PRODUKTIVITAS, BIAYA DAN EFISIENSI MUAT BONGKAR KAYU DI DUA PERUSAHAAN HTI PULP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKTIVITAS, BIAYA DAN EFISIENSI MUAT BONGKAR KAYU DI DUA PERUSAHAAN HTI PULP"

Transkripsi

1 PRODUKTIVITAS, BIAYA DAN EFISIENSI MUAT BONGKAR KAYU DI DUA PERUSAHAAN HTI PULP (Productivity, Cost and Efficiency of Log Loading-Unloading at Two Companies of HTI Pulp) Oleh/By: Sukadaryati & Sukanda ABSTRACT The research aimed at obtaining information on productivity, cost and efficiency of loading-unloading of several kinds of trucks in pulp-plantation forest. The result showed that productivity and efficiency of log-loading onto truck with 5 containers were higher than those onto truck with 2 containers but the difference of their costs was not significant. The productivity, efficiency and cost of log-loading onto truck with 5 containers were m 3.m/hour; 99.15%; and Rp /m 3, respectively. While productivity and cost of log-loading onto truck of 30 tons capacity were higher and cheaper than those of 10 tons. Productivity, cost and efficiency of log-loading onto truck of 30 tons capacity were m 3.m/hour; Rp /m 3 and 89.88%, respectively. Unloading of truck with 5 containers showed higher productivity and the cost was cheaper than truck with 2 containers. Unloading truck of 30 tons capacity showed higher productivity and the cost was cheaper than truck of 10 tons capacity. The productivity, cost and efficiency of log-unloading from truck with 5 containers were 1432,574 m 3.m/hour; Rp 344,559/m 3 ; 99,17%, respectively. While productivity, cost and efficiency of log-unloading from truck of 30 tons capacity were 1632,567 m 3.m/hour; Rp 208,022/m 3 ; 97,71%, respectively. Nevertheless, truck with 2 containers and truk of 10 tons capacity were still being used for some practical reasons such as high manoeuvrability in the field. The strength and weakness of loading equipment used for loading-unloading activities in the plantation forest should be taken into consideration to expedite better forest management. Keywords : Plantation forest, loading-unloading, productivity, cost and efficiency 1

2 ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi produktivitas, biaya dan tingkat efisiensi pemuatan dan pembongkaran kayu ke atas berbagai jenis truk di HTI pulp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa truk yang terdiri dari 5 stik menghasilkan produktivitas dan efisiensi pemuatan kayu yang lebih tinggi dengan biaya yang dikeluarkan tidak berbeda dengan truk yang terdiri dari 2 stik. Produktivitas, efisiensi dan biaya pemuatan truk yang terdiri dari 5 stik masingmasing sebesar 540,014 m 3.m/jam; 99,15% dan Rp 786,079/m 3. Di sisi lain, penggunaan truk berkapasitas 30 ton menghasilkan produktivitas pemuatan yang lebih tinggi dan biaya lebih murah dengan tingkat efisiensi yang tidak berbeda dengan truk berkapasitas 10 ton. Produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan truk berkapasitas 30 ton masing-masing sebesar 301,817 m 3.m/jam; Rp 112,569/m 3 dan 89,88%. Penggunaan truk yang terdiri dari 5 stik dan truk yang berkapasitas 30 ton masing-masing menghasilkan produktivitas pembongkaran kayu yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan truk yang terdiri dari 2 stik dan truk berkapasitas 10 ton. Produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran truk yang terdiri dari 5 stik, masing-masing sebesar 1432,574 m 3.m/jam; Rp 344,559/m 3 dan 99,17%. Sementara itu produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran truk berkapasitas 30 ton masing-masing sebesar 1632,567 m 3.m/jam; Rp 208,022/m 3 dan 97,71%. Namun demikian, penggunaan truk yang terdiri dari 2 stik dan truk berkapasitas 10 ton tersebut masih dijumpai dalam kegiatan muat bongkar kayu dengan beberapa pertimbangan/alasan terutama karena truk-truk tersebut lebih lincah dioperasikan di lapangan. Kelebihan dan kelemahan yang ditimbulkan akibat penggunaan alat mekanis muat bongkar di HTI hendaknya bisa dijadikan acuan agar pengelolaan hutan dapat dilakukan dengan bijaksana. Kata kunci : HTI, muat-bongkar, produktivitas, biaya dan efisiensi 2

3 I. PENDAHULUAN Muat bongkar adalah kegiatan menaikkan/memuat kayu ke atas alat angkut dan menurunkan/membongkarnya di tempat tujuan. Kegiatan memuat kayu ke atas truk merupakan kegiatan awal sebelum proses pengangkutan kayu dilakukan, sedang kegiatan membongkar kayu dilakukan setelah muatan kayu sampai di tempat pengolahan kayu lebih lanjut atau di tempat pengumpulan kayu (TPK). Kegiatan memuat kayu harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari atau mengurangi kerusakan kayu yang mungkin timbul di tempat pengumpulan kayu sementara di hutan, seperti terserang jamur atau serangga perusak kayu yang sangat merugikan karena akan menurunkan kualitas kayu sebelum diolah. Kegiatan muat bongkar untuk sortimen kayu yang panjang dan besar akan lebih praktis dan efisien bila menggunakan tenaga mesin seperti loader atau crane. Muat bongkar dengan tenaga mesin sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu alat muat bongkar yang menyatu dengan alat angkut (biasanya dilengkapi derek) dan alat muat bongkar yang terpisah dari alat angkut. Kegiatan memuat dan membongkar kayu dapat dilakukan secara manual/dengan tenaga manusia atau dengan alat mekanis. Hal ini tergantung dari volume kayu yang dimuat dan keadaan lapangan. Menurut Brown (1958), alat muat bongkar yang digunakan mempunyai syarat: harus kuat dan ulet agar dapat menghadapi beban bahaya; mempunyai konstruksi kuat supaya dapat dioperasikan oleh tenaga yang kurang terampil; tidak mudah terbakar; dan sederhana serta mudah dioperasikan. Penggunaan alat mekanis tentu saja menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan cara manual. Besar kecilnya produktivitas alat yang dihasilkan akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut menurut Juta (1954), dalam analisis biaya muat bongkar, waktu merupakan unsur paling tepat digunakan sebagai kriteria, di mana kondisi alat juga ikut mempengaruhi biaya. Alat yang sudah tua dan dalam kondisi yang tidak baik/jelek, misalnya, dapat menyebabkan biaya 3

4 pemeliharaan tinggi, sehingga berdampak pada biaya pengoperasian keseluruhan menjadi tinggi juga. Penggunaan alat-alat mekanis dengan berbagai tipe dan variasi merk sudah sejak lama dan banyak digunakan di lapangan. Menurut Tinambunan (1981), kemampuan efektif alat muat jenis Komatsu D75S untuk memuat kayu yang berasal dari hutan alam ke truk bervariasi antara m 3.m/menit, sedang untuk memuat kayu ke truk gandengan bervariasi antara m 3.m/menit. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa produktivitas pemuatan kayu rata-rata dengan traktor pemuat berban karet sebesar 12,82 m 3.m/menit, sedang produktivitas bongkar kayu dengan alat tersebut sebesar 73,73 m 3.m/menit dan biaya rata-rata pemuatan kayu di hutan tanaman dengan alat tersebut sebesar Rp / m 3 (Anonim, 2001). Dulsalam & Suzanto (1997) memberi gambaran bahwa efisiensi pemuatan kayu di hutan alam dengan menggunakan alat muat bongkar merk Caterpilar 996D sebesar 81,08% sedang efisiensi bongkar dengan alat yang sama sebesar 56,04% Menurut Brown (1958), ukuran dan berat kayu merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemungutan hutan. Lebih lanjut Rowan (1974) menyatakan bahwa ukuran kayu yang lebih besar, biaya per m 3 yang rendah dan nilai kayu yang tinggi merupakan faktor yang menyebabkan kegiatan pemungutan kayu menjadi lebih ekonomis. Berikut ini disajikan gambaran biaya muat bongkar kayu menggunakan alat mekanis di hutan alam. Biaya muat kayu menggunakan alat mekanis di hutan alam seperti Skagit Crane Loader 999; Whell Loader Cat 980B; dan Traxavator Cat 977K masing - masing sebesar Rp /m 3 ; Rp 8.165/m 3 dan Rp /m 3. Sementara itu biaya bongkar kayu dengan menggunakan alat Wheel Loader Cat 988; Caterpillar D7F dan Wheel Loader Cat 966C berturut-turut sebesar Rp 4.095/m 3 ; Rp 4.600/m 3 dan Rp /m 3 (Sastrodimedjo, et.al, 1977). Menurut Sianturi dan Tinambunan (1984), biaya muat kayu di hutan alam menggunakan truk Bed Ford Canada; truk Berliet dan Kimko IH; truk Isuzu dan Kimko IH; truk Berliet dan Caterpillar 966D masing-masing sebesar Rp 1.190/m 3 ; Rp 3.380/m 3 ; Rp 4.335/m 3 dan Rp 2.615/m 3. Biaya yang dikeluarkan masing-masing alat berat sudah dikonversi berdasar nilai US$ 1 = Rp Rp 9.200,00 dan nilai hasil konversi dibulatkan ke atas.. Kegiatan muat bongkar yang dilakukan di hutan tanaman tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan di hutan alam. Sistem tebang habis dan dimensi kayu yang berbeda antara hutan alam dan hutan tanaman menjadi pertimbangan utama dalam menentukan teknik muat bongkar kayu yang efektif dan efisien. Penggunaan peralatan 4

5 dan cara yang tidak tepat akan mempengaruhi efektivitas kerja, produktivitas, biaya serta gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Sampai saat ini efisiensi dan biaya muat bongkar di hutan tanaman belum terukur secara rinci. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian efisiensi muat bongkar kayu di hutan tanaman agar praktek yang kurang efisien dapat diperbaiki. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan muat bongkar kayu di hutan tanaman dalam rangka peningkatan efisiensi pemanenan kayu menuju pengelolaan hutan yang berkelanjutan. II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT Musi Hutan Persada (MHP) di Provinsi Sumatera Selatan dan PT Wira Karya Sakti (WKS) di Provinsi Jambi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni tahun Pengumpulan data muat bongkar kayu di PT MHP dilakukan di Compartement 87d Blok Sodong Selatan, Unit V Sodong, Wilayah I Subanjeriji; sedang di PT WKS dilakukan di desa Tebing Tinggi, kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjungjabung Barat. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah : solar, minyak pelumas, aki 100 A, cat, kuas, alat muat bongkar, truk angkutan, rantai, penjepit (klem), pita meter, klinometer, stopwatch, alat tulis, komputer dan meteran. C. Prosedur Kerja 1. Pengumpulan data primer a. Menentukan lokasi penelitian secara purposif didasarkan pada kemudahan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Mengamati muat bongkar kayu yang sedang berlangsung dengan alat muat bongkar kayu yang digunakan di perusahaan tersebut. c. Setiap pengamatan muat bongkar perlu dicatat jarak muat bongkar (m), waktu kerja muat bongkar (menit), diameter (cm) dan panjang (m) kayu yang dimuat/dibongkar. Diameter dan panjang kayu yang dimuat/dibongkar diukur dengan meteran. d. Waktu kerja muat bongkar dan pengangkutan diukur dengan alat pengukur waktu (stopwatch). 5

6 e. Setiap waktu pengamatan dicatat waktu yang terbuang akibat gangguan alat muat bongkar. 2. Pengumpulan data sekunder a. Studi pustaka : mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan muat bongkar kayu dengan berbagai jenis alat. b. Mencatat produksi kayu tahunan. c. Mencatat realisasi produksi kayu tahunan. d. Mencatat kondisi umum areal hutan tanaman yang diperoleh dari arsip perusahaan. e. Mencatat tarif upah muat bongkar kayu yang berlaku di perusahaan tersebut. f. Mencatat industri kayu yang dimiliki. g. Mencatat harga dan spesifikasi peralatan muat bongkar kayu yang dipergunakan. D. Analisis Data Data hasil pengamatan di lapangan yang dikumpulkan sangat tergantung pada keadaan dan kondisi tempat penelitian. Variasi alat muat bongkar kayu baik jumlah maupun jenisnya disesuaikan dengan alat yang tersedia dan sedang dioperasikan di perusahaan. Data yang telah dikumpulkan dipakai sebagai dasar perhitungan untuk menentukan rata-rata (mean). Nilai rata-rata yang diperoleh kemudian dianalisis dan dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan dan sasaran. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Produktivitas alat muat bongkar dihitung dengan rumus: Vm x Jm Pm =. (1) Wm di mana : Pm = Produktivitas alat muat bongkar (m 3.m/jam); Vm = jumlah volume kayu yang dimuat bongkar per rit (m 3 ); Jm = jarak muat; W = Waktu muat/bongkar kayu (jam) 6

7 2. Volume kayu yang dimuat bongkar dan diangkut dihitung dengan rumus : V = 1/4 π D 2 x L...(2) di mana : V = Volume kayu (m 3 ); D = Diameter rata-rata (pangkal dan ujung) kayu (m); L= Panjang kayu (m) 3. Efisiensi muat/bongkar : We E = x 100% (3) Wt di mana : E = Efisiensi (%); We = Waktu efektif (menit atau jam); Wt = Waktu total (menit atau jam) Biaya yang dihitung dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya penyusutan, biaya asuransi, bunga dan pajak, sedang biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar, pelumas, perawatan dan perbaikan, suku cadang dan tenaga kerja. Biaya penyusutan dan biaya perawatan alat dihitung berdasarkan Weckerman (1949). Biaya bunga modal, pajak, asuransi, bahan bakar, oli dan pelumas serta upah operator dihitung berdasarkan FAO (1992). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kegiatan Muat Bongkar Kayu Kegiatan memuat kayu ke atas truk dilakukan setelah kayu dikumpulkan di tepi petak tebang dekat dengan jalan angkut. Pengumpulan kayu di tepi petak tebang ini dilakukan dengan alat mekanis,yaitu berupa Timberjack 610 dan Timberjack Tujuan pengumpulan kayu di tepi petak tebang tersebut untuk memudahkan kegiatan memuat kayu. Jenis kayu yang dimuat adalah kayu akasia (Acacia mangium) yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp (bubur kayu). Di PT MHP, kayu akasia yang dipanen berumur kurang lebih 6 tahun (tahun tanam 2000) dengan diameter antara 8 60 cm sedang di PT WKS, kayu akasia yang dipanen berumur 4 tahun (tahun tanam 2002) dengan diameter antara 8 45 cm. 7

8 Alat muat yang digunakan di PT MHP berupa Loader merk Hitachi H3195 dan merk Komatsu, hanya saja pada saat penelitian berlangsung, alat muat yang digunakan hanya Hitachi H3195. di PT WKS, alat muat yang digunakan merk Hitachi 210, Cat 200 dan Komatsu 20. Alat muat ini dilengkapi dengan alat pencengkeram kayu yang mampu mencengkeram kayu sebanyak kurang lebih 20 batang sekali pengambilan. Di PT MHP, truk yang dimuati kayu mempunyai 2 (dua) jenis, yaitu truk merk Mercedes Benz yang mempunyai gandengan 2 buah (dikenal dengan istilah 2 stik) dan truk merk Volvo yang mempunyai gandengan 5 buah (5 stik). Truk yang terdiri dari 2 stick, masing-masing stik mempunyai ukuran lebar 280 m dan tinggi 210 m, sedang yang terdiri dari 5 stik, masing-masing stik berukuran lebar 220 m dan tinggi 230 m. Pemuatan kayu menggunakan alat loader Hitachi H3195 ke atas truk yang terdiri dari 2 stik dan 5 stik masing-masing memerlukan pengambilan sebanyak kali dan kali. Jika 1 kali pengambilan ada 20 batang kayu, maka kapasitas muatan truk 2 stik dan 5 stik masing-masing sebanyak dan batang kayu. Di PT WKS, truk yang digunakan untuk mengangkut kayu terdiri dari 2 jenis, yaitu truk berkapasitas 10 ton dan truk berkapasitas 30 ton. Truk berkapasitas 10 ton biasanya bermerk Mitsubishi PS135 dan Mitsubishi PS120, sedang truk yang berkapasitas 30 ton biasanya bermerk Nissan, Hino, Isuzu, Renault dan Mitsubishi PS260. Pada saat pengumpulan data dilakukan, truk yang digunakan untuk mengangkut kayu di PT WKS adalah merk Mitsubishi PS120, Hino PS260, Mitsubishi PS220 dan PS260. Di PT MHP setelah kayu sampai di tempat pengolahan kayu yaitu di PT Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper (PT TEL) di Niru, muatan di dalam truk dibongkar dengan alat bongkar merk Volvo L 180C. Alat yang digunakan di PT MHP tersebut mempunyai kemampuan/kapasitas pengambilan kayu lebih besar daripada alat muat kayu yang digunakannya. Bila alat muat kayu hanya mampu mengambil 20 batang kayu sekali ambil, maka alat bongkar merk Volvo tersebut mampu mengambil hingga 60 batang (3 kali lipat) kayu sekali ambil. Dengan demikian waktu yang digunakan untuk membongkar kayu lebih pendek dibanding memuat kayu. Di PT WKS, kayu yang sudah sampai di tempat pengolahan lanjutan yaitu di PT Lontar Papyrus di Tebing Tinggi, dibongkar dengan alat bongkar merk Komatsu 8

9 dengan nomor seri Nomor seri yang mengikuti merk Komatsu menunjukkan kemampuan alat dalam membongkar kayu. B. Produktivitas, Biaya dan Efisiensi Muat Kayu Data muat bongkar yang sudah dikumpulkan di lapangan kemudian di rekapitulasi untuk menentukan produktivitas alat muat yang digunakan di PT MHP dan PT WKS. Rangkuman data volume kayu, waktu pemuatan kayu, produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan kayu di PT MHP dan PT WKS masing-masing seperti dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Data kegiatan pemuatan kayu di PT MHP Table 1.Data of log loading in PT MHP No Uraian (Items) 1. Volume kayu (Log volume) 2. Waktu pemuatan (Loading time) 3. Produktivitas pemuatan (Loading productivity) 4. Biaya pemuatan (Loading cost) 5. Efisiensi pemuatan (Loading efficiency) Satuan (Unit) Kisaran (Range) m 3 /rit 15,75 (m 3 /trip) 35,75 jam 0,186 (hours) 0,419 m 3.m/jam 461,887 (m 3.m/hour) 605,494 Rp/m 3 637, ,298 % 98,24 99,24 Rata-rata SD CV (Mean) (%) 28,59 9,06 31,68 0,325 0,09 29,08 523, ,43 16,83 737,94 49,88 0,07 98,18 0,39 0,39 Keterangan (Remarks) : SD = Simpangan baku (Standard deviation); CV = Koefisien keragaman (Coefficient of variation); jumlah pengamatan (number of replicates) = 26 Tabel 2. Data kegiatan pemuatan kayu di PT WKS Table 2.Data of log loading in PT WKS 9

10 No Uraian (Items) 1. Volume kayu (Log volume) 2. Waktu pemuatan (Loading time) 3. Produktivitas pemuatan (Loading Productivity) 4. Biaya pemuatan (Loading cost) 5. Efisiensi pemuatan (Loading efficiency) Ratarata SD Satuan Kisaran CV (Unit) (Range) (%) (Mean) m 3 /rit 7,692 22,554 10,5 46,52 (m 3 /trip) 30,791 jam 0,699 1,028 0,826 0,10 15,26 (hours) m 3.m/jam 54, , ,70 52,67 (m 3.m/hour) 316,978 Rp/m , , ,6 0, ,780 8 % 89,35 90,68 1,19 1,31 92,50 Keterangan (Remarks) : SD = Simpangan baku (Standard deviation); CV = Koefisien keragaman (Coefficient of variation); jumlah pengamatan (number of replicates) = 21 Waktu memuat kayu seperti tertulis dalam Tabel 1 dan Tabel 2 tersebut merupakan waktu keseluruhan yang digunakan alat muat untuk mengambil kayu dan meletakkannya ke atas truk angkut hingga truk angkut terisi penuh sesuai kapasitasnya. Dalam perhitungannya lebih lanjut, waktu ini disebut sebagai waktu efektif memuat kayu. Sementara itu waktu yang digunakan untuk bergerak mendatangi kayu, mengambil kayu yang jatuh saat dimuat dan memuatnya kembali dicatat tersendiri sebagai waktu lain-lain. Dalam penelitian ini waktu lain-lain yang digunakan dalam kegiatan memuat kayu rata-rata sebesar 12 detik (di PT MHP) dan 300 detik (di PT WKS). Pada akhirnya nanti waktu efektif dan waktu lain-lain ini yang akan mempengaruhi besarnya efisiensi muat kayu. Rata-rata produktivitas pemuatan kayu di PT MHP dan PT WKS masingmasing sebesar 523,452 m 3.m/jam (Tabel 1) dan 221,521m 3.m/jam (Tabel 2). Data volume kayu yang dimuat, waktu yang diperlukan untuk memuat kayu, biaya dan efisiensi pemuatan kayu di PT MHP dan WKS selengkapnya masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. 10

11 Untuk mengetahui pengaruh kapasitas truk yang dimuati kayu terhadap produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan kayu dilakukan analisis varian (Anova) dengan hasil seperti tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3. Analisis varian produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan kayu Table 3. Analysis of variance on productivity, cost and efficiency of log loading Sumber variasi (Source of variation) Jenis truk (Kind of truck) Produktivitas Efisiensi Biaya (Cost) Db (Productivity) (Efficiency) Fhit Pr Fhit Pr Fhit Pr 3 206,28* 0, ,37* 0, ,48* 0,0001 Galat (Error) Keterangan (Remarks): Db=Derajat bebas (Degree of freedom); Fhit=F hitung (F calculated); Pr =Probabilitas (Probability); *= beda nyata (Significant) Berdasar Tabel 3 dapat dilihat bahwa jenis truk yang digunakan dalam kegiatan pemuatan kayu berpengaruh nyata terhadap produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan kayu. Guna mengetahui pengaruh jenis truk secara lebih lanjut dilakukan uji Tukey HSD dengan hasil seperti dalam Tabel 4. Tabel 4. Uji HSD produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan kayu Table 4.HSD test of productivity, cost, and efficiency of log loading Jenis truk (Kind of truck) Produktivitas Efisiensi Biaya (Cost) (productivity) (Efficiency) 2 stik (2 trailer) 492,168 a 786,079 c 98,360 b 5 stik (5 trailer) 540,135 b 717,481 c 99,150 a 10 ton 60,929 c 5584,806 a 92,291 c 30 ton 301,817 d 1122,568 b 89,876 d Keterangan (Remarks) : Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata (The value that be followed by different letter means significant) Berdasar Tabel 4 dapat dilihat bahwa produktivitas dan efisiensi truk yang terdiri dari 2 stik berbeda nyata dengan truk yang terdiri dari 5 stik, di mana truk yang terdiri dari 5 stik mempunyai produktivitas dan efisiensi pemuatan kayu yang lebih tinggi dibanding truk yang terdiri dari 2 stik. Di sisi lain biaya pemuatan kayu yang 11

12 dikeluarkan oleh truk yang terdiri dari 2 stik tidak berbeda dengan yang 5 stik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan truk yang terdiri dari 5 stik untuk pemuatan kayu disarankan digunakan di PT MHP karena produktivitas dan efisiensinya lebih tinggi. Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan truk yang terdiri dari 2 stik di PT MHP masih dimungkinkan karena beberapa pertimbangan, yaitu: 1. Truk yang terdiri dari 2 stik lebih mudah dan lincah dioperasikan di jalan hutan yang kondisi jalannya banyak tanjakan dan tikungan. 2. Truk yang terdiri dari 2 stik merupakan milik perusahaan sedang yang 5 stik merupakan truk sewaan, di mana truk sewaan tersebut biasanya jumlahnya terbatas dan biaya sewa tidak murah; selain itu dengan pertimbangan pemberdayaan alat milik perusahaan sendiri sehingga truk yang terdiri dari 2 stik masih digunakan di lapangan. 3. Truk yang terdiri dari 5 stik pada umumnya melewati jalan yang sudah dipersiapkan, berada di dalam hutan (jalan logging truck) dan tidak diperbolahkan melewati jalan umum milik negara karena harus memenuhi persyaratan maksimal kapasitas muatan, sedang truk yang terdiri dari 2 stik masih memenuhi syarat melewati jalan umum. Hal ini berhubungan dengan jarak angkutan (jauh-dekat) dari dalam hutan ke tempat pengolahan kayu lebih lanjut. Berbeda dengan PT MHP, di PT WKS truk yang berkapasitas 30 ton menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan biaya pemuatan lebih rendah dibandingkan truk berkapasitas 10 ton (lihat Tabel 4). Namun demikian efisiensi truk yang berkapasitas 10 ton lebih tinggi dibandingkan yang 30 ton. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa waktu pemuatan kayu ke atas truk berkapasitas 30 ton banyak digunakan untuk mengatur tumpukan kayu yang dimuat agar rapi dan teratur sehingga tidak mudah jatuh saat diangkut, selain itu juga untuk memudahkan proses pembongkaran. Dengan demikian total waktu yang digunakan untuk memuat kayu ke atas truk berkapasitas 30 ton lebih lama dibandingkan yang 10 ton. Penggunaan waktu pemuatan kayu ke atas truk tersebut berhubungan erat dengan kemampuan operator alat muat, sehingga penggunaan waktu pemuatan yang efisien sebenarnya dapat dicapai dengan jalan meningkatkan kemampuan dan pengalaman operator alat. Berdasarkan hasil analisis statistik seperti tercantum dalam Tabel 4 tersebut dapat dikatakan pula bahwa penggunaan truk berkapasitas 30 ton di PT WKS lebih 12

13 menguntungkan dengan pertimbangan produktivitas pemuatan lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah dibandingkan truk berkapasitas 10 ton. Namun demikian karena adanya beberapa alasan seperti tersebut di atas (di PT MHP), penggunaan truk berkapasitas 10 ton masih dimungkinkan. C. Produktivitas, Biaya dan Efisiensi Bongkar Kayu Berbeda dengan kegiatan memuat kayu ke atas truk, kegiatan membongkar kayu di tempat pengolahan kayu memerlukan waktu efektif yang lebih pendek, karena kegiatan ini relatif lebih mudah dan cepat. Sementara itu kegiatan memuat kayu ke atas truk memerlukan waktu efektif yang lebih lama karena waktu ini diperlukan untuk mengatur kayu agar rapi sehingga aman saat diangkut terutama pada waktu melewati tikungan maupun tanjakan dan turunan. Berikut disajikan data kegiatan membongkar kayu di PT MHP dan PT WKS, masing-masing dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Data kegiatan bongkar kayu di PT MHP Table 5. Data of log unloading in PT MHP No Uraian (Items) 1. Volume kayu (Log volume) 2. Waktu bongkar (Unloading time) 3. Produktivitas bongkar (Unloading productivity) 4. Biaya bongkar (Unloading cost) Satuan (Unit) Kisaran (Range) m 3 /rit 15,75 (m 3 /trip) 35,75 jam 0,100 (hours) 0,183 m 3.m/jam 1130,824 (m 3.m/hour) 2079,000 Rp/m 3 246, ,066 Ratarata SD CV (%) (Mean) 28,59 9,06 31,68 0,194 0,06 33, ,99 134,00 27,41 350,053 49,83 0,14 13

14 5. Efisiensi bongkar (Unloading efficiency) % 98,09 99,32 98,27 0,445 0,45 Keterangan (Remarks) : SD = Simpangan baku (Standard deviation); CV = Koefisien keragaman (Coefficient of variation); jumlah pengamatan (number of replicates) = 26 Tabel 6. Data kegiatan bongkar kayu di PT WKS Table 6. Data of log unloading in PT WKS No Uraian (Items) 1. Volume kayu (Log volume) 2. Waktu bongkar (Unloading time) 3. Produktivitas bongkar (Unloading Productivity) 4. Biaya bongkar (Unloading cost) 5. Efisiensi bongkar (Unloading efficiency) Satuan (Unit) Kisaran (Range) m 3 /rit 7,692 (m 3 /trip) 30,791 jam 0,167 (hours) 0,193 m 3.m/jam 411,908 (m 3.m/hour) 1811,507 Rp/m 3 186, ,725 % 97,48 98,81 Ratarata SD CV (%) (Mean) 22,554 10,500 46,52 0,182 0,01 4,46 373, ,80 46,47 352,09 263,80 0,75 98,07 0,54 0,55 Keterangan (Remarks) : SD = Simpangan baku (Standard deviation); CV = Koefisien keragaman (Coefficient of variation); jumlah pengamatan (number of replicates) = 21 Di PT MHP alat bongkar kayu yang digunakan (Volvo L 180C) mempunyai kekuatan/kapasitas pengambilan kayu yang lebih besar dibanding alat muat kayu, 14

15 yaitu dengan perbandingan 3:1, maksudnya untuk sekali ambil, alat bongkar kayu mampu mengambil kayu sejumlah 60 batang sedang alat muat kayu mampu mengambil 20 batang kayu saja. Produktivitas pembongkaran kayu di PT MHP berkisar antara 1130, ,000 m 3.m/jam dengan rata-rata 1404,992 m 3.m/jam (Tabel 5), sedang di PT WKS, bervariasi antara 411, ,507 m 3.m/jam dengan rata-rata 1239,195 m 3.m/jam (Tabel 6). Data volume kayu yang dibongkar, waktu pembongkaran, biaya dan efisiensi pembongkaran kayu di PT MHP dan PT WKS selengkapnya masing-masing dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Untuk mengetahui pengaruh kapasitas truk terhadap produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran kayu dilakukan analisis varian (Anova) dengan hasil seperti tercantum dalam Tabel 7. Tabel 7. Analisis varian produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran kayu Table 7. Analysis of variance on productivity, cost and efficiency of log unloading Sumber variasi (Source of variation) Jenis truk (Kind of truck) Produktivitas Efisiensi Biaya (Cost) Db (Productivity) (Efficiency) Fhit Pr Fhit Pr Fhit Pr 3 65,86* 0, ,79* 0,0001 2,04* 0,1229 Galat (Error) Keterangan (Remarks): Db=Derajat bebas (Degree of freedom); Fhit=F hitung (F calculated); Pr =Probabilitas (Probability); *= beda nyata (Significant) Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jenis truk yang digunakan dalam kegiatan pembongkaran kayu berpengaruh nyata terhadap produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan kayu. Guna mengetahui pengaruh jenis truk secara lebih lanjut dilakukan uji Tukey HSD dengan hasil seperti dalam Tabel 8. Tabel 8. Uji HSD produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran kayu Table 8. HSD test of productivity, cost, and efficiency of log un-loading Jenis truk (Kind of truck) Produktivitas Biaya (Cost) Efisiensi 15

16 (productivity) (Efficiency) 2 stik (2 trailer) 452,406d 750,876a 98,771a 5 stik (5 trailer) 1632,567a 208,022c 97,718a 10 ton (10 tons) 1352,892c 360,428b 95,0844a 30 ton (10 tons) 1432,574b 344,559b 99,165a Keterangan (Remarks) : Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata (The value that be followed by different character means significant) Berdasarkan Tabel 8, jenis truk yang digunakan di PT MHP, yaitu truk yang terdiri dari 5 stik menghasilkan produktivitas dan biaya pembongkaran kayu yang berbeda nyata dengan truk yang terdiri dari 2 stik. Hal yang sama juga terjadi di PT WKS, di mana truk yang berkapasitas 30 ton berbeda nyata dengan 10 ton. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan truk yang berkapasitas lebih besar (5 stik dan 30 ton) akan menghasilkan produktivitas pembongkaran yang lebih besar dengan biaya lebih kecil. Namun demikian penggunaan truk dengan berbagai jenis tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi pembongkaran kayu. Dengan kata lain, penggunaan truk yang terdiri dari 5 stik menghasilkan efisiensi pembongkaran kayu yang tidak berbeda dengan 2 stik. Demikian juga penggunaan truk yang berkapasitas 30 ton menghasilkan efisiensi yang tidak berbeda dengan 10 ton. Sebaiknya penggunaan truk yang terdiri dari 5 stik di PT MHP dan truk yang berkapasitas 30 ton lebih disarankan dalam kegiatan pembongkaran kayu karena menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Namun demikian pengoperasian truk yang terdiri dari 2 stik di PT MHP atau truk yang berkapasitas 10 ton di PT WKS masih ditemui di lapangan dengan pertimbangan seperti tercantum dalam halaman 13. D. Kekurangan dan Kelebihan Penggunaan Alat Muat Bongkar Mekanis Kegiatan muat bongkar kayu yang menggunakan alat-alat mekanis seperti loader dan alat bongkar mekanis lainnya yang digunakan di PT MHP di Sumatera Selatan maupun PT WKS di Jambi sedikit banyak menyebabkan keterbukaan lahan dan pemadatan tanah. Namun demikian besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan sangat tergantung pada banyak sedikitnya gerakan-gerakan alat tersebut, misalnya untuk berpindah tempat atau untuk mengambil kayu yang cukup jauh jangkauannya. Semakin banyak dan sering gerakan tersebut dilakukan akan menimbulkan keterbukaan lahan dan pemadatan tanah yang cukup besar juga. Akibatnya aliran air 16

17 hujan tidak ada yang menahan sehingga memungkinkan terjadinya erosi, selain itu juga akan menyebabkan berkurangnya porositas tanah sehingga pertumbuhan tanaman baru akan terganggu karena pertumbuhan akar tanaman terhambat. Keadaan ini semakin tidak mendukung atau buruk manakala alat mekanis dioperasikan di daerah yang kondisi topogafinya tidak datar (bergelombang atau berbukit-bukit) atau di daerah yang tanahnya kurang stabil. Dengan demikian dalam persiapan lahan penanaman untuk daur tanam berikutnya, lahan dengan keadaan tersebut memerlukan pengolahan yang intensif agar tanaman yang ditanaman dapat tumbuh dengan baik. Kekurangan penggunaan alat mekanis yang lainnya adalah tidak semua alat mekanis dapat digunakan pada semua kondisi tanah atau alat mekanis tertentu memerlukan persyaratan kondisi tanah tertentu juga. Dengan demikian tidak semua alat mekanis dapat beroperasi pada kondisi tanah yang becek dan basah atau berlumpur atau sebaliknya alat mekanis tidak dapat beroperasi pada kondisi tanah yang terlalu keras dan terjal. Hal ini berhubungan dengan gerakan alat yang menjadi lebih lambat atau tidak bisa jalan sama sekali sehingga produktivitas yang dihasilkan menjadi rendah. Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian alat menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu pemilihan jenis alat mekanis yang tepat sesuai dengan kondisi lapangan sangat diperlukan agar hasil yang diharapkan dapat maksimal dan biaya yang dikeluarkan bisa minimal. Di sisi lain, kelebihan penggunaan alat-alat mekanis dapat mempercepat dan memudahkan pekerjaan muat-bongkar kayu sehingga kemungkinan besar dapat menurunkan resiko kerusakan kayu karena serangan jamur atau organisme perusak kayu lainnya. Sebagai gambaran, jika dibandingkan dengan memuat kayu secara manual (tenaga manusia), kegiatan memuat kayu ke atas truk yang terdiri dari 2 stik memerlukan waktu sekitar 6 jam dan dikerjakan oleh 6 orang dengan upah Rp per m 3 (berlaku pada saat penelitian dilakukan). Dengan demikian bila kapasitas truk 2 stik sebesar 16 m 3 maka biaya pemuatan kayu ke atas truk tersebut menjadi sebesar Rp Biaya ini jauh lebih mahal dibanding dengan biaya yang dikeluarkan dengan alat muat rata-rata sebesar Rp 737,94/m 3 (Tabel 1). Selain itu pekerjaan pemuatan kayu secara manual menjadi lebih lama. Di samping itu, penggunaan alat mekanis dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi dengan berbagai ukuran dimensi dan panjang kayu dari yang berukuran kecil hingga yang lebih besar yang tidak mungkin dapat dikerjakan secara manual. Hanya saja, penggunaan alat-alat mekanis ini membutuhkan biaya investasi dan 17

18 operasional yang tidak sedikit serta suku cadang alat kadang susah ditemukan di pasaran. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Jenis truk yang digunakan dalam kegiatan pemuatan dan pembongkaran kayu berpengaruh nyata terhadap produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan dan pembongkaran kayu. 2. Truk yang terdiri dari 5 stik menghasilkan produktivitas dan efisiensi pemuatan kayu yang lebih tinggi dengan biaya yang tidak berbeda dengan truk yang terdiri dari 2 stik. Produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan truk yang terdiri dari 5 stik berturut-turut sebesar 1432,574 m 3.m/jam; Rp 344,559/m 3 dan 99,17%. Di sisi lain, penggunaan truk berkapasitas 30 ton menghasilkan produktivitas pemuatan yang lebih tinggi dan biaya lebih murah dengan tingkat efisiensi yang tidak berbeda dibanding truk berkapasitas 10 ton. Produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan truk berkapasitas 30 ton berturut-turut sebesar 301,817 m 3.m/jam; Rp 112,569/m 3 dan 89,88%. 3. Penggunaan truk yang terdiri dari 5 stik dan truk yang berkapasitas 30 ton masingmasing menghasilkan produktivitas pembongkaran kayu yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan truk yang terdiri dari 2 stik dan truk yang berkapasitas 10 ton. Besarnya produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran truk yang terdiri dari 5 stik berturut-turut sebesar 1432,574 18

19 m 3.m/jam; Rp 344,559/m 3 dan 99,17%. Di sisi lain produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran truk berkapasitas 30 ton berturut-turut sebesar 1632,567 m 3.m/jam; Rp 208,022/m 3 dan 97,71% 4. Selain truk yang terdiri dari 5 stik dan truk berkapasitas 30 ton, penggunaan truk yang terdiri dari 2 stik dan truk berkapasitas 10 ton masih dijumpai di lapangan dengan beberapa pertimbangan, terutama karena truk tersebut lebih lincah dioperasikan di lapangan. 5. Penggunaan alat muat bongkar mekanik dapat mempercepat waktu penyelesaian pekerjaa karena produktivitas yang dihasilkan tinggi dan biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan cara manual. Namun demikian penggunaan alat mekanis memerlukan persyaratan tertentu dalam pengoperasian di lapangan, seperti kondisi lapangan relatif datar, tanah tidak becek atau berlumpur. B. Saran 1. Efisiensi muat dan bongkar kayu dapat ditingkatkan dengan jalan meminimalkan penggunaan waktu efektif untuk kegiatan memuat dan membongkar kayu, yaitu dengan meningkatkan keterampilan dan pengalaman operator alat. 2. Pemilihan jenis alat mekanis untuk kegiatan muat bongkar kayu yang sesuai dengan kondisi lapangan (datar atau berbukit-bukit; becek/berlumpur) sangat diperlukan agar produktivitas yang dihasilkan maksimal dan biaya yang dikeluarkan bisa minimal. 19

20 DAFTAR PUSTAKA Anonim Logging and log transport in tropical high forest. FAO Forestry Development Paper No 18, Rome Penelitian perbaikan praktek pemanenan hutan tanaman industri di PT Inhutani II Pulau Laut. Laporan Kerjasama Penelitian antara PT Inhutani II dengan Pusat Penelitian Hasil Hutan. Tidak diterbitkan The feasibility study on small diameter log resources development in Indonesia. Final Report Korea Forest Research Institute. Tidak diterbitkan Rencana kerja tahunan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada tahun tanam 2006 PT Wirakarya Sakti Jambi. Tidak diterbitkan Rencana kerja tahunan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada tahun tanam 2006 PT Musi Hutan Persada Palembang Sumatera Selatan. Tidak diterbitkan Brown, N.C Logging. John wiley dan Sons Inc. New York. Conway, S Logging Practice : Principles of timber harvesting systems. Miller Freeman Publications, Inc. Sanfrancisco. Dulsalam & A. Suzanto Efisiensi pengangkutan dan muat bongkar di suatu perusahaan hutan di Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Hasil Hutan 15 (1): 7-17.Pusat Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Elias Pembukaan wilayah hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. FAO Cost control in forest harvesting and road contruction. FAO Forestry Development Paper No 99, Rome. Juta, E.H.P Pemungutan hasil hutan. Timun Mas NV. Jakarta. Rowan, A General Information on Present Situation in Timber Harvesting and Trend in Development- Sumary report for West Europe. Proccedings IUFRO on Forest Harvesting Mechanization and Automation. Canadian Forestry Service, Department of Environment. Ottawa. Sastrodimedjo, R.S., J.Thaib, A. Sianturi dan S.R.Simarmata Produktivitas dan biaya alat eksploitasi mekanis pada beberapa perusahaan di Indonesia. Laporan No. 97. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor. 20

21 Sianturi, A dan D. Tinambunan Studi kasus pemuatan kayu bulat di 4 perusahaan eksploitasi hutan di Jambi. Laporan No Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Tinambunan, D Produktivitas dan biaya pemuatan kayu bulat: Studi kasus dengan Komatsu D75S. Laporan Balai Penelitian Hasil Hutan No 156. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Wackerman, A. E Harvesting timber crops. Mc Graw-Hill Book Company. New York. 21

22 Lembar Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi produktivitas, biaya dan tingkat efisiensi penggunaan beberapa jenis truk dalam kegiatan pemuatan dan pembongkaran kayu di HTI pulp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa truk yang terdiri dari 5 stik menghasilkan produktivitas dan efisiensi pemuatan kayu yang lebih tinggi dibandingkan truk terdiri dari 2 stik. Produktivitas, efisiensi dan biaya pemuatan truk yang terdiri dari 5 stik masing-masing sebesar 540,014 m 3.m/jam; 99,15% dan Rp 786,079/m 3. Penggunaan truk berkapasitas 30 ton menghasilkan produktivitas pemuatan yang lebih tinggi dan biaya lebih murah dibandingkan truk berkapasitas 10 ton. Produktivitas, biaya dan efisiensi pemuatan truk berkapasitas 30 ton masing-masing sebesar 301,817 m 3.m/jam; Rp 112,569/m 3 dan 89,88%. Penggunaan truk yang terdiri dari 5 stik dan truk yang berkapasitas 30 ton masing-masing menghasilkan produktivitas pembongkaran kayu yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan truk yang terdiri dari 2 stik dan truk berkapasitas 10 ton. Produktivitas, biaya dan efisiensi pembongkaran truk yang terdiri dari 5 stik dan 30 ton masing-masing sebesar 1432,574 m 3.m/jam; Rp 344,559/m 3 ; 99,17% dan 1632,567 m 3.m/jam; Rp 208,022/m 3 ; 97,71%. Namun demikian, selain truk yang terdiri dari 5 stik dan truk berkapasitas 30 ton, penggunaan truk yang terdiri dari 2 stik dan truk berkapasitas 10 ton masih dijumpai dalam kegiatan muat bongkar kayu dengan beberapa pertimbangan/alasan, tertutama karena jenis truk tersebut lebih lincah dioperasikan di lapangan. Kata kunci : HTI, muat-bongkar, produktivitas, biaya dan efisiensi 22

23 LEMBAR ABSTRACT The research aimed at obtaining information on productivity, cost and efficiency of loading-unloading of several kind of trucks in pulp-plantation forest. The result showed that productivity and efficiency of log-loading onto truck with 5 containers were higher than those onto truck with 2 containers. The productivity, efficiency and cost of log-loading onto truck with 5 containers were m 3.m/hour; 99.15%; and Rp /m 3, respectively. Productivity and cost of logloading onto truck of 30 tons capacity were higher and cheaper than those of 10 tons.the productivity, cost and efficiency of log-loading onto truck of 30 tons capacity were m 3.m/hour; Rp /m 3 and 89.88%, respectively. Unloading of truck with 5 containers showed higher productivity and the cost was cheaper than truck with 2 containers. Unloading of truck of 30 tons capacity showed higher productivity and the cost was cheaper than those of 10 tons. The productivity, cost and efficiency of log-unloading from truck with 5 containers were 1432,574 m 3.m/hour; Rp 344,559/m 3 ; and 99,17%, respectively. The productivity, cost and efficiency of log-unloading from truck of 30 tons capacity were 1632,567 m 3.m/hour; Rp 208,022/m 3 ; and 97,71%, respectively. Nevertheless, truck with 2 containers and truck of 10 tons capacity were still being used for some practical reasons such as high manoeuvrability in the field. Keywords : Plantation forest, loading-unloading, productivity, cost and efficiency 23

PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA

PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA (Log Hauling Uses Five Types of Trucks in Two Industrial Plantation Forest in Sumatera) Oleh/By: Sukadaryati ABSTRACT

Lebih terperinci

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PRODUKSI PENEBANGAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT INHUTANI II PULAU LAUT (Productivity and Cost of Felling Forest Plantation in PT Inhutani II Pulau Laut) Oleh/By : Marolop Sinaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu menurut Conway (1987) adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan pengeluaran kayu dari hutan ketempat

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK Pengeluaran kayu sistem kabel layang di hutan rakyat perlu mendapat perhatian mengingat sampai saat ini kegiatan pengeluaran

Lebih terperinci

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM Muhdi, *) Abstract The objective of this research was to know the productivity skidding by tractor of Komatsu

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PERALATAN PEMANENAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI PT MUSI HUTAN PERSADA, SUMATERA SELATAN

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PERALATAN PEMANENAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI PT MUSI HUTAN PERSADA, SUMATERA SELATAN PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PERALATAN PEMANENAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI PT MUSI HUTAN PERSADA, SUMATERA SELATAN ( Productivity and Cost of Harvesting Equipment in Forest Plantation: Case study on PT

Lebih terperinci

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM KUDA-KUDA DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) PENDAHULUAN MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

bidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan

bidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU DENGAN TRUK DAN TUGBOAT DI HUTAN RAWA GAMBUT : KASUS DI SATU PERUSAHAAN HUTAN DI JAMBI Oleh/By : SONA SUHARTANA 1 & YUNIAWATI 2 1) Peneliti pada Pusat Litbang Hasil Hutan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan

Lebih terperinci

Oleh/By: Dulsalam 1 & Agustinus Tampubolon 1. Diterima, 9 April 2010; disetujui, 9 September 2010 ABSTRACT

Oleh/By: Dulsalam 1 & Agustinus Tampubolon 1. Diterima, 9 April 2010; disetujui, 9 September 2010 ABSTRACT PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENANAMAN BIBIT SECARA SEMI MEKANIS DI LAHAN KERING (Productivity and Cost of Semi Mechanical Seedling Cultivation on a dry land) Oleh/By: Dulsalam 1 & Agustinus Tampubolon 1 1

Lebih terperinci

KODEFIKASI RPI 20. Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan

KODEFIKASI RPI 20. Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan KODEFIKASI RPI 20 Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN 2010 2014 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN Jakarta, Februari 2010 Disetujui Oleh:

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Tegakan Sebelum Pemanenan Kegiatan inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) dilakukan untuk mengetahui potensi tegakan berdiameter 20 cm dan pohon layak tebang.

Lebih terperinci

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA ( Exploitation Factor of Mangium ( Accacia mangium Wild) Plantation Forest : Case

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan

PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan PENDAHULUAN Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan adalah pengangkutan kayu ke tempat penimbunan kayu atau ke empat pengolahan selanjutnya. Pengangkutan di dalam kegiatan

Lebih terperinci

a. Biaya tetap Perhitungan biaya tetap menggunakan rumus-rumus menurut FAO (1992) dalam Mujetahid (2009) berikut: M R Biaya penyusutan: D = N x t

a. Biaya tetap Perhitungan biaya tetap menggunakan rumus-rumus menurut FAO (1992) dalam Mujetahid (2009) berikut: M R Biaya penyusutan: D = N x t Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara) (Analysis

Lebih terperinci

Oleh/By: Sukadaryati ABSTRACT. The extraction of pine logs of thinning activity in plantation forest area is

Oleh/By: Sukadaryati ABSTRACT. The extraction of pine logs of thinning activity in plantation forest area is UJI COBA ALAT KABEL LAYANG P3HH24 UNTUK MENGELUARKAN KAYU PINUS HASIL PENJARANGAN DI AREAL BERBUKIT (Trial of P3HH24 Skyline for Extracting Pine Logs of Thinning Activity in Hilly Area) Oleh/By: Sukadaryati

Lebih terperinci

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Pengertian sistem Suatu sistem menyangkut seperangkat komponen yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lainnya dan bekerja bersama-sama untuk dapat mewujudkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah TINJAUAN PUSTAKA Kegiatan Penebangan (Felling) Penebangan merupakan tahap awal kegiatan dalam pemanenan hasil hutan yang dapat menentukan jumlah dan kualitas kayu bulat yang dibutuhkan. Menurut Ditjen

Lebih terperinci

Sona Suhartana dan Yuniawati

Sona Suhartana dan Yuniawati 37 PENGARUH TEKNIK PENEBANGAN, SIKAP TUBUH PENEBANG, DAN KELERENGAN TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN KAYU MANGIUM (Acacia mangium Wild) (THE EFFECT OF FELLING TECHNIQUE, FELLER POSTURES, AND SLOPE TO TIMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu, TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan hasil hutan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang dapat bermanfaat bagi kehidupan

Lebih terperinci

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT Oleh/By SONA SUHARTANA 1), YUNIAWATI 1) & RAHMAT 2) 1) Peneliti Pusat Litbang Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Bogor.

Lebih terperinci

PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG P3HH24 DI HUTAN TANAMAN KPH SUKABUMI

PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG P3HH24 DI HUTAN TANAMAN KPH SUKABUMI PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG P3HH24 DI HUTAN TANAMAN KPH SUKABUMI (Log extraction using P3HH24 Skyline System in Plantation Forest of Sukabumi Forest District) Oleh/By: Sukadaryati & Dulsalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kualitas Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) 5.1.1 Kerapatan Jalan (WD) Utama dan Jalan Cabang Berdasarkan pengukuran dari peta jaringan jalan hutan PT. Inhutani I UMH Sambarata

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI PARDI AZINUDDIN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Tebang Habis Jati Kegiatan tebang habis jati di Perum Perhutani dilaksanakan setelah adanya teresan. Teresan merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif. Hal

Lebih terperinci

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU DENGAN LOKOTRAKSI DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) MUHDI, S. Hut., M.Si

Lebih terperinci

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu... (Muhdi, Elias, dan Syafi i Manan) PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT (Soil Compaction Caused

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan hutan merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang bisa dipindahkan ke lokasi lain sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PEMANENAN KAYU DI SALAH SATU IUPHHK-HA DI PAPUA BARAT LILI NURINDAH SARI SIREGAR

ANALISIS BIAYA PEMANENAN KAYU DI SALAH SATU IUPHHK-HA DI PAPUA BARAT LILI NURINDAH SARI SIREGAR ANALISIS BIAYA PEMANENAN KAYU DI SALAH SATU IUPHHK-HA DI PAPUA BARAT LILI NURINDAH SARI SIREGAR DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

Oleh/Bj : Sona Suhartana dan Maman Mansyur Idris. Summary

Oleh/Bj : Sona Suhartana dan Maman Mansyur Idris. Summary Jurnal Penelitian Hasil Hutan Forest Products Research Journal Vol. 13, No. 1 (1995) pp. 19-26 PENGARUH PEMBUANGAN BANIR DALAM PENEBANGAN POHON TERHADAP EFISIENSI PEMUNGUTAN KAYU (Study kasus di suatu

Lebih terperinci

RINGKASAN Dadan Hidayat (E31.0588). Analisis Elemen Kerja Penebangan di HPH PT. Austral Byna Propinsi Dati I Kalimantan Tengah, dibawah bimbingan Ir. H. Rachmatsjah Abidin, MM. dan Ir. Radja Hutadjulu.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN BESAR-BESAR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN : KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN UPAYA MENGOPTIMALKANNYA

PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN BESAR-BESAR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN : KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN UPAYA MENGOPTIMALKANNYA PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN BESAR-BESAR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN : KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN UPAYA MENGOPTIMALKANNYA (The Use of Large Machineries and Equipment in Forest Development : Advantages, Disadvantages

Lebih terperinci

STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON

STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON Oleh Sukanda dan Wesman Endom 1 Abstrak Penebangan pohon merupakan salah satu bagian dari kegiatan penjarangan dan pemanenan hutan. Gergaji rantai adalah

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI PT MITRA KEMBANG SELARAS PROVINSI RIAU

PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI PT MITRA KEMBANG SELARAS PROVINSI RIAU PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI PT MITRA KEMBANG SELARAS PROVINSI RIAU NURFIKE HASANAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Pemanenan kayu konvensional merupakan teknik pemanenan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu: TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Conway (1982) dalam Fadhli (2005) menjelaskan bahwa pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBUATAN TAKIK REBAH DAN TAKIK BALAS TERHADAP ARAH JATUH POHON : STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN DI PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH PEMBUATAN TAKIK REBAH DAN TAKIK BALAS TERHADAP ARAH JATUH POHON : STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN DI PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN PENGARUH PEMBUATAN TAKIK REBAH DAN TAKIK BALAS TERHADAP ARAH JATUH POHON : STUDI KASUS DI HUTAN TANAMAN DI PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN The Effect of Making Undercut and Back cut on Tree Felling Direction

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DENGAN TRAKTOR PERTANIAN YANG DILENGKAPI ALAT BANTU

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DENGAN TRAKTOR PERTANIAN YANG DILENGKAPI ALAT BANTU PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DENGAN TRAKTOR PERTANIAN YANG DILENGKAPI ALAT BANTU (Productivity and Cost of Log Skidding Using Agriculture Tractor with Auxiliary Equipment) Oleh/By: Sukadaryati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan dengan manusia di muka bumi. Hutan menjadi pemenuhan kebutuhan manusia dan memiliki fungsi sebagai penyangga

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara) SKRIPSI Warsein

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI IUPHHK-HT PT WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI KAROMATUN NISA

OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI IUPHHK-HT PT WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI KAROMATUN NISA OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI IUPHHK-HT PT WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI KAROMATUN NISA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Pengeluaran Limbah Penebangan Hutan Tanaman Industri dengan Sistem Pemikulan Manual (Penilaian Performansi Kualitatif)

Pengeluaran Limbah Penebangan Hutan Tanaman Industri dengan Sistem Pemikulan Manual (Penilaian Performansi Kualitatif) Pengeluaran Limbah Penebangan Hutan Tanaman Industri dengan Sistem Pemikulan Manual (Penilaian Performansi Kualitatif) Manual Bundling System for Felling Waste Extraction on Industrial Plantation Forest

Lebih terperinci

Sona Suhartana & Yuniawati ABSTRACK. Increase in log demand, lack of labors, and rapid progress of technology have

Sona Suhartana & Yuniawati ABSTRACK. Increase in log demand, lack of labors, and rapid progress of technology have PENGGUNAAN PERALATAN PEMANENAN KAYU YANG EFISIEN PADA PERUSAHAAN HUTAN TANAMAN DI KALIMANTAN SELATAN (The Use of Efficient Logging Equipment at a Timber Estate Company in South Kalimantan) Oleh/By : Sona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus akan mengalami

Lebih terperinci

Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana Jumal Penelitian Hasil Hutan Forest Products Research Journal Vol. 13 No. 3 (1995) pp. 94-100 PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK PENEBANGAN POHON SERENDAH MUNGKIN DI HUTAN PRODUKSI

Lebih terperinci

Abstract. Pendahuluan

Abstract. Pendahuluan Simulasi Pembagian Batang Sistem Kayu Pendek pada Pembagian Batang Kayu Serat Jenis Mangium Simulation of Shortwood Bucking System on Bucking Pulpwood of Mangium Abstract Ahmad Budiaman 1* dan Rendy Heryandi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF AS AT SUPRIYANTO.

RINGKASAN EKSEKUTIF AS AT SUPRIYANTO. RINGKASAN EKSEKUTIF AS AT SUPRIYANTO. 2005. Membangun Keunggulan Kompetitif Melalui Value Chain dalam Perusahaan Hutan Tanaman (Studi Kasus di PT. Musi Hutan Persada). Di bawah bimbingan BUNASOR SANIM

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DAN EFISIENSI WAKTU KERJA KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI IUPHHK HA DI PAPUA BARAT WIDA NINGRUM

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DAN EFISIENSI WAKTU KERJA KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI IUPHHK HA DI PAPUA BARAT WIDA NINGRUM PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DAN EFISIENSI WAKTU KERJA KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI IUPHHK HA DI PAPUA BARAT WIDA NINGRUM DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ABSTRACT. Forest harvesting activities generally produced a large quantity of woody wastes.

ABSTRACT. Forest harvesting activities generally produced a large quantity of woody wastes. PRODUKTIFITAS DAN BIAYA PRODUKSI SERPIH KAYU MENGGUNAKAN MESIN SERPIH MUDAH DIPINDAHKAN (SMD) Studi Kasus di BKPH Parung Panjang, Bogor (Productivity and Cost Of Chip Production Using Portable Chipper

Lebih terperinci

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu

Lebih terperinci

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PENYARADAN DAN PEMBUATAN/PEMELIHARAAN KANAL DI HTI RAWA GAMBUT DI RIAU DAN JAMBI

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PENYARADAN DAN PEMBUATAN/PEMELIHARAAN KANAL DI HTI RAWA GAMBUT DI RIAU DAN JAMBI Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 1, Maret 2013: 3648 ISSN: 02164329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MILIPI/08/2012 36 BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PENYARADAN DAN PEMBUATAN/PEMELIHARAAN KANAL DI HTI RAWA GAMBUT

Lebih terperinci

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15 TABEL ISI POHON JENIS BINTANGUR (Callophyllum sp.) DI KPH SANGGAU, KALIMANTAN BARAT (Tree Volume Table of Bintangur (Callophyllum sp.) in the Forest District of Sanggau, West Kalimantan) Oleh/By: Sofwan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS, BIAYA OPERASI DAN PAMADATAN TANAH PADA PENYARADAN TRAKTOR VALMET FORWARDER

ANALISIS PRODUKTIVITAS, BIAYA OPERASI DAN PAMADATAN TANAH PADA PENYARADAN TRAKTOR VALMET FORWARDER Penelitian Hasil Hutan Vol. 0 No., Maret 202: 7-26 ISSN: 026-429 Terakreditasi: A No.: 79/AU/P2MBI//2009 ANALISIS PRODUKTIVITAS, BIAYA OPERASI DAN PAMADATAN TANAH PADA PENYARADAN TRAKTOR VALMET FORWARDER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu sebagai salah satu kegiatan pengelolaan hutan pada dasarnya merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengubah pohon

Lebih terperinci

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS TREE LENGTH LOGGING DI HUTAN ALAM PRODUKSI (Cost and Productivity of Tree Length Logging in Natural Production Forest)

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS TREE LENGTH LOGGING DI HUTAN ALAM PRODUKSI (Cost and Productivity of Tree Length Logging in Natural Production Forest) Penelitian Hasil Hutan Vol. 0 No. 4, Desember 2012: 269-278 ISSN: 0216-429 Terakreditasi No.: 44/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 BIAYA DAN PRODUKTIVITAS TREE LENGTH LOGGING DI HUTAN ALAM PRODUKSI (Cost and Productivity

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DI HUTAN TANAMAN RAWA GAMBUT: STUDI KASUS DI SALAH SATU PERUSAHAAN HUTAN DI RIAU

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DI HUTAN TANAMAN RAWA GAMBUT: STUDI KASUS DI SALAH SATU PERUSAHAAN HUTAN DI RIAU PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DI HUTAN TANAMAN RAWA GAMBUT: STUDI KASUS DI SALAH SATU PERUSAHAAN HUTAN DI RIAU (Productivity and Cost of Log Skidding in Peat Swamp Forest Estate: A Case Study

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. salah satu dari perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. PT. Arara Abadi

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. salah satu dari perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. PT. Arara Abadi BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Arara Abadi adalah anak perusahaan Sinar Mas Grup yang merupakan salah satu dari perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. PT. Arara

Lebih terperinci

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Sebelum kegiatan pemanenan kayu dapat dilaksanakan dihutan secara aktual, maka sebelumnya harus disusun perencanaan pemanenan kayu terlebih dahulu. Perencanaan

Lebih terperinci

STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK JUDUL PENELITIAN STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK Oleh : IRAWAN SUDARSONO Nrp. 3106 207 713 1 Latar Belakang Timbulan

Lebih terperinci

KAJIAN LUAS PETAK TEBANGAN OPTIMAL

KAJIAN LUAS PETAK TEBANGAN OPTIMAL SERI PAKET IPTEK PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAJIAN LUAS PETAK TEBANGAN OPTIMAL DI HUTAN TANAMAN

Lebih terperinci

PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN

PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN PRODUKTIFITAS PENGUMPULAN KAYU KE TEPI JALAN LOGGING DENGAN MENGGUNAKAN CHEVROLET C-50 PADA KEGIATAN PENYARADAN DI PT. MHP, SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)

Lebih terperinci

SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN

SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN PEMNENAN KAYU RAMAH LINGKUNGAN Oleh: Dulsalam SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN Koordinator: Dulsalam TARGET OUTPUT RPI 2010-1014 SINTESIS OUTPUT 1 Teknologi penentuan luas petak tebang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. UMUM Penelitian ini berupa analisa perbandingan pengecoran menggunakan alat berat concrete pump dan concrete bucket untuk pekerjaan konstruksi pada proyek bangunan. Permodelan

Lebih terperinci

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q)

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) q 60 E Q q = q 1. k dimana, q 1 = kapasitas munjung k = factor bucket Waktu siklus a)

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di IUPHHK HA (ijin usaha pemamfaatan hasil hutan kayu hutan alam) PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut,

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Luas Areal Yang Terbuka 5.1.1. Luas areal yang terbuka akibat kegiatan penebangan Dari hasil pengukuran dengan menggunakan contoh pengamatan sebanyak 45 batang pohon pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Untuk studi kasus mengenai tinjauan jumlah tower crane yang digunakan pada

BAB 4 STUDI KASUS. Untuk studi kasus mengenai tinjauan jumlah tower crane yang digunakan pada BAB 4 STUDI KASUS 4.1 Kapasitas Momen Tower Crane Untuk studi kasus mengenai tinjauan jumlah tower crane yang digunakan pada gedung bertingkat Sesuai dengan objek yang di lapangan maka Pemilihan dan penentuan

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA

EVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA EVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA Dahni 1*, Uyu Saismana 2, Romla Noor Hakim 2, Andre 3 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

di KH. Suban leriji. Peserta magang ditempatkan sebagai Kasie. Pembangunan lalan dan lembatan.

di KH. Suban leriji. Peserta magang ditempatkan sebagai Kasie. Pembangunan lalan dan lembatan. . ~ Benny Riza. E02495055. Perencanaan Pemanenan dengan Penekanan pada Perencanaan Iaringan lalan, Konstruksi laian dan Bangunan Air serta Alat Angkut (di HPHTl PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan),

Lebih terperinci

Oleh/By Wesman Endom dan Maman Mansyur Idris

Oleh/By Wesman Endom dan Maman Mansyur Idris Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 14 No. 1 (1996) pp. 16-23 KAJIAN FAKTOR EKSPLOITASI BERDASARKAN JENIS POHON : STUDI KASUS DI SATU PERUSAHAAN HPH DI KALIMANTAN BARAT (A study on Exploitation Factor

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) RIKA MUSTIKA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING P. Sunaryo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Lubang-lubang kebocoran tebu dan

Lebih terperinci

PENERAPAN RIL GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MEMINIMALKAN BIAYA PENYARADAN DI HUTAN TANAMAN RAWA GAMBUT

PENERAPAN RIL GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MEMINIMALKAN BIAYA PENYARADAN DI HUTAN TANAMAN RAWA GAMBUT Penelitian Hasil Hutan Vol. No., September 2015: ISSN: 0216-429 Terakreditasi No.: 642/AU /P2MI-LIPI/07/2015 PENERAPAN RIL GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MEMINIMALKAN BIAYA PENYARADAN DI HUTAN TANAMAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian 19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran 14). Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan September 2011. Studi literatur dan pengambilan data sekunder akan dilaksanakan di perpustakaan IPB

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PEMANENAN KAYU DI HUTAN TANAMAN RAWA GAMBUT

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PEMANENAN KAYU DI HUTAN TANAMAN RAWA GAMBUT Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 3 November 2016 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PEMANENAN KAYU DI HUTAN TANAMAN RAWA GAMBUT Logging Productivity and Cost at Peat Swamp Plantation

Lebih terperinci

Oleh/by : Dulsalam & Sukadaryati

Oleh/by : Dulsalam & Sukadaryati Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 20 No. 1 (2002) pp 35-54 PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DENGAN TRAKTOR PERTANIAN TYPE FORD 5660 DI HUTAN TANAMAN SEMARAS, PULAU LAUT {The Productivity and Cost

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST

ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST Alifudin Salim NRP : 0021003 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

MATERIAL HANDLING. Materi Kuliah Ke-7 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS. Dimas Yuwono Wicaksono, ST., MT.

MATERIAL HANDLING. Materi Kuliah Ke-7 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS. Dimas Yuwono Wicaksono, ST., MT. MATERIAL HANDLING Materi Kuliah Ke-7 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS Dimas Yuwono Wicaksono, ST., MT. dimas_yw@yahoo.com Definisi Seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan, penyimpanan, perlindungan

Lebih terperinci

Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB )

Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB ) Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB ) Bobot Nilai : Dosen TP : 50 % Dosen AB : 50 % Dosen AB : PR & Diskusi : 30 % Quiz : 30 % UAS : 40 % Referensi 1. Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi.

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PRODUKSI EXCAVATOR PADA PROYEK PERUMAHAN PERTAMINA CIBUBUR

ANALISIS KAPASITAS PRODUKSI EXCAVATOR PADA PROYEK PERUMAHAN PERTAMINA CIBUBUR 57 ANALISIS KAPASITAS PRODUKSI EXCAVATOR PADA PROYEK PERUMAHAN PERTAMINA CIBUBUR Z.A Fikri 1), Budi Rahmawati 2), Ninik Paryati 3) 1,2,3) Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83

Lebih terperinci

Pengurangan Selip pada Jalan Tanah Angkutan Kayu Acacia Mangium

Pengurangan Selip pada Jalan Tanah Angkutan Kayu Acacia Mangium Pengurangan Selip pada Jalan Tanah Angkutan Kayu Acacia Mangium Yuniawati *) Peneliti Pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan & Pengolahan Hasil Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan, JL. Gunung

Lebih terperinci

LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)

LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan) LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan) DWI PUSPITASARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA PROSES PENGERINGAN KAYU GERGAJIAN DI PT SUMALINDO LESTARI JAYA DAN PT KALINDO PACIFIC

PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA PROSES PENGERINGAN KAYU GERGAJIAN DI PT SUMALINDO LESTARI JAYA DAN PT KALINDO PACIFIC PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA PROSES PENGERINGAN KAYU GERGAJIAN DI PT SUMALINDO LESTARI JAYA DAN PT KALINDO PACIFIC Productivity and Cost Analysis of Drying Process of Sawn Timber at PT Sumalindo Lestari

Lebih terperinci

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone Biocelebes, Juni 2010, hlm. 60-68 ISSN: 1978-6417 Vol. 4 No. 1 Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone A. Mujetahid M. 1) 1) Laboratorium Keteknikan

Lebih terperinci

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Model Pendugaan Isi Pohon Agathis (Bambang E. Siswanto; Rinaldi I.) MODEL PENDUGAAN ISI POHON Agathis loranthifolia Salisb DI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN KEDU SELATAN, JAWA TENGAH (Tree Volume Estimation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 PWH BAB II TINJAUAN PUSTAKA PWH adalah kegiatan penyediaan prasarana wilayah bagi kegiatan produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan hutan, inspeksi kerja, transportasi sarana kerja, dan komunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011 Laporan lacak balak dari PT Artelindo Wiratama, perusahaan pengembang HTI, terafiliasi dengan Asia Pulp And Paper (APP), ke pabrik pulp PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP) Perawang, Siak Laporan Investigatif

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI HUTAN ALAM YANG LESTARI MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

PERENCANAAN PRODUKSI HUTAN ALAM YANG LESTARI MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN PERENCANAAN PRODUKSI HUTAN ALAM YANG LESTARI MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Pengertian Hutan Alam Produksi Dalam pengusahaan hutan produksi perlu

Lebih terperinci

Dengan hormat, Nama : Sasra Bayu Alamat : Jl. Swadaya RT 02/RW 21 N0. 4 Jaka Sampurna Bekasi Barat Pendidikan : STM Jurusan Mesin

Dengan hormat, Nama : Sasra Bayu Alamat : Jl. Swadaya RT 02/RW 21 N0. 4 Jaka Sampurna Bekasi Barat Pendidikan : STM Jurusan Mesin Jakarta, 16 September 2010 Kepada Yth. Direktur PT WAHANA SENTANA BAJA Di Tempat Dengan hormat, Nama : Sasra Bayu Alamat : Jl. Swadaya RT 02/RW 21 N0. 4 Jaka Sampurna Bekasi Barat 17145 Pendidikan : STM

Lebih terperinci

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN 9.1. Pendapatan Perusahaan Hutan Tujuan perusahaan hutan adalah kelestarian hutan. Dalam hal ini dibatasi dalam suatu model unit perusahaan hutan dengan tujuan

Lebih terperinci

Kajian Biaya Produksi Pemindahan Material Batugamping dari Room of Material ke Crusher di PT Lafarge Cement Indonesia, Lhoknga, Aceh Besar

Kajian Biaya Produksi Pemindahan Material Batugamping dari Room of Material ke Crusher di PT Lafarge Cement Indonesia, Lhoknga, Aceh Besar Kajian Biaya Pemindahan Material Batugamping dari Room of Material ke Crusher di PT Lafarge Cement Indonesia, Lhoknga, Aceh Besar Devi Pratiwi*, Hendra Harisman Program Studi Teknik tambangan, Jurusan

Lebih terperinci

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 369/Kpts-IV/1985 TANGGAL : 7 Desember 1985 KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION KETENTUAN I : TUJUAN PENGUSAHAAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE 53 PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE Felling Productivity on Community Teak (Tectona grandis) Forest Bone Regency Andi Mujetahid ABSTRACT Community teak

Lebih terperinci