ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Yustiana Ratna Nuraini Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Rina Oktaviani, Ph.D NIP Mengetahui Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D NIP Tanggal Kelulusan:

3 RINGKASAN YUSTIANA RATNA NURAINI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI). Pertumbuhan ekonomi nasional yang baik merupakan salah satu indikator sehatnya kondisi perekonomian suatu negara. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan sektor riil ataupun meningkatkan pendapatan nasional. Kredit merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kredit yang digunakan masyarakat untuk modal usaha dapat meningkatkan pertumbuhan sektor riil, sedangkan kredit yang digunakan masyarakat untuk konsumsi dapat meningkatkan konsumsi masyarakat, yang kemudian akan meningkatkan agregat demand (pendapatan nasional). Kredit merupakan salah satu cara untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pinjaman dana. Berkaitan dengan kebutuhan dana bagi masyarakat untuk berbagai kepentingan ekonomi, muncullah permintaan kredit. Permintaan kredit dari masyarakat dapat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, PDB Riil, resiko dan ketidakpastian. Perum Pegadaian sebagai lembaga keuangan bukan bank memiliki fungsi menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. Kredit Cepat dan Aman (KCA) adalah salah satu kegiatan utama Perum Pegadaian. KCA yang diberikan oleh Perum Pegadaian menunjukkan tren yang positif dari tahun ke tahun, termasuk saat terjadi krisis moneter. Pada tahun 1997 total kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian adalah sebesar Rp. 2,077 triliun dan pada tahun 2006 kredit yang disalurkan meningkat cukup tinggi sebesar Rp. 17,294 triliun (Laporan Tahunan Perum Pegadaian, 2006). Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian diduga memiliki kesamaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit secara umum. Oleh karena itu dimasukkan variabel bebas PDB, inflasi, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar pada analisis ini. Dua variabel bebas yang secara khusus digunakan untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kredit Perum Pegadaian ini adalah variabel jumlah kantor cabang Perum Pegadaian dan standar taksiran logam emas (harga taksiran emas). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit yang dilakukan oleh Perum Pegadaian. Kemudian berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis yang diperoleh akan dirumuskan kebijakan yang ditujukan kepada Perum Pegadaian untuk meningkatkan penyaluran kreditnya. Selain itu terdapat pula kebijakan yang ditujukan kepada pemerintah dalam hal permodalan Perum Pegadaian. Pada penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian menggunakan metode regresi linear berganda, dengan bantuan software Microsoft Excel 2003 dan E-Views 4.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Perum Pegadaian, dan Bank Indonesia. Selain itu diperoleh juga dari beberapa literatur yang diambil dari perpustakaan IPB dan internet.

4 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, suku bunga SBI dan standar taksiran logam emas berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian oleh masyarakat. Variabel inflasi, jumlah uang beredar dan produk domestik bruto tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian adalah jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, suku bunga SBI dan standar taksiran logam emas. Dimana, faktorfaktor tersebut berpengaruh secara positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian. Artinya, setiap terjadi kenaikan pada faktor-faktor tersebut, akan meningkatkan jumlah kredit yang diminta oleh masyarakat. Ada beberapa kebijakan yang dapat direkomendasikan kepada Perum Pegadaian untuk meningkatkan permintaan kredit dari masyarakat. Kebijakan tersebut adalah Perum Pegadaian berusaha menambah jumlah kantor cabang, khususnya ke daerah-daerah pelosok yang masih sulit akses perbankan. Kebijakan lain adalah Perum Pegadaian dapat meningkatkan promosi kepada masyarakat mengenai layanan jasanya yang sudah beraneka ragam, termasuk kreasi dan krasida yang merupakan pinjaman khusus bagi pengusaha UMKM. Selain itu ada pula kebijakan yang ditujukan untuk pemerintah dalam hal permodalan, yaitu pemerintah sebaiknya pemerintah memberi bantuan modal kepada Perum Pegadaian dengan bunga yang relatif rendah. Hal ini disebabkan sampai saat ini sebagian besar modal Perum Pegadaian berasal dari pinjaman lembaga keuangan perbankan. Jika Perum Pegadaian dapat memperoleh pinjaman modal dari pemerintah, maka dapat menciptakan efisiensi biaya. Melalui hal tersebut Perum Pegadaian dapat meningkatkan profitnya dan itu berarti ketersediaan kredit yang dapat disalurkan ke masyarakat juga bertambah.

5 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2008

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Yustiana Ratna Nuraini, lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 2 Desember Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Yusmianto dan Ibu Ambarini. Pada tahun 1990 penulis memulai jenjang pendidikannya di TK Al Irsyad Purwokerto, dilanjutkan pada tahun 1992 penulis bersekolah di SD N Teluk 1 Purwokerto hingga tahun Pada tahun 1994 penulis dipindahkan sekolahnya di SD Islam Istiqomah Ungaran, Kab. Semarang, dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP N 1 Ungaran, Kab. Semarang dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama juga penulis melanjutkan pendidikannya di SMA N 1 Ungaran, Kab. Semarang selama dua tahun hingga tahun Pada tahun 2003 penulis dipindahkan sekolahnya di SMA N 1 Purwokerto hingga lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan tingginya di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama masa kuliah penulis aktif di beberapa organisasi kampus seperti Koperasi Mahasiswa (Kopma), Himpunan Profesi dan Peminat IESP (Hipotesa), Syariah Economics Student Club (SES-C) dan beberapa kepanitiaan acara. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah Ekonomi Umum.

8 KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis ingin mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas limpahan kasih dan sayangnya serta rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian. Skripsi ini berisi analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah mengaruniakan gelar sarjana kepada penulis pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, membimbing, mendoakan, dan memotivasi penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rina Oktaviani, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi penulis. Terima kasih untuk semua saran dan bimbingan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Noer Azam Achsani, Ph.D selaku dosen penguji utama dan Tony Irawan, M.App.Ec selaku dosen dari komisi pendidikan, yang telah bersedia menguji dan memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Ibu dan Bapak tercinta yang dengan kasih sayangnya selalu mendoakan penulis dan memberi dukungan kepada penulis. 4. Adik tersayang, Fani Aditya Rahman, yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis. 5. Keluarga besar penulis, terima kasih untuk doa dan dukungannya. 6. Seluruh dosen dan staf civitas pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih untuk ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis 7. Doddy dan Fajar (Statistik 41) serta Kak Wawan dan Kak Heri (Ilmu Ekonomi 40). Terima kasih untuk ilmu, bantuan dan dukungannya.

9 8. Teman-teman satu bimbingan skripsi penulis (Mega, Sondang, dan Ela) serta teman-teman seperjuangan di Ilmu Ekonomi 41 (Fabya, Prima, Akbar, Dwi Endah, Erika, Duvian, Sinta, Itut, Khurum, Boim, Eri, Medha, Yuliana (Dodol), Deny, Syaiful, Uunk, Rian, Wenda, Vebi, teman-teman pengurus Hipotesa periode dan semua teman-teman dari Ilmu Ekonomi yang tidak bisa penulis sebut satu per satu). Terima kasih untuk kebersamaan, bantuan dan dukungannya. 9. Sahabat penulis, Shinta Hanifah S. (THH 41), serta sahabat-sahabat penulis sejak masa sekolah hingga saat ini (Erin, Hana, Anggita, Yuni) dan teman-teman lama penulis yang tidak bisa penulis sebut satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan dan dukungannya. 10. Mba Nora (Manajemen 40) dan Mba Suci (PSP 36) serta teman-teman Liqo (Irma (Boim), Itut, Khurum, Ela, Melly, Rima, Gita,). Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan, doa dan dukungannya. Penulis menyadari karya ini masih belum sempurna dan masih terdapat kekurangan. Namun, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan civitas akademisi pada khususnya. Bogor, Agustus 2008 Yustiana RatnaNuraini H

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR SINGKATAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 5 Perumusan Masalah... 5 Tujuan Penelitian... 9 Manfaat Penelitian... 9 Ruang Lingkup... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kredit Jenis Kredit Fungsi Kredit Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Suku Bunga SBI Inflasi Money Supply (Jumlah Uang Beredar) Perum Pegadaian Visi dan Misi Perum Pegadaian Kegiatan Usaha Perum Pegadaian Kegiatan Usaha Inti Kegiatan Usaha Non Inti Pendapatan Nasional Perum Pegadaian sebagai Lembaga Keuangan Bukan Bank... 21

11 2.11. Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Metode Regresi Linear Berganda Model Umum Analisis Regresi Berganda Model Penelitian Asumsi dalam Analisis Regresi Pengujian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perum Pegadaian Uji Kriteria Statistik Uji F Uji Koefisien Determinasi R Uji t Uji Kriteria Ekonometrika Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian Uji Kriteria Statistik Uji F Uji Koefisien Determinasi R Uji Kriteria Ekonometrika Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Estimasi Model... 47

12 VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 56

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1 Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diberikan Bisnis Inti (KCA) Selama Tahun Taksiran Harga Barang Jaminan beserta Tarif Sewa Modal Jumlah kredit atau pinjaman yang diberikan beserta tarif sewa modal (interest rate) Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Hasil Analisis Regresi Permintaan Kredit Perum Pegadaian Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Permintaan Kredit Perum Pegadaian (KP) Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas Model Permintaan Kredit Perum Pegadaian (KP) Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Model Permintaan Kredit Perum Pegadaian(KP)... 47

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Perkembangan Inflasi Sejak Tahun 2003:01 sampai dengan 2007: Perkembangan Suku Bunga SBI Sejak Tahun 2003:01 sampai dengan 2007: Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diberikan Bisnis Inti (Kredit Cepat dan Aman) Selama Tahun Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Perum Pegadaian di Indonesia (Tahun 2000: :06) Kerangka Pemikiran... 28

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data yang digunakan untuk model analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian Plot Data untuk Variabel-variabel yang Digunakan dalam Analisis Regresi Hasil estimasi Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian (KP)... 61

16 DAFTAR SINGKATAN CAB KCA KP Krasida Kreasi Kresna KTJG MS PDB SBI STL INF : Kantor Cabang : Kredit Cepat dan Aman : Kredit Perum Pegadaian : Kredit Angsuran Sistem Gadai : Kredit Angsuran Fidusia : Kredit Serba Guna : Kredit Tunda Jual Gabah : Money Supply : Produk Domestik Bruto : Sertifikat Bank Indonesia : Standar Taksiran Logam Emas : Inflasi

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan sektor riil merupakan salah satu motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan sektor riil dapat berupa perkembangan infrastruktur maupun perkembangan industri atau usaha baru yang dikembangkan oleh masyarakat. Kredit merupakan salah satu cara untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pinjaman dana. Berkaitan dengan kebutuhan dana bagi masyarakat untuk kegiatan konsumsi ataupun modal usaha, muncullah permintaan kredit. Kredit modal dapat digunakan masyarakat dalam membuka usaha, sedangkan kredit konsumsi digunakan masyarakat untuk mengkonsumsi barang tertentu. Kredit yang dibutuhkan masyarakat dapat diberikan oleh lembaga keuangan, baik lembaga keuangan perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan perbankan yang memberikan bantuan berupa pinjaman kredit biasanya adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun bank-bank umum milik pemerintah ataupun swasta, sedangkan lembaga keuangan bukan bank yang memberikan bantuan kredit salah satunya adalah Perum Pegadaian. Kredit Cepat dan Aman (KCA) adalah salah satu kegiatan utama Perum Pegadaian. KCA ini berupa pinjaman dana yang disalurkan ke masyarakat, dengan harapan masyarakat menggunakannya untuk berbagai kepentingan ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kepentingan ekonomi tersebut misalnya saja digunakan untuk modal usaha ataupun pengeluaran

18 konsumsi yang dapat meningkatkan agregat demand, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional. Permintaan kredit dari masyarakat merupakan indikasi adanya kebutuhan dana bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi ketidakpastian ekonomi yang melanda Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, seperti kenaikkan harga BBM, inflasi yang senantiasa berfluktuasi dan lain sebagainya, diduga turut andil dalam jumlah kredit yang diminta oleh masyarakat. Pada triwulan akhir tahun 2005, Indonesia mengalami kenaikkan harga BBM yang mengakibatkan terjadinya inflasi. Berikut adalah perkembangan inflasi sejak tahun 2003 sampai dengan 2007: Gambar 1.1 Perkembangan Inflasi Sejak Tahun 2003 sampai dengan 2007 Perkembangan Inflasi sejak tahun 2003 Sampai dengan Jumlah 10 Inflasi Periode (Tahun) Sumber: Bank Indonesia (2007)

19 Jumlah Berdasarkan Gambar 1.1 tersebut terlihat bahwa inflasi senantiasa berfluktuasi. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 yang bertepatan dengan adanya kenaikan harga BBM. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bulanan merupakan salah satu mekanisme moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan besarannya disesuaikan dengan kondisi perekonomian negara (Wikipedia Indonesia, 2007). Perubahan pada suku bunga SBI dapat mempengaruhi perubahan pada suku bunga kredit. Nilai suku bunga SBI juga senantiasa berubah dan berfluktuasi. Berikut ini adalah perkembangan suku bunga SBI sejak tahun 2003:01 sampai dengan 2007:06: Gambar 1.2 Perkembangan Suku Bunga SBI Sejak Tahun 2003 sampai dengan 2007 Perkembangan Suku Bunga SBI Sejak Tahun 2003 Sampai dengan Periode (Tahun) Suku Bunga SBI Sumber: Bank Indonesia (2007) Berdasarkan Gambar 1.2 diatas terlihat bahwa suku bunga SBI senantiasa berfluktuasi menyesuaikan kondisi perekonomian. Suku bunga SBI tertinggi terjadi pada tahun 2005 sampai Hal ini merupakan penyesuaian ekonomi

20 Uraian jenis pinjam an saat kenaikan harga BBM dan pascakenaikan harga BBM. Fluktuasi pada suku bunga SBI diduga memiliki andil terhadap permintaan kredit masyarakat, salah satunya pada permintaan kredit Perum Pegadaian. KCA yang diberikan oleh Perum Pegadaian menunjukkan tren yang positif dari tahun ke tahun. Terutama sejak tahun 1997 hingga Pada tahun 1997 total kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian adalah sebesar Rp. 2,077 triliun dan pada tahun 2006 kredit yang disalurkan sebesar Rp. 17,294 triliun (Laporan Tahunan Perum Pegadaian, 2006). Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diberikan Bisnis Inti (KCA) Selama Tahun (dalam jutaan rupiah) Tahun Gol A 183, 139 Gol B 475, 912 Gol C 679, 517 Gol D 739, 032 Jumlah 2,07 7, , , , 214 1,58 1,31 6 3,12 2, , , 254 1,02 3,68 2 1,61 9,16 1 3,22 6, , , 839 1,24 1,45 5 2,33 7,58 3 4,21 8,39 4 Sumber: Perum Pegadaian (2006) 195, , 784 1,61 6,04 7 3,63 3,73 8 5,95 3, , , 168 1,92 4,46 2 5,15 8,21 6 7,80 3, , 739 1,03 6,72 8 3,40 7,97 0 4,04 2,86 8 8,75 0, , 164 2,16 3,85 5 7,14 2, , ,0 45, ,2 16 2,428,887 9,683, , ,12 6, ,9 81 2,539,599 13,38 0, , ,29 4,485 Rata2 pertumbu han Gambar 1.3 Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diberikan Bisnis Inti (Kredit Cepat dan Aman) Selama Tahun

21 Jumlah (Miliar Rp.) Perkembangan Bisnis Inti (Kredit Cepat dan Aman) Perum Pegadaian Tahun Kredit Cepat dan Aman Tahun Sumber: Perum Pegadaian (2006) Berdasarkan Gambar 1.3 tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah pinjaman yang diberikan oleh bisnis inti (KCA) memiliki tren yang positif. Pada Gambar 1.3 tersebut juga dapat dilihat adanya peningkatan yang signifikan pada KCA yang disalurkan oleh Perum Pegadaian kepada masyarakat pada sepuluh tahun terakhir. Periode pertama mewakili tahun 1997, periode kedua mewakili tahun 1998 dan seterusnya hingga periode kesepuluh mewakili tahun Jumlah kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian tentu saja berkaitan dengan jumlah kredit yang diminta oleh masyarakat Perumusan Masalah

22 Perum Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang memiliki fungsi menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan menggunakan barang jaminan. Barang jaminan yang dapat dijadikan agunan untuk memperoleh kredit tidak harus barang mahal. Syarat barang yang dapat dijadikan barang jaminan adalah semua barang bergerak, artinya barang tersebut dapat bergerak atau dipindahkan. Contoh barang bergerak yang dapat dijadikan barang jaminan adalah mobil, motor, emas, dan alat-alat elektronik. Rumah, gedung, dan tanah merupakan barang tetap, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai barang jaminan (laporan tahunan Perum Pegadaian, 2006). Tabel 1.2 berikut menjelaskan besarnya taksiran harga barang jaminan beserta tarif sewa modal (interest rate) dan lamanya peminjaman. Tabel 1.2 Taksiran Harga Barang Jaminan beserta Tarif Sewa Modal Tarif sewa modal (%) Golongan Pinjaman Pagu kredit (dalam Mulai 1 Januari 2007 Jangka waktu ribuan Rp) Per 15 hari Maksimum kredit (Hari) A , B ,45 11, C ,45 11, C ,45 11, D , D , Sumber: Perum Pegadaian (2007) Pada Tabel 1.2 di halaman sebelumnya diperlihatkan besarnya kredit yang dapat diperoleh masyarakat yang akan meminjam dana di Perum Pegadaian. Pinjaman minimal adalah Rp ,00 dengan interest rate per 15 hari sebesar 1 %, jangka waktu peminjaman maksimum 120 hari dengan interest rate 8 %. Pinjaman maksimal adalah untuk berapapun nilai diatas Rp ,00, dengan interest rate per 15 hari sebesar 1 %, jangka waktu peminjaman

23 maksimumnya 120 hari dengan interest rate 8 %. Jika nasabah tidak mampu menebus barang jaminan hingga jangka waktu maksimal yang ditentukan, maka barang jaminan yang digadaikan akan dilelang. Kondisi masyarakat Indonesia tidak seluruhnya sama, sebagian besar mereka tinggal di daerah yang relatif sulit menjangkau akses perbankan. Selain itu pengetahuan sebagian masyarakat Indonesia yang tinggal di pelosok daerah yang masih terbatas mengenai prosedur kredit perbankan. Perum Pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank berusaha mengatasi permasalahan tersebut. Perum Pegadaian berusaha menjangkau seluruh nusantara, dengan pembuatan kantor cabang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sesuai data pada laporan tahunan Perum Pegadaian tahun 2007 yang menyebutkan bahwa jumlah kantor cabang Perum Pegadaian pada tahun 2007 telah mencapai 867 buah dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah Gambar 1.4 yang menggambarkan perkembangan jumlah kantor cabang Perum Pegadaian di Indonesia. Gambar 1.4 Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Perum Pegadaian di Indonesia (Tahun )

24 Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Perum Pegadaian Sejak Tahun Jumlah Periode (Tahun) Kantor Cabang Sumber: Perum Pegadaian (2007) Jika dilihat berdasarkan Gambar 1.4, maka sesuai data pada Laporan Tahunan Perum Pegadaian (2007) yang menyebutkan bahwa jumlah kantor cabang Perum Pegadaian di Indonesia senantiasa bertambah dari tahun ke tahun. Pada awal tahun 2000 jumlah kantor cabang Perum Pegadaian sebanyak 690 buah dan di pertengahan tahun 2007 jumlah kantor cabangnya berkembang menjadi 867 buah. Jumlah kantor cabang yang sudah cukup banyak diduga memiliki andil juga terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian? 1.3. Tujuan Penelitian

25 Penelitian ini bertujuan antara lain untuk: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit yang dilakukan oleh Perum Pegadaian Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada mahasiswa peneliti atau penulis dan semua kalangan akademisi di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor khususnya dan di lingkungan masyarakat luas pada umumnya. Manfaat yang dapat diperoleh diantaranya adalah: 1. Menganalisis permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis yang digunakan. 2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut. 3. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk menerapkan Ilmu ekonomi yang selama ini telah diperoleh dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pada analisis faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap permintaan kredit yang dilakukan oleh Perum Pegadaian. Faktor-faktor yang dimasukkan ke dalam penelitian ini adalah suku

26 bunga SBI, standar taksiran logam emas (harga taksiran emas), jumlah kantor cabang perum Pegadaian, inflasi, jumlah uang beredar dan Produk Domestik Bruto (PDB). Data yang digunakan adalah data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Perum Pegadaian sejak tahun 2003:01 sampai 2007:06. Penelitian ini dilakukan melalui data yang sifatnya nasional, sesuai periode waktu yang telah ditentukan.

27 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kredit Menurut Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan dalam Simorangkir (2000), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Johnson dalam Djinarto (2000), menyatakan bahwa kredit adalah kemampuan untuk memperoleh barang atau jasa dengan memberi janji untuk membayar pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Menurut arti ekonomi kredit adalah penundaan bayaran dari prestasi yang diberikan sekarang baik dalam bentuk barang, uang atau jasa (Suyatno et al, 1991) Jenis Kredit Menurut Simorangkir (2000), berdasarkan penggunaannya, kredit dibedakan menjadi dua jenis,yaitu: 1. Kredit Konsumtif Kredit konsumtif merupakan kredit yang ditujukan kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk keperluan konsumsi, seperti untuk properti, kendaraan, dan barang konsumtif lainnya. 2. Kredit Produktif

28 Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan produksi atau usaha. Diharapkan melalui kredit ini akan ada perputaran usaha yang dapat menghasilkan keuntungan usaha, contoh jenis kredit ini adalah Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang bertujuan untuk pembelian barang modal dan jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, perluasan proyek, penempatan kembali, dan atau pembuatan proyek baru Fungsi Kredit Menurut Simorangkir (2000) fungsi kredit adalah: 1. Kredit akan meningkatkan daya guna (equity) uang. Kredit dapat dijadikan modal usaha atau tambahan modal usaha yang bermanfaat bagi kelancaran produksi suatu usaha, baik yang diberikan secara langsung oleh pemilik modal maupun melalui pihak perbankan. 2. Kredit mampu meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Sesuai fungsinya, jika kredit yang diberikan melalui rekening giro, maka akan meningkatkan peredaran uang giral, sebaliknya jika kredit yang diberikan secara tunai maka akan meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang. 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Kredit dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha bagi suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan berproduksi atau mengolah suatu

29 bahan baku dari bahan mentah menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut meningkat. 4. Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi. Menurut Suyatno et al (1991), pada tahun 1996, kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan ekonomi melalui kredit telah berhasil dengan baik. Pemerintah melakukan kebijakan uang ketat melalui pemberian kredit yang selektif dan terarah. Arus kredit diarahkan untuk sektor yang produktif dengan pembatasan kualitatif dan produktif. Tujuannya untuk meningkatkan jumlah produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar bisa diekspor. 5. Kredit mampu meningkatkan semangat dalam berusaha. Kredit adalah salah satu insentif yang diharapkan mampu meningkatkan volume usaha. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan berguna bagi perusahaan untuk mengatasi kekurangan modal, sehingga volume usaha dapat ditingkatkan. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. Bantuan kredit dapat dijadikan sarana bagi perusahaan untuk memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Pendirian dan peningkatan proyek baru memerlukan tenaga kerja sehingga mereka memperoleh pendapatan, dalam hal ini, adanya kredit membuat aliran kredit ke tenaga kerja menjadi merata. 7. Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Bank-bank asing di luar negeri dapat memberikan kredit kepada sektor

30 usaha di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Begitu pula dengan negara-negara maju, mereka dapat juga memberikan bantuan kredit kepada sektor dunia usaha di Indonesia. Dengan demikian, berarti terjalin hubungan ekonomi dan internasional antar negara. Sedangkan menurut Bank Indonesia dalam Ismail Hadikusumah, fungsi kredit adalah: 1. Bagi dunia usaha kredit berfungsi sebagai permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanyan dan sebagai pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan dapat diperoleh dari keuntungan usahanya. 2. Bagi lembaga keuangan kredit berfungsi untuk menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit pada dunia usaha Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit C. David dalam Rachmina (1994) mengemukakan bahwa permintaan kredit merupakan fungsi dari biaya meminjam, time preferences konsumsi sekarang dan yang akan datang serta faktor endowments. Biaya pinjaman meliputi tingkat bunga, biaya transaksi (administrasi) dan pengeluaran lain. Lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat hubungan negatif antara permintaan kredit dengan biaya meminjam. Elastisitas permintaan kredit terhadap biaya meminjam sangat tergantung pada kurva kemungkinan pendapatan (income possibilities curve) dan

31 fungsi time preference (the time preference function). Hal lain mengungkapkan bahwa permintaan kredit akan meningkat apabila konsumsi sekarang tniggi, ceteris paribus. Faktor lain yang mempengaruhi permintaan kredit, yaitu resiko dan ketidakpastian Suku Bunga SBI Menurut Wikipedia Indonesia (2007), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto atau bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Melalui penjualan SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan Inflasi Milton Friedman dalam Mishkin (2001) nenyatakan bahwa inflation is always and everywhere a monetary phenomenon (inflasi selalu dan dimana saja menjadi fenomena moneter). Menurut Friedman, inflasi dan pertumbuhan jumlah uang beredar sangat berhubungan.

32 Keynesian (pandangan kaum Keynesian) dalam Mishkin (2001) mempercayai penyebab inflasi adalah jumlah uang yang beredar. Menurut Keynesian, Inflasi adalah kenaikan secara terus menerus dari harga barang dan jasa secara umum. Saat harga meningkat yang disebabkan oleh variabel lain selain money supply, misal karena peningkatan pengeluaran pemerintah (G) atau penurunan pajak (Tax) yang menyebabkan permintaan agregat bergeser ke kanan, hal ini terjadi hanya satu periode. Apa yang terjadi ini tidak bisa disebut inflasi, karena hanya suatu penyesuaian serta ada titik hentinya tidak secara terus menerus. Menurut pandangan kaum Keynesian, inflasi dapat disebabkan oleh kebijakan fiskal dan moneter. Hal inilah yang membedakannya dengan pandangan kaum Monetaris mengenai inflasi. Menurut Keynesian, jika dalam jangka panjang stabil, maka inflasi akan terjadi secara terus menerus tetapi dalam jangka pendek harga hanya akan menyesuaikan. 2.4 Money Supply (Jumlah Uang yang Beredar) Jumlah uang beredar menurut Mishkin (2001) dapat dibagi menjadi tiga, yaitu uang primer (monetary base/m0), uang dalam arti sempit (narrow money/m1), dan uang dalam arti luas (broad money/m2). Bank sentral memiliki kebijakan untuk mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu dengan kebijakan kontraksi moneter (penurunan jumlah uang beredar) dan kebijakan ekspansi moneter (peningkatan jumlah uang beredar).

33 2.5. Perum Pegadaian Perum Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai fungsi dalam penyaluran kredit ke masyarakat dengan jaminan tertentu berupa barang bergerak, dengan batas waktu pengembalian yang telah ditentukan dan dikenai bunga (laporan tahunan Perum Pegadaian, 2006) Visi dan Misi Perum Pegadaian Visi Perum Pegadaian menurut laporan tahunan Perum Pegadaian (2006) adalah Pegadaian pada tahun 2010 menjadi perusahaan yang modern, dinamis, dan inovatif dengan usaha utama gadai. Dalam lima tahun mendatang perusahaan harus mampu menjadi perusahaan yang modern, dinamis dan inovatif. Modern berarti kondisi fisik, sarana dan prasarana serta sistem kerja juga mampu menghasilkan produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern. Dinamis berarti sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam hal kecepatan pelayanan dan kemampuan menyesuaikan ketrampilan, sikap yang lebih komunikatif, efisiensi dan integritas tinggi, juga berarti semakin mampu merespon dengan cepat kebutuhan konsumen. Inovatif berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam menyempurnakan produk yang sudah ada dan menciptakan berbagai produk-produk baru yang menguntungkan, juga selalu menyempurnakan pelaksanaan sistem dan prosedur. Menurut laporan tahunan Perum Pegadaian (2006), Perum Pegadaian juga menerapkan misi menyangkut batasan bisnis yang akan dikerjakan, sasaran pasar

34 yang dituju dan upaya peningkatan kemanfaatan perusahaan kepada stakeholders. Rumusan misi Perum Pegadaian dinyatakan dengan kalimat sebagai berikut: Ikut membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah, melalui kegiatan utama berupa penyaluran kredit gadai dan melakukan usaha lain yang menguntungkan Kegiatan Usaha Perum Pegadaian Kegiatan Usaha Inti Salah satu kegiatan usaha inti Perum Pegadaian adalah Kredit Cepat dan Aman (KCA). Menurut laporan tahunan Perum Pegadaian (2006), pada sepuluh tahun terakhir penyaluran uang pinjaman melalui KCA ini mengalami peningkatan, dari Rp. 2,077 triliun pada tahun 1997 meningkat sebesar Rp. 17,294 triliun pada tahun KCA ini diberikan kepada masyarakat dalam suatu jangka waktu peminjaman tertentu dengan dikenai bunga, dan masyarakat yang meminjam uang wajib memberikan barang bergerak yang dimilikinya sebagai agunan. Berikut ini disajikan tabel 2.1 mengenai jumlah pinjaman yang diberikan dengan beserta tarif sewa modalnya (interest rate) dan jangka waktu kreditnya yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2007 sesuai Surat Keputusan Direksi No.1024/UI.I.00211/ Desember 2006 adalah: Tabel 2.1 Jumlah kredit atau pinjaman yang diberikan beserta tarif sewa modal (interest rate) Tarif sewa modal (%) Golongan Pinjaman Pagu kredit (dalam Mulai 1 Januari 2007 Jangka waktu ribuan Rp) Per 15 hari Maksimum kredit (Hari) A , B ,45 11, C ,45 11,60 120

35 C ,45 11, D , D , Sumber: Perum Pegadaian, Kegiatan Usaha Non Inti Kegiatan usaha non inti yang dilakukan oleh Perum Pegadaian (Laporan Tahunan Perum Pegadaian, 2006) adalah: a) Rahn (Gadai syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern. b) Kreasi adalah pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro-kecil (dalam rangka pengembangan usaha), dengan konstruksi penjaminan secara fidusia dan pengembalian pinjaman secara angsuran. c) Krasida adalah pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro-kecil (dalam rangka pengembangan usaha) atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya dilakukan melalui angsuran. d) Kresna adalah pemberian pinjaman kepada pegawai/karyawan dalam rangka kegiatan produktif/konsumtif dengan pengembalian secara angsuran. e) KTJG (Kredit Tunda Jual Gabah) adalah layanan kredit yang diberikan kepada petani dengan jaminan gabah kering giling. f) Jasa taksiran dan jasa titipan - Jasa Taksiran adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui seberapa besar nilai sesungguhnya dari

36 barang yang dimiliki, seperti emas, berlian, batu permata, dan lainlain. - Jasa Titipan adalah pelayanan kepada masyarakat yang ingin menitipkan barang-barang atau surat berharga yang dimiliki terutama bagi orang-orang yang akan meninggalkan rumah dalam waktu lama, misalnya menunaikan haji, pergi keluar kota, atau mahasiswa yang sedang berlibur. f) Properti Untuk mengoptimalkan pemanfaatan asset yang kurang produktif, perusahaan membangun gedung untuk disewakan, baik dengan cara pembiayaan sendiri maupun bkerja sama dengan pihak ketiga dengan sistem bangun, kelola dan alih (Build, Operate and Transfer/BOT) dan kerja sama operasi (KSO) g) Jasa Lelang Bidang jasa lelang dimaksudkan untuk menyelenggarakan penjualan di muka umum secara lelang sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2.8. Pendapatan Nasional Produk nasional adalah nilai total produksi barang dan jasa suatu negara. Nilai dari total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang bersangkutan (Mankiw, 2000). Jadi, produk nasional adalah sama dengan pendapatan nasional.

37 Pendapatan nasional dapat diukur dalam bentuk Pendapatan Nasional Bruto (PNB) atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB). PNB mengukur nilai produk yang dihasilkan oleh suatu negara, termasuk kegiatan produksi yang dilakukan di wilayah negara lain tetapi tidak termasuk kegiatan produksi oleh orang atau perusahaan asing di wilayah negara yang bersangkutan. Sedangkan PDB mengukur nilai produk yang dihasilkan di wilayah suatu negara, termasuk kegiatan orang atau perusahaan asing tetapi tidak termasuk kegiatan produksi di wilayah lain. PNB mengukur nilai pasar total dari negara bersangkutan. Untuk kepentingan dalam negeri, PNB dinyatakan dalam nilai mata uang negara bersangkutan, sedangkan untuk perbandingan dengan negara-negara lain, PNB diukur dengan mata uang Dolar Amerika. Jika diukur berdasarkan harga yang sedang berlaku disebut PDB atau PNB nominal, sedangkan jika diukur berdasarkan harga konstan disebut dengan PNB atau PDB riil Perum Pegadaian Sebagai Salah Satu Lembaga Keuangan Bukan Bank Menurut Suyatno et al (1991), Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dapat melakukan usaha di Indonesia sebagai badan hukum Indonesia yang didirikan oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dalam bentuk kerja sama antara asing dan Indonesia. LKBB dapat juga berlaku sebagai badan hukum asing dalam bentuk perwakilan dari lembaga keuangan yang berkedudukan di luar negeri. Menurut Suyatno et al (1991), usaha-usaha yang dilakukan oleh LKBB adalah sebagai berikut:

38 1. Menghimpun dana dari masyarakat dengan cara mengeluarkan surat berharga. 2. Memberikan kredit terutama kredit jangka menengah dan panjang kepada perusahaan atau proyek-proyek, baik yang dimiliki pemerintah ataupun swasta. 3. Mengadakan penyertaan modal yang bersifat sementara di dalam perusahaan atau proyek-proyek sampai saham-sahamnya dapat diperjualbelikan di pasar modal. 4. Bertindak sebagai perantara dari perusahaan-perusahaan Indonesia dan badan hukum pemerintah, untuk mendapatkan sumber permodalan berupa pinjaman dan penyertaan, baik dari dalam maupun luar negeri. 5. Bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan peran serta untuk mengadakan join-venture serta bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan tenaga ahli dan memberikan nasehat-nasehat keahlian. 6. Melakukan usaha-usaha lain di bidang keuangan setelah mendapat persetujuan dari menteri keuangan. LKBB tidak diperkenankan menerima simpanan, baik dalam bentuk giro, tabungan, maupun deposito serta dana-dana yang dihimpun di Indonesia tidak diperkenankan diinvestasikan di luar negeri. Namun, dengan adanya Pakto 27, LKBB diperbolehkan untuk menerbitkan sertifikat deposito (Suyatno et al, 1991). Sebagai salah satu Lembaga Keuangan Bukan Bank, Perum Pegadaian juga menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dengan menggunakan barang jaminan berupa

39 barang bergerak (laporan tahunan Perum Pegadaian, 2006). Sama halnya dengan LKBB lainnya Perum Pegadaian juga tidak menerima simpanan, baik dalam bentuk giro, tabungan, maupun deposito. Kredit yang disalurkan ke masyarakat dalam bentuk KCA dapat digunakan untuk konsumsi ataupun modal usaha. Pada penelitian ini tidak dispesifikkan kredit Perum Pegadaian dilihat dari kredit konsumsi atau kredit investasi, tetapi dilihat kredit sebagai salah satu produk jasa Perum Pegadaian yang menggunakan barang bergerak sebagai agunannya. Kredit Cepat dan Aman (KCA) sebagai salah satu produk jasa inti Perum Pegadaian merupakan kredit yang dimaksud dalam penelitian ini Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan penulis tidak merujuk pada penelitian terdahulu yang membahas secara spesifik mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Hal ini dikarenakan sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis belum ditemukan penelitian yang secara spesifik membahas mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit Perum Pegadaian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis merujuk penelitian lain yang membahas mengenai kredit dan Perum Pegadaian secara lebih luas. Beberapa penelitian yang dijadikan rujukan bagi penulis untuk penelitiannya diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ismail Hadikusumah (2006) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Efektivitas Penetapan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap

40 Penyaluran Kredit serta Implikasinya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis bank lending chanel terjadi di Indonesia, (2) menganalisis pengaruh penyaluran kredit terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (3) menganalisis respon dinamis kredit terhadap guncangan (shock) suku bunga SBI dan respon dinamis GDP terhadap guncangan (shock) kredit. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis data VAR (Vector Auto Regression). Penelitian tersebut juga menghasilkan kesimpulan berupa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit berlaku di Indonesia akan tetapi belum memberikan pengaruh yang signifikan. Penelitian selanjutnya yang dijadikan referensi oleh penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Satrio Wibowo dan Gunawan (1999) dalam jurnalnya yang berjudul Kegiatan Usaha Perum Pegadaian dan Peranannya dalam Mendukung Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mempelajari peran usaha Perum Pegadaian serta potensinya untuk ikut berperan dalam pelaksanaan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) dan (2) untuk mempelajari peran dan potensi Perum Pegadaian dalam pemberdayaan usaha kecil, khususnya sektor informal. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis data primer dan sekunder. Dimana, pada analisis data primer menggunakan metode survey dan pada analisis data sekunder menggunakan data-data yang bersumber dari Perum Pegadaian. Data-data yang dipakai adalah berupa data keuangan, data operasional, ketentuan-ketentuan operasional, kepegawaian, manajemen, dan sumber daya lainnya. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:

41 1. Perkembangan Perum Pegadaian dalam tiga tahun terakhir ( ) cukup pesat, khususnya tahun 1998 terjadi pelonjakan kinerja terutama karena beralihnya sebagian nasabah perbankan ke Perum Pegadaian. 2. Perum Pegadaian telah ikut berperan dalam kegiatan pembiayaan usaha kecil 3. Secara makro, jika dibandingkan dengan BPR dan BRI Unit Desa yang memiliki pasar yang hampir sama, sumbangan Perum Pegadaian dalam pemberian kredit masih rendah. 4. Dalam tiga tahun terakhir ( ) terjadi pergeseran pemberian kredit dari nasabah kecil ke nasabah besar. Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan orientasi kebijakan Perum Pegadaian untuk meningkatkan laba serta kenaikan golongan pinjaman karena adanya kenaikan harga barang jaminan. 5. Perum Pegadaian mempunyai beberapa kelemahan sturuktural yang dapat menghambat peningkatan kinerja dan merupakan potensi timbulnya berbagai penyimpangan. Penyimpangan tersebut diantaranya terlalu luas rentang kendali manajemen tidak didukung dengan sistem dan sarana pengawasan atau pelaporan yang memadai, serta sistem manajemen yang sangat sentralistik. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama meneliti tentang kredit serta bagaimana peran Perum Pegadaian dalam mendukung perekonomian nasional menggunakan metode analisis kuantitatif.

42 Perbedaannya adalah pada cakupan kreditnya jika pada penelitian terdahulu menggunakan cakupan kredit secara umum, maka pada penelitian yang dilakukan oleh penulis kredit yang dianalisis adalah kredit Perum Pegadaian. Secara lebih spesifik kredit Perum Pegadaian yang dimaksud adalah pada salah satu usaha inti Perum Pegadaian yaitu Kredit Cepat dan Aman (KCA). Selain itu pada penelitan terdahulu tidak mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit, maka pada penelitian ini diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian Kerangka Pemikiran Operasional Masyarakat selalu membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kredit merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh masyarakat untuk memperoleh dana. Berkaitan dengan hal tersebut muncullah permintaan kredit. Perum Pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank turut andil dalam menyalurkan dana ke masyarakat. Dana yang disalurkan tersebut dalam bentuk kredit, baik itu kredit untuk konsumsi ataupun untuk modal usaha, dengan kegiatan usaha intinya yaitu Kredit Cepat dan Aman (KCA). Andil Perum Pegadaian terhadap penyaluran kredit ke masyarakat terbukti dengan berkembangnya KCA yang disalurkan oleh Perum Pegadaian dari tahun ke tahun. Terutama semenjak tahun 1997 hingga 2006, dimana pada tahun 1997 KCA yang disalurkan sebesar Rp. 9,077 triliun dan pada tahun 2006 menjadi Rp. 17,294 triliun (Laporan Tahunan Perum Pegadaian, 2006). Jumlah kredit yang disalurkan

43 oleh Perum Pegadaian tentu saja berkaitan dengan permintaan kredit dari masyarakat. Melalui penelitian ini akan dianalisis beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Analisis faktor-faktor tersebut akan dilakukan dengan metode Regresi Berganda. Metode Regresi Berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian dengan menggunakan variabel-variabel suku bunga SBI, inflasi, jumlah uang beredar, standar taksiran logam emas, jumlah kantor cabang Perum Pegadaian dan produk domestik bruto. Setelah dianalisis menggunakan metode Regresi Berganda, kemudian dilihat bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Selain itu ada pula kebijakan yang ditujukan kepada Perum Pegadaian dan juga pemerintah terutama dalam hal permodalan Perum Pegadaian. Untuk lebih jelasnya uraian yang telah dipaparkan akan dijelaskan pada Gambar 3.1 berikut ini:

44 Perum Pegadaian sebagai lembaga keuangan bukan bank menyalurkan kredit ke masyarakat Permintaan kredit dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian menggunakan metode regresi linear berganda (den Suku Bunga SBI Inflasi Jumlah Uang Beredar Standar Taksiran Logam Emas Jumlah Kantor Cabang Produk Domestik Bruto Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian Kebijakan atau usaha yang dapat dilakukan oleh Perum Pegadaian dan pemerintah untuk meningkatkan permintaan kredit Perum Pegadaian Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

45 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Laporan Tahunan Perum Pegadaian, internet, buku, dan literatur lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian kepada masyarakat yang berupa kredit cepat dan aman (KCA), suku bunga SBI, jumlah uang beredar, inflasi, standar taksiran logam emas, jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, dan produk domestik bruto. Data yang digunakan tersebut adalah data time series berupa data bulanan dengan sampel waktu dari tahun 2003:01 sampai tahun 2007:06. Khusus untuk data PDB adalah data triwulanan yang diinterpolasi menggunakan metode interpolasi Cubic Spline. Hal ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data PDB dalam bentuk bulanan. Interpolasi Cubic Spline merupakan metode yang cukup baik untuk fitting data eksperimental yang bentuk fungsi maupun turunannya tidak diketahui (Lasijo, 2001). Berikut Tabel 3.1 yang menjelaskan tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini beserta satuan, sumber, dan simbolnya: Tabel 3.1 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Variabel Satuan Sumber Simbol Kredit Pegadaian Miliar Rupiah Perum Pegadaian KP Suku Bunga SBI Persen Bank Indonesia RBI Inflasi Persen Bank Indonesia INF Jumlah Uang Miliar Rupiah Bank Indonesia MS Beredar Standar Taksiran Logam emas Rupiah Perum Pegadaian STL Jumlah kantor Ratusan Perum Pegadaian CAB

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H14104059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H14102081 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H14104095 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan sektor perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional dalam mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP PENYALURAN BERBAGAI JENIS KREDIT UMKM DI INDONESIA Oleh: ANGGIT GUMILAR H 14104103 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kunci penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat adalah sinergi antara sektor moneter, fiskal dan riil. Bila ketiganya dapat disinergikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dahulu sektor perbankan hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transmisi kebijakan moneter merupakan proses, dimana suatu keputusan moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. Perencanaan dalam sebuah

Lebih terperinci

OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H

OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H ANALISIS EFEKTIVITAS PENETAPAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PETUMBUHAN EKONOMI NASIONAL OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H14102125 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H14103010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INDEKS HARGA KONSUMEN PERUMAHAN TERHADAP TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA. OLEH Patricia A. Mumbunan H

ANALISIS PENGARUH INDEKS HARGA KONSUMEN PERUMAHAN TERHADAP TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA. OLEH Patricia A. Mumbunan H ANALISIS PENGARUH INDEKS HARGA KONSUMEN PERUMAHAN TERHADAP TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA OLEH Patricia A. Mumbunan H14104100 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masih melekat dalam ingatan kita bersama bagaimana beratnya dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, dimana hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Kredit 2.1.1.1. Pengertian Kredit Lembaga keuangan bank maupun bukan bank tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan,

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan era global saat ini semakin ketat, strategi bisnis dan teknologi yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan yang ketat antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir mulai dari praderegulasi sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan. semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan. semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H14103055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YOGI. Evaluasi Penerapan Inflation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peran perbankan di era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini benar benar amat dirasakan keberadaannya. Tingginya arus perputaran uang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA OLEH ZAINAL MUTTAQIN H14102105 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang vital dalam mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara. Melalui fungsi intermediasinya, perbankan mampu menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah transmisi yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian,terutama pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H14050206 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H14102107 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NOVA MARDIANTI. Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Peranan uang dalam perekonomian nasional suatu negara dapat dilihat dan dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara didukung oleh adanya suntikan dana dari pihak pemerintah baik melalui Lembaga Keuangan Bank (selanjutnya disingkat menjadi LKB) ataupun Lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perekonomian yang sehat dan dinamis membutuhkan sistem keuangan yang mampu menyalurkan dana secara efisien dari masyarakat penabung ke masyarakat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan terutama industri perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis syariah (perbankan dan non perbankan) memiliki prospek yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis syariah (perbankan dan non perbankan) memiliki prospek yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis syariah (perbankan dan non perbankan) memiliki prospek yang tinggi. Hal ini dibuktikan dari pertumbuhan bisnis syariah global yang terus meningkat. The Banker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di media massa seringkali kita membaca atau mendengar beberapa indikator makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat Bank Indonesia,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membantu dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membantu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membantu dan mendorong perkembangan perekonomian pada suatu negara. Dapat dikatakan bahwa lembaga perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Jenis Arus dana Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Neraca Arus Dana (NAD) adalah sistem data finansial yang secara lengkap menggambarkan penggunaan tabungan dan sumber dana lainnya untuk membiayai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H14102098 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI OLEH RATNA VIDYANI H14102077 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, permasalahan suku bunga (domestik) merupakan indikator makro yang sangat penting. Indikator ini, mempunyai faktor-faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang peranan penting. Dimana untuk kemajuan perekonomian, kita tidak bisa mengandalkan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H14103098 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pada perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatanya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perbankan telah berkembang pesat, bank berperan sangat penting mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga keuangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menguasai konsep dan teori uang. 2. Menentukan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005)

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) OLEH LAMBOK SIRINGORINGO H14102102 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PENGAJUAN KREDIT DI BANK X (Studi kasus: Wilayah Bandung) OLEH SRIKANDI PUSPA WANGI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PENGAJUAN KREDIT DI BANK X (Studi kasus: Wilayah Bandung) OLEH SRIKANDI PUSPA WANGI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PENGAJUAN KREDIT DI BANK X (Studi kasus: Wilayah Bandung) OLEH SRIKANDI PUSPA WANGI H14104060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan yang sangat cepat menuntut kita untuk selalu siap dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat. Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA OLEH RIANI WIDIARTI H14104082 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan pasar keuangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan mengingat setiap perubahan kebijakan moneter untuk mempengaruhi aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Didalam sistem perekonomian uang memiliki peranan strategis terutama karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya sering

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H14104123 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM (GWM) TERHADAP TINGKAT KINERJA PERBANKAN INDONESIA OLEH WELLEM A. TENIWUT H

PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM (GWM) TERHADAP TINGKAT KINERJA PERBANKAN INDONESIA OLEH WELLEM A. TENIWUT H PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM (GWM) TERHADAP TINGKAT KINERJA PERBANKAN INDONESIA OLEH WELLEM A. TENIWUT H14102046 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DAN JANGKA PENDEK H DEPARTEMEN MEN. Oleh :

DAN JANGKA PENDEK H DEPARTEMEN MEN. Oleh : ANALISIS KAUSALIT TAS ANTARA INVESTASI PORTOFOLIO DAN PERKEMBANGAN INDEKS HARGAA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DALAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG DI INDONESIA Oleh : MOCHAMMAD AKBAR H14104054 DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang bekerja dengan cara mengumpulkan dana dari masyarakat untuk kemudian meminjamkannya lagi kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya bank pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA OLEH : RATIH NURALITHA PRATIKA H14103051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa bank sangat penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa bank sangat penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan sasaran pembangunan ekonomi, dimana perbankan diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di Indonesia. Khususnya dalam

Lebih terperinci