STUDI PEMILIHAN CALON TAPAK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF OPERASI PLTN DI BANGKA BELITUNG : PENYUSUNAN KONSEP DAN RENCANA DISPOSAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PEMILIHAN CALON TAPAK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF OPERASI PLTN DI BANGKA BELITUNG : PENYUSUNAN KONSEP DAN RENCANA DISPOSAL"

Transkripsi

1 Sucipta, dkk. ISSN STUDI PEMILIHAN CALON TAPAK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF OPERASI PLTN DI BANGKA BELITUNG : PENYUSUNAN KONSEP DAN RENCANA DISPOSAL Sucipta, S. Waluyo, B. Setiawan, D. Suganda, A.S. Purnomo, dan H. Sriwahyuni Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Gedung 50 Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang scipta@batan.go.id ABSTRAK STUDI PEMILIHAN CALON TAPAK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF OPERASI PLTN DI BANGKA BELITUNG : PENYUSUNAN KONSEP DAN RENCANA DISPOSAL. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan dan pengoperasian PLTN di Bangka Belitung, perlu dilakukan studi tentang pemilihan calon tapak disposal limbah radioaktif yang ditimbulkan dari operasional PLTN tersebut. Pada tahun 2011 telah dilakukan studi pendahuluan terutama menyangkut penyusunan konsep dan rencana disposal. Penyusunan konsep dan rencana disposal tersebut meliputi tinjauan terhadap volume limbah, kemasan limbah, kriteria tapak dan keselamatan disposal, lingkup studi dan wilayah, metode penelitian, pengalokasian sumberdaya, penjadualan dan tinjauan lokasi. Pendekatan studi mengacu pada Safety Series IAEA No. 111-G-3.1, yang merekomendasikan tahapan pemilihan tapak disposal limbah radioaktif menjadi 4 yaitu 1) Conceptual and Planning Stage, 2) Area Survey Stage, 3) Site Characterization Stage, dan 4) Site Confirmation Stage. Studi calon tapak disposal dilakukan dengan beberapa langkah kerja sebagai berikut : 1.Studi pustaka dan pengumpulan data sekunder, 2. Analisis data sekunder, 3. Observasi lapangan dan pengambilan sampel, 4. Analisis laboratorium, 5. Pengolahan, evaluasi dan interpretasi data, 6. Rekomendasi, 7. Penulisan laporan. Dari studi pendahuluan ini dapat diperoleh konsep dan rencana yang sesuai dan memadai serta memperoleh gambaran secara regional daerah penelitian, serta data volume limbah, kemasan limbah, kriteria tapak dan keselamatan disposal, lingkup studi dan wilayah, serta metode yang diterapkan untuk studi. Dari evaluasi data yang ada dapat disimpulkan bahwa konsep disposal yang bisa diterapkan adalah near surface disposal dan deep geological disposal dalam batuan beku seperti granit, granodiorit dan adamelit. Lokasi disposal bisa dipilih pada daratan yang relatif dekat dengan calon tapak PLTN seperti Bangka Barat dan Bangka Selatan, atau pada pulau-pulau kecil berbatuan beku atau sedimen di sekitar Bangka Belitung. Kata kunci : Tapak, disposal, limbah radioaktif, konsep dan rencana ABSTRACT STUDY OF DISPOSAL SITE CANDIDATE SITING FOR RADIOACTIVE WASTE FROM NPP OPERATION IN BANGKA BELITUNG : DISPOSAL CONCEPT AND PLANNING. In order to support the accelerated development and operation of nuclear power plants (NPP) in the Bangka Islands, the study of disposal site candidate siting for radioactive waste arising from operation of NPP in Bangka Belitung have been done. In 2011, a preliminary study have been conducted the drafting of disposal concept and planning. Disposal concept and planning includes the review of the waste volume, waste package, site and safety criteria of disposal, the scope and area of study, research methods, resource allocation, scheduling and review sites. IAEA Safety Series No G-3.1 have been adopted as a study approach, which recommends steps of radioactive waste disposal site selection to 4 steps : 1) Conceptual and Planning Stage, 2) Survey Area Stage, 3) Site Characterization Stage, and 4) Site Confirmation Stage. Study of disposal site candidate was done in several steps as follows: 1. Literature study and secondary data collection, 2. Analysis of secondary data, 3. Field observations and sampling, 4. Laboratory analisis, 5. Processing, evaluation and interpretation of data, 6. Recommendations 7. Reporting. From this preliminary study can be obtained concepts and plans are appropriate and adequate and obtain a regional study area, as well as the data volume of waste, packaging waste, disposal site and safety criteria, scope and area studies, as well as the methods applied for the study. From the evaluation of existing data can be concluded that the disposal concept can be applied is the near surface disposal and deep geological disposal in igneous rocks such as granite, granodiorite and adamelite. Disposal locations can be selected on the mainland are relatively close to the potential site of nuclear power plants such as the Bangka Barat and Bangka Selatan, or on small islands with igneous or sedimentary rocks around the Bangka Belitung Islands. Keywords : Site, disposal, radioactive waste, concept and planning

2 134 ISSN Sucipta, dkk. PENDAHULUAN enyiapan tapak Penyimpanan Lestari Limbah PRadioaktif (PLLR) di Kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya dilatarbelakangi oleh antisipasi kebutuhan disposal untuk limbah radioaktif dari kegiatan aplikasi iptek nuklir di bidang energi (PLTN) yang masih dalam tahap perencanaan. Dengan mempertimbangkan aspek kegiatan yang berpotensi menimbulkan limbah radioaktif yang ada, salah satu kajian studi akan difokuskan di kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya yang sekaligus mempertimbangkan masalah lingkungan, transportasi dan keselamatan. Studi ini merupakan kegiatan dalam rangka program percepatan pembangunan dan pengoperasian PLTN di Indonesia (1). Tujuan penyimpanan lestari limbah radioaktif adalah untuk mengisolasi limbah sehingga tidak ada akibat paparan radiasi terhadap manusia dan lingkungan pada masa kini dan yang akan datang.tingkat pengisolasian yang diperlukan dapat diperoleh dengan mengimplementasikan berbagai metode penyimpanan, diantaranya dengan model near surface disposal (NSD) dan deep geological disposal (DGD) sebagai pilihan yang umum dan digunakan di beberapa negara (2). Pemilihan tapak ditujukan untuk mencari suatu tapak, yang bila dilengkapi dengan desain, bentuk limbah, tipe dan kualitas kemasan limbah, penghalang rekayasa dan kontrol institusional yang memadai, akan menjamin proteksi radiasi dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh badan pengawas. Studi calon tapak dilakukan dengan pendekatan sistematis menurut rekomendasi IAEA (3), yaitu dengan sistem penapisan wilayah dari tingkat regional ke tapak spesifik. Pemilihan sistematis untuk fasilitas disposal meliputi empat tahapan yaitu : 1) tahap konsep dan perencanaan; 2) tahap survey daerah; 3) tahap karakterisasi tapak; dan 4) tahap konfirmasi tapak. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam studi ini meliputi aspek-aspek : geologi, geomorfologi, lithostratigrafi, seismotektonik, hidrologi, hidrogeologi, vulkanisme, cebakan tambang, iklim, demografi, kawasan penting dan situs bersejarah. Studi calon tapak disposal dilakukan dengan berdasarkan pertimbangan tipe batuan yang ada dan prinsip co-location untuk wilayah kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya. Tujuan studi adalah untuk mengetahui karakteristik geologi dan lingkungan, serta mendapatkan calon tapak penyimpanan lestari radioaktif di kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya. TATA KERJA Penelitian dilakukan di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, Badan Tenaga Nuklir Nasional, pada tahun Studi pemilihan calon tapak disposal limbah radioaktif operasi PLTN di Bangka Belitung, pada tahapan awal ini berupa penyusunan konsep dan rencana. Penyusunan konsep dan rencana mengacu pada Safety Series IAEA No. 111-G-3.1 (3) serta pengalaman studi serupa di Pulau Jawa dan sekitarnya (4). Aspek-aspek studi yang dilakukan meliputi tinjauan terhadap jumlah dan kemasan limbah PLTN yang direncanakan, konsep disposal, penjadualan, kriteria tapak dan keselamatan disposal, ruang lingkup studi, metodologi, serta tinjauan lapangan. Kegiatan studi meliputi 1) penelusuran dan pengumpulan data sekunder terkait konsep dan rencana; 2) pengumpulan data sekunder terkait wilayah, berupa data regional aspek geologi dan lingkungan; 3) penyusunan konsep dan rencana disposal; 4) observasi lapangan dan pengambilan sampel; 5) kegiatan laboratorium dan deskstop study; 6) pengolahan data; dan 7) pembuatan laporan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penjadwalan Kegiatan Studi Calon Tapak Disposal Gambar 1. Roadmap kegiatan studi calon tapak disposal di Bangka Belitung Kegiatan studi calon tapak disposal limbah radioaktif dari operasional PLTN di Bangka Belitung dibagi dalam 4 tahapan yang direncanakan dalam 4 tahun (Gambar 1), yaitu konsep dan rencana disposal (tahun pertama), pemilihan wilayah potensial (tahun kedua), pemilihan tapak potensial (tahun ketiga) dan penentuan tapak terpilih (tahun keempat). Adapun rincian kegiatan pada tiap-tiap tahapan dapat diuraikan seperti tercantum dalam Gambar 2.

3 Sucipta, dkk. ISSN Gambar 2. Diagram alir program pemilihan tapak disposal limbah radioaktif (3) Prediksi Volume Limbah PLTN Volume limbah radioaktif diprediksi berdasarkan jumlah reaktor, tipe reaktor, daya reaktor, dan lama operasional reaktor (PLTN). Dengan asumsi 4 PLTN tipe PWR yang masingmasing berdaya 1000 MW dan lama pengoperasian 60 tahun, dengan laju keluaran m3/tahun ( drum 200 l/tahun), maka akan ditimbulkan limbah radioaktif tingkat rendah dan sedang (LILW) sebanyak drum drum. Kebutuhan lahan untuk disposal antara m 2 s/d m 2 (belum termasuk buffer zone). Konsep Disposal Dengan mempertimbangkan kondisi geologi kepulauan Bangka Belitung (5,6,7), yang berpotensi sebagai hostrock disposal limbah radioaktif adalah batuan kristalin/batuan beku (granit dan sejenisnya). Konsep disposal yang bisa dikembangkan adalah near surface disposal (NSD) dan deep geological disposal (DGD). Tipe near surface disposal yang bisa diterapkan bisa shallow land burial (SLB) ataupun rock cavern disposal (RCD), tergantung pada kesesuaian tapak yang ditemukan. Di dalam NSD, fasilitas penyimpanan diletakkan pada atau di bawah permukaan tanah, dengan ketebalan lapisan pelindung beberapa meter. Dalam beberapa kasus lapisan pelindung tersebut bisa mencapai beberapa puluh meter pada tipe fasilitas RCD. Fasilitas-fasilitas tersebut dikhususkan untuk limbah aktivitas rendah dan sedang tanpa atau sedikit mengandung radionuklida berumur panjang (2,3). Fasilitas deep geological disposal diletakkan pada kedalaman beberapa ratus meter hingga seribu meter di bawah permukaan tanah. Fasilitas tersebut dikhususkan untuk limbah aktivitas tinggi dan mengandung radionuklida berumur panjang (8,9). Kriteria Tapak Penyimpanan Akhir/Lestari Berbagai faktor penting yang wajib dipertimbangkan dalam eksplorasi tapak penyimpanan lestari limbah radioaktif adalah sebagai berikut (3) : 1. Geologi Tata geologi dari tapak harus mampu mengisolasi limbah dan membatasi lepasnya radionuklida ke biosfer. Tata geologi juga harus menunjang stabilitas sistem disposal, dan menjamin volume yang cukup serta sifat-sifat teknis yang memadai untuk implementasi disposal. 2. Hidrogeologi Tata hidrogeologi dari tapak harus dengan aliran air tanah yang rendah dan memiliki jalur pengaliran yang panjang untuk menghambat transportasi radionuklida. 3. Geokimia Aspek kimia air tanah dan media geologi menunjang pembatasan lepasnya radionuklida

4 136 ISSN Sucipta, dkk. dari fasilitas disposal dan tidak mengurangi keawetan penghalang rekayasa (engineered barrier) secara nyata. 4. Tektonik dan kegempaan Tapak seharusnya ditempatkan dalam suatu daerah dengan aktivitas tektonik dan kegempaan yang rendah sehingga kemampuan mengisolasi sistem disposal tidak akan terancam bahaya. 5. Proses-proses permukaan Proses-proses permukaan seperti banjir, tanah longsor atau erosi pada daerah tapak seharusnya tidak terdapat dengan frekuensi dan intensitas yang dapat mempengaruhi kemampuan sistem disposal memenuhi standar/persyaratan keselamatan. 6. Meteorologi Meteorologi daerah tapak harus dikarakterisasi secara cukup memadai sehingga adanya pengaruh kondisi meteorologi ekstrim yang tidak diharapkan dapat dipertimbangkan secara seksama dalam desain dan perijinan fasilitas disposal. 7. Man-induced events Tapak harus terletak pada daerah dimana aktivitas generasi saat ini maupun yang akan datang, pada atau dekat dengan tapak, tidak akan mempengaruhi kemampuan isolasi sistem disposal. 8. Transportasi limbah Tapak seharusnya terletak sedemikian rupa sehingga jalur akses akan memudahkan transportasi limbah dengan resiko minimal terhadap masyarakat. 9. Penggunaan lahan Penggunaan lahan dan kepemilikan lahan harus dipertimbangkan terhadap pengembangan masa depan dan perencanaan wilayah. 10. Distribusi penduduk Tapak seharusnya terletak pada lokasi tertentu sehingga potensi bahaya dari sistem disposal terhadap penduduk saat ini dan proyeksi masa depan masih dalam batas yang dapat diterima. 11. Proteksi lingkungan Tapak seyogyanya ditempatkan sedemikian rupa sehingga lingkungan akan terlindungi secara cukup memadai sepanjang umur fasilitas disposal, dan dampak penyebaran secara potensial dapat ditanggulangi ke dalam tingkat yang aman, dengan memperhitungkan aspek teknis, ekonomi dan lingkungan. Secara lebih rinci kriteria tapak NSD tersebut dapat dirangkum sebagaimana disajikan dalam Tabel 1. Kriteria tapak untuk penyimpanan lestari limbah radioaktif aktifitas tinggi yang berupa fasilitas DGD mengacu pada hasil rangkuman dari berbagai acuan internasional sebagai berikut (10) : 1. Kriteria geometri Lokasi seharusnya memiliki formasi geologi yang cukup luas dan tebal sehingga mencukupi sebagai ruang sistem disposal, zona penyangga bawah permukaan (buffer zone) dan daerah eksklusif di permukaan bumi. Menurut estimasi yang didasarkan pada kerapatan penempatan limbah yang diijinkan dan sifat host geological environment (HGE), maka host geological system (HGS) harus memiliki luas antara 8-10 km 2 dan ketebalan minimum 200 m (untuk batuan plastis) atau 500 m (untuk batuan padat keras). Kedalaman minimum repositori antara m dari permukaan bumi. 2. Kriteria stabilitas jangka panjang Lokasi GD harus merupakan suatu blok geologi yang stabil, tidak dekat dengan batas tektonik, aktivitas dan intensitas kegempaan rendah, bebas dari aktivitas volkanisme. Sifat mekanik dan geofisik batuan pengungkung harus memadai untuk menjamin stabilitas disposal. Lokasi repositori harus memperhitungkan keberadaan features alamiah dan buatan untuk prediksi kemungkinan ketidakstabilan struktur. Lokasi repositori harus ditempatkan pada daerah yang bebas atau kecil pengaruh prosesproses alamiah denudasi dan pengangkatan (uplift). 3. Kriteria hidrologi Karakteristik hidrologi dari lingkungan geologi harus mampu membatasi aliran air tanah dalam sistem repositori. Arah dan kecepatan aliran air tanah dalam host environment (HE), sifat sorpsi dari HE bersamaan dengan dimensi dan kedalaman HGS harus mampu menahan lepasnya radionuklida ke biosfer sampai dengan tahun. Lingkungan geologi harus memiliki permeabilitas dan gradien hidrolik sangat rendah (antara 1x10-9 s/d 1x10-11 m/detik). 4. Kriteria geokimia Karakteristik fisiko-kimia dan geokimia dari lingkungan geologi (batuan dan air) harus mampu menahan mobilitas dan migrasi radionuklida ke biosfer. 5. Kriteria geo-ekonomi Daerah dengan potensi sumberdaya mineral, geotermal, air mineral dan air tanah perlu dihindari. Lokasi repositori juga harus memenuhi kriteria distribusi penduduk dan tata guna lahan masa kini dan yang akan datang.

5 Sucipta, dkk. ISSN Tabel 1. Deskripsi kriteria lingkungan tapak Near Surface Disposal No. Parameter Keterangan 1. Geomorfologi 1. Bentuk lahan bukan lembah, elevasi minimum 25m 2. Intensitas proses geomorfologi kecil 2. Litologi 1. Permeabilitas rendah 2. Sifat adsorbsi baik 3. Kompak, keras dan homogen 3. Stratigrafi Perlapisan relatif sederhana 4. Struktur geologi Struktur geologi relatif sederhana 5. Kegempaan Tidak ada (kecil) ancaman bahaya gempa bumi 6. Volkanisme Tidak ada aktivitas dan ancaman bahaya gunungapi 7. Hidrologi 1. Aliran permukaan kecil 2. Jauh dari badan air permukaan (>500 m) 8. Hidrogeologi 1. Muka air tanah >4 m dari dasar fasilitas 2. Laju aliran rendah 3. Pola aliran air tanah sederhana 9. Sumberdaya alam 1. Tidak ada sumberdaya alam yang bernilai tinggi 2. Dekat dengan potensi cadangan bahan konstruksi, bahan urug dan bahan pengisi repositori 11 Iklim 1. Curah hujan rendah 2. Kelembaban rendah-sedang 10 Nilai dan tata guna lahan Penggunaan lahan bernilai rendah 12 Persebaran penduduk 1. Kerapatan penduduk relatif rendah 2. Perkembangan jumlah penduduk relatif kecil 13 Hak atas tanah Potensi pengalihan hak dan fungsi lahan 14 Letak dan aksesibilitas 1. Dekat dengan instalasi penimbul atau pengolahan limbah 2. Jangkauan relatif mudah Lingkup Studi dan Wilayah Lingkup studi yang dilakukan meliputi aspek geomorfologi, seismotektonik (struktur geologi dan kegempaan), litostratigrafi (litologi dan stratigrafi), vulkanologi, hidrologi, hidrogeologi, sumberdaya alam geologi (cebakan tambang), meteorologi/klimatologi, demografi, penggunaan lahan (kawasan penting dan situs bersejarah) dan rencana tata ruang. Wilayah studi calon tapak disposal limbah operasional PLTN di Bangka Belitung meliputi wilayah pulau Bangka, pulau Belitung dan pulau-pulau kecil di sekitarnya (Gambar 3). Gambar 3. Kepulauan Bangka Belitung sebagai obyek studi Tinjauan Lapangan Telah dilakukan tinjauan lapangan di daerah Bangka Barat, Bangka Selatan, Belitung, dan Belitung Timur, serta pulau-pulau kecil di sebelah timur P. Bangka dan sebelah barat P. Belitung. Aspek-aspek yang ditinjau meliputi geomorfologi, litostratigrafi, seismotektonik, vulkanologi, hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang, demografi, penggunaan lahan yang mencakup kawasan penting dan situs bersejarah, seperti ditunjukkan dalam Lampiran 1. KESIMPULAN Kegiatan studi calon tapak disposal limbah radioaktif dari operasional PLTN di Bangka Belitung dibagi dalam 4 tahapan, yaitu konsep dan rencana disposal, pemilihan wilayah potensial, pemilihan tapak potensial dan penentuan tapak terpilih. Prediksi volume limbah radioaktif berdasarkan asumsi 4 PLTN tipe PWR yang masing-masing berdaya 1000 MW dan lama pengoperasian 60 tahun, maka akan ditimbulkan limbah radioaktif tingkat rendah dan sedang (LILW) sebanyak drum drum, sehingga kebutuhan lahan untuk disposal antara m 2 s/d m 2 (belum termasuk buffer zone).

6 138 ISSN Sucipta, dkk. Konsep disposal yang bisa dikembangkan adalah near surface disposal (NSD) dan deep geological disposal (DGD). Tipe near surface disposal yang bisa diterapkan bisa shallow land burial (SLB) ataupun rock cavern disposal (RCD), tergantung pada kesesuaian tapak yang ditemukan. Kriteria tapak penyimpanan limbah radioaktif telah disusun berdasarkan petunjuk dari IAEA maupun mengacu pada pengalaman negaranegara maju di bidang disposal limbah radioaktif. Ada 2 macam kriteria yang dikembangkan yaitu kriteria tapak near surface disposal untuk limbah radioaktif tingkat rendah dan menengah, serta criteria tapak deep geological disposal untuk limbah radioaktif tingkat tinggi. Studi calon tapak yang perlu dilakukan meliputi aspek geomorfologi, seismotektonik, litostratigrafi, vulkanologi, hidrologi, hidrogeologi, sumberdaya alam geologi, meteorologi/klimatologi, demografi, penggunaan lahan dan rencana tata ruang. Wilayah studi untuk calon tapak disposal limbah operasional PLTN di Bangka Belitung meliputi wilayah pulau Bangka, pulau Belitung dan pulau-pulau kecil di sekitarnya DAFTAR PUSTAKA 1. Program Percepatan Pembangunan PLTN, BATAN, Jakarta, IAEA, Near Surface Disposal of Radioactive Wastes, Safety Series No. 111-S.3, IAEA, Vienna, IAEA, Siting of Near Surface Disposal Facilities, Safety Series No. 111 G-3.1, IAEA, Vienna, SUCIPTA, Pemilihan Tapak Potensial untuk Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif di Pulau Jawa, Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VIII, PTLR BATAN, Serpong, S. ANDI MANGGA dan B. DJAMAL, Peta Geologi Lembar Bangka Utara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, MARGONO, U., SUPANDJONO, RJB. dan E. PARTOYO, Peta Geologi Lembar Bangka Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, BAHARUDDIN dan SIDARTO, Peta Geologi Lembar Belitung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Geological Disposal of Radioactive Waste, Safety Requirements No. WS-R-4, IAEA, Vienna, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Experience in selection and characterization of sites for geological disposal of radioactive waste, IAEA-TECDOC-991, IAEA, Vienna, SUCIPTA dan PRATOMO, B.S., Kriteria Lokasi Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif Tanah Dalam (Deep Geological Disposal) di Indonesia, PPI PDIPTN P3TM BATAN, Yogyakarta, TANYAJAWAB Gede S.W (PTAPB) Studi pemilihan calon tapak PLTN di Bangka dimaksudkan untuk penyimpanan jenis apa? (aktivitas tingkat apa?) Sucipta Studi ini dimaksudkan untuk disposal limbah aktivitas rendah dan menengah dari operasional PLTN (prioritas utama) dengan tipe disposal Near Surface Disposal. Lebih lanjut bisa dikembangkan untuk limbah aktivitas tinggi dengan tipe disposal Geological Disposal karena potensi bahannya relatif memadai.

7 Sucipta, dkk. ISSN LAMPIRAN 1 FOTO-FOTO HASIL SURVEY TINJAU BANGKA (NON FISIK) Foto BA-1.1.Penggunaan lahan pariwisata di Tanjung Parai, Bangka Foto BA-1.2.Cebakan tambang timah daerah di Simpangrimba, Bangka Selatan Foto BA-1.3. Kawasan penting berupa fasilitas transportasi pelabuhan di pantai Muntok, Bangka Barat Foto BA-1.4. Demografi yang dicerminkan oleh distribusi permukiman di jalan arah Toboali, Bangka Selatan Foto BA-1.5a. Rencana tata ruang sebagai calon tapak PLTN di daerah Muntok, Bangka Barat Foto BA-1.5b. Rencana tata ruang sebagai calon tapak PLTN di daerah Simpangrimba, Bangka Selatan

8 140 ISSN Sucipta, dkk. FOTO-FOTO HASIL SURVEY TINJAU BANGKA (FISIK) Foto BA-2.1. Geomorfologi dataran bergelombang berbatuan pasir di daerah Simpangrimba, Bangka Selatan Foto BA-2.2. Seismotektonik, kekar-kekar, indikasi gaya tektonik masa lampau geologi di daerah Muntok, Bangka Barat Foto BA-2.3. Litostratigrafi, singkapan granit di dekat Bukit Nibung, daerah Airputih, Muntok, Bangka Barat Foto BA-2.4. Vulkanologi, lokasi sumber air panas di daerah Simpangrimba, Bangka Selatan Foto BA-2.5a. Hidrologi, air permukaan pada bekas galian tambang timah di daerah Simpangrimba, Bangka Selatan Foto BA-2.5b. Hidrogeologi, air keruh pada bekas galian tambang timah yang dapat mempengaruhi mutu air tanah

PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF OPERASI PLTN DI BANGKA SELATAN

PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF OPERASI PLTN DI BANGKA SELATAN PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF OPERASI PLTN DI BANGKA SELATAN Sucipta, Hendra Adhi Pratama Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK

Lebih terperinci

TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BANGKA BELITUNG UNTUK CALON TAPAK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF PLTN

TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BANGKA BELITUNG UNTUK CALON TAPAK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF PLTN TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BANGKA BELITUNG UNTUK CALON TAPAK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF PLTN Soegeng Waluyo HS dan Sucipta Bidang Teknologi Penyimpanan Lestari - PTLR BATAN ABSTRAK TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Kurnia Anzhar, Sunarko Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta kurnia_a@batan.go.id;sunarko@batan.go.id

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN FASILITAS DEMO-PLANT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN (NEAR SURFACE DISPOSAL) DI KAWASAN NUKLIR SERPONG

KONSEP DESAIN FASILITAS DEMO-PLANT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN (NEAR SURFACE DISPOSAL) DI KAWASAN NUKLIR SERPONG KONSEP DESAIN FASILITAS DEMO-PLANT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN (NEAR SURFACE DISPOSAL) DI KAWASAN NUKLIR SERPONG Dewi Susilowati, Sucipta, Dadang Suganda Pusat Teknologi Limbah radioaktif-batan

Lebih terperinci

PEMETAAN GEOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN PUSPIPTEK SERPONG DAN SEKITARNYA SEBAGAI PENYANGGA TAPAK DISPOSAL DEMO

PEMETAAN GEOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN PUSPIPTEK SERPONG DAN SEKITARNYA SEBAGAI PENYANGGA TAPAK DISPOSAL DEMO Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 17 Nomor 2, Desember 2014 (Volume 17, Number 2, December, 2014) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Center

Lebih terperinci

PE YIAPA SURVEI CALO TAPAK POTE SIAL PE YIMPA A LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DA SEKITAR YA. Budi Setiawan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PE YIAPA SURVEI CALO TAPAK POTE SIAL PE YIMPA A LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DA SEKITAR YA. Budi Setiawan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PE YIAPA SURVEI CALO TAPAK POTE SIAL PE YIMPA A LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DA SEKITAR YA ABSTRAK Budi Setiawan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PE YIAPA SURVEI CALO TAPAK POTE SIAL PE YIMPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan tatanan geologi Indonesia berada pada tiga pertemuan lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik (Bemmelen, 1949).

Lebih terperinci

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI RINGKASAN Limbah radioaktif aktivitas tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang bahan bakar bekas dipadatkan (solidifikasi) dalam bentuk blok

Lebih terperinci

TINJAUAN DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF PLTN DI DUNIA DAN POTENSI PENERAPANNYA DI INDONESIA

TINJAUAN DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF PLTN DI DUNIA DAN POTENSI PENERAPANNYA DI INDONESIA TINJAUAN DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF PLTN DI DUNIA DAN POTENSI PENERAPANNYA DI INDONESIA Sucipta Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, 15310 Email untuk korespondensi

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN DALAM PEMBUATAN RANCANGAN FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN.

PERTIMBANGAN DALAM PEMBUATAN RANCANGAN FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN. PERTIMBANGAN DALAM PEMBUATAN RANCANGAN FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PERTIMBANGAN DALAM PEMBUATAN RANCANGAN FASILITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI PADA PRA-SURVEI DI PULAU BANGKA

ANALISIS KONDISI GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI PADA PRA-SURVEI DI PULAU BANGKA ANALISIS KONDISI GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI PADA PRA-SURVEI DI PULAU BANGKA Bansyah Kironi dan Kurnia Anzhar (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710 Telp/Faks. (021) 5204243. ABSTRAK

Lebih terperinci

KONSEP TEKNOLOGI PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN (NEAR SURFACE DISPOSAL) DI PPTN SERPONG

KONSEP TEKNOLOGI PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN (NEAR SURFACE DISPOSAL) DI PPTN SERPONG 60 KONSEP TEKNOLOGI PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN (NEAR SURFACE DISPOSAL) DI PPTN SERPONG Sucipta, Untara, Kuat Heriyanto dan Pratomo Budiman S. P2PLR - BATAN ABSTRAK KONSEP TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009 PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009 L.Kwin Pudjiastuti, Syahrir,Untara, Sri widayati*) ABSTRAK PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN

Lebih terperinci

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG Muhammad Kholid dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN EVALUASI TAPAK REAKTOR NUKLIR

: PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN EVALUASI TAPAK REAKTOR NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN EVALUASI TAPAK REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

INVENTARISASI PAKET LIMBAH OLAHAN UNTUK PENYIMPANAN AKHIR DALAM DISPOSAL DEMO PLANT

INVENTARISASI PAKET LIMBAH OLAHAN UNTUK PENYIMPANAN AKHIR DALAM DISPOSAL DEMO PLANT INVENTARISASI PAKET LIMBAH OLAHAN UNTUK PENYIMPANAN AKHIR DALAM DISPOSAL DEMO PLANT ABSTRAK Heru Sriwahyuni Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN INVENTARISASI PAKET LIMBAH OLAHAN UNTUK PENYIMPANAN

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA BIOSFER. Dadang Suganda, Pratomo Budiman S. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif

MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA BIOSFER. Dadang Suganda, Pratomo Budiman S. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA BIOSFER Dadang Suganda, Pratomo Budiman S. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA

Lebih terperinci

PERAN HOST ROCK SEBAGAI PENGHALANG MIGRASI RADIONUKLIDA DARI FASILITAS PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF

PERAN HOST ROCK SEBAGAI PENGHALANG MIGRASI RADIONUKLIDA DARI FASILITAS PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF PERAN HOST ROCK SEBAGAI PENGHALANG MIGRASI RADIONUKLIDA DARI FASILITAS PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF Budi Setiawan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PERAN HOST ROCK SEBAGAI PENGHALANG

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI SHALLOW LAND DISPOSAL DAN ROCK CAVERN DISPOSAL SERTA APLIKASINYA DI INDONESIA *)

STUDI KOMPARASI SHALLOW LAND DISPOSAL DAN ROCK CAVERN DISPOSAL SERTA APLIKASINYA DI INDONESIA *) Sucipta ISSN 0216-3128 9 STUDI KOMPARASI SHALLOW LAND DISPOSAL DAN ROCK CAVERN DISPOSAL SERTA APLIKASINYA DI INDONESIA *) Sucipta P2PLR-BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong ABSTRAK STUDI KOMPARASI SHALLOW LAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan struktur massa batuan di alam yang cenderung berbeda dikontrol oleh kenampakan struktur geologi, bidang diskontinuitas, bidang perlapisan atau kekar.

Lebih terperinci

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Instalasi Nuklir. Kegempaan. Evaluasi Tapak. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Instalasi Nuklir. Kegempaan. Evaluasi Tapak. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR No.840, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Instalasi Nuklir. Kegempaan. Evaluasi Tapak. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013

Lebih terperinci

B.74 SEBARAN UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA SEKITAR TAPAK POTENSIAL KRAMATWATU SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM EVALUASI TAPAK PLTN BANTEN TIM PENELITI: Dr.

B.74 SEBARAN UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA SEKITAR TAPAK POTENSIAL KRAMATWATU SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM EVALUASI TAPAK PLTN BANTEN TIM PENELITI: Dr. B.74 SEBARAN UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA SEKITAR TAPAK POTENSIAL KRAMATWATU SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM EVALUASI TAPAK PLTN BANTEN TIM PENELITI: Dr. June Mellawati, M.Si Dra. Heni Susiati, M.Si Ir. Hadi Suntoko

Lebih terperinci

[I]. PENYIAPAN TAPAK PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA

[I]. PENYIAPAN TAPAK PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA Pusat Penelitian IImu Pengetahuan dan Teknologi-RiSTEK PENYIAPAN TAPAK PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA Budi Setiawan, Teddy Sumantry, Heru Sriwahyuni, Hendra A. Pratama,

Lebih terperinci

Eksplorium ISSN Volume 35 No. 1, Mei 2014: 57-68

Eksplorium ISSN Volume 35 No. 1, Mei 2014: 57-68 Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 35 No. 1, Mei 2014: 57-68 IDENTIFIKASI DAERAH INTERES CALON TAPAK PLTN KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN KRITERIA UMUM IDENTIFICATION OF INTERESTING AREAS FOR CANDIDATE SITE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Petrologi merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi batuan beku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas diterbitkannya Laporan Kegiatan Tahun Pusat Teknologi Limbah Radioaktif. Laporan ini disusun dengan menggunakan format laporan kegiatan triwulan unit

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR ARTIKEL STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Gangsar Santoso Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK

Lebih terperinci

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI

Lebih terperinci

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar (ditunjukkan dalam skema di Gambar A.1) proses pengelolaan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL BAHAYA GEOTEKNIK PONDASI PLTN: STUDI KASUS PADA CALON TAPAK DI PULAU BANGKA

KAJIAN AWAL BAHAYA GEOTEKNIK PONDASI PLTN: STUDI KASUS PADA CALON TAPAK DI PULAU BANGKA KAJIAN AWAL BAHAYA GEOTEKNIK PONDASI PLTN: STUDI KASUS PADA CALON TAPAK DI PULAU BANGKA Basuki Wibowo, Imam Hamzah, Eko Rudi I, Bansyah Kironi -BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun ISSN 0852-2979 PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. ABSTRAK Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Lebih terperinci

KAJIAN MATERIAL BAWAH PERMUKAAN PADA PRA-SURVEI TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA

KAJIAN MATERIAL BAWAH PERMUKAAN PADA PRA-SURVEI TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA KAJIAN MATERIAL BAWAH PERMUKAAN PADA PRA-SURVEI TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA Hadi Suntoko, Sunarko, June Mellawati - BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan12710 Email: suntoko@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

Eksplorium ISSN Volume 34 No. 1, Mei 2013: 35-50

Eksplorium ISSN Volume 34 No. 1, Mei 2013: 35-50 Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 34 No. 1, Mei 2013: 35-50 PENENTUAN KOEFISIEN HIDRAULIK PADA TAPAK NSD, SERPONG, BERDASARKAN METODA UJI PERMEABILITAS IN-SITU Heri Syaeful (1), Sucipta (2) (1) Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) Nandian Mareta 1 dan Puguh Dwi Raharjo 1 1 UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Jalan Kebumen-Karangsambung

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014 \ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penciptaan energi nuklir menarik untuk dikaji karena dalam setiap pembelahan inti akan terjadi pelepasan energi yang besar. Contohnya, pada pembelahan satu inti uranium

Lebih terperinci

KONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG

KONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG KONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG Agus Gindo S. *) ABSTRAK KONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG. Telah diamati kondisi cuaca Kawasan Nuklir Serpong (KNS). Pengamatan dilakukan mulai bulan Oktober 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bendungan Kuningan merupakan bendungan tipe urugan yang mampu menampung air sebesar 25,955 juta m 3. Air dari bendungan ini akan menjadi sumber air bagi Daerah Irigasi

Lebih terperinci

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN Syahrudin PSJMN-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, GD71, Lt.2,Cisauk, Tangerang Abstrak Jaminan Mutu untuk Persiapan Pembangunan PLTN. Standar sistem manajemen terus

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TESIS 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PENELITIAN TESIS 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses-proses geologi yang terjadi selama dan setelah pembentukan batuan mempengaruhi sifat massanya (rock mass properties), termasuk sifat keteknikan (engineering

Lebih terperinci

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menunjang pembangunan di Indonesia, dibutuhkan sumber energi yang memadai, hal ini harus didukung dengan ketersediaan sumber daya alam yang cukup. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PENENTUAN TAPAK POTENSIAL PLTN DENGAN METODE SIG DI WILAYAH PESISIR PROPINSI KALIMANTAN BARAT

PENENTUAN TAPAK POTENSIAL PLTN DENGAN METODE SIG DI WILAYAH PESISIR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 16, Nomor 2, Desember 2014 PENENTUAN TAPAK POTENSIAL PLTN DENGAN METODE SIG DI WILAYAH PESISIR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Heni Susiati Pusat Kajian Sistem Energi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i. Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii. Sambutan-Dewan Editorial v

DAFTAR ISI. Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i. Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii. Sambutan-Dewan Editorial v DAFTAR ISI Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii Sambutan-Dewan Editorial v Dewan Editorial vii ix Daftar Tabel xvi Daftar Gambar xix AMANAH

Lebih terperinci

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 27/2002, PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF *39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF 3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF 301. Pengelolaan limbah radioaktif yang bertanggungjawab memerlukan implementasi dan pengukuran yang menghasilkan perlindungan kesehatan manusia dan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasific. Pada

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG Edy Purwoto, Yuanno Rezky, Robertus S.L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

Pengertian dan Lingkup Kajian Geologi Secara sederhana geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari evolusi bumi dan penghuninya sejak awal

Pengertian dan Lingkup Kajian Geologi Secara sederhana geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari evolusi bumi dan penghuninya sejak awal Pengertian dan Lingkup Kajian Geologi Secara sederhana geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari evolusi dan penghuninya sejak awal pembentukan hingga saat ini yang dapat ditelusuri dari batuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

1.1. Geologi dan manfaat pemetaan 1.2. Pengetahuan geologi yang diperlukan 1.3. Pemetaan geologi 1.4. Pemetaan geologi permukaan 1.5.

1.1. Geologi dan manfaat pemetaan 1.2. Pengetahuan geologi yang diperlukan 1.3. Pemetaan geologi 1.4. Pemetaan geologi permukaan 1.5. MANAJEMEN PEMETAAN GEOLOGI 2010) 1.1. Geologi dan manfaat pemetaan 1.2. Pengetahuan geologi yang diperlukan 1.3. Pemetaan geologi 1.4. Pemetaan geologi permukaan 1.5. Beberapa petunjuk dalam pemetaan geologi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan pengoperasian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undangundang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4202) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT Suhaedi Muhammad 1 dan Rr. Djarwanti,RPS 2 1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN Gedung B Lantai 2, Kawasan

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.620, 2015 BAPETEN. Instalasi Nuklir. Aspek Kegunungapian. Evaluasi. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK

Lebih terperinci

Zufialdi Zakaria. Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi - Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

Zufialdi Zakaria. Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi - Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. Seri Mata Kuliah Zufialdi Zakaria Zufialdi Zakaria Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi - Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran 1.1. Geologi dan manfaat pemetaan 1.2. Pengetahuan

Lebih terperinci

Sorpsi Stronsium Dalam Tanah Lempung Karawang Sebagai Calon Lokasi Disposal Limbah Radioaktif

Sorpsi Stronsium Dalam Tanah Lempung Karawang Sebagai Calon Lokasi Disposal Limbah Radioaktif 1 Sorpsi Stronsium Dalam Tanah Lempung Karawang Sebagai Calon Lokasi Disposal Limbah Radioaktif The Sorption Activity of Stronsium in Karawang s Clay as Perspective Disposal Areas of Radioactive Waste

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang...1 B Rumusan Masalah...6 C Tujuan Penelitian...6 D Manfaat Penelitian...7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses yang terjadi alami atau diawali oleh tindakan manusia dan menimbulkan risiko atau bahaya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, transportasi memiliki peranan yang penting dalam perkembangan suatu negara, sehingga kegiatan perencanaan dalam pembangunan sarana dan prasarana perlu

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TABEL...xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bentuk Tugas Akhir yang dilaksanakan adalah Tugas Akhir A yang berupa penelitian lapangan. Daerah penelitian Tugas Akhir berlokasi di Desa Cadasmalang, Sukabumi, Jawa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI ABSTRAK OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI Kuat Heriyanto, Sucipta, Untara. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA

Lebih terperinci

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR/FOTO... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1

Lebih terperinci

Konfirmasi Patahan Permukaan Awal Berdasarkan Data Geologi dan Data Gempa Daerah Kawasan Puspiptek Serpong

Konfirmasi Patahan Permukaan Awal Berdasarkan Data Geologi dan Data Gempa Daerah Kawasan Puspiptek Serpong Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 18, No.1 (2016) 1-10 Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Konfirmasi Patahan Permukaan Awal Berdasarkan Data Geologi dan Data Gempa Daerah Kawasan Puspiptek Serpong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Geologi lingkungan merupakan suatu interaksi antara manusia dengan alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang paling sering mengalami kejadian longsoran di Indonesia. Kondisi iklim tropis yang mempengaruhi tingginya curah

Lebih terperinci

PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF (AREA SURVEY STAGE, IAEA 111-G-3.1)

PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF (AREA SURVEY STAGE, IAEA 111-G-3.1) PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF (AREA SURVEY STAGE, IAEA 111-G-3.1) Budi Setiawan, Sucipta, Teddy Sumantry, Soegeng Waluyo*) ABSTRAK PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan... 2 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN ISTILAH DAN DEFINISI Beberapa istilah dan definisi yang digunakan diambil dari acuan-acuan, yang dimodifikasi sesuai kebutuhan, yaitu : Bahan galian, segala jenis bahan

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG

PENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG PENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG Fera Wahyuningsih 1), Aldan Djalil 1), Mersyana Tri A.T. 2), Mudjiono 2) 1) Dinas Pertambangan dan

Lebih terperinci

ARAH DAN KECEPATAN ALIRAN AIR TANAH CALON TAPAK DISPOSAL DEMO DI KAWASAN NUKLIR SERPONG

ARAH DAN KECEPATAN ALIRAN AIR TANAH CALON TAPAK DISPOSAL DEMO DI KAWASAN NUKLIR SERPONG Eksplorium p-issn 0854-1418 Volume 37 No. 2, November 2016: 115 124 e-issn 2503-426X ARAH DAN KECEPATAN ALIRAN AIR TANAH CALON TAPAK DISPOSAL DEMO DI KAWASAN NUKLIR SERPONG GROUND WATER FLOW DIRECTION

Lebih terperinci

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG Andi Agus Noor Laboratorium Geofisika, Fakutas Teknik Geologi, UNPAD ABSTRACT

Lebih terperinci

American Association of Petroleum Geologists, Universitas Gadjah Mada Student Chapter 2

American Association of Petroleum Geologists, Universitas Gadjah Mada Student Chapter 2 Daerah Prospek Air Tanah Untuk Mencegah Bencana Kekeringan Di Desa Padang Kandis, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Guritno Safitri 1, Putra Herianto 2*, Muhammad

Lebih terperinci

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 Dewi Prima Meiliasari, Zulfiandri, dan Taruniyati Handayani Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir ABSTRAK.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, pendekatan wilayah merupakan alternatif lain dari pendekatan sektoral yang keduanya bisa saling melengkapi. Kelebihan pendekatan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005 PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di suatu

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF*) Djarot S. Wisnubroto

KECENDERUNGAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF*) Djarot S. Wisnubroto KECENDERUNGAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF*) Djarot S. Wisnubroto Diskusi mengenai pengelolaan limbah radioaktif konvensional (pengelolaan limbah hasil operasi industri nuklir) di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi PEMETAAN GEOLOGI A. Peta Geologi Peta geologi merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemetaan geologi merupakan salah satu bentuk penelitian dan menjadi suatu langkah awal dalam usaha mengetahui kondisi geologi suatu daerah menuju pemanfaatan segala sumber daya yang terkandung

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci