Cardinal Pranatal Mendrofa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Cardinal Pranatal Mendrofa"

Transkripsi

1 PENGARUH PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN TERHADAP SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PADA KELOMPOK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI DESA ONONAMOLO II LOT KECAMATAN GUNUNGSITOLI BARAT KOTA GUNUNGSITOLI Cardinal Pranatal Mendrofa Abstrak Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal. Oleh karena itu, kemiskinan menjadi topik yang sangat penting dan krusial untuk dituntaskan. Fenomena kemiskinan, yang paling sering ditemui di perdesaan, sudah diusahakan oleh pemerintah untuk diselesaikan dengan membentuk program seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, sebagai sebuah solusi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh program ini terhadap kondisi sosial ekonomi rumah tangga pada kelompok simpan pinjam perempuan di Desa Ononamolo II Lot, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli. Penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 40 orang perempuan yang mengikuti kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di Desa Ononamolo II Lot, dengan penyajian data menggunakan sistem tabel tunggal. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah kuesioner, wawancara, observasi langsung di lapangan, serta studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga pada kelompok simpan pinjam perempuan di Desa Ononamolo II Lot Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli adalah kurang berpengaruh. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penyuluhan yang berdampak pada kurangnya pengelolaan dana pinjaman, kurangnya partisipasi anggota kelompok, serta minimnya pengawasan oleh pengelola kegiatan. Kata Kunci : PNPM Mandiri, sosial ekonomi, Desa Ononamolo II Lot Abstract Poverty is a phenomenal problem. Therefore, poverty is a topic that is very important and crucial to be completed. The phenomenon of poverty, which is most often found in rural areas, has been undertaken by the government to be resolved by establishing programs such as the National Program for Community Empowerment in Rural Areas or Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

2 Mandiri Perdesaan (PNPM-MP), as a solution. This study research has the objective to determine the effect of this program on socio-economic conditions of the household in the group of women on savings and loan in Ononamolo II Lot Village, sub-district of West Gunungsitoli, Gunungsitoli. This research study considered in a descriptive study by using descriptive statistical analysis. The population in this research study were 40 women who participated in the activities savings and loan for women in Ononamolo II Lot Village, with the presentation of the data using a single table system. Methods of data collection are questionnaires, interviews, real observations, and literature study. The results showed that the influence of PNPM-MP for the socioeconomic of the household in the group of women on savings and loan in Ononamolo II Lot Village, sub-district of West Gunungsitoli, Gunungsitoli, is less influential. This is caused by the lack of education that have an impact on the lack of management of the loans, the lack of participation of members of the group, and the lack of oversight by the management. Keywords : PNPM Mandiri, socio-economic, Ononamolo II Lot Village Pendahuluan Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal yang tidak pernah hentihentinya dipersoalkan dan diperbicangkan oleh banyak pihak dewasa ini, sehingga menjadikan kemiskinan menjadi topik yang sangat penting dan krusial. Hal ini terjadi karena kemiskinan merupakan masalah yang menyangkut pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. Oleh karena itu tidak bisa dipungkiri bahwa kemiskinan akan selalu diminati untuk dipersoalkan atau dalam pencarian solusinya. Faktor penyebab kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), lingkungan atau lembaga sosial, kebijakan dan implementasi kebijakan melalui program, perilaku birokrat dan sistem hukum. Pada tahun 0, penduduk miskin di Indonesia berjumlah 0.0 juta jiwa. Kemiskinan di Indonesia pada dasarnya berkurang, tetapi tidak signifikan atau tidak sesuai dengan harapan. Berkurangnya angka kemiskinan dipengaruhi oleh upaya-upaya pemerintah melalui program-program pemerintah dan pihak terkait dalam upaya memerangi kemiskinan di Indonesia. Sumatera Utara, tercatat sebanyak,48 juta atau, % penduduknya adalah miskin. Salah satu daerah Kabupaten/Kotamadya di Sumatera Utara yang angka kemiskinannya tinggi adalah Kota Gunungsitoli, yaitu kepala keluarga (kk) miskin. Salah satu Kecamatan yang cukup tinggi kemiskinannya di Kota Gunungsitoli adalah Kecamatan Gunungsitoli Barat, yaitu 96 kepala keluarga miskin, dan salah satu desa di dalamnya yang sekaligus menjadi lokasi penelitian peneliti yaitu Desa Ononamolo II Lot, turut menyumbang jumlah kemiskinan dengan 56 kepala keluarga atau 7,55 % miskin.

3 Masalah kemiskinan yang tetap eksis sampai sekarang ini tentunya tidak dianggap diam oleh pemerintah. Saat ini di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, ada beberapa program penanggulangan kemiskinan yang telah diluncurkan. Adapun program-program yang ditetapkan dalam masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk penanggulangan kemiskinan adalah : Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR), Program Asuransi Kesejahteraan Sosial, Program Keluarga Harapan (PKH), Program Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan terakhir adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Program-program pemerintah yang telah diluncurkan tersebut, ada beberapa program yang dilihat mempunyai kompetensi dalam mengurangi angka kemiskinan. Program tersebut melibatkan masyarakat sebagai obyek dan subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan, salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri merupakan program nasional penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, yang diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 007, yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Menurut data dari Kementerian Kordinatoor Kesejahteraan Rakyat tahun 0, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri T.A 0 mencakup kecamatan di Indonesia dan dilaksanakan oleh 4 (empat) program utama, yaitu: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan mencakup 5.00 kecamatan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan mencakup.5 kecamatan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Infrastruktur Perdesaan mencakup 87 kecamatan, dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah mencakup 7 kecamatan. Dalam pelaksanaannya, yang paling banyak dilaksanakan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Alasannya adalah menurut data Badan Pusat Statistik 0, kemiskinan paling banyak ditemui di perdesaan yaitu 8,9 juta atau 6, % dari total kemiskinan yang ada di Indonesia Dari 5.00 kecamatan di Indonesia yang tersentuh oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan salah satunya adalah Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara. Jenis kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang dilaksanakan di Kecamatan Gunungsitoli Barat ini salah satunya adalah kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) seperti halnya yang terdapat di Desa Ononamolo II Lot.

4 Seiring dengan pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Gunungsitoli Barat dan juga Desa Ononamolo II Lot ada polemik yang muncul di antaranya seperti terkesan kejar target demi terpakainya seluruh alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dikelola oleh kecamatan. Dana cenderung digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, sehingga tidak sesuai dengan tujuan awal kegiatan Simpan Pinjam Perempuan yakni untuk pendanaan usaha. Pihak pengelola tidak melakukan pengawasan berupa penyuluhan yang efektif dan berkesinambungan, dan anggota tidak berkontribusi secara partisipasi aktif dalam menghadiri peertemuan atau penyuluhan. Masalah-masalah ini seolah-olah memposisikan masyarakat hanya sebagai obyek atau sasaran pembangunan. Sebagai obyek berarti peranan masyarakat tidak diharapkan atau pemerintah hanya mengharapkan masyarakat mendukung implementasi perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan pemerintah. Masalah-masalah ini akan mempengaruhi untuk memunculkan dampak negatif seperti tidak mandirinya masyarakat dan matinya kreatifitas masyarakat akibat ketergantungan terhadap program ini, sehingga tidak tercapai tujuan dari program ini yaitu mensejahterakan masyarakat. Permasalahan ini penting dan menarik untuk diteliti demi mengetahui hasil berupa pengaruh dan dapat memberikan solusi perbaikan dari program pemerintah ini agar permasalahan ini tidak berlanjut. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Ononamolo II Lot Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Ononamolo II Lot Kecamatan Gunungsitoli Barat Kota Gunungsitoli. Sebagai bagian perhatian dari kehidupan sosial, penanggulangan kemiskinan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, perlu mendapat perhatian lebih agar program ini lebih berhasil. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan melihat dari beberapa indikator kedua variabel. Indikator dari variabel yang mempengaruhi dapat dilihat dari lama keanggotaan, frekuensi kegiatan, implementasi dan pengetahuan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, kemudahan dalam akses pendanaan usaha, pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha, dan penanggulangan rumah tangga miskin. Indikator dari variabel yang dipengaruhi dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan kesehatan. Hardita (dalam Siagian, 0) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menganalisis keadaan, kesanggupan, dan masalah-masalah aktual yang perlu 4

5 mendapat penyelesaian. Menurutnya, prinsip pemberdayaan masyarakat adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta harapan mereka untuk menjadi lebih baik. Sedangkan titik tolak pemberdayaan masyarakat adalah untuk memandirikan masyarakat agar mampu meningkatkan derajat hidupnya, mengoptimumkan pemanfaatan segala sumber daya yang ada pada mereka dan yang ada di lingkungan mereka dalam rangka peningkatan kualitas hidup mereka. 4 Menurut Adisasmita (006) Pembangunan perdesaan seharusnya menerapkan prinsip-prinsip yaitu : transparansi (keterbukaan), partisipatif, dapat dinikmati masyarakat, dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas), dan berkelanjutan (sustainable). Ada tiga prinsip pokok pembangunan perdesaan, yaitu :. Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan di setiap desa mengacu kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan Trilogi Pembangunan. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan di setiap sektor, termasuk desa dan kota, di setiap wilayah dan antar wilayah secara saling terkait, serta dikembangkan secara selaras dan terpadu.. Pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan mensyaratkan setiap daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu setiap desa perlu memanfaatkan sumber daya manusia secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-mesin, dan peralatan seefesien mungkin.. Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi, debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya. 5 Metode Penelitian Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek. 6 Populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan sebanyak 40 orang yang berada di desa Ononamolo II Lot. Maka dalam penelitian ini akan menjadikan 40 anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan sebagai responden. Penelitian ini berlokasi di Desa Ononamolo II Lot, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli, 8 kilometer dari pusat kota Gunungsitoli. Waktu penelitian diadakan pada tanggal sampai Februari 0. Data penelitian ini didapatkan dari hasil jawaban kuesioner, observasi, serta wawancara yang telah dilakukan oleh responden. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif atau sering disebut analisis 5

6 deskriptif, yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. 7 Temuan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Ononamolo II Lot, ditemukan bahwa anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan mempunyai usia 5 6 tahun. 9,5 % anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan mempunyai pendidikan hanya sampai tingkat SMP saja. Keseluruhan anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan bekerja di bidang non formal yaitu berternak ayam dan babi, bertani seperti karet dan coklat, dan berdagang kecil-kecilan. Lama keanggotaan anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan yaitu lebih dari tahun. Semua anggota kelompok baru kali menerima dana pinjaman. Jumlah dana pinjaman anggota kelompok bervariasi sesuai permintaan mereka, dengan rata-rata meminjam juta rupiah. Tabel Tingkat Partisipasi Dalam Menghadiri Pertemuan No Tingkat Partisipasi Frekuensi Persen ( % ) Sering Kurang Begitu Sering Tidak Sering ,5,5 Jumlah Sumber : Kuesioner, 0 Tingkat partisipasi anggota dalam menghadiri pertemuan cukup baik. Hal tersebut diikuti juga dengan partisipasi anggota sebanyak 77,5 % dalam mengikuti penyuluhan. No Tabel Implementasi Penggunaan Dana Pinjaman Implementasi Penggunaan Frekuensi Persen ( % ) Dana Pinjaman Penambahan Modal Usaha 4 85 Lain-lain 7.5 Pemenuhan kebutuhan 7.5 pokok/dasar sehari-hari Jumlah Sumber : Kuesioner, 0 Penggunaan dana pinjaman tidak 00 % tepat sasaran. Penggunaan dana pinjaman seharusnya digunakan untuk penambahan modal usaha. 6

7 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kemudahan Pengurusan Pendanaan Simpan Pinjam Perempuan No Jawaban Frekuensi Persen ( % ) Sangat Mudah Kurang Begitu Mudah Tidak Mudah ,5,5 Jumlah Sumber : Kuesioner, 0 Dalam pengurusan pendanaan Simpan Pinjam Perempuan, hampir semua menjawab mudah. Hal tersebut berarti dalam pengurusannya tidak ada kesulitan berarti yang dialami oleh anggota kegiatan Simpan Pinjam Perempuan. Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Dana yang Diterima Dapat Memenuhi Kebutuhan Modal Usaha No Jawaban Frekuensi Persen ( % ) Dapat Memenuhi Kurang Begitu Memenuhi Tidak Memenuhi 5 5 0,.5 6,5 5 Jumlah Sumber : Kuesioner, 0 Dana yang diberikan kepada anggota kelompok dalam pemenuhan kebutuhan modal, kebanyakan menjawab tidak dapat memenuhi sepenuhnya. Tabel 5 Jumlah Peningkatan Setelah Mengikuti Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan No Jawaban Frekuensi Persen ( % ) Juta,9 Juta < Juta 5 5 7,5 87,5 Jumlah Sumber : Kuesioner, 0 Semua anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan telah menikah, dan suami mereka 7,4 % bekerja sebagai petani. Setelah anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan menerima dana pinjaman, maka mereka mengembangkan usaha seperti berternak, bertani, dan berdagang dengan peningkatan bervariasi, tetapi kebanyakan peningkatannya tidak terlalu meningkat atau di bawah juta rupiah saja. Setelah mengikuti kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, hanya 5 % anggota yang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan, selebihnya mampu walaupun tidak sepenuhnya. Pengeluaran terbesar sehari-hari keluarga anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan yaitu untuk konsumsi keluarga. Dalam 7

8 menjalankan usahanya, kepemilikan tanah para anggota 70 % adalah milik sendiri. Tabel 6 Kemampuan Menabung No Jawaban Frekuensi Persen ( % ) Dapat Dapat, Kadang-kadang Tidak Dapat ,5,5 Jumlah Sumber : Kuesioner, 0 Salah satu indikator adanya kelebihan pendapatan setelah terpenuhinya semua kebutuhan sehari-hari adalah dengan dapat atau tidaknya para anggota kegiatan Simpan Pinjam Perempuan menabung. Kemampuan anggota dalam menabung berbeda-beda sesuai besar kecilnya usaha dan keuntungan yang didapatkan. Tabel 7 Kemampuan untuk Membiayai Sekolah Setelah Mengikuti Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan No Jawaban Frekuensi Persen ( % ) Membantu Kurang begitu Membantu Tidak Membantu ,67, Jumlah 0 00 Sumber : Kuesioner, 0 Setelah mengikuti kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, maka ada hubungan kegiatan ini dengan kemampuan dalam membiayai pendidikan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kegiatan ini tidak banyak membantu. Hasil penelitian dalam hal kesehatan menunjukkan bahwa, para anggota kegiatan Simpan Pinjam Perempuan dapat berobat di unit pelayanan formal. Hasilnya 75 % mereka berobat ke Puskesmas, walaupun kemampuan dalam menebus obat sesuai resep tidak semuanya menebus sepenuhnya. Analisis Berdasarkan hasil temuan tersebut, pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga pada kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Ononamolo II Lot dapat diketahui. Hasil uji hipotesa koefisien korelasi Product Moment menyatakan kontribusi program Simpan Pinjam Perempuan terhadap tingkat sosial ekonomi rumah tangga adalah sebesar 4,74 % sedangkan 85,6 % diperoleh dari luar kegiatan Simpan Pinjam Perempuan yaitu jumlah pendapatan rumah tangga responden. 8

9 Menurut Sugiyono, jika interpretasi koefisien korelasi, intervalnya berada pada 0,0 0,99 maka hubungannya adalah lemah. 8 Hasil uji hipotesa tersebut menunjukkan bahwa, pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga pada kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Ononamolo II Lot mempunyai hubungan yang lemah atau kurang berpengaruh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga hasil penelitian pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga pada kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Ononamolo II Lot menunjukkan kurang berpengaruh. Faktor pertama yakni lama keanggotaan. 4 kelompok penerima dana pinjaman serentak menerima dana pinjaman pada bulan Desember 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa, mereka telah tahun lebih menjadi anggota Kelompok Simpan Pinjam Perempuan dan baru kali menerima dana pinjaman. Waktu yang hanya lebih dari tahun dengan hanya kali menerima dana pinjaman, tentunya tidak akan memberi pengaruh positif yang signifikan. Dalam penjelasan petunjuk teknis operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, ketentuan menjadi kelompok Simpan Pinjam Perempuan adalah kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun. 9 Fakta di lapangan tidak sesuai dengan ketentuan ini, hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada kelompok yang baru terbentuk ketika pengajuan proposal atau dengan kata lain kelompok ini adalah kelompok yang spontanitas. Kelompok yang spontanitas terbentuk menimbulkan berbagai kelemahan. Kelemahan-kelemahan ini adalah para anggota dari kedua kelompok tidak mengerti tujuan dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, mereka berpikir bahwa pinjaman dana tersebut sama halnya apabila mereka juga meminjam uang kepada orang lain. Tidak mengertinya para anggota kelompok ini akan tujuan dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, tentunya tidak berdampak positif pada tujuan kegiatan ini yakni untuk meningkatkan sosial ekonomi mereka. Faktor kedua yakni kurangnya pengawasan dan penyuluhan yang intens dari pihak pengelola kegiatan terhadap anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan dalam menggunakan dana pinjaman. Siagian (0) menjelaskan bahwa, perencanaan dan pembuatan keputusan berkaitan dengan program pembangunan kerap kali dilakukan secara top down, tanpa melibatkan tokohtokoh maupun anggota masyarakt sendiri. Akibatnya, aktifitas yang menjadi muatan program pembangunan tersebut tidak efektif dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 5 % anggota yang implementasi penggunaan dana pinjaman tidak tepat sasaran. Dengan adanya anggota yang menggunakan dana pinjaman tidak tepat sasaran, maka hal ini 9

10 tentunya tidak akan memberi dampak positif dalam upaya peningkatan sosial ekonomi mereka. Adanya penggunaan dana pinjaman yang tidak tepat sasaran ini dipengaruhi juga oleh minimnya penyuluhan yang diadakan pengelola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penyuluhan hanya dilakukan sebelum pencairan dana dan kadang-kadang saja setelahnya. Tidak intensifnya penyuluhan ini, menyebabkan anggota tidak tahu bagaimana semestinya pengelolaan dana pinjaman yang baik, sehingga terjadilah penyalahgunaan dana pinjaman yang didukung dengan keterbatasan ekonomi mereka dalam membiayai kebutuhan sehari-hari mereka. Faktor ketiga yakni kurangnya partisipasi aktif dari anggota dalam menghadiri pertemuan dan penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ada 40 % anggota yang tidak rutin menghadiri pertemuan kelompok Simpan Pinjam Perempuan, dan ada,5 % anggota yang belum pernah mengikuti penyuluhan. Kurangnya partisipasi anggota ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran anggota dalam melakukan kewajiban mereka, dan kegiatan ini tidak menjadi prioritas utama bagi mereka. Kurangnya kesadaran ini ditandai dengan alasan malas datang pertemuan, sibuk, dan ada juga yang menganggap pertemuan hanya buang-buang waktu saja. Menurut Suharto (009), Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. 0 Pemberdayaan tanpa partisipasi yang baik dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka, tentunya tidak akan membantu maksud dari pemberdayaan itu sendiri. Kurangnya partisipasi aktif dari anggota ini disebabkan juga oleh faktor sebelumnya, yaitu kurangnya pengawasan dan penyuluhan yang intens dari pihak pengelola kegiatan. Kondisi tersebut akan mempengaruhi juga kurangnya partisipasi aktif dari anggota tersebut. Dengan kurangnya partisipasi aktif dari para anggota ini, tentunya berdampak dalam pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ini. Dampak yang ditimbulkan adalah para anggota tidak menjadi subjek dalam peningkatan sosial ekonomi mereka karena partisipasi yang ditunjukkan hanya partisipasi pasif, sehingga pengaruh yang signifikan kurang dirasakan oleh anggota tersebut. Faktor keempat yakni dana pinjaman yang didapatkan tidak sesuai kebutuhan. Dana pinjaman tidak sesuai kebutuhan dalam hal ini adalah kurang terpenuhinya dalam memenuhi modal usaha yang dikembangkan, dan tidak sesuai 0

11 harapan. Hal ini disebabkan oleh dana pinjaman yang digunakan tidak terlalu banyak, dengan rata-rata juta rupiah saja setiap orangnya. Jumlah pinjaman sebesar juta rupiah bahkan ada yang hanya 500 ribu rupiah ini, tentunya tidak terlalu membantu jika diperhadapkan dengan besar usaha mereka, dan juga keuntungan yang mereka ingin harapkan. Adisasmita (006) menegaskan bahwa pembangunan perdesaan harus dilihat sebagai : upaya mempercepat pembanguan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk memberdayakan masyarakat. 0 Dana pinjaman yang tidak sesuai ini akan berdampak pada peningkatan usaha dan penghasilan mereka. Dengan kekurangan dana ini, tentunya dalam peningkatan usaha dan penghasilan mereka tidak berjalan dengan baik, sehingga pengaruh positif yang ingin diperoleh melalui kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ini kurang signifikan. Faktor lain yang mempengaruhi sehingga hasil penelitian pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga pada kelompok simpan pinjam perempuan di Desa Ononamolo II Lot menunjukkan kurang berpengaruh adalah adanya syarat agunan dan pengelolaan usaha yang tidak profesional. Faktor-faktor lain ini juga memberi kontribusi yang negatif terhadap peningkatan sosial ekonomi para anggota. Syarat agunan yang diwajibkan adalah pelanggaran prinsip kemudahan dalam memperoleh dana pinjaman. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan. Penetapan adanya syarat agunan ini bukan kewajiban dari pihak pengelola kegiatan atau kecamatan, tetapi ini diusulkan oleh pengurus kelompok. Pengurus kelompok menetapkan syarat agunan karena mereka takut anggotanya tidak bersedia memenuhi kewajibannya. Pengelolaan usaha yang tidak profesional yang dilakukan oleh para anggota adalah kurangnya pengetahuan atau informasi yang benar dalam melakukan usaha. Kelemahan ini tentunya berdampak pada hasil produksi yang mereka dapatkan nantinya. Hasil produksi yang kurang baik tentunya akan mengurangi pendapatan yang ingin mereka dapatkan, sehingga faktor-faktor lain ini memberi pengaruh yang kurang signifikan terhadap sosial ekonomi mereka. Melalui beberapa faktor yang telah dijelaskan sebelumnya, diketahui bahwa faktor-faktor tersebut saling memberikan kontribusi dan mempengaruhi satu sama lain dalam menyebabkan hasil penelitian pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga pada kelompok simpan pinjam perempuan di Desa Ononamolo II Lot kurang berpengaruh. Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa masih belum terciptanya pengaruh yang signifikan terhadap sosial ekonomi rumah tangga masyarakat miskin melalui salah satu program pemerintah yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri.

12 Kesimpulan Berdasarkan analisis data, maka penulis menyimpulkan bahwa:. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan salah satu kegiatan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Kegiatan simpan Pinjam Perempuan yang ada di Desa Ononamolo II Lot ini diikuti oleh 4 kelompok dengan dana pinjaman yang digunakan untuk penambahan modal usaha adalah rata-rata juta rupiah. Usaha yang dikembangkan oleh anggota kelompok adalah berternak babi dan ayam, bertani karet dan coklat, dan berdagang.. Berdasarkan uji hipotesa terhadap Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan berupa pemberian bantuan modal usaha kegiatan Simpan Pinjam Perempuan terhadap sosial ekonomi rumah tangga terdapat hubungan yang lemah tapi pasti atau kurang berpengaruh karena memberikan kontribusi sebesar 4,74 %. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil kurang berpengaruh adalah lama keanggotaan, kurangnya pengawasan dan penyuluhan dari pengelola kegiatan, kurangnya partisipasi aktif anggota, tidak sesuai kebutuhan dana pinjaman yang didapatkan, serta faktor lain seperti adanya syarat agunan dan kurang profesional dalam pengelolaan usaha. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran penulis adalah sebagai berikut :. Dari uraian permasalahan mengenai kurang berpengaruhnya program pemerintah ini, maka ditemukan kelemahan dalam pemberian dana pinjaman seperti tidak tepat sasaran penggunan, dana pinjaman yang tidak sesuai, pengelolaan usaha yang tidak profesional. Sebagai pertimbangan untuk memberhasilkan program ini, seharusnya pengelola kegiatan tetap rutin melakukan pengawasan melalui penyuluhan agar program ini tepat sasaran dan efektif. Selain itu, pengelola seharusnya memberikan dana sesuai kebutuhan dan anggota juga seharusnya meminta dan mendapatkan dana sesuai kebutuhan usaha mereka.. Partisipasi aktif anggota dalam mengikuti kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ini, akan membantu pemerintah memberhasilkan program ini. program pemberdayaan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan partisipasi aktif anggota, karena pemberdayaan mewajibkan anggota bukan sebagai objek saja melainkan juga sebagai subjek, sehingga mereka dapat mandiri.

13 Daftar Pustaka &notab=, pada tanggal 5 November 0. Badan Pusat Statistik Gunungsitoli. (0). Data Kemiskinan Kota Gunungsitoli. BPS Gunungsitoli : Gunungsitoli. Pada tanggal Nov 0 4 Siagian, Matias & Agus Suriadi. 0. CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan: Grasindo Monoratama. 5 Adisasmita, Rahardjo. (006). Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 6 Silalahi, Ulber. (009). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Grafika. 7 Siagian, M. (0). Metode Penelitian Sosial. Medan :Grasindo Monoratama. 8 Sugiyono. (00). Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. 9 Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementrian Dalam Negeri R.I. (008). Penjelasan Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan. Jakarta. 0 Suharto, Edi. (009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung. Reflika Aditama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal yang tidak pernah hentihentinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal yang tidak pernah hentihentinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal yang tidak pernah hentihentinya dipersoalkan dan diperbicangkan oleh banyak pihak dewasa ini, sehingga menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

JULIARNI SIPAYUNG ( )

JULIARNI SIPAYUNG ( ) EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG JULIARNI SIPAYUNG (090902003) juliarnisipayung@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

Kumalasari, et al., Evaluasi Implementasi Program...

Kumalasari, et al., Evaluasi Implementasi Program... 1 EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) BIDANG SIMPAN PINJAM BAGI KELOMPOK PEREMPUAN (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Tanjungrejo Kecamatan Wuluhan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Kuesioner

Daftar Pertanyaan Kuesioner Daftar Pertanyaan Kuesioner Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Simpan Pinjam Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Desa Sinonoan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Pertanian di Indonesia membutuhkan perhatian dan peran pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Kemiskinan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu material dan kultural. Dua sudut pandang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat. Demikian

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi permasalahan utama di sejumlah daerah di Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan kemiskinan nampaknya juga akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, yang sesuai dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah bangsa Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 8.1 Program Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan Upaya untuk menanggulangi kemiskinan di masyarakat perlu terus dilakukan. Untuk mengatasi kemiskinan,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA PENERIMA DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) TAHUN DI DESA SUBAGAN

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA PENERIMA DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) TAHUN DI DESA SUBAGAN ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA PENERIMA DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) TAHUN 2012-2013 DI DESA SUBAGAN Elly Silvia Rosiana, Wayan Cipta, Gede Putu Agus Jana Susila Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat menimbulkan beberapa dampak pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MIKROFINANCE PERTANIAN OLEH CU CINTA KASIH KELURAHAN PULO BRAYAN KECAMATAN MEDAN BARAT. Oleh:

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MIKROFINANCE PERTANIAN OLEH CU CINTA KASIH KELURAHAN PULO BRAYAN KECAMATAN MEDAN BARAT. Oleh: EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MIKROFINANCE PERTANIAN OLEH CU CINTA KASIH KELURAHAN PULO BRAYAN KECAMATAN MEDAN BARAT Oleh: Johannes Arif Manata Sirait 080902028 Johannes_mama@yahoo.com Abstrak Kesulitan

Lebih terperinci

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM FISIK PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA Agus Nurkatamso agus_nk@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014 BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014 bintangsatria.wordpres.com Tahun 2012 ini pemerintah kembali bagi-bagi uang. Dana disediakan sebesar Rp1,8 triliun untuk 1,5 juta keluarga miskin.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permasalahan kemiskinan yang cukup komplek membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki. Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang dijalaninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro dan kecil (UMK) termasuk dalam bagian usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan mempunyai peran yang cukup penting dalam membangun perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

Edu Geography

Edu Geography Edu Geography 1 (2) (2013) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI ANAK PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI Agus Arifin,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan analisa kuantitatif yang menggambarkan kenyataan

Lebih terperinci

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN BAB IV TUGAS PEMBANTUAN Tugas pembantuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan merupakan sistem dan prosedur penugasan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN CITRA GUSTIANDA 090902013 citra.gustianda@yahoo.com Abstrak Kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PE RDESAAN DI DESA EMPIYANG

PENGELOLAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PE RDESAAN DI DESA EMPIYANG Aprilita Sapala; Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PENGELOLAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PE RDESAAN DI DESA EMPIYANG Aprilita Sapala Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM BLM PUAP DI GAPOKTAN TRI LESTARI, KAMPUNG TRI TUNGGAL JAYA, KECAMATAN BANJAR AGUNG, KABUPATEN TULANG BAWANG Hendra Saputra 1) dan Jamhari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat besar, terutama karena kontribusinya dalam Produk Domestik Bruto dan tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan

Lebih terperinci

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung Ringkasan Eksekutif Masalah kemiskinan akan sangat berkaitan dengan ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG PERFORMANCE INFRASTRUCTURE STRATEGIC AREA AT REGIONAL INFRASTRUCTURE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN soloraya.net Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat 15 Agustus 2014, menyatakan bahwa selain dialokasikan

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG

PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG TUGAS AKHIR PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG Diajukan sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi pada program Diploma III Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP)

ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Cempaka Putih, Sungai Liku Tengah, Kenagarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial OKTO PHILIPS GULTOM

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial OKTO PHILIPS GULTOM Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Balita (Studi Kasus Pada Posyandu Melati di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu dari 11 prioritas pembangunan dalam

Lebih terperinci

PARTISIPASI PENGEMBANGAN ANYAMAN LOKAL OLEH KAUM PEREMPUAN DI DESA PANTOK KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU

PARTISIPASI PENGEMBANGAN ANYAMAN LOKAL OLEH KAUM PEREMPUAN DI DESA PANTOK KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU PARTISIPASI PENGEMBANGAN ANYAMAN LOKAL OLEH KAUM PEREMPUAN DI DESA PANTOK KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU Oleh: NITA NIM. E11110012 Program Studi Pembangunan Sosial/Ilmu Sosiatri Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan struktural dalam bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki

Lebih terperinci

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: oleh: Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif TNP2K PT Bank Mandiri, Tbk. Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan bukan masalah baru, namun sudah ada sejak masa penjajahan sampai saat ini kemiskinan masih menjadi masalah yang belum teratasi. Di negara berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemiskinan, yang salah komponen menurunnya kesejahteran masyarakat. usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemiskinan, yang salah komponen menurunnya kesejahteran masyarakat. usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya bertujuan menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Karena hasil dari pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat secara

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PROGRAM SIMPANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN BANGUNSARI, KECAMATAN DOLOPO, KABUPATEN MADIUN

ANALISIS DAMPAK PROGRAM SIMPANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN BANGUNSARI, KECAMATAN DOLOPO, KABUPATEN MADIUN ANALISIS DAMPAK PROGRAM SIMPANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN BANGUNSARI, KECAMATAN DOLOPO, KABUPATEN MADIUN 2014 Chandra Hakim Abstrak Penelitian ini didasarkan

Lebih terperinci

BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor

BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi oleh seluruh pemerintahan yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari masa ke masa. Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa kemiskinan adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDHAULUAN. dari masyarakat penerima program maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai

BAB I PENDHAULUAN. dari masyarakat penerima program maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai 1 BAB I PENDHAULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* *

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* * EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* * Slamet Widodo Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura me@slametwidodo.com ABSTRACT Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara biasanya dilihat dari pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALISTAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) sekitar 193,8 Triliun atau 11,5 persen dialokasikan

Lebih terperinci