POTENSI ANCAMAN EMISI UDARA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI ANCAMAN EMISI UDARA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA"

Transkripsi

1 POTENSI ANCAMAN EMISI UDARA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA Edwaren Liun Pusat Pengembangan Energi Nuklir BATAN ABSTRAK POTENSI ANCAMAN EMISI UDARA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA. Pengembangan jangka panjang sistem kelistrikan Sumatera membutuhkan berbagai jenis sumberdaya energi, seperti hydro, panas bumi, minyak, gas, batubara dan nuklir. Dari berbagai jenis bahan bakar tersebut pembangkit yang berbasis pembakaran hydrocarbon melepaskan emisi gas yang menyebabkan pencemaran udara lingkungan dengan intensitas semakin tinggi dari tahun ke tahun. Analisis dilakukan melalui proses komputasi sistem kelistrikan dengan menggunakan model optimasi WASP-IV dan melakukan perhitungan emisi yang dilepaskan oleh sistem kelistrikan wilayah Sumatera berdasarkan jenis pembangkit dan bahan bakar yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa ancaman emisi semakin menguat dan berpotensi merusak berbagai substansi dan komponen lingkungan hidup. Berdasarkan proyeksi beban dan pengembangan sistem kelistrikan masa depan, gas buang dari cerobong pembangkit listrik akan meningkat cukup tajam dari tahun ke tahun. Pada kasus tanpa opsi nuklir, emisi SO 2 sebesar 139 ribu ton pada tahun 2010 akan meningkat menjadi 386 ribu ton pada tahun Sedangkan emisi CO 2 meningkat dari 19 juta ton pada tahun 2010 menjadi 85 juta ton pada tahun Opsi nuklir mengurangi peningkatan laju emisi SO 2 dan CO 2 masing-masing menjadi 127 ribu ton dan 26 juta ton pada tahun Kata kunci: pembangkit listrik, bahanbakar fosil, emisi udara, potensi kerusakan, opsi nuklir. ABSTRACT POTENTIAL THREAT OF AIR EMISSIONS FROM SUMATRA ELECTRICITY SYSTEM. Development of long-term electricity system of Sumatra requires some types energy resources, such as hydro, geothermal, oil, gas, coal and nuclear. Several types of fuel combustion-based generators consuming hydrocarbon fuel releasing emissions of gases that cause air pollution of the environment with the higher intensity from year to year. The analysis was done through a process of computing the electrical system with optimization using WASP IV model and calculate the emissions released by the electrical systems of Sumatra region by type of generation and fuel used. The analysis showed that the threat of intensified emission and potentially damage the various substances and environmental components. Based on projected expenses and future development of electrical systems, exhaust gases from the chimney power plants will increase quite sharply from year to year. In the case without the nuclear option, SO 2 emissions by 139 thousand tons in 2010 will increase to 386 thousand tons in Whereas CO 2 emissions increased from 19 million tons in 2010 to 85 million tonnes in Nuclear option to reduce the rate of increase in emissions of SO 2 and CO 2 respectively to 127 thousand tons and 26 million tons in Keywords: power generation, fossil fuels, air emissions, damage potential, nuclear option. PENDAHULUAN Upaya memprediksi dan memproyeksikan emisi gas rumah kaca melibatkan pemodelan pertumbuhan dan aktivitas ekonomi nasional dan regional, dengan perhatian variabel-variabel khusus yang berpengaruh pada pembakaran bahan bakar fosil. Prediksi juga perlu menerapkan beberapa asumsi tentang aspek keekonomian serta arah kebijakan energi nasional yang berupaya menerapkan standar lingkungan hidup yang terpelihara. Jika mengurangi laju pertumbuhan emisi sebagai salah satu tujuan kebijakan, maka hasil proyeksi mengikuti hasil analisis atas masalah yang harus diselesaikan sehingga tujuan pengurangan emisi dapat dipenuhi. Misalnya, sumber utama emisi CO 2, pembakaran dari bahan bakar fosil, dipengaruhi oleh aktivitas dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan serta keputusan kebijakan pengembangan energi pengganti berbasis non-karbon, tingkat adopsi teknologi energi yang efisien, dan penerapan fasilitas pembangkit listrik bertenaga nuklir. Faktor-faktor kebijakan biasanya sulit untuk diprediksi tanpa adanya kebijakan antisipasi yang berorientasi pada pemeliharaan lingkungan yang konkret. Namun banyak elemen yang sangat tergantung pada tindakan decision maker (misalnya, untuk pendanaan) atau kebijakan yang menekankan secara kuat, maupun dukungan berbagai pihak baik organisasi 273

2 pemerintah maupun non pemerintah. Bilamana potensi ancaman emisi dibiarkan sebagaimana kecenderungannya, maka dalam beberapa dasawarsa ke depan keragaman dan kekayaan hayati lingkungan hidup akan mengalami kerusakan seperti yang telah terjadi di berbagai belahan dunia. Lingkungan hidup akan menjadi rusak oleh konsentrasi gas buang dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil. Lingkungan dan iklim Indonesia khususnya Sumatera perlu dipelihara sebagai salah satu sisa-sisa suaka alam Indonesia dengan kekayaan flora dan fauna yang unik dibanding pulau-pulau lainnya. Berbagai kebijakan perlu disiapkan agar lingkungan tetap bertahan di antara deru pembangunan yang semakin intensif di masa yang akan datang. Adalah kewajiban semua pihak untuk mewaspadai dampak yang akan timbul terhadap lingkungan yang belum ternilai akibat tekanan emisi gas baik yang bersifat rumah kaca maupun yang merusak secara langsung seperti SO 2 terutama di atas tahun 2020-an. Beberapa studi menunjukkan bahwa variasi polutan yang lebih besar berpotensi merusak lingkungan akan terjadi sesuai proyeksi. Kajian ini membandingkan skenario non nuklir dan opsi nuklir. Skenario ini didefinisikan dengan menggambarkan kebijakan sistem energi yang memungkinkan dengan komitmen kebijakan dan meningkatnya dukungan politik dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan tantangan energi nasional." Makalah ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan gambaran trend ke depan dampak pengembangan sistem kelistrikan Sumatera sebagai salah satu wilayah Indonesia yang mengalami pertumbuhan penduduk, GDP dan permintaan energi yang tinggi. Selama dasawarsa pertama abad ke 21 Sumatera mengalami pertumbuhan penduduk sebesar 2.17% (Indonesia 1,3%) [1]. Sementara pangsa GDP diproyeksikan naik dari 22% pada tahun 2007 menjadi 26% pada tahun 2025 terhadap GDP nasional [2]. Pertumbuhan permintaan energi naik lebih tinggi yaitu rata-rata 7,15%, karena angka elastisitasnya yang tinggi. Permintaan energi listrik tumbuh sebesar rata-rata 8,13% hingga tahun 2025 [2]. Kecenderungan berdasarkan ketersediaan sumberdaya nilai keekonomian dan solusi optimum sistem kelistrikan Sumatera, sumber energi listrik masa depan akan didominasi oleh batubara pada kasus tanpa opsi nuklir. Pada kasus dengan opsi nuklir pangsa batubara akan diambil sebagian oleh energi nuklir sehingga akan terjadi pengurangan yang signifikan pertumbuhan emisi. TEORI Program Simulasi Simulasi sistim pembangkit listrik Sumatera menggunakan paket program komputer WASP (Wien Automatic System Planning Package). Program WASP dikembangkan untuk perencanaan optimasi pengembangan sistem kelistrikan. Proses optimasi melakukan evaluasi berdasarkan biaya total minimum dengan menerapkan simulasi probabilistik untuk mengestimasi keandalan produksi sistem pembangkit, lalu menjalankan program dinamik untuk menentukan ekspansi yang optimal dari segi biaya [3]. Analisis dilakukan dengan menyusun pemodelan berdasarkan kondisi dan data aktual yang ada pada sistem kelistrikan Sumatera. Data disusun sebagai masukan yang representatif pada Wien Automatic System Planning Versi IV (WASP-IV), yang mana kriteria keekonomian, rencana dan kebijakan yang terkait dengan pengembangan sistem pembangkitan yang optimum disediakan. Model menggunakan estimasi probabilistik untuk menghitung biaya produksi, biaya energi tak terlayani (energy not served) dan keandalan sistem. Selanjutnya program menggunakan teknik linear programming untuk menentukan kebijakan energy dispatching optimal oleh pembangkit untuk memenuhi kriteria ekonomi berdasarkan parameterparameter [3] : Biaya investasi modal (I) Nilai sisa (salvage value) (S) Biaya bahanbakar (F) Biaya operasi dan perawatan diluar bahanbakar (M) Biaya energi tak terlayani (energy not served) (Q) Instrumen di dalam Program Konfigurasi sistem setiap tahun selama periode studi dilakukan oleh Modul 274

3 CONGEN di dalam Program WASP. Untuk pengembangan kelistrikan selama periode studi. Banyaknya konfigurasi (kombinasi semua alternatif pusat listrik yang dimungkinkan) tiap tahun, akan bergantung pada kendala dari data masukan. Modul CONGEN menghitung semua kombinasi yang mungkin dari tahun ke tahun terhadap pembangkit kandidat yang memenuhi syarat yang akan bergabung dengan sistem pembangkit yang telah ada untuk dapat memikul beban bersama berdasarkan urutan pembebanan (loading order). Selanjutnya Modul MERSIM melakukan simulasi pengoperasian seluruh sistem listrik tahun demi tahun selama periode studi, sambil menghitung tingkat keandalan sistem untuk setiap konfigurasi yang dibuat oleh CONGEN, termasuk menghitung biaya operasi (biaya bahanbakar, operasi dan maintenance) pembangkit yang bersangkutan. Module MERSIM mempertimbangkan semua konfigurasi yang diajukan oleh CONGEN dengan simulasi probabilistik sistem operasi untuk menghitung biaya produksi listrik, energy not served, dan keandalan sistem. Modul DYNPRO (DYNamic PROgraming) melakukan seleksi jalur pengembangan sistem kelistrikan untuk mencari biaya terendah dengan mencari lintasan yang disimulasi oleh MERSIM sesuai dengan ketentuan yang dipilih berdasarkan keandalan sistem dan parameter discount rate. Modul DYNPRO menentukan rencana pengembangan yang optimum berdasarkan biaya operasi yang terendah sesuai dengan informasi masukan yang terkait dengan biaya modal, biaya energy not served, parameter ekonomi dan kriteria keandalan. Biaya Investasi Modal dan Nilai Sisa (salvage value) [3] Biaya Investasi Modal dan Nilai Sisa (salvage value) dihitung dengan rumus berikut [3] : t' ( + i) [ UI MW ] I j, t = 1 k. (1) k T ' ( + i) [ UI MW ], t = 1 δ t k (2) k k S j, = jumlah semua unit yang dipertimbangkan (termal dan hidro) k untuk ditambahkan dalam tahun t dengan rencana pengembangan j. UI t = Biaya investasi unit k, dinyatakan dalam $/MW MW k = Kapasitas unit k, dalam MW δ k,t = faktor nilai sisa untuk unit k, i = discount rate, t = t + t o - 1 T = T + t o t o = jumlah tahun antara tahun referensi dan tahun pertama studi, T = lama periode studi (dalam tahun) Biaya Bahanbakar [3] Biaya bahan bakar adalah sebagai berikut: h= NHYD t' 0,5 ( + ) [ h Ψj, t, h ] F j 1 i α (3), t =. h= 1 α h = probabilitas dari hydro condition h, untuk Indonesia adalah 1, ψ j,t,h = total biaya bahanbakar (jumlah biaya bahanbakar untuk unit termal dan nuklir), NHYD = jumlah hydro condition yang didefinisikan. Persamaan fungsi biaya yang dioptimasi dengan WASP adalah sebagai berikut: B j = T [ I + + t + t ] j, t S j, t F j, t M O j, j, t = 1 dimana: (4) B j = fungsi objektif (objective function) dari perencanaan pengembangan, t = periode waktu dalam tahun (1, 2, 3,, T), T = periode studi (total jumlah tahun), dan garis di atas simbol-simbol tersebut menyatakan nilai terdiskon yang mengacu ke tahun referensi dengan diccount rate i. I = Biaya investasi, S = Salvage value dari biaya investasi, F = Biaya bahanbakar, M = Biaya operation dan pemeliharaan di luar bahan bakar, O = Biaya energy not served. Secara keseluruhan, jika mereka varians bahwa emisi meningkatkan terbukti benar dan kumulatif, maka emisi yang diproyeksikan untuk 2010 dapat lebih tinggi dari kasus referensi titik - atau estimasi titik CAR - oleh sekurang-kurangnya 5%; sebaliknya, jika mereka varians bahwa emisi penurunan terbukti benar dan kumulatif, maka emisi yang diproyeksikan untuk

4 bisa menjadi setidaknya 5% lebih rendah dari yang diproyeksikan. Faktor emisi Polusi udara adalah pencemaran udara oleh bahan kimia, partikel, atau bahan biologis yang menyebabkan kerugian atau ketidaknyamanan pada manusia atau organisme hidup lainnya, atau menyebabkan kerusakan pada lingkungan alam atau lingkungan binaan, ke atmosfer. Beberapa jenis polutan yang dilepaskan oleh pembangkit listrik terdiri dari abu, SO 2, NOx, CO,CO 2 dan lainnya. Pada tulisan ini di kemukakan hanya SO 2 dan CO sebagai polutan yang dampaknya paling berpotensi. Emisi SO 2 : Besarnya laju emisi SO 2 dihitung dengan rumus berikut: SO 2 = 2 x S x Q....(5) SO 2 S = emisi sulfur dioksida untuk kuantitas bahan bakar yang dibakar,[ ton], = kandungan sulfur di dalam bahan bakar (fraksi berat), Q = kuantitas bahan bakar yang dibakar, berdasarkan pengukuran kuantitas, ton. Emisi CO 2 : CO 2 = 0,94 x 3,667 x C x Q...(6) CO 2 = emisi sulfur dioksida untuk kuantitas bahan bakar yang dibakar,[ ton], C = kandungan karbon di dalam bahan bakar (fraksi berat), Q = kuantitas bahan bakar yang dibakar, berdasarkan pengukuran kuantitas, ton. METODE Kebutuhan Energi Selama satu dasawarsa terakhir laju pertumbuhan konsumsi energi di Sumatera begitu tinggi, yang tidak sebanding dengan pertumbuhan suplainya. Hal tersebut menyebabkan terrjadinya defisit daya listrik pada sisi konsumen yang ditandai dengan tingginya angka pemadaman bergilir dan indeks daftar tunggu Gambar 1. SUMATRA SYSTEM PEAKLOAD (MW) Proyeksi beban puncak Sistem Sumatera dalam MW [4] Beban puncak sistem Sumatera berdasarkan RUPTL PLN 2008 adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Secara rata-rata pertumbuhan beban puncak yang dikendalikan berkisar pada 8% per tahun. Kebutuhan bahan bakar Karena berbagai alasan, rencana pengembangan kapasitas pembangkit wilayah Sumatera cenderung menekankan pada penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara. Penggunaan batubara lebih diminati karena bahan ini masih tersedia cukup banyak, dan biaya pembangkitan relatif rendah. Sementara dari sumber-sumber lain mengalami keterbatasan baik dari ketersediaan energi maupun biaya pembangkitannya. Eksploitasi dan penggunaan bahanbakar fosil di Indonesia khususnya di Sumatera telah memasuki fase yang mana di seluruh wilayah sistem kelistrikan menjadi tuntutan wajib sebagai sarana kehidupan normal. Sementara dari berbagai aspek bahan bakar fosil, yang paling polutif, merupakan sumberdaya yang paling potensial untuk dikonversi menjadi energi listrik. Dengan demikian konsekuensi polusi udara di wilayah Sumatera semakin menguat yang mengancam keutuhan lingkungan saat ini. Bahan bakar minyak dengan sektor permintaan paling luas telah kehilangan perannya sebagai komoditas ekspor. Selain untuk pemenuhan permintaan domestik yang selalu meningkat, juga telah mengalami penipisan cadangan yang tersisa. Indonesia saat ini sebenarnya sudah tidak mempunyai kemampuan ekspor bahan bakar fosil khususnya minyak bumi, mengingat upaya eksplorasi tidak memberi harapan banyak terhadap suplai energi masa depan. Meningkatnya konsumsi bahanbakar minyak domestik selain akibat pertumbuhan 276

5 penduduk, perluasan dan pengembangan daerah pedesaan, juga karena peningkatan intensitas konsumsi energi per kapita [2]. Fixed System FIXSYS (FIXed SYStem) menggambarkan sistem listrik yang sudah terpasang pada tahun-tahun awal studi termasuk pembangkit-pembangkit yang telah committed rencana pembangunannya dan yang akan habis masa operasinya. Program WASP berfungsi mengolah informasi yang menjelaskan sistem pembangkitan yang ada pada saat ini, penambahan atau penghentian permanen pembangkit yang telah lama serta berbagai informasi tentang kendala lingkungan, ketersediaan bahanbakar dan kapasitas pembangkitan oleh pembangkit yang telah ada. Candidate Plants Dalam kasus ini ditetapkan asumsiasumsi antara lain periode studi tahun dengan discount rate 12% dan parameter candidate plants seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Pilihan jenis pembangkit yang akan dibangun adalah PLTU batubara, Natural Gas Combined Cycle, PLTN, PLTA dengan spesifikasi seperti ditunjukkan pada Gambar 1 yang menggambarkan karkteristik pembangkit termal. Pada kasus tanpa opsi nuklir PLTN tidak dicalonkan, sedangkan kasus dengan opsi nuklir dicalonkan PLTN berkapasitas 1000 MW. Pada kasus kedua skenario tanpa nuklir dengan menghilangkan opsi nuklir pada candidate plants. Sistem Optimum Konfigurasi sistem menentukan keandalan dan keekonomian sistem. Setiap kemungkinan konfigurasi dengan urutan penambahan unit pembangkit pada sistem (perencanaan pengembangan atau kebijakan pengembangan) dengan berbagai kendalanya dievaluasi berdasarkan fungsi biaya (objective function), yeang terdiri dari biaya investasi, salvage value dari biaya investasi, biaya bahanbakar, biaya operasi dan pemeliharaan di luar bahan bakar, dan biaya energy not served. Keandalan konfigurasi sistem dievaluasi oleh WASP berdasarkan indeks Loss-of-Load Probability (LOLP). Indeks ini dihitung dalam WASP untuk setiap periode tahun dan setiap kondisi-hidro yang ditetapkan. LOLP tahunan rata-rata dinyatakan sebagai jumlah dari periode LOLP dibagi dengan jumlah periode. Gambar 2. Tampilan data pada Modul VARSYS Polusi udara adalah pencemaran bahan kimia, partikel, atau bahan biologis yang menyebabkan kerugian atau ketidaknyamanan pada manusia atau organisme hidup lainnya, atau menyebabkan kerusakan pada lingkungan alam atau lingkungan binaan, ke atmosfer. Lingkungan hidup merupakan sistem yang kompleks dengan substansi gas alamiah yang sangat penting untuk mendukung kehidupan di planet Bumi. Peningkatan gas polutan, gas rumah kaca dan penipisan ozon di stratosfer sudah lama dikenal sebagai ancaman bagi kesehatan manusia serta ekosistem Bumi. Polusi udara dalam ruangan dan kualitas udara perkotaan terdaftar sebagai dua masalah terburuk di dunia saat ini seperti dilaporkan tahun 2008 Blacksmith Institut Dunia [5]. 277

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Emisi gas yang dilepaskan dari pembangkit listrik ditentukan oleh karakteristik pembangkit serta volume dan jenis bahan bakar yang digunakan. Dari hasil proses komputasi untuk mendapatkan sistem optimum, jenis pembangkit dari candidate plants yang muncul disusun berdasarkan loading order dan waktu masing-masing pembangkit memasuki sistem operasi. Dari hasil analisis solusi optimum, proyeksi kebutuhan daya listrik antara tahun 2010 hingga 2030 berdasarkan RUPTL-PLN, dibutuhkan penambahan dengan berbagai jenis pembangkit baik termal maupun hydro. Pemenuhan kebutuhan ini dicapai dengan skenario pembangkitan yang diperoleh selama periode studi yang disebut sebagai nominal capacity. Nominal capacity Dari optimasi sistem pembangkitan diperoleh solusi optimum dengan nominal capacity seperti Gambar 3.1 berikut. Pada Gambar 3 ditunjukkan nominal capacity sistem kelistrikan wilayah Sumatera dalam megawatt selama periode studi ( ) dengan kasus tanpa opsi nuklir. Pengembangan kapasitas diisi oleh pembangkit berbahan bakar batubara, gas, diesel dan MFO. Pembangkit batubara akan mengambil peran terbesar dengan pangsa berkisar 23 62% selama periode studi pada kasus tanpa opsi nuklir. Sementara pada kasus dengan opsi nukilr batubara akan mengambil peran masih cukup besar dengan pangsa antara 39 63% (Gambar 3.2) LNG GEO IDO HSD MFO GAS COAL HYD Gambar 3. Nominal capacity (MW) pada kasus tanpa opsi nuklir. Pada kasus tanpa opsi nuklir peran batubara mengambil pangsa terbesar selama periode studi. Sedangkan pada kasus dengan opsi nuklir peran batubara mengambil pangsa terbesar pada pertengahan periode studi, yang kemudian menurun dengan masuknya pembangkit nuklir mulai tahun NUCL LNG GEO IDO HSD MFO GAS COAL Gambar 4. Nominal capacity (MW) pada kasus dengan opsi nuklir 278

7 Emisi Gas Emisi dari system pembakaran pembangkit berbahan bakar fosil meliputi nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), dan karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH4), nitro oksida (N 2 O), senyawa organik volatil (VOC), sejumlah turunan sulfur dioksida (SO 2 ), dan abu terbang (PM). Di sini hanya SO 2 dan CO 2 sebagai polutan utama dan terbesar yang dilepaskan. Sulfur Dioksida (SO 2 ) Emisi SO 2 dari pembangkit berbahan bakar fosil berkualitas rendah disebabkan oleh bahan bakar tersebut biasanya memiliki kandungan sulfur yang cukup tinggi par satuan berat bahan bakar. Proses pembakaran fosil yang belum diolah mungkin melepaskan emisi SO 2 lebih tinggi karena tingginya kadar sulfur di dalam bahan bakar. Dalam hal ini instalasi pengendalian gas buang kemungkinan harus disediakan. Untuk unit ini, keseimbangan massa belerang harus digunakan untuk menentukan emisi SO 2. Gambar 5 menunjukkan perbandingan emisi SO 2 kedua kasus tanpa dan dengan opsi nuklir. Sulfur dioksida adalah unsur kimia yang bersifat racun terhadap makhluk hidup. Pengaruh Kesehatan: Konsentrasi yang tinggi sulfur dioksida (SO 2 ) dapat mengakibatkan masalah pernapasan pada anak-anak penderita asma dan orang dewasa yang berada di luar ruangan aktif. Paparan jangka pendek menimbulkan asma (mengi), sesak dada dan sesak napas. Efek lain yang terkait dengan jangka panjang paparan sulfur dioksida, dalam hubungannya dengan partikel jelaga konsentrasi tinggi, meliputi penyakit pernafasan, penurunan daya tahan paru-paru 'dan gangguan penyakit kardiovaskular yang ada. Efek lingkungan: Sulfur dioksida dan nitrogen oksida merupakan prekursor utama hujan asam, yang telah diasamkan tanah, danau dan sungai, korosi dipercepat bangunan dan monumen, dan visibilitas berkurang. Sulfur dioksida juga merupakan prekursor utama dari jelaga partikel halus, yang menimbulkan ancaman kesehatan yang signifikan. Deposisi asam, atau hujan asam seperti yang dikenal umumnya, terjadi ketika emisi sulfur dioksida (SO 2 ) di atmosfer bereaksi dengan air, oksigen, dan oksidan untuk membentuk berbagai senyawa asam. Senyawa ini kemudian jatuh ke bumi baik dalam bentuk kering (seperti gas dan partikel) atau bentuk basah (seperti hujan, salju, dan kabut). Gas Rumah Kaca (CO 2 ) Emisi CO 2, CH 4, dan N 2 O dihasilkan selama pembakaran bahan bakar fosil. Pada boiler yang terpasang dengan benar, hampir semua karbon di dalam bahan bakar (99,9 persen) diubah menjadi CO 2. Konversi ini relatif independen di dalam boiler atau sistem pembakaran. Karbon bahan bakar yang tidak dikonversi menjadi CO 2 akan menjadi produk emisi sebagai CH4, CO, dan/atau VOC, karena pembakaran tidak sempurna. Molekul-molekul gas tersebut pada hakekatnya mempunyai sifat sebagai gas rumah kaca yang puluhan kali lebih besar. Namun untuk membatasi pembahasan di sini hanya ditampilkan CO 2 sebagai produk emisi pembakaran normal No nuclear Nucl. option Gambar 5. Perbandingan Emisi SO 2 (x 1000 ton) 279

8 No nuclear Nuc.optio n Gambar 6. Perbandingan Emisi CO 2 (x 1000 ton) Pembentukan N 2 O selama proses pembakaran dipengaruhi oleh dua tungkuzona faktor. Emisi N 2 O diminimalkan ketika suhu pembakaran tetap tinggi (di atas 1475 o F) dan oksigen berlebih dibatasi menjadi minimum (kurang dari 1 persen). Emisi metana tertinggi selama suhu rendah pembakaran atau pembakaran tidak sempurna, seperti start-up atau shut-down siklus untuk boiler. Biasanya, kondisi yang mendukung pembentukan N 2 O juga mendukung emisi gas metan. Pengaruh Kesehatan: Paparan CO 2 dapat menghasilkan berbagai efek kesehatan. Efeknya meliputi kepala, pusing, gelisah, kesemutan atau pin atau perasaan ditusuk, kesulitan bernapas, berkeringat, kelelahan, peningkatan denyut jantung, tekanan darah tinggi, koma, asfiksia kejang dan bahkan peradangan. Masalah kesehatan yang potensial dari konsentrasi CO 2 di udara adalah: ppm latar belakang (normal) udara tingkat luar ppm tingkat khas, ditemukan dalam ruang yang diduduki dengan pertukaran udara yang baik ppm tingkat terkait dengan keluhan rasa kantuk dan udara buruk ppm tingkat yang berhubungan dengan sakit kepala, mengantuk, dan stagnan, basi, udara pengap. Konsentrasi memburuk, kehilangan perhatian, peningkatan denyut jantung dan mungkin terasa mual ppm Paparan dapat menyebabkan kekurangan oksigen serius yang berakibat pada kerusakan otak permanen, koma dan bahkan kematian. Efek lingkungan: Saat ini perubahan iklim sedang dipacu oleh penambahan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer bumi dengan laju lebih cepat daripada mekanisme normal bumi bisa menyesuaikan diri. Akibatnya adalah meningkatnya konsentrasi gas buang di atmosfer; dan karena di antara gas tersebut menjebak panas maka terjadi peningkatan temperatur pada lapisan atmosfir. Laju emisi ini diproyeksikan merupakan perkiraan kasar. Sebagaimana kenyataan yang berlangsung di berbagai belahan dunia, sedikit banyaknya rona awal (baseline) lingkungan Sumatera akan berubah. Proyeksi tersebut juga tergantung pada asumsi tentang trend ekonomi serta tindakan kebijakan di tingkat lokal, domestik, dan nasional. Namun, asumsi apapun, kecenderungan dalam total emisi yang diproyeksikan untuk dekade berikutnya telah semakin jelas. Sementara tujuan pengembangan energi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup termasuk lingkungan. 280

9 KESIMPULAN 1. Laju konsumsi energi khususnya listrik di wilayah Sumatera meningkat dengan cukup tajam dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 8% per tahun sampai tahu Bahan bakar yang paling berpotensi untuk berperan sebagai pangsa terbesar suplai listrik di wilayah ini adalah batubara untuk. Karenanya peningkatan emisi gas buang SO 2 dan CO 2 akan meningkat sejalan dengan peningkatan kapasitas sistem pembangkitan. 2. Berdasarkan proyeksi kebutuhan listrik Sumatera, pada tahun 2030 beban puncak total mencapai 17 ribu MWe. Untuk memikul beban demikian akan dibutuhkan kapasitas pasokan sekitar 21 ribu MMe yang terdiri dari pembangkit hydro, batubara, geotermal, minyak dan gas alam. 3. Pada kasus tanpa opsi nuklir optimasi sistem kelistrikan Sumatera pangsa peranan batubara akan naik dari sekitar 23% pada tahun 2010 menjadi 60% pada tahun 2019, dan menjadi 52% pada tahun Sedangkan pada kasus dengan opsi nuklir pangsa batubara naik menjadi 62% pada tahun 2019 dan turun lagi menjadi 31% pada tahun Sedangkan nuklir akan mengambil pangsa sebesar 43% pada tahun 2030, diikuti oleh gas alam sebesar 12%, geotermal 9% dan hydro 7,8%. 4. Pada kasus tanpa opsi nuklir, emisi SO 2 total sebesar 53 ribu ton pada tahun 2010 akan meningkat menjadi 175 ribu ton pada tahun 2019 dan menjadi 386 ribu ton pada tahun Sedangkan pada kasus dengan opsi nuklir emisi SO 2 meningkat 128 ribu ton pada tahun 2019 dan menjadi 127 ribu ton pada tahun Emisi CO 2 pada kasus tanpa opsi nuklir akan meningkat dari 19,16 juta ton pada tahun 2010 menjadi 40,04 juta ton pada tahun 2019, dan menjadi 83,90 juta ton pada tahun Pada kasus dengan opsi nuklir meningkat menjadi 28,61 juta ton pada tahun 2019 dan menjadi 26,95 juta ton pada tahun DAFTAR PUSTAKA 1. Statistik Indonesia 2007, Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia, EDWAREN LIUN, DJATI H. SALIMY, IDA N. FINAHARI, ELOK SATITI AY, Laporan Akhir Studi Perencanaan Pengembangan Sistem Pembangkit Listrik Sumatera dengan Opsi Nuklir, PPEN-BATAN, Desember COMPUTER MANUAL SERIES No. 8, Wien Automatic System Planning (WASP) Package, A Computer Code, for Power Generating System Expansion Planning, Version WASP - IV user s Manual, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, VIENNA 2000, The originating Section of this document in IAEA was: Planning and Economic Studies Section, International Atomic Energy Agency Wagramerstrasse 5 P.O. Box 100 A Vienna, AUSTRIA. 4. RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PT PLN (PERSERO) MARLISSA CAMPBELL, PH.D. FARLA L., KAUFMAN, PH.D., ALLEGRA N. KIM, PH.D., M.S. K. LILY WU, PH.D., Evidence On The Developmental And Reproductive Toxicity Of Sulfur Dioxide, Reproductive and Cancer Hazard Assessment, Branch Office of Environmental Health Hazard Assessment, California Environmental Protection Agency, February

10 282

ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR

ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR Analisis Aspek Lingkungan pada Optimasi Perencanaan Pengembangan Sistem Pembangkitan Jawa-Madura-Bali dengan Opsi Nuklir (Arief Heru Kuncoro dkk) ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS EMISI CO2 PADA STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN LISTRIK WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR

ANALISIS EMISI CO2 PADA STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN LISTRIK WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR Analisis Emisi CO2 pada Studi Perencanaan Pengembangan Pembangkitan Listrik Wilyah Bangka Belitung dengan Opsi Nuklir (Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman, Djati Hoesen Salimy) ANALISIS EMISI CO2 PADA

Lebih terperinci

ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030. Edwaren Liun *

ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030. Edwaren Liun * ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030 Edwaren Liun * ABSTRAK ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030. Untuk pemenuhan pembangkit

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA OPSI NUKLIR

ESTIMASI BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA OPSI NUKLIR Estimasi Biaya Pengembangan Sistem Kelistrikan Sumatera Opsi Nuklir (Edwaren Liun) ESTIMASI BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA OPSI NUKLIR Edwaren Liun Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN)

Lebih terperinci

PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN

PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTU Batubara dan PLTN (Rizki Firmansyah Setya Budi dan Suparman) PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGKIT DI KALIMANTAN

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGKIT DI KALIMANTAN BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGKIT DI KALIMANTAN 4.1. DATA YANG DI GUNAKAN Untuk melakukan analisis pengembangan sistem pembangkitan di Kalimantan berdasarkan kriteria keandalan, dimulai dengan menghitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Telp./Fax: (021)

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Masdin (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta12710 Telp./Fax: (021) 5204243,

Lebih terperinci

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Bacharuddin Jusuf Habibie Jakarta, 3 Februari 2010 Kebutuhan Energi Kelistrikan Indonesia di masa depan Data dan Proyeksi (2000-2050) Penduduk,

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi suatu daerah mengakibatkan kebutuhan tenaga listrik akan semakin meningkat, baik yang berhubungan dengan bidang industri,

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA Hari Suharyono ABSTRACT Power generation in Indonesia relies on coal and refined products, more than 60%

Lebih terperinci

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rasio elektrifikasi di Indonesia pada akhir 2012 telah mencapai 75,83% atau naik hampir 2,9% dibandingkan dengan rasio elektrifikasi pada 2011, yakni sebesar 72,93%

Lebih terperinci

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU TUGAS AKHIR ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU Disusun : HENDRO DWI SAPTONO NIM : D 200 050 116 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MEI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( ) ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS (2000 2030) Adhi D. Permana dan Muchammad Muchlis ABSTRACT This paper discusses the impact of coal supply capacity

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SKENARIO KEBIJAKAN PAJAK EMISI GAS CO 2

V. ANALISIS DAN SKENARIO KEBIJAKAN PAJAK EMISI GAS CO 2 V. ANALISIS DAN SKENARIO KEBIJAKAN PAJAK EMISI GAS CO 2 5.1 Kalibrasi Model Seperti yang telah diuraikan pada Bab 3.5, maka sebelum dilakukan simulasi dari model, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan Energi

Ringkasan Eksekutif. Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan Energi Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan Energi Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan manusia yang harus terpenuhi. Hampir setiap aktivitas manusia membutuhkan energi. Berbagai bidang pembangunan yang mendukung perkembangan

Lebih terperinci

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia La Ode Muh. Abdul Wahid ABSTRAK Dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik akan diinstalasi berbagai jenis pembangkit listrik sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PengembanganSistem Kelistrikan Dalam Menunjang Pembangunan Nasional Jangka Panjang Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan 5 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Transportasi secara umum diartikan sebagai perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan menurut Sukarto (2006), transportasi

Lebih terperinci

Internalisasi Dampak dan Biaya Kesehatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara di Indonesia

Internalisasi Dampak dan Biaya Kesehatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara di Indonesia Internalisasi Dampak dan Biaya Kesehatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara di Indonesia Internalisasi Dampak dan Biaya Kesehatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

PERAN PLTN DALAM MENDUKUNG KOMITMEN PEMERINTAH UNTUK MENGURANGI EMISI CO2

PERAN PLTN DALAM MENDUKUNG KOMITMEN PEMERINTAH UNTUK MENGURANGI EMISI CO2 PERAN PLTN DALAM MENDUKUNG KOMITMEN PEMERINTAH UNTUK MENGURANGI EMISI CO2 Agus Sugiyono Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE) BPPT Gedung BPPT II, lantai 20, Jl. MH Thamrin 8, Jakarta

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect) PEMANASAN GLOBAL Efek Rumah Kaca (Green House Effect) EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil memiliki dampak yang dihasilkan yaitu pemanasan global akibat gas rumah kaca, penipisan lapisan ozon untuk CFC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan dengan listrik. Tenaga

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1 Kesimpulan 1. Model DICE ( Dinamic Integrated Model of Climate and the Economy) adalah model Three Boxes Model yaitu suatu model yang menjelaskan dampak emisi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA EKSTERNAL PLTU BATUBARA

ANALISIS BIAYA EKSTERNAL PLTU BATUBARA ANALISIS BIAYA EKSTERNAL PLTU BATUBARA DJATI H. SALIMY, IDA N. FINAHARI, ELOK S. AMITAYANI PUSAT PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam terutama energi fosil, bukanlah kekayaan yang terus tumbuh dan bertambah, tetapi ketersediannya sangat terbatas dan suatu saat akan habis (ESDM,2012).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

International Atomic Energy Association (Badan tenaga atom internasional)

International Atomic Energy Association (Badan tenaga atom internasional) WASP (Wien Automatic System Planning) pada awalnya dikembangkan pada tahun 1972 oleh Tennessee Valley Authority dan Oak Ridge National Laboratory di Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan IAEA untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV. BASELINE ANALISIS

BAB IV. BASELINE ANALISIS BAB IV. BASELINE ANALISIS 4.1 Analisis Emisi Dan Intensitas Energi Analisis intensitas emisi gas CO 2 (CO 2 /GDP) dan intensitas energi (E/GDP) akan dilakukan dengan menggunakan tahun 1990 sebagai baseline.

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA M. Sidik Boedoyo dan Agus Sugiyono Abstract Energy supply optimation is aimed to meet electricity demand for domestic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN l.1 LATAR BELAKANG Konsumsi per kapita sumber energi non terbarukan di bumi yang meliputi gas, minyak bumi, batu bara, merupakan salah satu kekayaan ekonomi yang dimiliki suatu Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat

Lebih terperinci

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi silang pada salah satu huruf di lembar jawab! 1. Di Indonesia, pengaturan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan manusia yang cepat mendorong manusia memanfaatkan alam secara berlebihan. Pemanfaatan tersebut baik sebagai pemukiman maupun usaha untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan 13.000 pulau lebih yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Indonesia juga kaya dengan potensi sumber daya manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

12/3/2015 PENGELOLAAN SDA PENGELOLAAN SDA PENGELOLAAN SDA

12/3/2015 PENGELOLAAN SDA PENGELOLAAN SDA PENGELOLAAN SDA DEFINISI Usaha manusia dalam mengubah ekosistem sumberdaya alam agar manusia memperoleh manfaat maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya Suatu proses mengalokasikan sumberdaya alam dalam ruang

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR ARTIKEL STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Gangsar Santoso Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun

Lebih terperinci

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1 Pendahuluan Energi Primer Kelistrikan 3 Energy Resources Proven Reserve Coal 21,131.84 million tons Oil Natural Gas (as of 2010) 3,70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya dengan potensi sumber daya alamnya terutama energi, baik yang berasal dari hasil tambang, air dan udara. Berdasarkan jenisnya

Lebih terperinci

Dosen pengasuh: Ir. Martono Anggusti.,S.H.,M.M,.M.Hum

Dosen pengasuh: Ir. Martono Anggusti.,S.H.,M.M,.M.Hum NAMA KELOMPOK II : JABATAN: 1. JUDIKA ATMA TOGI MANIK (10600165) KETUA 2. Wita Siringoringo (10600175) SEKRETARIS 3. Ribka Rilani Sihombing (10600161) ANGGOTA 4. Imelda Sofiana Naibaho (10600145) ANGGOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan diproduksinya berbagai macam peralatan yang dapat mempermudah manusia

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI Oleh: *) Martono ABSTRAK Agar mampu menghitung beban emisi langkah pertama kita harus memahami sumber emisi dan beban emisi sehingga mampu mengestimasi

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Simulasi dan optimasi dengan menggunakan HOMER menghasilkan beberapa konfigurasi yang berbeda sesuai dengan batasan sensitifitas yang diterapkan. Beban puncak

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Indikator Kerusakan Lingkungan Sungai Kualitas air sungai tergantung pada komponen penyusun sungai dan komponen yang berasal luar, seperti pemukiman dan industri. Oleh karena itu,

Lebih terperinci