM DAN TEMBAGA DI ATMOSFIR DKI JAKARTA Ronald Nasoetion dan Sundjono Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong Ged 470, Serpong Tangerang e-mail : rnasoetion@yahoo.com
Lebih terperinciREDOKS dan ELEKTROKIMIA
REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan proses terdegradasinya suatu material karena pengaruh lingkungan. Sebagai contoh adalah baja yang akan habis karena berkarat saat dibiarkan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 DATA KARAKTERISTIK TANAH 4.1.1 Data Resistivitas Tanah Pengujian resistivitas tanah dilakukan dengan metode 4-Point Ground Resistance secara langsung terhadap tanah yang diuji
Lebih terperinciMODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA
MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA Oleh : Agus Solehudin 1), Ratnaningsih E. Sardjono 2), Isdiriayani Nurdin 3) dan Djoko H.Prajitno 4) (1) Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciPERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN P1 PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK DIONISIUS ANDY K NRP 2412.100.106 ASISTEN NUR KHOLIS JAUHARI NRP 2411.100.093 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA
Lebih terperinciElektrokimia. Sel Volta
TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Proses Penelitian Mulai Preparasi dan larutan Pengujian Polarisasi Potensiodinamik untuk mendapatkan kinetika korosi ( no. 1-7) Pengujian Exposure (Immersion) untuk
Lebih terperinciPELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI
0032: Kemas A. Zaini Thosin dkk. MT-1 PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI Kemas A. Zaini Thosin 1,, Eni Sugarti 1,
Lebih terperinciPENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI
PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA 516-70 TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI Material baja karbon A 516 yang telah diklasi klasifikasikan : American Society For Testing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan
Lebih terperinciGambar 4.1 Penampang luar pipa elbow
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Material Material yang digunakan pada penelitian ini merupakan material yang berasal dari pipa elbow pada pipa jalur buangan dari pompa-pompa pendingin
Lebih terperinciSTUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER
STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER Ferry Budhi Susetyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@unj.ac.id Abstrak Rust remover akan menghilangkan seluruh karat
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970
TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, ST., M.Sc Oleh : Inti Sari Puspita Dewi (2707 100 052) Latar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Laju Korosi Stainless Steel AISI 304 Pengujian terhadap impeller dengan material baja tahan karat AISI 304 dengan media limbah pertambangan batu bara di BATAN Puspitek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Oksidasi Spesimen baja AISI 4130 dilapisi alumunium dengan cara mencelupkan ke dalam bak alumunium cair pada temperatur 700 ºC selama 16 detik. NaCl/Na2SO4 dengan perbandingan
Lebih terperinci2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di
27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciLIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.
LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, sehingga manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini pembangunan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, seperti pembangunan fisik kota, industri dan transportasi. Pada pertumbuhan pembangunan tersebut
Lebih terperinciPengaruh Rapat Arus dan Asam Borat terhadap Kualitas dan Morfologi Hasil Elektrodeposisi Kobal pada Substrat Tembaga
Pengaruh Rapat Arus dan Asam Borat terhadap Kualitas dan Morfologi Hasil Elektrodeposisi Kobal pada Substrat Tembaga Siti Elin Huriyati, Abdul Haris, Didik Setiyo Widodo Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Korosi Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya logam)
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN
27 BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN 4.1 PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis data penelitian dampak abu vulkanik gunung Sinabung terhadap laju korosi pada logam seng (Zn). Untuk
Lebih terperinciBAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN
BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Korosi yang terjadi pada industri minyak dan gas umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu: Suhu dan tekanan yang tinggi. Adanya gas korosif (CO 2 dan H 2 S). Air yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi. Potensi panas bumi di Indonesia mencapai 27.000 MWe yang tersebar di Sumatera bagian
Lebih terperinciPemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat
Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan
Lebih terperinciPertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>
Matakuliah Tahun : Versi : / : Pertemuan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER
PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permintaan kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan secara pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem tegangan tinggi
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, persediaan minyak dan gas bumi semakin menipis. Sementara kebutuhan akan energi semakin meningkat, terutama dirasakan pada negara industri. Kebuthan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
komposisi tidak homogen akan memiliki perbedaan kelarutan dalam pembersihan, sehingga beberapa daerah ada yang lebih terlarut dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Ketika oksida dihilangkan dari permukaan,
Lebih terperinciPEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl
PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl Pandhit Adiguna Perdana 2709100053 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, S.T.,M.Sc.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar merupakan masalah yang sering terjadi dan umum di Indonesia. Masalah ini adalah salah satu masalah yang berdampak pada masyarakat, karena permintaan
Lebih terperinciANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4
ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4 Kevin J. Pattireuw, Fentje A. Rauf, Romels Lumintang. Teknik Mesin, Universitas Sam Ratulangi Manado 2013 ABSTRACT In this
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemadaman listrik yang dialami hampir setiap daerah saat ini disebabkan kekurangan pasokan listrik. Bila hal ini tidak mendapat perhatian khusus dan penanganan
Lebih terperinciMoch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP
Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.
Lebih terperinci