SÊRAT WÊWULANG (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)
|
|
- Agus Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SÊRAT WÊWULANG (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh ERNA ISTIKOMAH C FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
2 SÊRAT WÊWULANG (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) Disusun oleh ERNA ISTIKOMAH C Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dra. Endang Tri Winarni, M.Hum. NIP Drs. Sisyono Eko Widodo, M. Hum. NIP Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah Drs. Imam Sutardjo, M. Hum. NIP ii
3 SÊRAT WÊWULANG (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) Disusun oleh ERNA ISTIKOMAH C Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal... Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Sekretaris Drs. Imam Sutardjo, M.Hum. NIP Dra. Hartini, M.Hum. NIP Penguji I Penguji II Dra. Endang Tri Winarni, M. Hum NIP Drs. Sisyono Eko Widodo, M. Hum NIP Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Drs. Sudarno, M. A NIP iii
4 PERNYATAAN Nama : Erna Istikomah NIM : C Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Sêrat Wêwulang (Suatu Tinjauan Filologis) adalah betul betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, Juli 2010 Yang menyatakan, Erna Istikomah iv
5 MOTO 1. Seperti pelangi mengindahkan dalam segala keterbatasan. Sedetik mewarna, sekejap terkenang dan bermakna. (Penulis) 2. Têkên, têkun, têkan. Terjemahan: teguh, tekun, sampai. (Filosofi Jawa) 3. Tabridu hararatil mushihibah inda mautil ahab. Terjemahan: penyejuk hati ditengah panasnya musibah. (Said bin Ali bin Wahab Al Qahtani) v
6 PERSEMBAHAN 1. Ibu dan Bapakku tercinta, matur nuwun atas segala curahan kasih di setiap pijak kakiku, peyanggaku ketika aku terjatuh, dan dentum semangat ketika aku terpuruk. 2. Keluarga besar terkasih, Mbah Putri, Simbah, Kakung, Pakde, Bude, Om, Bulik, AA, kakak iparku yang cantik, atas pengertian dan dukungan di setiap langkah kakiku. 3. Almamaterku. vi
7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi-mu, Allah SWT, atas segala limpahan nikmat, kesempatan, dan kesehatan-mu. Adalah suatu keniscayaan penulis mampu menyelesaikan Skripsi dengan judul Sêrat Wêwulang (Suatu Tinjauan Filologis) tanpa pertolongan dan kemurahan-mu. Skripsi tersebut disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna melengkapi gelar sarjana sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Sudarno, M.A selaku Dekan beserta staf Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu dan menyelesaikan Skripsi ini. 2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah atas segala kemudahan administratif dan bekal bagi penyelesaian skripsi ini. 3. Dra. Sundari, M.Hum. selaku Pembimbing Akademik, terima kasih Ibu atas teguran demi teguran agar saya fokus dan maju meniti jembatan kesuksesan. 4. Dra. Endang Tri Winarni, M.Hum. selaku dosen Pembimbing I yang selalu memberikan semangat, kemudahan, dan bimbingan yang penuh dengan kasih sayang selama penulis menyelesaikan Skripsi ini. Nuwun Ibu, semangat dan marah Ibu adalah belai lembut bagiku. 5. Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum., selaku dosen Pembimbing II yang dengan penuh kearifan selalu menuntun penulis, matur nuwun Bapak atas segala kasih dan banyak hal yang tidak terhitung. vii
8 6. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., atas pacu semangat yang tiada henti. Matur nuwun Ibu, banyak jejakku terlukis atas peran Ibu. 7. Bapak Ibu seluruh dosen Jurusan Sastra Daerah, atas segala bekal dan imajinasi luar biasa, bagi saya dan teman-teman. 8. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret yang telah menyediakan berbagai referensi. 9. Pengurus Perpustakaan Sasanapustaka Karaton Surakarta yang telah membantu penulis dalam mencari data. 10. Adik-adik manis, Rahmat, Mahmud, Nia matur nuwun untuk hiburan dan senyum manismu. Terimakasih untuk teman lembur yang sangat nikmat. Terus berjuang temukan pijar yang lebih bercahya. I love you all. 11. Teman teman seperjuangan Sena Alit angkatan 2006: Ipuq, Wahyu, Sansan, Rini, Ina, Ageng, Wiji, dkk, segenap rindu untuk semuanya. Filolog s 2006: Cuix, Wakhid, Bangkit, Ajik, Dora, Wini, Septi, thank you full untuk kebersamaan mencari hakikinya kehidupan. Tetap senyum dan semangat!! 12. Sahabatku Cuby, matur nuwun atas pinjaman laptopnya. Berkat dikau skripsi ini semakin lancar tanpa halangan. Suprapti Mudmainah Istiqomah, Etik Yuliati, Ratna Surastikaningsih, Herwening Rara Kusumaningsih, Ilafi Brahwetagrani, Sulung, buat semua tentang kita. 13. Kadang Pandawa tanpa kalian aku tak mungkin seperti ini. 14. Guru besarku: Giyato, M.Pd., Drs. Sugeng Kristiono, Drs. Sugeng Darmadi, Drs. Sukirno, dan Sumarni, S.Pd. atas rajutan mimpi-mimpi. viii
9 15. Mutiara-mutiaraku, sahabat sejati, saudariku, untuk tawa, pijar kasih tulus serta usapan penghapus air mata, tanpa pintaku, yang tidak dapat aku sebutkan satu per satu. 16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi. Terimakasih semuanya. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Mohon saran dan kritik yang membangun demi perbaikan kepenulisan di masa yang akan datang. Besar harapan penulis, karya sederhana ini bermanfaat bagi semua pembaca. Surakarta, Juli 2010 Penulis ix
10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... ii iii iv v vi vii x xiii DAFTAR BAGAN... xiv DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii ABSTRAK... xix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis x
11 2. Manfaat Praktis F. Sistematika Penulisan BAB II. KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi B. Obyek Filologi C. Cara Kerja Penelitian Filologi Penentuan Sasaran Penelitian Inventarisasi Naskah Observasi Pendahuluan dan Deskripsi Naskah Transliterasi Naskah Kritik Teks Suntingan Teks dan Aparat Kritik Terjemahan D. Pengertian Piwulang: Etika, Etiket dan Pandangan Hidup Orang Jawa Etika dan Etiket a. Etika b. Etiket c. Perbedaan Etika dan Etiket Pandangan Hidup Orang Jawa BAB III. METODE PENELITIAN A. Bentuk dan Jenis Penelitian B. Sumber Data dan Data C. Teknik Pengumpulan Data commit... to user 28 xi
12 1. Teknik Pengumpulan Data Primer Teknik Pengumpulan Data Sekunder Teknik Pengumpulan Data Tersier D. Teknik Analisis Data BAB IV. KAJIAN FILOLOGIS DAN PEMBAHASAN ISI A. Kajian Filologis Deskripsi Naskah Kritik Teks, Suntingan Teks dan Aparat kritik a. Kritik teks b. Suntingan teks dan aparat kritik Terjemahan B. Pembahasan Isi Hati Suci Hati Sufiah Hati Amarah Hati Aluamah BAB V. PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii
13 DAFTAR TABEL Tabel 1 Daftar LacunaSW Tabel 2 Daftar Adisi SW Tabel 3 Daftar Ketidaksesuaian Konvensi Linguistik xiii
14 DAFTAR BAGAN Bagan Teknik Analisis Data xiv
15 DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG B/b : Bait Br/br : Baris è é : Tanda diakritik (è) dibaca e seperti pada kata yèku yang berarti yaitu. : Tanda diakritik (é) dibaca e seperti pada kata salawasé yang berarti selamanya. ê H/h SW No : Tanda diakritik (ê) dibaca e seperti pada kata sêkar yang berarti tembang. : Halaman : Sêrat Wêwulang : Nomor # : Memberikan keterangan penggantian bacaan berdasarkan konvensi tembang. * : Memberikan keterangan penggantian bacaan berdasarkan pertimbangan linguistik. [...] : Memberikan keterangan penggantian bacaan berdasarkan interpretasi penulis. / : Menandakan tiap pergantian baris // : Menandakan akhir dari tiap bait xv
16 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kata artati sebagai sasmita têmbang Dhandhanggula... 4 Gambar 2 Penulisan sastra laku... 5 Gambar 3 Purwapada dalam SW... 5 Gambar 4 Mandrawa dalam SW... 5 Gambar 5 Akhir teks SW diakhiri dengan tanda (:)... 6 Gambar 6 Kekurangan guru wilangan... 7 Gambar 7 Kekurangan suku kata... 7 Gambar 8 Kelebihan guru wilangan... 8 Gambar 9 Kelebihan suku kata... 8 Gambar 10 Penulisan kata têpane... 8 Gambar 11 Penulisan aksara Jawa ganda walau bukan sastra laku... 9 Gambar 12 Cover depan SW Gambar 13 Penulisan tanda padalingsa dengan tanda = Gambar 14 Penulisan dirgamuluk xvi
17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Cover Naskah SW Lampiran 2 Naskah SW h Lampiran 3 Naskah SW h Lampiran 4 Naskah SW h Lampiran 5 Naskah SW h Lampiran 6 Naskah SW h Lampiran 7 Naskah SW h Lampiran 8 Naskah SW h Lampiran 9 Naskah SW h Lampiran 10 Naskah SW h Lampiran 11 Naskah SW h Lampiran 12 Naskah SW h Lampiran 13 Naskah SW h Lampiran 14 Naskah SW h Lampiran 15 Naskah SW h Lampiran 16 Naskah SW h Lampiran 17 Naskah SW h Lampiran 18 Naskah SW h Lampiran 19 Naskah SW h Lampiran 20 Naskah SW h Lampiran 21 Naskah SW h Lampiran 22 Naskah SW h xvii
18 Lampiran 23 Naskah SW h Lampiran 24 Naskah SW h Lampiran 25 Naskah SW h Lampiran 26 Naskah SW h Lampiran 27 Naskah SW h Lampiran 28 Naskah SW h Lampiran 29 Naskah SW h xviii
19 ABSTRAK Erna Istikomah. C Sêrat Wêwulang (Suatu Tinjauan Filologis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kebudayaan terekam melalui berbagai media, salah satunya ialah naskah. Naskah terdiri dari berbagai jenis, salah satunya ialah naskah piwulang. Sêrat Wêwulang adalah naskah piwulang. Sêrat Wêwulang juga termasuk dalam kelompok naskah yang berisi agama, etika dan filsafat. Dalam penelitian ini naskah yang didapat adalah naskah tunggal yaitu Sêrat Wêwulang. Naskah tersebut merupakan data primer penelitian ini. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimanakah suntingan teks naskah Sêrat Wêwulang yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi? 2) Bagaimanakah isi isi ajaran yang terkandung dalam Sêrat Wêwulang? Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendapatkan suntingan teks naskah Sêrat Wêwulang yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi. 2) Mengungkapkan isi ajaran yang terkandung dalam Sêrat Wêwulang yang merupakan piwulang: etika, etiket dan pandangan hidup orang Jawa agar menjadi manusia utama. Data dikumpulkan dengan teknik studi pustaka. Kemudian data diolah sesuai dengan cara kerja filologi, yakni: dimulai dari pengumpulan data, penentuan sasaran penelitian, inventarisasi naskah, observasi pendahuluan, deskripsi naskah, transliterasi naskah, kritik teks, suntingan teks, aparat kritik, dan terjemahan. Analisis data pada kajian isi dilakukan setelah terjemahan. Penyuntingan teks Sêrat Wêwulang menggunakan metode standar (biasa). Tahap akhir dari analisis data dengan mengungkapkan isi yang terkandung dalam teks yang didukung dengan data penunjang: data sekunder dan tersier. Data diklasifikasikan dengan pendekatan deskriptif analitik kemudian dianalisis dengan model analisis mengalir atau menjalin (flow model of analysis). Teknik ini mengkaitkan tiga komponen, yaitu data display, data reduction, dan conclusion drawing/ varivication yang aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Ketiga komponen analisis berlaku saling menjalin dan dilakukan secara terus menerus baik sebelum, pada waktu, maupun sesudah pengumpulan data. Hasil penelitian ini adalah: 1) Suntingan teks Sêrat Wêwulang yang bersih dari kesalahan. Naskah yang telah diedisikan dalam kajian ini yang dipandang baik. 2) Sêrat Wêwulang berisi ajaran etika, etiket dan pandangan hidup agar menjadi manusia utama. Etika, etiket, dan pandangan hidup meliputi sifat dan sikap. Ajaran tersebut dibedakan menjadi dua hal, yaitu: menempuh ajaran kebajikan dan menjauhi hal-hal tercela. Menempuh ajaran kebajikan ditempuh dengan melaksanakan ajaran hati suci. Menjauhi hal-hal tercela ialah menghindari perilaku: nafsu sufiah, nafsu amarah, dan nafsu aluamah. xix
20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa terekam melalui berbagai media, diantaranya adalah media tulis. Pada masa lampau peralatan belum canggih, media tulis tersebut kita kenal dengan sebutan naskah kuno. Pada kajian filologi yang dimaksud naskah adalah hasil karya cipta budaya yang ditulis tangan di atas media daun lontar, daun nipah, papirus, daluang, kain, tanduk, rotan, bambu, kulit kayu, dan kertas Eropa. Naskah memuat sejarah, cerita rakyat, hikayat, seni budaya, keagamaan, pengobatan tradisional, pertanian, hukum, adat istiadat, ajaran moral, teknik membuat rumah atau barang tertentu, dan lain-lain. Berbagai kandungan tersebut menuntut naskah untuk dipelihara dan dilestarikan. Pemeliharaan tidak berhenti terhadap pemeliharaan secara fisik saja, akan tetapi lebih dari itu pemeliharaan isi/ kandungan teks harus senantiasa terjaga. Pemeliharaan naskah lama sangat penting untuk dilakukan, karena sastra lama yang ruang lingkupnya amat luas dapat merupakan sumber yang tak ternilai bagi pengertian terhadap berbagai aspek kebudayaan yang pada hakikatnya bersumber pada kebudayaan tradisional (Ikram, 1997: 29). Kandungan teks yang dimaksud, sesuai dengan zaman pembuatannya dikenal sebagai sastra lama. Pemahaman terhadap sastra lama tidak semudah memahami sastra modern. Kendala yang dihadapi diantaranya: aksara dan bahasa yang digunakan tidak lagi dikenal oleh masyarakat modern, tradisi menyalin secara terbuka yang sangat jarang ditemui penyalin dapat menyalin sama persis xx
21 dengan yang disalin, pemahaman konteks masyarakat zaman pembuatan naskah, terbatasnya sumber sejarah yang berkaitan dengan naskah, dan lain-lain. Naskah kuno menurut Girardet Soetanto (1964: 64) dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu: a. Kronik, Legende dan Mite; Di dalamnya termasuk naskah naskah: (1) babad, (2) pakem, (3) wayang purwa, (4) menak, (5) panji, (6) pustakaraja dan (7) silsilah. b. Agama, Filsafat dan Etika; Di dalamnya termasuk naskah naskah yang mengandung unsur unsur: (1) Hinduisme Budhisme, (2) Islam, (3) mistik Jawa, (4) Kristen, (5) magic dan ramalan, (6) sastra wulang. c. Peristiwa Karaton, hukum, peraturan-peraturan d. Buku teks dan penuntun, kamus, ensiklopedi tentang linguistik, obat obatan, pertanian, antropologi, geografi, perjalanan, perdagangan, masak memasak dan sebagainya. Dari berbagai naskah terdapat Sêrat Wêwulang. Berdasarkan pengelompokan tersebut Sêrat Wêwulang termasuk dalam kelompok b. Serat Wêwulang ini berisi ajaran moral yang bijak, bahasanya indah dan mudah dipahami. Sedangkan menurut Nancy (1996), naskah dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu naskah babad, suluk, wayang, piwulang, sejarah, historis roman, islam roman, dan lain-lain. Berdasarkan pengelompokan tersebut Sêrat Wêwulang merupakan jenis naskah piwulang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sêrat Wêwulang merupakan piwulang yang mengajarkan agama, filsafat, dan etika. Inti dari ajaran tersebut mengenai etika, etiket dan pandangan hidup orang Jawa agar menjadi manusia utama. Terdapat unsur sastra wulang dan agama Islam dalam penyampaian etika, etiket dan pandangan hidup tersebut. Selanjutnya, dilakukan penelusuran informasi keberadaan naskah Sêrat Wêwulang. Berdasar informasi katalog, yaitu: xxi
22 1. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet-Sutanto, 1983), 2. Javanese Language Manuscripts of Surakarta Central Java A Preliminary Descriptive Catalogus Level I and II (Nancy K. Florida, 1996), 3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sana Budaya Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990), 4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta, 5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3A (FSUI, 1998), 6. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3B (FSUI, 1998), 7. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Lindstay, Jennifer, 1994), 8. Katalog Naksah Carik Koleksi Perpustakaan Museum Radyapustaka Surakarta, 9. Daftar Naskah Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Surakarta, 10. Daftar Naskah Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta, ditemukan satu naskah Sêrat Wêwulang yang tersimpan di Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta yang diinformasikan Girardet (1983: 110); Nancy (1996: 216); dan katalog lokal (1998: 7). Judul naskah Sêrat Wêwulang terdapat pada cover depan. Sêrat Wêwulang (selanjutnya disingkat SW). Berdasarkan asal kata, SW terdiri dari dua kata, yaitu: 1) sêrat (1939: 559) berarti buku yang memuat cerita (karya sastra), 2) wêwulang yang merupakan bentuk dwipurwa dari kata wulang (1939: 667) yang berarti ajaran, sehingga wêwulang xxii
23 berarti ajaran-ajaran. Berdasarkan asal usul kata tersebut dapat diduga bahwa SW merupakan karya sastra yang berisi ajaran-ajaran. Teks SW berbentuk têmbang yang terdiri dari dua pupuh têmbang Dhandhanggula. Antara pupuh I dan pupuh II terdapat mandrawa, sebagai akhir dari pupuh I dan awal dari pupuh II. Penentuan têmbang Dhandhanggula pada pupuh I berdasarkan jumlah guru gatra, guru wilangan dan guru lagu, sedangkan pada pupuh II berdasarkan sasmita têmbang yaitu kata artati (1939: 19) yang berarti têmbang Dhandhanggula. Berikut kutipannya: Gambar 1. Kata artati sebagai sasmita têmbang Dhandhanggula Sumber: Naskah SW h. 19 Pupuh I terdiri dari 48 bait, pupuh II terdiri dari 26 bait, jumlah seluruh bait adalah 74 bait. Pupuh I berisi ajaran mengenai manusia utama. Pupuh II berisi ajaran yang keteladanan Sèh Tèkawerdi. Ejaan yang digunakan dalam penulisan teks adalah ejaan standar, maksudnya cenderung mengacu pada ejaan Sriwedari, di antaranya adalah penulisan sastra laku. Berikut kutipannya: xxiii
24 Gambar 2. Penulisan Sastra Laku Sumber: Naskah SW, h. 21 bait 55 datan nêdya angling jroning ati tidak pernah berniat berkata dalam hati Keseluruhan teks berisi ajaran moral, yaitu bagaimana seseorang mencapai sujalma utama manusia utama. Pada awal teks ditandai purwapada dengan ciri khas gaya yang lazim digunakan pada masa pemerintahan Paku Buwana IX. Terdapat mandrawa pada halaman 19 sebagai permulaan pupuh II, namun pada akhir penulisan teks tidak diakhiri iti melainkan dengan tanda (:). Berikut kutipannya: Gambar 3. Purwapada dalam SW Sumber: Naskah SW, h. 1. Gambar 4. Mandrawa dalam SW Sumber: Naskah SW, h. 19. xxiv
25 Gambar 5. Akhir teks SW diakhiri dengan tanda (:) Sumber: Naskah SW, h. 28. Kemungkinan besar naskah ini belum selesai ditulis, mengingat sebagian besar naskah pada zaman tersebut diakhiri dengan iti, jika menilik pada teks yang disampaikan terdapat dugaan bahwa penulis hendak menambahnya dengan ajaran moral yang lain. Dugaan tersebut diperkuat dengan adanya sisa 100 halaman kosong, setelah teks tersebut. SW merupakan naskah tulisan tangan (manuscript) dengan Aksara Jawa (Ha Na Ca Ra Ka) berbahasa Jawa Baru ragam krama dan ngoko. Disisipi katakata dari bahasa Kawi dan Arab. Naskah ini merupakan naskah anonim. Disamping keunikan/ kelebihan naskah SW di atas, dua alasan lain yang mendasari penulis mengangkat naskah tersebut sebagai bahan kajian ialah segi filologis dan segi isi. xxv
26 1. Segi Filologis Dari segi filologis naskah diteliti dikarenakan adanya kelainan bacaan atau sering disebut varian. Pengelompokan varian pada SW sebagai berikut: a. Lacuna yaitu bagian yang terlampaui atau kelewatan, baik suku kata, kata, kelompok kata maupun kalimat. Bagian ini adalah ketidaksesuaian konvensi têmbang dhandanggula yaitu kekurangan jumlah guru wilangan dan kekurangan suku kata. Berikut contohnya: Gambar 6. Kekurangan Guru Wilangan Sumber: Naskah SW, h. 7 bait 44 baris 3 yèn tutut langkung mbune apabila sampai melebihi baunya Gambar 7. Kekurangan Suku Kata Sumber: Naskah SW, h. 21 bait 54 baris 5 kabakitan kebangkitan b. Adisi yaitu bagian yang kelebihan atau penambahan baik suku kata, kata, kelompok kata maupun kalimat. Bagian ini adalah ketidaksesuaian konvensi xxvi
27 têmbang Dhandanggula yaitu kelebihan jumlah guru wilangan dan kelebihan suku kata. Berikut contohnya: Gambar 8. Kelebihan Guru Wilangan Sumber: Naskah SW, h. 23 bait 60 baris 4 tapa ingkang tinemu tapa yang ditemukan Gambar 9. Kelebihan suku kata Sumber: Naskah SW, h. 15 bait 38 baris 1 jating sejati c. Ketidaksesuaian konvensi linguistik yaitu ketidaktepatan dalam penggunaan kata yang dimaksud oleh pengarang. Kemungkinan dikarenakan pengarang naskah SW kurang dalam membubuhkan tanda baca dan atau kelebihan membubuhkan tanda baca. Dalam SW ketidaksesuaian konvensi linguistik ditemukan dalam bentuk kata. Berikut contohnya: Gambar 10. Penulisan kata têpane Sumber: commit Naskah to user SW, h. 1. xxvii
28 d. Terdapat ejaan yang tidak lazim, yaitu penulisan aksara Jawa yang ditulis ganda walaupun bukan sastra laku. Gambar 11. Penulisan aksara Jawa ganda walau bukan sastra laku Sumber: Naskah SW h.7, bait 17 nanging ana massalahe malih tetapi terdapat permasalahan lagi 2. Segi Isi Berdasarkan deskripsi singkat katalog Nancy (1996:216), SW diduga merupakan kompilasi dari beberapa naskah. Pada teks SW ditemukan keterangan mengenai dugaan tersebut. Dugaan tersebut berdasar pada piwulang ajaran moral SW, yaitu adanya bait-bait yang mirip atau sama dengan ajaran dari naskah Bima Suci, Dewa Ruci dan Sêrat Waringin Sungsang,. Unsur ajaran moral Bima Suci dan Dewa Ruci terdapat pada pupuh I yaitu ajaran ilmu hati kuning, merah, hitam dan putih. Unsur ajaran moral Sêrat Waringin Sungsang terdapat pada baitbait yang menjelaskan mengenai Sèh Tèkawrêdi yang terdapat pada pupuh II. Keseluruhan teks SW berisi ajaran moral, yaitu bagaimana seseorang mencapai sujalma utama manusia utama. Proses pencapaian manusia utama tersebut sebagian besar terjadi pada masa muda, sehingga pemuda adalah sosok yang tepat untuk dididik sedemikian rupa agar menjadi manusia utama. Dalam penggemblengan didikan yang ketat tersebut, pemuda hendaknya menerima pembelajaran dengan seksama, menyiapkan fisik (kesehatan) dan mampu xxviii
29 menahan diri, memenangkan rohani melalui keprihatinan, bersungguh-sungguh, mengekang diri dari nafsu yang buruk, dan lain sebagainya. Piwulang SW dimulai dengan memahami takdir kehidupan yang terdpat pada pupuh I. Pada pupuh tersebut dijelaskah, bahwa takdir setiap orang berbeda, ada yang ditakdirkan menjadi orang besar, ada juga yang ditakdirkan menjadi rakyat kecil. Apapun takdir yang diperoleh, seorang manusia dituntut menjadi manusia utama. Setelah memahami takdir kehidupan, ajaran yang harus ditempuh, yaitu: melaksanakan hati putih, serta menjauhi: 1) hati kuning, 2) hati merah, dan 3) hati hitam. Pada pupuh II dijelaskan mengenai ajaran Sèh Tèkawrêdi. Ajaran yang disampaikan oleh Sèh Tèkawrêdi merupakan ajaran yang selaras dengan pupuh I, yaitu hal-hal yang menuju hati putih, dan menjauhi perkara hati kuning, hati merah, dan hati hitam. Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka naskah ini penting untuk diteliti, baik dari segi filologis maupun isi. B. Batasan Masalah Permasalahan dalam SW di antaranya: ketidaksesuaian konvensi têmbang Dhandhanggula, ketidaksesuaian konvensi linguistik, terdapat kata yang bukan sastra laku tetapi ditulis dengan aksara Jawa ganda, ejaan yang digunakan penulis tidak lazim, amanat yang disampaikan penulis, sejarah teks dan naskah, keterkaitan teks dengan naskah lain (inter teks) seperti Sêrat Waringin Sungsang, Bima Suci dan Dewa Ruci, dan lain-lain. Berbagai permasalahan yang terdapat dalam SW, memungkinkan naskah ini bisa diteliti dari berbagai sudut pandang/ xxix
30 disiplin ilmu, sehingga diperlukan batasan masalah guna mencegah melebarnya pembahasan. Batasan masalah pada penelitian ini, lebih ditekankan pada dua kajian utama, yakni kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis digunakan untuk mengupas permasalahan seputar uraian-uraian dalam naskah melalui cara kerja filologis, yakni meliputi inventarisasi naskah, transliterasi naskah, kritik teks, aparat kritik dan terjemahannya. Sehingga diperoleh suntingan teks yang bersih dari kesalahan. Kajian isi berfungsi untuk mengungkapkan isi ajaran yang terkandung dalam teks SW. C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, rumusan masalah penelitian SW sebagai berikut: 1. Bagaimanakah suntingan teks dari SW yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara filologi? 2. Bagaimanakah isi ajaran yang terkandung dalam SW? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menyajikan suntingan teks SW yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi. 2. Mengungkapkan isi ajaran yang terkandung dalam SW. xxx
31 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat teoretis dan praktis, sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis a. Menyelamatkan data dalam naskah SW dari kerusakan dan hilangnya data dalam naskah tersebut. b. Mempermudah pemahaman isi teks SW bagi khalayak umum karena teks telah mengalami proses alih aksara dari huruf Jawa yang kurang dimengerti khalayak umum menjadi huruf latin yang lebih mudah dipahami. c. Memberikan pengetahuan mengenai isi dari ajaran SW kepada masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Memperkaya penerapan teori filologi terhadap naskah. b. Memberikan kontribusi dan membantu peneliti lain yang relevan untuk mengkaji lebih lanjut naskah SW khususnya dan naskah Jawa pada umumnya dari berbagai disiplin ilmu. c. Menambah kajian terhadap naskah Jawa yang masih banyak dan belum terungkap isinya. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: xxxi
32 Bab I Pendahuluan Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. Bab II Kajian Teoretis Menguraikan teori teori yang digunakan untuk mengungkapkan naskah, yaitu kajian filologi dan kajian isi. Teori teori yang digunakan adalah pengertian filologi, objek filologi, cara kerja filologi dan teori tentang pengertian piwulang yaitu etika, etiket dan pandangan hidup orang Jawa. Bab III Metodologi Penelitian Menguraikan metode dalam penelitian ini, meliputi bentuk dan jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV Pembahasan Pembahasan diawali dengan pembahasan kajian filologi yang meliputi deskripsi naskah, kritik teks, suntingan teks, aparat kritik serta terjemahan dan dilanjutkan dengan pembahasan kajian isi yang mengungkapkan isi yang terkandung dalam Sêrat Wêwulang yang merupakan ajaran moral dalam pencapaian manusia utama. Bab V Penutup Berisi simpulan dan saran, sebagai bagian akhir dicantumkan daftar pustaka dan lampiran lampiran. xxxii
33 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata Philos yang berarti senang dan Logos yang berarti pembicaraan atau ilmu. (Siti Baroroh Baried, 1994: 2). Istilah filologi muncul pada saat para ahli dihadapkan pada upaya mengungkapkan kandungan suatu naskah yang merupakan produk masa lampau, yaitu beratus-ratus tahun sebelum penulis lahir. Dalam sejarah perkembangannya, istilah filologi mengalami perubahan dan perkembangan. Menurut Edward Djamaris (2002: 2), filologi adalah ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama. Sedangkan menurut Achadiati Ikram (1980: 1), filologi dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari segala segi kehidupan di masa lalu seperti yang ditemukan dalam tulisan. Di dalamnya tercakup bahasa, sastra, adat istiadat, hukum, dan lain sebagainya. B. Obyek Filologi Edward Djamaris (2002) mengemukakan bahwa, objek penelitian filologi terdiri dari dua hal yakni naskah dan teks. Siti Baroroh Baried (1985) pun berpendapat sama, filologi mempunyai objek naskah dan teks. Dijelaskan juga bahwa objek penelitian filologi adalah naskah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau. Semua bahan tulisan tangan itu disebut naskah (handschrift atau manuschrift), sedangkan teks adalah kandungan atau muatan naskah sesuatu yang xxxiii
34 abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja dan memuat berbagai ungkapan pikiran serta perasaan penulis yang disampaikan kepada pembacanya. C. Cara Kerja Penelitian Filologi Langkah kerja penelitian filologi menurut Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), terdiri atas penentuan sasaran penelitian, inventarisasi naskah, observasi pendahuluan, penentuan naskah dasar, transliterasi naskah, dan penerjemahan teks. Sedangkan menurut Edward Djamaris (2002), langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian filologi meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, singkatan naskah dan transliterasi naskah. Cara tersebut digunakan apabila peneliti menemukan naskah jamak atau naskah yang lebih dari satu. Teori tersebut tidak selamanya harus dipaksakan bisa diterapkan pada semua naskah. Masing-masing naskah mempunyai kondisi yang berbeda-beda. SW ini penanganannya menggunakan tahapan/ langkah kerja penelitian filologi Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) yang dimodifikasi dengan langkah kerja milik Edward Djamaris. Karena SW adalah naskah tunggal, maka tidak terdapat perbandingan naskah. Namun terdapat naskah sekunder dan tersier sebagai pemantapan dalam melakukan penelitian. xxxiv
35 Secara terperinci, langkah kerja penelitian filologi sebagai berikut : 1. Penentuan sasaran penelitian Langkah pertama adalah menentukan sasaran, karena banyak ragam yang perlu dipilih, baik tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Terdapat naskah yang bertuliskan huruf Arab, Jawa, Bali dan Batak. Terdapat naskah yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Terdapat naskah yang berbentuk puisi (têmbang) dan ada pula yang berbentuk prosa. Terdapat naskah yang berisi sejarah/babad, kesusastraan, cerita wayang, cerita dongeng, primbon, adat istiadat, ajaran/piwulang, dan agama. Berdasarkan hal tersebut, ditentukan sasran yang ingin diteliti adalah sebagai berikut: naskah bertuliskan Jawa carik, ditulis pada kertas, berbentuk puisi (têmbang) dan berisi masalah piwulang/ ajaran. Keseluruhan bentuk di atas terangkum di dalam SW. 2. Inventarisasi naskah Inventarisasi naskah dilakukan dengan mendaftar dan mengumpulkan naskah yang judulnya sama dan sejenis untuk dijadikan objek penelitian. Menurut Edi S. Ekadjati (1980), bila hendak melakukan penelitian filologi, pertama-tama harus mencari dan memilih naskah yang akan dijadikan pokok penelitian, dengan mendatangi tempat-tempat koleksi naskah atau mencarinya melalui katalog. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui jumlah naskah, dimana tempat penyimpanannya, dan penjelasan lain tentang keadaan naskah. xxxv
36 Menurut informasi katalog SW terdapat di Perpustakaan Sasana Pustaka Karaton Surakarta Hadiningrat dan berjumlah 1 (satu) buah. Keadaan naskah lumayan baik, artinya naskah masih dapat terbaca dengan jelas. 3. Observasi pendahuluan dan deskripsi naskah Observasi pendahuluan ini dilakukan dengan mengecek data secara langsung ke tempat koleksi naskah sesuai dengan informasi yang diungkapkan oleh katalog. Setelah mendapatkan data yang dimaksud yakni SW maka diadakan deskripsi naskah dan ringkasan isi. Deskripsi naskah ialah uraian ringkasan naskah terperinci. Deskripsi naskah menjelaskan keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah itu. Sumantri (2002) menguraikan bahwa deskripsi naskah merupakan sarana untuk memberikan informasi mengenai: judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, ukuran naskah dan teks, keadaan naskah, jumlah baris setiap halaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk naskah, umur naskah, fungsi sosial naskah serta ikhtisar teks. Sedangkan ringkasan isi naskah digunakan untuk mengetahui garis besar kandungan naskah sesuai dengan urutan cerita dalam naskah. 4. Transliterasi Naskah Transliterasi naskah ialah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Penyajian bahan transliterasi harus selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami. Transliterasi dilakukan dengan menyusun kalimat yang jelas disertai tanda-tanda xxxvi
37 baca yang teliti, pembagian alinea dan bab untuk memudahkan konsentrasi pikiran (Edward Djamaris, 2002: 25) 5. Kritik teks Pengertian kritik teks menurut Paul Mass dalam Darusuprapta (1984) adalah menempatkan teks pada tempat yang sewajarnya, memberi evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran naskah dan lembaran bacaan yang mengandung kalimat-kalimat atau rangkaian kata-kata tertentu. 6. Suntingan teks dan aparat kritik Suntingan teks adalah menyajikan teks dalam bentuk aslinya, yang bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritisi. Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban dalam penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan kelengkapan kritik teks. Segala kelainan bacaan yang ditampilkan merupakan kata-kata atau bacaan salah yang terdapat dalam naskah tampak dalam aparat kritik. 7. Terjemahan Terjemahan adalah pemindahan makna atau bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pemindahan makna tersebut harus lengkap dan terperinci. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam memahami isi teks dari suatu naskah. Sehingga masyarakat yang tidak menguasai bahasa naskah aslinya dapat juga menikmati, sehingga naskah itu lebih tersebar luas (Darusuprapta, 1989: 27). xxxvii
38 D. Pengertian Piwulang: Etika, Etiket dan Pandangan Hidup Orang Jawa Kajian isi pada penulisan ini dipaparkan melalui teknik deskripsi, yaitu penjabaran kandungan isi yang berkaitan piwulang dalam naskah SW. Piwulang dalam SW merupakan ajaran yang berisi mengenai etika, etiket dan pandangan hidup orang Jawa agar menjadi manusia utama. 1. Etika dan Etiket a. Etika Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, dalam massofa, 2010: 1). Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 mengutip dari Masafa 2010), mempunyai arti : 1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. xxxviii
39 Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu mengenai perilaku atau adat kebiasaan yang membedakan akhlak terpuji dan tercela yang berdasarkan suatu kumpulan asas akhlak yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Antara etika dan moral saling terkait, keterkaitan tersebut mengenai apa yang disebut sebagai etika biasanya merupakan penegasan dari moral. Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain, arti kata moral sama dengan kata etika, maka dapat dirumuskan arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral dari bahasa Latin. Sebagai contoh, apabila perbuatan pencuri disebut tidak bermoral, maka pencuri telah melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. b. Etiket Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata etiket, yaitu : 1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu. 2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan commit agar to user hubungan selalu baik. xxxix
40 c. Perbedaan Etiket dengan Etika K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika (Massafa, 2010: 4) memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu : 1) Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia, sedangkan etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus member norma dari perbuatan itu sendiri. Contoh: (a) Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket. (b) Adanya larangan mengambil barang milik orang lain tanpa izin dikarenakan mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. Jangan mencuri merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri. 2) Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita), sedangkan etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Contoh: Apabila Dira sedang makan bersama teman sambil meletakkan kakinya di atas meja makan, maka Dira dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau Dira makan sendirian (tidak ada orang lain), maka Dira tidak melanggar etiket jika Dira makan dengan cara demikian. Sedangkan etika selalu berlaku, ketika meminjam barang, maka barang pinjaman selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa. 3) Etiket bersifat relatif sedangkan etika bersifat absolut. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. commit Contoh: user Orang Jawa makan gaduh dianggap xl
41 tidak beretiket, sedangkan bagi orang Jepang makan gaduh atau bersuara lahap adalah suatu bentuk penghargaan bagi yang memberikan hidangan, sehingga makan gaduh di Jepang dianggap beretiket. Tetapi suatu etika berlaku sama di semua tempat di belahan bumi ini, seperti: larangan mencuri, larangan membunuh, larangan merampok, dan lain sebagainya. 4) Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam (rohani). Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal: bisa saja orang tampil sebagai serigala berbulu domba, dari luar sangat sopan dan halus, tetapi di dalam penuh kebusukan. Berbeda dengan orang etis yang tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik. Antara etika dan etiket saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Etika dan etiket dalam tatanan perilaku bersanding dengan adat istiadat. Hal tersebut dipertegas pernyataan yang dikemukakan Sartono, dkk (1988: 8) bahwa kaidah-kaidah yang memolakan kelakuan dan hubungan-hubungan sosial dilembagakan sebagai adat istiadat dan etika. Orang Jawa dikenal dengan adat istiadat yang mencakup semua sendi kehidupan. Pada zaman berkembangnya naskah SW penyampaian tatanan adat istiadat dan etika tersebut melalui nasehat yang disampaikan secara lisan maupun tertulis. Pola-pola tersebut apabila disampaikan oleh sesepuh atau orang yang berwibawa sering diterima sebagai ajaran luhur. Rangkaian bait demi bait dalam SW merupakan petuah bagi kaum muda. Dengan maksud, pelaksanan petuah tersebut merupakan proses internalisasi yang akan tertanam pada individu, yang biasa dikenal dengan sebutan budi-nurani. Budi nurani (Sartono, dkk, 1988: 9) xli
42 adalah kemampuan menilai dan memutuskan kelakuan mana yang baik dan yang buruk. Baik dengan contoh atau model, maupun dari ajaran individu yang belajar memolakan kelakuannya berdasarkan norma-norma. Budi nurani inilah yang membawa seseorang pada derajad manusia utama. Budi nurani pun merupakan etika dari Islam. SW dalam bait-baitnya sedikit banyak menjelaskan mengenai etika Islam. Dalam etika Islam hidup seseorang selalu dinilai. Atau kebanyakan orang melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan nilai. Sederhananya, dalam etika Islam seseorang dituntut untuk melaksanakan kebajikan dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Abu Sangkan (2006: 42) menjelaskan bahwa etika Islam adalah suatu pengertian. Pengertian yang dimaksud adalah bahwa manusia memahami apa yang baik dan apa yang buruk serta ia dapat membedakan keduanya dan selanjutnya mengamalkannya. Firman Allah dalam QS. Asy Syams, 91: 7-8, yang artinya Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-nya), maka Allah mengilhamkan kepada Jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Pondasi yang tidak boleh dilupakan dalam pencapaian manusia adalah pensucian jiwa. Dalam hal ini Allah berfirman: Sesungguhnya beruntunglah yang mensucikan jiwa itu. Dan merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy Syams, 91: 9-10) 2. Pandangan Hidup Orang Jawa Pandangan dunia menurut Suseno (dalam Rahyono, 2009: 105) adalah kerangka guna mengerti setiap unsur kehidupan. Pandangan dunia sebagaimana yang disampaikan Suseno adalah pengertian dari pandangan hidup bagi orang Jawa. Pandangan hidup merupakan pondasi arah dan sarana keberhasilan dalam menghadapi masalah kehidupan. Disebutkan pula bahwa dalam pandangan hidup orang Jawa terdapat empat lingkaran bermakna. Keempat lingkaran tersebut adalah: (1) kesatuan numinus (pengalaman commit to khas user religius) antara alam, masyarakat, xlii
43 dan alam adikodrati, (2) penghayatan kekuasaan politik sebagai ungkapan alam numinus, (3) pengalaman tentang keakuan sebagai jalan persatuan dengan yang numinus, dan (4) penentuan semua lingkaran pengalaman oleh Yang Ilahi, oleh takdir. Pandangan hidup orang Jawa sering disampaikan melalui pralambang. Wong Jawa ênggone semu orang Jawa penuh dengan pralambang. Menurut Padmosoekotjo (1960) pralambang terdiri dari: 1) pralambang melalui barang, 2) pralambang melalui gambar, 3) pralambang melalui warna, dan 4) pralambang melalui bahasa. SW mengajarkan mengenai kesatuan numinus (pengalaman khas religius) antara alam, masyarakat, dan alam adikodrati dan penentuan semua lingkaran pengalaman oleh Yang Ilahi, oleh takdir. Sartono, dkk (1988: 8) memaparkan pula bahwa konsep yang demikian adalah konsep yang membawa sikap terarah kepada dunia-dalam. Dimana seluruh tubuh kaidah-kaidah etika dan etiket sebagai konvensi dan tradisi turun-temurun dari generasi ke generasi yang berkembang sebagai kelembagaan. Kelembagaan itu memantapkan standard pola kelakuan. Sehingga, pada dasarnya piwulang tersebut adalah konsep kehidupan yang patut dan wajib dilaksanakan. Etika, etiket, dan pandangan hidup orang Jawa yang merupakan ilmu lair dipadukan dengan etika Islam sebagai ilmu batin agar antara keduanya seimbang. Dijelaskan pula bahwa meskipun kita memeluk Islam bolehlah kita mencontoh semua perilaku yang baik dari agama atau keyakinan lain. Penjelasan agar menjalankan pelajaran/ nasehat dari Sèh Tèkawrêdi adalah kiasan agar tidak ada batasan dalam mempelajari ilmu, meskipun berbeda keyakinan. Suatu sinkroni yang harmoni. xliii
44 BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk dan Jenis Penelitian Ilmu berkembang dikarenakan adanya penelitian terus-menerus dan berkelanjutan. Penelitian memiliki berbagai ketentuan ilmiah yang digunakan dalam menelaah suatu permasalahan. Ketentuan tersebut merupakan tanggung jawab terhadap ilmu itu sendiri. Penelitian memerlukan bentuk dan jenis penelitian sebagai suatu rangkaian dari metodologi penelitian. Bentuk penelitian dimaksudkan sebagai strategi penelitian. Bentuk penelitian ialah cara atau langkah yang digunakan penulis dalam mengkaji obyek kajiannya. Bentuk penelitian terhadap SW adalah penelitian filologi. Filologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang pernaskahan. Hal-hal yang dipelajari dalam filologi meliputi umur naskah, bahan naskah, penulisan naskah, bahasa naskah, cara penyampaian teks naskah, kandungan naskah, tujuan penulisan naskah, dan sebagainya. Kesemuanya dimaksudkan dalam rangka merunut sejarah dan menggali potensi atau warisan nenek moyang yang masih relevan bagi perkembangan kehidupan manusia di masa kini. Filologi dapat dikatakan sebagai ilmu dikarenakan telah memiliki syarat syarat keilmuan. Salah satu syarat tersebut adalah metode. Metode filologi ialah usaha guna mendapatkan naskah yang bersih dari kesalahan atau mendapatkan naskah yang dipandang mendekati aslinya. Metode tersebut dikenal sebagai metode edisi naskah. xliv
45 Metode edisi naskah terbagi menjadi lima jenis, yaitu: metode obyektif, metode gabungan, metode landasan, metode stema, dan metode edisi naskah. Penelitian naskah SW menggunakan metode edisi naskah tunggal yang dikenal sebagai metode standar. Penelitian ini mengacu pada metode standar dikarenakan isi naskah dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau bahasa, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus. Metode edisi naskah tunggal diawali dengan transliterasi, langkah selanjutnya adalah menggunakan metode deskriptif untuk mengkaji isinya. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, artinya penelitian dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berarti semata-mata menggambarkan, melukiskan, menuliskan, melaporkan objek penelitian pada saat ini berdasarkan data yang ditemukan atau sebagaimana adanya, hasil penelitian diuraikan dalam bentuk kata-kata bukan angka. Sebagaimana yang diungkapkan Sutopo (2002) bahwa pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua data penting, mempunyai pengaruh dan berkaitan dengan yang lain. Dengan mendeskripsikan segala macam bentuk tanda (semiotik) mungkin akan membentuk dan memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang sedang dikaji. Penelitian ini mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian pustaka (library research). Jenis penelitian ini diterapkan karena hampir lebih dari 50% kegiatan xlv
46 penelitian ini dilakukan dengan proses membaca yang berkaitan erat dengan masalah perpustakaan, dengan mendayagunakan informasi yang terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia. Penelitian pustaka memerlukan perpustakaan sebagai mitra utama, pengabaian terhadap orientasi perpustakaan adalah kendala yang cukup besar bagi suksesnya penelitian ini. B. Sumber Data dan Data Sumber data yaitu sesuatu yang mengandung data, atau bisa juga disebut tempat dimana data itu berada. Untuk lebih mudahnya sumber data mengacu pada tempat penyimpanan naskah tersebut baik berupa perpustakaan maupun koleksi pribadi, sedangkan data adalah sesuatu yang mengacu pada obyek penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah pustaka. Data penelitian dibagi menjadi data primer, data sekunder dan data tersier. Data primer berupa naskah dan teks SW yang berbentuk tembang dan berhuruf Jawa carik, data sekunder berupa naskah lain yang mempunyai keterkaitan naskah dan teks. Sedangkan data tersier berupa data yang menunjang penelitian, yaitu: artikel baik di media cetak maupun elektronik, buku-buku, majalah, dan jurnal ilmiah. Data yang dikumpulkan dapat berupa pencatatan, gambar, dokumen atau catatan-catatan resmi lainnya yang terurai dalam bentuk kata-kata bukan dalam bentuk angka. xlvi
47 C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka. Teknik studi pustaka yaitu mencatat dokumen-dokumen atau arsip yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian, catatan dapat berupa tulisan maupun foto. Sedangkan teknik pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling. 1. Teknik Pengumpulan Data Primer Teknik pengumpulan data primer mengacu pada langkah awal dari cara kerja penelitian filologi yaitu inventarisasi naskah. Inventarisasi naskah dilaksanakan sesuai dengan sasaran penelitian yang telah diputuskan di awal, yakni jenis piwulang. Inventarisasi naskah dalam penelitian ini adalah usaha-usaha mendata dan mengumpulkan data. Salah satu caranya adalah membaca katalog. Dari pembacaan katalog, didaftar semua judul naskah yang sama. Melalui katalog tersebut akan diperoleh beberapa informasi dan keterangan tentang naskah yang dimaksud, yaitu jumlah naskah, tempat penyimpanan naskah, deskripsi naskah (nomor katalog, ukuran naskah, tulisan naskah, bahasa naskah, isi kandungan naskah, dan lain-lain). Setelah mendapat informasi dari katalog-katalog, langkah selanjutnya adalah mengecek langsung ke lokasi penyimpanan naskah dan melakukan pengamatan (observasi). Langkah selanjutnya teknik fotografi digital, yaitu memotret naskah dengan kamera digital yang diprogram tanpa menggunakan blitz. Hal tersebut dikarenakan penggunaan blitz dapat mempercepat proses perusakan naskah. Kemudian naskah dideskripsikan commit sesuai to dengan user keadaan sesungguhnya. Data xlvii
BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah
Lebih terperinciKawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN
Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C0199012 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baroroh-Baried,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan
Lebih terperinciPEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik)
PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan
Lebih terperinciETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO
ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang
373 BAB IV PENUTUP Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka akhir penelitian ini dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan
Lebih terperinciTINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA
TINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciMENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???
MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? Peninggalan suatu kebudayaan yang berupa puing bangunan besar, semarak tapi belum cukup. Gambaran pikiran dan perasaan tersebut dapat dipahami lewat dokumen tertulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum
Lebih terperinciWASIAT NABI MUHAMMAD SAW : Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Fungsi
WASIAT NABI MUHAMMAD SAW : Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Fungsi SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya
Lebih terperinciKAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA
KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Filologi 1. Pengertian Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Dengan demikian, kata filologi membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di
11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI SÊRAT SÊKAR WIJÅYÅKUSUMÅ SKRIPSI
KAJIAN FILOLOGI SÊRAT SÊKAR WIJÅYÅKUSUMÅ SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai peninggalan tulisan, naskah menyimpan berbagai informasi tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan pandangan hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan obyek material filologi yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan hasil budaya bangsa pada masa lalu (Baried, 1985:54). Naskah yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuna mempunyai peran penting dalam peradaban umat manusia, karena naskah kuna berisi berbagai macam tulisan tentang: adat istiadat, cerita rakyat, sejarah, budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah
Lebih terperinci2014 SAJARAH CIJULANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini
Lebih terperinciPokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu
1. Fakultas/ Program Studi 2. Mata Kuliah dan Kode : Fakultas Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jawa : FILOLOGI JAWA I 3. Jumlah SKS : Teori : 2 SKS Praktik : - SKS 4. Kompetensi : Mahasiswa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naskah-naskah yang terdapat di Nusantara memiliki isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakan, misalnya masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan tulisan tangan berupa benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput
Lebih terperinciSYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik
SYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Lebih terperinciSYAIR IBADAT : Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi
SYAIR IBADAT : Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya
Lebih terperinciANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI
ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI A. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai khasanah sastra klasik yang beraneka ragam, yang terdiri dari sastra-sastra daerah. Sastra klasik adalah sastra dalam bahasa
Lebih terperinciLIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika
LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia yang berasal dari dua kata yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia
Lebih terperinciRAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM
RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM 070210402091 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciPATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.
PATHISARI Skripsi punika asil saking panaliten filologi tumrap Sěrat Pangracutan ingkang kasimpěn ing Perpustakaan Pura Pakualaman Ngayogyakarta mawi kode koleksi 0125/PP/73. Skripsi punika awujud suntingan
Lebih terperinciSERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)
SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciPANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO
PANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sasrjana Sastra
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004:34).
Lebih terperinciSERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)
SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusantara memiliki beberapa jenis kesusastraan yang diciptakan, berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu kesusastraan yang berkembang
Lebih terperinciEtika, Moral, Norma, Nilai,
ETIKA ADMINISTRASI Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat. Norma, dalam bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak warisan hasil budaya dalam bentuk naskah atau manuskrip (Marsono, 2010), yang bahkan sampai saat ini belum dapat dihitung jumlahnya. Manuskrip
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:3). Dalam sebuah penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA
SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Nusantara yang terletak di kawasan Asia Tenggara sejak kurun waktu yang cukup lama memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi yang
Lebih terperinciModul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA
Modul ke: 11 ETIK UMB Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER AFIYATI SSi., MT. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Materi 11 Etiket Pribadi ETIKA & ETIKET Pengertian ETIKA Dari segi etimologis, etika berasal dari
Lebih terperinci2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan
Lebih terperinciEtika Profesi INSINYUR. Dr. Dian Kemala Putri
Etika Profesi INSINYUR Dr. Dian Kemala Putri Email : dian@staff.gunadarma.ac.id Topik: Pengertian etika. Pengertian profesi dan profesionalisme Organisasi profesi dan Kode etik profesi Standar teknik Standar
Lebih terperinciBAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)
BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Lebih terperinciPERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM
PERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM Disusun oleh : NURMA YUSNITA,AMK NIM SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARATU PRODI S1 KEPERAWATAN 2017 Jalan Kaswari Nomor 10 A-D Sukajadi Pekanbaru Telp/Fax (0761)24586
Lebih terperinciNilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang
Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Oleh: Sugeng Triwibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Miftah1919@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh
Lebih terperinciKODE ETIK PSIKOLOGI. Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi
Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SERAT CARETA SAMA UN: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS RESEPSI. Oleh MUHAMMAD HASAN NIM
SKRIPSI SERAT CARETA SAMA UN: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS RESEPSI Oleh MUHAMMAD HASAN NIM 121111077 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 SKRIPSI
Lebih terperinciPembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi
Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi 1.1. Norma Norma (dalam sosiologi) adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PELEM BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Untuk
Lebih terperinciNASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi
1 NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA (Kajian Filologis) Proposal Skripsi Oleh : Reza Sukma Nugraha 206500034 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang
Lebih terperinciANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE SERTA KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh Nita Yolanda NIM
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU BERBUNYI PADA SISWA KELAS IV SDN KADEMANGAN II KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SKRIPSI Oleh Nita Yolanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciKOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK
KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah naskah Wawacan Pandita Sawang yang beraksara Arab (Pegon) dan berbahasa Sunda, teks di dalamnya berbentuk puisi/wawacan. Naskah
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI. Oleh:
KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI Oleh: Maya Dwi Jayanti NIM 100210402024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciPURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM
PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI Oleh Ari Yogo Prasetya NIM 060210302230 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra
Lebih terperinciRATIBU 'L-HADDAD: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Resepsi Pembaca
RATIBU 'L-HADDAD: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Resepsi Pembaca SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan
Lebih terperinciKELAYAKAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN
KELAYAKAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN SKRIPSI Oleh: YUSUF MUFLIKH RAHARJO K1210064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2014 PERNYATAAN
Lebih terperinciPENERAPAN METODE CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA DALAM WACANA PADA SISWA KELAS VII A SMP NU SURUH KABUPATEN SEMARANG
PENERAPAN METODE CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA DALAM WACANA PADA SISWA KELAS VII A SMP NU SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/ 2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciPengertian etika = moralitas
Pengertian etika Meet-1 Creat By.Hariyatno.SE,Mmsi 1. Pengertian Etika Etika berasal dari dari kata Yunani Ethos (jamak ta etha), berarti adat istiadat Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik,
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMERANKAN NASKAH DRAMA DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Guna
Lebih terperinciTeks, Tekstologi, dan Kritik Teks
Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik)
IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bidang sastra tidak terlepas dengan kajian-kajian serta peroses terbentuknya suatu karya sastra. Karya sastra yang dikaji biasanya berkaitan
Lebih terperinciKAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)
digilib.uns.ac.id KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra
Lebih terperinciSkripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh :
PENINGKATAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA MELALUI STRATEGI ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 1 KETELAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Masyarakat Agraris 2.2 Pekerjaan Tenaga Kerja Tani Padi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Masyarakat Agraris Guna meneliti etika ketenagakerjaan yang ada di masyarakat maka diperlukan gambaran masyarakat tersebut. Gambaran masyarakat agraris yang ada di Indonesia
Lebih terperinci