PERBANDINGAN TINGKAT KEMAHALAN ANTARA PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH DENGAN KREDIT KONSUMTIF BANK KONVENSIONAL DI PROVINSI BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN TINGKAT KEMAHALAN ANTARA PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH DENGAN KREDIT KONSUMTIF BANK KONVENSIONAL DI PROVINSI BANTEN"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN TINGKAT KEMAHALAN ANTARA PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK SYARIAH DENGAN KREDIT KONSUMTIF BANK KONVENSIONAL DI PROVINSI BANTEN Atik Atiatun Nafisah STIA Banten Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember 03 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana perbandingan tingkat kemahalan antara pembiayaan murabahah bank syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional. Penelitian ini mengambil periode pengamatan pada bulan Nopember 00 terhadap tiga bank syariah yang melakukan pembiayaan konsumtif multi guna dengan skim murabahah kepada nasabah perorangan, dan sepuluh bank konvensional yang mengeluarkan produk kredit konsumtif dengan skim multi guna kepada nasabah perorangan di Provinsi Banten. Penelitian ini berasumsi bahwa jumlah pembiayaan/kredit yang diberikan sebesar Rp 00 juta, margin bank syariah yang disepakati adalah margin standar, suku bunga kredit konsumtif yang berlaku adalah tetap dan pilihan jangka waktu pembiayaan/kredit adalah, 4 dan 36 bulan. Berdasarkan pengujian hipotesis, menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara tingkat syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional, baik untuk jangka waktu, 4 maupun 36 bulan. Kata Kunci : Bank Syariah, Skim Murabahah, Bank Konvensional, dan Kredit Konsumtif. PENDAHULUAN Dunia perbankan Indonesia saat ini memiliki dua sistem perbankan yang beroperasi dengan prinsip berbeda, yaitu secara konvensional dan syariah. Perbedaan prinsip perbankan tersebut terletak pada sistem bunga. Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga sebagai dasar untuk menentukan imbalan yang akan diterima atas jasa pembiayaan yang diberikan. Demikian pula imbalan yang akan diberikan kepada nasabah atas dana yang dititipkannya. Penentuan imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan tersebut semata-mata didasarkan pada prinsip bagi hasil atau jual beli. Kebalikannya dengan bank konvensional, imbalan atas kegiatannya selalu dihitung dalam bentuk bunga yang dinyatakan dengan suatu persentase tertentu per annum. Dalam sistem perbankan syariah, terdapat sejumlah jenis pembiayaan (disebut kredit dalam sistem konvensional) antara lain jual beli (murabahah, salam dan istishna), sewa (ijarah), dan bagi hasil (musyarakah dan mudharabah). Salah satu produk perbankan syariah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya atas barang modal adalah skim murabahah. Adiwarman A. Karim (006: 3) mendefinisikan murabahah sebagai Akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Produk yang dibiayai dengan skim ini antara lain rumah, mobil, motor dan produk multiguna seperti komputer, furniture dll. Adapun pada transaksi konvensional, untuk memperoleh barang-barang tersebut, masyarakat mendanainya melalui pinjaman uang (kredit konsumtif dengan skim multi

2 Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember 03 guna). Skim multiguna adalah salah satu skim kredit konsumtif yang dikeluarkan perbankan konvensional yang dapat dipergunakan debitur perorangan untuk keperluan apa saja.. Permasalahannya adalah masyarakat masih memiliki kesan kuat bahwa pembiayaan murabahah lebih mahal dibandingkan dengan kredit yang ditawarkan bank konvensional, untuk barang dan periode angsuran yang sama. Kesan ini akan membuat masyarakat surut langkahnya menuju ke bank syariah, karena bagi nasabah rasional, tentu akan melakukan kalkulasi untung rugi dulu sebelum memutuskan untuk memanfaatkan lembaga perbankan syariah. Untuk itu masalah ini harus segera dibuktikan secara ilmiah kebenarannya. Bila benar harus segera dicari jalan keluar untuk mengatasinya, dan bila tidak benar harus pula segera disosialisasikan ketidakbenaran tersebut kepada masyarakat. Hal tersebut penting dilakukan mengingat; pertama, pembiayaan di perbankan syariah masih didominasi oleh skim murabahah (jual beli), dibandingkan skim pembiayaan lainnya. Berdasarkan data Bank Indonesia sampai bulan Agustus 005, dari total pembiayaan Rp 4,77 triliun, porsi pembiayaan murabahah sebesar 63,6% dari total pembiayaan atau Rp 9,30 triliun sedangkan bagi hasil hanya sekitar 3,86% atau 4,70 triliun. Dengan demikian, adanya dominasi pembiayaan murabahah tersebut mencerminkan besarnya peranan pembiayaan murabahah dalam menguasai pangsa pasar serta dalam memberikan kontribusi terhadap total keuntungan yang diperoleh perbankan syariah. Kedua, bagian terbesar dari masyarakat indonesia, bukan syariah loyalis, tapi pasar rasional yang juga memikirkan untung rugi jika menabung/meminjam uang ke bank syariah. Bagi masyarakat, yang terpenting adalah imbal hasil yang menarik serta keunggulankeunggulan lainnya, seperti pelayanan dan kemudahan akses. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pengamat perbankan syariah, Adiwarman A Karim bersama lembaga penelitiannya. Berdasarkan potensi pasar, Karim membagi atas 3 golongan: () Pasar loyalis syariah/pasar yang fanatik terhadap syariah, potensinya sebesar 0 triliun, akan habis pada semester I tahun 004. Semester I 003 sudah mencapai 4 triliun, dan akhir tahun 003 angkanya 5 triliun. () Pasar yang mengambang (floating market)/pasar yang tidak terlalu fanatik terhadap satu sistem perbankan, potensinya 70 triliun. (3) Pasar loyalis konvensional/pasar yang fanatik terhadap bank bersistem konvensional, potensinya 00-an triliun (Investor online, 5 Januari 004). Dengan demikian, jika ingin mengembangkan diri, maka bank syariah harus mulai membidik pasar mengambang yang potensinya mencapai 70 triliun tersebut. Penelitian mengenai topik ini perlu dilakukan agar masyarakat pengguna jasa perbankan mengetahui secara jelas perbedaan tingkat kemahalan pembiayaan murabahah dengan kredit yang ditawarkan bank konvensional, untuk barang dan periode angsuran yang sama. Hal ini diperlukan sebagai bahan informasi guna menentukan skim pembiayaan atau kredit mana yang lebih menguntungkan nasabah debitur. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, perumusan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana perbandingan tingkat kemahalan antara pembiayaan murabahah bank syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional di Provinsi Banten. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini: a. Secara teoretis, dapat dijadikan sebagai referensi bagi pihak-pihak lain yang

3 Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember 03 berkeinginan untuk melakukan penelitian-penelitian lanjutan terutama yang berkaitan dengan pengembangan skim pembiayaan murabahah dan penyaluran kredit konsumtif. b. Secara praktis, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi lebih lanjut oleh berbagai pihak di lingkungan perbankan, terutama yang berkepentingan dengan pengembangan skim pembiayaan murabahah dan penyaluran kredit konsumtif, khususnya di Provinsi Banten. ANGGAPAN DASAR/ASUMSI Anggapan dasar/asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Jumlah pembiayaan/kredit yang diberikan adalah Rp ,00 b. Margin bank syariah yang disepakati adalah margin standar; c. Suku bunga kredit konsumtif dengan skim multi guna yang berlaku adalah tetap; d. Jangka waktu pembiayaan/kredit yang digunakan yaitu, 4, dan 36 bulan. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini bersifat non verifikatif, oleh karena itu tidak mengajukan hipotesis penelitian untuk diuji. Metode penelitiannya adalah metode deskriptif. Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive eksploratif, yaitu desain penelitian yang dirancang dengan maksud untuk mengenal fenomena-fenomena bagi keperluan lebih lanjut. Variabel dan Pengukuran Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah dua variabel dengan populasi berbeda. Adapun variabel-variabel yang digunakan dijabarkan ke dalam indikator-indikator sebagai berikut: Tabel Variabel dan Pengukuran No Variabel Indikator Skala Populasi Tingkat Harga Beli Barang Rasio Bank Syariah yg beroperasi di Kemahalan konsumtif multiguna Provinsi Banten yg melakukan Pembiayaan Margin Keuntungan pembiayaan konsumtif Murabahah Rasio multiguna dengan skim murabahah kepada nasabah perorangan. Tingkat Kemahalan Kredit Konsumtif Jumlah Kredit Konsumtif Multiguna Suku Bunga Kredit Konsumtif dengan skim Multiguna Rasio Rasio Bank-bank Konvensional yang yg beroperasi di Provinsi Banten yg mengeluarkan produk kredit konsumtif dengan skim multiguna kepada nasabah perorangan. Teknik Analisis Data. Mendapatkan data mengenai jumlah bank-bank syariah dan konvensional yang beroperasi di Provinsi Banten;. Mendapatkan data mengenai jumlah bank-bank syariah yang melakukan pembiayaan konsumtif multi guna dengan skim murabahah kepada nasabah perorangan; 3. Mendapatkan data mengenai jumlah bank-bank konvensional pemberi skim kredit konsumtif multi guna; 4. Mendapatkan data mengenai tingkat syariah; 3

4 Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember Mendapatkan data mengenai tingkat kemahalan kredit konsumtif multi guna pada bank konvensional. 6. Melakukan perbandingan antara tingkat syariah dengan tingkat kemahalan kredit konsumtif pada bank konvensional; 7. Melakukan uji statistik untuk menguji hipotesis penelitian ini; 8. Berdasarkan hasil uji statistik akan dapat ditarik kesimpulan. Penetapan Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut: Ho : μ = μ, artinya tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara tingkat kemahalan pembiayaan murabahah bank syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional; Ha : μ μ, artinya terdapat perbedaan secara signifikan antara tingkat kemahalan pembiayaan murabahah bank syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional. Penetapan Tingkat Nyata Dalam menguji hipotesis, digunakan tingkat signifikansi (level of significance) sebesar 0,5 atau 5% yang merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dan dianggap cukup memadai untuk membandingkan kedua variabel di atas. Pemilihan Tes Statistik Untuk menganalisis perbandingan antara tingkat kemahalan pembiayaan murabahah bank syariah dengan tingkat kemahalan kredit konsumtif pada bank konvensional, digunakan teknik statistik t-test, yaitu rumus untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent yang memiliki data ratio atau interval. Terdapat dua rumus t-test yang dapat digunakan, sebagaimana yang ditulis Sugiyono (000:35) yaitu: a. Separated Varian X X t s s n n Rumus tersebut digunakan jika: n n, s s n n, s s n n, s s n = Jumlah anggota sampel s = Varian/ragam sampel b. Polled Varian t n s n n n X X s n n Rumus tersebut digunakan jika: n = n, s = s n n, s s n = n, s s n n, s = s n = Jumlah Anggota Sampel s = Varian Sebelum dilakukan pengujian tersebut, terlebih dahulu harus dilakukan uji homogenitas data, agar dapat diketahui rumus t-test mana yang akan digunakan. Untuk menguji homogenitas data kedua sampel, digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut: (Sugiyono; 000: 50) VarianTerbesar F VarianTerkecil 4

5 Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember 03 Sedangkan rumus varian adalah: s Xi X n s = Varian Sampel n = Jumlah Sampel Xi =Data ke i X = Jumlah rata-rata data Selanjutnya membandingkan antar F hitung dengan F tabel, jika: F hitung F Tabel, maka Ho diterima yang berarti varian homogen; F hitung F Tabel,maka Ho ditolak yang berarti varian tidak homogen. Selanjutnya pengujian tersebut akan diuji pula dengan menggunakan Microsoft Excel 003 melalui teknik uji t-test: Two Sample Assumsing Unequal Variances, dengan asumsi varians tidak diketahui dan dianggap tidak sama. Uji ini dilakukan karena distribusi dari uji t diasumsikan terdistribusi secara normal sehingga perbedaan kecil dalam distribusi tidak merusak kegunaan uji t. Kriteria Pengujian Hipotesis Kriteria untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini setelah dilakukan pengujian hipotesis, adalah sebagai berikut: Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima ; Jika t hitung t tabel,maka Ho ditolak. HASIL PENELITIAN Tingkat Kemahalan Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Analisis mengenai tingkat kemahalan pembiayaan murabahah pada bank syariah dilakukan untuk mengetahui seberapa besar beban yang harus ditanggung nasabah debitur, jika bermaksud mengajukan pembiayaan konsumtif multi guna dengan skim murabahah pada bank syariah. Pembiayaan konsumtif multi guna dengan skim murabahah adalah salah satu skim pembiayaan bank syariah dengan sistem jual beli. Bank syariah akan membelikan barang-barang halal apa saja yang dibutuhkan, kemudian menjualnya dengan harga beli ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati untuk diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah. Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi: pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan dll) maupun pribadi (misalnya pembelian kendaraan bermotor, rumah dll). Untuk menilai tingkat kemahalan pembiayaan murabahah pada bank syariah dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: Harga Jual = Harga Beli + Margin Keuntungan Harga jual = Harga jual barang yang harus dibayar nasabah selaku pembeli Harga beli = Harga pokok pembelian barang Margin keuntungan = Batas keuntungan yang disepakati antara pembeli dan penjual Untuk memudahkan dalam melakukan analisis perbandingan tingkat kemahalan, maka produk pembiayaan yang akan dijadikan sebagai dasar untuk menentukan besarnya harga beli barang (pada bank syariah) atau besarnya jumlah pinjaman (pada bank konvensional), adalah barang yang memiliki frekuensi paling banyak diminta untuk dibiayai melalui skim ini. Barang dimaksud adalah pembelian bahan bangunan/rumah dan kendaraan bermotor, dengan nilai transaksi rata-rata 00 juta rupiah. 5

6 Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember 03 Sedangkan margin keuntungan yang dinyatakan dengan prosentase pada bank syariah, merupakan konversi dari suku bunga yang berlaku pada bank konvensional. Untuk menghitung margin keuntungan yang disepakati, digunakan dua macam metode perhitungan yang berbeda, yaitu metode Sliding Rate dan flate rate. Berdasarkan hasil survei tingkat syariah yang beroperasi di Provinsi Banten pada periode Nopember 00 dengan nilai transaksi 00 juta rupiah untuk jangka waktu bulan, 4 bulan dan 36 bulan diketahui bahwa, dari hasil perhitungan simpangan baku dan koefisien variasinya, menunjukan pada pembiayaan murabahah bank syariah untuk jangka waktu pembiayaan 36 bulan, tingkat kemahalannya lebih bervariasi dibandingkan untuk jangka waktu 4 dan bulan. Sedangkan jangka waktu bulan, lebih bervariasi dibandingkan untuk jangka waktu 4 bulan. Hal ini berarti secara umum semakin panjang jangka waktu pembiayaan, maka semakin bervariasi (heterogen) tingkat kemahalan yang terjadi pada perbankan syariah. Tingkat Kemahalan Kredit Konsumtif Bank Konvensional Kredit adalah jenis pinjaman yang harus dikembalikan beserta bunga pinjaman oleh debitur sesuai dengan perjanjian yang telah dicantumkan dalam perjanjian kredit. Bunga kredit ini besarnya tergantung pada keputusan bank sebagai kreditur. Penentuan tingkat bunga dalam perbankan adalah salah satu faktor yang harus diperhatikan. Dalam kredit biasanya bank akan memperhatikan kepada siapa kredit tersebut diberikan dan dalam sektor apa kredit tersebut disalurkan. Dari kredit yang disalurkan oleh bank kepada nasabah debitur, terdapat beberapa cara perhitungan bunga, hal ini untuk memudahkan bank menawarkan kepada debitur agar pemilihan ini sesuai dengan keinginan nasabah debitur. Dalam pembahasan ini, untuk membandingkan tingkat kemahalan kredit konsumtif dengan skim multi guna yang diberikan kepada nasabah perorangan pada perbankan konvensional, digunakan perhitungan bunga dengan metode flat rate. Hal ini dikarenakan pada bank konvensional, perhitungan bunga bagi kredit dengan skim ini pada umumnya menggunakan metode flat rate. Melalui metode ini, pembebanan bunga terhadap pokok pinjaman jumlahnya selalu tetap selama periode kredit yang disepakati oleh debitur. Dadang Hermawan dan Lili Masli (004:4) melakukan perhitungan pembebanan angsuran pokok dan angsuran bunga dengan menggunakan metode Flat Rate, melalui formula sebagai berikut: AngsuranPo kok AngsuranBunga PokokKredit PokokKredit TingkatBunga Akibat digunakannya perhitungan bunga dengan metode flat rate pada bank konvensional, maka besarnya tingkat kemahalan yang timbul untuk berbagai jangka waktu kredit adalah sama. Oleh karenanya, di sini akan disajikan hasil survei tingkat kemahalan kredit konsumtif dengan skim multi guna pada perbankan konvesional yang beroperasi di Provinsi Banten pada periode Nopember 00 dengan nilai transaksi 00 juta rupiah untuk jangka waktu bulan saja. Berdasarkan hasil survei tingkat kemahalan kredit konsumtif dengan skim multi guna pada perbankan konvesional yang beroperasi di Provinsi Banten pada periode Nopember 00 dengan nilai transaksi 00 juta rupiah untuk jangka waktu bulan, 4 bulan dan 36 bulan diketahui bahwa, dari hasil perhitungan simpangan baku dan koefisien variasinya, menunjukan 6

7 Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember 03 bahwa variasi tingkat kemahalannya adalah sebesar,4%. Perbandingan Tingkat Kemahalan Antara Pembiayaan Murabahah Bank Syariah dengan Tingkat Kemahalan Kredit Konsumtif pada Bank Konvensional Perbandingan Tingkat Kemahalan Antara Pembiayaan Murabahah Bank Syariah dengan Tingkat Kemahalan Kredit Konsumtif pada Bank Konvensional berdasarkan angka simpangan baku dan koefisien variasinya, menunjukan bahwa tingkat kemahalan perbankan konvensional untuk jangka waktu bulan, lebih bervariasi (heterogen) dibandingkan perbankan syariah untuk jangka waktu yang sama. Sedangkan untuk jangka waktu 4 dan 36 bulan, perbankan syariah memiliki tingkat kemahalan yang lebih bervariasi (heterogen) dibandingkan perbankan konvensional. Tingkat kemahalan antara pembiayaan murabahah bank syariah dengan tingkat kemahalan kredit konsumtif pada bank konvensional, tidak terlepas dari metode perhitungan bunga yang digunakan, yaitu sistem bunga flat dan sistem bunga efektif. Pada sistem bunga flat, angsuran pokok tidak ada perubahan selama kredit berlangsung, sedangkan pada sistem bunga efektif, pokok kredit berkurang terus atau angsuran pokok bertambah terus sedangkan bunga menurun terus. Dadang Hermawan dan Lili Masli (004:0) melakukan perbandingan kedua metode perhitungan bunga tersebut, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: RN r N r = Tingkat Bunga Efektif R = Tingkat bunga flat N = Jangka Waktu Kredit Apabila diasumsikan tingkat bunga flat yang diperbandingkan adalah sebesar 3 %, dan jangka waktu kredit selama bulan, maka melalui formula di atas akan dapat diketahui tingkat bunga efektif yang bebannya mendekati dengan bunga flat. 3 3 r 3 4% Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jika tingkat bunga bank yang ditawarkan sebesar 4% efektif, tingkat kemahalan yang ditanggung akan mendekati dengan tingkat bunga flat sebesar 3%. Artinya jika terdapat bank yang menawarkan kredit dengan tingkat bunga sebesar 3% per tahun flat dan dengan 0% per tahun efektif, maka sebaiknya nasabah mengambil tingkat bunga yang 0% per tahun efektif. Selanjutnya, perbedaan tingkat kemahalan antara pembiayaan murabahah bank syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional untuk jangka waktu, 4 dan 36 bulan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Tabel Perhitungan Perbedaan Tingkat Kemahalan Antara Pembiayaan Murabahah Bank Syariah dengan Kredit Konsumtif Bank Konvensional Untuk Jangka Waktu, 4 Dan 36 Bulan Uraian Jangka Waktu bulan Jangka Waktu 4 bulan Jangka Waktu 36 bulan Rata-rata Tingkat Kemahalan Kredit Konsumtif Rata-rata Tingkat Kemahalan Pembiayaan Murabahah Selisih Perbedaan tingkat kemahalan X 00% X 00% X 00% 7

8 Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember 03 (dalam Prosentase) = % Sumber : Diolah dari Hasil Survei Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa untuk jangka waktu dan 4 bulan, perbedaan tingkat kemahalan kredit konsumtif dengan tingkat kemahalan pembiayaan murabahah sebesar % dan,3%. Kemudian, untuk jangka waktu 36 bulan sebesar 0,8%. Untuk mengetahui apakah perbedaan sebesar tersebut merupakan perbedaan yang signifikan, perlu dilakukan pengujian hipotesis baik untuk jangka waktu bulan, 4 bulan dan 36 bulan. Pengujian hipotesis untuk jangka waktu bulan, 4 bulan dan 36 bulan menghasilkan bahwa ternyata dapat diambil keputusan untuk menerima Ho, karena t hitung terletak pada daerah penerimaaan Ho (t hitung lebih kecil dari t tabel). Kesimpulan yang diambil adalah bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara tingkat syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional untuk jangka waktu bulan, 4 bulan dan 36 bulan. Artinya, tingkat syariah sama dengan kredit konsumtif bank konvensional, baik untuk jangka waktu, 4 maupun 36 bulan. SIMPULAN Penelitian ini berusaha untuk mengetahui sejauhmana perbandingan tingkat kemahalan antara pembiayaan murabahah bank syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional. Penelitian ini mengambil periode pengamatan pada bulan Nopember 00 terhadap tiga bank syariah yang melakukan pembiayaan konsumtif multi guna dengan skim murabahah kepada =,3% (Angka dalam Rupiah) nasabah perorangan, dan sepuluh bank konvensional yang mengeluarkan produk kredit konsumtif dengan skim multi guna kepada nasabah perorangan di Provinsi Banten. Penelitian ini berasumsi bahwa jumlah pembiayaan/kredit yang diberikan sebesar Rp 00 juta, margin bank syariah yang disepakati adalah margin standar, suku bunga kredit konsumtif yang berlaku adalah tetap dan pilihan jangka waktu pembiayaan/kredit adalah, 4 dan 36 bulan. Berdasarkan pengujian hipotesis, menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara tingkat syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional, baik untuk jangka waktu, 4 maupun 36 bulan. Artinya, tingkat syariah sama dengan kredit konsumtif bank konvensional, baik untuk jangka waktu, 4 maupun 36 bulan. IMPLIKASI PENELITIAN. Membuat model penelitian, dengan melakukan perbandingan melalui uji statistik, untuk mengetahui perbedaan tingkat kemahalan antara pembiayaan murabahah bank syariah dengan kredit konsumtif bank konvensional pada berbagai jangka waktu pembiayaan/kredit... Mengaitkan variabel penelitian ini dengan metode perhitungan bunga/margin yang digunakan, karena metode perhitungan bunga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemahalan pembiayaan/kredit. DAFTAR PUSTAKA =0,8% 8

9 Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 4, Desember 03 Antonio, Muhammad Syafi i Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta:Tazkia Institute. Dendawijaya, Lukman Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hermawan, Dadang dan Lili Masli Analisis Penentuan Tingkat Bunga Flat dengan Efektif Bagi Debitur Dalam Jurnal Indonesia Membangun. STIE INABA. (Vol.3 No. Maret Juni) Karim, A. Adiwarman Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Kasmir Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Muhammad. 00. Manajemen Pembiayaan Bank Syari ah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Santosa, Budi santosa dan Ashari Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta: Andi. Siamat, Dahlan Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfbeta. Suhardjono Manajemen Perkreditan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Hadi, Syamsul Aplikasi Excel untuk Analisis Keuangan. Yogyakarta. Ekonisia. Wibisono,Yusuf Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Zulkifli, Sunarto Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim. 9

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan i BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia baru pada akhir abad XX ini memiliki bank-bank yang mendasarkan pengelolaannya pada prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Undang undang No.10 Tahun 1998 tentang penyempurnaan Undangundang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan merupakan langkah yang baik dalam perkembangan perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan

Lebih terperinci

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE PENGARUH NON PERFORMING FINANCE (NPF) PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN NON PERFORMING FINANCE (NPF) PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH ( Studi Kasus pada PT.Bank Syariah Mandiri tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin memburuknya keadaan perekonomian di Indonesia yang di tandai dengan penurunan nilai tukar rupiah, maka masyarakat mulai banyak mencari penghasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia khususnya perbankan syariah mulai berkembang dengan pesat sejak tahun 1999 yaitu setelah berlakunya Undang-undang nomor

Lebih terperinci

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.76 Juli 2017 STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary artinya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an, bahwa perbankan syariah merupakan perbankan yang bebas bunga (interest-free banking)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya yaitu menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Istilah kredit bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual beli barang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para investor untuk menginvestasikan dananya di bank syariah. Hal ini karena bank syariah mampu memberikan

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 Analisis Perbandingan Metode Pemberian Kredit di Bank Konvensional dengan Pembiayaan Musyarakah di Bank Syariah pada PT Bank Jabar Banten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syari ah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam, terutama dalam bidang keuangan yang dikembangkan sebagai suatu respon dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No 21 tahun 2008. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan berlandaskan syariah Agama Islam. Seperti halnya bank konvensional bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global, termasuk bagi negara yang mayoritas penduduknya beragama non-muslim sekalipun. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Hal tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat meneruskan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian suatu Negara. Perbankan syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Seperti halnya perbankan konvensional, perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Seperti halnya perbankan konvensional, perbankan syariah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eksistensi perbankan syariah saat ini menempati posisi yang sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor riil dengan pemilik dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan umat Islam, banyak idealisme yang muncul mempertanyakan apakah praktik ekonomi yang sudah dijalankan saat ini sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan sangat berperan strategis sebagai pendorong kemajuan perekonomian nasional serta membantu memperlancar arus lalu lintas keuangan ekonomi dan moneter. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data. 1 Dalam penelitian ini data yang didapatkan diproses melalui beberapa tahapan, yaitu: A. Jenis Penelitian Pendekatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Murabahah PT. Bank

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Murabahah PT. Bank BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Murabahah PT. Bank BCA Syariah Hasil pengujian data diatas dapat diketahui dari tabel Coefficient menunjukkan bahwa koefisien regresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan menjadi salah satu elemen yang vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bank berperan sebagai pihak Intermediasi antara kelompok yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian 16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank syariah melakukan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat, dana yang telah dihimpun kemudian akan disalurkan kembali kepada nasabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan Syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai roda kehidupan bagi perekonomian di seluruh negara-negara dunia. Sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai roda kehidupan bagi perekonomian di seluruh negara-negara dunia. Sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem perekonomian dunia saat ini tidak lepas dari peran serta bank dalam mengelola dan menghimpun dana masyarakat. Oleh sebab itu, kini bank dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mendasari kegiatan operasional perbankannya sesuai dengan aspek kehidupan ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tetapi untuk semua kalangan masyarakat. Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia tengah menjamur dimana-mana. Bank-bank konvensional di Indonesia banyak membuka Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah (BUS).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung oleh adanya perkembangan dinamis dan kontribusi nyata di sektor perbankan, alasannya karena kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep perbankan syariah adalah hal yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan penerapan konsep perbankan konvensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dan mendominasi kegiatan perekonomian diindonesia.kegiatan sektor perbankan ini jugasangat menentukan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam era globalisasi ini, perbankan telah banyak mendominasi sistem perekonomian di seluruh dunia khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diartikan sebagai cara yang ilmiah dalam mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diartikan sebagai cara yang ilmiah dalam mendapatkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian diartikan sebagai cara yang ilmiah dalam mendapatkan data untuk menemukan sesuatu yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, digunakan

Lebih terperinci

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN : ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LABA RUGI DAN NILAI TAMBAH PADA BANK SYARI AH (Studi Kasus pada PT Bank Syahriah Mandiri) Ir. Zefriyenni, MM, Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengolah sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam diperuntukan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179).

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang berpijak di atas kaidah syariah dan mengadopsi nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi image spiritual kepada masyarakat. Image

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan sangat pesat. Walaupun jumlah bank, jumlah kantor bank dan jumlah total aset bank syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukannya. Oleh karena itu, peranan kredit dalan operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan modern dewasa ini adalah suatu kebutuhan masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan tersebut adalah bank yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan Islam merupakan fenomena yang menarik dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bank dikenal sebagai sebuah tempat dimana kita menyimpan uang kita, tempat yang sangat identik dengan kata menabung. Orang tua kita selalu mengajari kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan bagian dari pelaksanaan ekonomi Islam. Bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus pada PT. BPR Syariah Al-Wadi ah )

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus pada PT. BPR Syariah Al-Wadi ah ) PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus pada PT. BPR Syariah Al-Wadi ah ) NOVITA FEBRIYANTI 103403031 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, manusia secara naluri adalah makhluk yang senantiasa bergantung dan terikat serta saling membutuhkan kepada yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Manusia pada umumnya mempunyai kebutuhan tempat tinggal untuk berteduh

Lebih terperinci

BAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011

BAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011 BAB I A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun terseir. Adakalanya masyarakat tidak memiliki cukup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin banyaknya kebutuhan masyarakat yang harus di penuhi, baik itu kebutuhan primer maupun sekunder yang harus dipenuhi setiap keluarga maupun individu untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005). 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari pendirian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau jenis pinjaman

Lebih terperinci

5.1.1 Perkembangan pendapatan Mudharabah, Murabahah dan. Profitabilitas pada PT Bank Syariah Mandiri

5.1.1 Perkembangan pendapatan Mudharabah, Murabahah dan. Profitabilitas pada PT Bank Syariah Mandiri BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dialkukan mengenai pengaruh pendapatan Mudharabah dan Murabahah terhadap profitabilitas PT Bank Syariah Mandiri, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya perkembangan bentuk usaha kecil dan menengah, menyebabkan semakin tingginya taraf kemakmuran perekonomian masyarakat. Namun, perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii ABSTRACT... iv ABSTRAK... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran

Lebih terperinci

DEVI ASRI RATNASARI Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Siliwangi.

DEVI ASRI RATNASARI Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Siliwangi. ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT SUKU BUNGA FLAT DENGAN TINGKAT SUKU BUNGA ANUITAS DALAM HAL PENGAKUAN PENDAPATAN BUNGA PINJAMAN BANK (Studi Kasus Pada Bank BTN Cabang Tasikmalaya) DEVI ASRI RATNASARI 113403013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari Amerika Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah Negara yang mayoritas warga Negaranya memeluk agama Islam, telah membuat Indonesia menjadi tempat yang cocok untuk mengembangkan industri perbankan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL Nama : Suci Lestari NPM : 26210706 Kelas : 3EB14 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), 32

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), 32 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencangkup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang seiring dengan berkembangnya pertumbuhan penduduk yang berpenduduk mayoritas beragama islam. Perbankan syariah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Khairunisa, 2001)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian  (Khairunisa, 2001) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini lembaga keuangan berlabel syariah berkembang dalam skala besar dengan menawarkan produk-produknya yang beraneka ragam dengan istilahistilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan perekonomian di Indonesia saat ini tidak bisa dipisahkan dari dunia perbankan. Apalagi bila dihubungkan dengan pembiayaan, maka aktivitas perekonomiannya

Lebih terperinci

Analisis Pemberian Kredit Dengan Metode Sliding Rate Dan Flat Rate Pada Bank Rakyat Indonesia

Analisis Pemberian Kredit Dengan Metode Sliding Rate Dan Flat Rate Pada Bank Rakyat Indonesia Analisis Pemberian Kredit Dengan Metode Sliding Rate Dan Flat Rate Pada Bank Rakyat Indonesia Siti Fatimah (27212052) FE. AKUNTANSI LATAR BELAKANG Kata kredit bukan merupakan kata yang asing lagi bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Walaupun kerjasama ini dapat menjadi peluang untuk menyetarakan diri dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Walaupun kerjasama ini dapat menjadi peluang untuk menyetarakan diri dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan bentuk kerjasama negaranegara ASEAN untuk meminimalisir bahkan menghilangkan hambatan dalam kegiatan ekonomi kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pembiayaan Dua fungsi utama bank syariah adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di dunia tetapi jauh tertinggal oleh Inggris dalam penerapan ekonomi syariahnya. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Pembiayaan Struktur pembiayaan adalah upaya untuk mengatur suatu pembiayaan sehingga tujuan dan jenis pembiayaan yang

Lebih terperinci