HEALTH METRICS NETWORK (HMN) SYSTEM. Dosen Pengampu : dr. Mahalul Azam M.Kes. Disusun Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HEALTH METRICS NETWORK (HMN) SYSTEM. Dosen Pengampu : dr. Mahalul Azam M.Kes. Disusun Oleh :"

Transkripsi

1 HEALTH METRICS NETWORK (HMN) SYSTEM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sistem Informasi Kesehatan Dosen Pengampu : dr. Mahalul Azam M.Kes Disusun Oleh : Sri Nur Oktafia Ningsih ( ) Yoga Reynastu ( ) Joana Prawesty Fazhya ( ) Diah Wahyu Nofianti ( ) Khamilatur Rizqi ( ) Rombel :2 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang tepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya karena merupakan sumber utama dalam pengambilan kebijakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kondisi positif yang akan sangat mendukung berkembangnya sistem informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan dikatakan efektif apabila memberikan dukungan informasi sebagai proses pengambilan keputusan di segala jenjang. Di Indonesia sistem informasi kesehatan dapat ditemukan dalam segal bidang. Sistem Informasi Kesehatan juga terbagi menjadi beberapa tingkatan, seperti tingkat pelayanan kesehatan dasar, kabupaten/kota dan nasional. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan sebuah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/MEKES/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional, mengingat pentingnya sebuah sistem informasi. Evaluasi mengenai sistem informasi kesehatan bisa dilakukan dengan menggunakan perangkat Health Metrics Network (HMN) yang dibuat oleh NetworkWorld Health Organization (WHO). HMN meliputi 6 komponen utama SIK yaitu sumber daya, indikator, manajemen data, sumber data, produk informasi, dan disemnasi dan penggunaan informasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian dan tujuan dari Health Metrics Network (HMN)? 2. Bagaimana kerangka teori Health Metrics Network (HMN)? 3. Bagaimana fase sistem informasi kesehatan? 4. Bagaimana penerapan dari Health Metrics Network (HMN)?

3 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari Health Metrics Network (HMN)? 2. Untuk mengetahui kerangka teori Health Metrics Network (HMN)? 3. Untuk mengetahui fase sistem informasi kesehatan? 4. Untuk mengetahui penerapan dari Health Metrics Network (HMN)

4 BAB II ISI 2.1 Pengertian dan Tujuan Health Metrics Network (HMN) Salah satu standar penilaian sistem informasi kesehatan adalah Health Metrics Network (HMN). Health Metrics Network (HMN) merupakan upaya pertama untuk mengembangkan penyatuan kerangka yang memfasilitasi efisiensi koordinasi dan aksi bersama dari semua subsistem dalam sistem informasi kesehatan. Health Metrics Network (HMN) akan mencapai tiga tujuan, yaitu: 1. Untuk mengembangkan harmonisasi dan kerangka Health Metrics Network (HMN) untuk mengembangkan sistem informasi kesehatan dari sebuah negara. 2. Untuk mendukung Negara berkembang dalam mengadaptasi dan mengaplikasikan rekomendasi dan standar yang terkandung dalam kerangka Health Metrics Network (HMN) untuk meningkatkan sistem informasi kesehatan dan meyediakan dukungan teknis dan sebagai percepatan dalam pengamanan pendanaan sampai akhir. 3. Untuk meningkatkan kualitas, nilai dan kegunaan dari informasi kesehatan dengan mengembangkan kebijakan dan menawarkan intensif untuk meningkatkan penyebaran dan penggunaan data dengan konsentrasi pada tingkat lokal, regional dan global. 2.2 Kerangka Teori Health Metrics Network (HMN) WHO telah mengeluarkan sebah kerangka teori sebagai pedoman khususnya bagi negara berkembang untuk dapat meningkatkan pelaksanaan sistem informasi kesehatan. Bagian dari kerangka Health Metrics Network (HMN) menggambarkan enam komponen sistem informasi kesehatan dan setiap standar yang dibutuhkan. Nilai yang jelas mendefinisikan bagaimana peraturan sistem informasi kesehatan dan bagaimana komponen dalam sistem tersebut berinteraksi antara satu dengan yang

5 lainnya untuk dapat menghasilkan informasi yang lebih baik untuk kesehatan yang lebih baik. Dalam enam komponen itu, sistem informasi kesehatan terbagi lagi menjadi input, proses dan output. Input menunjukkan pada sumber daya dimana proses berhubungan pada bagaimana indikator dan sumber data dipilih dan dikumpulkan dan mengelola. Output berhubungan dengan produksi, diseminasi, dan penggunaan informasi. Berikut ini adalah enam komponen dari sistem informasi kesehatan: a. Input 1. Sumber daya sistem informasi kesehatan, dalam hal ini termasuk undangundang, peraturan dan kerangka kerja perencanaan yang diperlukan untuk memastikan informasi kesehatan yang berfungsi secara menyeluruh, dan sumber daya yang merupakan prasyarat untuk suatu sistem sehingga sistem dapat berfungsi. Sumber daya tersebut meliputi personil, pembiayaan, dukungan logistik, informasi dan teknologi komunikasi (ICT), dan mekanisme koordinasi di dalam dan antar enam komponen. b. Proses 2. Indikator, merupakan basis dari perencanaan da strategi informasi kesehatan. Indikator meliputi pengaruh dari kesehatan, input sistem kesehatan, output dan dampak dan status kesehatan. 3. Sumber data, terbagi menjadi dua kategori utama: a. Data berbasis populasi (sensus, pencatata sipil, dan survei populasi) b. Data berbasis lembaga (catatan individu, catatan layanan dan catatan sumber daya). Perlu dicatat bahwa sejumlah pendekatan pengumpulan data dan sumber lainnya ada yang tidak cocok dengan salah satu kategori utama diatas, tetapi dapat memberikan informasi penting yang mungkin tidak tersedia di tempat lain. Dalam hal ini termasuk survei kesehatan, penelitian, dan informasi yang dihasilkan oleh organisasi berbasis masyarakat.

6 4. Manajemen data, ini mencakup semua aspek penanganan data dari pengumpulan, penyimpanan, jaminan kualitas dan aliran, untuk pengolahan, kompilasi dan analisis. Persyaratan spesifik ditentukan untuk perioditas dan ketepatan waktu seperti dalam kasus surveilans penyakit. c. Output 5. Produk informasi, data harus diubah menjadi informasi yang akan menjadi bukti dasar dan pengetahuan untuk membentuk aksi kesehatan. 6. Penyebaran dan penggunaan, nilai informasi kesehatan dapat mempermudah para pengambil keputusan dalam membuat kebijakan. Kerangka teori secara detail dapat dilihat sebagai berikut: Komponen dan Standar Sistem Informasi Kesehatan Sumber Daya Indikator Sumber Data Manajemen Data Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Prinsip Proses: (a) Kepemimpinan, Koordinasi dan Penilaian, (b) Penetapan Prioritas dan Perncanaan, (c) Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Peralatan Produk Informasi Diseminasi dan Penggunaan Informasi Tujuan HMN: Meningkatkan ketersediaan, aksebilitas, kualitas dan penggunaan informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan di tingkat negara dan global.

7 Dalam kerangka tersebut, sistem informasi memiliki enam komponen diantaranya adalah sumber daya, indikator, manajemen data, sumber data, produk informasi, dan disemnasi dan penggunaan informasi. Untuk dapat meningkatkan kinerja sistem informasi kesehatan maka harus melewati beberapa proses diantaranya adalah kepemimpinan, koordinasi dan penilaian, penetapan prioritas dan perencanaan dan pelaksanaan sistem informasi kesehatan. 2.3 Fase Sistem Infomasi Kesehatan Peningkatan kualitas sistem informasi di sebuah Negara menjadi sebuah hal yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi yang baik. Oleh karena itu WHO membuat sebuah kerangka atau fase untuk dapat meningkatkan sistem informasi di sebuah Negara. Berikut ini fase dalam peningkatan fase sistem informasi di sebuah negara: 1. Fase 1, Kepemimpinan, Koordinasi, Dan Penilaian, merupakan langkah pertama dalam melaksanakan penguatan sistem informasi kesehatan melalui menjamin keterlibatan dan mendukung oleh berbagai stakeholders. Proses penilaian memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk berkolaborasi antar disiplin dalam memberikan pemahaman bersama pada konsep, keuntungan dan kapasitas khusus pada sistem informasi kesehatan di sebuah Negara. 2. Fase 2, Membuat Prioritas Dan Rencana. Membangun alat perencanaan dengan melibatkan stakeholders yang mempunyai visi untuk membuat perencanaan dan keputusan berbasis fakta. 3. Fase 3, Implementasi Dari Kegiatan Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Termasuk Membahas Kemampuan Teknologi Informasi Dalam Kebijakan, sumber daya manusia dan proses yang membuat akses dapat ditindaklanjuti dalam sistem informasi kesehatan sebuah Negara. Dari ketiga fase tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila ingin meningkatkan sistem informasi kesehatan di sebuah Negara maka harus dilakukan

8 penilaian terlebih dahulu terhadap sistem informasi kesehatan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam tindakan selanjutnya. 2.4 Penerapan Dari Health Metrics Network (HMN) Salah satu standar penilaian system informasi kesehatan adalah HMN yang dikeluarkan oleh WHO, penilaian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan melakukan survei kebutuhan SIK dilapangan serta wawancara kepada setiap tim data dan informasi kesehatan kabupaten/kota di Sulawesi Selatan dengan menggunakan metode penilaian Health Metric Network (HMN). Tujuan dari survei tersebut yaitu untuk menganalisis kebutuhan pengembangan SIKDA secara komprehensif dari segi potensi, infrastruktur, penerapan, serta berbagai komponen subsistem SIKDA di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil yang diperoleh yaitu, sebagai berikut: Gbr. 1 Gambaran Umum SIK di Sulawesi Selatan Tahun 2010 Komponen SIK Sulawesi Selatan yang dinilai HMN, yaitu 1)sumber daya yang terdiri dari kebijakan, perencanaan, unit pengelola, SDM, infrastruktur dan pembiayaan SIK dengan nilai (ada tapi tidak memadai); 2)Indikator yang mencakup semua kategori indikator determinan kesehatan, input, output, outcome dari sistem kesehatan dan status kesehatan dengan nilai (cukup memadai); 3)Sumber data yang terdiri dari statistik vital,

9 pencatatan kesehatan dan penyakit, pencatatan pelayanan kesehatan, dan pencatatan administrasi dengan nilai (ada tetapi belum memadai); 4)Data manajemen yang memuat data warehouse dan kodefikasi dengan nilai cukup memadai; 5)Produk informasi yang memuat data kunjungan dan data cakupan dengan nilai belum memadai; 6)Diseminasi dan pemanfaatan cukup memadai. Kondisi SIK Sulawesi Selatan secara menyeluruh dapat dilihat pada gambar 1, yaitu: 1. Sumber Daya Komponen sumber daya SIK di Sulawesi Selatan secara umum mendapat nilai 57% (cukup memadai). Hal ini didukung oleh sub komponen ketersedian infrastruktur (82%) yang hampir sudah merata dengan bantuan pembiayaan dari proyek DHS2 antara tahun , namun pada sub komponen institusi pengelola, SDM dan pembiayaan mendapat nilai hanya 48% (tidak memadai, sedang nilai terendah pada sub komponen kebijakan yaitu hanya 27%. Hal tersebut terjadi karena belum adanya dokumen rencana induk pengembangan SIK secara terpadu dan berkesinambungan di kabupaten/ kota, hasil penilaian secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Hasil Penilaian Komponen Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan di Sulawesi Selatan Tahun 2010 a. Kebijakan dan Perencanaan Pengembangan SIK semestinya mengacu pada dokumen rencana induk pengembangan (master plan) SIK, tetapi di Provinsi Sulawesi Selatan hanya 9% Dinas Kesehatan Kab/kota yang memiliki dokumen rencana induk pengembangan SIK, sedangkan 91% lainnya belum memiliki dokumen rencana induk pengembangan SIK. Rata-rata responden menjawab bahwa pelaksanaan pengembangan SIKDA itu terlaksana, namun tidak memiliki dokumen rencana induk pengembangan.

10 Sebesar 9% responden menjawab bahwa kebijakan SIK secara tertulis merupakan rencana strategis SIK untuk mempromosikan penggunaan data/ informasi di semua sistem kesehatan, 64% responden mengatakan tidak ada kebijakan dalam mempromosikan budaya menggunakan data/informasi, namun ada diskusi-diskusi tentang hal ini, sedangkan 27 % lainnya mengatakan tidak ada kebijakan atau diskusidiskusi dalam hal promosi budaya menggunakan data/informasi. b. Unit Pengelola, SDM dan Pembiayaan SIK Unit pengelola SIK pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan berada di bawah Subag Program, yang berfungsi sebagai sekretariat data dan informasi yang mengkoordinasikan Kelompok Kerja (POKJA) data dan informasi kesehatan yang ada pada seluruh seksi dan UPTD. Sedangkan pada tingkat kabupaten/ kota di Provinsi Sulawesi Selatan hanya 9% yang mempunyai unit struktural dengan sumber daya yang memadai, 18% yang memiliki unit struktur tapi sumber daya yang memadai, 18 % yang memiliki unit struktural yang menjalankan fungsi terbatas, namun tetap menjalankan fungsi penguatan SIK, dan 45% yang tidak memiliki unit struktural. Kondisi ketersediaan tenaga pengelola SIK di Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya belum fokus karena pada umumnya memiliki tugas rangkap. Sedangkan dari dari kualitas masih belum memadai karena masih minimnya tenaga yang berlatar belakang pendidikan yang terkait dengan sistem informasi. Hal ini terkait dengan biaya pengembangan tenaga yang sangat terbatas. c. Infrastruktur SIK Ketersedian infrastruktur khusus untuk pengelolaan SIK di Sulawesi Selatan pada umumnya sudah merata, namun ditinjau dari segi jumlah yang dibutuhkan masih belum sesuai dengan kebutuhan. Di tingkat provinsi, pada sekretariat data dan informasi kesehatan dilengkapi dengan server bank data yang dihubungkan dengan komputer workstation pada masingmasing bidang di lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu dilengkapi dengan fasilitas wifi. Sedangkan di tingkat kabupaten/ kota, rata-rata dilengkapi satu sampai dua komputer untuk pengelolaan SIK. Rata-rata puskesmas telah dilengkapi dengan fasilitas komputer, tetapi puskesmas yang memiliki 5 komputer

11 dilengkapi dengan jaringan (LAN) sebanyak 39 puskesmas dari 413 puskesmas yang ada. Pencatatan rekam medis dengan menggunakan software (yang aktif) sekitar 21 puskesmas. Satu puskesmas menggunakan software versi Kab. Ngawi, 5 Puskesmas menggunakan software versi Sisfomedika (UGM), 14 Puskesmas menggunakan software versi Simpus (UNHAS), dan 3 puskesmas menggunakan software versi Infokes, selebihnya menggunakan pencatatan manual dengan menggunakan excel. d. Pembiayaan SIK Pembiayaan SIK di tingkat provinsi masih banyak mengharapkan dari APBN. Proporsi pembiayaan SIK pertahun 75% dari APBN, 12,5% dari APBD dan 12,5% dari BLN atau 0,8% dari anggaran bidang kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan pembiayaan SIK di kabupaten/ kota di Sulawesi Selatan masih sangat rendah. Berdasarkan hasil survey kebutuhan SIK, hanya 18% kabupaten/ kota yang selalu menganggarkan untuk pengelolaan SIK, dan 82% kabupaten/kota lainnya tidak menganggarkan secara rutin untuk kegiatan pengelolaan SIK. 2. Indikator SIK Indikator minimal telah ditentukan untuk daerah mencakup semua kategori indikator (determinan kesehatan; input, output, outcome dari sistem kesehatan; dan status kesehatan) secara umum nilainya 71% (sudah memadai). Penilaian secara terinci sebanyak 45% indikator minimal telah ditentukan untuk daerah yang mencakup semua kategori, 36% indikator minimal telah ditentukan untuk daerah tetapi belum mencakup semua kategori, dan 18% diskusi sedang berjalan untuk menentukan indikator minimal di daerah. Hasil secara umum dapat dilihat pada tabel 2. Tabel.2 Hasil Penilaian Indikator SIK di Sulawesi Selatan tahun 2010

12 3. Sumber Data Sumber data kesehatan dapat diperoleh dari statistik vital, pencatatan kesehatan dan penyakit, pencatatan pelayanan kesehatan, dan pencatatan administrasi. Sedangkan metode sensus dan survey data dasar penduduk tidak dilakukan di bidang kesehatan, secara detail dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3 Hasil Penilaian Sumber Data di Sulawesi Selatan Tahun 2010 a. Statistik Vital Informasi dari statistik vital (VR)/sistem registrasi sampel (SRS)/sistem surveilans kependudukan (DSS) mengenai (1) angka kematian dan (2) penyebab kematian ada tetapi tidak memadai karena tidak dilaksanakan secara menyeluruh, melainkan hanya dilaksanakan berdasarkan fasilitas base. b. Pencatatan Kesehatan dan Penyakit Pencatatan kesehatan dan penyakit sudah cukup memadai, yaitu kapasitas dan pelaksanaan sangat memadai, tetapi isinya belum sesuai yang diharapkan serta diseminasi, integrasi dan pemanfaatan data ada tetapi tidak memadai. c. Pencatatan Pelayanan Kesehatan Pencatatan pelayanan kesehatan sudah cukup memadai, yaitu kapasitas dan pelaksanaan, serta isi, integrasi dan pemanfaatan data sudah memadai, serta diseminasi yang sudah sangat memadai.

13 d. Pencatatan Administrasi Pencatatan administrasi mencakup database/ pemetaan infrastruktur pelayanan kesehatan, database mengenai sumber daya manusia, informasi pembiayaan di bidang pelayanan kesehatan, dan database peralatan, persediaan dan komoditi. Sub komponen ini berdasarkan tool HMN dapat dikatakan bahwa pencatatn administrasi SIK di Sulawesi Selatan ada tetapi tidak memadai. Hasil penilaian sumber data berdasarkan sub komponen statistik vital, pencatatan penyakit, pencatatan pelayanan kesehatan, serta administrasi dapat dilihat pada gambar 2 berikut. Gambar 2. Grafik Hasil Penilaian Sub Komponen Sumber Data di Sulawesi Selatan Tahun Manajemen Data Manajemen data yang dinilai yaitu pengelolaan data di kabupaten/ kota terutama mengenai data warehouse (data yang terhimpun di suatu bank data) yang memiliki fasilitas pelaporan yang dapat diakses oleh berbagai kalangan, serta tersedianya kodefikasi untuk fasilitas kesehatan. Hasil penilaian yang dapat dikeluarkan dari tool HMN yaitu manajemen data di kabupaten/ kota sudah memadai, 36% terdapat data warehouse di daerah yang memiliki fasilitas pelaporan yang mudah digunakan dan dapat diakses oleh propinsi dan

14 kab/kota, 18% terdapat data warehouse di daerah, namun hanya memiliki fasilitas pelaporan yang terbatas, 9% terdapat data warehouse di daerah, namun tidak memiliki fasilitas pelaporan, namun masih ada 36% yang tidak ada data warehouse di daerah. Secara umum tentang penilaian manajemen data yang dikeluarkan dengan menggunakan tool HMN dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Hasil Penilaian Manajemen Data di Sulawesi Selatan Tahun Produk Informasi Komponen produk informasi yang termasuk dinilai pada tool HMN antara lain tentang metode yang digunakan dalam pengumpulan dan validasi data, ketepatan waktu, konsistensi waktu pelaporan, data terkini yang mencakup data fasilitas pemerintah dan swasta, keterwakilan/kesesuaian, rekapan, dan metode estimasi. Hasil penilaian produk informasi elemen yang digunakan untuk menilai indikator, dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Grafik Hasil penilaian produk informasi berdasarkan elemen untuk menilai produk informasi kesehatan di Sulawesi Selatan Tahun 2010.

15 Pada gambar 3 dapat dijelaskan bahwa produk informasi berdasarkan elemen untuk menilai indikator, antara lain metode pengumpulan data, ketepatan waktu, waktu pelaporan, data terkini yang mencakup data fasilitas pemerintah dan swasta, keterwakilan/kesesuaian dan rekapan data pada posisi nilai ada tetapi tidak memadai (artinya metode pengumpulan data belum tepat, data belum tepat waktu, masa pelaporan yang terlambat setahun dan data belum up to date). Berbeda pada elemen konsisten waktu dan estimasi dengan nilai tidak memadai, artinya waktu pelaporan tidak konsisten serta estimasi tidak dilakukan. Berdasarkan gambar 4 dapat dijelaskan produk informasi pada indikator kelahiran dan faktor kesehatan yang berisiko sudah memadai. Hal ini dapat tercapai karena banyak berhubungan dengan keterlibatan pelayanan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan pada indikator kematian dan sistem kesehatan masih belum memadai. Pada indikator kematian yang tersajikan hanya terlaporkan pada fasilitas kesehatan, begitupun produk yang berhubungan dengan sistem kesehatan, banyak kehilangan informasi dari sektor terkait termasuk swasta. Gambar 4. Grafik hasil penilaian produk informasi berdasarkan indikator yang dinilai di Sulawesi Selatan Tahun 2010

16 Penilaian produk informasi secara keseluruhan berdasarkan hubungan antara elemen yang digunakan untuk menilai indikator dengan indikator yang dinilai masih mendapat nilai belum memadai. Untuk lebih rinci tentang elemen untuk menilai indikator dan indikatornya sendiri dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Hasil Penilaian Produk Informasi di Sulawesi Selatan Tahun Diseminasi Dan Penggunaan Diseminasi dan penggunaan informasi untuk analisis dan penggunaan informasi, untuk pengambilan kebijakan dan advokasi, untuk alokasi sumber daya dan implementasi sudah cukup memadai, hanya untuk perencanaan dan skala prioritas yang masih belum memadai karena terkait dengan masa berlakunya informasi yang disajikan. Secara jelas dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Hasil Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Data di Sulawesi Selatan Tahun 2010

17 Jadi diketahui manfaat penilaian sistem informasi kesehatan dengan menggunakan HMN di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan yaitu dapat mengetahui permasalahan dan rencana tindak lanjut untuk memperbaiki permasalahan sistem informasi kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Rencana tindak lanjut pengembangan SIKDA seperti berikut : 1. Sumber Daya SIK a. Menyusun dan menfasilitasi rencana induk pengembangan SIKDA di tingkat provinsi dan kabupaten/kota b. Rakoor rutin capaian data per bulan c. Sertifikasi SDM pengelola SIKDA di provinsi dan kabupaten/kota dengan mengajukan usulan anggaran pada GTZ d. 2. Pengembangan kabupaten binaan pada kabupaten/ kota Sumber Data a. Survey data kematian dan penyakit penyebabnya melalui peran bidan desa b. Pengembangan software generik yang dikembangkan oleh Pusdasure, GTZ dan UGM di kabupaten/ kota. c. Pengembangan integrasi pencatatan pelayanan kesehatan ke semua unit kesehatan dan sektor terkait 3. Manajemen Data a. Melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan pengelolaan data warehouse di kabupaten kota. b. Melakukan pemutakhiran data c. Penyesuaian standarisasi dan kodefikasi dari pusat, provinsi dan kabupaten/kota 4. Produk Informasi a. Merobah metode pengumpulan data dari manual menjadi elektronik individu record. b. Peningkatan kualitas dan kuantitas publikasi informasi kesehatan c. Meningkatkan aliran informasi pada seluruh bidang kesehatan dan LS terkait.

18 5. Diseminasi dan Penggunaan a. Workshop desain penyajian informasi b. Diseminasi informasi ke LP/LS c. Mendesain pojok informasi pada pintu masuk Dinkes Prov. Sulsel. d. Sosialisasi pojok informasi ke Dinkes kabupaten/ kota. e. Workshop pemanfaataan data dalam penyusunan perencanaan dan pengambilan kebijakan.

19 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Health Metrics Network (HMN) merupakan upaya pertama untuk mengembangkan penyatuan kerangka yang memfasilitasi efisiensi koordinasi dan aksi bersama dari semua subsistem dalam sistem informasi kesehatan. Tujuan HMN yaitu meningkatkan ketersediaan, aksebilitas, kualitas dan penggunaan informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan di tingkat negara dan global. Sistem informasi memiliki enam komponen diantaranya adalah sumber daya, indikator, manajemen data, sumber data, produk informasi, dan disemnasi dan penggunaan informasi. Untuk dapat meningkatkan kinerja sistem informasi kesehatan maka harus melewati beberapa proses diantaranya adalah kepemimpinan, koordinasi dan penilaian, penetapan prioritas dan perencanaan dan pelaksanaan sistem informasi kesehatan. Terdapat tiga fase untuk dapat meningkatkan sistem informasi di sebuah Negara. Fase 1 yaitu kepemimpinan, koordinasi, dan penilaian. Fase 2 yaitu membuat prioritas dan rencana. Dan fase 3 yaitu implementasi dari kegiatan penguatan sistem informasi kesehatan termasuk membahas kemampuan teknologi informasi dalam kebijakan.

20 REFERENSI Bawardi, Fuad Pengembangan Sistem Informasi Program Kesehatan Lanjut Usia Di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Tahun Tesis. UI Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Laporan Hasil Need Assessment Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Di Provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan: Makasar Nurmansyah, Mochamad Iqbal Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi Di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sumariani, Endang Sri Analisis Kebutuhan Perencanaan Sistem Informasi Kesehatan Pada Bidang Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Skripsi. UMS World Health Organization Health Metrics Network Stengthrning Country Health Information Systems: Assesment And Monitoring Tool Version WHO: Geneva

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku Design and

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku Design and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku Design and implementation of health information system Geneva (2000), adalah suatu sistem informasi kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN manajemen upaya kesehatan manajemen kesehatan

BAB I PENDAHULUAN manajemen upaya kesehatan manajemen kesehatan BAB I PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen

Lebih terperinci

Dr. dr. H. Bachtiar Baso, M.Kes. Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Dr. dr. H. Bachtiar Baso, M.Kes. Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Penilaian Kapasitas Sistem Informasi Kesehatan Dr. dr. H. Bachtiar Baso, M.Kes. Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Pada Pertemuan Pemutakhiran Data Tanggal 3-6 April 2018 di Hotel Grand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan sumberdaya organisasi yang sangat penting untuk dikelola, meliputi data dan informasi, perangkat keras, perangkat lunak, dan tenaga. Operasional

Lebih terperinci

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP SUMBER DATA SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP PENDAHULUAN Jaringan SIKNAS sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi kesehatan elektronik dikelola oleh Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu wilayah tertentu. Lingkup pelayanan yang begitu luas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak dua puluh tahun terakhir, dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak dua puluh tahun terakhir, dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi khususnya di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak dua puluh tahun terakhir, dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi khususnya di bidang kesehatan telah dikembangkan dan diterapkan berbagai bentuk

Lebih terperinci

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Pelatihan Data Prioritas dan SP2TP/SIKDA Prov Jawa Timur Pusat Data dan Informasi 2016 Pokok Bahasan Gambaran Masalah SIK Kebijakan Satu

Lebih terperinci

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional, pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN JAKARTA, APRIL 2018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN JAKARTA, APRIL 2018 KEMENTERIAN SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA JAKARTA, APRIL 2018 KEMENTERIAN Apa itu Informasi Kesehatan? Apa itu SDM Kesehatan? Apa itu Informasi SDM Kesehatan? Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi di sektor kesehatan yang sedang menjadi trend global adalah Rekam Medis Elektronik (RME). RME merupakan sub sistem informasi kesehatan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Dicabut dengan Perwal Nomor 88 Tahun 2013 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN KEBERSIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online (SIKNAS Online) agar komunikasi data antara pusat dan daerah menjadi

Lebih terperinci

Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan. Pusat Data dan Informasi 2017

Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan. Pusat Data dan Informasi 2017 Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan Pusat Data dan Informasi 2017 Isi paparan Landasan Hukum Produk Informasi Kesehatan Sumber Data Situasi Sistem Informasi Saat ini Fokus Penguatan SIK Tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia, Puskesmas perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

Integrasi Sistem Informasi Kesehatan

Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Integrasi Sistem SIK

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017/2018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL Mata kuliah : Sistem Kode MK : KMS 231 Mata kuliah prasyarat : -- Bobot

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Per/M.KUKM/VI/2016 TENTANG PENDATAAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi fokus dunia internasional. Dengan masuknya TB sebagai salah satu indikator MDGs (Millenium

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita panjatkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya, kita dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem informasi adalah suatu tatanan untuk membantu mengambil keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah alat untuk mendukung

Lebih terperinci

2. Sub Bidang Pengembangan SDM Penyuluh. g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Sub Bidang Pengembangan SDM Penyuluh. g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XXXII BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 633 Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Sekretaris, membawahkan:

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun lingkungannya, karena sebagian besar masyarakat masih tergantung

Lebih terperinci

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Plt. Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN

Lebih terperinci

Pengembangan TIK Sistem Informasi Kesehatan

Pengembangan TIK Sistem Informasi Kesehatan Pengembangan TIK Sistem Informasi Kesehatan Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Pengembangan Infastruktur Perangkat Keras dan Jaringan

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan Deskripsi: Grand design sistem informasi kesehatan berorientasi pada kualifikasi produk yang diharapkan, ditinjau dari kebutuhan kinerja dan spesifikasinya serta strategi tata kelolanya. 1. Dimensi Grand

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Kesehatan

Pengantar Sistem Informasi Kesehatan Pengantar Sistem Informasi Kesehatan Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENGERTIAN SIK SIK adalah suatu

Lebih terperinci

PERMASALAHAN INSTRUMEN YG BERBEDA DIBERBAGAI JENJANG -PENGUMPULAN DATA REDUNDANT -DATA BELUM DI-SHARE

PERMASALAHAN INSTRUMEN YG BERBEDA DIBERBAGAI JENJANG -PENGUMPULAN DATA REDUNDANT -DATA BELUM DI-SHARE -PENGELOLAAN DATA INFO BELUM TERKOORDINIR -OVERLAP KEGIATAN & PENGELOLAAN DATA PERMASALAHAN INSTRUMEN YG BERBEDA DIBERBAGAI JENJANG -PENGUMPULAN DATA REDUNDANT -DATA BELUM DI-SHARE Deteksi dini Monitoring

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

109 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

109 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes PENDAHULUAN EVALUASI PROGRAM AUDIT MATERNAL PERINATAL (AMP) DI KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH Mohamad Anis Fahmi (Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri) ABSTRAK Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI 6.1 GAMBARAN UMUM STRUKTUR PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan bagian pengendalian yang tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi suatu organisasi yang melaksanakan prinsip - prinsip manajemen modern. Data dan informasi

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi 1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Input a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi di Kota Bengkulu yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp. 239.990.000,00 (proporsi 0,64%)

Lebih terperinci

Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Barat Batam, 4-7 Maret 2015

Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Barat Batam, 4-7 Maret 2015 Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Barat Batam, 4-7 Maret 2015 NO ISU/ MASALAH SOLUSI RENCANA AKSI 2015 A PERENCANAAN 1 Kurangnya nakes dari segi jumlah, jenis, persebaran, dan kompetensi Penyusunan

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan dapat mempermudah

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : Bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN Tentang:

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN Tentang: PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 Tentang: @pddikti forlap.ristekdikti.go.id Pusat Data dan Informasi Iptek Dikti Kemristekdikti OUTLINE 01

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PANGKALAN DATA PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PANGKALAN DATA PENDIDIKAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PANGKALAN DATA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MATRIK TARGET KINERJA RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

MATRIK TARGET KINERJA RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN SEKRETARIAT JENDERAL BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN BIRO KEUANGAN & BMN LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN MOR HK.01.07/MENKES/422/2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015-2019

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian simpulan berisi simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan yang semakin luas dan kompleks perlu ditingkatkan dengan memantapkan dan mengembangkan pelayanan kesehatan sesuai dengan penetapan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) 2015 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN 2015

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) 2015 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN 2015 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) 2015 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN 2015 2.1 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2015 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN 2015

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

RANCANGAN KESEPAKATAN

RANCANGAN KESEPAKATAN RANCANGAN KESEPAKATAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS TAHUN 2007 SURABAYA, 28 31 MEI 2007 DC 1 DASAR KESEPAKATAN UU KESEHATAN NO.23 TH 1992 UU DESENTRALISASI DAN OTODA NO.22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesejahteraan penduduk disuatu negara adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan

Lebih terperinci

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD TESIS ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD Prof. Ir.Gamantyo Hendrantoro,M.Eng.,Ph.D Naning Wessiani, ST.,MM IKE HARUM DIANTI [2210 206 717] Program

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG MENTERr KESEHATAN REPUBLIK indonesia PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI DATA DALAM SISTEM INFORMASI KESEHATAN TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) PROVINSI JAWA TENGAH DAN SEKRETARIAT KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY

Lebih terperinci

PEMERINTAH ACEH DINAS KESEHATAN Jalan Tgk. Syech Muda Wali Nomor 6 Tclpon (0651) Fax BANDA ACEH 23242

PEMERINTAH ACEH DINAS KESEHATAN Jalan Tgk. Syech Muda Wali Nomor 6 Tclpon (0651) Fax BANDA ACEH 23242 PEMERINTAH ACEH DINAS KESEHATAN Jalan Tgk. Syech Muda Wali Nomor 6 Tclpon (0651) 22421 - Fax. 34005 BANDA ACEH 23242 KERANGKA ACUAN KEGIATAN ( TERM OF REFERENCE) PERTEMUAN RUTIN PENGELOLA INFORMASI PUBUK

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang :

Lebih terperinci

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI 1. VISI BPM-P2TSP KAB. KEDIRI Visi merupakan cara pandang jauh ke depan dari suatu lembaga/institusi yang harus dibawa

Lebih terperinci

Gambaran Masalah SIK Kebijakan SIK Fokus Penguatan SIK Upaya yg dilakukan

Gambaran Masalah SIK Kebijakan SIK Fokus Penguatan SIK Upaya yg dilakukan Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan di Pelayanan Kesehatan Primer DR. DidikBudijanto, drh, Mkes Pusat Data dan Informasi Gambaran Masalah SIK Kebijakan SIK Fokus Penguatan SIK Upaya yg dilakukan Pokok

Lebih terperinci

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Plt. Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang mengalami banyak perkembangan dan perubahan terutama pada masa reformasi saat ini. Dengan adanya reformasi di bidang kesehatan

Lebih terperinci

Perencanaan Kesehatan Berbasis Data Di Kabupaten Minahasa Utara

Perencanaan Kesehatan Berbasis Data Di Kabupaten Minahasa Utara Perencanaan Kesehatan Berbasis Data Di Kabupaten Minahasa Utara KUALITAS data yang meragukan, menciptakan gambaran kurang jernih mengenai kondisi program-program yang dikerjakan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Lebih terperinci

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017 Kepada Yth. Bupati Bengkulu Selatan Up. Sekretaris Daerah di.- MANNA LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017 I. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah menjadi salah satu kebutuhan dari setiap orang. Informasi merupakan hasil pemrosesan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Tata Ruang, Permukiman dan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat. Namun, seringkali

Lebih terperinci

Infrastruktur SIK di 138 Kabupaten di Indonesia: Evidence dari survei SIK DEPKES. Hasanuddin. Abstrak

Infrastruktur SIK di 138 Kabupaten di Indonesia: Evidence dari survei SIK DEPKES. Hasanuddin. Abstrak Infrastruktur SIK di 138 Kabupaten di Indonesia: Evidence dari survei SIK DEPKES Ansariadi 1, Armin Lawi 2 1 Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin ansariadi@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan BAKOMINFO Kota Bandung merupakan Lembaga Teknis Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007, Tanggal 4 Desember

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN BUPATI KABUPATEN JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN Pangkal Pinang 16-17 April 2014 BAGIAN DATA DAN INFORMASI BIRO PERENCANAAN KEMENHUT email: datin_rocan@dephut.go.id PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI Paparan bab ini tidak menjelaskan tentang kegiatan pemantauan dan evaluasi sanitasi tetapi hanya memuat tentang strategi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dengan

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Biro Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Biro Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2013 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. RPJMD / Perencanaan Strategis Periode 2009 2013 Dalam sebuah organisasi perencanaan merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE ( TOR ) TAHUN ANGGARAN 2015 PROGRAM PENATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE ( TOR ) TAHUN ANGGARAN 2015 PROGRAM PENATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN ( KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE ( TOR ) TAHUN ANGGARAN 2015 PROGRAM PENATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (1.10.1.20.00.00.00.) Budaya Administrasi Kependudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta (1.10.1.20.00.00.00.000)

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 KERANGKA PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja berdasarkan dokumen penetapan kinerja Badan Pembangunan Daerah Kota Bandung

Lebih terperinci