PENILAIAN NILAIJUAL OBYEK PAJAK (NJOP) YANG BERKEADILAN DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN NILAIJUAL OBYEK PAJAK (NJOP) YANG BERKEADILAN DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO"

Transkripsi

1 PENILAIAN NILAIJUAL OBYEK PAJAK (NJOP) YANG BERKEADILAN DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO Bambang Mursito Fakultas Ekonomi, UNIBA Surakarta yahoo.com Yuli Chomsatu Samrotun Fakultas Ekonomi, UNIBA Surakarta chom_satoe@yahoo.com ABSTRACT This study aims to formulate a model of the determination ofthe Tax Object SalesValue (NJOP) as the basis for determining Land and Building Tax(PBB). The resulting model includes: determining the level of accuracy NJOP models, levels and uniformity ratios between NJOP market value, a model of justice and fairness vertical NJOP horizontally in determining the group with the low value of the tax object to tax high-value group. This study isthe 2nd year with the object of taxation in Boyolali. The method used is the use of analysis of Sales Assessment Ratio (ASR) is a method used to measure the ratio or the ratio between NJOP the fair market value indication. The method isappliedtotest the quality NJOP in order to increase the accuracy of the determination NJOP, performance Land and Building Tax (PBB) as well as to measure the revenue potential of the UN. The results of the study showed that the variability in Boyolaliregi on obtained COD values: % and COV: %. Based on the general standard of COD and COV, the results indicate that little variation on the determination ofthe level ofthe ratio between NJOP with its market value, which means that similar properties are initialized at the same relative level. Thus, these results do not yet reflect the fulfillment of justice horizontal NJOP determination of the market value ratio. Based on the analysis of justice between the vertical objects and groups of low-value tax to tax high-value calculation based on regression analysis of the PRD of indicates the occurrence of regressivity. Similarly,the results of the regression analysis, b 0 > ASR andbj >0 indicates that the ASR is independent (free) to the selling price and there has been aprogression. It can be concluded that the determination NJOP in Boyolali not reflect the fulfillment of vertical equity, because the group of objects, higher-value tax determinedits value ata lower percentage than the object group to be lower taxes. Therefore, we need a model designation NJOP as tax bases equitable PBB either vertically or horizontally. PENDAHULUAN Dasar yang digunakan untuk mengenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Dalam pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dinyatakan bahwa dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah NJOP. Hal ini berarti bahwa besarnya PBB yang dikenakan atas suatu objek pajak tergantung pada besarnya NJOP yang ditetapkan.berdasarkan pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1994, dinyatakan bahwa NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat ttansaksi jual-beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak pengganti. Ini berarti bahwa sesuai amanat undang-undang, penentuan besarnya NJOP atas 914

2 suatu objek pajak harus didasarkan pada nilai pasar yang berlaku yang tercermin dan harga transaksi jualbeli. Dalam pelaksanaannya, NJOP tidak selalu sama dengan nilai pasar. NJOP bisa saja lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pasar. Saat ini sebagian bcsar penilaian untuk pengenaan PBB dilakukan secara massal (mass appraisal), sedangkan penilaian yang dilaksanakan secara individual (individual appraisal) jumlahnya masih sangat sedikit. Hal ini disebabkan kurangnya tenaga penilai, biaya, serta luasnya wilayah kerja dan besarnya jumlah objek pajak. Penilaian massal tersebut memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah kurang akuratnya data dan kurang seragamnya tingkat penilaian dalam menentukan NJOP. NJOP yang nilainya di bawah nilai pasar (under assessment) dan NJOP yang nilainya lebih tinggi dari nilai pasar (over assessment) dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, baik bagi kepentingan fiskus maupun bagi kepentingan wajib pajak. Penetapan NJOP yang under assessment menunjukkan adanya potensi penerimaan negara yang belum tergali secara maksimal. Perkembangan pasar properti yang nilainya selalu meningkat yang tidak diikuti dengan penilaian ulang bisa berakibat NJOP selalu di bawah nilai pasar. Jika hal ini tidak segera diantisipasi, kesenjangan nilai NJOP dan nilai pasar yang terjadi akan semakin tajam. Di sisi lain, penentuan NJOP yang over assessment dapat memicu gejolak sosial di masyarakat yang secara jangka panjang juga akan mengganggu proses penerimaan pajak dari sektor PBB. Oleh karena itu, diperlukan kontrol dalam penentuan NJOP agar selalu pada tingkat yang sesuai dengan nilai pasar sehingga dapat diterima oleh semua pihak. Selain perlunya memperhatikan tingkat akurasi penilaian, penentuan NJOP juga perlu memperhatikan pemenuhan asas keadilan. Distribusi keadilan dalam penetapan PBB khususnya dalam arti keadilan horisontal mensyaratkan bahwa properti dengan nilai yang sama ditentukan NJOPnya pada tingkat yang sama pula. Dalam hal ini, pemenuhan keadilan penentuan NJOP antara objek pajak bernilai tinggi dengan objek pajak bernilai rendah juga perlu diperhatikan. TUJUAN PENELITIAN 1 Menganalisis tingkat akurasi penetapan NJOP terhadap nilai pasar berdasarkan basil pengukuran tendensi sentral di Wilayah Kabupaten Boyolali. 2 Menganalisis pemenuhan keadilan horisontal yang tercermin dari tingkat keseragaman rasio antara NJOP dengan nilai pasar berdasarkan basil pengukuran variabilitas di Wilayah Kabupaten Boyolali 3 Menganalisis pemenuhan keadilan vertikal antara kelompok objek pajak bernilai rendah dan kelompok objek pajak bernilai tinggi berdasarkan analisis regresi di Wilayah Kabupaten Boyolali 4 Merumuskan suatu model yang dapat di terapkan dalam menentukan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) yang Berkualitas MANFAAT PENELITIAN 1 Model penentuan NJOP dengan metode ASR dapat digunakan untuk mengukur tingkat akurasi penetapan, tingkat keseragaman (keadilan horisontal), dan tingkat keadilan vertikal. feb

3 2 Sebagai bahan masukan bagi PEMDA sebagai instansi yang akan mengelola PBB terhitung mulai 1 Januari 2013 untuk melakukan reevaluasi kembali penetapan NJOP sebagai dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan yang lebih berkeadilan TINJAUAN PUSTAKA Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2008:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar keperluan umum. Sementara itu definisi pajak menurut S.I. Djajadiningrat dalam Munawir (1992:3), pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Secara teoritis, pajak mempunyai dua fungsi pokok, yaitu sebagai sumber penerimaan negara (budgetery function) dan sebagai alat untuk mengatur atau mengontrol kegiatan sektor swasta dalam suatu perekonomian (regulatory function). Dengan kedua fungsi diatas, sebagaimana dikemukakan oleh John dan Michael dalam Yusuf (2012) pajak mempunyai peranan sebagai berikut: 1) Sebagai sumber utama penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran dan aktivitasnya. 2) Digunakan untuk meningkatkan atau memobilisasi tabungan masyarakat sekaligus mengarahkannya agar diinvestasikan pada sektor usaha yang mempunyai manfaat atau sumbangan yang besar bagi perekonomian nasional. 3) Digunakan untuk memperbaiki distribusi pendapatan agar lebih adil dan merata seperti dengan penerapan tarif pajak yang bersifat progresif. 4) Digunakan untuk membatasi dan mendorong impor barang-barang mewah dan atau barangbarang lainnya yang kurang bermanfaat, barang-barang modal dan bahan baku yang sangat diperlukan oleh negara-negara berkembang seperti dengan cara penerapan tariff pajak impor yang tinggi. 5) Mendorong pemanfaatan faktor produksi dengan lebih produktif. Misalnya, pengenaan PBB yang jauh lebih tinggi atas tanah dan bangunan yang berlokasi di daerah-daerah strategis dan potensial. Menurut Mardiasmo (2008:2), agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan) 2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis) 916

4 3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis) 4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial) 5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana Musgrave dalam Suharno (2003) yang membedakan keadilan dalam pengenaan pajak menjadi dua klasifikasi yaitu keadilan horisontal dan keadilan vertikal. Yang dimaksud dengan keadilan horisontal adalah pembayar pajak dengan keadaan yang sama, harus dikenakan pajak yang sama besarnya. Sedangkan keadilan vertikal adalah pembayar pajak yang lebih besar kemampuannya harus dibebani pajak yang lebih besar pula. Prinsip keadilan di bidang pajak lainnya adalah yang menyangkut keadilan berdasarkan manfaat dan kemampuan membayar sebagaimana yang dikemukakan oleh Adam Smith. Jika keadilan dimaksudkan berdasarkan manfaat, berarti orang yang mendapatkan manfaat yang lebih besar dari kegiatan pemerintah, harus membayar pajak lebih besar dibandingkan dengan orang yang mendapat manfaat lebih kecil. Sedangkan bila keadilan didasarkan atas kemampuan membayar, ukurannya adalah orang yang lebih mampu harus membayar pajak lebih besar dari orang yang kurang mampu. Beberapa konsep keadilan pajak ternyata tidak mudah diterapkan di lapangan karena secara terusmenerus diuji oleh situasi dan kondisi lingkungan dimana keadilan itu diterapkan. Hal ini membuktikan bahwa keadilan itu relatif dan menuntut adanya evaluasi dan penyesuaian secara terus-menerus dari semua pihak secara partisipatif. Oleh karena itu mengambil alih konsep atau sistem keadilan di suatu negara, misalnya negara maju sekalipun adalah tidak tepat karena akan berbenturan dengan perasaan keadilan masyarakat dimana pajak itu diterapkan. Namun tidak berarti kita harus mencari dan merumuskan sebuah formula keadilan sendiri dari nol, melainkan pengalaman apa yang terjadi di tempat lain untuk kondisi dan situasi berbeda dapat dan perlu dijadikan sebagai rujukan. Persoalan keadilan dalam PBB adalah menyangkut penilaian tanah dan bangunan sebagai dasar pengenaan PBB yang dikenal dengan NJOP. Distribusi keadilan dalam Pajak Bumi dan Bangunan dibagi menjadi dua yaitu keadilan horisontal dan keadilan vertikal.keadilan horisontal dalam PBB mensyaratkan bahwa properti dengan nilai yang sama ditentukan NJOPnya pada tingkat yang sama besarnya. Sedangkan keadilan vertikal Menurut Benson dan Schwartz dalam Suharno (2003), mengemukakan bahwa "vertical equity in ad valorem real property taxation is the concept that all properties within a taxating jurisdiction are assessed in equal proportion to their fair market value ". Dengan kata lain, keadilan vertikal dalam pajak properti adalah suatu konsep pengenaan pajak properti dimana semua properti dinilai dengan proporsi yang sama atas nilai pasar wajarnya. 15 Proporsi nilai estimasi terhadap nilai pasar adalah sama untuk semua properti baik untuk kelompok properti yang nilainya rendah maupun tinggi. Dalam PBB, ketentuan mengenai penetapan NJOP harus sesuai dengan nilai pasar ini tertuang dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa "Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual-beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek 917

5 lain yang sejenis, atau nilai perolehan bam, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti." Dari pengertian ini terlihat bahwa NJOP hams ditentukan berdasarkan nilai pasarnya. Karena NJOP banyak digunakan sebagai acuan untuk berbagai kepentingan, maka NJOP diharapkan dapat memenuhi tuntutan tersebut. Dalam ilmu penilaian (appraisal), jenis nilai tunggal yang dapat memenuhi tuntutan tersebut adalah Nilai Pasar (Market Value). NJOP yang mencerminkan nilai pasar diharapkan dapat menjadi referensi utama dalam keputusan strategis baik dalam bertransaksi ataupun hanya untuk informasi manajemen. Kebutuhan NJOP sesuai dengan nilai pasar tersebut antara lain supaya: a) Penentuan dasar pengenaan pajak yang adil; b) Penentuan harga jual yang tidak merugikan salah satu pihak; c) Penentuan nilai investasi yang layak; d) Penentuan besaran nilai kredit pinjaman yang aman; e) Penentuan harga lelang yang sesuai. Hartoyo (1995) memberikan definisi Assessment Sales Ratio sebagai rasio atau perbandingan antara nilai yang digunakan untuk penetapan pajak suatu properti terhadap nilai pasarnya. Dalam PBB, ASR dapat diterapkan untuk menguji kualitas NJOP dalam rangka peningkatan akurasi penentuan NJOP dan kinerja PBB, serta untuk mengukur potensi penerimaan PBB dan keperluan perpajakan lainnya. Berdasarkan Surat Edaran Nomor: SE-01/PJ.6/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Analisis ASR, analisis ASR diprioritaskan untuk wilayah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a) wilayah yang mempunyai tingkat pembangunan tinggi (wilayah perkotaan) b) wilayah berpotensi dalam upaya penyesuaian peningkatan NJOP (diluar wilayah perkotaan) c) wilayah yang berbatasan untuk menjaga tingkat keseimbangan NJOP antar wilayah d) wilayah dimana terdapat indikasi adanya data pasar yang mencukupi. e) wilayah yang sudah tiga tahun atau lebih belum dilakukan revaluasi. Hasil dari analisis ASR memiliki kegunaan sebagai berikut: 1) Pemeliharaan assessment pada tingkat yang dapat diterima. 2) Dengan menggunakan analisis tendensi sentral, kinerja penilaian selalu diuji dan dievaluasi, sehingga jika ada daerah atau lokasi yang mempunyai tingkat ASR terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat segera diketahui dan diperbaiki. 3) Penentuan daerah atau lokasi untuk penilaian kembali (revaluation). 4) Dengan menggunakan analisis variabilitas, menentukan daerah atau lokasi yang perlu dinilai kembali sesuai skala prioritas berdasarkan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang tersedia. 5) Pemeliharaan keadilan (equity) dalam penetapan PBB. 918

6 6) Melalui analisis regresivitas/progresivitas, memelihara agar penetapan PBB konsisten baik terhadap properti bernilai tinggi maupun terhadap properti bernilai rendah. Sccara matematis, formula penghitungan ASR adalah sebagai berikut: ASR = Si ASR - Assessment Sales Ratio Ai = Assessment Value (nilai yang ditetapkan) Si = Sales Value yang diasumsi sebagai market value (nilai pasar - ) Data transaksi jual-beli properti (sales data) dapat diperoleh dan PPAT, camat PPAT, notaris PPAT, lurah/kepala desa, masyarakat di lokasi yang bersangkutan, atau pembeli/penjual sccara langsung, data-data penawaran melalui iklan, serta sumber-sumber lain yang relevan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan penyesuaian (adjusment) seperlunya untuk mendapatkan nilai jual yang wajar. Data jual-beli tersebut kemudian dibandingkan dengan NJOPnya (assessment value). Dari basil perbandingan tersebut dapat diperoleh Assessment Sales Ratio (ASR) dari masing-masing properti. Setelah diperoleh ASR pada sejumlah properti dalam suatu lokasi/daerah, dapat dilakukan analisis selanjutnya yang meliputi pengukuran tendensi scntral, pengukuran variabilitas, dan pengukuran regresivitas/progresivitas. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dilihat dari jenis data yang digunakan, penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan dengan kategori penelitian dan pengembangan (research and development) yang bersifat longitudinal (multiyeras) dengan data nilai pasar obyek pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Boyolali tahun Laporan kemajuan penenlitian ini adalah tahun pertama dari dua tahun penelitian yang direncanakan. Populasi dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Objek Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah Kota Surakarta. Sampel yang digunakan sebesar 198 data harga pasar yang transaksinya berlangsung mulai 1 Nopember 2013 sampai dengan 28 Februari Metode pengambilan sampel dilakukan sccara acak. Sampel data penelitian didapatkan dari informasi transaksi penawaran bumi dan bangunan agen properti di Kabupaten Boyolali dan dari laporan bulanan PPAT yang terdapat dalam Bank Data Nilai Pasar - Properti (BDNPP) KPP Pratama Surakarta tahun 2013 dan Data yang didapat selanjutnya di masukkan kedalam sofwarc Sistem Informasi Geografis PBB Versi Smart Map 1.2 untuk ditelusur Nilai Jual Obyek Pajak yang dikenakan pada masing obyek. Desain penelitian Model desain penelitian mengacu pada penelitian yang dilakukan Hartoyo (1995) yang menggunakan Assessment Sales Ratio sebagai alat pengukur kinerja penilaian dalam pelaksanaan PBB. 919

7 Desain penelitan tersebut berdasarkan pada Ratio Study yakni A study of a relationship between appraised or assessed value and market value. Indicator of market value may be either sales (sales ratio study) or an independet experts appraisals (appraisal ratio study) of common interest in ratio studies are the level and uniformity of the appraisal of assessment (definisi menurut International Association Of Assessing Officers / IAAO). Dalam PBB, ASR dapat diterapkan untuk menguji kualitas NJOP dalam rangka peningkatan akurasi penentuan NJOP dan kinerja PBB, serta untuk mengukur potensi penerimaan PBB dan keperluan perpajakan lainnya. Teknik Analisis Data Data transaksi jual-beli properti (sales data) diperoleh dari PPAT, notaris PPAT, lurah/kepala desa, masyarakat di lokasi yang bersangkutan, atau pembeli/penjual secara langsung, data-data penawaran melalui iklan agen properti, serta sumber-sumber lain yang relevan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan penyesuaian (adjusment) seperlunya untuk mendapatkan nilai jual yang wajar. Data jual-beli tersebut kemudian dibandingkan dengan NJOPnya (assessment value). Dari basil perbandingan tersebut dapat diperoleh Assessment Sales Ratio (ASR) dari masing-masing properti. Setelah diperoleh ASR pada sejumlah properti dalam suatu lokasi/daerah, dapat dilakukan analisis selanjutnya yang meliputi pengukuran tendensi sentral, pengukuran variabilitas, dan pengukuran regresivitas/progresivitas. Secara matematis, formula penghitungan ASR adalah sebagai berikut: ASR = Si ASR - Assessment Sales Ratio Ai = Assessment Value (nilai yang ditetapkan) Si = Sales Value yang diasumsi sebagai market value (nilai pasar) berupa: Setelah diperoleh ASR pada sejumlah objek pajak, dapat dilakukan dengan analisis selanjutnya 1. Pengukuran Tendensi Sentral Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui apakah NJOP yang ditetapkan sudah pada tingkat yang relatif sama dengan nilai pasarnya. Pengukuran tendensi sentral ini meliputi mean, median, dan weighted mean. a. Mean (rata-rata hitung) ASR mean adalah rata-rata hitung dari suatu observasi (distribusi) ASR, dengan formula sebagai berikut: i-msss m feb Universitas Fakultas Kristen Ekonomika Satya dan Wacana Bisnis

8 ASR 'mean n 2(Ai/Si) i-l n Dimana : n = jumlah observasi Ai = Assessment Value (NJOP) Si = Sales Value (nilai pasar) Median Median merupakan nilai sentral dari sebuah distribusi frekuensi. Nilai ini berhubungan dengan posisi sentral yang dimilikinya dalam sebuah distribusi. Secara teoritis, median membagi seluruh jumlah observasi ke dalam dua bagian yang sama. Jika suatu observasi (distribusi) ASR disusun dari nilai terkecil hingga terbesar, maka median dapat ditentukan sebagai berikut: jika jumlah observasi ganjil, ASRmedian terletak pada Iririr+I) jika jumlah observasi genap, ASR median terletak pada rata- rata dua posisi tengah suatu observasi Wnj. Weighted Mean ASR weighted mean adalah rata-rata hitung tertimbang dari suatu distribusi ASR, dengan formula sebagai berikut: n 'eightedmean n Ai = Assessment Value (NJOP) Si = Sales Value (nilai pasar) IAAO dalam standard on ratio studies (1990) memberikan rekomendasi bahwa tingkat ASR untuk semua objek pajak dalam suatu daerah seharusnya berada dalam ± 10% dari tingkat rasio yang diinginkan. Sehingga tingkat assessment yang masih diterima dalam batas kewajaran yaitu 90% hingga 110%. 921

9 Perbandingan antara ketiga ukuran tendensi sentral seperti di atas dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut, serta dapat memberikan bukti awal bahwa pola tertentu terjadi terhadap sejumlah observasi. Perbandingan tersebut meliputi mean/median dan mean/weighted mean. d. Mean/Median Jika jumlah sampel sekurang-kurangnya 30, aturan umum yang dapat digunakan untuk mengukur dan interpretasi rasio antara mean dan median adalah sebagai berikut: 1) Jika mean/median lebih besar dari 1,10, merupakan indikasi bahwa over assessment lebih serius (lebih mungkin terjadi) dari pada under assessment. 2) Jika mean/median kurang dari 0,95, merupakan indikasi bahwa under assessment lebih serius (lebih mungkin terjadi) daripada over assessment. e. Mean/Weighted Mean Rasio atau perbandingan ini sering disebut "Price-RelatedDifferential (PRD) Jika jumlah sample sekurang-kurangnya 30, aturan umum yang dapat digunakan untuk mengukur dan interpretasi rasio antara mean dan weighted mean adalah sebagai berikut: 2. Pengukuran Variabilitas 1) Jika mean/weighted mean lebih besar dari 1,03, merupakan indikasi bahwa terjadi regresivitas. 2) Jika mean/weighted mean kurang dari 0,98, merupakan indikasi bahwa terjadi progrcsivitas. Diperlukan untuk mengukur kinerja penilaian/penetapan pajak dengan lebih lengkap dan lebih rinci. Hasil dari pengukuran ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keseragaman penetapan pajak, yang mengacu pada pemenuhan keadilan di suatu wilayah, khususnya pemenuhan keadilan terhadap satu properti dengan properti yang lain, yaitu apakah properti yang serupa telah ditentukan nilainya pada tingkat yang relatif sama. Pengukuran variabilitas yang sering digunakan adalah koefisian dispersi (COD) dan koefisien variasi (COV). a. Koefisien Dispersi (Coefficient of Dispersion/COD) COD adalah ukuran keseragaman (uniformity) yang paling sering digunakan dalam studi rasio yang menggunakan dasar nilai median. COD didasarkan pada deviasi absolut rata-rata dan diekspresikan sebagai suatu persentase. Formula untuk menghitung COD adalah sebagai berikut: 922

10 n V I Ai / Si - A/ Smd COD = 100 X ^ A/ Smd n -1 3 rd Economics & Business Research Festival A/Smd = rasio median Ai/Si = rasio setiap properti di dalam suatu sampel/observasi n =jumlah rasio I = deviasi absolut (harga mutlak) Semakin rendah COD, semakin baik penentuan nilainya, yang berarti bahwa properti-properti yang serupa telah ditentukan nilainya pada suatu tingkat yang relatif sama. Aturan umum mengenai tingkat COD adalalah bahwa keseragaman penentuan nilai dapat dikatakan baik jika COD sama dengan atau lebih kecil dari 15%. b. Koefisien Variasi (Coefficient Of Variation/COV) COV adalah ukuran keseragaman kedua yang paling sering digunakan dalam studi rasio yang menggunakan dasar mean. COV didasarkan pada deviasi standar dan diekspresikan juga sebagai suatu persentase. Formula untuk menghitung koefisien variasi adalah sebagai berikut: (Ai/Si - A/Smn ) i=l cov=^x A/ Smn «n -1 A/Smn = rasio mean Ai/Si rasio setiap properti dalam suatu sampel atau observasi n =jumlah rasio Semakin rendah COV, semakin baik penentuan nilainya, yang berarti bahwa properti-properti yang serupa telah ditentukan nilainya pada suatu tingkat yang relatif sama. Seperti halnya aturan umum mengenai COD, bahwa keseragaman penentuan nilai dapat dikatakan baik jika COV sama dengan atau lebih kecil dari 15%. 3. Uji Regresivitas/Progresivitas Digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana pemenuhan keadilan penetapan pajak terhadap kelompok properti bernilai rendah dengan kelompok properti bernilai lebih tinggi. Dengan kata lain, analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah NJOP yang ditetapkan pada feb 923

11 suatu daerah bersifat regresif atau progresif. Dikatakan regresif jika kelompok properti bernilai lebih rendah ditentukan nilainya pada persentase yang lebih tinggi dan kelompok properti bernilai lebih tinggi. Sedangkan dikatakan progresif jika kelompok properti bernilai lebih rendah ditentukan nilainya pada persentase yang lebih rendah dari kelompok properti bernilai lebih tinggi. Untuk mengetahui penetapan NJOP pada suatu daerah bersifat regresif atau progresif, dilakukan analisis dengan menggunakan persamaan gains regresi sederhana sebagai berikut: ASR= bq + lbj x harga jual) a. Menghitung hubungan antara harga jual yang merupakan variabel bebas (independent variable) dengan ASR yang merupakan variabel tidak bebas (dependent variabel). b. Model gains regresi sederhana yang digunakan adalah: ASR= b () + (bj x harga jual) c. Apabilab 0 (intercept) mendekati ASR mean dan bj (slope) mendekati 0, maka ASR bersifat independent (bebas) terhadap harga jual (S). d. Apabila b 0 >AR dan bj < 0 (negatif), maka ASR bersifat dependent (tidak bebas) dan berarti terjadi regresivitas. Sebaliknya jika b 0 <ASR dan b, > 0 (positif), maka ASR bersifat ipenelitianndependent (bebas) dan terjadi progrcsivitas. HASIL YANG DICAPAI Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam pelaksanaannya, pelimpahan pengelolaan BPHTB Kabupaten Boyolali sudah diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Boyolali sejak 1 Januari Sedangkan untuk pelimpahan pengelolaan PBB P2 baru dilaksanakan per 1 Januari Sehingga, terhitung mulai 1 Januari 2013 pengelolaan PBB di Kabupaten Boyolali sudah masih menjadi tanggungjawab DPPKA. Wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari 267 kelurahan yang tersebar di 19 kecamatan dengan rincian sebagai berikut: Penghitungan Assessment Sales Ratio (ASR) dan Pembahasan Nilai pasar tanah per m 2 dari analisis data transaksi digunakan sebagai pembanding terhadap NJOP masing-masing. Scbcsar 61,11% dari observasi sudah memenuhi standar umum yang ditentukan oleh International Association Of Assessing Officers (IAAO, yaitu berada dalam range antara 0,90 dan 1,10 sedangkan 38,89% sisanya belum memenuhi. 924

12 Tabel.l DistribusiFrekuensiASR Range ASR (%) Jumlah Unit FrekuensiRelatif (%) < 10,00 2 1,01% 10,01-30,00 5 2,53% 30,01-50,00 9 4,55% 50,01-70, ,56% 70,01-90, ,17% 90,01-110, ,11% 110,01-130,00 8 4,04% > ,04% Jumlah % 1) Analisis Tingkat AkurasiPenetapan NJOP Bumi Terhadap Nilai Pasar Berdasarkan Analisis Tendensi Sentral di Kabupaten Boyolali a. Mean (rata-rata hitung) n ^G4i/50 i=i n 179, ,9062 ASR mean sebesar 0,9062 berarti dari 198 sampel data transaksi dengan range ASR antara 0,0676 dan 1,7633 mempunyai ASR rata-rata hitung (mean) 0,9062. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penentuan NJOP di Kabupaten Boyolali pada tahun 2014 adalah sebesar 90,62% atau lebih rendah sebesar 9,38% dari nilai pasarnya saat penelitian dilakukan. b. Median Median merupakan nilai sentral dari sebuah distribusi frekuensi. Setelah data ASR diurutkan, median diperoleh dengan: ASRmd 99 n 100 t> = (0, ,9716) / 2 =0,9710 feb 925

13 ASR median sebesar 0,9710 berarti dari 198 sampel data transaksi dengan range ASR antara 0,0676 dan 1,7633 mempunyai ASR nilai tengah (median) 0,9710. Hal ini menunjukkan bahwa jika diambil nilai tengah dari taburan data, maka ketetapan NJOP tahun 2014 lebih rendah 13,90 % dari nilai pasamya saat penelitian dilakukan. Nilai median lebih sedikit terpengaruh oleh adanya rasio yang ekstrim, sehingga IAAO mengamati dalam standar ini bahwa secara umum median lebih dipilih untuk mengukur tendensi sentral dalam memantau kinerja penilaian. c. Weighted Mean n I/' i-1 ASRweighted mean = n I si i-1 = ,2320 0,7603 ASR weighted meansebesar 0,7603 berart idari 198 sampel data transaksi dengan range ASR antara 0,0676 dan 1,7633 mempunyai ASR rata-rata tertimbang 76,03%. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata tertimbang dari taburan data, ketetapan NJOP tahun 2014 lebih rendah 99,83% dari nilai pasar saat penelitian dilakukan. Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan cara membuat perbandingan diantara ketiga ukuran tendensi sentral di atas, yaitu meliputi mean/ median dan mean/ weighted mean. d. Mean/Median ASRmean = ASR.nd 0,9710 0,9333 Rasio yang bisa diterima untuk ukuran ini adalah antara 0,95 dan 1,10. ASR mean/ median dari hasil penghitungan ini adalah sebesar 0,933 yang berarti mean/ median belum sesuai dengan standar International Assosiaton Of Assessing Officers (IAAO). Analisis Tingkat Keseragaman (KeadilanHorisontal) Penetapan NJOP Berdasarkan Pengukuran Variabilitas feb

14 Pengukuran variabilitas meliputi penghitungan COY dan COD. Penghitungan ini didasarkan pada tabel. 5 a. Koefisien Dispersi (Coefficient of Dispersion/COD) COD 100 A/Smd ^ Ai/Si A/SmQ n = COD ,8224 0, adalah bahwa keseragaman penentuan nilai dapat ^ - -7,9420 /,^-r^w igan atau lebih kecil dari 15%. Karena dari basil b. p ar 7, 9420% atau kurang dari 15%, maka hal ini niciigiiiuijs-asijs-an ician icijaui Kuuuakscragainan dalam penentuan tingkat rasio antara NJOP dengan nilai pasarnya, yang berarti properti-properti yang serupa belum ditentukan nilainya pada tingkat yang relatif sama. Dengan kata lain ini menunjukkan belum terpenuhnya asas keadilan horisontal dalam penentuan NJOP di Kabupaten Boyolali. KoefisenVariasi (Coefficient of Varation/COY) cov 100 A/S mn (j4i/5i - A/Smri)' z [= I 71 1 cov 100 0,9062 V 12, baik. J CXXXg, 110,3509 x V 110,3509 x 0, ,9294 X v^xcvxxx o cxxxxcx, xxxtxxvtx XXXX^XVCXI. in nilai (assessment) dapat dikatakan baik 0,0641 %. Karena dari basil penghitungan diatas besar dari 15%, berarti telah terjadi ra NJOP dengan nilai pasarnya. Dengan a belum ditentukan nilainya pada suatu XV W CXVXX X tx il horisontal belum bisa terpenuhi dengan feb 927

15 Analisis Progresivitas/ Regresivitas (Tingkat KeadilanVertikal) Berdasarkan penghitungan Mean/ Weighted Mean Dan Hasil Analisis Regresi Untuk menguji progresivitas/ regresivitas yang mengindikasikan tingkat keadilan vertikal antara lain dengan menggunakan hasil penghitungan mean/ weighted mean dan analisis regresi. a. Mean/ weighted meanatauprice-related Differential (PRD) ASR mean 0,9062 ASRweightedmean 0,7603 1,1919 Tercapainya penilaian yang tidak bias (tidak terjadi progresivitas/ regresivitas) jika mean dan weighted mean besarnya sama. Sehingga mean/ weighted mean nilainya mendekati atau sama dengan 1,00. Standar International Association Of Assessing Officers (IAAO) mengenai PRD ini adalah bahwa suatu penilaian dikatakan tidak terjadi progresivitas/ regresivitas jika PRD berada dalam interval antara 0,98dan 1,03. Dari hasil penghitungan PRD di atas diperoleh mean/ weighted mean sebesar 1,1919 atau lebih besar dari 1,03, yang merupakan indikasi terjadinya regresivitas. Ini berarti bahwa di Kabupaten Boyolali terdapat perbedaan dalam penetapan NJOP terhadap kelompok properti bemilai rendah dengan kelompok properti bemilai lebih tinggi. Kelompok properti bemilai rendah eenderung ditentukan nilainya pada presentase yang lebih tinggi dari kelompok properti bernilai lebih tinggi. b. Uji Progresivitas/ Regresivitas dengan Analisis Regresi Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dengan formula sebagai berikut: ASR = bo + (bi x harga jual), bodan bi ditentukan berdasarkan tabel analisis berikut: Sumber: data yang diolah i- _ n.'zis x AS^-'ZS x ^ASR _ nx25 2 -(25) 2 bl = 198( )-( )( 179,436) 198( )-( ) 2 =

16 = 0, ZASR- OIX 2 S) bo = n bo = (T )*( ) 198 = 13, = 0,0660 Setelah diperoleh nilai bi dan bo, ASR dari hasil regresi dapat dihitung berdasarkan tabel.7. Dari hasil penghitungan diperoleh bahwa bo <ASR dan bi> 0 (negatif), hal ini menunjukkan bahwa ASR bersifat imdependent (bebas) terhadap harga jual (S) dan telah terjadi progresivitas, yang berarti di Kabupaten Boyolali telah terjadi perbedaan tingkat penilaian antara kelompok properti bemilai rendah dengan kelompok properti bernilai lebih tinggi. Kelompok properti bemilai tinggi cenderung ditentukan nilainya pada persentase yang lebih rendah dari pada kelompok properti bernilai lebih rendah. Hasil ini telah sesuai dengan hasil yang diperoleh dari penghitungan PRO, yang juga menunjukkan bahwa di Kabupaten Boyolali telah terjadi regresivitas. Secara umum, dari hasil pengukuran tendensisentral, pengukuran variabilitas, dan uji progresivitas/ regresivitas menunjukkan bahwa penetapan NJOP Surakarta belum memenuhi standar International Associaton Of Assessing Officers (IAAO) sebagaimana dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-01/PJ.6/2002 tanggal 28 Januari 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Analisis Assesment Sales Ratio. Hal ini direkap dalam tabel 8. Tabel.8 HasilAnalisisASR Di Wilayah Kabupaten BoyolaliTerbadap PemenubanStandarlAAO Jeni spenghi tunangan Standar IAAO Hasilpenghitungan di Kota Surakarta Keterangan Mean , V Median V Weighted mean X Mean/median X Mean/weighted mean (PRD) X COD < 15% -7,9420 X COV < 15% 27,9294 X m feb 'wki

17 Keterangan: V = memenuhistandarlaao X = tidakmemenuhistandarlaao KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dan hasil analisis tingkat akurasi penetapan NJOP terhadap nilai pasar berdasarkan basil pengukuran tendensi sentral di Wilayah Kota Surakarta diperoleh nilai mean: 0,9062, median: 0,9710, weighted mean: 0,7603, dan mean/median: 0,7603. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa penetapan NJOP di Boyolai masih berada di bawah nilai pasarnya atau telah terjadi under assessment. Hasil tersebut juga mengindikasikan bahwa penilaian NJOP tersebut belum sesuai dengan amanat undang-undang PBB yang mengatur mengenai dasar penentuan NJOP adalah berdasarkan nilai pasar. Untuk itu perlu dilakukan kebijakan untuk menaikkan NJOP yang dilakukan secara selektif dan bertahapdalam rangka meminimalkan kesenjangan nilai yang terjadi antara NJOP terhadap nilai pasarnya. Dari hasil analisis pemenuhan keadilan horisontal yang tercermin dari tingkat keseragaman rasio antara NJOP dengan nilai pasar berdasarkan hasil pengukuran variabilitas di Wilayah Kota Surakarta diperoleh nilai COD: -7,9420 % dan COV:27,9294 %. Berdasarkan standar umum mengenai COD dan COV, hasil ini mengindikasikan terjadinya ketidakseragaman penentuan tingkat rasio antara NJOP dengan nilai pasarnya, yang berarti properti-properti yang serupa tidak ditentukan nilainya pada tingkat yang relatif sama. Sehingga, hasil ini belum mencerminkan pemenuhan keadilan horisontal atas penentuan rasio NJOP terhadap nilai pasar. Berdasarkan analisis pemenuhan keadilan vertikal antara kelompok objek pajak bernilai rendah dan kelompok objek pajak bernilai tinggi berdasarkan analisis regresi di Wilayah Kota Surakarta digambarkan dari hasil penghitungan mean/weighted mean atau Price-Related Diferential (PRD) serta uji progrcsivitas/rcgrcsivitas menggunakan analisis regresi. Hasil penghitungan PRD sebesar 1,9333 mengindikasikan terjadinya regresivitas. Begitu pula hasil analisis regresi, yaitu b 0 <ASR dan bj > 0, menunjukkan bahwa ASR bersifat independent (bebas) terhadap harga jual dan telah teijadi regresivitas. Dapat disimpulkan bahwa penetapan NJOP di Kabupaten Boyolali belum mencerminkan pemenuhan keadilan vertikal, karena kelompok objek pajak bernilai lebih tinggi ditentukan nilainya pada persentase yang lebih rendah daripada kelompok objek pajak bernilai lebih rendah. Saran 1. Bagi penelitian selanjutnya, untuk memperoleh jumlah data harga pasar wajar dengan dilakukan survei langsung ke lapangan / wajib pajak, sehingga tidak hanya bergantung kepada data estimasi. 2. Analisis Assessment Sales Ratio dapat dilakukan dalam lingkup yang lebih kecil (per kecamatan atau kelurahan) sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan bagi pihak PEMKOT Surakarta akan lebih mudah untuk menindaklanjutinya. 3. Bagi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali sebagai instansi yang mengelola PBB terhitung mulai 1 Januari 2013, untuk meningkatkan kinerja 930

18 penilaian PBB peiiu dilakukan evaluasi secara kontinyu dan bersifat menyeluruh sehingga kualitas NJOP yang dihasilkan mampu melaksanakan amanat undang-undang serta memenuhi asas keadilan. DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 Tentang PBB, Sebagaimana Diubah Dengan Undang-Undang No. 12 Tahun Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tanggal 27 Agustus 2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak NJOP Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bum! dan Bangunan. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-01/PJ.06/2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Analisis Assessment Sales Ratio. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No.SE-09/PJ.06/2003 Tentang Penerapan NJOP Sama Dengan Nilai Pasar. Mardiasmo, Prof., Dr., MBA., Ak. Perpajakan. Yogyakarta: Andi, Suharno, S.H. Pajak Properti di Indonesia: Kajian Teoritis dan Empiris. Jakarta: Direktorat PBB dan BPHTB, Rahman, Abd. Bin HM Noor, et al. Penilaian Harta Tanah. Malang: Program Kerjasama BPLK dan ITM Malaysia, Munawir.Perpajakan.Yogyakarta: Liberty, Hartoyo, SE., MBP. Assessment Sales Ratio Suatu Alat Pengukur Kinerja Penilaian dalam Pelaksanaan PBB. Valuestate Vol.002 Januari laao.standard On Ratio Studies. Chicago Illinois: IAAO, Hayati, Banatul dan Nugroho, SBM. Analisis Nilai Tanah Pada Rumah Mewah dan Potensi Penerimaan Pajak Bunri dan Bangunan di Kota Semarang. Semarang: Dokumentasi EE Undip, Wibowo, Tri. StudiSistenrPenetapanNilaiJualObjekPajak (NJOP) SebagaiDasarPerthitungan PBB dan BPHTB.Makassar: EE UniversitasHasanuddin: Yusuf, Triatmoko. Analisis Assesment Sales Ratio Sebagai Alat Uji Kualitas NJOP Sebagai Dasar Pengenaan PBB Di KPP Pratama Surakarta. EE UNIBA Surakarta: 2012 i-msss m feb Universitas Fakultas Kristen Ekonomika Satya dan Wacana Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang sangat peka terhadap perkembangan. Perkembangan yang cukup pesat pada suatu daerah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Waktu Uang Dalam Manajemen Keuangan Dr. Mamduh M. Hanafi (2008:83) menyatakan bahwa Rp1 juta yang diterima sekarang tentunya lebih bernilai dibanding

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT AKURASI PENETAPAN NJOP BUMI DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

ANALISIS TINGKAT AKURASI PENETAPAN NJOP BUMI DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO ANALISIS TINGKAT AKURASI PENETAPAN NJOP BUMI DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO LEVEL ANALYSIS OF ACCURACY OF THE EART TOVS DETERMINATION AT MAPANGET SUB-DSITRICT OF MANADO CITY Oleh: Menthari Wakas 1 Herman

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT AKURASI PENETAPAN NJOP TANAH TERHADAP NILAI PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO

ANALISIS TINGKAT AKURASI PENETAPAN NJOP TANAH TERHADAP NILAI PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO ANALISIS TINGKAT AKURASI PENETAPAN NJOP TANAH TERHADAP NILAI PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO (STUDI KASUS DI KECAMATAN KELAPA GADING KOTAMADYA JAKARTA UTARA) Novie Amelia Sandra Institut Bisnis

Lebih terperinci

Tri Fajarhayu Kadarisman Hidayat Sri Sulasmiyati

Tri Fajarhayu Kadarisman Hidayat Sri Sulasmiyati ANALISIS TINGKAT AKURASI DINAS PENDAPATAN DAERAH DALAM MENENTUKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO (STUDI KASUS DI KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN NJOP TERHADAP HARGA PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO

ANALISIS PENETAPAN NJOP TERHADAP HARGA PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO EKO-REGIONAL, Vol. 7, No. 2, September 2012 ANALISIS PENETAPAN NJOP TERHADAP HARGA PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO DALAM KAITANNYA DENGAN POTENSI PAJAK BUMI (Studi Kasus Tanah di Selatan) Oleh:

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2012 TENTANG MONOGRAFI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Metode Assessment Sales Ratio Menurut Hartoyo (20013:1) Assessment sales ratio (ASR) adalah rasio atau perbandingan antara nilai yang digunakan untuk penetapan pajak

Lebih terperinci

Paat Elriza, Analisis Tingkat Akurasi Penetapan

Paat Elriza, Analisis Tingkat Akurasi Penetapan TINGKAT AKURASI PENETAPAN NJOP BUMI TERHADAP NILAI PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO TAHUN 2012 oleh: Paat Elriza Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terbagi atas daerah-daerah kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. xiii xv xvi

DAFTAR ISI. Halaman. xiii xv xvi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Kebaruan (Novelty) 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) BUMI PADA PT. CIPUTRA INTERNASIONAL MANADO TAHUN 2015

ANALISIS PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) BUMI PADA PT. CIPUTRA INTERNASIONAL MANADO TAHUN 2015 ANALISIS PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) BUMI PADA PT. CIPUTRA INTERNASIONAL MANADO TAHUN 2015 ANALYSIS DETERMINING OF THE EART TAX OBJECT SELLING VALUE (TOVS) DETERMINATION AT CIPUTRA INTERNATIONAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis terhadap data yang telah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis terhadap data yang telah 35 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan metode penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Data sampel (sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah telah disahkan pada tanggal 15 September 2009 dan mulai berlaku secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah telah disahkan pada tanggal 15 September 2009 dan mulai berlaku secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah disahkan pada tanggal 15 September 2009 dan mulai berlaku secara efektif pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dan tepat untuk diterapkan (Ismail, 2005: 1). Dengan pemberian otonomi secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dan tepat untuk diterapkan (Ismail, 2005: 1). Dengan pemberian otonomi secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Di negara yang memiliki sebaran wilayah kepulauan yang luas dengan keanekaragaman budaya majemuk seperti Indonesia ini, pembagian kewenangan dalam pemerintahan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini begitu banyak pembangunan di wilayah perkotaan atau di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini begitu banyak pembangunan di wilayah perkotaan atau di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak pembangunan di wilayah perkotaan atau di pinggiran kota seiring berkembangnya zaman dan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah

Lebih terperinci

ASSESSMENT SALES RATIO, SUATU ALAT PENGUKUR KINERJA PENETAPAN NPOP (Studi di Desa Ambarketawang, Sleman)

ASSESSMENT SALES RATIO, SUATU ALAT PENGUKUR KINERJA PENETAPAN NPOP (Studi di Desa Ambarketawang, Sleman) ASSESSMENT SALES RATIO, SUATU ALAT PENGUKUR KINERJA PENETAPAN NPOP (Studi di Desa Ambarketawang, Sleman) Asih Retno Dewi 1 Abstract: Performance measurement in determining the Tax Object Acquisition Value

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penerimaan Pajak Bumi dan bangunan (PBB) sangat penting peranannya bagi pembangunan daerah, tetapi harus disadari bahwa pengadministrasian PBB masih merupakan masalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Oleh: Fitri Handayani Sinaga

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Oleh: Fitri Handayani Sinaga SISTEM DAN KLASIFIKASI PENETAPAN NILAI JUAL OBYEK PAJAK (NJOP) DALAM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) MENURUT UU NO. 12/1994 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 150/PMK.03/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. BAB 2 PAJAK RESTORAN: KAJIAN LITERATUR 2.1. Pengertian Pajak Secara umum, pajak diartikan sebagai pungutan dari negara kepada rakyatnya, yang sifatnya memaksa. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menggantikan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Giving NPWP by Employer. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Giving NPWP by Employer. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Tax is one important source of state revenues to finance sustainable development. In finance the government's sustainable development requires huge funds. Therefore, the government in this case

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang utama bagi sebuah negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat dipaksakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang dengan baik. Salah satu sektor industri manufaktur yang cukup baik untuk dicermati adalah

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK ( NJOP ) BUMI TERHADAP NILAI PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO

ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK ( NJOP ) BUMI TERHADAP NILAI PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO Jurnal KBP Volume 1 - No. 3, Desember 2013 ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK ( NJOP ) BUMI TERHADAP NILAI PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri Dengan adanya perkembangan dalam masyarakat, sifat upeti (pemberian) yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

Lebih terperinci

APPRAISAL LEVEL TINGKAT PENETAPAN NJOP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG. Sri Andriani

APPRAISAL LEVEL TINGKAT PENETAPAN NJOP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG. Sri Andriani 1 APPRAISAL LEVEL TINGKAT PENETAPAN NJOP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG Sri Andriani Fakultas Ekonomi,Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Gajayana 50 Malang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN SEBAGAI PAJAK DAERAH DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, banyaknya pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan dan pemekaran daerah yang dilakukan

Lebih terperinci

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM PERAN ADMINISTRASI NOTARIS/PPAT DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN BPHTB TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI STUDI KASUS PADA KANTOR NOTARIS DAN PPAT IS HARIYANTO IMAM SALWAWI, SH JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci

Analisa Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Pajak Bumi terhadap Nilai Pasar dengan Menggunakan Metode Assessment Sales Ratio

Analisa Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Pajak Bumi terhadap Nilai Pasar dengan Menggunakan Metode Assessment Sales Ratio Analisa Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Pajak Bumi terhadap Nilai Pasar dengan Menggunakan Metode Assessment Sales Ratio Rindah Febriana Suryawati 1, Gita Arasy Harwida, Suryadi Jurusan Akutansi,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan baik untuk pembiayaan pemerintah maupun untuk pembangunan, sebagaimana

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2015

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2015 PEMETAAN ZONA NILAI TANAH BERDASARKAN HARGA PASAR UNTUK MENENTUKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK () MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang) Meilina Fika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dapat diartikan sebagai kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan pembiayaan

Lebih terperinci

Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti

Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti Yohanes William Wijaya dan Elisa Tjondro Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah menyejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan

Lebih terperinci

Oleh : HENDRA SURYA PRATAMA NIM F

Oleh : HENDRA SURYA PRATAMA NIM F ANALISIS KESESUAIAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) DENGAN HARGA JUAL TANAH DAN BANGUNAN (STUDI KASUS KELURAHAN MOJOSONGO) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

EVALUASI REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

EVALUASI REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN EVALUASI REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2007-2011 Naskah Publikasi Disusun oleh : ARI WIDIYANTO B 200 080 227 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Optimalisasi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Makassar Utara

Optimalisasi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Makassar Utara Jurnal Office, Vol.3, No.1, 2017 Optimalisasi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Makassar Utara Lina Mariana Politeknik Informatika Nasional Email : linamariana90@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK 15 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK A. Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan usaha yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, aman dan merata yang merupakan bagian dari tujuan luhur Negara Republik

Lebih terperinci

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. 1 Pengertian Pajak (1) Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya keadaan dan kondisi suatu negara, tentunya semakin besar pula pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan oleh negara tersebut. Semakin besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional salah satunya adalah pajak. Penerimaan pajak secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Hidayat (1986) menjelaskan bahwa: Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah suatu Negara, terutama Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya sangat memerlukan dana yang jumlahnya semakin tahun semakin meningkat. Perkembangan

Lebih terperinci

ABSTRACT THE ROLE OF LAND AND BUILDING TAX COLLECTION OF TAX REVENUE IN BANDUNG CITY

ABSTRACT THE ROLE OF LAND AND BUILDING TAX COLLECTION OF TAX REVENUE IN BANDUNG CITY ABSTRACT THE ROLE OF LAND AND BUILDING TAX COLLECTION OF TAX REVENUE IN BANDUNG CITY The title of my research is The Role Collection of Tax Land and Building of Income Tax In Bandung City (Case Study On

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: tax refund, fees for acquisition of land and buildings from sell-buy transaction. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: tax refund, fees for acquisition of land and buildings from sell-buy transaction. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT This research entitled Effect of Transfer of Fees for Acquisition of Land and Building Being Against Local Tax Refund of Fees on Acquisition of Land and Building from Sell-Buy Transaction at Tax

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PASCA UU NO. 28 TAHUN 2009 TENTANG PDRD ( STUDI KASUS KABUPATEN SUKOHARJO)

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PASCA UU NO. 28 TAHUN 2009 TENTANG PDRD ( STUDI KASUS KABUPATEN SUKOHARJO) ISSN 2460-0784 Seminar Nasional dan The 2nd Call for Syariah Paper EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PASCA UU NO. 28 TAHUN 2009 TENTANG PDRD ( STUDI KASUS KABUPATEN SUKOHARJO) Mujiyati,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Earning PerShare, Laba Bersih.

ABSTRAK. Kata kunci: Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Earning PerShare, Laba Bersih. ABSTRAK Penelitian ini berjudul Rasio Keuangan Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Sektor Properti di BEI Pada tahun 2012-2015. Tujuan penelitian ini untuk Memberikan gambaran penelitian mengenai pengaruh

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword : SISMIOP, Building and Land Tax. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keyword : SISMIOP, Building and Land Tax. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT System Information Management of Tax Object (SISMIOP) are system which integration for information process or tax object file and subject of building and land tax (PBB) with computerize, since

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN 1 PENGERTIAN PAJAK (2) Prof. Dr. P.J.A. Adriani: Pajak adalah iuran kepada negara (yg dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKUITAS WAJIB PAJAK BADAN PADA BEBAN PAJAK PENGHASILAN

ANALISIS PENGARUH EKUITAS WAJIB PAJAK BADAN PADA BEBAN PAJAK PENGHASILAN ANALISIS PENGARUH EKUITAS WAJIB PAJAK BADAN PADA BEBAN PAJAK PENGHASILAN Putu Sofyan Hadi 1 Maria M. Ratnasari 2 1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Email: putu.sofyanhadi@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE 2013-2015 FARIDOTUN NIKMAH 13133100010 Jurusan Akuntansi UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume II, No. 1, April 2015, h. 31-40 KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Indonesia sebagai Negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan disegala sektor, tentunya membutuhkan dana yang cukup

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DALAM JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BADUNG

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DALAM JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BADUNG PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DALAM JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BADUNG Oleh A.A. Istri Chintya Paramitha Putu Gede Arya Sumerthayasa I Ketut

Lebih terperinci

KONSTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PAMEKASAN

KONSTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PAMEKASAN KONSTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PAMEKASAN R. Agoes Kamaroellah (Jurusan Ekonomi & Bisnis Islam STAIN Pamekasan, Email: agoeskamaroellah.stain@gmail.com) Abstrak:

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN DEFINISI PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011): BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara memerlukan pembangunan untuk mendukung perekonomiannya baik dalam sarana dan prasarana. Sumber pembiayaan negara salah satunya adalah pajak. Menurut Prof.

Lebih terperinci

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini 1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia email: yogi.wirasatya@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PT GAJAH TUNGGAL DAN PT MULTISTRADA ARAH SARANA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PT GAJAH TUNGGAL DAN PT MULTISTRADA ARAH SARANA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PT GAJAH TUNGGAL DAN PT MULTISTRADA ARAH SARANA Tya Laras Satyastri e-mail : 212201101831@mhs.dinus.ac.id Program Studi Akuntansi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1.Landasan Teori Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak yang didefenisikan oleh Rochmat Soemitro adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan daerah. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan daerah. Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan daerah merupakan satu hal yang penting dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Otonomi daerah yang diberlakukan disetiap daerah menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Diantara sekian

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN PBB PASKA UU PDRD (UU NO 28 TAHUN 2009) ( Studi Kasus Diwilayah Kabupaten Sukoharjo ) NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENERIMAAN PBB PASKA UU PDRD (UU NO 28 TAHUN 2009) ( Studi Kasus Diwilayah Kabupaten Sukoharjo ) NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENERIMAAN PBB PASKA UU PDRD (UU NO 28 TAHUN 2009) ( Studi Kasus Diwilayah Kabupaten Sukoharjo ) NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DELLA KUSUMA PUTRI B200100275 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia memerlukan dana yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat. Perkembangan perekonomian global,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Musgrave dan Musgrave (1991), adalah alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

BAB I PENDAHULUAN. oleh Musgrave dan Musgrave (1991), adalah alokasi, distribusi, dan stabilisasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi utama pemerintah dalam sektor publik, sebagaimana disampaikan oleh Musgrave dan Musgrave (1991), adalah alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi alokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang lebih baik dan maju, untuk itu pemerintah melakukan beberapa perubahan dan pembangunan dalam

Lebih terperinci

Handoko Danik Anggoro. Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27. Kemanggisan/ Palmerah Jakarta Barat 11530,

Handoko Danik Anggoro. Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27. Kemanggisan/ Palmerah Jakarta Barat 11530, PENENTUAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK QUALITY RATING ATAS PERUMAHAN MEWAH ATAU APARTEMEN DI KOTA TANGERANG SELATAN Handoko Danik Anggoro Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat, karena akan selalu ada perubahan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Terlebih karena dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitan ini menggunakan beberapa sumber dari penelitian terdahulu sebagai dasar penelitiannya, penelitian-penelitian yang terdahulu adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Pajak Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan cakupan pajak daerah, retribusi daerah, serta pemberian fleksibilitas bagi

PENDAHULUAN. dan cakupan pajak daerah, retribusi daerah, serta pemberian fleksibilitas bagi PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kewenangan besar kepada daerah untuk memperluas jenis dan cakupan pajak daerah, retribusi

Lebih terperinci

PENGARUH SEMANGAT KERJA PEMILIK DAN PEKERJA TERHADAP KEWIRAUSAHAAN MORO ARTOS DI SALATIGA SKRIPSI

PENGARUH SEMANGAT KERJA PEMILIK DAN PEKERJA TERHADAP KEWIRAUSAHAAN MORO ARTOS DI SALATIGA SKRIPSI PENGARUH SEMANGAT KERJA PEMILIK DAN PEKERJA TERHADAP KEWIRAUSAHAAN MORO ARTOS DI SALATIGA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk melengkapi syarat - syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANGERANG Aulia Fitri Rahdania*, Budi Ispriyarso, F.C. Susila Adiyanta Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan tentang posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1) adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan yang telah dikemukakan oleh pakar yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

RASIO BENCHMARKING SEBAGAI ALAT MENILAI KEWAJARAN KINERJA KEUANGAN DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

RASIO BENCHMARKING SEBAGAI ALAT MENILAI KEWAJARAN KINERJA KEUANGAN DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR RASIO BENCHMARKING SEBAGAI ALAT MENILAI KEWAJARAN KINERJA KEUANGAN DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR OLEH: HARTONO HADISUBROTO 3203011035 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh

Lebih terperinci

EFISIENSI APLIKASI TAX AMNESTY SEBUAH PILIHAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan)

EFISIENSI APLIKASI TAX AMNESTY SEBUAH PILIHAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan) EFISIENSI APLIKASI TAX AMNESTY SEBUAH PILIHAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan tanpa adanya kontraprestasi langsung sehubungan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan. mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan. Oleh: Dila Aprilia Sari

TUGAS AKHIR. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan. mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan. Oleh: Dila Aprilia Sari PENGGALIAN POTENSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DAN PEDESAAN (PBB-P2) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011-2012 TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci