CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta pelaksanaan otonomi daerah yang diamanahkan di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tersebut, memberi penegasan bahwa Otonomi Daerah harus dilaksanakan secara nyata dan bertanggungjawab. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Lamongan menyusun Laporan Keuangan Daerah Tahun Anggaran sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran. Pengaturan lebih lanjut atas penyusunan Laporan Keuangan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang mengatur secara detail atas pelaksanaan sistem dan mekanisme keuangan daerah. Berpijak pada hal tersebut, maka penyusunan laporan keuangan ini berpedoman pada Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tersebut. Sebagai suatu laporan keuangan, maka penyusunan Laporan Keuangan Daerah memiliki maksud dan tujuan, yakni : 1

2 a. Memberikan penjelasan secara kuantitatif dan kualitatif terhadap kinerja keuangan selama periode tahun anggaran ; b. Menjelaskan posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Kabupaten Lamongan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang; c. Memberikan gambaran terhadap perkembangan kekayaan daerah yang menjadi kewenangan dan hak Pemerintah Kabupaten Lamongan; d. Menggambarkan posisi keuangan terkait pelaksanaan kegiatan selama Tahun Anggaran, dan; e. Merupakan kelengkapan dokumen dalam penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran Kepala Daerah. 1.2 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 75, tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3851); b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286); c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4355); d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437); e. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaga Negara RI Nomor 4422); f. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik 2

3 Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022); g. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4578); h. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; i. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2011 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; k. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; l. Peraturan Bupati Lamongan Nomor 25 Tahun 2007 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Lamongan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Lamongan Nomor 53 Tahun ; m. Peraturan Bupati Lamongan Nomor 59 Tahun tentang Kebijakan Akuntansi Dana Revolving/bergulir Pemerintah Kabupaten Lamongan. 1.3 PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Unsur Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran mencakup semua aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh SKPD (Dinas/Badan/Kantor/Kecamatan). Laporan Keuangan ini terdiri dari : a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) LRA berdasarkan SAP memuat informasi tentang Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasi dalam satu periode pelaporan. Adapun Belanja Operasional berdasar SAP berisikan data tentang Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai, Belanja 3

4 Barang dan Jasa, dan Belanja Modal didasarkan pada LRA SKPD, sedangkan data keuangan mengenai Pendapatan Transfer, Lain-lain Pendapatan yang Sah, Belanja Bunga, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Tak Terduga, Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan didasarkan pada LRA SKPKD. b. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai Aset, Kewajiban dan Ekuitas Dana. Semua data keuangan didasarkan pada Neraca SKPD. c. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas disusun untuk menjelaskan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non anggaran. Data diperoleh dari laporan pengelolaan PPKD selaku Bendahara Umum Daerah selama Tahun Anggaran. d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari data-data keuangan yang ada pada Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas. Laporan ini mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan guna menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar SKPD SKPD yang menjadi entitas Laporan Keuangan adalah : 1. Dinas Pendidikan; 2. Dinas Kesehatan; 3. BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soegiri; 4. Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang; 5. Dinas PU. Bina Marga; 6. Dinas PU. Pengairan; 7. Dinas PU. Cipta Karya; 4

5 8. BAPPEDA; 9. Kantor Penelitian dan Pengembangan Daerah; 10. Dinas Perhubungan; 11. Badan Lingkungan Hidup; 12. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 13. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; 14. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 15. Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan; 16. Badan Penanaman Modal dan Perijinan; 17. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 18. Dinas Pemuda dan Olahraga; 19. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik; 20. Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat; 21. Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 22. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 23. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; 24. Sekretariat Daerah; 25. Sekretariat DPRD; 26. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; 27. Inspektorat; 28. Badan Kepegawaian Daerah; 29. Sekretariat Korpri; 30. Kecamatan Lamongan; 31. Kecamatan Babat; 32. Kecamatan Paciran; 33. Kecamatan Brondong; 34. Kecamatan Turi; 35. Kecamatan Pucuk; 36. Kecamatan Sukodadi; 37. Kecamatan Tikung; 38. Kecamatan Deket; 39. Kecamatan Kalitengah; 5

6 40. Kecamatan Kembangbahu; 41. Kecamatan Mantup; 42. Kecamatan Modo; 43. Kecamatan Bluluk; 44. Kecamatan Karangbinangun; 45. Kecamatan Glagah; 46. Kecamatan Ngimbang; 47. Kecamatan Sugio; 48. Kecamatan Karanggeneng; 49. Kecamatan Sambeng; 50. Kecamatan Kedungpring; 51. Kecamatan Laren; 52. Kecamatan Sekaran; 53. Kecamatan Sarirejo; 54. Kecamatan Sukorame; 55. Kecamatan Solokuro; 56. Kecamatan Maduran; 57. Kantor Ketahanan Pangan; 58. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa; 59. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah; 60. Kantor Pengolahan Data Elektronik; 61. Dinas Pertanian dan Kehutanan; 62. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan; 63. Dinas Perikanan dan Kelautan; Kebijakan Aset, Belanja Modal dan Harga Perolehan Untuk Tahun Anggaran, pengakuan aset di Pemerintah Kabupaten Lamongan berdasarkan harga perolehan. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2011 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Lampiran II Tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Kas Menuju Akrual Lampiran II.08 paragraf 29 yang mengungkap mengenai harga perolehan Aset 6

7 Tetap terdiri dari seluruh biaya yang terkait tersebut dapat digunakan sesuai dengan yang dimaksudkan. hingga aset tetap 1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lamongan disajikan dengan sistematika sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan 1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 1.4. Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan Bab 2 Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja 2.1. Ekonomi Makro 2.2. Kebijakan Keuangan Daerah Bab 3 Ikhtisar Pencapaian Kinerja Fiskal Pemerintah Kabupaten Lamongan 3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Fiskal 3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja Fiskal Bab 4 Ikhtisar Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kabupaten Lamongan 4.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Program 4.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja Program Bab 5 Kebijakan Akuntansi 5.1. Entitas Pelaporan dan Akuntansi 5.2. Basis Akuntansi 5.3. Kebijakan Akuntansi 7

8 Bab 6 Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan 6.1. Aset 6.2. Kewajiban 6.3. Ekuitas Dana 6.4. Pendapatan 6.5. Belanja dan Transfer 6.6. Surplus/Defisit 6.7. Pembiayaan 6.8. Komponen-Komponen Arus Kas Bab 7 Penjelasan Atas Informasi Non Keuangan 7.1. Gambaran Umum Kabupaten Lamongan 7.2. Struktur Organisasi Bab 8 Penutup 8

9 BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA 2.1 EKONOMI MAKRO Kondisi ekonomi makro di tahun diharapkan mengalami penguatan, dengan melihat prospektif perkembangan ekonomi negara negara yang mengalami krisis seperti di Eropa dan Amerika yang sedikit membaik pada akhir tahun Namun ekspektasi tersebut tidak terbukti karena sepanjang tahun ekonomi dunia mengalami perlambatan pertumbuhan. Faktor penentu perlambatan ekonomi dunia adalah masih belum terselesainya krisis ekonomi di Eropa dengan meningkatnya permintaan hutang dan melambatnya ekonomi Amerika yang belum menemukan momentumnya. Hal ini juga diperparah dengan krisis politik di Timur Tengah dimana beberapa negaranya telah mengalami revolusi untuk menuju negara demokrasi seperti pada negara Mesir, Libya dan Suriah yang sampai saat ini masih belum selesai krisis politik di sana. Untuk mengantisipasi perlambatan pertumbuhan tersebut, maka berbagai kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah agar pengaruhnya tidak berdampak kepada perkembangan ekonomi nasional maka diupayakan melalui pengelolaan ekonomi makro dan kebijakan fiskal yang prudent. Pertumbuhan ekonomi nasional tahun diperkirakan sebesar 6,3% yang merupakan pencapaian di bawah target APBN P sebesar 6,5%. Kondisi ekonomi global yang mempengaruhi ekpekstasi pertumbuhan tersebut, sehingga beberapa kinerja seperti pertumbuhan ekspor yang melambat dan perdagangan defisit yang semakin tinggi. Untuk tingkat inflasi yang dapat dikendalikan di 4,3% di mana nilai ini jauh lebih rendah dari asumsi 6,3%. Rendahnya laju inflasi ini dipengaruhi oleh membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat, yang juga didukung terjaganya kelancaran dan kecukupan pasokan barang dan jasa, serta terjaganya stabilitas harga barang-barang strategis. 9

10 Untuk rata-rata suku bunga SPN 3 bulan mencapai 3,2% yang lebih rendah dari asumsi sebesar 5%. Ini dapat terjadi karena masih tingginya permintaan SPN dan rendahnya tekanan inflasi. Sementara itu, nilai tukar rupiah mencapai Rp9.384,00 per US$ yang melemah dari asumsi Rp9.000,00 per US$. Pelemahan ini karena adanya tekanan pada neraca pembayaran Indonesia sebagai dampak ketidakpastian ekonomi global dan tingginya permintaan impor.( Sedangkan kondisi perekonomian Jawa Timur sampai dengan triwulan IV cukup stabil, hal ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat inflasi dan suku bunga bank. Secara kumulatif Januari Desember, ekonomi Jawa Timur tahun tumbuh sebesar 7,27% dibandingkan dengan periode yang sama tahun Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,06% dengan sumber pertumbuhan sebesar 3,20%. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 9,65% dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,7%. Sektor berikutnya yang mengalami pertumbuhan tinggi adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,01% dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,44%. Pertumbuhan sektor konstruksi di Jawa Timur cukup tinggi yaitu sebesar 7,05% dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,23%, hal ini didorong karena semakin menggeliatnya kelompok ekonomi menengah dan gencarnya penawaran paket kredit properti dengan suku bunga rendah. Sementara sektor industri pengolahan dan sektor pertanian walau hanya mampu tumbuh masing-masing sebesar 6,35% dan sebesar 3,49%, tetapi keduanya memberikan sumbangan pertumbuhan cukup besar yakni sebesar 1,60% dan sebesar 0,50%. Hal ini mengindikasikan bahwa tiga sektor ekonomi utama Jawa Timur masih dimotori oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan dan sektor pertanian, yang sumber pertumbuhannya mencapai sebesar 5,30%. ( Besarnya pertumbuhan tercermin dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Dari hasil estimasi penghitungan PDRB Tahun diperkirakan sebesar Rp ,00. Sedangkan di tahun 2011 sebesar 10

11 Rp ,00 sehingga dari perubahan besaran PDRB pada tahun dibandingkan dengan tahun 2011 diperoleh pertumbuhan ekonomi sebesar 7,12%, pertumbuhan ini mengalami percepatan bila dibanding tahun 2011 yang mencapai sebesar 7,02%. Apabila dilihat pertumbuhan pada masing masing sektor, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi sebesar 33,73% terhadap total PDRB yang mengalami pertumbuhan yang paling tinggi yaitu sebesar 14,08%. Tingginya pertumbuhan sektor ini merupakan kontribusi dari pertumbuhan yang cukup signifikan dari subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 14,45%, dan didukung pula oleh pertumbuhan yang menggembirakan dari subsektor restoran serta hotel masing masing sebesar 10,42% dan sebesar 9,54%. 2.2 KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan Pendapatan Daerah Kebijakan mengenai pendapatan daerah (revenue policy) diharapkan untuk mendukung berbagai kebijakan pemerintah atau membiayai belanja daerah. 1. Kebijakan Pendapatan Asli Daerah Kebijakan umum APBD tahun untuk pendapatan asli daerah yang merupakan potensi penerimaan Pemerintah Kabupaten Lamongan sesuai urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Upaya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah adalah : a. Pemantapan kelembagaan dan sistem operasional pemungutan pendapatan asli daerah. b. Peningkatan pendapatan asli daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah. c. Meningkatkan kualitas dan optimalisasi pengelolaan aset untuk peningkatan pendapatan. 11

12 d. Meningkatkan pelayanan masyarakat dan perlindungan konsumen sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah. e. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan SKPD Penghasil. f. Mengoptimalkan kinerja BUMD untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah. g. Mereview database potensi Pendapatan Asli Derah secara berkala. 2. Dana Perimbangan Pendapatan yang diperoleh dari dana perimbangan pada dasarnya merupakan hak Pemerintah Daerah sebagai konsekuensi dari revenue sharing policy. Konsep revenue sharing didasarkan atas pemikiran untuk pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan. Seiring meningkatnya tuntutan akuntabilitas kinerja pemerintah maka kebijakan revenue sharing harus adil, demokratis dan transparan. Terhadap dana perimbangan ini maka kebijakan yang ditetapkan adalah : a. Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN), PPh Pasal 21 sebagai bentuk kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak. b. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam (kehutanan, kelautan, pertambangan umum, perikanan) sebagai dasar perhitungan pembagian dana perimbangan. c. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Propinsi dalam perhitungan alokasi dana perimbangan. Perkembangan realisasi Pendapatan Daerah dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dan memantau kinerja realisasi pada anggaran berjalan dapat dicermati dalam tabel

13 Tabel 2.1 Tingkat Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Uraian PAD , , ,02 Pendapatan Transfer , , ,00 Lain-Lain Pendapatan , , ,00 Yang Sah Pendapatan Daerah , , ,02 Sumber Data : DPPKA Lamongan Realisasi Pendapatan Daerah dalam tahun 2011 sebesar Rp ,31 dan mengalami peningkatan pada tahun menjadi sebesar Rp ,02. Peningkatan yang cukup baik bisa dilihat pada kinerja Pendapatan Asli Daerah yang mencapai realisasi sebesar Rp ,02 dan Pendapatan Transfer yang mencapai Rp ,00. Adapun untuk Lain-lain Pendapatan Yang Sah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 realisasinya mengalami penurunan sehingga menjadi sebesar Rp , Kebijakan Belanja Daerah Dengan mempertimbangkan kapasitas fiskal yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan, pelaksanaan belanja tahun harus dilaksanakan secara efesien dan efektif, serta dapat menjalankan fungsinya sebagai dinamisator pembangunan daerah sehingga masih mampu untuk menopang penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Lamongan. Sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun, prioritas pembangunan daerah akan diprioritaskan pada 10 program yakni : 1. Peningkatan mutu pendidikan, 2. Peningkatan pelayanan masyarakat, 3. Pembangunan infrastruktur jalan, 4. Peningkatan kualitas tenaga kerja, 13

14 5. Peningkatan produktivitas pertanian dan perikanan, 6. Peningkatan pelayanan kepemerintahan, 7. Peningkatan kesadaran dan kerukunan umat beragama, 8. Peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan, 9. Peningkatan prestasi olahraga, dan 10. Peningkatan kualitas hidup masyarakat Kebijakan Pembiayaan Daerah Kebijakan dalam menentukan pembiayaan daerah merupakan dampak dari kebijakan dalam menentukan target Pendapatan dan alokasi kebutuhan belanja daerah. Sesuai dengan kondisi dan arah kebijakan yang ditentukan dari kedua komponen tersebut maka arah dan kebijakan Pembiayaan Daerah dilakukan melalui : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.07/2011 tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD Tahun Anggaran ditetapkan sebesar 6% dari perkiraan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran. 2. Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) dihitung berdasarkan perkiraan yang rasional. 3. Pemerintah Daerah dalam rangka menutup defisit dapat melakukan pinjaman daerah berupa pinjaman jangka menengah/panjang, dimana proses dan prosedurnya mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah dengan memperhatikan waktu pelaksanaan dan jangka waktu pengembalian serta suku bunga bank kekinian. 4. Penerimaan kembali pokok pinjaman dana bergulir, dianggarkan pada APBD pada akun pembiayaan. 5. Agar Pemerintah Daerah melakukan penambahan modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memperkuat struktur permodalan BUMD agar dapat berkompetisi tumbuh dan berkembang. 14

15 BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA FISKAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN 3.1 IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN SASARAN KINERJA FISKAL Sebagai alat dalam merumuskan kebijakan fiskal daerah, APBD memiliki peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Untuk memaksimalkan pelaksanaannya, diharapkan setiap program dan kegiatan dilakukan secara maksimal yang didasarkan kepada efisiensi dan efektivitas sehingga setiap kebijakan pembangunan mampu memberikan dampak yang optimal bagi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Peranan yang sangat penting juga adalah pelaksanaan pemerintah Kabupaten Lamongan dalam menyediakan sumber sumber kebijakan fiskalnya melalui kebijakan pendapatan daerah. Hal ini dimaksud untuk menjaga kesinambungan fiskal yang lebih sehat sehingga pelaksanaan belanja daerah likuiditasnya dapat terjaga dengan aman. Oleh sebab itu perencanaan di dalam pendapatan daerah sangat penting peranannya dengan menjaga sisi pertumbuhan sehingga dapat menopang kebutuhan daerah dalam pembangunan daerah. Di tahun secara keseluruhan pendapatan daerah ditargetkan sebesar Rp ,00 yang ditopang oleh Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp ,00. Untuk Pendapatan Transfer di targetkan sebesar Rp ,00. Sedangkan Lain-lain Pendapatan Yang Sah di targetkan sebesar Rp ,00. Di sisi belanja daerah dan transfer telah dialokasikan sebesar Rp ,11 yang terdiri dari untuk Belanja Operasional sebesar Rp ,00; Belanja Modal dialokasikan sebesar Rp ,00 dan Belanja Tidak Terduga dialokasikan sebesar Rp ,11; serta Belanja Transfer sebesar Rp ,00. Dengan postur pendapatan dan belanja daerah tersebut, maka terdapat defisit sebesar Rp ,11. Adapun untuk kebijakan penerimaan 15

16 No pembiayaan sebesar Rp ,11 dan Pengeluaran Pembiayaan sebesar Rp ,00 sehingga terdapat pembiayaan neto sebesar Rp ,11. Di tahun pelaksanaan APBD dapat dilihat realisasi dari masing masing komponen sebagaimana pada tabel 3.1 di bawah ini : Uraian Tabel 3.1 Ikhtisar Target dan realisasi Kinerja Fiskal Tahun Anggaran Setelah Perubahan Jumlah (Rp) Realisasi Prosentase 1 Pendapatan , ,02 100, Pendapatan Asli Daerah , ,02 106, Pendapatan Transfer , ,00 100, Lain-Lain Pendapatan Yang Sah , ,00 100,15 2 Belanja , ,11 95, Belanja Operasional , ,11 94, Belanja Modal , ,00 96, Belanja Tidak Terduga , ,00 83, Transfer , ,00 85,27 Surplus/(Defisit) ( ,11) ( ,09) 3 Pembiayaan Netto , , Penerimaan Pembiayaan , ,11 100, Pengeluaran Pembiayaan , ,00 100,00 SILPA Tahun Berjalan 0, ,02 Tabel 3.1 di atas memperlihatkan bahwa secara keseluruhan realisasi Pendapatan Daerah mencapai sebesar Rp ,02 atau mencapai realisasi sebesar 100,58%. Kinerja realisasi pendapatan tahun tersebut mengalami peningkatan yang baik bila dibandingkan dengan kinerja tahun 2011 yang mencapai sebesar 99,52%. Apabila dilihat dari kinerja masing-masing komponen Pendapatan Daerah, Pendapatan Asli Daerah telah mencapai realisasi sebesar Rp ,02 atau terealisasi sebesar 106,90% yang merupakan kinerja tertinggi dari seluruh komponen Pendapatan Daerah di Tahun. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan di mana tingkat 16

17 kinerjanya mencapai sebesar 93,71%. Untuk Pendapatan Transfer secara kumulatif terealisasi sebesar Rp ,00 atau terealisasi sebesar 100,01%, sehingga kinerjanya hampir sama dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai sebesar 100,03%. Sedangkan untuk Lain lain Pendapatan Yang Sah telah terealisasi sebesar Rp ,00 atau terealisasi sebesar 100,15%, yang apabila dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami peningkatan di mana mencapai tingkat realisasi sebesar 100,00%. Pada Pos Belanja dan Transfer selama tahun kinerjanya mencatat realisasi sebesar Rp ,11 atau sebesar 95,05%. Apabila dibandingkan dengan kinerja selama Tahun 2011 telah terealisasi mencapai sebesar 91,59%. Pada Belanja Operasional secara kumulatif telah terealisasi sebesar Rp ,11 atau sebesar 94,81% atau dibandingkan tahun 2011 yang mencapai realisasi sebesar 95,79%. Belanja Modal terealisasi sebesar Rp ,00 atau sebesar 96,23%, sedangkan realisasi tahun 2011 sebesar 73,10%. Untuk Belanja Tidak Terduga terealisasi sebesar Rp ,00 atau sebesar 83,59% sedangkan realisasi tahun 2011 sebesar 59,70%. Sedangkan untuk belanja transfer terealisasi sebesar Rp ,00 atau sebesar 85,27%. Dengan kinerja realisasi pendapatan dan belanja daerah tersebut, tahun terealisasi defisit sebesar Rp ,09. Untuk kebijakan penerimaan pembiayaan terealisasi sebesar Rp ,11; dan pengeluaran pembiayaan terealisasi sebesar Rp ,00 sehingga terdapat pembiayaan neto sebesar Rp , FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENCAPAIAN KINERJA FISKAL Faktor pendukung kinerja fiskal selama Tahun secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Adanya perbaikan sistem kerja dan sarana serta prasarana yang mendukung pencapaian target kinerja, 17

18 b. Adanya peningkatan kapasitas sumber daya aparatur baik melalui pembinaan dan pelatihan internal ataupun melalui peningkatan jenjang pendidikan, c. Semakin meningkatnya koordinasi antar SKPD dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, d. Semakin meningkatnya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi serta instansi vertikal lainnya, e. Dengan meningkatnya penyebarluasan informasi pentingnya membayar pajak dan retribusi daerah, meningkatkan pula kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi. Sedangkan faktor faktor yang menghambat kinerja keuangan di tahun dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Terbatasnya sumber potensi Pendapatan Asli Daerah sehingga peningkatan diupayakan melalui intensifikasi dan peningkatan kinerja pemungutan oleh petugas. b. Adanya ketidaksinkronan pedoman pelaksanaan baik dari pemerintah pusat dan propinsi yang dikeluarkan setelah APBD ditetapkan. Hal ini menghambat pelaksanaan kegiatan karena tidak sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD. 18

19 BAB IV IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN 4.1 IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN SASARAN KINERJA PROGRAM Realisasi program dan kegiatan sangat penting peranannya dalam mendukung kinerja penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini karena pelaksanaan program dan kegiatan yang tertuang dalam APBD merupakan manifestasi dari kebijakan fiskal yang telah dirumuskan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan. Untuk itu dengan meninjau realisasi program kegiatan diharapkan dapat dievaluasi pelaksanaannya. Untuk pencapaian program berdasarkan urusan, secara keseluruhan dalam tahun telah dianggarkan sebesar Rp ,11 yang terealisasikan sebesar Rp ,11 atau sebesar 95,05%; yang apabila dibandingkan dengan tahun 2011 kinerja realisasinya mencapai sebesar 91,59%. Meskipun pencapaian realisasinya lebih besar tahun, namun dalam sisi pelaksanaan program dan kegiatan terlaksana lebih baik, karena hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlaksana. Adapun rincian secara keseluruhan program dan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini : Tabel 4.1 Realisasi Pencapaian Kinerja Per Urusan No. Urusan Anggaran Realisasi % I. WAJIB 1 Pendidikan , ,00 95,93 2 Kesehatan , ,16 96,93 3 Pekerjaan Umum , ,00 97,90 19

20 No. Urusan Anggaran Realisasi % 4 Perumahan , ,00 99,71 5 Penataan Ruang , ,00 98,75 6 Perencanaan Pembangunan , ,00 98,23 7 Perhubungan , ,00 97,34 8 Lingkungan Hidup , ,00 97,64 9 Kependudukan dan Catatan Sipil , ,00 97,75 10 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 11 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera , ,00 96, , ,00 96,86 12 Sosial , ,00 99,66 13 Ketenagakerjaan , ,00 96,75 14 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah , ,00 96,61 15 Penanaman Modal , ,00 95,70 16 Kebudayaan , ,00 96,14 17 Kepemudaan dan Olahraga , ,00 96,89 18 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 19 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm. Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian , ,00 97, , ,95 90,46 20 Ketahanan Pangan , ,00 92,12 21 Pemberdayaan Masyarakat Desa , ,00 97,44 22 Statistik , ,00 98,55 23 Kearsipan , ,00 94,94 24 Komunikasi dan Informatika , ,00 96,30 II. PILIHAN 1 Pertanian , ,00 94,89 2 Kehutanan , ,00 94,88 3 Energi dan Sumberdaya Mineral , ,00 99,21 4 Pariwisata , ,00 99,69 5 Kelautan dan Perikanan , ,00 83,98 6 Industri , ,00 99,53 7 Perdagangan , ,00 99,44 8 Ketransmigrasian , ,00 98,04 Jumlah , ,11 95,05 Secara umum program kegiatan yang menjadi prioritas dalam tahun adalah sebagai berikut : Program dan kegiatan Bidang Pendidikan telah difokuskan untuk meningkatkan kualitas sarana pendidikan dengan melalui rehabilitasi gedung SD dan SMP. Untuk perbaikan prasarana dilakukan melalui pengadaan alat 20

21 peraga dan pengadaan buku dalam mendukung pelaksanaan dunia pendidikan yang semakin berkualitas. Bidang Kesehatan, berbagai program diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan di RSUD dr. Soegiri dan RS. Ngimbang yang semakin lengkap. Sebagai upaya untuk lebih meningkatkan pelayanan, secara bertahap Pemerintah berkomitmen untuk melengkapi kelengkapan medis dan kedokteran sebagai harapan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat untuk memperoleh layanan kesehatan yang semakin baik. Pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat juga akan kita tingkatkan melalui penyediaan obat-obatan yang cukup dan lebih terjangkau. Sedangkan untuk operasionalisasi RS. Ngimbang, Pemerintah Kabupaten Lamongan akan mengalokasikan pendanaannya agar dapat beroperasi secara penuh dan diharapkan masyarakat sekitar dapat memanfaatkan pelayanan RS. Ngimbang tersebut. Bidang Infrastruktur merupakan perhatian utama dari kebijakan program pembangunan Kabupaten Lamongan. Pemerintah Kabupaten Lamongan akan melipatgandakan pendanaannya untuk tujuan tersebut dengan mengalokasikan untuk pembangunan jalan kabupaten maupun jalan strategis. Kerusakan jalan yang cukup besar dirasakan menghambat perkembangan ekonomi masyarakat maupun masuknya investasi. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Lamongan perlu adanya terobosan kebijakan untuk mempercepat dan memperluas jangkauan pembangunan jalan diseluruh wilayah Kabupaten Lamongan. Di sektor irigasi, pemerintah juga akan mengupayakan normalisasi saluran saluran waduk dan sungai. Di samping untuk memperlancar pemenuhan air baku bagi petani dan masyarakat, juga diharapkan berfungsi sebagai penyanggah banjir. 21

22 Di sektor kebutuhan air bersih, di samping mendorong peningkatan pembangunan pada PDAM, Pemerintah juga telah melaksanakan Pembangunan Sarana Air Bersih di pedesaan, sehingga jangkauan layanan air bersih baik yang disediakan oleh PDAM maupun pembangunan sarana air bersih tersebut dapat semakin luas sebagaimana yang ditargetkan di dalam MDG s agar masyarakat miskin dapat menikmati akses air bersih. Di bidang pembangunan kualitas lingkungan hidup, Pemerintah Kabupaten Lamongan berkomitmen untuk meningkatkan pembangunan drainase, sanitasi, dan perbaikan TPA TPA maupun sarana pendukungnya. Bidang Pemerintahan diarahkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat serta makin mantapnya tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Hal ini kita lakukan melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum, dan transparan. Untuk mendukung pelaksanaan e-ktp yang dilaksanakan pada Tahun, Pemerintah telah menyediakan sarana pendukungnya, baik dari sisi infrastruktur komunikasi data, sarana prasarana pelayanan di tingkat kecamatan berupa komputer, laptop, AC dan penambahan kapasitas listrik kepada seluruh Kecamatan di Kabupaten Lamongan. Sosialisasi dan mobilisasi masyarakat juga disediakan agar pelaksanaan e-ktp di Lamongan dapat dilaksanakan dengan baik. Bidang Pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian serta mutu produk pertanian. Sebagaimana kita ketahui bahwa bidang pertanian saat ini mengalami tekanan akibat perubahan musim, hal ini akan mempengaruhi sasaran jumlah produksi pertanian secara keseluruhan baik gabah, kedelai maupun jagung. Untuk mewujudkan jangkar ketahanan pangan yang lebih kuat, di tahun telah ditingkatkan produksi pertanian. Pemerintah akan memberikan bantuan sarana dan prasarana 22

23 produksi berupa bantuan handtractor, perluasan jalan usaha tani, peningkatan kualitas irigasi dan pemantauan distribusi pupuk. Bidang Perikanan diarahkan untuk peningkatan sarana dan prasarana produksi perikanan. Dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh Lamongan, kita harus mampu menjadi sentra produksi ikan baik darat maupun laut. Untuk meningkatkan hasil produksi perikanan, di tahun diprioritaskan untuk memberikan bantuan alat tangkap dasar kepada nelayan sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil tangkapan yang lebih besar, begitu juga dengan budidaya keramba akan lebih diintensifkan karena potensi sumber daya alam harus diberdayakan secara maksimal. Di samping itu di bidang kelautan, sebagai upaya untuk menekan abrasi pantai yang semakin meningkat, akan dilakukan rehabilitasi breakwater dan pembangunan penahan gelombang. Bidang Peternakan harus dikembangkan lebih meningkat lagi, di samping potensi kekayaan alam yang mendukung untuk usaha peternakan yang lebih produktif, dan disadari masih kurangnya ketersediaan daging di pasaran, inilah yang harus dimanfaatkan dalam upaya mendorong dunia peternakan di Kabupaten Lamongan sehingga mampu menjadi sarana peningkatan ekonomi masyarakat pedesaan. Untuk itulah berbagai program diarahkan sebagai pendukung untuk meningkatkan kualitas peternakan di Kabupaten Lamongan melalui rehabilitasi Pusat Kesehatan Hewan di Mantup dan Kedungpring, serta pembangunan Rumah Potong Hewan dan sarananya di Babat. 23

24 4.2 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM Faktor pendukung dalam pencapaian kinerja program dan kegiatan selama kurun waktu berjalan tahun dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas proses manajemen pelaksanaan program dan kegiatan di setiap SKPD, dengan lebih terstrukturnya organisasi pelaksanaan kegiatan yang dibentuk; b. Meningkatnya akselerasi pelaksanaan setiap kegiatannya dengan mengintegrasikan kegiatan dalam pencapaian pembangunan yang berbasis di pedesaan yang tercakup dalam GEMERLAP; c. Meningkatnya evaluasi dan pengawasan melekat yang dilaksanakan terhadap program dan kegiatan agar lebih tepat sasaran dan berjalan secara efektif serta efisien ; d. Meningkatnya keterpaduan antar program dan kegiatan supaya dapat meningkatkan akselerasi pembangunan yang lebih maksimal, misalkan pembangunan yang berbasis GEMERLAP juga didukung dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur di pedesaan seperti jalan, irigasi, sarana air bersih, dan juga didukung dengan sektor pertanian dengan lebih diupayakan melalui pemberian bantuan kepada petani seperti benih pertanian, dan alat sarana produksi. Adapun dari sisi hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan kegiatan di Kabupaten Lamongan pada tahun yaitu pedoman pelaksanaan untuk kegiatan yang bersumber dari DAK dan bagi hasil cukai dikeluarkan setelah APBD ditetapkan sehingga menghambat pelaksanaan yang sudah ditetapkan dalam APBD. 24

25 BAB V KEBIJAKAN AKUNTANSI 5.1 ENTITAS PELAPORAN DAN AKUNTANSI Entitas Pelaporan Keuangan Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lamongan. Laporan Keuangan yang disusun mencakup seluruh transaksi keuangan yang berasal dari dana APBD Pemerintah Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran. Jumlah satuan kerja yang mengelola dana APBD Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran terdiri dari 62 Satuan Kerja Perangkat Daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lamongan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri dari : 1) Neraca; 2) Laporan Realisasi Anggaran; 3) Laporan Arus Kas, dan; 4) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan Keuangan tersebut disusun secara desentralisasi dan berjenjang dimulai dari tingkat satuan kerja yang selanjutnya dilakukan konsolidasi oleh Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Lamongan. Entitas akuntansi di Kabupaten Lamongan adalah PPKD dan semua satuan kerja. Entitas Akuntansi berkewajiban menyelenggarakan akuntansi di lingkungan masing-masing untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas Akuntansi terdiri dari : a. Pengguna Anggaran di setiap SKPD; b. Pengguna Anggaran di SKPKD, dan; c. Pejabat Pengelola Kuangan Daerah di SKPKD. Entitas pelaporan berkewajiban menyajikan laporan keuangan kepada pihak eksternal yang berkepentingan (stakeholders) dengan cara melakukan konsolidasi atas laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas akuntansi. 25

26 5.2 BASIS AKUNTANSI Basis akuntansi yang digunakan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lamongan adalah basis kas (Cash Basis). Basis akrual (Accrual Basis) untuk pengakuan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Dana dalam Neraca dan basis kas (Cash Basis) untuk pengakuan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan dalam Laporan Realisasi APBD. Pemerintah kabupaten Lamongan akan menerapkan akuntansi berbasis akrual secara bertahap dari penerapan akuntansi basis kas menuju akrual menjadi akuntansi berbasis akrual penuh. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan, dan belanja di akui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan Pemerintah Kabupaten Lamongan tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Laporan Arus Kas disusun dengan metode langsung yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode 01 Januari s/d 31 Desember dan 2011 yang diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan dan Aktivitas Pembiayaan serta Aktivitas Non Anggaran. 5.3 KEBIJAKAN AKUNTANSI Pendapatan Pendapatan adalah semua penerimaan rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung 26

27 sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan atau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah. Pendapatan daerah dirinci menurut organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan. Dalam APBD, pendapatan daerah dikelompokkan atas : 1) Pendapatan Asli Daerah; 2) Pendapatan Transfer; 3) Lain-lain Pendapatan yang Sah. Pendapatan diakui pada saat diterima di Rekening Kas Umum Daerah. Pengakuan pendapatan dilakukan berdasarkan asas bruto yaitu jumlah sebelum dilakukan kompensasi dengan pengeluaran terkait, dan tidak diperbolehkan untuk mencatat jumlah neto. Pengembalian atas pendapatan yang sifatnya normal dan berulang (recurring), baik pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan yang bersangkutan. Koreksi dan pengembalian atas pendapatan yang sifatnya tidak berulang (non-recurring), yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan, dicatat sebagai pengurang pendapatan yang bersangkutan pada periode yang sama. Koreksi dan pengembalian atas pendapatan yang sifatnya tidak berulang (non-recurring), yang terjadi pada periode sebelumnya, dicatat sebagai belanja tidak terduga pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. Pengukuran pendapatan dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai setara kas yang diterima dan atau akan diterima. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan. 27

28 5.3.2 Pengakuan Belanja Belanja adalah penurunan aktiva/aset dan atau kenaikan hutang yang digunakan untuk berbagai kegiatan dalam satu periode akuntansi. Dalam pengakuannya, belanja diakui berdasarkan jumlah kas yang dikeluarkan. Pengakuan belanja yang mengunakan uang persediaan (UP/GU/TU) pada entitas akuntansi di SKPD didasarkan pada jumlah kas yang telah dikeluarkan dari Kas Bendahara Pengeluaran pada saat bukti-bukti belanja yang bersangkutan disahkan oleh pengguna anggaran. Pengembalian atas belanja yang sifatnya normal dan berulang (recurring), baik pada periode berjalan maupun pada periode sebelumnya, dicatat sebagai pengurang belanja yang bersangkutan pada periode berjalan. Koreksi dan pengembalian atas belanja yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring), yang terjadi pada periode berjalan, dicatat sebagai pengurang belanja yang bersangkutan pada periode yang sama. Koreksi dan pengembalian atas belanja yang sifatnya tidak berulang (non-recurring), yang terjadi pada periode sebelumnya, dicatat sebagai pendapatan lain-lain pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. Pengukuran belanja dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai kas yang dikeluarkan. Pengukuran belanja modal dilakukan berdasarkan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Perhitungan nilai aset tetap berwujud dalam belanja modal adalah sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan. Batas minimal belanja yang boleh dicatat sebagai belanja modal adalah Rp ,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per satuan aset. Belanja yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke dalam mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar kurs tengah Bank Indonesia pada saat pengakuan belanja. Pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal (dikapitalisasi pada aset tetap) jika manfaat ekonomis atas 28

29 aset tetap yang dipelihara bertambah baik manfaat maupun volume dan kapasitasnya. Kapitalisasi belanja pemeliharaan juga harus memenuhi nilai minimal sebesar Rp ,00 (tiga puluh juta rupiah) per unit aset Akuntansi Pembiayaan Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar kembali atau akan diterima kembali, yang terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Daerah, yang antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Daerah yang antara lain berupa pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SILPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Pengakuan pembiayaan dalam periode berjalan dilakukan pada saat kas diterima dari sumber penerimaan pembiayaan daerah, atau pada saat kas dikeluarkan untuk sumber pembiayaan yang berupa pengeluaran pembiayaan daerah. Pengukuran pembiayaan dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai kas yang diterima/dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal pengakuan pembiayaan. 29

30 5.3.4 Akuntansi Aset Aset adalah sumber daya yang dapat diukur dengan satuan uang yang dimiliki dan atau dikuasai Pemerintah Kabupaten Lamongan dan diperkirakan dapat memberikan manfaat ekonomis di masa depan. Tidak termasuk dalam pengertian sumber daya ekonomis tersebut adalah sumber daya alam seperti hutan, sungai, danau, rawa, kekayaan di dasar laut, kandungan pertambangan, dan harta peninggalan sejarah seperti candi. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya. Persediaan merupakan aset berwujud berupa : a. Barang atau perlengkapan yang digunakan kegiatan operasi; b. Bahan atau perlengkapan yang digunakan untuk proses produksi; c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan; d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan. Persediaan diakui sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. Investasi jangka panjang adalah aset Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam bentuk kepemilikan atas surat berharga atau penyertaan modal yang dimaksud untuk memperoleh manfaat ekonomis dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang yang kepemilikannya dibawah 20% dinilai menggunakan metode biaya (Cost-Method). Sedangkan yang kepemilikan 20% sampai dengan 50% atau kepemilikan kurang dari 20% tapi memiliki pengaruh yang signifikan dinilai dengan menggunakan metode ekuitas (Equity Method), begitu juga dengan kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas. Sedangkan kepemilikan yang bersifat nonpermanent dinilai menggunakan metode nilai bersih. Investasi Permanen merupakan penyertaan modal pada bisnis 30

31 tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang berkelanjutan. Investasi Permanen yang kepemilikannya dibawah 20% dinilai menggunakan metode biaya (Cost-Method) sedangkan yang kepemilikan 20% dinilai menggunakan metode ekuitas (Equity Method). Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai potensi manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dan tidak dimaksudkan untuk dijual atau dipakai habis dalam satu periode akuntansi. Aset tersebut digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber dari APBD melalui pembelian, pembangunan, donasi, dan pertukaran dengan aset lainnya. Aset tetap antara lain terdiri Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya, dan Konstruksi Dalam Pengerjaan. Aset tetap yang diperoleh dari donasi diakui dalam periode berkenaan, yaitu pada saat aset tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan belanja modal atas aset tetap yang telah ada harus dibedakan antara penambahan, pengurangan, pengembangan, dan penggantian utama Akuntansi Utang Utang adalah kewajiban kepada pihak ketiga sebagai akibat dari transaksi keuangan di masa lalu. Utang dikelompokkan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Utang jangka pendek (utang lancar) merupakan kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo dalam satu periode akuntansi. Kewajiban jangka pendek antara lain terdiri dari bagian lancar kewajiban jangka panjang, bunga pinjaman, dan utang perhitungan fihak ketiga (PFK). Utang jangka panjang adalah kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Bagian lancar utang jangka panjang diakui pada akhir periode dengan melakukan reklasifikasi atas kewajiban yang jatuh tempo dalam 31

32 jangka waktu satu periode ke depan. Utang PFK diakui dalam periode berjalan berdasarkan nilai kas yang akan dibayarkan atau jumlah pembiayaan yang berupa penerimaan atau pembayaran kewajiban PFK yang telah diakui dalam periode berkenaan. Sedang Kewajiban dalam negeri diakui dalam periode berjalan berdasarkan jumlah pembiayaan yang telah diterima atau dibayarkan. Utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang diukur dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi Akuntansi Ekuitas Dana Ekuitas Dana adalah jumlah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara jumlah aset/aktiva dengan jumlah kewajiban/ utang pemerintah. Secara lengkap, ekuitas dana terdiri atas Ekuitas Dana Lancar/Umum, Ekuitas Dana Investasi/Donasi dan Ekuitas Dana Dicadangkan. Ekuitas Dana Umum adalah jumlah kekayaan bersih tidak termasuk aktiva yang berasal dari donasi dan dana cadangan. Ekuitas Dana Umum diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah pembiayaan yang berupa sisa lebih perhitungan anggaran, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan dan jumlah surplus atau defisit. Ekuitas Dana Dicadangkan adalah jumlah kekayaan bersih berupa aktiva yang dicadangkan. Ekuitas Dana Dicadangkan diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah dana cadangan yang ditransfer dalam periode berjalan. Ekuitas Dana Donasi adalah jumlah kekayaan bersih berupa aktiva yang berasal dari donasi. Ekuitas Dana Donasi diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah pembiayaan berupa penerimaan hibah, bantuan, atau sumbangan yang telah diakui dalam periode berjalan. 32

33 Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah ( BLUD ) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di Kabupaten Lamongan adalah RSUD dr. Soegiri. Entitas ini menerapkan basis akrual murni dan dikonsolidasikan secara bruto ke SKPD RSUD dr. Soegiri yang selanjutnya akan dikonsolidasikan ke Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lamongan. Sedangkan mengenai Kebijakan akuntansinya BLUD memiliki kebijakan akuntansi yang terpisah dari Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Lamongan. Karena memiliki basis akuntansi yang berbeda dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan maka diperlukan konversi dari proses akrual ke proses kas murni. Prosedur konsolidasinya adalah dengan mencatat semua pendapatan dan belanja BLUD RSUD dr. Soegiri perbulan berdasarkan kas yang keluar dari Bendahara BLUD. Akun-akun yang dikonversi adalah semua pendapatan hanya diakui sebesar uang kas yang diterima di bendahara BLUD dan semua akun belanja hanya diakui sebesar uang kas yang dikeluarkan oleh bendahara BLUD. 33

34 BAB VI PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN PENJELASAN POS-POS NERACA 6.1 ASET Aset merupakan salah satu dari beberapa pos yang ada di Neraca yang digunakan untuk mencatat semua harta kekayaan Pemerintah Kabupaten Lamongan, baik yang didapatkan dalam Tahun Anggaran maupun tahun tahun sebelumnya Aset Lancar 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,37 Aset lancar dipergunakan untuk mencatat semua aset yang habis dipakai selama satu periode anggaran. Aset Lancar terdiri dari semua persediaan, antara lain berupa Kas, Persediaan Bahan pakai Habis/Material, Piutang Pajak dan Piutang Lainnya Kas 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,34 Kas Pemerintah Kabupaten Lamongan per 31 Desember adalah sebesar Rp ,56; dengan rincian sebagai berikut : a. Kas di Kas Daerah Rp ,87 b. Kas di Bendahara Penerimaan Rp ,00 c. Kas di Bendahara Pengeluaran Rp ,54 d. Kas di BLUD Rp ,15 Jumlah Rp ,56 Kas di Kas Daerah (BUD) merupakan Kas yang berada di Rekening Kas Umum Daerah, berupa simpanan Giro di Bank Jatim dengan nomor rekening (a.n. 34

35 Rekening Kas Bendahara Umum Daerah) per 31 Desember sebesar Rp ,87 dan deposito sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6.1 Rincian Kas di Kasda (BUD) No Nama Akun No Rekening Jumlah (Rp) 1 Giro Bank Jatim (Kas) ,87 2 Deposito PT. Bank Jatim Lamongan ,00 3 Deposito PT. BTN Gresik ,00 4 Deposito PT. BRI Lamongan ,00 JUMLAH ,87 Kas di Bendahara Penerimaan per 31 Desember sebesar Rp ,00, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6.2 Rincian Kas di Bendahara Penerimaan No SKPD Tempat Menyimpan Jumlah (Rp) 1 Dinas Kesehatan (Akper) Kas Tunai di Bend. Penerimaan ,00 Akper No. Rek ,00 Askes No. Rek ,00 2 RSUD Ngimbang Kas Tunai di Bend. Penerimaan ,00 JUMLAH ,00 Kas di Bendahara Pengeluaran tahun sebesar Rp ,54 merupakan sisa dana yang masih berada pada beberapa Bendahara Pengeluaran SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamongan dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6.3 Kas di Bendahara Pengeluaran SKPD No. SKPD Tempat Menyimpan Nilai 1. Dinas Pendidikan Rek. Bend. Pengeluaran Pembantu ,60 2. Dinas PU. Bina Marga Kas Tunai di Bend. Pengeluaran ,00 3. Dinas Perhubungan Kas Tunai di Bend. Pengeluaran ,00 4. Badan Kepegawaian Daerah Kas Tunai di Bend. Pengeluaran ,00 5. Kelurahan Sidoharjo ,24 6. Kelurahan Sukorejo ,81 7. Kelurahan Sidokumpul ,58 8. Kelurahan Tumenggungan ,50 9. Kelurahan Tlogoanyar ,72 35

36 No. SKPD Tempat Menyimpan Nilai 10. Kelurahan Jetis , Kelurahan Banaran , Kelurahan Babat , Kelurahan Blimbing ,687, Keluarahan Brondong ,64 Jumlah ,54 Rincian kas di Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan sebesar Rp54.125,60 adalah merupakan jasa giro pada Bendahara Pengeluaran Pembantu yang terdiri dari : Tabel 6.4 Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu Dinas Pendidikan No. SKPD No. Rek. Nilai 1 UPT Dinas Pendidikan Kec. Laren ,17 2 SMAN I Mantup ,14 3 SMK Negeri Brondong ,64 4 TK Negeri Pembina ,61 5 SMPN 2 Lamongan ,69 6 SMPN I Maduran ,84 7 SMPN 2 Ngimbang ,67 8 SMPN I Bluluk ,41 9 SMPN I Sambeng ,54 10 SMPN I Laren ,50 11 SMPN 2 Pucuk ,68 12 SMPN 1 Ngimbang ,34 13 SMPN 1 Sukorame ,37 Jumlah ,60 Selain itu, terdapat juga saldo kas di rekening bank Bendahara Pengeluaran di beberapa SKPD per 31 Desember yang belanjanya sudah diakui pada SPJ Fungsional sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6.5 Kas di Bendahara Pengeluaran yang Telah Diakui pada SPJ Fungsional No. SKPD No. Rek. Nilai Keterangan 1 SMPN 2 Laren ,00 honor sertifikasi ,00 honor GTT ,00 belanja administrasi perkantoran 2 UPT Dinas Pend. Deket ,00 belanja administrasi perkantoran 3 Kecamatan Babat ,00 bantuan bencana alam angin puting beliung ,00 bantuan purna bakti 4 Kecamatan Deket ,00 bantuan purna bakti 5 Kecamatan Sarirejo ,00 bantuan purna bakti 6 Kel. Banaran ,00 dana stimulan pembangunan 7 Kel. Blimbing ,00 dana stimulan pembangunan Jumlah ,00 36

37 Saldo kas di rekening Bendahara BLUD RSUD dr. Soegiri Lamongan sebesar Rp ,15 terdiri dari simpanan Giro di Bank Jatim dengan nomor rekening (a.n. RSUD Dr. Soegiri Lamongan) per 31 Desember sebesar Rp ,38; giro pada Bank BNI 46 dengan nomor rekening sebesar Rp ,00 dan giro di Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan nomor rekening sebesar Rp ,77. Adapun rincian saldo kas BLUD pada RSUD dr. Soegiri adalah sebagai berikut : - Saldo awal kas Rp ,57 - (+) Pendapatan tahun Rp ,74 - (-) Belanja tahun Rp ,16 - Saldo kas per 31 Desember Rp , Piutang Pajak 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Piutang Pajak merupakan akibat adanya Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang belum dibayar sampai dengan tanggal 31 Desember. Piutang Pajak Pemerintah Kabupaten Lamongan Per 31 Desember sebesar Rp ,00 merupakan piutang dengan kategori lancar dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6.6 Piutang Pajak No. Uraian 1. Pajak Restoran ,00 2. Pajak Reklame ,00 3. Pajak Air Tanah ,00 4. PPJ Bulan Desember ,00 Saldo Piutang Pajak ,00 Piutang Pajak Penerangan Jalan (PPJ) sebesar Rp ,00 yaitu PPJ bulan Desember yang disetor ke Kas Daerah pada bulan Januari 2013, terdiri dari 37

38 PLN Mojokerto sebesar Rp ,00; PLN Bojonegoro sebesar Rp ,00; dan PLN Gresik sebesar Rp ,00. Piutang pajak untuk tahun 2011 sebesar Rp ,00 telah dilunasi dan dicatat sebagai pendapatan pajak pada laporan realisasi anggaran dan arus kas tahun. Uraian Piutang Lainnya 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,73 Piutang Lainnya terdiri dari klaim tagihan kepada pihak ketiga antara lain Jamkesmas, SMS, Jamsostek, Bringinlife, PT. KAI, PT. Nayaka, dan Inhealth tahun yang belum cair, denda pinjaman dana revolving Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan, kontribusi pasar desa Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, denda PMI Padi Dinas Pertanian dan Kehutanan serta denda ASPELA Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan dan Jamkesmas di RSUD Ngimbang dan Dinas Kesehatan selama tahun dengan nilai sebesar Rp ,29 dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6.7 Piutang Lainnya Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir RSUD Dr. Soegiri , , , ,96 Tidak Lancar - Klaim Tagihan Askes (Tahun 2011) ,00 0, , ,00 - SMS (Tahun 2011) ,00 0, , ,00 - Jamsostek (Tahun 2011) ,00 0, , ,00 - PT. KAI (Tahun 2011) ,00 0, , ,00 - PT. Nayaka (Tahun 2011) ,00 0, , ,00 Lancar - Jamkesmas (Tahun 2011) ,18 0, ,18 0,00 - Bringinlife (Tahun 2011) ,00 0, ,00 0,00 - Jamkesmas (Tahun ) 0, ,96 0, ,96 38

39 Uraian Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir - SMS (Tahun ) 0, ,00 0, ,00 - Jamsostek (Tahun ) 0, ,00 0, ,00 - Bringin Life (Tahun ) 0, ,00 0, ,00 - Inhealth (Tahun ) 0, ,00 0, ,00 - PT. KAI (Tahun ) 0, ,00 0, ,00 - PT. Nayaka (Tahun ) 0, ,00 0, ,00 Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan Macet ,00 0,00 0, ,00 - Denda Pinjaman KKP ,00 0,00 0, ,00 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset , , , ,53 Macet Kontribusi Pinjaman Pasar Desa - Jugo Kec. Sekaran (2001) ,00 0,00 0, ,00 - Blawi Kec. Kr. Binangun (2003) ,00 0,00 0, ,00 - Sugio Kec. Sugio (2003) ,00 0,00 0, ,00 - Laren Kec. Laren (2003) ,00 0,00 0, ,00 - Glagah Kec. Glagah (2003) ,00 0,00 0, ,00 - Sonoadi Kec. Kr. Geneng (2004) ,00 0,00 0, ,00 - Bluluk Kec. Bluluk (2005) ,00 0,00 0, ,00 - Ardirejo Kec. Sambeng (2006) ,00 0,00 0, ,00 - Gempoltukmloko Kec. Sarirejo (2006) ,00 0,00 0, ,00 - Mertani Kec. Kr. Geneng (2000) ,00 0,00 0, ,00 - Kranji Kec. Paciran (2001) ,00 0,00 0, ,00 Tidak Lancar Kontribusi Pinjaman Pasar Desa - Kaligerman Kec. Kr. Geneng (2001) ,00 0, , ,00 - Tlogoagung Kec. Kb. Bahu (2005) ,00 0, , ,00 Lancar Kontribusi Pinjaman Pasar Desa - Keduyung Kec. Laren (2001) ( ,00) ,00 0,00 0,00 - Kedungwangi Kec. Sambeng (2002) ( ,00) ,00 0,00 0,00 - Majenang Kec. Kd. Pring (2002) ,00 0, ,00 0,00 - Moropelang Kec. Babat (2003) ( ,00) ,00 0,00 0,00 - Sumberdadi Kec. Mantup (2003) ,00 0, ,00 0,00 - Pucangro Kec. Kalitengah (2006) , , ,00 0,00 - Bluri Kec. Solokuro (2007) ,00 0,00 0, ,00 - Bakalan Pule Kec. Tikung (2007) ,00 0,00 0, ,00 - Kentong Kec. Glagah (2007) ,00 0,00 0, ,00 - Brengkok Kec. Brondong (2007) ,00 0,00 0, ,00 - Sambopinggir Kec. Kr. Binangun (2007) ,00 0,00 0, ,00 - Latukan Tahap II Kec. Kr. Geneng (2007) ,00 0,00 0, ,00 - Mantup Kec. Mantup (2008) ,00 0, , ,00 - Kemlagigede Kec. Turi (2008) ,00 0, , ,00 39

40 Uraian Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir - Sidomulyo Kec. Modo (2008) ,00 0, , ,00 - Sukobendu Kec. Mantup (2009) ,00 0, , ,00 - Sumberwudi Kec. Kr. Geneng (2009) ,00 0, , ,00 - Kd. Pring Kec. Kd. Pring (2009) ,00 0, , ,00 - Sidomlangean Kec. Kd. Pring (2009) ,00 0, , ,00 - Sendangrejo Kec. Ngimbang (2009) ,00 0, , ,00 - Sugio Kec. Sugio (2009) ,00 0, , ,00 - Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor , , ,00 - Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan , , , , ,00 Bermotor - Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan , , , ,00 Bermotor - Bagi Hasil Pajak Air Permukaan , , , ,00 - Bagi Hasil Sumbangan Pihak Ketiga , , , ,00 - Sisa Hasil dari Cadangan yang Dikonversi 0,00 48,53 0,00 48,53 (Bank Jatim) - Penerimaan Kontribusi PT. Karya Bangun 0, ,00 0, ,00 Perkasa - Piutang Penjualan Kendaraan Dinas Nopol 0, ,00 0, ,00 S 474 MP a.n Faiz Junaidi Dinas Pertanian dan Kehutanan ,00 0, ,00 0,00 Lancar - Denda PMI Padi ,00 0, ,00 0,00 Dinas Perikanan dan Kelautan ,55 0,00 0, ,55 Macet - Denda ASPELA ,55 0,00 0, ,55 RSUD Ngimbang 0, ,25 0, ,25 Lancar - Jamkesmas 0, ,25 0, ,25 Dinas Kesehatan 0, ,00 0, ,00 Lancar - Jamkesmas 0, ,00 0, ,00 Jumlah , , , ,29 RSUD dr. Soegiri Sisa piutang RSUD dr. Soegiri tahun 2011 yang belum terbayar sampai dengan 31 Desember adalah sebesar Rp ,00 yang terdiri dari Askes, Jamkesmas, SMS, Jamsostek, Bringinlife, PT. KAI, dan PT. Nayaka. Dari nilai tersebut terdapat penyisihan piutang tak tertagih sebesar Rp ,50 sehingga nilai piutang netto RSUD dr. Soegiri tahun 2011 sebesar Rp ,50. 40

41 Pada tahun terdapat penambahan piutang sebesar Rp ,96 yang diperoleh dari klaim Jamkesmas, SMS, Jamsostek, Bringinlife, PT. KAI, PT. Nayaka dan Inhealth. Total piutang RSUD dr. Soegiri per 31 Desember sebesar Rp ,96. Nilai penyisihan piutang sebesar Rp ,50 sehingga nilai piutang netto RSUD dr. Soegiri tahun 2011 sebesar Rp ,46. Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan Denda Pinjaman Kerja Ketahanan Pangan (KKP) sebesar Rp ,00 merupakan Denda Pinjaman KKP sejak tahun Piutang tersebut masuk kategori macet dan dilakukan penyisihan piutang sebesar Rp ,00 atau 100% sehingga nilai piutang netto sebesar Rp0,00. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kontribusi pinjaman pasar desa merupakan kontribusi dari pinjaman untuk pasar desa yang sejak tahun 2000 kewenangan penyaluran beserta penagihannya berada pada dinas terkait, namun sejak tahun 2011 beralih kewenangan penagihannya pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dengan sisa tagihan sebesar Rp ,00. Nilai piutang tersebut dilakukan penyisihan piutang sebesar Rp ,00; untuk aktegori tidak lancar sebesar Rp ,00 dilakukan penyisihan piutang sebesar Rp ,00 dan macet sebesar Rp ,00. Dengan demikian nilai netto piutang sebesar Rp ,00. 41

42 Dinas Perikanan dan Kelautan Denda Asosiasi Pembudidayaan Ikan Lamongan (ASPELA) sebesar Rp ,55 merupakan klaim dari denda keterlambatan pembayaran angsuran pinjaman yang terjadi sejak tahun Piutang tersebut kategori macet. Nilai penyisihan piutang sebesar Rp ,55 sehingga nilai piutang netto sebesar Rp0, Persediaan 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,30 Jumlah persediaan Pemerintah Kabupaten Lamongan per 31 Desember sebesar Rp ,00 yang merupakan akumulasi dari semua persediaan bahan habis pakai yang ada di seluruh SKPD. Rincian persediaan adalah sebagai berikut : Tabel 6.8 Persediaan ( dalam rupiah ) No. Uraian Alat Tulis Kantor , ,00 Obat-obatan dan Alat Medis Habis , ,30 2. Pakai 3. Barang Cetakan , ,00 4. Barang Gudang/Kantor Habis Pakai , ,00 5. Pakaian Dinas ,00 0,00 6. Alat Listrik dan Elektronik , ,00 7. Alat Kebersihan , ,00 8. Alat Radiologi , ,00 9. Alat alat/bahan Laboratorium , , Bahan Makan Pasien , , Bahan Paketan Rawat Inap/Ruangan , , Bahan Baku Material ,00 0, Bahan Pangan ,00 0,00 Jumlah , ,30 Pada persediaan obat-obatan dan alat medis habis pakai senilai Rp ,00 terdapat pada Dinas 42

43 Kesehatan, RSUD dr. Soegiri Lamongan, RS. Ngimbang, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dari jumlah sebesar tersebut di atas senilai Rp ,00 merupakan persediaan yang telah kadaluarsa yang terdapat pada RSUD dr. Soegiri Lamongan Investasi Jangka Panjang 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,15 Investasi Jangka Panjang Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk Tahun Anggaran sebesar Rp ,74 terdiri dari Investasi Non Permanen sebesar Rp ,00 dan Investasi Permanen sebesar Rp ,74. 1) Investasi Non Permanen (Dana Revolving/Bergulir) 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Investasi Non Permanen (Dana Revolving/Bergulir) merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada masyarakat oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya. Dana tersebut merupakan piutang jangka panjang terhadap dana-dana bergulir Pemerintah Kabupaten Lamongan, baik berupa Pinjaman kepada Instansi maupun penyertaan dalam proyek pembangunan tertentu yang akan dikembalikan dalam tahun-tahun berikutnya sesuai dengan tanggal jatuh tempo pada perjanjian/kesepakatan yang telah ada. Pemerintah Kabupaten Lamongan pada Laporan Keuangan tahun ini menyajikan data Dana Revolving/bergulir dengan menggunakan metode nilai bersih sesuai dengan Peraturan Bupati Lamongan Nomor 59 Tahun 2011 tentang Kebijakan Akuntansi Dana Revolving/bergulir Pemerintah Kabupaten Lamongan. 43

44 Dalam Peraturan Bupati tersebut telah dijelaskan tentang klasifikasi dana revolving/bergulir yang terdiri dari lancar/dapat ditagih, tidak lancar/diragukan dapat ditagih, dan macet/benarbenar tidak dapat ditagih. Klasifikasi tersebut didasarkan pada kontrak/perjanjian/kesepakatan kerjasama yang ada yang menyajikan informasi tentang jatuh tempo serta berdasarkan umur dana revolving/bergulir. Pada klasifikasi lancar, dana tersebut pembayarannya sesuai dengan tanggal jatuh tempo perjanjian/kesepakatan yang telah ada. Pada klasifikasi tidak lancar, dana tersebut pembayarannya mundur anatara 3 bulan sampai dengan 1 tahun dari tanggal jatuh tempo perjanjian/kesepakatan yang telah ada. Sedangkan pada klasifikasi macet, dana tersebut pembayarannya melebihi jatuh tempo dari perjanjian/kesepakatan yang telah ada atau lebih dari 1 tahun. Pada klasifikasi macet tersebut, apabila terdapat permintaan untuk dilakukan penghapusan maka dana revolving/bergulir tersebut akan direklasifikasi pada akun Aset Lainnya-Aset Lainlain/Non Produktif. Untuk restrukturisasi/penjadwalan pembayaran dana/piutang tersebut dapat dilakukan maksimal 1 (satu) kali penjadwalan dengan menerbitkan SK Bupati tentang penjadwalan ulang pinjaman. Dengan adanya kebijakan ini, maka dana revolving/bergulir yang masih tertunggak akan dapat disajikan pada laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Lamongan TA. Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam Neraca per 31 Desember menyajikan Dana Bergulir dengan menggunakan metode nilai bersih yang dapat direaliasikan sebesar Rp ,00, sedangkan nilai dari Dana Bergulir yang dikategorikan sebagai kredit macet dapat dilihat dalam tabel berikut : 44

45 Tabel 6.9 Investasi Non Permanen (Dana Revolving/Bergulir) Klasifikasi Kredit Macet No. Uraian Rincian Piutang Tahun Pengakuan Piutang Saldo Awal Piutang Penambahan Piutang Pengurangan Piutang Saldo Akhir Piutang =4+5-6 Dinas Pertanian dan Kehutanan 1 Pengembalian Kembali Bantuan Biaya Operasional Pabrik Pupuk Maharani Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 2 Sapi Bibit 3 Sapi Bibit 4 Sapi Bibit 5 Sapi Kereman 6 Sapi Kereman Dinas Perikanan dan Kelautan 7 Pinjaman kepada ASPELA 8 Pinjaman Operasional PEMP (Swamitra Mina) 9 Pinjaman kepada ASPELA 10 Pinjaman Modal TPI Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi 11 Permodalan PKL Aloonaloon Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset 12 Pasar Jugo Kecamatan Sekaran 13 Pasar Keduyung Kecamatan Laren 14 Pasar Kaligerman Kecamatan Karanggeneng 15 Pasar Kranji Kecamatan Paciran 16 Pasar Kedungwangi Kecamatan Sambeng 17 Pasar Karanggeneng Kecamatan Karanggeneng 18 Pasar Majenang Kecamatan Kedungpring 19 Pasar Sugio Kecamatan Sugio 20 Pasar Blawi Kecamatan Karangbinangun 21 Pasar Laren Kecamatan Laren ,00 0,00 0, , ,00 0, , , ,00 0, , , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0, , , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0, ,00 0, ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0, , , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, ,00 45

46 No. Uraian Rincian Piutang Tahun Pengakuan Piutang Saldo Awal Piutang Penambahan Piutang Pengurangan Piutang Saldo Akhir Piutang 22 Pasar Glagah Kecamatan ,00 0,00 0, ,00 Glagah 23 Pasar Moropelang ,00 0,00 0, ,00 Kecamatan Babat 24 Pasar Sidomlangean ,00 0,00 0, ,00 Kecamatan Kedungpring 25 Pasar Sonoadi ,00 0,00 0, ,00 Kecamatan Karanggeneng 26 Pasar Bluluk Kecamatan ,00 0,00 0, ,00 Bluluk 27 Pasar Tlogoagung ,00 0, , ,00 Kecamatan Kembangbahu 28 Pasar Adirejo Kecamatan ,00 0,00 0, ,00 Sambeng Jumlah ,00 0, , ,00 No. Adapun rincian dana bergulir yang diklasifikasikan sebagai kredit tidak lancar dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 6.10 Investasi Non Permanen (Dana Revolving/Bergulir) Klasifikasi Kredit Tidak Lancar Uraian Rincian Piutang Tahun Pengakuan Piutang Saldo Awal Piutang Penambahan Piutang Pengurangan Piutang Saldo Akhir Piutang =4+5-6 Dinas Perikanan dan Kelautan 1 PMI Sawah Tambak ,00 0, ,00 0,00 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset 1 Pasar Mertani Kecamatan ,00 0, , ,00 Karanggeneng 2 Pasar Payaman Kecamatan ,00 0, , ,00 Solokuro 3 Pasar Sumberdadi ,00 0, , ,00 Kecamatan Mantup 4 Pasar Gempoltukmloko ,00 0, , ,00 Kecamatan Sairejo 5 Pasar Pucangro Kecamatan ,00 0, ,00 0,00 Kalitengah Jumlah ,00 0, , ,00 Sedangkan rincian dana bergulir yang diklasifikasikan sebagai kredit lancar dapat dilihat dalam tabel berikut : 46

47 No Uraian Rincian Piutang Tabel 6.11 Investasi Non Permanen (Dana Revolving/Bergulir) Klasifikasi Kredit Lancar Tahun Pengakuan Piutang Saldo Awal Piutang Penambahan Piutang Pengurangan Piutang Saldo Akhir Piutang =4+5-6 Dinas Pertanian dan Kehutanan 1 PMI Padi ,00 0, ,00 0,00 2 PMI Jagung ,00 0, ,00 0,00 3 PMI Tebu 0, , ,00 0,00 4 Bantuan Kredit Modal Kerja Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K) Kantor Ketahanan Pangan 0, , ,00 0,00 5 Penguatan Modal Lumbung 0, , ,00 0,00 Pangan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 6 PMI Sapi Bibit ,00 0, ,00 0,00 7 PMI Kambing/Domba ,00 0, ,00 0,00 8 PMI Sapi Bibit 0, , ,00 0,00 9 Penggemukan Sapi Potong 0, , ,00 0,00 10 PMI Kambing/Domba 0, , ,00 0,00 Dinas Perikanan dan Kelautan 11 Sawah Tambak ,00 0, ,00 0,00 12 Penguatan Modal TPI 0, , ,00 0,00 13 Sawah Tambak 0, , ,00 0,00 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi 14 Pinjaman Lunak Modal Kerja KSP/USP Koperasi 15 Penguatan Modal Kerja IKK dan IRT 16 Penguatan Modal Kerja Bergulir kepada Usaha Pengadaan Pangan Koperasi 17 Himpunan Pengguna Air Minum dan Sanitasi (HIPPAM-S) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset 18 Pasar Desa Bakalan Pule Kecamatan Tikung 19 Pasar Desa Brengkok Kecamatan Brondong 20 Pasar Desa Bluri Kecamatan Solokuro 21 Pasar Desa Kentong Kecamatan Glagah 22 Pasar Desa Sambopinggir Kecamatan Karangbinangun ,00 0, ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0,00 0, , ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0,00 23 Pasar Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng 24 Pasar Desa Mantup Kecamatan Mantup ,00 0, ,00 0, ,00 0, , ,00 47

48 No Uraian Rincian Piutang 25 Pasar Desa Kemlagigede Kecamatan Turi 26 Pasar Desa Sidomulyo Kecamatan Modo 27 Pasar Desa Sukobendu Kecamatan Mantup 28 Pasar Desa Sumberwudi Kecamatan Karanggeneng 29 Pasar Desa Kedungpring Kecamatan Kedungpring 30 Pasar Desa Sidomlangen Kecamatan Kedungpring Tahun Pengakuan Piutang Saldo Awal Piutang Penambahan Piutang Pengurangan Piutang Saldo Akhir Piutang ,00 0, , , ,00 0, , , ,00 0, , , ,00 0, , , ,00 0, , , ,00 0, , ,00 31 Pasar Desa Sendangrejo ,00 0, , ,00 Kecamatan Ngimbang 32 Pasar Desa Sugio Kecamatan ,00 0, , ,00 Sugio Jumlah , , , ,00 2) Investasi Permanen 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,15 Investasi Permanen merupakan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Lamongan pada entitas bisnis tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama dan dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang berkelanjutan. Selama tahun terdapat tambahan penyertaan modal Pemerintah Daerah sebesar Rp ,00 terdiri dari penyertaan modal (investasi) dalam bentuk tunai ke PD. BPR Bank Daerah Lamongan sebesar Rp ,00; PDAM sebesar Rp ,00; dan Bank Jatim sebesar Rp ,00. Berdasarkan RUPS LB Nomor 19 tanggal 19 Maret, dalam rangka Bank Jatim menerbitkan IPO (Initial Public Offering) maka cadangan umum yang selama ini dibentuk sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 dikonversi menjadi saham yang dibagi secara proporsional sesuai dengan jumlah kepemilikan. Adapun jumlah cadangan umum yang dikonversi menjadi saham adalah sebesar Rp ,00 dan yang menjadi hak Pemerintah Kabupaten Lamongan sebesar 48

49 Rp ,53. Hak Pemerintah Kabupaten Lamongan tersebut dikonversi sebagai saham sebesar Rp ,00 dan disetor ke Kas Daerah sebagai pendapatan sebesar Rp48,53. Sehingga posisi kepemilikan saham Pemerintah Kabupaten Lamongan sebanyak lembar saham dengan harga per lembar saham Rp250,00 atau seluruhnya sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : a. Posisi per 31 Desember 2011 Rp ,00 Nilai sebesar Rp ,34 telah disetor oleh Bank Jatim ke Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan pada tanggal 28 April 2010 dan telah dicatat di LRA sebagai pendapatan dividen; b. Tambahan Setoran Modal dalam tahun sebesar Rp ,00; c. Cadangan yang dikonversi sebesar Rp ,00; Sisa hasil dari cadangan yang dikonversi sebesar Rp48,53 telah dilimpahkan ke rekening Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan pada tanggal 22 April Sedangkan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Lamongan pada PT. Bumi Lamongan Sejati sebanyak lembar saham dengan harga per lembar saham Rp ,00 atau seluruhnya senilai Rp ,00. Sehingga seluruh penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Lamongan dihitung dengan menggunakan metode biaya (cost method) adalah sebagai berikut : Tabel 6.12 Penyertaan Modal Pemerintah (Cost Method) (dalam Rupiah) No. Uraian Saldo Awal Tambahan Penyertaan Saldo Akhir Modal di TA 1. PD. BPR Bank Daerah Lamongan , , ,00 2. PD. Aneka Usaha Jaya Lamongan ,00 0, ,00 3. PDAM , , ,00 4. Bank Jatim , , ,00 5. PT. Bumi Lamongan Sejati ,00 0, ,00 6. PD. Pasar ,00 0, , , , ,00 49

50 No. Uraian Saldo Awal Sampai dengan TA, penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Lamongan telah dinilai dengan metode ekuitas (Equity Method) di mana adanya Laba/Rugi akan mempengaruhi penambahan/pengurangan nilai investasi yang ada. Penyertaan yang masih dinilai dengan menggunakan metode biaya adalah penyertaan pada Bank Jatim dikarenakan penyertaannya <20%. Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka pada TA, Pemerintah Kabupaten Lamongan melakukan penyesuaian akun penyertaan modal dengan metode ekuitas untuk kepemilikan penyertaan modal 20%. Perubahan metode tersebut berdampak berubahnya nilai akun penyertaan modal dengan rincian pada tabel berikut : Penyesuaian Laba Bersih TA 2011 Tabel 6.13 Investasi Permanen Penambahan Penyertaan Modal di TA Penambahan Investasi Setoran PAD Saldo Akhir = ( )-7 1. Penyertaan pada PD. BPR Bank Daerah Lamongan/ 100%/Metode Ekuitas ,87 0, , , , ,87 2. Penyertaan pada PD. Aneka Usaha Jaya Lamongan/100%/Metode Ekuitas 3. Penyertaan pada PDAM/ 100%/Metode Ekuitas 4. Penyertaan pada Bank Jatim/0,76%/Metode Biaya Sisa stock dividen tahun ,00 0,00 0, , , ,38 0,00 0, ,00 ( ,41) 0,00 0,00 * ,00 0, ,00 0,00 0, ,00 ** ,34 *** 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Penyertaan pada PT. Bumi Lamongan Sejati/45%/ ,84 0,00 0, , , ,39 Metode Ekuitas 6. Penyertaan pada PD ,10 0,00 0, , , ,10 Pasar/100%/Metode Ekuitas Jumlah Investasi Permanen ,15 0, , , , ,74 * Nilai akun Investasi Permanen pada PDAM dinilai nol karena perhitungan saldo akhir menghasilkan nilai negatif. ** Setoran PAD Bank Jatim tidak dimasukkan karena prosentase kepemilikan <20% (metode biaya). *** Sudah disetorkan ke Kas Daerah Metode ekuitas digunakan untuk mencatat nilai investasi permanen apabila prosentase kepemilikan 20% sedangkan metode biaya digunakan apabila prosentase kepemilikan <20%. Pada pencatatan menggunakan metode ekuitas, bagian pemerintah daerah atas laba (rugi) bersih perusahaan dihitung 50

51 sesuai dengan prosentase kepemilikannya dikalikan dengan laba (rugi) bersih perusahaan tersebut dan menambah nilai investasi permanen pemerintah daerah. Sebaliknya, penyetoran yang dilakukan oleh perusahaan ke kas daerah berupa pendapatan asli daerah (PAD) seluruhnya akan mengurangi nilai investasi permanen tersebut. Pada pencatatan menggunakan metode biaya, baik laba (rugi) bersih maupun penyetoran PAD tidak merubah nilai investasi permanen pemerintah daerah Aset Tetap 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Pengakuan nilai Aset Tetap untuk tahun berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 53 ayat (2), bahwa Aset Tetap harus diakui sesuai dengan belanja modal dan biaya-biaya yang menyertainya sampai aset tetap tersebut dapat dipergunakan. Adapun penambahan Aset Tetap Kabupaten Lamongan selama Tahun adalah sebagai berikut : Tabel 6.14 Aset Tetap No. Uraian Saldo Awal Penambahan Pengurangan Penyesuaian Saldo Akhir 1. Tanah , , ,00 ( ,00) ,00 2. Peralatan dan , ,00 0,00 ( ,00) ,00 Mesin 3. Gedung dan , , ,00 ( ,00) ,00 Bangunan 4. Jalan, Irigasi dan , ,00 0, , ,00 Jaringan 5. Aset Tetap , ,00 ( ,00) ,00 Lainnya 6. Kont. Dalam 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pengerjaan Jumlah , , ,00 ( ,00) ,00 Aset Tetap bertambah sebesar Rp ,00; pengurangan mencapai jumlah sebesar Rp ,00, dan penyesuaian menambah sebesar Rp ,00 serta 51

52 penyesuaian mengurangi sebesar Rp ,00 sehingga total Aset Tetap per 31 Desember adalah sebesar Rp ,00. 1) Tanah 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Penambahan aset tanah milik Pemerintah Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran berasal dari pengadaan tanah untuk kepentingan Pemerintah sebesar Rp ,00. Penjelasan atas perubahan Aset Tetap Tanah adalah sebagai berikut : Saldo per 31 Desember 2011 : Rp ,00 Penambahan : Belanja Modal : Rp ,00 Belanja Umum/Administrasi : Rp ,00 Jumlah Penambahan : Rp ,00 Pengurangan : Hibah Tanah ke Polsek :(Rp ,00) Jumlah Pengurangan :(Rp ,00) Reklas/Penyesuaian : Menambah Aset : Penilaian 27 bidang Tanah : Rp ,00 Pencatatan 2 bidang Tanah : Rp ,00 Penilaian Tanah yg dimanfaatkan LIS : Rp ,00 Jumlah Penambahan Penyesuaian : Rp ,00 Mengurangi Aset : ke Bangunan Air :(Rp ,00) Penyesuaian Tanah Pusat :(Rp ,00) Penyesuaian Tanah Propinsi :(Rp ,00) Penyesuaian Tanah Dishub :(Rp ,00) Jumlah Pengurangan Penyesuaian :(Rp ,00) Jumlah Penyesuaian :(Rp ,00) Saldo per 31 Desember : Rp ,00 Penambahan tanah berasal dari hasil pengadaan belanja modal dan penyesuaian 27 bidang tanah yang telah bersertifikat. Sedangkan untuk pengurangan tanah berupa hibah kepada Polres yang dipergunakan untuk Polsek Kota Lamongan, penyesuaian tanah yang tidak dapat diakui statusnya dan reklas tanah kolam ikan ke bangunan air. 52

53 Belanja Umum/Administrasi sebesar Rp ,00 merupakan total dari Belanja Pegawai sebesar Rp ,00 dan Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp ,00. Dari nilai tanah sebesar Rp ,00 tersebut di dalamnya terdapat tanah yang dimanfaatkan oleh PT. Lamongan Integrated Shorebase (LIS) seluas 97,6322 Ha sesuai dengan Perda Kabupaten Lamongan Nomor 15 tahun dengan nilai perolehan sebesar Rp ,00. Total aset tanah sebesar Rp ,00 terdiri dari bidang, dengan 546 bidang telah bersertifikat dengan nilai sebesar Rp ,00 dan 715 bidang belum bersertifikat dengan nilai sebesar Rp ,00. 2) Peralatan dan Mesin 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Tabel 6.15 Penambahan dan Pengurangan Peralatan dan Mesin ( dalam rupiah ) No. Uraian Saldo Awal Penambahan Pengurangan Penyesuaian Saldo Akhir 1. Alat Besar , ,00 0, , ,00 2. Alat Angkutan , ,00 0, , ,00 3. Alat Bengkel , ,00 0,00 ( ,00) ,00 4. Alat Pertanian , ,00 0,00 0, ,00 5. Alat Kantor dan Rumah , ,00 0,00 ( ,00) ,00 Tangga 6. Alat Studio dan , ,00 0, , ,00 Komunikasi 7. Alat Ukur , ,00 0,00 ( ,00) ,00 8. Alat Kedokteran , ,00 0,00 ( ,00) ,00 9. Alat Laboratorium , ,00 0,00 ( ,00) , Alat Keamanan , ,00 0,00 ( ,00) ,00 Jumlah , ,00 0,00 ( ,00) ,00 Total Perolehan Peralatan dan Mesin pada Tahun Anggaran mencapai sebesar Rp ,00. Untuk penjelasan penambahan dan pengurangan peralatan dan mesin, dapat dilihat pada rincian perhitungan sebagai berikut : Penambahan : ,00 Belanja Modal : ,00 Belanja Umum/Administrasi : ,00 Harga Perolehan : ,00 53

54 Pengurangan : 0,00 Penyesuaian : ( ,00) Penyesuaian (+) Hibah masuk (bertambah) : ,00 Reklas/Penyesuaian - Gedung : ,00 - Koreksi Alat Kantor & RT : ,00 - Koreksi Alat Laboratorium : ,00 Total penyesuaian (+) : ,00 Penyesuaian (-) Reklasifikasi/Penyesuaian : - Alat Angkutan : ( ,00) - Peralatan Kantor dan RT : ( ,00) - Reklas Pengakuan : ( ,00) - Reklas Alat Kantor & RT : ( ,00) - Reklas Alat Kedokteran : ( ,00) - Reklas Alat Laboratorium : ( ,00) - Reklas Hibah Alat Bengkel: ( ,00) - Reklas Hibah Alat Kantor : ( ,00) Total penyesuaian (-) : ( ,00) Perolehan Peralatan dan Mesin : ,00 Saldo Awal Peralatan dan Mesin : ,00 Jumlah Peralatan dan Mesin : ,00 Untuk penyesuaian yang menambah peralatan dan mesin terdiri dari reklasifikasi gedung ke peralatan dan mesin sebesar Rp ,00 berupa alat kantor dan rumah tangga sebesar Rp ,00; alat studio dan komunikasi sebesar Rp ,00 serta alat laboratorium sebesar Rp ,00. Sedangkan koreksi sebesar Rp ,00 pada Dinas Pendidikan merupakan koreksi atas tambahan reklasifikasi aset tetap sesuai dengen kebijakan akuntansi, dan koreksi pencatatan reklasifikasi paket pengerjaan pembinaan guru SD terpencil sebesar Rp ,00. Terdapat pula hibah masuk sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : 1. Alat besar dari Kementerian LH ke Badan LH berupa mesin pencacah dan pengayak sampah sebesar Rp , Alat angkutan dari Kementrian Kesehatan RI (mobil ambulance) 54

55 ke Dinas Kesehatan sebesar Rp , Alat angkutan dari PT. Bank Jatim (mobil ambulance) ke RSUD dr. Soegiri sebesar Rp , Alat kantor dan rumah tangga dari Direktorat Pembinaan SMK ke SMKN di Lamongan sebesar Rp , Alat kantor dan rumah tangga dari Badan Koordinasi Penanaman Modal RI ke Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Lamongan sebesar Rp ,00. Penyesuaian yang mengurangi nilai Peralatan dan Mesin sebesar Rp ,00 dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Penyesuaian alat angkutan dikarenakan dobel pencatatan sebesar Rp ,00 yang terdapat pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana berupa sepeda motor sebesar Rp ,00 dan pada Kecamatan Modo sebesar Rp ,00. b. Reklasifikasi dari alat kantor dan rumah tangga sebesar Rp ,00 berupa peralatan komputer sebesar Rp ,00 dan sarana TIK sebesar Rp ,00 ke aset lainnya-aset tak berwujud. c. Reklasifikasi pengakuan aset tetap berkurang sebesar Rp ,00 terdiri dari : - Alat angkutan sebesar Rp ,00. - Alat ukur sebesar Rp ,00. - Alat kantor dan rumah tangga sebesar Rp ,00. - Alat studio dan komunikasi sebesar Rp ,00. - Alat kedokteran sebesar Rp ,00. - Alat laboratorium sebesar Rp ,00. - Alat keamanan sebesar Rp ,00. d. Koreksi reklasifikasi dari aset tetap yang berkurang sebesar Rp ,00 sesuai dengan kebijakan akuntansi terdiri dari : 55

56 - Alat Kantor dan Rumah Tangga sebesar Rp ,00. - Alat Kedokteran sebesar Rp ,00. - Alat Laboratorium sebesar Rp ,00. e. Koreksi pencatatan hibah aset Dinas Pendidikan kepada kelompok belajar (telah ada NPHD namun belum ditetapkan melalui SK Bupati) antara lain : - Alat Bengkel sebesar Rp ,00. - Alat Kantor dan Rumah Tangga sebesar Rp ,00. 3) Gedung dan Bangunan 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Tabel 6.16 Rincian Penambahan dan Pengurangan Aset Gedung Bangunan No. Uraian Saldo Awal Penambahan Pengurangan Penyesuaian Saldo Akhir 1. Bangunan , , ,00 ( ,00) ,00 Gedung 2. Monumen ,00 0,00 0, , ,00 Jumlah , , ,00 ( ,00) ,00 Penambahan : ,00 Belanja Modal (LRA) : ,00 Belanja Administrasi/Umum : ,00 Harga Perolehan : ,00 Pengurangan : ( ,00) Penghapusan Gedung : ( ,00) Total Pengurangan : ( ,00) Penyesuaian : ( ,00) Penyesuaian (+) : Kapitalisasi : ,00 Total Penyesuaian (+) : ,00 Penyesuaian (-) : Peralatan Kantor dan Mesin : ( ,00) Jalan, Irigasi dan Jaringan : ( ,00) Aset Tetap Lainnya : ( ,00) Reklas Pengakuan : ( ,00) Total Penyesuaian (-) : ( ,00) Perolehan Aset Tetap Gedung Dan Bangunan Tahun : ,00 Saldo Awal : ,00 Jumlah Aset Tetap Gedung dan Bangunan : ,00 Untuk pengurangan gedung dan bangunan sebesar Rp ,00 merupakan penghapusan rumah paramedis pada Puskesmas Kecamatan Kalitengah. 56

57 Reklasifikasi/penyesuaian penambahan sebesar Rp ,00 merupakan kapitalisasi yang terdapat pada SKPD antara lain : a. Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan sebesar Rp ,00. b. Rehab eks Kantor Kelurahan Sidokumpul sebesar Rp ,00. c. Rehab eks Kantor Cabang Dinas Pendidikan sebesar Rp ,00. d. Rehab eks rumah dinas jalan Sunan Drajat sebesar Rp ,00. e. RSUD dr. Soegiri sebesar Rp ,00. Reklas/Penyesuaian Aset Gedung dan Bangunan berkurang sebesar Rp ,00 terdiri dari : a. Peralatan dan Mesin sebesar Rp ,00 antara lain : - Dari bangunan gedung ke alat kantor dan rumah tangga sebesar Rp ,00; - Dari bangunan gedung ke alat studio dan komunikasi sebesar Rp ,00; - Dari bangunan gedung ke alat laboratorium sebesar Rp ,00. b. Jalan, Irigasi dan Jaringan sebesar Rp ,00 antara lain : - Dari bangunan gedung ke jalan dan jembatan sebesar Rp ,00; - Dari bangunan gedung ke bangunan air sebesar Rp ,00; - Dari bangunan gedung ke instalasi sebesar Rp ,00. c. Aset Tetap Lainnya-Barang Bercorak Kebudayaan sebesar Rp ,00. 57

58 d. Reklas pengakuan aset tetap gedung dan bangunan sebesar Rp ,00 terdapat pada SKPD RSUD dr. Soegiri berupa belanja barang dan jasa. 4) Jalan, Irigasi dan Jaringan 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Tabel 6.17 Aset Tetap Jalan, Irigasi Dan Jaringan No. Uraian Saldo Awal Penambahan Pengurangan Penyesuaian Saldo Akhir 1. Jalan dan Jembatan , ,00 0, , ,00 2. Bangunan Air ,00 0,00 0, , ,00 3. Instalasi , ,00 0, , ,00 4. Jaringan , ,00 0,00 ( ,00) ,00 Jumlah , ,00 0, , ,00 Penambahan : ,00 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan : ,00 Belanja Umum/Administratif : ,00 Harga Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan : ,00 Penyesuaian : ,00 Penyesuaian (+) : Reklas/Penyesuaian Gedung dan Bangunan : ,00 Reklas/Penyesuaian Tanah : ,00 Jumlah Penyesuaian (+) : ,00 Perolehan Tahun : ,00 Saldo Awal : ,00 Jumlah Jalan, Irigasi dan Jaringan : ,00 Adapun penambahan reklas/penyesuaian pada aset jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp ,00 terdiri dari : a. Reklas/penyesuaian dari gedung dan bangunan ke jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp ,00 terdiri dari : - Dari bangunan gedung ke jalan dan jembatan sebesar Rp ,00; - Dari bangunan gedung ke bangunan air sebesar Rp ,00; - Dari bangunan gedung ke instalasi sebesar Rp ,00. b. Reklas/penyesuaian dari tanah ke jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp ,00 yang berupa pembetonan kolam induk dan 58

59 pendederan BBI Kalen sebesar Rp ,00 dan fasilitas tambat labuh dan rehabilitasi break water, pendalaman dan lampu suar sebesar Rp ,00. 5) Aset Tetap Lainnya 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Tabel 6.18 Aset Tetap Lainnya No. Uraian Saldo Awal Penambahan Pengurangan Penyesuaian Saldo Akhir 1. Buku Perpustakaan , ,00 0,00 ( ,00) ,00 2. Barang Bercorak , ,00 0,00 ( ,00) ,00 Kebudayaan 3. Hewan/ternak & ,00 0,00 0,00 0, ,00 Tumbuhan Jumlah , ,00 0,00 ( ,00) ,00 Penambahan : ,00 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya : ,00 Belanja Umum/Administratif : ,00 Harga Perolehan : ,00 Penyesuaian : ( ,00) Penyesuaian (+) Gedung dan Bangunan : ,00 Penyesuaian (-) Reklas Pengakuan : ( ,00) Jumlah Penyesuaian : ( ,00) Perolehan Tahun : ,00 Saldo Awal : ,00 Jumlah/Saldo Akhir : ,00 Adapun penambahan dari reklasifikasi/penyesuaian pada Aset Tetap Lainnya sebesar Rp ,00 berasal dari Gedung dan Bangunan. Sedangkan pengurangan karena adanya reklasifikasi/penyesuaian berupa batas minimal pengakuan aset tetap sebesar Rp ,00 terdiri dari buku perpustakaan sebesar 59

60 Rp ,00 dan barang bercorak kebudayaan sebesar Rp ,00 yang berada pada SKPD Sekretariat Daerah sebesar Rp ,00 dan pada Dinas PU. Cipta Karya sebesar Rp ,00. Hal ini sebagaimana Peraturan Bupati Lamongan Nomor 53 Tahun 2011 tanggal 1 Desember 2011 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Lamongan di mana batas minimum kapitalisasi ditetapkan sebesar Rp ,00 per unit aset. Adapun rincian buku perpustakaan yang tidak masuk dalam aset tetap lainnya dapat dirinci sebagai berikut : a. Pada Dinas Pendidikan sebesar Rp ,00. b. Pada Sekretariat DPRD sebesar Rp ,00. c. Pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah sebesar Rp ,00. d. Pada Kecamatan Lamongan sebesar Rp ,00. e. Pada Kecamatan Babat sebesar Rp ,00. f. Pada Kecamatan Turi sebesar Rp ,00. g. Pada Kecamatan Tikung sebesar Rp ,00. h. Pada Kecamatan Sarirejo sebesar Rp , Aset Lainnya 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,00 Tabel 6.19 Aset Lainnya No. Uraian Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir 1. Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0, , , ,49 2. Kemitraan dengan Pihak Ketiga (BOT) 0, ,00 0, ,00 3. Aset Tak Berwujud , ,00 0, ,00 4. Aset Lain-Lain/Non Produktif , , , ,00 Jumlah , , , ,49 Penambahan Aset Lainnya selama tahun adalah sebesar Rp ,49 yang terdiri dari : 60

61 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah sebesar Rp ,49 terdiri dari : - Tuntutan Ganti rugi (TGR) sebesar Rp ,00 terdiri dari : Sekretaris Kec. Kedungpring a.n. HM sebesar Rp ,00 Staf PDAM a.n. HN sebesar Rp ,00. - Pihak Ketiga sebesar Rp ,49 terdiri dari : CV. Arif Putra a.n. MTK sebesar Rp ,68. CV. Serba Guna a.n. MK sebesar Rp ,81. Kades Laren a.n. Sfl sebesar Rp ,00. Kemitraan dengan Pihak Ketiga Mencatat tanah Dinas Perhubungan yang digunakan dalam kerjasama pembangunan kios pasar burung (Kemitraan dengan pihak ketiga) sebesar Rp ,00. Aset Tak Berwujud Kantor Pengolahan Data Elektronik terdiri dari : Pembelian Software sebesar Rp ,00. DPKKA : Pembelian Software sebesar Rp ,00. Dinas PU. Bina Marga : - Pembelian Software sebesar Rp ,00. Sekretariat Daerah : - Pembelian Software sebesar Rp ,00. Dinas Pendidikan : - Pembelian Software Manajemen sebesar Rp ,00. - Pembelian Software Pembelajaran IPS sebesar Rp ,00. - Pembelian Software Pembelajaran TIK sebesar Rp ,00. - Pembelian Software Pembelajaran PKn sebesar Rp ,00. 61

62 - Pembelian Software Pembelajaran Ketrampilan Edukatif sebesar Rp ,00. - Pembelian Software Pembelajaran di Dinas Pendidikan sebesar Rp ,00. Sedangkan untuk penambahan sebesar Rp ,00 merupakan alat bengkel dan alat rumah tangga di Dinas Pendidikan yang dihibahkan dan telah ada NPHD. Aset tersebut direklas le Aset Lainnya sebelum dihapuskan. Pengurangan Aset Lainnya berupa penghapusan Aset Lainlain/Non Produktif pada SKPD Badan Lingkungan Hidup sebesar Rp ,00 sesuai dengan SK Sekretaris Daerah Kabupaten Lamongan selaku pengelola barang milik Pemerintah Kabupaten Lamongan Nomor 188/24/Kep-PA/ / tentang penghapusan barang inventaris dan barang lainnya milik Pemerintah Kabupaten Lamongan. 6.2 KEWAJIBAN 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,17 Kewajiban Pemerintah Kabupaten Lamongan terdiri dari kewajiban kepada Pemerintah Pusat dan kewajiban kepada lembaga keuangan bank. Kewajiban kepada Pemerintah Pusat untuk pinjaman RDA/DP3/1993 tanggal 10 Juni 1993 dengan total pinjaman sebesar Rp ,00 dan pinjaman SLA-1054/DP3/1998 tanggal 17 April 1998 dengan total pinjaman sebesar Rp ,00 telah terselesaikan dan telah dilakukan penutupan perjanjian pinjaman sesuai dengan surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementrian Keuangan Nomor S-308/MK.5/2013 tanggal 10 Januari 2013 untuk pinjaman RDA dan Nomor S-309/MK.5/2013 tanggal 10 Januari 2013 untuk pinjaman SLA. Kewajiban Pemerintah Kabupaten Lamongan kepada lembaga keuangan bank yaitu kepada PT. Bank Jatim sesuai dengan nomor pinjaman 048/002/KMK tanggal 4 Januari 2011 sebesar Rp ,00 dan 62

63 sampai dengan 31 Desember terdapat saldo kewajiban sebesar Rp ,65 yang terdiri dari : Tabel 6.20 Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang No. Uraian Kewajiban Jangka Pendek , ,49 2. Kewajiban Jangka Panjang , , Kewajiban Jangka Pendek Jumlah , ,17 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,49 Kewajiban jangka pendek merupakan total kewajiban yang jatuh tempo berupa pokok pinjaman Pemerintah Kabupaten Lamongan. Rincian kewajiban jangka pendek dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6.21 Kewajiban Jangka Pendek No. Uraian Bagian Lancar Utang Dalam Negeri- Pemerintah Pusat 0, ,00 2. Utang Jangka Pendek Lainnya , ,49 3. Utang Obat RSUD dr. Soegiri ,48 0,00 Jumlah , , Kewajiban Jangka Panjang 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,68 Utang jangka panjang lainnya merupakan pokok pinjaman kepada lembaga keuangan bank dalam hal ini kepada PT. Bank Jatim sebagaimana rincian tabel di bawah ini : Tabel 6.22 Kewajiban Jangka Panjang (dalam rupiah ) No. Uraian Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 0, ,00 2. Utang Dalam Negeri Obligasi 0,00 0,00 3. Utang Jangka Panjang Lainnya , ,68 Jumlah , ,68 63

64 6.3 EKUITAS DANA 31 Des (Rp) 31 Des 2011 (Rp) , ,35 Total Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Lamongan per 31 Desember adalah sebesar Rp ,38 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 6.23 Ekuitas Dana ( dalam rupiah ) Uraian 2011 EKUITAS DANA LANCAR Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran , ,11 Pendapatan yang Ditangguhkan ,23 Cadangan Piutang , ,73 Cadangan Persediaan , ,30 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek ( ,72) ( ,49) Jumlah Ekuitas Dana Lancar , ,88 EKUITAS DANA INVESTASI Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang , ,15 Diinvestasikan dalam Aset Tetap , ,00 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya , ,00 Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran utang jangka panjang ( ,93) ( ,68) Jumlah Ekuitas Dana Investasi , ,47 EKUITAS DANA CADANGAN Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 0,00 0,00 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan 0,00 0,00 TOTAL EKUITAS DANA , ,35 Nilai Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran sebesar Rp ,02 terdiri dari BUD sebesar Rp ,87; BLUD sebesar Rp ,15; Bendahara Pengeluaran Dinas PU. Bina Marga sebesar Rp ,00; Dinas Perhubungan sebesar Rp30.000,00 dan Badan Kepegawaian Daerah sebesar Rp ,00. Pendapatan yang ditangguhkan sebesar Rp ,54 merupakan pendapatan yang belum disetor ke Kas Daerah pada posisi per 31 Desember dengan rincian sebagai berikut : 64

65 Tabel 6.24 Pendapatan yang Ditangguhkan No SKPD Tempat Jumlah (Rp) Kas tunai di Bendahara Penerimaan ,00 1 Dinas Kesehatan Akper No. Rek ,00 Askes No. Rek ,00 2 RSUD Ngimbang Kas tunai di Bendahara Penerimaan ,00 3 Dinas Pendidikan Rekening Bend. Pengel. Pembantu ,60 4 Kel Sidoharjo ,24 5 Kel Sukorejo ,81 6 Kel Sidokumpul ,58 7 Kel Tumenggungan ,50 8 Kel Tlogoanyar ,72 9 Kel Jetis ,75 10 Kel Banaran ,00 11 Kel Babat ,37 12 Kel Blimbing ,33 13 Kel Brondong ,64 Jumlah ,54 65

66 PENJELASAN POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN 6.4. PENDAPATAN No. 1. Pada tahun, Pendapatan Kabupaten Lamongan dianggarkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,02 atau sebesar 100,58% dari target yang ditetapkan. Rincian Pendapatan Daerah untuk Tahun Anggaran adalah : Uraian Pendapatan Asli Daerah Tabel 6.25 Realisasi Pendapatan Anggaran Tahun Realisasi Tahun % Realisasi Tahun , , Pendapatan Transfer , ,00 100, ,00 3. Lain-lain Pendapatan yang Sah , ,00 100, ,00 Jumlah , ,02 100, ,31 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa keseluruhan rincian dari Pendapatan Daerah memiliki pencapaian lebih dari anggaran yang ditetapkan dan bila dilihat berdasarkan komposisi Pendapatan Daerah maka Kabupaten Lamongan masih sangat tergantung pada Pendapatan Transfer. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya prosentase Pendapatan Transfer yang mencapai sebesar 85,65% dari total Pendapatan Daerah pada tahun. Detil dari komposisi Pendapatan Daerah dapat dilihat pada diagram di bawah ini : Diagram VI.1. Pendapatan Transfer Kabupaten Lamongan 5% 9% 86% Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah 66

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1 EKONOMI MAKRO Berdasarkan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Pekalongan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Lebih terperinci

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN -1- LAMPIRAN XI PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN A. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2014 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA DENPASAR CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2014 BAB I PENDAHULUAN Lampiran IV : Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 2015 Tanggal : 20 Agustus 2015 PEMERINTAH KOTA DENPASAR CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2014 BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka mendukung terwujudnya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN Berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah, Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dalam penyusunan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode No. Rek Uraian Sebelum Perubahan Jumlah (Rp) Setelah Perubahan Bertambah / (Berkurang) 1 2 3 4 5 116,000,000,000 145,787,728,270 29,787,728,270 (Rp) 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur LAMPIRAN C.3 : PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR : 3 Tahun 2010 TANGGAL: 6 Januari 2010 Laporan Keuangan Deskripsi Prosedur Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i)

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan 2009-2013 Pengelolaan keuangan daerah yang mencakup penganggaran, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Purworejo. Adapun yang menjadi fokus adalah kinerja

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 07 AKUNTANSI BELANJA

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 07 AKUNTANSI BELANJA LAMPIRAN B.VII : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 07 AKUNTANSI BELANJA Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008 1. NERACA KOMPARATIF LAPORAN KEUANGAN POKOK PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008 (dalam rupiah) Ref 31 Desember 2009 31 Desember 2008 1 ASET 4.1.1. 2 ASET

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi Laporan Realisasi Anggaran

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP LAPORAN KEUANGAN SKPD TAHUN ANGGARAN 06 PEMERINTAH KOTA BINJAI DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN Kata Pengantar Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR Urusan Pemerintahan 1 - URUSAN WAJIB 1.20 - Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, 1.20.05 - BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR 15.090.246.60 5.844.854.40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK ) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK ) SEMESTER I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN TAHUN ANGGARAN 2014 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN Jl.Syeh Nawawi Al-Bantani, Kel.Banjarsari Kec.Cipocok Jaya Kota Serang

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Laporan Keuangan Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan disusun dan disediakan sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008 4 1. NERACA KOMPARATIF NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008 No Rek Uraian Ref 2009 2008 (dalam Rupiah) 1. A. ASET 5.1.1 1.1 I. ASET LANCAR 5.1.1.a 1.1.1 1. Kas di Kas Daerah 5.1.1.a.1 55.109.719.193,82

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RSUD Dr. MOEWARDI Jl. Kol. Sutarto 132 Telp. 634634 Fax. 637412 Surakarta 57126 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun 1 2 IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas Komunikasi Dan Informatika adalah sebesar Rp5.996.443.797

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 (Dalam

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan Laporan Keuangan SKPD menyajikan informasi mengenai jumlah sumber daya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR I. PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

AKUNTANSI PENDAPATAN

AKUNTANSI PENDAPATAN LAMPIRAN B.VI : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 06 AKUNTANSI PENDAPATAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN YANG MENERAPKAN

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung Jalan. Caringin No. 103 Bandung Telp/Fax (022) 5410403 PEMERINTAH KOTA BANDUNG KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Basis Akuntansi Di dalam catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kota Depok telah disebutkan bahwa laporan keuangan Pemerintah Kota Depok

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN LAMPIRAN II PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN Kebijakan tentang LRA bertujuan untuk menetapkan perlakuan Akuntansi

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN - 61 - BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Dasar yuridis pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya mengacu pada batasan pengelolaan keuangan daerah yang tercantum

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN [ AUDITED ] LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN

Lebih terperinci

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB V PENDANAAN DAERAH BAB V PENDANAAN DAERAH Dampak dari diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO. Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO. LEBIH / URAIAN ANGGARAN REALISASI URUT (KURANG) 2 BELANJA 33,283,583,941 21,428,982,849

Lebih terperinci

Akuntansi Satuan Kerja

Akuntansi Satuan Kerja LAMPIRAN C.1 : PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR : 3 Tahun 2010 TANGGAL: 6 Januari 2010 Akuntansi Satuan Kerja Pihak Terkait 1. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD) Dalam kegiatan ini, PPK-SKPD

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2008-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. Neraca Komparatif NERACA PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Per 31 Desember 2009 Dan 2008 (Dalam Rupiah)

LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. Neraca Komparatif NERACA PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Per 31 Desember 2009 Dan 2008 (Dalam Rupiah) LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. Neraca Komparatif NERACA PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Per 31 Desember 2009 Dan 2008 No. Uraian Ref. Tahun 2009 Tahun 2008 1. ASET 5.1.1 1.1 ASET LANCAR 5.1.1.a 1.1.1 Kas 1.1.1.2

Lebih terperinci

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Laporan keuangan Tahun Anggaran 2016 ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud transparansi

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4. Kebijakan Akuntansi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Grobogan terkait dengan perlakuan akuntansi dalam sistem pencatatan administrasi pengelolaan keuangan daerah yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL. 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah XXXX 4 Kas di Bendahara Pengeluaran XXXX 5 Kas di Bendahara Penerimaan XXXX 6 Piutang Pajak XXXX 7 Piutang Retribusi XXXX 8 Bagian Lancar TGR XXXX 9 Piutang Lainnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 SALINAN WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Catatan atas Laporan Keuangan Per 31 Desember 2014 dan 2013 BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Catatan atas Laporan Keuangan Per 31 Desember 2014 dan 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan keadaan alam yang sangat menguntungkan terutama dalam era desentralisasi dimana Pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN B.II : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam melaksanakan pembangunan, setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah sesuai dengan kewenangannya sebagai satu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJ0 NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, Kata Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas penyertaan-nya maka penyusunan Buku Statistik Kinerja Keuangan Provinsi NTT Beserta SKPD 2009-2013 ini dapat diselesaikan. Dalam era

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pemerintah Kabupaten gresik dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Fiscal Stress Ada beberapa definisi yang digunakan dalam beberapa literature. Fiscal stress terjadi ketika pendapatan pemerintah daerah mengalami penurunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. Sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- - Tujuan

Lebih terperinci

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95 PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKPD : 1.01.01. - DINAS PENDIDIKAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2016 dan 2015 Dalam Rupiah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 Sesuai dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci