BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada, 6, 41 7, 19 Lintang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada, 6, 41 7, 19 Lintang"

Transkripsi

1 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Keadaan Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada, 6, 41 7, 19 Lintang Selatan dan diantara 107,22-108,5 Bujur Timur. Dengan batas-batas wilayahnya: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Bandung ,344 Ha diluar kawasan hutan dan tepi/sekitar kawasan hutan yang terdiri dari 31 Kecamatan 267 Desa dan 9 Kelurahan, sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung berada diantara bukit-bukit dan gunung-gunung dengan tinggi m yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta dan di sebelah selatan terdapat Gunung Patuha dengan tinggi 2.334m, Gunung Malabar dengan tinggi m, serta Gunung Papandayan dengan tinggi m dan Gunung Guntur dengan tinggi m, keduanya diperbatasan dengan Kabupaten Garut.

2 54 Dengan morfologi wilayah pegunungan dengan rata-rata kemiringan lereng antara 0-8%, 8-15% hingga diatas 45 % Gambaran Keadaan Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah suatu lembaga pemerintah non departemen yang dibentuk tanggal 19 Juli 1988, bedasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1988 dan telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun Badan ini merupakan peningkatan dari direktorat jenderal agraria departemen dalam negeri, peningkatan status ini didasarkan pada kenyataan bahwa tanah telah berkembang pesat menjadi masalah lintas sektoral yang mempunyai dimensi ekonomi, sosial, budaya, politik, bahkan pertahanan keamanan (HANKAM). Untuk keberhasilan pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN) ditetapkan visi yaitu Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia. Untuk mencapai visi tersebut dijabarkan kedalam beberapa misi yaitu : Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk: 1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

3 55 2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). 3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari. 4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat. 5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan dalam ruang lingkup wilayah Kabupaten Bandung, dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung mempunyai sebagian fungsi dalam menyelenggarakan tugasnya dari Badan Pertanahan Nasional di wilayah Kabupaten Bandung, sebagai berikut : a. Perumusan kebijakan di wilayah Kabupaten Bandung di bidang pertanahan; b. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan; c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; d. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan; e. Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang pertanahan; f. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum; g. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah; h. Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayahwilayah khusus; i. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan;

4 56 j. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah; k. Kerja sama dengan lembaga-lembaga lain; l. Penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; m. Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan; n. Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan; o. Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan; p. Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan; q. Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. 1. Kepala Susunan Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung terdiri dari : 2. Sub Bagian Tata Usaha a. Urusan Perencanaan dan Keuangan b. Urusan Umum dan Kepegawaian 3. Seksi Survei serta Pengukuran dan Pemetaan a. Subseksi Tematik dan Potensi Tanah b. Subseksi Pengukuran dan Pemetaan 4. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah a. Subseksi Penetapan Hak Atas Tanah b. Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah c. Subseksi Pendaftaran Hak d. Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah 5. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan a. Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu b. Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah

5 57 6. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan a. Subseksi Pengendalian Pertanahan b. Subseksi Pemberdayaan Masyarakat 7. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara a. Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan b. Subseksi Perkara Pertanahan 4.2 Kualitas Pelayanan Sertifikat Tanah Hak Milik Dalam Program Layanan Rakyat Untuk Sertifikat Tanah (LARASITA) Di Kabupaten Bandung Tangible Tangibles (keberwujudan) dalam program LARASITA di Kabupaten Bandung meliputi peralatan personil, bahan komunikasi personil dan fasilitas fisik. Pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan pada prinsipnya adalah pelayanan data dan informasi pertanahan. Data yang tersimpan di Kantor Pertanahan merupakan data yang diperoleh dan diolah melalui proses yang panjang mengikuti aturan yang tertuang pada Peraturan Kepala BPN nomor 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Pembaruan data selalu dilakukan apabila terjadi perubahan pada subyek atau obyek hak atas tanah. Karena sifatnya yang sangat dinamis, maka data pertanahan mempunyai tingkat pengambilan dan pembaruan yang cukup tinggi. Di satu sisi membutuhkan kecepatan dengan standar yang sudah ditetapkan dalam menarik/mengambil data, di sisi lain akan membutuhkan persyaratan dalam penyimpanan data yang dapat mendukung proses pengambilan data tersebut.

6 58 Proses pengambilan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data merupakan proses yang dengan sangat mudah dilakukan teknologi informasi dengan mudah dan cepat. Dengan demikian data pertanahan disimpan dalam suatu penyimpanan yang berbasis teknologi informasi, dan pengolahan dilakukan dengan kecanggihan aplikasi perangkat lunak, semua proses pelayanan data pertanahan dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan tugas-tugas pelayanan pertanahan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi adalah pembangunan dan pengembangan komputerisasi kantor pertanahan (KKP). Kantor Pertanahan merupakan basis terdepan dalam kegiatan pelayanan. Aplikasi komputerisasi kantor pertanahan (KKP) adalah sistem aplikasi yang akan memberikan standarisasi pelayanan, data yang terintegrasi dan manajemen dokumen serta arsip. Dikembangkan model pelayanan yang berbasis sistem on-line. Pembangunan pelayanan on line yang terdiri dari, membangun data base elektronik, pembangunan infrastruktur perangkat keras dan jaringan koneksi, peningkatan sumber daya manusia dalam kemampuan penguasaan IT serta sosialisasi kegiatan di kalangan intern dan ekstren merupakan tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh Kantor Pertanahan. Aplikasi komputerisasi kantor pertanahan (KKP) mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk pemeliharaan data pertanahan baik data tekstual seperti Buku Tanah, Surat Ukur, Gambar Ukur maupun data spatial seperti Peta. 2. Monitoring Pelayanan. 3. Mencetak semua laporan daftar isian (DI).

7 59 Beberapa keuntungan dalam pelaksanaan KKP antara lain : 1. Transparansi pelayanan, karena masyarakat dapat memperoleh informasi secara langsung dalam hal biaya, waktu pelaksanaan dan kepastian penyelesaian. 2. Efisiensi waktu dalam pelayanan pertanahan. 3. Kualitas data dapat diandalkan karena pemberian nomor-nomor daftar isian dilakukan oleh sistem secara otomatis. 4. Sistem Informasi Eksekutif yang memungkinkan para pengambil keputusan untuk dapat memperoleh dan menganalisa data sehingga menghasilkan informasi yang terintegrasi. 5. Pertukaran data dalam rangka membangun pelayanan pemerintah secara terpadu (one stop services) dan memgembangkan perencanaan pembangunan berbasis data spasial. Pembangunan Komputerisasi Kantor Pertanahan tidak hanya memberikan pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara sistem on-line, tetapi sekaligus membangun basis data digital. Dalam melaksanakan program Layanan Rakyat untuk Sertifikat Tanah (LARASITA) di Kabupaten Bandung, mobil LARASITA dilengkapi peralatan seperti :

8 60 Tabel 4.1 Peralatan dan Bahan Komunikasi Personil Dalam Pelayanan Program LARASITA Di Kabupaten Bandung No Jenis Peralatan Jumlah Unit 1. laptop Mobile 2 (unit) 2. Printer 1 (unit) 3. Antena Grid 2,4 Ghz 1 (unit) 4. Wireless Radio 1 (unit) 5. Optional Outo Motor Antena 1 (unit) 6. Swit Hub 1 (unit) 7. Amplifier 1000 MW outdoor 1 (unit) Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Dari ke 7 (tujuh) peralatan dan bahan komunikasi personil yang berada di mobil LARASITA, diharapkan mampu melakukan transfer dan komunikasi data secara online ke server KKP (Komputerisasi Kantor Pertanahan). Dalam melakukan pelayanan, peralatan di mobil LARASITA dijalankan oleh petugas pelaksana LARASITA yang sudah ditunjuk oleh Koordinator Tim LARASITA yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung tanggal 04 Januari 2010 Nomor 05/Kep /I/2010. Menurut Koordinator Tim LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 1 sebagai berikut : Pelayanan program LARASITA yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum dapat dilakukan secara on-line, dikarenakan sinyal yang didapatkan oleh mobil LARASITA untuk mentransfer data ke Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum berjalan dengan baik. Pelayanan secara on-line sudah pernah dilakukan dengan menggunakan speedy yang bertempat di Kecamatan Soreang tetapi dalam transfer data belum berjalan dengan baik. 1 Wawancara dengan Koordinator Tim LARASITA, 13 November 2012, Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

9 61 Pelayanan secara off-line juga belum dapat dilakukan, dikarenakan penomeran sementara untuk berkas permohonan sertifikat tanah hak milik belum berjalan. Berdasarkan wawancara dengan inforrman Koordinator Tim LARASITA di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 2, peralatan yang berada di mobil LARASITA tidak bisa digunakan baik secara On-Line dengan Kantor Pertanahan, dikarenakan gangguan sinyal yang terputus-putus mengakibatkan transfer dan komunikasi data menjadi tidak bisa diterima oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Kondisi geografis Kabupaten Bandung yang berada diantara bukitbukit dan gunung-gunung dengan tinggi m yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta dan di sebelah selatan terdapat Gunung Patuha dengan tinggi 2.334m, Gunung Malabar dengan tinggi m, serta Gunung Papandayan dengan tinggi m dan Gunung Guntur dengan tinggi m, menjadi salah satu kendala peralatan yang berada dalam mobil LARASITA tidak bisa digunakan. Adapun mengentry permohonan di lapangan secara off-line belum bisa digunakan dikarenakan laptop mobile untuk penomeran sementara berkas permohonan sertifikat tanah hak milik belum berjalan. Petugas pelaksana LARASITA mengantisipasi belum dapat digunakannya peralatan di mobil LARASITA dengan cara, berkas permohonan yang sudah lengkap, diterima oleh petugas pelaksana LARASITA setelah pemohon membayar biaya pengukuran, pemeriksaan panitia dan pendaftaran sertifikat sesuai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia nomor 2 Wawancara dengan Koordinator Tim LARASITA, 13 November 2012, Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

10 62 13 tahun Setelah itu diberikan kwitansi sementara oleh Petugas pelaksana kepada pemohon sebagai tanda bukti penerimaan sementara, maka berkas permohonan yang sudah lengkap tersebut di entry di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dan pemohon dapat mengambil kwitansi resmi serta tanda bukti pengambilan sertifikat apabila sudah selesai. Proses transfer data dari peralatan mobil LARASITA ke Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung, dapat dilihat sebagai berikut : Bagan 4.1 Alur Transper Data secara On-Line maupun Off-Line dalam Program LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Pemohon Laptop LARASITA On- line Server KKP Off-line Flashdisk Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Pelayanan secara on-line berkas permohonan dari masyarakat di entry oleh laptop yang berada di mobil LARASITA, pentransferan data secara otomatis langsung tersimpan di server Komputer Kantor Pertanahan (KKP) yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Sedangkan pelayanan secara off-line berkas permohonan di entry oleh laptop yang berada di mobil LARASITA disimpan ke dalam flashdisk, apabila petugas LARASITA sudah berada di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung maka data-data yang ada dalam flashdisk tersebut

11 63 dipindahkan ke dalam server Komputer Kantor Pertanahan (KKP). Di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Pelayanan program LARASITA belum dapat dilaksanakan pelayanan secara on-line maupun off-line. Sebagai institusi pelayanan publik di bidang pertanahan, Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan dilengkapi oleh fasilitas lainnya dalam memberikan pelayanan pada program LARASITA di Kabupaten Bandung, seperti : Tabel 4.2 Fasilitas dalam Pelayanan Program LARASITA di Kabupaten Bandung No Jenis Fasilitas Jumlah Unit 1. Mobil Pelayanan LARASITA 1 2. Sepeda Motor 2 3. Meja Kayu 1 4. Kursi 4 Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Dalam pelaksanaan pelayanan program LARASITA di Kabupaten Bandung masih ada fasilitas yang belum tersedia sebagai penunjang pelayanan kepada masyarakat yang mendaftarkan tanahnya melalui pelayanan mobil LARASITA, seperti tempat duduk, meja dan tenda. Peralatan ini dibutuhkan untuk mendukung kenyamanan masyarakat pengguna LARASITA. Menurut masyarakat yang mendaftarkan tanahnya melalui pelayanan mobil LARASITA 3 sebagai berikut : Dalam pelayanan program LARASITA di Kabupaten Bandung para pemohon (masyarakat) mengantri secara berdiri menunggu giliran berkas permohonan 3 Wawancara dengan masyarakat, 30 November 2012.

12 64 diperiksa oleh para pelaksana LARASITA. Para pemohon tidak disediakan tempat duduk dan meja untuk menunggu panggilan oleh petugas LARASITA. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang mendaftarkan tanahnya melalui pelayanan mobil LARASITA di Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Cicalengka 4, dalam memberikan pelayanan mobil LARASITA masyarakat yang akan mendaftarkan tanahnya melalui mobil LARASITA tidak diberikan meja, tempat duduk untuk menunggu panggilan oleh petugas LARASITA dan tenda agar terhindar dari panasnya terik matahari. Selama ini yang dilakukan oleh masyarakat adalah mengantri dengan cara berdiri menunggu giliran berkas permohonan diperiksa oleh petugas pelaksana LARASITA, apabila berkas permohonan dinyatakan belum lengkap maka masyarakat diberikan informasi mengenai kekurangan berkas agar dilengkapi dan di waktu yang akan datang ketika mobil LARASITA berkunjung ke Kecamatan tersebut maka masyarakat dapat memberikan berkas permohonannya dilengkapi dengan kekurangan yang sudah diberitahukan sebelumnya. Memasuki abad ke 21, globalisasi dan teknologi telah mempengaruhi beragam kegiatan mulai dari pemerintah, swasta dan organisasi politik. Dampak teknologi menjadi sangat penting dalam institusi pemerintah seperti yang dikenal dengan Electronic Goverment, dimana pemerintah berupaya memperbaiki pelayanan terhadap masyarakat secara lebih mudah, cepat, murah dan efisien. Menurut EOCD (2003), Electronic Goverment adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan internet sebagai alat untuk 4 Wawancara dengan masyarakat, 30 November 2012.

13 65 mencapai pemerintahan yang baik, sedangkan menurut UNDP, Electronic Goverment adalah sebuah aplikasi teknologi dan komunikasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah menjanjikan efektivitas dan efisiensi dalam bidang pemerintahan serta menjalin hubungan dengan masyarakat. Hal senada pun dingkapkan World Bank (2002), dimana Electronic Goverment lebih kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk menciptakan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas pada pemerintah. Electronic Goverment didefinisikan sebagai mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, dimana pemanfaatan teknologi informasi dan teknologi komunikasi dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik (Indrajit, 2002:17). Teknologi informasi adalah sesuatu yang digunakan untuk menciptakan sistem informasi termasuk di dalamnya adalah komputer, disk file, modem dan lain-lain yang semuanya merupakan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankan sistem yang berbasisi komputer (Callon, 1996 dalam Basu 1998). Menurut Ang et. Al. (1997) dalam Seyal et. al. (2000) dan Sarosa dan Zowghi (2003) istilah teknologi informasi didefinisikan sebagai semua teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyebarkan informasi. Martin et.al. (2002) menjelaskan cakupan komponen teknologi informasi diantaranya adalah Hardware (komputer, printer dan scanner), software (office application) dan perlengkapan telekomunikasi (modem). Pemerintah Indonesia dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Electronic Goverment,

14 66 menyatakan Electronic Goverment merupakan upaya untuk mengembangkan penyelengaraan kepemerintahan yang berbasis mengguanakan elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efisien. Heeks (2002) mendefinisikan Electronic Goverment sebagai kegiatan yang dilakuikan oleh pemerintah dengan menggunakan teknologi informasi untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Teknologi informasi sangat menunjang dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas menuju kepada pelayanan prima. Dalam era globalisasi yang menuntut penggunaan teknologi yang mutakhir dalam memberkan pelayanan terhadap masyarakat. Menurut Moenir (2001) sarana pelayanan merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pelayanan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Fungsi sarana pelayanan ini antara lain : a. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat menghemat waktu; b. Meningkatkan produktivtas baik barang ataupun jasa; c. Kualitas produk baik barang ataupun jasa; d. Kualitas produk yang lebih baik atau terjamin; e. Lebih mudah atau sederhana dalam gerak para pelakunya; f. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan; g. Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang yang berkepentingan, sehingga dapat mengurangi sifat emosional orang berkepentingan tersebut. Sarana pelayanan dapat meliputi sarana kerja dan fasilitas pelayanan. Sarana kerja dilihat dari segi kegunaannya, terdiri dari peralatan kerja, perlengkapan kerja dan perlengkapan bantu atau fasilitas. Sebagai contoh yang

15 67 merupakan sarana kerja adalah komputer, perlengkapan komunikasi, perlengkapan pengolahan data dan furniture. Menurut Rahardjo, 2001 mengenai manfaat yang dapat diambil dengan penerapan Electronic Goverment, antara lain : 1. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. 2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat umum, adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik. 3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh, dengan adanya informasi yang jelas maka masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan pilihan. 4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien, sebagai contoh tugas dari pemerintah dapat dilakukan melalui atau bahkan video conferencing. Dengan kata lain, pelaksanaan Electronic Goverment yang baik akan secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara khusus dan masyarakat dunia secara umum. Hal ini senada dengan pernyataan bahwa The trend towards Electronic Goverment is then seen as part of a broader process of worldwide public sector reform (Heeks, 2002). Negara maju atau negara berkembang memperlihatkan sebuah keinginan yang sama untuk melaksanakan Electronic Goverment secara baik, yaitu dengan transformasinya bentuk-bentuk interaksi pemerintah dengan masyarakat. Menurut Sarosa dan Zowghi (2003) variabel teknologi informasi dibentuk oleh lima indikator yaitu :

16 68 1. Intensitas teknologi informasi; 2. Ketersediaan tenaga ahli; 3. Investasi pada teknologi; 4. Kemudahan bertukar informasi; 5. Kemudahan akses berkerja sama. Weil dan Ross (2004 : 2) mendefinisikan teknologi informasi pemerintahan sebagai keputusan-keputusan yang diambil, yang memastikan adanya alokasi penggunaan teknologi informasi dalam strategi-strategi organisasi pemerintah. Teknologi informasi pemerintahan merefleksikan adanya penerapan prinsip-prinsip organisasi dengan memfokuskan pada kegiatan manajemen dan penggunaan teknologi informasi untuk pencapaian organisasi. Melihat dari hasil wawancara dan observasi mengenai kualitas pelayanan sertifikat tanah hak milik dalam program layanan rakyat untuk sertifikat tanah (larasita) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Tangibles yang meliputi dari peralatan personil, bahan komunikasi personil dan fasilitas fisik belum berjalan dengan baik. Ini terlihat dari peralatan yang ada di mobil LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum dapat digunakan secara On-line yang menyebabkan pengiriman data di mobil LARASITA tidak dapat dilakukan. Perbaikan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung selama ini untuk dapat berjalannya pelayanan secara On-line. Dengan diberikannya peralatan jaringan khusus Private Public Number (PPN) oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Karena terkendala dengan sinyal yang

17 69 didapatkan untuk melakukan pelayanan secara On-line tidak dapat melakukan pengiriman data dari mobil LARASITA ke Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Pelayanan secara On-line yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mempunyai tujuan untuk percepatan pelayanan pertanahan serta kemudahan mengakses informasi pertanahan bagi masyarakat. Dalam hal komunikasi Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung masih menemui kendala. Untuk komunikasi terkendala belum mempunyai jaringan udara khusus untuk pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Dengan tidak mempunyai jaringan khusus koordinator tim LARASITA melaporkan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung untuk bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk meminta jaringan khusus, tetapi sampai saat ini belum ada tanggapan dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Padahal tower untuk sinyal komunikasi sudah terpasang dan alat untuk komunikasi Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung menggunakan Handy Talky (HT). Untuk fasilitas fisik yang ada di mobil LARASITA sudah memadai, tetapi masih ada fasilitas fisik yang belum tersedia sebagai penunjang pelayanan kepada pemohon (masyarakat) yang membuat sertifikat tanah hak milik melalui pelayanan mobil LARASITA, seperti tempat duduk, meja dan tenda. Fasilitas fisik ini untuk kenyamanan pemohon (masyarakat) yang akan membuat sertifikat tanah hak milik. Permasalahan dalam program layanan LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung bukan hanya pada peralatan personil, bahan komunikasi

18 70 personil dan fasilitas fisik tetapi meliputi aspek-aspek diluar aspek geografis, adalah sebagaimana diuraikan dibawah ini : 1. Aspek Teknis Internal Larasita adalah Kantor Pertanahan Bergerak (Front Office), yang langsung berhadapan melayani masyarakat pengguna layanan. Pelayanan di mobil Larasita On Line dengan server KKP di Kantor Pertanahan, dan pelayanan pertanahan yang tidak dapat diselesaikan di mobil LARASITA pada saat tersebut, maka berkasnya akan dibawa dan diselesaikan prosesnya oleh seksi-seksi teknis di Back Office Kantor Pertanahan untuk diselesaikan. Selanjutnya apabila telah selesai produknya akan diserahkan kepada masyarakat pengguna layanan. 2. Aspek Koordinatif Eksternal Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendafataran Tanah, bahwa tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan. Akan tetapi, dalam memberikan pelayanan publik di bidang pertanahan, baik secara langsung maupun tidak langsung akan melibatkan institusi-institusi yang terkait, seperti Camat/PPATs dan Lurah/Kepala Desa) serta PPAT/Notaris. Masalah koordinasi merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan, guna menyatukan persepsi atau pemahaman yang sama, dalam memberikan pelayanan publik di bidang pertanahan kepada masyarakat. Koordinasi juga bisa dilakukan dalam rangka penyampaian programprogram dan kebijakan pertanahan baik yang sifatnya nasional maupun yang khusus dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Dalam rangka memberikan pelayanan publik dibidang pertanahan, sebaiknya harus ada satu

19 71 persepsi atau pemahaman yang sama antara kantor pertanahan dengan institusiinstitusi terkait, karena pelayanan pertanahan kepada masyarakat harus "satu garis lurus", agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang sama, sehingga semua layanan pertanahan menjadi lebih jelas dan tidak membingungkan. 3. Antusiasme Publik (Masyarakat) 3.1. Aspek Psikologis Secara psikologis, ditemukan beberapa alasan mengapa masyarakat tidak antusias untuk datang langsung ke kantor pertanahan, guna memperoleh layanan pertanahan, antara lain: a. Adanya sebagian masyarakat bahwa pengurusan sertifikat tanah itu berbelitbelit, sehingga masyarakat ketakutan bahwa tanahnya ternyata tidak bisa didaftar dengan sebab-sebab yang bahkan tidak diketahui secara jelas. b. Adanya sebagian masyarakat bahwa biaya pengurusan sertifikat tanah itu mahal, sehingga masyarakat ketakutan tidak mampu untuk membayar pengurusan sertifikat tanah. c. Adanya sebagian masyarakat bahwa pengurusan sertifikat tanah itu lama, sehingga masyarakat ketakutan melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi terlalu sulit. d. Masyarakat membayangkan petugas pelaksana LARASITA yang bakal dihadapinya, petugas pelaksana LARASITA akan melempar persoalannya kepada pihak lain atau tidak diberi kepastian bagaimana menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

20 72 e. Ada juga sebagian masyarakat yang trauma, dikarenakan tidak adanya informasi yang didapatkan oleh masyarakat tentang persyaratan pembuatan sertifikat tanah serta biaya yang diperlukan dalam pembuatan sertifikat tanah. Dari alasan-alasan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa hambatan psikologis akan dapat diatasi dengan penyebaran informasi yang akurat tentang pelayanan pertanahan. Selama ini, masyarakat hanya mendapatkan informasi tentang layanan pertanahan sampai pada tingkat tertentu, dimana tingkat yang lebih mendasar disimpan atau dibiaskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dengan keberadaan LARASITA, informasi yang sebelumnya hanya bisa dijangkau sampai tingkat yang terbatas saja, sekarang bisa diakses seluas-luasnya dan sampai pada tingkat yang seharusnya Aspek Formalitas Secara formal, masyarakat ternyata juga memiliki kendala yang menyebabkan tidak antusiasnya untuk datang langsung ke kantor pertanahan, guna memperoleh layanan pertanahan. Sebagian masyarakat merasa kurang nyaman dengan hal-hal formal. Misalnya, harus memahami istilah-istilah formal di kantor pertanahan, seperti Pengakuan Hak, Penegasan Hak, Peralihan Hak (balik nama), Roya (penghapusan Hak Tanggungan), Hak Tanggungan. Dengan kehadiran Larasita, masyarakat dapat menggunakan layanan pertanahan dengan leluasa dan lepas dari hal-hal formal. Dengan LARASITA, masyarakat dapat mengakses layanan pertanahan dengan nyaman, Lebih dari itu, masyarakat dapat leluasa dengan gaya dan bahasa yang dianut oleh budayanya, berkomunikasi dengan petugas Larasita tentang layanan-layanan pertanahan.

21 Aspek Sosial dan Ekonomi Dengan masih adanya masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah kebawah menjadi salah satu hambatan dalam hal besarnya biaya pengurusan untuk melengkapi persyaratan pendaftaran tanah, seperti pembuatan akta jual beli dan lain sebagainya. Dengan pelayanan yang mendekatkan langsung ke masyarakat, Petugas Larasita dapat melakukan pendampingan dan akses reform (penataan akses) untuk mencarikan solusi bagi masalah yang dihadapi masyarakat menengah ke bawah tersebut Aspek Kesadaran Masyarakat Masih terdapat sebagian masyarakat yang masih rendah pemahamannya mengenai arti pentingnya sertifikat tanah, sebagai bukti kepemilikan yang sah atas tanah, yang menjamin kepastian hukum hak atas tanahnya, serta dapat dijadikan sebagai jaminan pinjaman/permodalan (nilai ekonomis). Selain itu, terdapat juga sebagian masyarakat, yang tidak mendaftarkan tanahnya untuk disertifikatkan, karena mereka memang tidak begitu merasakan manfaat sertipikat tanah dan membandingkan antara manfaatnya dengan usaha untuk memperoleh sertifikat tanah itu, tidak sepadan. Melalui Petugas Larasita dilapangan, masyarakat dapat secara terus-menerus diberikan pencerahan dan informasi melalui sosialisasi/penyuluhan langsung, mengenai arti pentingnya sertifikat tanah. Kepada masyarakat juga disampaikan hal-hal tentang kekuatan hukum dan keuntungan-keuntungan atas tanah bersertifikat dengan tanah yang belum bersertipikat, dengan demikian diharapkan hal itu dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya.

22 Aspek Fisik Masyarakat Undang-Undang Pokok Agraria, menjamin adanya keadilan bagi seluruh masyarakat berkaitan dengan pemilikan tanah, oleh karena itu kantor pertanahan tidak boleh diskriminatif dalam memberikan pelayanan pertanahan kepada masyarakat. Untuk masyarakat yang keadaan fisiknya baik (normal), tentu tidak mempunyai masalah yang berarti untuk memperoleh layanan pertanahan di kantor pertanahan, sebaliknya bagi masyarakat tertentu yang memiliki kekurangan secara fisik, seperti penderita stroke, tuna-netra dll, hal itu menjadi masalah. Mereka menjadi tidak antusias untuk mendatangi kantor pertanahan dalam mengurus hak kepemilikan tanahnya, padahal masyarakat yang memiliki kekurangan secara fisik juga berhak memperoleh layanan pertanahan Reliability Reliability (kehandalan) dalam pelayanan program LARASITA adalah bagaimana kemampuan para petugas pelaksana dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan sesuai dengan apa yang ditawarkan. Pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan harapan pemohon yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pemohon tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi. Untuk meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sistem administrator dalam rangka peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis pemanfaatan di bidang informasi teknologi, sesuai dengan

23 75 Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional. Visi dari pusat pendidikan dan pelatihan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, yaitu : Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang mampu meningkatkan dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia pertanahan yang kreatif, inovatif terhadap tantangan masa depan yang sadar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan memiliki etika, solidaritas yang didasari iman dan takwa untuk menjamin pengelolaan pertanahan yang berkeadilan dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat Untuk mencapai visi tersebut dijabarkan kedalam beberapa misi yaitu : 1. Mengembangkan program pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) yang efektif dan efesien; 2. Mengembangkan prosedur dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) secara efektif dan efisien; 3. Mengembangkan sumber daya manusia pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) yang profesional; 4. Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan (DIKLAT); 5. Mengembangkan sumber daya manusia Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan (DIKLAT).

24 76 Tujuan dari pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah para pegawai diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untk menggunakan aplikasi komputerisasi kantor pertanahan (KKP), serta mempunyai sasaran untuk para pegawai dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) sistem administrator komputerisasi kantor pertanahan adalah : 1. Mengetahui tentang komputerisasi kantor pertanahan (KKP); 2. Mengoperasikan sistem administrasi komputerisasi kantor pertanahan (KKP); 3. Mengelola data aplikasi pertanahan; 4. Mengetahui mekanisme dan mengoperasikan aplikasi prosedur pelayanan pertanahan; 5. Mengoperasikan AutoCad Map; 6. Menggambarkan data lapangan dengan pemanfaatan teknologi komputer; 7. Menjalankan pemprosesan berkas; 8. Mengadministrasi berkas; 9. Melakukan pemetaan; 10. Mengolah data lapangan dengan Net Survey; 11. Melakukan pemeliharaan manajemena data dan support centre. Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 338/KEP /X/2010 tentang penyelengaraan Pendidikan dan Pelatihan Sistem Administrator Komputerisasi Kantor Pertanahan. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (DIKLAT)

25 77 dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari dilaksanakan di Hotel Puncak Raya Jalan Raya Puncak KM 80 Cisarua Kabupaten Bogor, yang dibagi kedalam beberapa angkatan, antara lain : Tabel 4.3 Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Angkatan Pelaksanaan I 28 Oktober 10 November 2010 II 29 Oktober 11 November 2010 III 22 November 4 Desember 2010 IV 24 November 7 Desember 2010 V 6 Desember 18 Desember 2010 VI 9 Desember 22 Desember 2010 Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Jumlah perserta pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) dalam 1 (satu) angkatan berjumlah 78 (tujuh puluh delapan) orang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) pada angkatan pertama bersama dengan 77 (tujuh puluh tujuh) Kantor Pertanahan dari 15 (lima belas) Badan Pertanahan Nasional Provinsi di seluruh indonesia. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung mengirimkan 1 (satu) orang pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT). Pada pelatihan ini diberikan bagaimana cara menjalankan komputerisasi kantor pertanahan (KKP) dalam pelayanan program LARASITA. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung merupakan instansi pemerintah yang bergerak di bidang petanahan, Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung sebagai instansi pemerintah tidak hanya mengemban misi salah satunya, yaitu

26 78 peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). Dengan kata lain, Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi masyarakat. Oleh karena itu, kehandalan dari pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan kepada pemohon/masyarakat sangatlah penting. Kemampuan para pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam melayani kebutuhan pemohon (masyarakat), dapat ditunjukkan dengan berusaha memberikan pelayanan yang cepat dan tepat waktu sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Dengan dikembangkannya komputerisasi kantor pertanahan (KKP) model pelayanan yang berbasis sistem on-line. Pembangunan pelayanan on line, membangun data base elektronik, pembangunan infrastruktur perangkat keras dan jaringan koneksi, peningkatan sumber daya manusia dalam kemampuan penguasaan informasi teknologi. Menurut Koordinator pelaksana LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 5 sebagai berikut : Dengan diadakannya pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, akan meningkatkan kemampuan para pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat menggunakan teknologi. Tetapi pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) tidak bisa diikuti oleh semua pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dikarenakan terbatasnya pegawai yang diikutsertakan. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung sendiri tidak mengadakan pelatihan secara berkesinambungan kepada pegawai yang tidak 5 Wawancara dengan Koordinator pelaksana LARASITA, 21 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

27 79 mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, terakhir pelatihan yang diadakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung kepada pegawai pada tahun 2010, dengan waktu pelatihan yang diberikan selama 2 (dua) hari. Pelatihan diselenggarakan bertempat di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator pelaksana LARASITA, Para Pelaksana pelayanan program LARASITA di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 6 belum dapat menjalankan peralatan yang ada di mobil LARASITA, dikarenakan pemahaman sumber daya manusia dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi masih kurang. Para petugas pelaksana tidak seluruhnya mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Sistem Administrator Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) yang mengakibatkan belum dapat menjalankan peralatan yang ada di mobil LARASITA. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pelayanan program LARASITA di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung tersebut, dapat diatasi dengan melakukan pelatihan teknis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diadakan baik di tingkat pusat, provinsi atau kabupaten/kota secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk kelancaran pelayanan program LARASITA, koordinator tim LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung membuat jadwal dan sekaligus menunjuk koordinator pelaksana dan para pelaksana LARASITA dalam 1 (satu) bulan kunjungan ke setiap Kecamatan yang akan didatangani oleh layanan mobil LARASITA di seluruh Kabupaten Bandung yang terdiri dari 31 (tiga puluh satu) Kecamatan, sekaligus pembagian kerja dalam pelayanan program LARASITA. Pembagian kerja terdiri dari 3 (tiga) orang yang masing-masing 6 Wawancara dengan Koordinator pelaksana LARASITA, 21 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

28 80 mempunyai tugas seperti pemeriksa berkas, operator dan penanggungjawab teknis/pengemudi yang sudah ditetapkan dalam jadwal kunjungan mobil LARASITA ke setiap Kecamatan. Pembagian kerja dibuat agar para petugas pelaksana LARASITA mengetahui tugas masing-masing dan terhindar dari tumpang tindih pekerjaan. Pada tahun 2012, para petugas pelaksana LARASITA dalam melayani masyarakat yang akan membuat sertifikat tanah hak milik dalam program LARASITA di 44 Desa pada 22 Kecamatan dari 31 Kecamatan yang dijadikan lokasi pelayanan program LARASITA. Jumlah permohonan pembuatan sertifikat tanah hak milik sampai bulan September yang sudah terselesaikan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan adalah : Tabel 4.4 Permohonan Sertifikat Tanah Hak Milik dari Tahun 2009 s/d Tahun 2012 dalam Program LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Jumlah Permohonan Selesai Dalam Proses Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 2012

29 81 Data diatas menunjukkan pada tahun 2012 berkas permohonan sertifikat tanah hak milik di Kabupaten Bandung sebanyak 157 berkas. Bahwa sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun Permohonan sertifikat tanah hak milik yang harus selesai adalah dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli Permohonan sertifikat tanah hak milik dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli 2012 sebanyak 109 permohonan, sebanyak 65 permohonan sertifikat tanah hak milik sudah diselesaikan, tetapi sebanyak 44 permohonan sertifikat tanah hak milik masih dalam proses. Jadi permohonan sertifikat tanah hak milik dalam program LARASITA dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2012 yang harus diselesaikan sebanyak 92 permohonan. Menurut Koordinator tim LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 7 sebagai berikut : Dengan masih adanya permohonan sertifikat tanah hak milik yang belum terselesaikan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun Dikarenakan adanya kendala intern maupun ekstern yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Ini menjadi kendala yang menyebabkan masih adanya sertifikat tanah hak milik yang belum selesai. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator tim LARASITA, ketidaktepatan waktu dalam penyelesaian permohonan sertifikat tanah hak milik disebabkan oleh kendala baik intern Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dan ekstern oleh Masyarakat, kendala intern dari Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung, yaitu : 7 Wawancara dengan Koordinator tim LARASITA, 23 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

30 82 1. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung kekurangan pegawai di sekretariat, pegawai di sekretariat hanya 8 (delapan) orang dengan 3 (tiga) orang pegawai definitif dan 5 (lima) orang pegawai honorer untuk mengerjakan seluruh permohonan pelayanan pertanahan. 2. Belum keluarnya peta bidang tanah, dikarenakan di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung memiliki 3 (tiga) orang pegawai graphis dengan 1 (satu) pegawai definitif dan 2 (dua) pegawai honorer untuk mengerjakan seluruh permohonan pelayanan pertanahan. 3. Masih adanya perbedaan pemahaman antar pegawai di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam menyelesaikan permohonan sertifikat tanah hak milik. Kendala ekstern dari Masyarakat, yaitu : 1. Membutuhkan waktu bagi pemohon (masyarakat) dalam melengkapi berkas permohonan apabila terdapat kekurangan persyaratan sertifikat tanah hak milik yang belum dilengkapi atau diperbaiki oleh pemohon (masyarakat), contonya pengisian/perbaikan warkah atau melampirkan SPPT PBB terbaru. 2. Adanya pelaksanaan pengukuran bidang tanah yang dilakukan oleh petugas ukur dilaksanakan diatas 1 (satu) bulan, dikarenakan pemohon tidak bisa menghadiri pelaksanaan pengukuran terkendala dengan jadwal kerja pemohon yang bersamaan dengan jadwal pengukuran dan pemohon mengalami kesulitan dalam menghadirkan pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah pemohon yang akan diukur, dikarenakan pemohon tidak mengetahui alamat pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah pemohon atau pemohon mengetahui

31 83 alamat pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah pemohon tetapi berdomisili diluar Kabupaten Bandung. Berkaitan dengan hal kualitas pelayanan publik, maka kemampuan para pegawai sangat berperan penting dalan hal menentukan kualitas pelayanan publik tersebut. Menurut Mansyur (2010 : ) untuk indikator-indikator dalam kemampuan para pegawai adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pendidikan pegawai; 2. Kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal; 3. Kemampuan melakukan kerjasama; 4. Kemampuan menyesuiakan diri terhadap perubahan yang dialami organisasi; 5. Kemampuan dalam menyusun rencana kegiatan; 6. Kecepatan dalam melaksanakan tugas; 7. Tingkat kreativitas mencari tata kerja yang terbaik; 8. Tingkat kemampuan dalam memberikan pertanggung jawaban kepada atasan; 9. Tingkat keikutsertaan dalam pelatihan/kursus yang berhubungan dengan bidang tugasnya. Menurut Mitrani et.al, 1992 kemampuan sebagai an underlying characteristic s of an individual which is causally related to criterionreferenced effektive and or superior performance in a job or situasion, atau karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Berangkat dari pengertian tersebut kemampuan seorang individu merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerjanya. Menurut Robbins (2006 : 52 55) kemampuan adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang pada hakikatnya tersusun dari dua faktor yaitu :

32 84 1. Kemampuan intelektual Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan mental. Tujuh dimensi yang membentuk kemampuan intelektual adalah : a. Kemampuan numerik, kemampuan untuk melakukan penghitungan cepat dan akurat. b. Pemahaman verbal, kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar dan hubungan antar kata. c. Kecepatan perseptual, kemampuan mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan visual dengan cepat dan akurat. d. Penalaran induktif, kemampuan mengidentifikasi rangkaian logis masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut. e. Penalaran deduktif, kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi argumentasi. f. Visualisasi ruangan, kemampuan menggambarkan penampakan obyek tertentu jika posisinya dalam ruangan diubah g. Memori, kemampuan mempertahankan dan mengingat kembali pengalaman masa silam. Di sepanjang dasawarsa terakhir, terdapat kemampuan yang melebihi kemampuan kemampuan intelektual, kemampuan tersebut dibagi menjadi empat sub bagian, yaitu 1). kecerdasan kognitif, meliputi bakat yang sudah lama ditemukan oleh tes-tes intelegensi tradisional. 2). kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk berhubngan dengan orang lain secara efektif. 3). kecerdasan

33 85 emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami dan mengelola emosi. 4). kecerdasan budaya adalah kesadaran atas keberagaman antar kebudayaan dan kemampuan untuk menjalankan fungsi secara sukses dalam situasi lintas budaya. 2. Kemampuan fisik Pada tingkat yang sama dengan kemampuan intelektual dalam memainkan peran yang lebih besar dalam pekerjaan kompleks yang menuntut persyaratan pemrosesan informasi, kemampuan fisik khusus bermakna penting bagi keberhasilan menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang kurang menuntut keterampilan tetapi lebih menuntut stamina, kekuatan dan karakteristikkarakteristik lainnya. Persyaratan-persyaratan yang diperlukan dalam kemampuan fisik, dibagi ke dalam tiga faktor, antara lain : A. Faktor-faktor kekuatan 1. Kekuatan dinamik, kemampuan memanfaatkan kekuatan otot secara berulang-ulang atau terus-menerus dalam waktu tertentu. 2. Kekuatan otot bawah, kemampuan memanfaatkan kekuatan otot bagian bawah tubuh (terutama otot perut). 3. Kekuatan statis, kekuatan memanfaatkan kekuatan untuk membendung obyek-obyek eksternal. 4. Kekuatan eksplosif, kemampuan memanfaatkan energi maksimum dalam satu atau serangkaian kegiatan eksplosif

34 86 B. Faktor-faktor fleksibilitas 1. Fleksibilitas jangkauan, kemampuan menggerakkan otot bawah atau belakang sejauh mungkin. 2. Fleksibilitas dinamik, kemampuan melakukan gerakan-gerakan meregang cepat dan berulang-ulang. C. Faktor-faktor lain 1. Koordinasi tubuh, kemampuan mengkoordinasikan tindakan-tindakan simultan anggota-anggota tubuh berbeda. 2. Keseimbangan, kemampuan menjaga keseimbangan meski terdapat kekuatan yang berupaya menggoyahkan. 3. Stamina, kemampuan mengerahkan upaya maksimum yang mensyaratkan upaya terus-menerus. Melihat dari hasil wawancara dan observasi mengenai kualitas pelayanan sertifikat tanah hak milik dalam program layanan rakyat untuk sertifikat tanah (LARASITA) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Reliability para pelaksana LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung yang belum dapat mengoperasikan pelayanan secara on-line dan kemampuan dalam memberikan informasi pertanahan. Ini dilihat dari kemampuan para pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam menjalankan peralatan yang ada di mobil LARASITA. Minimnya pegawai yang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Sistem Administrator Komputerisasi Kantor Pertanahan. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung mengirimkan 1 (satu) orang untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Sistem Administrator Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP).

35 87 Menyebabkan kendala bagi para pegawai dalam mengoperasikan pelayanan secara on-line. Karena masih terdapatnya pegawai yang kurang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankan pelayanan secara On-line, bahkan masih ada pegawai yang belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar dalam mengoperasikan komputer. Ini menjadi salah satu kendala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara on-line. Pelatihan yang diadakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung untuk para pegawai yang tidak mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Sistem Administrator Komputerisasi Kantor Pertanahan yang diadakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tidak berkesinambungan. Pelatihan yang diberikan untuk para pegawai terakhir dilaksanakan pada tahun 2010, dan pelaksanaan pelatihan dilaksanakan dengan waktu 2 (dua) hari. Pelatihan diselenggarakan bertempat di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Kendala lain kemampuan para petugas pelaksana program LARASITA dalam memberikan pelayanan dan informasi pertanahan. Ini disebabkan karena tidak adanya rapat/pertemuan antar seksi-seksi terkait dalam pembuatan sertifkat tanah hak milik. Untuk membahas persyaratan-persyaratan yang harus dilengkapi oleh masyarakat agar berkas permohonan yang sudah dinyatakan lengkap oleh petugas pelaksana LARASITA dilapangan tidak terdapat kekurangan yang harus dilengkapai pemohon (masyarakat). Karena tidak adanya rapat/pertemuan antar seksi-seksi terkait menyebabkan informasi yang diberikan kepada masyarakat menjadi tidak jelas dan waktu penerbitan sertifikat tanah hak milik melebihi

BAB I PENDAHULUAN. yang berurusan dengan sertifikat tanah. Dalam pembuatan sertifikat tanah Badan

BAB I PENDAHULUAN. yang berurusan dengan sertifikat tanah. Dalam pembuatan sertifikat tanah Badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang agraria atau pertanahan dan menangani halhal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pencapaian tujuan dari program layanan rakyat untuk sertifikat tanah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pencapaian tujuan dari program layanan rakyat untuk sertifikat tanah 120 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa pencapaian tujuan dari program layanan rakyat untuk sertifikat tanah (LARASITA) belum didukung oleh

Lebih terperinci

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI Tahun 2010-2014. II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN A. Visi Pembangunan Pertanahan R encana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden.

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Organisasi Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah instansi pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Berdasarkan keputusan presiden nomor 96/M/1993 tentang pembentukan Kabinet Pembangunan IV kegiatan pertanahan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 24 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan lagi di Semarang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Organisasi Badan Pertanahan Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Tanah dari tahun ke tahun memiliki fungsi dan nilai ekonomis yang tinggi, dapat terlihat dari semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Pada bab ini, penulis akan mencoba untuk menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Lebih terperinci

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance)

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance) BAB II RENCANA STRATEGIS A. RENCANA STRATEGIS 1. VISI Tantangan birokrasi pemerintahan masa depan meliputi berbagai aspek, baik dalam negeri maupun manca negara yang bersifat alamiah maupun sosial budaya,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD

BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD 2.1. Struktur Organisasi Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan dalam rangka mendorong peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA 1.1 Deskripsi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang 1.1.1 Lokasi Dalam program latihan akademik (PLA) penelitian dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten subang, yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA Sekilas Tentang Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA Sekilas Tentang Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar 14 BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA 3.1. Sekilas Tentang 3.1.1. Semboyan Semboyan Kantor Pertanahan Kabupaten Karangayar yang merupakan semboyan Badan Pertanhan Nasional Republik Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN 2016 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanggungjawaban Renstra kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II PROFIL PERUSAHAAN 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN 2.1. Kondisi Umum SKPD 2.1.1 Dasar Hukum Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan dalam

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Badan Pertanahan Nasional. pembentukan Badan Pertanahan Nasional.Badan ini merupakan peningkatan dari

BAB III PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Badan Pertanahan Nasional. pembentukan Badan Pertanahan Nasional.Badan ini merupakan peningkatan dari BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjaun Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional,suatu lembaga non departemen yang terbentuk setelah di keluarkan nya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek kehidupan manusia selalu mempunyai hubungan dengan tanah termasuk sumberdaya alam yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya sebuah organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung mempunyai tugas menyediakan data statistik dan informasi yang berkualitas, lengkap, akurat, mutakhir, berelanjutan dan relevan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian, metode pengumpulan data dan analisa yang akan digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian, metode pengumpulan data dan analisa yang akan digunakan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab metodologi penelitian ini akan membahas mengenai kerangka penelitian, metode pengumpulan data dan analisa yang akan digunakan untuk merumuskan strategi manajemen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok (RPJMD

I. PENDAHULUAN. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok (RPJMD I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok (RPJMD 2006-2011) yaitu: Menuju Kota Depok yang melayani dan mensejahterakan. Visi yang tertuang dalam RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan berbagai kemajuan di bidang teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan berbagai kemajuan di bidang teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan berbagai kemajuan di bidang teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini menumbuhkan kesadaran berbagai pihak akan pentingnya informasi sebagai

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Sapta Tertib Pertanahan Daftar Isi Daftar Tabel, Grafik dan Gambar Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif i ii iv vii ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek kehidupan manusia selalu mempunyai hubungan dengan tanah termasuk sumberdaya alam yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Kondisi masyarakat yang mengalami perkembangan dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan apa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu organisasi baik pemerintah atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu organisasi baik pemerintah atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu organisasi baik pemerintah atau organisasi bisnis membutuhkan berbagai jenis sumber daya, seperti modal, bahan baku material,

Lebih terperinci

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i KATA PENGANTAR Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng disingkat Diskominfo adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terbentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disiplin merupakan kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapainya.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disiplin merupakan kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapainya. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Gorontalo sebagai provinsi yang baru dibentuk tahun 2002 dengan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 3/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2013 PERTAHANAN. Pengadaan. Pembangunan. Badan Pertanahan Nasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Pusat Data dan Teknologi Informasi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2016 KEMEN-ATR/BPN. KEK. Pengaturan ATR/Pertanahan. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengurus apa yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengurus apa yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu pemerintahan membutuhkan sebuah sistem yang sangat mendukung proses pelayanan yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan. Dimana pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan Nasional dibidang Kependudukan bertujuan untuk membangun kualitas database kependudukan guna menjamin legalitas dokumen kependudukan yang meliputi Kartu

Lebih terperinci

Berdasarkan visi tersebut kemudian untuk bisa operasional, maka visi dijabarkan dalam misi. Adapun misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Berdasarkan visi tersebut kemudian untuk bisa operasional, maka visi dijabarkan dalam misi. Adapun misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil IKHTISAR EKSEKUTIF Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah Nya, kita semua masih diberi kekuatan dan kemampuan untuk mengabdikan diri kepada bangsa dan negara,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1 APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH Budiman Arif 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN I. UMUM Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2 Penyampaian LKPJ Walikota Bandung Tahun 2012, merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan ketentuan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Komunikasi dan Informatika Visi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pacitan mengacu pada visi Kepala Daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KELURAHAN (SIAKEL) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan yang baru dengan potensi pemanfaatannya secara luas, yaitu membuka

I. PENDAHULUAN. kehidupan yang baru dengan potensi pemanfaatannya secara luas, yaitu membuka I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia ke arah kehidupan yang baru dengan potensi pemanfaatannya secara luas, yaitu membuka peluang bagi pengaksesan,

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 adalah 237.641.326 jiwa. Dengan populasi sebesar itu Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA COVER DEPAN Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government COVER DALAM Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Karimun, Dinas Kependudukan Catatan

Lebih terperinci

Tugas Teknologi Komunikasi Informasi PENGEMBANGAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENUNJANG IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DI BAGIAN

Tugas Teknologi Komunikasi Informasi PENGEMBANGAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENUNJANG IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DI BAGIAN Tugas Teknologi Komunikasi Informasi PENGEMBANGAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENUNJANG IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DI BAGIAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA KABUPATEN PURWAKARTA makalah Oleh YUDHO DILIYANTO

Lebih terperinci

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada institusi birokrasi.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA 3.1 Sejarah Singkat Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Badan Pertanahan Nasional merupakan suatu lembaga yang dibentuk tanggal 19 Juli 1988, berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal 16 Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya Badan Pertanahan Nasional. Pada tahun 1998 masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5542 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Kesehatan. Sistem Informasi. Data. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Negara sebagai

Lebih terperinci

BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN

BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN A. Peranan Kantor Badan Pertanahan Kota Medan Badan Pertanahan Nasional (disingkat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.

BAB I PENDAHULUAN. pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memberikan dampak yang besar bagi masyarakat modern di abad ke-21. Masyarakat modern dituntut untuk

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, telah membuat bangsa kita sadar akan

Lebih terperinci