yang ada di provinsi, sedangkan SIKDA yang ada di provinsi adalah bagian sub sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "yang ada di provinsi, sedangkan SIKDA yang ada di provinsi adalah bagian sub sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)."

Transkripsi

1

2

3

4

5 Latar Belakang Aplikasi SIKDA Generik adalah aplikasi sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional yang menghubungkan secara online dan terintegrasi seluruh puskesmas, rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya, baik itu milik pemerintah maupun swasta, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan. Aplikasi SIKDA Generik dikembangkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan informasi manajemen kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi komunikasi. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan sudah dimulai sejak dekade delapan puluhan. Pada masa itu Departemen Kesehatan RI melalui Pusat Data Kesehatan (PUSDAKES) memanfaatkan teknologi informasi dengan sistem Electronic Data Processing (EDP) namun hal ini baru diterapkan di tingkat pusat. komitmen bersama antar pemimpin birokrasi bidang kesehatan untuk mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, baik di kabupaten/kota, provinsi, dan pusat, namun karena berbagai kendala dan hambatan termasuk kurangnya dana dan tidak adanya payung hukum (PP) membuat SIK kurang optimal dan belum berdayaguna. Pada era sembilan puluhan Departemen Kesehatan telah mengembangkan Sistem Informasi Puskesmas (SP2TP), Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem Surveilans Penyakit bahkan Sistem Informasi Penelitian & Pengembangan Kesehatan. Namun masing-masing sistem tersebut belum terintegrasi dengan baik dan sempurna. Pada tahun 2002 Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.511 tentang Kebijakan & Strategi Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dan Kepmenkes No.932 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Daerah (SIKDA). Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) di Kabupaten/kota adalah sebagai bagian sub sistem SIKDA yang ada di provinsi, sedangkan SIKDA yang ada di provinsi adalah bagian sub sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIKDA seharusnya bertujuan untuk mendukung SIKNAS, namun dengan terjadinya desentralisasi sektor kesehatan ternyata mempunyai dampak negatif. Terjadi kemunduran dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan secara nasional, seperti menurunnya kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian data SP2TP/SIMPUS, SP2RS dan profil kesehatan. Dengan desentralisasi, pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun belum adanya kebijakan tentang standar pelayanan bidang kesehatan (termasuk mengenai data dan informasi) mengakibatkan persepsi masing-masing pemerintah daerah berbeda-beda. Hal ini menyebabkan sistem informasi kesehatan yang dibangun tidak standar juga. Variabel maupun format input/output yang berbeda, sistem dan aplikasi yang dibangun tidak dapat saling berkomunikasi. Selain di daerah, di lingkungan Kementerian Kesehatan pun belum tersusun satu sistem informasi yang standar sehingga masing-masing program membangun sistem informasinya masing-masing dengan sumber data dari kabupaten/kota/provinsi. Akibat keadaan di atas, data yang dihasilkan dari masingmasing daerah tidak seragam, ada yang tidak lengkap dan ada data variabel yang sama dalam sistem informasi satu program kesehatan berbeda dengan di sistem informasi program kesehatan lainnya. Maka validitas dan akurasi data diragukan, apalagi jika verifikasi data tidak terlaksana. Ditambah dengan lambatnya pengiriman data, baik ke Dinas Kesehatan maupun ke Kementerian Kesehatan, mengakibatkan informasi yang diterima sudah tidak up to date lagi dan proses pengolahan dan analisis data terhambat. Pada akhirnya para pengambil keputusan/ pemangku kepentingan mengambil keputusan dan kebijakan kesehatan tidak berdasarkan data yang akurat. 1

6 Melihat berbagai kondisi di atas maka dibutuhkan suatu aplikasi sistem informasi kesehatan yang berstandar nasional dengan format input maupun output data yang diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan dari tingkat pelayanan kesehatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat. Untuk itu awal tahun 2012, Kementerian Kesehatan melalui Pusat data dan Informasi akan meluncurkan aplikasi SIKDA Generik. Seluruh unit pelayanan kesehatan yang meliputi puskesmas dan rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, dapat terhubung jejaring kerjasamanya melalui aplikasi SIKDA Generik. Selain itu aplikasi SIKDA Generik dirancang dan dibuat untuk memudahkan petugas puskesmas saat melakukan pelaporan ke berbagai program di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dengan demikian diharapkan aliran data dari level paling bawah sampai ke tingkat pusat dapat berjalan lancar, terstandar, tepat waktu, dan akurat sesuai dengan yang diharapkan. Diharapkan aplikasi tersebut dapat berguna secara efektif sebagai alat komunikasi pengelola data/informasi di daerah, dapat saling tukar menukar data dan informasi, serta membantu pengelola data/informasi agar selalu siap memberikan data atau gambaran kondisi kesehatan secara utuh dan berdasarkan bukti. Aplikasi SIKDA Generik merupakan penerapan standarisasi Sistem Informasi Kesehatan, sehingga diharapkan dapat tersedia data dan informasi kesehatan yang cepat, tepat dan akurat dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan dalam bidang kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan Daerah Sistem kesehatan di Indonesia dapat dikelompokkan dalam beberapa tingkat sebagai berikut: Tingkat Kabupaten/Kota, dimana terdapat puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar lainnya, dinas kesehatan kabupaten/kota, instalasi farmasi kabupaten/ kota, rumah sakit kabupaten/kota, serta pelayanan kesehatan rujukan primer lainnya. Tingkat Provinsi, dimana terdapat dinas kesehatan provinsi, rumah sakit provinsi, dan pelayanan kesehatan rujukan sekunder lainnya. Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan Pelayanan kesehatan rujukan tersier lainnya. Pada saat ini di Indonesia terdapat 3 (tiga) model pengelolaan SIK, yaitu : a. Pengelolaan SIK manual, dimana pengelolaan informasi di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan secara manual atau paper based melalui proses pencatatan pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus, mulai dari proses pendaftaran sampai dengan pembuatan laporan. Hal ini terjadi oleh karena adanya keterbatasan infrastruktur, dana, dan lokasi tempat pelayanan kesehatan itu berada. Pengelolaan secara manual selain tidak efisien juga menghambat dalam proses pengambilan keputusan manajemen dan proses pelaporan. b. Pengelolaan SIK komputerisasi offline, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, baik itu dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) maupun dengan aplikasi perkantoran elektronik biasa, namun masih belum didukung oleh jaringan internet online ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional. c. Pengelolaan SIK komputerisasi online, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan sudah terhubung secara online melalui jaringan internet ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional untuk memudahkan dalam komunikasi dan sinkronisasi data. Dalam proses pengelolaan data/informasi kesehatan di Indonesia, standar-standar yang dibutuhkan, baik standar proses pengelolaan informasi kesehatan maupun teknologi yang digunakan, belum memadai. Akses dan sumber daya kesehatan juga tidak merata, lebih banyak dimiliki oleh daerah-daerah tertentu, terutama di pulau Jawa. Akibatnya setiap institusi kesehatan mulai dari puskesmas, rumah sakit, hingga ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi menerapkan sistem informasi menurut kebutuhan masing-masing. Hal ini menjadikan sistem yang digunakan berbeda-beda dan sulit untuk disatukan. Selain itu, kepemilikan dan keamanan data yang dipertukarkan menjadi penghalang untuk menyediakan data yang bisa diakses oleh pihak yang membutuhkan. Penyebab sulitnya mewujudkan pertukaran data kesehatan di Indonesia yaitu: Penggunaan platform perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda-beda di setiap daerah. Arsitektur dan bentuk penyimpanan data yang berbeda -beda Kultur kepemilikan data yang kuat dan possessive Kekhawatiran akan masalah keamanan data Konsep SIKDA Generik Ketersediaan informasi kesehatan sangat diperlukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang efektif dan efisien. Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan mengenai tanggung jawab pemerintah dalam ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi & fasilitas pelayanan kesehatan untuk 2

7 meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Informasi kesehatan ini dapat diperoleh melalui Sistem Informasi Kesehatan atau SIK. Dengan berlakunya sistem otonomi daerah, maka pengelolaan SIK merupakan tanggung jawab dan wewenang masing-masing pemerintah daerah. Pemerintah pusat/kementerian Kesehatan, bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi kesehatan skala nasional dan fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah. Pemerintah daerah provinsi/dinas kesehatan provinsi, bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan skala provinsi. Pemerintah daerah kabupaten/kota / dinas kesehatan kab/kota, bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan skala kabupaten/kota. Dampak dari otonomi daerah tersebut, setiap pemerintah daerah melakukan pengelolaan dan pengembangan SIK berbasis teknologi informasi yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sehingga saat ini terdapat berbagai jenis SIK yang berbeda-beda di tiap daerah, baik itu berbeda dari sisi sistem operasi, bahasa pemrograman maupun data basenya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa : SIK di Indonesia belum terintegrasi satu dengan lainnya. Informasi kesehatan masih terfragmentasi dan belum mampu mendukung penetapan kebijakan serta kebutuhan pemangku kebijakan. Menindaklanjuti permasalahan tersebut maka Pemerintah wajib mengembangkan sistem informasi kesehatan yang dapat mengintegrasikan dan memfasilitasi proses pengumpulan dan pengolahan data, serta komunikasi data antar pelaksana pelayanan kesehatan mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat pusat, sehingga dapat meningkatkan kualitas informasi yang diperoleh. Pada saat bersamaan juga memperbaiki proses pengolahan informasi yang terjadi di daerah, yang pada akhirnya dapat mendukung pemerintah dalam penguatan sistem kesehatan di Indonesia. SIKDA Generik merupakan Sistem Informasi Kesehatan Daerah yang dirancang untuk dapat memenuhi berbagai persyaratan minimum yang dibutuhkan dalam pengelolaan informasi kesehatan daerah, dari proses pengumpulan, pencatatan, pengolahan, sampai dengan diseminasi informasi kesehatan. SIKDA Generik dirancang untuk menjadi standar bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan informasi kesehatan di wilayahnya. SIKDA Generik hadir melalui proses inventarisasi berbagai SIKDA elektronik yang saat ini berjalan dan digunakan di daerah, memilih yang terbaik, kemudian dianalisis sehingga dihasilkan satu set deskripsi kebutuhan SIKDA Generik, yang mewakili kebutuhan seluruh komponen dalam sistem kesehatan Indonesia dan disesuaikan dengan standar yang diatur dalam Pedoman Nasional SIK. Langkah selanjutnya dari pengembangan SIKDA Generik ini adalah mendistribusikan aplikasi SIKDA Generik kepada pemerintah daerah yang belum memiliki/menggunakan. Untuk pemerintah daerah yang telah memiliki/menggunakan SIKDA elektronik dapat tetap menggunakannya dengan beberapa penyesuaian terhadap Pedoman Nasional SIK atau beralih ke SIKDA Generik. Ruang Lingkup Ruang lingkup dan interaksi dari berbagai komponen dalam SIKDA Generik dapat dilihat dalam bagan berikut : BPS (Survey dan Sensus Kependudukan) Gambar 1. Ruang Lingkup SIKDA Generik 3

8 Model SIKDA Generik dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2. Model SIKDA Generik Keterangan : 1. Fasilitas/institusi kesehatan yang masih manual/paper based, data dientri di computer entry station SIKDA Generik yang ada di kantor dinas kesehatan kab/kota. Data yang dientri bisa berbentuk data individual maupun agregat. Khusus untuk data puskesmas, data dientri melalui Sub Sistem SIM Puskesmas pada SIKDA Generik sehingga data yang diinput adalah data pasien secara individual. 2. Puskesmas yang telah memiliki perangkat komputer tetapi belum menggunakan aplikasi SIMPUS dapat menggunakan aplikasi SIKDA Generik, yang terhubung ke data base lokal di puskesmas tersebut atau langsung terhubung ke data base SIKDA Generik di Server SIKDA Generik yang ditempatkan di Kantor Dinkes kab/kota melalui jaringan internet online. 3. Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang sudah menggunakan komputer ataupun aplikasi sistem informasi manajemen lainnya, dapat melakukan eksport/sinkronisasi/migrasi file data base secara online melalui internet melalui Sub Sistem Komunikasi Data pada SIKDA Generik. 4. Setiap pemangku kepentingan dapat mengakses informasi kesehatan pada SIKDA Generik melalui Sub Sistem Executive Information Dashboard, yang berisi indikator-indikator kesehatan kab/kota yang merupakan rangkuman dari data-data puskesmas, rumah sakit, dan instalasi farmasi kab/kota. Laporan/informasi disajikan secara ringkas dalam bentuk grafik, tabel, maupun statistik, dengan berbagai kriteria yang dapat ditentukan sesuai keinginan pengguna. Komunikasi data Sesuai dengan tujuan dikembangkannya SIKDA Generik, yaitu untuk membangun suatu data base kesehatan Indonesia yang komprehensif, SIKDA Generik harus mampu menghimpun, mengolah dan mendistribusikan semua data kesehatan dari berbagai pelaksana kesehatan di Indonesia, baik pelaksana kesehatan yang telah memiliki sistem informasi elektronik maupun masih paper based. Dengan berbagai sistem pengelolaan informasi yang berbeda-beda, maka SIKDA Generik dituntut untuk dapat berkomunikasi secara interaktif, memiliki kemampuan interoperabilitas yang tinggi, sehingga dapat berkomunikasi dan melakukan pertukaran data kesehatan dengan sistem lainnya yang sudah berjalan. Kemampuan interoperabilitas adalah kemampuan sistem untuk saling tukar menukar data atau informasi dan saling dapat mempergunakan data atau informasi tersebut. Interoperabilitas bukan berarti penentuan atau penyamaan penggunaan platform perangkat keras, atau perangkat lunak semisal operating system tertentu, bukan pula berarti penentuan atau penyeragaman data base. Namun berupa penyamaan format pertukaran data yang digunakan, misalnya dengan menggunakan format data dalam bentuk data base SQL, Access, Excell, maupun dalam format XML. 4

9 Format Data Ada beberapa bentuk format standar yang dapat digunakan untuk melakukan pertukaran data, yang umum digunakan adalah XML. XML atau extensible Markup Language merupakan format data yang sering digunakan dalam dunia world wide web. XML terdiri atas sekumpulan tag yang terdiri dari data. Satu set data dalam XML dimulai dengan tag pembuka dan diakhiri dengan tag penutup. XML adalah sebuah format dokumen yang mampu menjelaskan struktur dan semantik (makna) dari data yang dikandung oleh dokumen tersebut. Berbeda dengan HTML yang lebih berorientasi pada tampilan (appearance), XML lebih fokus pada substansi data, sehingga lebih cocok digunakan sebagai media pertukaran data. Kelebihan XML dibandingkan format teks biasa adalah struktur data yang ditransfer tidak hilang, demikian juga deskripsi tentang semantik datanya. Dengan karakteristik demikian XML telah menjadi standar de-facto bagi pertukaran data antar aplikasi komputer. Spesifikasi format telah distandarkan untuk menjadi referensi yang sama bagi tiap aplikasi komputer yang memerlukan. Konten Data Selain format data, konten data yang dipertukarkan juga harus seragam, misalnya dalam penulisan kode dan penamaan variabel data dan definisi operasionalnya, sehingga pada saat proses import dan eksport data, semua data dapat tersinkronisasi dengan baik dan lengkap serta sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya dalam proses sinkronisasi data individu pasien puskesmas, mulai dari penomoran rekam medik pasien, kode jenis kunjungan, nama poliklinik, kode dan penamaan penyakit, kode obat dan atributnya, sampai dengan jenis tenaga kesehatan yang menangani pasien tersebut, harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Contoh variabel data dan aturan penomoran/penulisan seperti yang ditunjukan pada tabel berikut: Tabel 1. Variabel Data dan Aturan Penomoran/Penulisan Desain Sistem Berdasarkan ruang lingkup Sistem Kesehatan Daerah, maka SIKDA Generik dirancang mengikuti komponen pelaksana kesehatan yang ada didalamnya yaitu Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi. Sehingga SIKDA Generik terbagi menjadi beberapa sub sistem sebagai berikut : 1. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIM Puskesmas) 2. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (SIM Dinkes) 3. Sistem Informasi Eksekutif 4. Sistem Komunikasi Data 1. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIM Puskesmas) Aplikasi SIM Puskesmas digunakan di puskesmas dalam kegiatan pencatatan berbagai kegiatan pelayanan, baik itu kegiatan dalam gedung maupun kegiatan luar gedung, dan dapat dilakukan koneksi data base secara oline melalui jaringan internet ke Server SIKDA Generik di dinas kesehatan, maupun ke data base lokal yang ada di puskesmas. Kegiatan puskesmas yang mampu ditangani oleh SIM Puskesmas adalah : 1. Pengelolaan informasi riwayat medis pasien per individu 2. Pengelolaan informasi kunjungan pasien ke puskesmas. 3. Pengelolaan informasi kegiatan pelayanan kesehatan dalam gedung, meliputi: a. Pelayanan rawat jalan (poliklinik umum, gigi, KIA, imunisasi, dll) b. Pelayanan UGD c. Pelayanan rawat inap 4. Pengelolaan informasi pemakaian dan permintaan obat/farmasi di puskesmas, pos obat desa, pos UKK. 5. Pengelolaan informasi tenaga kesehatan puskesmas 6. Pengelolaan informasi sarana dan peralatan (inventaris) puskesmas 7. Pengelolaan informasi kegiatan luar gedung yang meliputi a. Kegiatan puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan desa, posyandu, polindes, poskesdes, poskestren. b. Pengelolaan informasi pembiayaan kesehatan masyarakat dan keuangan puskesmas c. Pengelolaan informasi gizi masyarakat d. Pengelolaan informasi surveilans (pengendalian penyakit) e. Pengelolaan informasi promosi kesehatan f. Pengelolaan informasi kesehatan lingkungan 8. Pengelolaan pelaporan internal dan ekternal puskesmas 5

10 2. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (SIM Dinkes) Aplikasi ini berfungsi untuk menangani pencatatan dan pengelolaan data yang berasal dari: 1. Pengelolaan data puskesmas, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data manual dari puskesmas yang ada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota, yang bersifat agregat. 2. Pengelolaan data rumah sakit tingkat kabupaten/ kota, berfungsi untuk mengentri data manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota yang bersifat agregat. 3. Pengelolaan data rumah sakit tingkat provinsi, berfungsi untuk mengentri data manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes provinsi yang bersifat agregat. 4. Pengelolaan data apotek/instalasi farmasi, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data manual yang berasal dari apotek/instalasi farmasi baik pemerintah maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota, yang bersifat agregat. 5. Pengelolaan data penunjang, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data manual, yang bersifat agregat, yang berasal dari laboratorium/ radiologi/ fasilitas penunjang lainnya, baik itu milik pemerintah maupun swasta yang berada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota. 6. Pengelolaan data kesehatan lainnya, yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola data kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan selain puskesmas, rumah sakit, apotek/instalasi farmasi, dan laboratorium penunjang, yang berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan, misalnya dari lembaga lintas sektor (institusi non kesehatan), praktik dokter dan klinik, lembaga survei, dan organisasi kesehatan lainnya, yang berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan. 7. Pengelolaan data SDM, yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola data SDM kesehatan di kabupaten/kota/provinsi. 8. Pengelolaan data aset, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data aset pada dinkes kabupaten/ kota dan dinkes Provinsi. Pada SIM Dinkes, data yang dientri bersifat agregat. 3. Sistem Informasi Eksekutif Sistem Informasi Eksekutif, berfungsi untuk menampilkan profil kesehatan daerah, yang di dalamnya berisi indikator kesehatan daerah yang merupakan rangkuman dari data-data puskesmas, rumah sakit, dan gudang farmasi kabupaten/kota. Informasi disajikan secara ringkas dalam bentuk grafik, tabel, maupun statistik, yang dapat diakses oleh jajaran pimpinan misalnya bupati, gubernur, kepala dinas kesehatan, dan pemangku kepentingan lainnya. 4. Sistem Komunikasi Data Kesehatan Sistem Komunikasi Data Kesehatan, berfungsi untuk menangani proses sinkronisasi/ migrasi data yang berbentuk soft copy yang berasal dari dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas, rumah sakit, laboratorium, apotek/farmasi, dan institusi kesehatan lainnya yang telah menggunakan perangkat komputer, aplikasi sistem informasi manajemen dan telah terhubung secara online melalui jaringan internet ke data base SIKDA Generik dalam proses pengelolaan data. Jenis data yang dikomunikasikan adalah sebagai berikut : 1. Data umum fasilitas pelayanan kesehatan 2. Data pasien baru 3. Data kunjungan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan 4. Data morbiditas 5. Data pengelolaan obat dan alat kesehatan 6. Data pengelolaan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan kesehatan 7. Data pengelolaan tenaga kesehatan dan non kesehatan 8. Data statistik daerah Tahap pelaksanaan SIKDA Generik SIKDA Generik mulai dipikirkan pengembangannya pada saat dirasakan adanya kebutuhan suatu sistem yang memenuhi kebutuhan pengelolaan data dan informasi yang standar, dapat terintegrasi secara nasional dan dapat diterapkan di wilayah dengan sumber daya yang terbatas. Hal ini terealisasi dengan adanya bantuan teknis dari GIZ (The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) untuk Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Pengembangan SIKDA Generik mulai terlihat hasilnya dengan selesainya modul SIM Puskesmas berupa prototype testing di Pusdatin dan prototype testing untuk puskesmas per tanggal 31 Agustus Sesuai dengan rencana, per 30 September 2011 akan selesai. Modul Bank Data dan SIM Dinkes (uji coba). Bank data di Pusdatin (uji coba), di Dinkes dengan menjalankan prototype puskesmas) dan per 30 oktober 2011 diharapkan Modul Konektivitas (Sistem Komunikasi Data) selesai. dan membuat Connectathon, dimulai dengan 3 5 sistem yang sudah jadi. (Connectathon untuk menguji dan memilih vendor). Integrasi dengan aplikasi-aplikasi di rumah sakit, instalasi farmasi/apotek dan fasilitas penunjang lain akan mulai dilaksanakan tahun

11 Dalam penerapan SIKDA Generik ada beberapa hal yang harus ada dan dipersiapkan yaitu pelatihan, pendampingan, dan perubahan budaya kerja. Dari ketiga hal tersebut, dua yang pertama yaitu pelatihan dan pendampingan sudah diakomodir oleh Pusdatin Kemenkes dan sudah disiapkan anggarannya. Sedangkan yang nomor tiga yaitu kesiapan dan kemauan para pengguna sendiri, merupakan tantangan tersendiri bagi terlaksananya penerapan SIKDA Generik, akan tetapi ini pun pasti bisa diintervensi mungkin dengan berbagai cara seperti pelatihan, workshop dan pendampingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan data, publikasi pemanfaatan data, pemberian penghargaan dan publikasi bagi daerah dengan pengelolaan SIKDA terbaik. Tantangan dalam penerapan SIKDA Generik Di Indonesia terdapat 138 kabupaten/kota (kondisi tahun 2009/2010) yang termasuk daerah bermasalah kesehatan (DBK) dan/atau daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) yang pada umumnya merupakan daerah yang masih kurang dalam ketersediaan infrastrukur dan SDM. Hal ini menjadi suatu tantangan dan perlu persiapan dan perencanaan khusus dalam penerapan SIKDA Generik di daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu untuk penerapan SIKDA Generik dan pengembangan SIK secara umum, telah diupayakan penyediaan sebagian kebutuhan dana dari Global Fund. Persiapan dan perencanaan tersebut digunakan untuk: 1. Pengadaan hardware, pengiriman dan instalasi (USD 952, dana GF) 2. Sub-contract penerapan di lapangan (USD 2,331, dana GF) 1 vendor 1 wilayah atau 1 vendor untuk semua Vendor harus mempunyai: 1 tim di setiap kabupaten Training classroom (ruang pelatihan) Rotasi Pendampingan rutin (1 hari kunjungan ke puskesmas setiap minggu) 3. Manajemen proyek SIKDA (oleh Pusdatin) Vendor Performance Contract Manajemen Perlu dipikirkan pula adanya kabupaten/kota atau puskesmas yang sudah menerapkan SIK komputerisasi online dan telah memiliki bank data yang telah terisi data. Untuk daerah tersebut harus terus diberikan dorongan dan monitoring, serta disediakan koneksi agar data yang ada dapat masuk ke bank data nasional. Untuk program kesehatan yang selama ini telah memiliki sistem informasi yang terpisah-pisah, perlu dilakukan advokasi agar sejalan dengan penerapan SIKDA Generik, sistem informasi program-program yang terpisah mulai diakhiri. Dengan demikian akan mengurangi fragmentasi. Dalam pengembangan aplikasi biasanya menggunakan jasa pihak ketiga (vendor), Mengingat SIK dikembangkan menuju ke sistem komputerisasi online, perlu adanya jaminan interoperabilitas dan konektivitas dari aplikasi yang dikembangkan. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan semacam connectathon. Connectathon adalah kegiatan untuk menguji interoperabilitas dan konektivitas dari suatu sistem teknologi informasi, mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan oleh IHE (Integrating the Healthcare Enterprise, inisiatif bersama dari profesional kesehatan dan industri untuk meningkatkan metode sistem komputer dalam berbagi informasi kesehatan) a joint initiative of healthcare professionals and industry to improve the way computer systems in healthcare share information. SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) ELEKTRONIK 7

12 Kesimpulan 1. Saat ini sedang dikembangkan SIKDA Generik, yaitu aplikasi sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional yang menghubungkan secara online dan terintegrasi seluruh puskesmas, rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya, baik itu milik pemerintah maupun swasta, dinas kesehatan kabupaten/kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan. 2. Aplikasi SIKDA Generik dikembangkan untuk menindaklanjuti permasalahan SIK di Indonesia yang belum terintegrasi, informasi kesehatan masih terfragmentasi dan belum mampu mendukung penetapan kebijakan serta kebutuhan pemangku kebijakan. 3. Aplikasi SIKDA Generik dikembangkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan informasi manajemen kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi komunikasi. 4. Aplikasi SIKDA Generik dirancang untuk dapat memenuhi berbagai persyaratan minimum yang dibutuhkan dalam pengelolaan informasi kesehatan daerah, dari proses pengumpulan, pencatatan, pengolahan, sampai dengan diseminasi informasi kesehatan. 5. SIKDA Generik dirancang untuk menjadi standar bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan informasi kesehatan di wilayahnya. 6. SIKDA Generik terbagi menjadi beberapa sub sistem sebagai berikut : a. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas b. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan c. Sistem Informasi Eksekutif d. Sistem Komunikasi Data 7. Tahapan pengembangan dan pelaksanaan SIKDA Generik: a. Modul SIM Puskesmas berupa prototype testing di Pusdatin dan prototype testing untuk puskesmas selesai per tanggal 31 Agustus b. Modul Bank Data dan SIM Dinkes (uji coba), Bank data di Pusdatin (uji coba), di Dinkes (dengan menjalankan prototype puskesmas) akan selesai per 30 September c. Modul Konektivitas (Sistem Komunikasi Data) diharapkan selesai per 30 oktober d. Connectathon, dimulai dengan 3 5 sistem yang sudah jadi. e. Pendistribusian, pelatihan, pendampingan, dan perubahan budaya kerja. 8. Untuk pemerintah daerah yang telah memiliki/menggunakan SIKDA elektronik dapat tetap menggunakannya dengan beberapa penyesuaian terhadap Pedoman Nasional SIK atau beralih ke SIKDA Generik. 9. Tantangan penerapan SIKDA Generik: a. Penerapan untuk daerah dengan keterbatasan infrastruktur dan SDM seperti di 138 kabupaten/kota DBK/DTPK. b. Penyediaan koneksi agar data yang ada di kabupaten/kota atau puskesmas yang sudah menerapkan SIK komputerisasi online dan telah memiliki bank data yang telah terisi data dapat masuk ke bank data nasional. c. Advokasi untuk program kesehatan yang selama ini telah memiliki sistem informasi yang terpisah-pisah, agar mulai diakhiri sejalan dengan penerapan SIKDA Generik, untuk mengurangi fragmentasi. d. Connecthathon untuk menguji interoperabilitas dan konektivitas dari aplikasi yang dikembangkan. Ia yang mempunyai kesehatan, mempunyai harapan; dan ia yang mempunyai harapan, mempunyai segalanya 8

13 PENDAHULUAN Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan komponen penting dalam berbagai bentuk organisasi, baik pada skala kecil maupun organisasi besar dengan berbagai kompleksitasnya. Melalui pengelolaan SIM secara baik, mulai dari perencanaan, implementasi hingga evaluasi, maka organisasi dapat melihat status kelembagaannya dari sudut pandang internal maupun eksternal dengan segala permasalahannya. SIM yang baik akan sangat membantu setiap tingkatan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan terbaik yang berdasar kepada data dan informasi yang dibangun secara tepat, akurat, benar, dan lengkap. Meskipun SIM tidak identik dengan komputerisasi, namun perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dewasa ini memberi konstribusi yang signifikan bagi implementasi SIM secara lebih profesional. Karena itu implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam SIM menjadi salah satu solusi paling bijak yang dapat diambil. Ada beberapa isu penting yang mendorong penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam SIKDA, antara lain : 1. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi, 2. Informasi yang tersedia tidak relevan, 3. Informasi yang ada tidak dimanfaatkan oleh manajemen, 4. Informasi yang tidak tepat waktu, 5. Terlalu banyak informasi, 6. Informasi yang tersedia tidak akurat, 7. Adanya duplikasi data, 8. Pemanfaatan data yang tidak fleksibel Dengan implementasi SIKDA berbasis Teknologi Informasi, maka informasi menjadi aset organisasi yang sangat berharga karena melalui SIKDA organisasi dapat menguasai informasi internal dan eksternal sebagai salah satu keunggulan kompetitif. Informasi yang dihasilkan akan menentukan kelancaran dan kualitas kerja serta dapat digunakan sebagai ukuran kinerja organisasi. SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak dekade 80-an di beberapa institusi kesehatan seperti Puskesmas di Indonesia, termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, melalui pendekatan manajemen dan perkantoran. Mengingat Teknologi yang berkembang pada waktu itu, maka pendekatan yang digunakan adalah manual administrative sampai tahun Kemudian mulai tahun dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi SIKDA, Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo ikut berkembang dengan excel data base. Pada tahun 2000 dikembangkan aplikasi untuk menunjang manajemen kesehatan dengan sistem single user di dinas kesehatan kabupaten dan Puskesmas. Setelah sistem single user diterapkan, muncul masalah yaitu beban entri data tertumpu pada 1 orang petugas, yang terjadi pada tahun 2000 sampai dengan Hal ini karena SDM yang menangani SIKDA belum cukup mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menjalankannya. Setelah dilakukan evaluasi keseluruhan langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan agar informasi yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, dengan dilakukan komitmen bersama guna mengatasi permasalahan yang muncul, maka pada tahun 2002 dikembangkan aplikasi multi user berbasis web di dinas kesehatan dan setiap Puskesmas dengan dilengkapi sarana Local Area Network (LAN). Untuk akses pengiriman data dari Puskesmas ke dinas kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas telepon yaitu setelah entri data selesai data dikirim dengan dial-up, namun muncul masalah baru dimana ada 10 Puskesmas tidak mempunyai fasilitas jaringan telepon sehingga untuk pelaporan menggunakan disket. Hal ini menyebabkan munculnya masalah data tidak lengkap dan tidak tepat waktu. Guna mengatasi permasalahan baru tersebut sejak tahun 2004 sampai 2010 dikembangkan jaringan intranet jajaran kesehatan dengan memanfaatkan teknologi wireless LAN, sedangkan sekarang sebagian memanfaatkan teknologi speedy (internet). Sedangkan untuk mengatasi permasalahan SDM dilakukan pelatihan dan bimbingan teknis. 9

14 SPESIFIKASI SISTEM Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dibagi dalam 3 sub sistem, dan beberapa modul dibawah sub sistem. Beberapa sub sistem mempengaruhi sub sistem lainnya, sehingga proses yang berjalan tergantung dari entri dan pengolahan data dari sub sistem sebelumnya. Namun demikian dimungkinkan diambil kebijakan by pass system untuk kondisi tertentu guna menjamin SIKDA tetap berjalan meskipun terjadi gangguan yang tidak diinginkan pada salah satu sub sistem. Sistem pengelolaan user dilakukan secara bertingkat dengan pembagian group user sesuai dengan person dalam sistem, sehingga dapat diantisipasi overlapping fungsi setiap user. Sistem manajemen user secara bertingkat akan menentukan tanggung jawab terhadap suatu entri data dan distribusinya, sehingga hanya user yang benar-benar memiliki hak yang mampu mengakses data dan informasi secara proporsional. Interaksi user secara langsung terhadap data juga dibatasi, sehingga end user tidak akan bisa memanipulasi data base. Adapun secara lengkap rancang bangun Sistem Informasi Kesehatan Daerah di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo seperti diagram dibawah ini : DIAGRAM SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO Pengembangan SIKDA saat ini akan difokuskan pada intergrasi Sistem Informasi Manajemen Pasien (SIM-Pasien), Sistem Informasi Manajemen Program (SPTP), Sistem Informasi Manajemen Obat (SIMO) dan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA). a. SIMPUS untuk manajemen pasien : 1. Master file yang terdiri dari sub menu file Puskesmas, file tujuan, file penyakit, file tindakan UGD, file tindakan keperawatan, file pemeriksaan penunjang, file tarif kelas dan file tarif visit. 2. Menu Utama, yang terdiri dari sub menu transaksi untuk pelayanan pasien yang terdiri dari pelayanan: loket, rawat jalan, rawat inap, ruang obat, laporan dan menu utama untuk kembali. a. Sub menu loket merupakan tampilan untuk petugas loket mendaftar pasien yang berkunjung, terdiri dari : Tambah untuk mendaftar pasien baru pertama kali terdaftar di salah satu puskesmas. Cari data untuk mencari pasien lama atau pasien yang pernah terdaftar di Puskesmas. b. Sub menu rawat jalan digunakan untuk mencatat dan mengolah data tindakan yang dilakukan terhadap pasien di unit-unit pelayanan, antara lain poli umum, poli KIA, poli gigi, dan poli lainnya, terdiri dari : Daftar tunggu merupakan fasilitas untuk melihat pasien yang menunggu diobati oleh poli-poli tersebut. Cari data merupakan fasilitas untuk mencari data pasien yang telah selesai diobati, berdasarkan nomor dan tanggal transaksi serta nama pasien. c. Sub menu rawat inap merupakan fasilatas untuk mencatat dan mengolah tindakan yang dilakukan terhadap pasien rawat inap. Termasuk pemakaian obat saat perawatan, konsultasi dokter yang dilakukan. Di menu ini juga ada fasilitas untuk perpindahan ruang/kelas. Fasilitas rawat inap ini terdiri dari daftar tunggu dan cari data yang fungsinya sama seperti pada sub menu rawat jalan. d. Sub menu rawat jalan maupun rawat inap mempunyai sub sistem layanan penunjang seperti : Laboratorium digunakan untuk mencatat dan mengolah data tindakan laboratorium yang dilakukan terhadap pasien dan mencatat biaya tindakan laboratorium tersebut. Tindakan UGD digunakan untuk mencatat dan mengolah data tindakan terhadap pasien yang masuk ke Puskesmas melalui Unit Gawat Darurat. Tindakan Keperawatan digunakan untuk mencatat dan mengolah data tindakan keperawatan terhadap pasien dan mencatat biaya tindakan yang dilakukan tersebut. Pemeriksaan Penunjang untuk mencatat dan mengolah data hasil pemeriksaan penunjang seperti EKG, rontgen atau fisioterapi untuk keperluan perawatan/pengobatan dan mencatat biaya pemeriksaan tersebut. 3. Sub menu laporan merupakan memperoleh laporan dari hasil entri data, terdiri dari laporan : Kunjungan rawat jalan merupakan laporan jumlah kunjungan pasien rawat jalan per poli (BPU, BPG, KIA dll), per status pasien (Askes, JPS, bayar) berdasarkan wilayah tempat tinggal (desa/kelurahan dan dalam serta luar wilayah kerja puskesmas) 10

15 Tindakan UGD digunakan untuk mencatat dan mengolah data tindakan terhadap pasien yang masuk ke Puskesmas melalui Unit Gawat Darurat. Tindakan Keperawatan digunakan untuk mencatat dan mengolah data tindakan keperawatan terhadap pasien dan mencatat biaya tindakan yang dilakukan tersebut. Pemeriksaan Penunjang untuk mencatat dan mengolah data hasil pemeriksaan penunjang seperti EKG, rontgen atau fisioterapi untuk keperluan perawatan/pengobatan dan mencatat biaya pemeriksaan tersebut. 3. Sub menu laporan merupakan memperoleh laporan dari hasil entri data, terdiri dari laporan : Kunjungan rawat jalan merupakan laporan jumlah kunjungan pasien rawat jalan per poli (BPU, BPG, KIA dll), per status pasien (Askes, JPS, bayar) berdasarkan wilayah tempat tinggal (desa/kelurahan dan dalam serta luar wilayah kerja puskesmas) dengan rentang waktu tanggal. Kunjungan rawat inap sama seperti kunjungan rawat jalan. Kesakitan rawat jalan merupakan laporan data kesakitan LB1 untuk rawat jalan dengan rentang waktu tanggal. Kesakitan rawat inap merupakan laporan data kesakitan LB1 untuk rawat inap dengan rentang waktu tanggal. Rincian rawat jalan merupakan laporan pendapatan retribusi dan tindakan berdasarkan perda yang berlaku dengan rentang waktu tanggal. Rincian rawat inap sama seperti rincian rawat jalan namun untuk kunjungan rawat inap. Penyebaran penyakit rawat jalan merupakan pemetaan untuk mengetahui penyebaran penyakit per kecamatan sampai dengan desa/kelurahan dengan rentang waktu tanggal. Penyebaran penyakit rawat inap merupakan pemetaan untuk mengetahui penyebaran penyakit per kecamatan sampai dengan desa/kelurahan dengan rentang waktu tanggal. 10 besar penyakit rawat jalan merupakan fasilatas laporan untuk mengetahui 10 besar penyakit rawat jalan dengan rentang waktu tanggal. 10 besar penyakit rawat jalan merupakan fasilatas laporan untuk mengetahui 10 besar penyakit rawat jalan dengan rentang waktu tanggal. Laporan mingguan wabah (W2). 4. Menu utama. b. SIMPUS untuk manajemen program : Merupakan fasilitas untuk mencatat dan mengolah data hasil kegiatan program Puskesmas yang terdiri dari : 1. Menu Utama, yang terdiri dari sub menu data gizi, P2M, imunisasi, KIA, reproduksi, promkes, data dasar, identitas puskesmas dan data kematian. 2. Sub menu laporan merupakan tampilan untuk menampilkan laporan bulanan masing-masing program dan Profil kesehatan. c. SIMO untuk manajemen obat : Menu Utama, yang terdiri dari sub menu transaksi yang terdiri dari: input obat baru, transaksi obat masuk, transaksi obat keluar serta transaksi obat rusak. Sub menu pelaporan yang terdiri dari: LPLPO Puskesmas, Pengeluaran Obat Harian, Daftar Obat Masuk, Daftar Obat Keluar dan Daftar Obat Rusak. d. SIMKA untuk manajemen kepegawaian : Merupakan fasilitas untuk mencatat dan mengolah data pegawai Puskesmas yang terintegrasi dengan SIM pelayanan pasien, yaitu : Menu Utama, yang terdiri dari sub menu input data pegawai dan daftar data pegawai. SPESIFIKASI TEKNIS SIMPUS merupakan aplikasi yang tidak berdiri sendiri, melainkan aplikasi terintegrasi. Aplikasi tersebut dapat beroperasi dalam jaringan online/offline dengan sistem intranet maupun internet (web based aplication), dengan platform dasar web base system (berbasis web), dengan spesifikasi teknis : Perangkat lunak ini dapat dioperasikan pada sistem operasi MS Windows 95, 98, 2000 sampai versi terakhir. Merupakan aplikasi perangkat lunak berbasis web yang dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Active Server Page (ASP) atau PHP. Dengan data base MY SQL atau SQL Server. Client Server: penggolongan aplikasi kedalam sisi client (user interface) dan sisi server (business process) secara terpisah, untuk memudahkan manajemen aplikasi dan pemeliharaan aplikasi. Multi User: dapat dijalankan secara bersama-sama secara simultan sehingga lebih mempercepat proses transaksi. Untuk menjamin keamanan sistem akan dilakukan metode dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak, yaitu setiap user memilki identitas dan kata kunci. PENUTUP Dalam pembangunan sebuah aplikasi, yang perlu diperhatikan bukan hanya sistem serta bisnis proses (prosedur) saja yang dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun proses komunikasi dan koordinasi dalam sistem juga perlu diperhatikan sehingga terjadi sinkronisasi antara ketentuan yang berlaku, kebijakan yang diterapkan serta aktifitas yang dijalankan sehingga perlu kepemimpinan dan komitmen yang kuat disemua jenjang. Melalui pembangunan SIKDA yang handal, pimpinan mampu memantau pekerjaan bawahan secara lebih cepat dan detail, sehingga setiap keputusan yang diambil melalui proses yang tepat dan data yang benar akurat dan lengkap. 11

16 B agaimana SIKDA Generik akan mengubah SIK Nasional WHO mengklasifikasikan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai salah satu dari 6 building blocks Sistem Kesehatan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran SIK di dalam suatu sistem kesehatan. Namun untuk SIK di Indonesia, sering terdengar masih belum memadai sehingga tidak bisa memberikan data yang akurat. Akibatnya adalah pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan para kepala Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan dan petugas di Kementerian Kesehatan, menjadi sulit untuk mendapatkan data yang akurat dalam waktu yang tepat untuk membantu dalam melakukan tugas harian. Kelemahan SIK Indonesia sebenarnya mempunyai 3 faktor utama: 1. Fragmentasi & sistem paralel terlalu membebankan Yang paling fundamental adalah permasalahan fragmentasi. Hal ini disebabkan SIK Indonesia mempunyai banyak sub-sistem yang berjalan secara paralel sesuai kebutuhan pemangku kepentingan yang berbeda, yang akhirnya membuat petugas di lapangan kewalahan dalam mengkompilasi dan melaporkan data yang diperlukan. Salah satu contohnya, di suatu analisis yang dilakukan di Nusa Tenggara Barat, dalam satu tahun laporan yang harus diserahkan kepada petugas kesehatan dalam provinsi melebihi 300 lebih tipe laporan dengan memakai 8 tipe software yang berbeda. Laporan tersebut masih belum termasuk permintaan laporan dari sumber non-kesehatan (kementerian lain seperti Kementerian Keuangan). Dari data yang harus dilaporkan, sebagian besar datanya adalah terdiri dari variabel yang sama, tetapi harus diisi dengan data yang sama ke dalam formulir/software yang berbeda dan berulang kali. Dengan beban laporan yang begitu berat dalam pelayanan kesehatan, menimbulkan resiko petugas fasilitas kesehatan untuk membuat kesalahan dalam pencatatan/rekapitulasi menjadi sangat tinggi dan juga laporan menjadi sering terlambat dikirim. Yang paling buruk adalah data yang berbeda dilaporkan untuk variabel yang sama dalam fasilitas yang sama. Jadi timbul pertanyaan, data manakah yang benar? 2. Pemerintah/Governance Sejak desentralisasi tahun 2000, peran Kementerian Kesehatan dalam mengelola SIK semakin penting. Tanpa pengelolaan dan kebijakan yang kuat, setiap pemerintah daerah akan mengadopsi sistem masing masing yang berbeda dan tidak interoperable yakni, tidak bisa saling komunikasi antara satu sistem dengan yang lain. Itulah masalah yang terjadi di Indonesia sekarang. Walaupun ada banyak daerah yang sudah mempunyai SIK yang bagus dan terkomputerisasi, namun data bank ini tidak bisa diintegrasikan ke dalam bank data nasional. Isu pemerintah termasuk juga kebijakan keputusan berbasis data atau evidence based yang masih lemah dalam implementasinya. 3. Pemanfaatan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) masih kurang Dalam laporan Health Systems Financing: The path to universal coverage (WHO, 2010), Dr. Margaret Chan, Director-General WHO menyatakan bahwa hampir 20-40% dana Kesehatan menjadi sia-sia atau tidak terserap dengan baik. Hal ini dikarenakan sistem tidak efisien. Antara lain diakibatkan sistem manual yang masih terlalu lambat dan memerlukan banyak sumber dan tidak adanya Informasi tepat. Sistem Kesehatan Indonesia masih belum memanfaatkan TIK secara menyeluruh dan jauh ketinggalan dengan sektor lainnya contohnya sektor Bank yang telah memanfaatkan TIK secara maksimal. ROADMAP PENGUATAN SIK Dalam tahun 2010, Pusat Data dan Informasi giat menyusun Roadmap untuk penguatan SIK nasional. Inisiatiinisiatif yang diidentifikasikan di dalam Roadmap 5 tahun ini adalah khusus untuk menangani tiga permasalahan besar SIK di atas. Informasi lengkap mengenai inisiatif yang disusun di dalam Roadmap ini bisa dilihat bila Roadmap ini diterbitkan. Salah satu inisiatif yang disusun dalam Roadmap ini adalah SIKDA Generik. Yang jelas, untuk memperkuatkan SIK nasional, adopsi TIK harus ditingkatkan agar semua dapat berbasis elektronik dan data bisa dikirim dan diakses dengan cepat dan tepat. 12

17 Namun untuk memodernisasikan SIK dengan adopsi TIK memerlukan investasi yang sangat tinggi karena melibatkan banyak dana untuk perangkat keras, lunak, implementasi dan operasional. Ini menjadi hambatan utama (selain faktor lain seperti kekurangan dalam infrastruktur seperti listrik). Hal tersebut merupakan sebab mengapa implementasi TIK di sektor Kesehatan masih belum menyeluruh. Dengan alasan ini, Pusdatin mengambil inisiatif untuk membangun perangkat lunak SIK yang bisa dipakai di Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Provinsi, dan di tingkat nasional sebagai Bank Data Kesehatan Nasional yang gratis (berbasis open source) untuk semua. Untuk fase pertama tahun 2011, SIKDA Generik akan konsentrasi dalam semua modul kecuali modul Rumah Sakit yang akan dibangun pada fase kedua tahun SIKDA Generik Perangkat lunak ini dibangun dengan tujuan: Menampung semua kebutuhan data program, akademisi, pembuat keputusan dan lainnya dengan mencatat data individu (disaggregate) termasuk dari sektor swasta agar SIK yang berjalan secara paralel sekarang bisa diintegrasikan menjadi satu sistem pada masa depan. Mengirim data individu dan disimpan di dalam Bank Data Kesehatan yang membolehkan adanya * data query yaitu melakukan manipulasi pada data base untuk memberikan Informasi yang diperlukan dalam format yang sesuai kapan saja tanpa permintaan variabel baru kepada field. Mengkomputerisasikan proses kerja di fasilitas kesehatan agar pekerjaan lebih efisien dan transparan sehingga biaya untuk sistem kesehatan bisa diminimalkan. Fungsi-fungsi yang ditampung dalam SIKDA Generik adalah seperti berikut: Modul Puskesmas semua fungsi utama puskesmas seperti pendaftaran dan manajemen pasien, poliklinik (medical record elektronik), apotek, inventori, laboratorium/radiologi, kasir dan pelaporan. Modul Rumah Sakit semua fungsi utama rumah sakit seperti pendaftaran dan manajemen pasien, poliklinik (medical record elektronik), apotek, inventori, laboratorium/radiologi dan kasir dan pelaporan. Modul Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota fungsi pelaporan dan data query termasuk untuk yang dari sektor swasta. Modul Bank Data Nasional Koneksi dan integrasi kepada bank data lokal (di dinas kesehatan provinsi/ kabupaten/kota) dan perangkat lunak lainnya yang dipakai oleh sektor swasta, penyimpanan dan query data termasuk *dashboard. Distribusi data adalah lewat internet (login ke Pembangunan SIKDA Generik adalah dengan konsep open source, dimana source kode akan menjadi domain umum. Perangkat lunak ini tidak akan terkait dengan investasi lisensi yang akan membuatnya lebih murah dalam jangka waktu panjang sehingga komunitas programmer di Indonesia yang bergerak dalam bidang aplikasi SIK bisa bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan SIKDA Generik. Perangkat lunak gratis SIKDA Generik akan diberikan kepada semua daerah untuk diadopsi dan diimplementasi. Sekiranya daerah terkait sudah mempunyai SIKDA elektronik sendiri, tidak perlu memakai SIKDA Generik dan bisa memakai SIKDA mereka sendiri. Yang penting adalah SIKDA mereka mengikuti konfigurasi yang ditunjukkan di dalam PEDOMAN SIK agar dapat Interoperate (saling bertukar data) dengan Bank Data Nasional. Untuk daerah yang belum memiliki, SIKDA Generik bisa dipakai secara gratis dan diimplementasikan dengan dana APBD, APBN atau sumber lainnya. Khusus untuk tahapan pertama, Pusdatin akan menerima bantuan dana dari The Global Fund untuk implementasi di 138 Daerah Perbatasan dan Terpencil. Untuk daerah yang lainnya, Pusdatin akan mengkordinasikan dana implementasi dari sumber lain termasuk donatur. Apabila semua fasilitas kesehatan dikomputerisasikan di masa yang akan datang, maka semua fasilitas pelayanan (rumah sakit dan puskesmas, baik umum atau swasta) akan mulai mencatat data individu pasien secara elektronik. Data individu ini kemudian akan dikirim secara elektronik ke bank data di tingkat lokal (dinas kesehatan kabupaten/kota/ provinsi) dan bank data nasional. Dengan adanya data individu di bank data nasional yang bisa diakses lewat internet, semua keperluan data oleh pihak yang berbeda bisa dilakukan dengan query sehingga petugas kesehatan lapangan tidak lagi terbeban dengan banyaknya laporan. Entri hanya perlu satu kali secara elektronik dan hemat waktu sehingga waktu yang ada bisa dikonsentrasikan kepada pelayanan pasien. Dengan adanya data individu secara elektronik dan online, perhatian harus diberikan kepada privasi dan kerahasiaan pasien. Pusdatin akan mengadopsi kebijakan yang akan menjaga privasi ini termasuk antara lain enkripsi data sewaktu komunikasi dan tidak mengirim data nama pasien. Inisiatif SIKDA Generik ini adalah sesuatu hal yang berpotensi mengubah pola kerja dalam sektor kesehatan. Hal ini memerlukan dukungan dari semua pihak untuk mencapai kesuksesan. Untuk Informasi lebih detail, kontak: Pusdatin@depkes.go.id 13

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA)

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) Dengan implementasi SIKDA berbasis Teknologi Informasi, maka informasi menjadi aset organisasi yang sangat berharga karena melalui SIKDA organisasi dapat menguasai

Lebih terperinci

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional, pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya

Lebih terperinci

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP SUMBER DATA SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP PENDAHULUAN Jaringan SIKNAS sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi kesehatan elektronik dikelola oleh Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu wilayah tertentu. Lingkup pelayanan yang begitu luas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online (SIKNAS Online) agar komunikasi data antara pusat dan daerah menjadi

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Kesehatan

Pengantar Sistem Informasi Kesehatan Pengantar Sistem Informasi Kesehatan Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENGERTIAN SIK SIK adalah suatu

Lebih terperinci

Kementerian Kesehatan RI Ditjen Bina Pelayanan Kesehatan PENGENALAN SIMRS GOS

Kementerian Kesehatan RI Ditjen Bina Pelayanan Kesehatan PENGENALAN SIMRS GOS Kementerian Kesehatan RI Ditjen Bina Pelayanan Kesehatan PENGENALAN SIMRS GOS SIMRS UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Permenkes SIMRS No 82 Desember Tahun 2013 Setiap RS diwajibkan menggunakan SIMRS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

Lebih terperinci

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Pelatihan Data Prioritas dan SP2TP/SIKDA Prov Jawa Timur Pusat Data dan Informasi 2016 Pokok Bahasan Gambaran Masalah SIK Kebijakan Satu

Lebih terperinci

Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan. Pusat Data dan Informasi 2017

Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan. Pusat Data dan Informasi 2017 Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan Pusat Data dan Informasi 2017 Isi paparan Landasan Hukum Produk Informasi Kesehatan Sumber Data Situasi Sistem Informasi Saat ini Fokus Penguatan SIK Tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak dua puluh tahun terakhir, dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak dua puluh tahun terakhir, dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi khususnya di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak dua puluh tahun terakhir, dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi khususnya di bidang kesehatan telah dikembangkan dan diterapkan berbagai bentuk

Lebih terperinci

Sistem Informasi Kesehatan

Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Definisi Sistem : Sekumpulan komponen yang bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan Sistem Informasi : Sekumpulan komponen yang bekerja sama untuk menghasilkan suatu informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi juga kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi juga kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi juga kehidupan masyarakat, tampak bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan dengan berbagai

Lebih terperinci

Pengembangan TIK Sistem Informasi Kesehatan

Pengembangan TIK Sistem Informasi Kesehatan Pengembangan TIK Sistem Informasi Kesehatan Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Pengembangan Infastruktur Perangkat Keras dan Jaringan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat. Namun, seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN manajemen upaya kesehatan manajemen kesehatan

BAB I PENDAHULUAN manajemen upaya kesehatan manajemen kesehatan BAB I PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen

Lebih terperinci

Perihal : Proposal Penawaran Sistem Informasi Rumah Sakit/Klinik (SIMKES) GRATIS

Perihal : Proposal Penawaran Sistem Informasi Rumah Sakit/Klinik (SIMKES) GRATIS Yogyakarta, Oktober 2017 Lamp : 1 (satu) set Proposal Penawaran Perihal : Proposal Penawaran Sistem Informasi Rumah Sakit/Klinik (SIMKES) GRATIS Kepada Yth. Pimpinan Rumah Sakit/Klinik Di tempat Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun lingkungannya, karena sebagian besar masyarakat masih tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, dan tuntutan akan pencapaian MDGs (Milenium

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, dan tuntutan akan pencapaian MDGs (Milenium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk, kompleksitas masalah kesehatan masyarakat, dan tuntutan akan pencapaian MDGs (Milenium Development Goals ) maka diperlukan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang cepat dan efisien menjadi sangat dibutuhkan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi suatu organisasi yang melaksanakan prinsip - prinsip manajemen modern. Data dan informasi

Lebih terperinci

Integrasi Sistem Informasi Kesehatan

Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Integrasi Sistem SIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan sumberdaya organisasi yang sangat penting untuk dikelola, meliputi data dan informasi, perangkat keras, perangkat lunak, dan tenaga. Operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah manajemen Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah proses dimana data kesehatan dicatat, direkam, disimpan, diambil dan diproses untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan Deskripsi: Grand design sistem informasi kesehatan berorientasi pada kualifikasi produk yang diharapkan, ditinjau dari kebutuhan kinerja dan spesifikasinya serta strategi tata kelolanya. 1. Dimensi Grand

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan pengelola Rumah Sakit Umum Dr. Slamet Garut merupakan suatu lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Lebih terperinci

APLIKASI KOMUNIKASI DATA

APLIKASI KOMUNIKASI DATA APLIKASI KOMUNIKASI DATA APLIKASI KOMUNIKASI DATA Penyelenggaraan komunikasi data dimaksudkan untuk membangun dan mengoptimalkan aliran data dari kabupaten/kota dan provinsi ke pusat atau sebaliknya Mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas

BAB I PENDAHULUAN. supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan dibawah supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan pembinaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : LELY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan rumah sakit sudah berkembang semakin besar, mulai dari proses kelahiran, pengobatan untuk anak maupun dewasa, keadaan yang membutuhkan rawat

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5542 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Kesehatan. Sistem Informasi. Data. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Kesehatan. Sistem Informasi. Data. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesejahteraan penduduk disuatu negara adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi di sektor kesehatan yang sedang menjadi trend global adalah Rekam Medis Elektronik (RME). RME merupakan sub sistem informasi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pelayanan kesehatan di Indonesia dianggap masih sektoral dan belum terintegrasi dengan baik. Masing-masing pusat pelayanan kesehatan bergerak dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang berinteraksi langsung kepada masyarakat yang bersifat komprehensif dengan kegiatannya terdiri dari upaya promotif, preventif,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN I. UMUM Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1. Riwayat Puskesmas 3.1.1. Sejarah Puskesmas Puskesmas Kecamatan Jagakarsa berdiri pada tahun 1986 yang beralamat di Jalan Moh Kahfi I No. 27A, sebelum berdiri sendiri

Lebih terperinci

Universitas Gunadarma Magister Sistem Informasi Bisnis. Rancangan Proyek SIM Rumah Sakit

Universitas Gunadarma Magister Sistem Informasi Bisnis. Rancangan Proyek SIM Rumah Sakit Universitas Gunadarma Magister Sistem Informasi Bisnis Rancangan Proyek SIM Rumah Sakit Tugas Matakuliah SIM dan Perencanaan Strategis SI Dosen: Dr. Eri Prasetyo Penyusun: Lucky, James, Sriyanto (Kelas

Lebih terperinci

HEALTH METRICS NETWORK (HMN) SYSTEM. Dosen Pengampu : dr. Mahalul Azam M.Kes. Disusun Oleh :

HEALTH METRICS NETWORK (HMN) SYSTEM. Dosen Pengampu : dr. Mahalul Azam M.Kes. Disusun Oleh : HEALTH METRICS NETWORK (HMN) SYSTEM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sistem Informasi Kesehatan Dosen Pengampu : dr. Mahalul Azam M.Kes Disusun Oleh : Sri Nur Oktafia Ningsih (6411414039) Yoga

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan

Lebih terperinci

FITUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

FITUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT FITUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT Modul Manajemen Rawat Jalan Modul Rawat Jalan terdiri dari 2 sub modul, yaitu Pendaftaran Rawat Jalan dan Kasir Rawat Jalan. Sub modul Kasir Rawat Jalan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI PELAPORAN DINAS KESEHATAN KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN JAKARTA, APRIL 2018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN JAKARTA, APRIL 2018 KEMENTERIAN SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA JAKARTA, APRIL 2018 KEMENTERIAN Apa itu Informasi Kesehatan? Apa itu SDM Kesehatan? Apa itu Informasi SDM Kesehatan? Apa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sarana pelayanan kesehatan (Sjamsuhidajat & Alwy, 2006).

BAB II LANDASAN TEORI. sarana pelayanan kesehatan (Sjamsuhidajat & Alwy, 2006). 2.1 Rekam Medis BAB II LANDASAN TEORI Dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS(SIMPUS)

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS(SIMPUS) PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS(SIMPUS) sutanto@uns.ac.id I. Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang termaktuf dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Saat ini pelayanan kesehatan di Indonesia dianggap masih sektoral dan belum terintegrasi dengan baik. Masing-masing pusat layanan kesehatan bergerak dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR Penelitian Dosen Pemula

LAPORAN AKHIR Penelitian Dosen Pemula LAPORAN AKHIR Penelitian Dosen Pemula ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SIKDA GENERIK DI KOTA SURAKARTA Sri Wahyuningsih Nugraheni, S. KM., M. Kes NIDN 0601058403 AKADEMI PEREKAM MEDIK DAN INFORMATIKA KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit Gigi. dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat 1, RSGM adalah sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit Gigi. dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat 1, RSGM adalah sarana pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses Pengumpulan Data Kesehatan Mengelola sebuah organisasi berarti mengelola sumberdaya yang ada dalam organisasi tersebut. Selain sumberdaya yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, kini menjadi semakin diperlukannya kebutuhan akan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, kini menjadi semakin diperlukannya kebutuhan akan suatu sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi yang pesat di era globalisasi, kini menjadi semakin diperlukannya kebutuhan akan suatu sistem informasi data yang cepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah menjangkau aktivitas manusia baik secara individual maupun organisasional. Teknologi informasi telah bertransformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini menuntut kita untuk aktif dan inovatif dalam menemukan hal-hal baru dalam bidang teknologi dan informasi. Salah satu perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu dari 6 (enam) building blocks Sistem Kesehatan. Peran SIK untuk mengumpulkan, menganalisa dan menyebarkan data

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. Secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk melayani dengan cepat dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk melayani dengan cepat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia saat ini sudah memasuki era globalisasi. Setiap aspek kehidupan dituntut untuk bekerja dengan cepat dan tepat. Begitu juga dengan dunia kesehatan, sebagai salah

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PADA

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menghasilkan informasi-informasi yang sesuai dengan kebutuhan administrasi

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menghasilkan informasi-informasi yang sesuai dengan kebutuhan administrasi BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi dan evaluasi adalah tahap mengimplementasikan analisis dan perancangan yang telah dibuat agar dapat melakukan proses rekam medis dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT AISYIYAH MUHAMMADIYAH PADANG MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT AISYIYAH MUHAMMADIYAH PADANG MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT AISYIYAH MUHAMMADIYAH PADANG MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL Meriza Firdayanti 0810452018 Pembimbing : Deddy Prayama, M.ISD dan Tati Erlina,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS di KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014

EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS di KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS di KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 Agus Haryanto Departemen Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan yang semakin luas dan kompleks perlu ditingkatkan dengan memantapkan dan mengembangkan pelayanan kesehatan sesuai dengan penetapan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan salah satu media atau sarana pelayanan kesehatan yang dibangun agar dapat memberikan pengobatan kepada masyarakat dengan tujuan agar dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang serupa menggunakan sistem pelayanan bisinis secara online.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang serupa menggunakan sistem pelayanan bisinis secara online. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dibidang informasi mendorong setiap instansi atau perusahaan untuk tetap mengikuti perkembangannya, terutama berkenaan dengan perkembangan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan data dan penyebaran informasi menjadi kurang efektif dan efisien, apabila sumber informasi dalam bentuk kertas yang statis atau mengandalkan daya ingat

Lebih terperinci

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tujuan sistem perencanaan pembangunan adalah untuk mendukung koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penelitian serta mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis.

BAB I PENDAHULUAN. dan penelitian serta mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk. memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk. memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 87 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Puskesmas 3.1.1 Sejarah Puskesmas Puskesmas Kecamatan Penjaringan berdiri tahun 1992 yang terletak di Jalan Raya Teluk Gong No. 2, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEGAWAI

SISTEM INFORMASI PEGAWAI SISTEM INFORMASI PEGAWAI PROPOSAL CELEBES MEDIA TECHNOLOGY PROPOSAL SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN LATAR BELAKANG Sesuai dengan perkembangan tehnologi kebutuhan akan informasi kepegawaian yang cepat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pelayanan publik dewasa ini semakin mendapat tekanan dari

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pelayanan publik dewasa ini semakin mendapat tekanan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi pelayanan publik dewasa ini semakin mendapat tekanan dari berbagai pihak di kalangan masyarakat. Tuntutan masyarakat semakin tinggi sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Bandung dalam melakukan. manual yaitu dengan menggunakan dokumen. Hal ini mengakibatkan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Bandung dalam melakukan. manual yaitu dengan menggunakan dokumen. Hal ini mengakibatkan layanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Bandung dalam melakukan pengolahan data dan informasi pasien sampai saat ini masih menggunakan sistem manual yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit umum daerah di provinsi Jawa Timur merupakan salah satu rumah sakit yang cukup besar di wilayah Jawa Timur. Sebagian besar masyarakat yang menjadi pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia, Puskesmas perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM INFORMASI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM INFORMASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM INFORMASI BAGIAN INFORMASI BIRO INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NU SURABAYA 2015 1 UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA KAMPUS A JL. SMEA NO. 57 SURABAYA (031)

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA PASIEN DI PUSKESMAS KETABANG SURABAYA. Rinny Yulyani

SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA PASIEN DI PUSKESMAS KETABANG SURABAYA. Rinny Yulyani SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA PASIEN DI PUSKESMAS KETABANG SURABAYA Rinny Yulyani Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama SURABAYA Dengan perkembangan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1 menyatakan: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Pasal 1 1. Rumah Sakit

Lebih terperinci

PELATIHAN KELUARGA SEHAT APLIKASI KELUARGA SEHAT. Pusdatin Kemenkes RI

PELATIHAN KELUARGA SEHAT APLIKASI KELUARGA SEHAT. Pusdatin Kemenkes RI PELATIHAN KELUARGA SEHAT APLIKASI KELUARGA SEHAT Pusdatin Kemenkes RI Aplikasi Keluarga Sehat Merupakan bentuk dukungan teknologi informasi terhadap proses pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DENGAN

Lebih terperinci

Daftar Isi 1. PENDAHULUAN PENGGUNA APLIKASI SITEMAP ALUR PROSES MENU APLIKASI... 19

Daftar Isi 1. PENDAHULUAN PENGGUNA APLIKASI SITEMAP ALUR PROSES MENU APLIKASI... 19 Daftar Isi 1. PENDAHULUAN... 5 1.1. Tombol, Notasi dan Fungsi... 5 1.2. User Login Aplikasi... 8 2. PENGGUNA APLIKASI... 9 3. SITEMAP... 11 4. ALUR PROSES... 15 4.1. Alur Proses Obat dan Vaksin... 16 4.2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi menurut Hendi Haryadi dalam bukunya Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi menurut Hendi Haryadi dalam bukunya Administrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Administrasi menurut Hendi Haryadi dalam bukunya Administrasi Perkantoran untuk Manajer & Staf (2009:1) adalah memiliki arti kegiatan penyusunan dan pencatatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen INSTITUT PERTANIAN BOGOR Program Keahlian Manajemen Informatika ORGANISASI DAN SISTEM INFORMASI Sks 4(2-2) Pokok Bahasan Pelembagaan Sistem Informasi dan Penanganan Sistem Informasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH Oleh : Dhoni Yohanes, Septia Lutfi 1) 1) Program Studi Sistem Informasi, Stmik

Lebih terperinci