RENCANA INDUK PELABUHAN MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA INDUK PELABUHAN MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM.92 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 DESEMBER 2013 RENCANA INDUK PELABUHAN MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Dasar Hukum Lokasi Studi Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar KONDISI PELABUHAN EKSISTING Pelabuhan Makassar Kondisi Fisik Pelabuhan Makassar Pelabuhan di Sekitar Makassar Pelabuhan di Sekitar Sebagai Bagian dari The Greater Port of Makassar PROYEKSI PERMINTAAN JASA PELABUHAN Cakupan dan Periodisasi Proyeksi Permintaan Hasil Proyeksi STRATEGI DAN KEBIJAKAN Strategi Kebijakan RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH STUDI TERKAIT RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN Pelabuhan Utama Makassar Pelabuhan Garongkong Pelabuhan Boddia/Galesong USULAN PENETAPAN ZONASI PERKIRAAN BIAYA PEMBANGUNAN ANALISA FINANSIAL Investasi dan Pendanaan Proyek (Project Financing) Hasil Evaluasi Finansial Analisa Sensitivitas (Sensitivity Analysis) TINJAUAN LINGKUNGAN...55 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Lokasi Rencana Induk Pelabuhan Makassar... 4 Gambar 2.1 DLKr dan DLKp Pelabuhan Makassar (KM Perhubungan Nomor 85 th. 1999)... 5 Gambar 2.2 Area Kolam Pelabuhan Makassar... 6 Gambar 2.3 Dermaga Pangkalan Soekarno... 6 Gambar 2.4 Layout Pelabuhan Makassar Saat Ini... 7 Gambar 2.5 Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar... 8 Gambar 2.6 Pintu Masuk (Gate) Pelabuhan Makassar... 8 Gambar 2.7 Dermaga di Pangkalan Hatta... 9 Gambar 2.8 Jembatan Timbang dan Gate di Pangkalan Hatta... 9 Gambar 2.9 Letak Lokasi Pangkalan Paotere Gambar 2.10 Fasilitas Kapal Pandu dan Tunda Pelabuhan Makassar Gambar 2.11 Grafik Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Makassar Tahun Gambar 2.12 Grafik Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Makassar Tahun Gambar 2.13 Grafik Lalu Lintas Arus Peti Kemas di Pangkalan Hatta Gambar 2.14 Grafik Kunjungan Kapal Pelabuhan Makassar Gambar 2.15 Kondisi Keterbatasan Lahan di Pelabuhan Makassar Gambar 2.16 Kemacetan di Sekitar Jalan Pelabuhan Makassar Gambar 2.17 Peta Lokasi Pelabuhan di sekitar Makassar Gambar 2.18 Kondisi Pelabuhan Awerange saat ini (2012) Gambar 2.19 Lokasi Pelabuhan Garongkong Gambar 2.20 Grafik Arus Barang Pelabuhan Garongkong Gambar 2.21 Lokasi Pelabuhan Galesong Gambar 2.22 Kondisi Aktivitas Pelabuhan Galesong Gambar 3.1 Proyeksi Total Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Makassar Gambar 3.2 Proyeksi Bongkar Muat Peti Kemas Gambar 5.1 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Gambar 5.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Makassar Gambar 5.3 Kawasan Pelabuhan Terpadu Gambar 5.4 Rencana Pengembangan Jalur Kereta Api di Sulawesi Gambar 5.5 Peta Jalan Raya Penghubung Makassar-Boddia dan Peta Jalan KA di Sulawesi Selatan Gambar 6.1 Rencana Penataan Zonasi Pelabuhan Makassar Gambar 6.2 Rancangan DLKP dan DLKr Pelabuhan Makassar Gambar 6.3 Rancangan Zonasi Perairan dan DLKr Perairan Pelabuhan Makassar Gambar 6.4 Rancangan DLKr Daratan Pelabuhan Makassar Gambar 6.5 Rencana Pengembangan Pelabuhan Makassar Tahap Gambar 6.6 Rencana Pengembangan Pelabuhan Makassar Tahap Gambar 6.7 Rencana Pengembangan Pelabuhan Makassar Tahap Gambar 6.8 Indikasi Keperluan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Pelabuhan Utama Makassar Gambar 6.9 Rencana Penataan/Zonasi Pelabuhan Garongkong Gambar 6.10 Rencana Zonasi Perairan Pelabuhan Garongkong Gambar 6.11 Rencana Pengembangan Pelabuhan Garongkong Tahap Gambar 6.12 Rencana Pengembangan Pelabuhan Garongkong Tahap Gambar 6.13 Rencana Pengembangan Pelabuhan Garongkong Tahap Gambar 6.14 Rancangan DLKP dan DLKr Pelabuhan Garongkong Gambar 6.15 Rancangan DLKr Pelabuhan Garongkong Gambar 6.16 DLKP dan DLKr Pelabuhan Boddia/Galesong Gambar 6.17 Rencana Penataan Zonasi dan DLKr Pelabuhan Boddia/Galesong Gambar 6.18 Rencana Pengembangan Pelabuhan Boddia/Galesong Tahap Gambar 6.19 Rencana Pengembangan Pelabuhan Boddia/Galesong Tahap Gambar 6.20 Rencana Pengembangan Pelabuhan Boddia/Galesong Tahap DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perbandingan Proyeksi / Prediksi Menurut RIP Makassar Tahun 2004 dan Realisasi... 1 Tabel 2.1 Dermaga di Pangkalan Soekarno... 6 Tabel 2.2 Lapangan Penumpukan di Pangkalan Soekarno... 8 Tabel 2.3 Gudang di Pangkalan Soekarno... 8 Tabel 2.4 Peralatan Bongkar Muat di Pangkalan Soekarno... 8 Tabel 2.5 Dermaga di Pangkalan Hatta... 9 Tabel 2.6 Lapangan Penumpukan di Pangkalan Hatta... 9 Tabel 2.7 Peralatan Bongkar Muat di Pangkalan Hatta... 9 Tabel 2.8 Dermaga Eksisting di Pangkalan Paotere Tabel 2.9 Lapangan Penumpukan di Pangkalan Paotere Tabel 2.10 Fasilitas Kapal Pandu dan Kapal Tunda... 10

3 Tabel 2.11 Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Makassar Tahun Tabel 2.12 Lalu Lintas Arus Barang Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar Tahun Tabel 2.13 Lalu Lintas Arus Penumpang di Pangkalan Soekarno Tabel 2.14 Lalu Lintas Arus Peti Kemas di Pangkalan Hatta Tabel 2.15 Kunjungan Kapal Menurut Jenis Tambatan di Pelabuhan Makassar, Tahun Tabel 2.16 Kondisi Pelayanan Kapal di Pelabuhan Makassar Tabel 2.17 Kondisi Utilisasi Fasilitas Pelabuhan Makassar Tabel 2.18 Kondisi Pelayanan Barang di Terminal Peti Kemas Makassar Tabel 2.19 Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Garongkong Tabel 3.1 Proyeksi Total Bongkar Muat Barang Tabel 3.2 Proyeksi Bongkar Muat Barang menurut Jenis Kemasan Tabel 3.3 Proyeksi Bongkar Muat Peti Kemas Di Pelabuhan Makassar Tabel 3.4 Proyeksi Curah Kering Tabel 3.5 Proyeksi Arus Naik-Turun Penumpang Kapal Laut Tabel 3.6 Resume Proyeksi Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Makassar Tabel 6.1 Simulasi Perhitungan BOR Dermaga Terminal Peti Kemas Baru Tabel 6.2 Simulasi Perhitungan BOR Dermaga Terminal Ro-ro Tabel 6.3 Simulasi Perhitungan BOR Dermaga Terminal Curah Kering Tabel 6.4 Simulasi Perhitungan BOR Dermaga Terminal General Cargo Tabel 6.5 Tabulasi Kebutuhan Fasilitas Pengembangan Pelabuhan Makassar Tabel 6.6 Tabulasi Kebutuhan Areal Perairan Untuk Operasional Pelabuhan Makassar Tabel 6.7 Fasilitas Fisik Pelabuhan Garongkong Saat Ini Tabel 6.8 Simulasi BOR Pelabuhan Garongkong Tabel 6.9 Tabulasi Kebutuhan Fasilitas Pengembangan Pelabuhan Garongkong Tabel 6.10 Tabulasi Kebutuhan Areal Perairan Pelabuhan Garongkong Tabel 6.11 Simulasi BOR Pelabuhan Boddia Tabel 6.12 Tabulasi Kebutuhan Fasilitas Pengembangan Pelabuhan Boddia Tabel 6.13 Tabulasi Kebutuhan Areal Perairan Pelabuhan Boddia Tabel 7.1 Estimasi Biaya Pembangunan Terminal Petikemas Tahap Tabel 7.2 Estimasi Biaya Pembangunan Pelabuhan Curah Kering Non-Pangan Garongkong Tabel 7.3 Estimasi Biaya Pembangunan Pelabuhan Penumpang Boddia Tabel 8.1 Perkiraan Biaya Investasi Proyek Terminal Peti Kemas (1 = Rp. 1000) Tabel 8.2 Struktur Pendanaan Biaya Investasi Proyek Terminal Peti Kemas (1 = Rp. 1000) Tabel 8.3 Perkiraan Biaya Investasi Pembangunan Terminal Curah Kering Pelabuhan Garongkong (Jangka Pendek) (1=Rp1000) Tabel 8.4 Struktur Pendanaan Biaya Investasi Proyek Terminal Curah Kering Pelabuhan Garongkong (1 = Rp. 1000) Tabel 8.5 Perkiraan Biaya Investasi Pembangunan Terminal Curah Kering Pelabuhan Garongkong (Jangka Menengah) Tabel 8.6 Return of Fixed Assets Tabel 8.7 Debt Service Time Coverage Tabel 8.8 Rasio Operasional (Operating Ratio) Tabel 8.9 Working Ratio Tabel 8.10 FIRR, NPV dan B/C Ratio Tabel 8.11 Ringkasan Hasil Analisa Sensitivitas PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Makassar terletak di kawasan timur Indonesia, meski secara geografis masih berada di bagian tengah kepulauan Indonesia (Pulau Sulawesi). Pelabuhan Makassar berlokasi di tepi perairan Selat Makassar yang merupakan perairan dalam dan telah ditetapkan sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia. Letaknya yang strategis kawasan ini dan didukung oleh sumber daya alam serta sumber daya manusia yang terampil memungkinkan kawasan ini tumbuh berkembang setara dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi propinsi Sulawesi Selatan cukup stabil dengan rata-rata di atas 7 % dan diikuti pula dengan pertumbuhan angkutan barang dan penumpang pelabuhan Makassar dalam lima (5) tahun terakhir yang secara signifikan tumbuh di atas 10 %. Hal ini menunjukkan tingkat perkembangan wilayah yang sangat kondusif. Namun di sisi lain nilai PDRB per kapita penduduk masih rendah bila dibandingkan propinsi lain, hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk masih bergantung pada kegiatan utama pertanian yang mengambil porsi 30%. Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia telah menetapkan kerangka kebijakan koridor ekonomi wilayah yang mengarahkan Sulawesi sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan nikel nasional dan perlunya dukungan infrastruktur transportasi, termasuk pelabuhan dan jalan raya serta kereta api. Pada saat ini Pelabuhan Makassar telah memiliki Rencana Induk Pelabuhan yakni berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 2 Tahun 2004 tentang Rencana Induk Pelabuhan Makassar tanggal 23 Januari 2004 dimana tertuang perihal tahapan pengembangan yakni Tahap I dan Tahap II dengan kebutuhan area lahan daratan seluas 301,29 Ha (lahan daratan eksisting 199,29 Ha dan lahan daratan pengembangan seluas 182 Ha) dan areal perairan seluas 42,718 Ha (perairan untuk kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan seluas 2,978 Ha dan areal untuk keselamatan pelayaran seluas 39,740 Ha) untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan pada Pelabuhan Makassar yang meliputi pelayanan jasa kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya serta pengembangannya. Realisasi arus barang dan kunjungan kapal Pelabuhan Makassar yang ada (khususnya peti kemas) saat ini ternyata sudah cukup jauh melampaui prediksi menurut Rencana Induk Pelabuhan yang ada (2004). Realisasi arus barang petikemas sudah mencapai TEU s pada tahun 2012, sedangkan menurut prediksi rencana induk pelabuhan 2004 jumlah petikemas baru mencapai TEU s pada tahun 2012, dan TEU s diproyeksikan baru akan terjadi pada tahun Rencana Induk Pelabuhan seyogyanya disusun lebih fokus kepada kebutuhan pengembangan terkait dengan kegiatan kepelabuhanan, dan tidak tumpang tindih dengan program pengembangan dari pemerintah daerah, seperti adanya pengembangan area bisnis berupa reklamasi yang sebaiknya tidak dimasukkan dalam program rencana induk pelabuhan. Pada saat ini sudah ada program pengembangan di sekitar wilayah pelabuhan yang telah dilaksanakan maupun dalam perencanaan oleh Pemerintah Daerah yang sangat mempengaruhi kegiatan pelabuhan ke depan (seperti pengembangan reklamasi di sekitar Tanjung Bunga, dan rencana pada wilayah lainnya). Dengan demikian perlu dilakukan review atas rencana induk pelabuhan yang sudah ada (Rencana Induk Pelabuhan Makassar tahun 2004) agar dapat melakukan penataan rencana tahapan dan luasan area pengembangan yang lebih sesuai kebutuhan, dan jika perlu agar disusun program pengembangan pelabuhan Makassar dengan meliputi pelabuhan-pelabuhan lain di sekitarnya sebagai bagian dari greater port of Makassar. Executive Summary 3

4 Tabel 1.1 Perbandingan Proyeksi /Prediksi Menurut RIP Makassar Tahun 2004 dan Realisasi Tahun Container (TEU's) Total Barang (ton) Kunjungan Kapal Total (Call) Penumpang (Orang) Prediksi Realisasi Prediksi Realisaasi Prediksi Realisasi Prediksi Realisasi Sumber : PELINDO IV Makassar Pelabuhan Makassar dalam konteks kebijaksanaan nasional ditetapkan sebagai salah satu pelabuhan utama di Indonesia, setara dengan pelabuhan-pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Belawan. Undang- Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran mengamanatkan bahwa setiap Pelabuhan wajib memiliki rencana induk Pelabuhan yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan dan pengembangan pelabuhan. Rencana Induk Pelabuhan Makassar ini disusun secara terpadu mencakup pelabuhan/terminal di Makassar, Garongkong, dan Bodia/Galesong dalam suatu konsep pengembangan yang saling bersinergi disesuaikan dengan peran dan fungsinya. 5) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); 6) Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). 1.3 Lokasi Studi Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar Lokasi pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar Dan Kawasan Sekitarnya Secara Terpadu (Greater Makassar Port), Prov. Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Gambar 1.1. Kebutuhan tata ruang daratan dan perairan pelabuhan modern akan cenderung mengikuti perkembangan teknologi perkapalan dan pola pengoperasian pelabuhan agar mampu memberikan pelayanan yang cepat, aman, selamat dan tepat waktu. Faktor lain sebagai pendorong perkembangan pelabuhan adalah tingkat kesibukan aktivitas pelabuhan pada saat ini, makin tumbuhnya kesadaran akan aspek keselamatan dan lingkungan, bertambah pentingnya hubungan dengan hinterland, pertumbuhan areal industri pada kebanyakan pelabuhan berikut segala konsekuensinya. Kesemua ini harus diwujudkan dalam suatu Rencana Induk Pelabuhan Makassar dan kawasan di sekitarnya sebagai pedoman bagi penyelenggara pelabuhan dan semua pihak terkait untuk melaksanakan pembangunan dan pengembangan pelabuhan secara berkelanjutan selama periode 20 tahun yang akan datang. Kepentingan pelabuhan yang semula lebih ditekankan pada aspek penumpukan telah bergeser kepada aspek hubungan mata rantai transportasi dan pertemuan antar moda transportasi, dimana barang bergerak dari satu moda angkutan ke moda yang lain. Pelabuhan harus dapat menyesuaikan diri dengan sistem transportasi yang murah dan efisien. Tetapi meski begitu, peran penumpukan sebagai tempat menyimpan barang jangka pendek tetap penting, mengingat arus keluar masuk barang dan kapal tidak kontinyu dan tidak teratur. 1.2 Dasar Hukum Dasar dan referensi hukum Studi Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar dan Kawasan Sekitarnya Secara Terpadu (Greater Makassar Port) ini mengacu kepada: 1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; 5) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim. 6) Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2011 tentang Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Sedangkan sebagai dasar teknis kegiatan studi akan mengacu kepada: 1) Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN); 2) Tatanan Kepelabuhanan Nasional (TKN); 3) Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil); 4) Tataran Transportasi Lokal (Tatralok); Garongkong Biringkasi MAKASSAR Boddia Jeneponto Matto Angin Gambar 1.1 Lokasi Rencana Induk Pelabuhan Makassar Executive Summary 4

5 Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar 2. KONDISI PELABUHAN EKSISTING 2.1 Pelabuhan Makassar Pelabuhan Makassar merupakan pelabuhan terbesar di kawasan Indonesia Timur. Dimasa Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC (abad 18 dan 19 kolonialisme Belanda), Pelabuhan Makassar merupakan pusat perdagangan, dan dengan letaknya yang berada pada posisi alur laut kepulauan Indonesia 2 (ALKI 2) adalah merupakan jalur pelayaran yang menghubungkan antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia Kondisi Fisik Pelabuhan Makassar Posisi titik koordinat Pelabuhan Makassar berada di tengah bentangan Nusantara pada posisi 05: BT dan 119: LS. Kondisi pantai di sekitar pelabuhan pada umumnya landai, dasar laut terdiri dari lumpur dan pasir. Alur pelayaran sepanjang 25 mil (Bouy terluar) dengan lebar ± 1 mil, kedalaman rata-rata -16 m. Alur masuk pelayaran (acces channel) lebar ± 200 m dengan panjang 2 mil, kedalaman rata-rata -10 s/d -14 m. kelengkapan keselamatan bernavigasi dapat dilihat pada peta laut Indonesia No.139 dan No.176 dan buku tabel lampu suar DSI (Daftar Suar Indonesia). A. Kondisi Alam Kondisi Gelombang Tinggi gelombang di kolam Bandar antara 0 1 meter dan antara 0 2 meter di daerah labuh jangkar. Pada terminal umum, tinggi gelombang dapat mencapai 2,4 meter. Sedangkan di terminal peti kemas dapat mencapai 1 meter. Kondisi Arus Arah arus dominan di dalam kolam memanjang dermaga atau U ke S kecepatan 0 2 knots, dipengaruhi oleh aliran Sungai Tallo yang bermuara di DLKR. Kecepatan arus di terminal umum dan terminal peti kemas Pelabuhan Makassar mencapai 1 knot. Kondisi Pasang Surut Arah arus pasang surut utara ke selatan dan sebaliknya, pasang tertinggi 180 dm, terendah 5 dm. tinggi muka air laut rata-rata (MSL) 0,90 m. Karakteristik dari pasang surut di pelabuhan Makassar adalah semi diurnal / diurnal. Di area terminal umum dan terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, pasang tertinggi 1,8 m LWS, terendah 0,9 m LWS. Angin Kecepatan rata-rata di pelabuhan Makassar berkisar antara 5-25 Km/Jam. Kecepatan angin maksimum terjadi pada bulan Desember Januari yaitu berkisar antara Km/Jam. Temperatur Suhu rata-rata di pelabuhan Makassar berkisar 24ºC 31ºC. Sedangkan kelembaban udaranya berkisar antara %. Gempa Berdasarkan Peta Gempa Indonesia menurut SNI , wilayah pelabuhan Makassar terletak pada wilayah gempa zona 2 (dua) dengan pengaruh percepatan gaya sebesar 0,10 g. B. Kondisi Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Pelabuhan (DLKp) Berdasarkan SK Menteri Perhubungan Nomor KM 85 Tahun 1999, Tanggal 13/10/1999, wilayah Pelabuhan Soekarno Hatta meliputi : - - Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, dengan luas Perairan adalah Ha dan luas daratan yang dikuasai adalah m² (119,2933 Ha). Areal daratan Pelabuhan Makassar dapat dilihat pada Gambar 2.1. Sumber : Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Departemen Perhubungan dan PT Pelindo IV Makassar Gambar 2.1 DLKr dan DLKp Pelabuhan Makassar (KM Perhubungan Nomor 85 th. 1999) Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, dengan luas perairan adalah Ha. Executive Summary 5

6 2.1.2 Kondisi Fasilitas Pelabuhan Makassar Fasiltas Pelabuhan Makassar antara lain meliputi: kolam pelabuhan, alur pelayaran, breakwater (pemecah gelombang), dermaga, fasilitas umum, terminal, kantor, gudang, dan lain-lain. A. Kolam Pelabuhan Luas kolam pelabuhan Makassar adalah 319 Ha dengan kedalaman minimum mencapai -9m LWS dan -8m LWS pada dermaga. Kolam pelabuhan dilindungi oleh bangunan pemecah gelombang di sisi barat dan barat daya. Pada Gambar 2.3 berikut diperlihatkan areal kolam Pelabuhan Makassar. Breakwater KOLAM PELABUHAN 1. Pangkalan Soekarno Pangkalan Soekarno memiliki panjang dermaga m dengan kedalaman -9 mlws. Pangkalan ini diperuntukan sebagai pelayanan barang-barang general cargo dan penumpang serta barang curah seperti semen, batu bara, tepung terigu, penampungan minyak goreng dan aspal cair. Dermaga Table 2.1 dan Gambar 2.4 berikut ini adalah informasi fasilitas dermaga yang ada di Pangkalan Soekarno. No Dermaga Panjang (m) Tabel 2.1 Dermaga di Pangkalan Soekarno Lebar (m) Draft (mlws) Kapasitas (ton/m²) Dibangun Tahun Peruntukan Berdikari Umum & Curah Curah Penumpang & Roro Umum & Eksp/Imp Umum & Eksp/Imp Sumber : Otoritas Pelabuhan Utama Makassar Lapangan Penumpukan Pangkalan Soekarno memiliki lapangan penumpukan seluas 5,64 Ha dengan fungsi untuk menampung barang umum (kendaraan, alat berat, peti kemas dll) dengan rincian seperti terlihat pada Tabel 2.2. Gudang Pangkalan Soekarno memiliki gudang sebagai tempat penyimpanan barang dengan total seluas m2 yang terdiri dari gudang umum, CFS (Container Freight Station) dan gudang api. Informasi gudang di Pangkalan Soekarno seperti terlihat pada Tabel 2.3. Gambar 2.2 Area Kolam Pelabuhan Makassar B. Alur Pelayaran, Daratan dan Breakwater Alur pelabuhan Makassar adalah sepanjang 2,5 mil dan lebar 250 m dengan kedalaman minimum 10 mlws. Daratan Pelabuhan Makassar seluas 66,66 Ha yang dipergunakan untuk terminal peti kemas, umum dan penumpang. Pelabuhan Makassar juga ditunjang oleh fasilitas breakwater di sisi barat dan barat daya dengan panjang mencapai m. GATE 1 C. Terminal / Pangkalan Pelabuhan Makassar Pelabuhan Umum Makassar saat ini terdiri dari 3 (tiga) pangkalan utama yakni : 1. Pangkalan Soekarno`( pelayanan bagi barang-barang general cargo dan penumpang serta barang curah) 2. Pangkalan Hatta dan Hasanudin (terminal petikemas, dan multipurpose) 3. Pangkalan Paotere (pelayanan bagi kapal-kapal pelayaran rakyat) GATE 2 Sumber : Otoritas Pelabuhan Utama Makassar Gambar 2.3 Dermaga Pangkalan Soekarno Executive Summary 6

7 Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar `` Sumber : Otoritas Pelabuhan Utama Makassar Gambar 2.4 Layout Pelabuhan Makassar Saat Ini Executive Summary 7

8 Tabel 2.2 Lapangan Penumpukan di Pangkalan Soekarno No Lapangan Luas Kapasitas (ton/m²) Tahun Kondisi (%) 1 Ex Gudang Ex Container Yard & Ex Empty Container Ex Kaporlap Ex Pusri Ex Gudang Imco Sumber : PT PELINDO IV Makassar Pintu Gerbang (Gate) Pangkalan Soekarno memiliki 2 pintu gerbang masuk (gate). Gate 1 berfungsi sebagai pintu gembang masuk kendaraan berat (trailer/truck) berlokasi di sebelah utara berhadapan langsung dengan jalan raya menuju jalan TOLL. Sedangkan Gate 2 berfungsi sebagai pintu gerbang masuk bagi penumpang berada di tengah pangkalan Soekarno. Gate 2 Gate 1 Tabel 2.3 Gudang di Pangkalan Soekarno Terminal Penumpang No Gudang Luas Kapasitas (ton/m²) Tahun Kondisi (%) CFS Gudang Api Sumber PT PELINDO IV Makassar Pangkalan Soekarno dilengkapi juga dengan gedung terminal penumpang seluas m² dan berkapasitas orang. Gedung terminal penumpang dibangun pada tahun Lokasi terminal penumpang berada di tengah-tengah pangkalan Soekarno (dermaga 103). Dermaga juga melayani kapal-kapal Ro-ro. Kondisi Peralatan Pangkalan Soekarno Gambar 2.6 Pintu Masuk (Gate) Pelabuhan Makassar Beberapa jenis peralatan yang ada di Pangkalan Soekarno yang berfungsi untuk memberikan pelayanan barang dan meningkatkan kinerja pelabuhan seperti terlihat pada Tabel 2.4 berikut: Tabel 2.4 Peralatan Bongkar Muat di Pangkalan Soekarno PERALATAN PANGKALAN SOEKARNO NAMA ALAT QTY MEREK CAP TAHUN KONDISI MOBILE CRANE 1 UNIT IHI 40 TON % MOBILE CRANE 1 UNIT IHI 35 TON % MOBILE CRANE 1 UNIT IHI 25 TON % REACH STACKER 2 UNIT KALMAR 40 TON % REACH STACKER *) 1 UNIT KALMAR 40 TON % FORKLIFT 1 UNIT TCM 7 TON % FORKLIFT BAT 1 UNIT KOMATSU 2 TON % HEAD TRUCK 1 UNIT HINO 40 TON % CHASSIS 1 UNIT - 40' % CHASSIS **) 2 UNIT PATRIA 20' % Sumber : Kantor Cabang Pelindo IV Makassar Catatan :.*) : Estimasi kedatangan alat Desember 2012.**) : Alat relokasi dari Cabang lain Gambar 2.5 Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar Executive Summary 8

9 2. Pangkalan Hatta Pangkalan Hatta dibangun pada tahun 1997, memiliki dermaga peti kemas panjang 850 m dengan kedalaman minimum -12 m LWS dan dermaga Hasanudin untuk kapal Ro-ro dengan kedalaman -5 sd -12 m LWS. Dermaga Dengan kedalaman yang ada dapat melayani kapal-kapal berkapasitas maksimal TEU s. Pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.7 berikut dijelaskan detail dermaga di Pangkalan Hatta: Jembatan Timbang dan Pintu Gerbang (Gate) Pangkalan Hatta adalah pangkalan khusus untuk melayani kapal peti kemas, pangkalan ini dilengkapi dengan jembatan timbang dan pintu masuk yang menjadi satu kesatuan. Tabel 2.5 Dermaga di Pangkalan Hatta No Dermaga Panjang (m) Lebar Draft Kapasitas (m) (mlws) (ton/m²) Tahun Peruntukan 1 Container Peti kemas 2. Hasanuddin Ro-ro Sumber : Otoritas Pelabuhan Utama Makassar Dermaga Petikemas Lapangan Penumpukan Gambar 2.7 Dermaga di Pangkalan Hatta Pangkalan Hatta memiliki lapangan penumpukan petikemas seluas 11,45 Ha. Pada Tabel 2.6 berikut ini diperlihatkan rincian lapangan penumpukan di Pangkalan Hatta. Tabel 2.6 Lapangan Penumpukan di Pangkalan Hatta No Lapangan Luas Kapasitas (ton/m²) Tahun Kondisi (%) 1 Peti Kemas Multi Purpose Multi Purpose Sumber : Informasi 25 Pelabuhan Strategis Indonesia Dermaga Hasanudin Gate / Pintu Pangkalan Hatta Kondisi Peralatan Pangkalan Hatta Gambar 2.8 Jembatan Timbang dan Gate di Pangkalan Hatta Pangkalan Hatta khususnya diperuntukkan untuk melayani kapal peti kemas, namun berfungsi juga sebagai dermaga Mutipurpose. Tabel Peralatan di Pangkalan Hatta seperti terlihat pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Peralatan Bongkar Muat di Pangkalan Hatta Peralatan di Pangkalan Hatta NAMA ALAT QTY MEREK CAP TAHUN KONDISI CONTAINER CRANE 2 UNIT NOELL 40 TON % CONTAINER CRANE 1 UNIT IHI 40 TON % CONTAINER CRANE 2 UNIT KAWASAKI 40 TON % RTGC 5 UNIT NOELL 40 TON % RTGC 2 UNIT MITSUI 40 TON % RTGC 4 UNIT MITSUI 40 TON % REACH STACKER 1 UNIT KALMAR 40 TON % REACH STACKER 1 UNIT FANTUZZI 40 TON % SIDE LOADER 1 UNIT TEREX-FANTUZZI 9 TON % FORKLIFT 1 UNIT TOYOTA 7 TON % FORKLIFT BAT 5 UNIT KOMATSU 2 TON % HEAD TRUCK 4 UNIT ISUZU 40 TON % HEAD TRUCK 4 UNIT NISSAN 40 TON % TERMINAL TRACTOR 8 UNIT OTTAWA 40 TON % TERMINAL TRACTOR 8 UNIT OTTAWA 40 TON % CHASSIS 6 UNIT HARMONY 40' % CHASSIS 8 UNIT HARMONY 40' % CHASSIS 6 UNIT PATRIA 40' % CHASSIS 4 UNIT PATRIA 40' % Sumber : Kantor Cabang Pelindo IV Makassar Executive Summary 9

10 3. Pangkalan Paotere Pangkalan Paotere merupakan pangkalan yang diperuntukan untuk melayani kapal-kapal layar phinisi atau kapal pelayaran rakyat. Pangkalan ini berlokasi terpisah dengan Pangkalan Soekarno dan Hatta, lokasi bersebelahan dengan pangkalan Angkatan Laut seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut. Angkatan Laut Paotere Lapangan Penumpukan Pangkalan Paotere memiliki lapangan penumpukan seluas m² berfungsi untuk pelayanan barang umum kapal-kapal pelra. Pada Tabel 2.7 berikut ini diperlihatkan rincian lapangan penumpukan di Pangkalan Paotere. Tabel 2.9 Lapangan Penumpukan di Pangkalan Paotere Kapasitas Kondisi No Lapangan Luas Tahun (ton/m²) (%) 1 Penumpukan I Penumpukan II Penumpukan III Sumber : Informasi 25 Pelabuhan Strategis Indonesia D. Kapal Tunda dan Kapal Pandu Kapal tunda dan kapal pandu berfungsi untuk memberikan jasa kepada kapal-kapal yang akan melakukan Pemanduan dan Penundaan untuk bersandar di Pelabuhan Makassar. Tabel 2.10 Fasilitas Kapal Pandu dan Kapal Tunda Gambar 2.9 Letak Lokasi Pangkalan Paotere Dermaga Pangkalan Paotere memiliki total panjang dermaga 525,88 m, dengan kedalaman -3 m LWS. Pangkalan ini diperuntukan bagi melayani kapal-kapal pelayaran rakyat / kapal kayu. No Dermaga Panjang (m) Tabel 2.8 Dermaga Eksisting di Pangkalan Paotere Lebar (m) Draft (mlws) Kapasitas (ton/m²) Tahun Peruntukan 1 Paotere I Kapal Rakyat/kayu 2. Paotere II 52, , Kapal Rakyat/kayu 3. Paotere III Kapal Rakyat/kayu 4. Paotere IV Kapal Rakyat/kayu 5. Paotere V 33, Kapal Rakyat/kayu 6. Paotere VI 33, Kapal Rakyat/kayu 7. Paotere VII 33, , Kapal Rakyat/kayu 8. Paotere VIII 33, , Kapal Rakyat/kayu 9. Paotere IX 52, , Kapal Rakyat/kayu 10. Paotere X 33, Kapal Rakyat/kayu 11. Paotere XI Kapal Rakyat/kayu Gambar 2.10 Fasilitas Kapal Pandu dan Tunda Pelabuhan Makassar Sumber : Otoritas Pelabuhan Utama Makassar Executive Summary 10

11 Orang T/M3 Ton Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar Kondisi Lalu Lintas Arus Barang, Penumpang dan Kunjungan Kapal A. Arus barang Pelabuhan Makassar Data arus bongkar/muat barang di Pelabuhan Makassar) pada tahun , menunjukkan pertumbuhan positif signifikan yang terjadi setiap tahunnya khususnya petikemas yang mencapai ton ( TEU s) pada tahun Sementara Barang dalam bentuk kemasan lainnya berkembang fluktuatif Tabel 2.11 Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Makassar Tahun Gambar 2.11 Grafik Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Makassar Tahun General cargo Bag cargo Curah cair Curah kering Peti kemas Lain-lain Pangkalan Soekarno No A Tabel 2.12 Lalu Lintas Arus Barang Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar Tahun Tabel 2.13 Lalu Lintas Arus Penumpang di Pangkalan Soekarno Gambar 2.12 Grafik Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Makassar Tahun ,877,784 1,632,198 1,018, , General cargo Bag cargo Curah Cair Curah kering Lain-lain Petikemas Debarkasi ,424 3, Embarkasi ,424 3, A No. U R A I A N Satuan Uraian Penumpang Luar Negeri Realisasi (Orang) Jumlah A , ,848 7, Penumpang Dalam Negeri 1 Debarkasi 516, , , , , , , , , , ,807 2 Embarkasi 613, , , , , , , , , ,853 Jumlah A 1,130, , , ,510 1,042, , , , , , ,660 TOTAL Tahun ,130, , , ,880 1,043, , , , , , , Tahun Tahun 2004 Tahun REALISASI A General Cargo T/M 3 483, , , ,498 88,538 82,935 71,099 65, ,098 1,189,798 1,632,198 B Bag Cargo T/M 3 1,372,686 1,291,336 1,345,953 1,372,531 1,443,437 1,341,066 1,287,304 1,216,288 1,176,024 1,457,945 1,018,732 C Curah Cair T/M 3 149,282 77,082 87,496 94,174 91,398 72,448 44,212 69,047 62,005 53,490 70,648 D Curah Kering T/M 3 782,650 1,235,326 1,789,252 1,973,294 2,178,446 2,023,925 1,496,816 1,603,265 1,615,256 2,006,372 2,877,784 E Petikemas T/M ,495 30,876 52,839 65,415 57,099 F Lain-lain T/M 3 475, , , , , , , ,808 1,062, ,777 84,542 Tahun 2006 T O T A L T/M 3 3,264,292 3,644,925 4,058,502 4,294,721 4,354,512 4,057,052 3,869,704 3,635,328 4,179,747 5,035,797 5,741, Dalam Negeri Luar Negeri Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Executive Summary 11

12 Call TEUs Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar 2. Pangkalan Hatta Tabel 2.14 Lalu Lintas Arus Peti Kemas di Pangkalan Hatta Tahun Sumber : PT PELINDO IV Makassar Jumlah Peti kemas (TEU s) Pertumbuhan (%) Gambar 2.13 Grafik Lalu Lintas Arus Peti Kemas di Pangkalan Hatta Jumlah Peti Kemas Tabel 2.15 Kunjungan Kapal Menurut Jenis Tambatan di Pelabuhan Makassar, Tahun REALISASI N o U r a i a n Satua n Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun DERMAGA UMUM a Kapal Call 3,812 3,665 3,394 3,108 3,469 3,778 3,570 3,458 3,687 3,632 3,294 Barang GT 5,301,375 6,634,631 7,012,449 5,864,590 7,974,733 7,031,416 5,855,098 5,635,829 6,287,918 6,824,194 7,195,344 Pangkalan Call 1,830 1,964 2,210 1,924 2,343 2,124 2,015 1,904 1,901 2,001 1,858 Soekarno GT 5,141,238 6,468,161 6,845,582 5,630,417 7,724,054 6,804,099 5,648,723 5,434,084 6,072,558 6,622,248 6,810,370 Pangkalan Call 1,982 1,701 1,184 1,184 1,126 1,654 1,555 1,554 1,786 1,631 1,324 Paotere GT 160, , , , , , , , , , ,402.b Kapal Call Petikemas GT 2,915,848 2,426,218 2,392,077 2,968,884 2,849,131 3,486,454 3,931,329 4,744,709 5,421,276 5,115,929 6,363,128 c Kapal Penumpang 1 Dalam Call Negeri GT 8,464,921 7,614,746 5,980,797 6,478,590 5,861,415 6,524,961 7,066,535 7,241,343 6,156,207 8,250,939 8,893,028 2 Luar Negeri Call GT , , ,225 54,563 0 d Kapal Call Lainnya GT 5,688 5,688 5,688 5,688 5,214 5,688 5,688 5,688 5,688 6, Jumlah 1 Call 5,407 5,021 4,566 4,430 4,648 5,049 4,930 4,970 5,128 5,256 5,119 GT 16,687,8 16,681,2 15,391,0 15,317,7 16,690,4 17,174,4 16,858,6 17,770,5 18,053,3 20,252,2 22,457, DERMAGA Call KHUSUS GT 1,966,545 2,236,588 2,224,878 2,013,110 1,750,058 2,012,990 1,503,775 2,039,464 2,330,359 2,459,051 2,345,533 3 PELABUHA N KHUSUS Call (MALILI) GT , ,405 31, LOADING Call POINT GT Jumlah Call GT 1,966,545 2,236,588 2,224,878 2,013,110 1,750,058 2,012,990 1,503,775 2,253,505 2,669,764 2,490,517 2,345,533 T O T A L Call 5,770 5,389 4,991 4,839 4,985 5,396 5,216 5,320 5,553 5,625 5,493 GT 18,654,377 18,917,871 17,615,889 17,330,862 18,440,551 19,187,416 18,362,425 20,024,059 20,723,078 22,742,778 24,802, Kapal Barang Soekarno Kapal Petikemas Kapal Penumpang Kapal Lainnya Dermaga Khusus Pelabuhan Khusus Sumber : PT PELINDO IV Makassar Gambar 2.14 Grafik Kunjungan Kapal Pelabuhan Makassar Executive Summary 12

13 2.1.4 Kondisi Kinerja Pelabuhan Makassar Tabel 2.16 Kondisi Pelayanan Kapal di Pelabuhan Makassar NO U R A I A N SAT TAHUN a. Kapal Luar Negeri 1. Turn Round Time (TRT) Jam Waiting Time : a. Waiting Time Net (WTN) Jam b. Postpone Time (PT) Jam c. Approach Time (AT) Jam ,67 d. Waiting Time Gross (WTG) Jam ,31 3. Berthing Time (BT) Jam ,08 a. Effective Time (ET) Jam ,48 b. Not Operating Time (NOT) Jam ,72 c. Idle Time ( IT ) Jam b. Kapal Dalam Negeri 1. Turn Round Time (TRT) Jam ,66 2. Waiting Time : a. Waiting Time Net (WTN) Jam b. Postpone Time (PT) Jam c. Approach Time (AT) Jam ,10 b. Waiting Time Gross (WTG) Jam Berthing Time (BT) Jam ,62 a. Effective Time (ET) Jam ,26 b. Not Operating Time (NOT) Jam c. Idle Time ( IT ) Jam Sumber : Kantor Cabang Pelindo IV Makassar Tabel 2.17 Kondisi Utilisasi Fasilitas Pelabuhan Makassar U R A I A N SAT TAHUN FASILITAS & PERALATAN a. Fasilitas 1. Dermaga a. B O R % ,76 b. B T P Ton/M' 1, , , , , ,91 2. Gudang a. S O R % b. S T P Ton/M ,91 3. Lapangan 1). Lapangan Soekarno a. O S O R % ,51 b. O S T P Ton/M ,92 2). Lapangan Paotere a. O S O R % b. O S T P Ton/M b. Peralatan Darat 1. Kran Darat % ,83 2. Reach Stacker % ,50 3. Forklift % ,32 4. Top Loader % Head Truck/ Chasis % ,08 6. Bottom Lift % Mobil Tronton % P M K % Transtainer % Gantry Crane % c. Peralatan Apung 1. Kapal Tunda % Kapal Pandu % ,06 Sumber : Kantor Cabang Pelindo IV Makassar Tabel 2.18 Kondisi Pelayanan Barang di Terminal Peti Kemas Makassar NO U R A I A N SAT TAHUN a b c Pelayaran Luar negeri 1. Kapal General Cargo T/G/J Kapal Bag Cargo T/G/J Curah Kering T/G/J ,39 4. Curah Cair T/G/J Kapal Peti Kemas : a. Terminal Peti kemas B/C/J b. Terminal Konvensional B/C/J Pelayaran Dalam negeri 1. Kapal General Cargo T/G/J Kapal Bag Cargo T/G/J Curah Kering T/G/J Curah Cair T/G/J Kapal Peti Kemas : a. Terminal Peti kemas B/C/J b. Terminal Konvensional B/C/J Menurut Jenis Pelayaran 1. Samudera T/KPL/HR 1, , , , , ,93 2. Nusantara T/KPL/HR ,88 Sumber : Kantor Cabang Pelindo IV Makassar Executive Summary 13

14 2.1.5 Identifikasi Permasalahan yang ada di Pelabuhan Makassar Terdapat beberapa permasalahaan yang ada di Pelabuhan Makassar yakni : A. Kurangnya Lahan Pengembangan Back Up area pelabuhan sudah sangat terbatas untuk pengembangan, sehingga membutuhkan lahan baru untuk mengatasi kebutuhan area penumpukan barang (penumpukan peti kemas, dan area parkir kendaraan Roro). Diperkirakan lahan peti kemas sudah tidak dapat menampung pertumbuhan lagi pada tahun 2017 (melebihi kapasitas maksimum yang ada saat ini). peti kemas maupun kawasan pergudangan. Pengangkutan barang dengan truk akan terhambat jika terjadi sesuatu atau kepadatan lalu lintas di jalan raya pelabuhan. Gambar 2.16 memperlihatkan kondisi kemacetan yang terjadi di jalan Pelabuhan Makassar. Keterbatasan lahan pengembangan pelabuhan terutama untuk pengembangan terminal petikemas dan kurangnya ketersediaan lapangan parkir kendaraan dari kapal-kapal Ro-ro. Barang berupa kendaraan bermotor (Mobil) banyak parkir memenuhi area badan jalan sekitar gudang. Pada Gambar 2.15 mempelihatkan kondisi tersebut. Gambar 2.16 Kemacetan di Sekitar Jalan Pelabuhan Makassar C. Kegiatan Bongkar Muat Barang dan Penumpang yang Bercampur B. Traffic Jam (Kemacetan) Gambar 2.15 Kondisi Keterbatasan Lahan di Pelabuhan Makassar Akses menuju Pelabuhan Makassar dapat ditempuh melalui jalan Toll atau jalan biasa. Kondisi lalu lintas di sekitar Pelabuhan Makassar terpantau sering terjadi kemacetan terutama pada waktu-waktu berikut: 1. Pada saat istirahat makan siang kantor-kantor di sekitar pelabuhan yakni sekitar jam WITA, dimana banyak kendaraan pribadi melintas dan memadati jalan raya pelabuhan menuju rumah makan atau tempat pertemuan di sekitar lokasi pelabuhan (pantai Losari dan sekitarnya) 2. Pada saat jam pulang kerja kantor di sore hari sekitar jam! , dan 3. Pada saat jadwal kedatangan kapal penumpang dimana banyak penumpang yang turun dari kapal beralih moda transportasi menggunakan kendaraan umum di sepanjang jalan raya pelabuhan, sehingga lalu lintas padat dengan banyaknya angkutan umum yang berhenti, bercampur dengan truk-truk yang keluar masuk pelabuhan. Penyebab kemacetan yang terjadi di Pelabuhan Makassar adalah: o o o Kepadatan jumlah kendaraan yang melintas jalan raya pelabuhan pada saat-saat tertentu (pada saat waktu istirahat siang dan pada saat waktu pulang kerja perkantoran) yang mengakibatkan hambatan terhadap kelancaran lalu lintas truk-truk untuk keluar dan masuk pelabuhan. kegiatan naik turun penumpang kapal untuk beralih moda transportasi. Lokasi terminal penumpang pelabuhan Makassar saat ini berlokasi di tengah-tengah dan menjadi satu area dengan terminal barang umum / general cargo, barang curah, dan Ro-ro sehingga sangat menghambat lalu lintas kendaraan di area maupun di jalan raya sekitar pelabuhan. Jalan akses ke kawasan pergudangan terbatas. Kondisi jalan akses dari terminal peti kemas (pangkalan Hatta), kendaraan truk hanya bisa melalui satu-satunya jalan raya pelabuhan untuk menuju ke depo-depo Kegiatan B/M barang dan Tambat kapal tidak optimal dengan adanya kegiatan naik dan turun penumpang yang berada di tengah-tengah dermaga kargo umum / curah di Pangkalan Soekarno. Terminal penumpang pelabuhan Makassar saat ini berlokasi di tengah-tengah pangkalan Soekarno sehingga bercampur dengan kegiatan bongkar muat kapal barang umum / general cargo, kapal curah kering, dan kapal Ro-ro. Dengan posisi / lokasi terminal penumpang yang berada di tengah-tengah Pangkalan Soekarno, pada kenyataannya memang cukup menghambat aktifitas kegiatan bongkar muat barang yang ada (general cargo, curah kering dan muatan kapal Ro-ro). Kapal-kapal barang tidak bisa bertambat dan harus menyingkir sementara untuk tambat kapal penumpang. Dan tidak hanya itu saja yang dapat menghambat, namun dimana pada umumnya terminal penumpang di pelabuhan lainya di Indonesia, di sekitar terminal penumpang akan muncul dan tumbuh berkembang kegiatan dan keberadaan bisnis terkait seperti adanya pedagang kaki lima, angkutan umum, dan hal-hal lain yang dapat menghambat kegiatan bongkar dan muat barang umum di Pangkalan Soekarno. Dengan kondisi ini maka perlu dipertimbangkan bahwa untuk dapat merelokasi terminal penumpang yang ada saat ini sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut. D. Operasional Terminal Curah Kering Saat ini di sebagian dermaga Pangkalan Soekarno diperuntukkan bagi kapal-kapal curah kering, baik curah kering pangan (tepung, dll) maupun curah kering non pakan (semen). Lokasi pabrik dan unit pengantongan serta dermaga saat ini yang relatif berdampingan adalah tidak ideal dari sisi kesehatan lingkungan dimana akan berisiko tercampur debu satu sama lainnya, sehingga perlu ditinjau mengenai alternatif untuk merelokasi terminal curah ini. Terutama untuk memisahkan antara terminal curah kering pangan / pakan dengan terminal curah kering non pakan guna mencapai kesehatan lingkungan dan produk yang dihasilkan. E. Waktu Operasional Jam kerja operasional di pelabuhan (24 jam sehari) untuk kegiatan / aktifitas bongkar muat tidak sejalan / sama dengan pihak ketiga di luar terminal pelabuhan Makassar yang menerapkan batasan waktu jam kerja 7 jam sehari, sehingga kegiatan bongkar muat dengan pihak luar tidak optimal / 24 jam sehari. Executive Summary 14

15 2.2 Pelabuhan di Sekitar Makassar Beberapa pelabuhan sekitar terdekat berpotensi sebagai pendukung dan melengkapi kegiatan lalu lintas arus barang dan kunjungan kapal maupun sebagai bagian dari pengembangan Pelabuhan Makassar. Pelabuhanpelabuhan sekitar akan berpotensi sebagai bagian dari The greater port of Makassar. Pelabuhan terdekat di sekitar Makassar antara lain adalah: 2. Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru sekitar ± 102 km dari Kota Makassar, dibangun pada tahun Pelabuhan Garongkong merupakan pelabuhan alam yang terlindung oleh Pulau Panikiang di depannya. Kedalaman kolam Pelabuhan Garongkong mencapai -20 m LWS, dan kedalaman pada dermaga mencapai -15 mlws. Pelabuhan Garongkong berpotensi sebagai terminal bagi kapal kapal breakbulk dan multi purpose berukuran besar ( s/d DWT). Ukuran dermaga eksisting saat ini 200 m x 20 m dan sedang dalam tahap pembangunan seluas 50m x 20m. Untuk menuju pelabuhan Garongkong telah tersedia jalan akses langsung dari jalan utama Trans Sulawesi. Jarak antara jalan utama Trans Sulawesi menuju ke lokasi Pelabuhan Makassar adalah sekitar ± 1,5 km. Pelabuhan Awerange Gambar 2.19 Lokasi Pelabuhan Garongkong Mulai beroperasi pada bulan Februari 2012 melayani bongkar muat barang curah dan kargo lainnya seperti terlihat pada table 2.19 berikut. Gambar 2.17 Peta Lokasi Pelabuhan di sekitar Makassar 1. Pelabuhan Awerange, terletak 25 km sebelah utara Kota Barru yaitu di Kecamatan Soppeng Riaja. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan Kelas III yang dikelola oleh Unit Penyelenggara Pelabuhan UPP Awerange dengan fasiltas pelayanan yang terbatas untuk kapal-kapal bertonase < 750 DWT dan fungsinya adalah pelabuhan pantai. Pelabuhan Awerange merupakan pelabuhan umum dengan panjang dermaga 70 meter, lebar 8 meter dengan pelataran 40 x 4 meter dan kedalaman kolam sandar 3 meter ini berstatus pelabuhan antar pulau yang banyak disinggahi oleh Kapal Rakyat yang mengangkut hasil bumi seperti beras, hasil peternakan berupa sapi, semen, dan pupuk,serta penumpang. Berjarak tempuh sekitar 125 Km dari Makassar. Gambar 2.18 Kondisi Pelabuhan Awerange saat ini (2012) Tabel 2.19 Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Garongkong 2012 Volume Bulan Barang Satuan Bongkar Muat Februari 2012 Batu Bara Ton Klinker Ton Cooper Slag Ton 6200 Maret 2012 Batubara Ton Klinker Ton Cooper Slag Ton 6200 Semen Ton 3700 April 2012 Batu Bara Ton Klinker Ton Cooper Slag Ton 5733 Pipa Batang Ton 912 Alat Berat Ton 190 Mei 2012 Batu Bara Ton 8064 Klinker Ton Cooper Slag Ton 7431 Gypsum Ton Alat Proyek Ton 100 Juni 2012 Klinker Ton Cooper Slag Ton 7413 Juli 2012 Semen Ton Empty Cement Bag Ton 9 Executive Summary 15

16 Gambar 2.20 Grafik Arus Barang Pelabuhan Garongkong Pelabuhan Biringkasi (Terminal Khusus milik swasta, PT Bosowa) Jenis barang yang dikelola di pelabuhan ini berupa semen dalam bentuk sak/kantong dan semen curah. Belt conveyor dan ship loader adalah sarana transportasi paling utama dipelabuhan ini digunakan untuk mengangkut semen ke kapal. 4. Pelabuhan Boddia / Galesong, berlokasi di kelurahan Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar sekitar ± 20 km dari Kota Makassar. Pelabuhan Galesong/Boddia memiliki kedalaman -4,5 m LWS dan sementara ini diperuntukkan sebagai terminal break bulk untuk kapal < GT dengan panjang 60 m s/d 70 m. Pelabuhan Boddia saat ini memiliki fasilitas dermaga berbentuk I (sejajar trestle dan dapat bersandar kapal dikedua sisinya) sepanjang 80x8m2, trestle 220m, causeway 100m. Fasilitas darat berupa lapangan penumpukan dengan ukuran 100 x 50 m 2 dan kantor seluas 54 m 2. Sumber : (Sumber : Otoritas Pelabuhan Makassar) Gambar 2.21 Lokasi Pelabuhan Galesong Pelabuhan Boddia/ Galesong adalah pelabuhan umum bagi pelayaran rakyat (Pelra) dan kapal breakbulk berbobot kurang dari GT, namun kondisi saat ini masih sangat jarang kapal-kapal yang bersandar. Gambar 2.22 Kondisi Aktivitas Pelabuhan Galesong Kondisi jalan raya dari Makassar menuju menuju ke lokasi Pelabuhan Galesong tergolong sempit (lebar 4,5m) dan terdapat kerusakan/perbaikan jalan dibeberapa lokasi. Membutuhkan pelebaran jalan setidaknya menjadi 6 m untuk sepanjang lebih kurang 20 Km (Makassar Boddia). 5. Pelabuhan Jeneponto, Pelabuhan umum terletak di Kabupaten Batang berjarak sekitar 80 km dari kota Makassar. Transportasi laut di Jeneponto lebih diperuntukkan untuk transaksi bongkar muat kapal. Jumlah kunjungan kapal di pelabuhan Jeneponto pada tahun 2010 sebanyak 878 kunjungan, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya (885 kunjungan). Adapun komoditi barang bongkar muat terdiri dari binatang hidup (kuda, kerbau, sapi, kambing), makanan ternak, kayu, kopra, garam, kapuk, beras, kapas, semen, dan lainnya. 6. Pelabuhan Matto Angin, terletak di Kabupaten Bantaeng, berjarak lebih dari 100 Km dari kota Makassar. Pelabuhan Mattoanginadalah pelabuhan umum, saat ini memiliki dermaga dengan panjang 600 meter dengan kedalaman kolam 8 meter 2.3 Pelabuhan di Sekitar Sebagai Bagian dari The Greater Port of Makassar Pelabuhan Makassar saat ini membutuhkan lahan untuk pengembangan. Selain dari rencana pengembangan pada lokasi baru yakni Makassar new port yakni berupa penyediaan lahan baru reklamasi sekitar 1,5 km di perairan sebelah utara dermaga makassar yang ada saat ini. Makassar new port dikembangkan bagi terminal petikemas yang cenderung terus meningkat pesat pertumbuhannya dari tahun ketahun. Pelabuhan Makassar kedepan juga memerlukan pelabuhan sekitar untuk mendukung kegiatan bongkar muat barang dan penumpang. Kargo curah non pakan direkomendasikan untuk terpisah dari terminal/pangkalan Soekarno dengan pertimbangan dari sisi kesehatan lingkungan dan operasional. Selain itu adalah bahwa dengan pertimbangan kelancaran operasional dan meminimalisir dampak negatif lingkungan direkomendasikan pula untuk merelokasi / memindahkan terminal penumpang yang berada di tengah pangkalan Soekarno dimana pada saat ini kegiatan naik turun penumpang bercampur dengan kegiatan kapal-kapal barang umum dan Ro-ro, sehingga sangat mempengaruhi produktifitas dan kinerja bongkar muat barang di pangkalan Soekarno. Dengan melihat kondisi pelabuhan eksisting sekitar Makassar yang ada dan mempertimbangkan kebutuhan sesuai fungsi yang diperlukan bagi pendukung pengembangan pelabuhan Makassar maka rekomendasi pengembangan pelabuhan Makasar untuk pelabuhan sekitar adalah: A. Pelabuhan Garongkong Direkomendasi untuk pengembangan terminal curah non pakan pelabuhan Makassar dengan pertimbangan: 1) Dari segi Teknis Kelebihan - pelabuhan Garongkong mempunyai kedalaman perairan kolam pelabuhan dan sandar kapal cukup dalam dan luas yakni -15m sd -20m LWS, sehingga secara alami sudah memungkinkan untuk bersandar / bertambat kapal-kapal berbobot besar ( DWT) - Kolam pelabuhan terlindung secara alami dengan keberadaan pulau-pulau di sekitarnya (pulau Panikiang) sehingga cukup tenang dari gelombang. - Sudah tersedia fasilitas dermaga sepanjang 200m untuk kapal dengan tonase hingga DWT. - Pengembangan dermaga sangat memungkinkan dengan ketersediaan area perairan yang cukup luas - Backup area daratan untuk pengembangan pelabuhan tersedia cukup luas Kekurangan - Lokasi pelabuhan berada sekitar 102 Km dari pelabuhan Makassar - Perlu menyiapkan lahan darat untuk lapangan penumpukan terminal curah dan fasilitas-fasilitas pelabuhan terkait pada sebagian lahan dengan penimbunan di atas tambak / rawa yang ada saat ini. - Memerlukan trestle yang cukup panjang (sekitar 400m) ke dermaga untuk mencapai kedalaman -16 m LWS. Untuk mencapai daratan dibutuhkan trestle dari dermaga yang cukup panjang. Executive Summary 16

17 Ton / M3 Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar 2) Dari sisi operasional Kelebihan - Peruntukan adalah untuk operasional kapal-kapal curah dan general cargo sehingga dapat menampung kapal-kapal curah non pakan seperti semen dan batubara dari pelabuhan Makassar. - Kolam perairan tenang dan dalam. Sudah siap dioperasikan, tersedia 2 tambatan kapal untuk kapal berbobot DWT dan 3 tambatan untuk kapal berbobot DWT. - Jarak tempuh meski relatif cukup jauh (102 km dari Makassar), namun sudah tersedia jalan raya yang cukup baik (bisa dilalui truk 20 ton), selain itu dari sisi kelancaran operasional yang tanpa waktu tunggu kapal, maka masih lebih menguntungkan jika dibandingkan bertambat di Makassar saat ini. - Back up area pelabuhan Garongkong cukup luas untuk dapat dikembangkan sebagai kawasan industri dan fasilitas terkait. Memungkinkan untuk merelokasi atau mengembangkan fasilitas pabrik yang selama ini sudah berada di kota Makassar untuk dapat beralih ke Garongkong. Kekurangan - Jarak tempuh dari pelabuhan Makassar relatif cukup jauh, sekitar 102 km B. Pelabuhan Boddia / Galesong Direkomendasi sebagai pelabuhan khusus untuk kapal penumpang menggantikan dan merelokasi terminal penumpang di pangkalan Soekarno, pelabuhan Makassar yang ada saat ini. 1) Dari segi Teknis Kelebihan - Lokasi pelabuhan umum terdekat yang ada (20Km) dari kota Makassar yang memungkinkan untuk dioperasikan sebagai terminal penumpang. - Sudah tersedia jalan raya dari Makassar ke Boddia meski kondisi masih perlu ditingkatkan. - Sudah tersedia fasilitas dermaga, trestle, lapangan parkir, penumpukan yang dapat dikembangkan menjadi terminal penumpang dengan membangun fasilitas-fasilitas pelabuhan lainnya yang terkait. - Tersedia cukup backup area daratan untuk pengembangan fasilitas pelabuhan terminal penumpang. Kekurangan - Perairan relatif terbuka dan kurang terlindung terhadap gelombang laut, memerlukan bangunan pemecah gelombang untuk melindungi kolam pelabuhan dari gelombang besar yang mungkin terjadi. - Perairan sangat dangkal (sekitar -2 sd -3 m LWS), sehingga memerlukan pekerjaan pengerukan yang cukup luas dan dalam untuk mengakomodir kedalaman perairan hingga 9m LWS bagi melayani kapal-kapal penumpang nasional dan kapal-kapal besar pesiar internasional. - Jalan akses sekitar 1 Km masih sempit, perlu peningkatan daya dukung dan pelebaran jalan. - Jalan raya Makassar Boddia 20 Km, sepanjang lebih kurang 13 Km kondisi masih sempit (lebar 4m), perlu ditingkatkan daya dukung dan lebar jalannya (minimum lebar 6m). 2) Dari sisi operasional Kelebihan - Memungkinkan peruntukan bagi operasional kapal-kapal penumpang dengan lahan dan fasilitas eksisting yang tersedia (area parkir, trestle, dll), dan dengan menyediakan fasilitas terminal penumpang yang memadai. - Dengan jarak tempuh sekitar 20 Km dari Kota Makassar, moda transportasi darat masih dapat ditempuh dengan waktu yang relatif singkat dan biaya yang relatif terjangkau bagi para penumpang, dengan catatan bahwa kondisi jalan eksisting akan menjadi cukup lebar dan baik, dan tersedia sarana dan prasarana angkutan umum yang memadai, serta fasilitas-fasilitas lainnya yang terkait. Kekurangan - Sampai dengan saat ini belum tersedia sarana transportasi umum sehingga perlu diantisipasi perihal kesiapan operasionalnya dengan menyediakan fasilitas transportasi umum seperti terminal untuk angkutan umum bus, taxi, dan angkutan umum lainnya, serta meningkatkan kondisi jalan raya yang ada dengan cara memperlebar dan meningkatkan daya dukungnya. 3. PROYEKSI PERMINTAAN JASA PELABUHAN 3.1 Cakupan dan Periodisasi Proyeksi Permintaan Dalam rangka menyusun Review Rencana Induk (Rencana Induk) Pelabuhan Makassar dan Sekitarnya, maka kurun waktu (periode) proyeksi permintaan diselaraskan dengan periodisasi (pentahapan) perencanaan pembangunan sesuai peraturan yang berlaku, yaitu selama 20 (dua puluh) tahun kedepan yang dibagi dalam 3 (tiga) tahapan perencanaan sebagai berikut : 1) Rencana Jangka Pendek, kurun waktu 5 (lima) tahun pertama, yaitu tahun ) Rencana Jangka Menengah, kurun waktu 10 (sepuluh) tahun, yaitu tahun ) Rencana Jangka Panjang, kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, yaitu tahun A. Cakupan proyeksi permintaan meliputi antara lain: 1) Bongkar-muat barang (petikemas, curah kering, curah cair, general cargo) 2) Proyeksi naik turun penumpang 3) Proyeksi kunjungan kapal B. Jangka Waktu Proyeksi: Dua puluh tahun ( ) 3.2 Hasil Proyeksi A. Proyeksi Total Bongkar Muat Barang Tabel 3.1 Proyeksi Total Bongkar Muat Barang Tahun Aktual Proyeksi (Ton/M3) (Ton/M3) Pertumbuhan , ,274, % ,964, % ,682, % ,737, % ,864, % ,147, % ,284, % ,374, % ,148, % ,735, % ,846, % ,367, % ,632, % ,197, % Proyeksi Total Bongkar Muat Gambar 3.1 Proyeksi Total Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Makassar Executive Summary 17

18 PROYEKSI A K T U A L TEUs Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar B. Proyeksi Bongkar Muat Barang menurut Jenis Kemasan Tabel 3.2 Proyeksi Bongkar Muat Barang menurut Jenis Kemasan General Bag Curah Curah Petikemas Tahun Cargo Cargo Cair Kering (Ton/m 3 ) Lain-lain Total Proyeksi Bongkar Muat Peti Kemas Di Pelabuhan Makassar Tabel 3.3 Proyeksi Bongkar Muat Peti Kemas Di Pelabuhan Makassar Tahun Aktual Proyeksi (TEUs) Pertumbuhan , , % , % , % , % , % , % , % , % ,964 1,92% , % , % ,281, % ,916, % ,847, % Volume bongkar muat peti kemas di pelabuhan Makassar pada tiap tahun tahapan perencanaan diproyeksikan dengan asumsi sebagai berikut : Jumlah porsi barang yang diangkut dengan peti kemas pada tahun 2002 sampai dengan 2012 rata-rata sebesar 39.52% dari total bongkar muat barang, maka pada tahun 2013 diasumsikan akan meningkat dengan tingkat pergeseran 5%/ 5 tahun sejak tahun 2013 (dengan asumsi peningkatan fasilitas pelabuhan sudah terlaksana sesuai program) sampai dengan porsi kargo dengan Peti Kemas maksimum 60% dari total bongkar muat kargo yang diperkirakan tercapai pada tahun Isi peti kemas rata-rata pada tahun 2002 s/d 2012 adalah sebesar Ton/TEU pada tahun 2012 telah mencapai Ton/TEU. Diasumsikan dalam proyeksi tahun selanjutnya akan meningkat menjadi 16 Ton/TEU tahun ton/teu pada tahun 2017 dan 18 Ton/TEU pada tahun 2022 dan seterusnya ) Proyeksi Bongkar Muat Curah Kering Gambar 3.2 Proyeksi Bongkar Muat Peti Kemas Tabel 3.4 Proyeksi Curah Kering Curah Pakan Curah non-pakan Tahun Ton/m3 Ton/m ) Proyeksi Arus Debarkasi dan Embarkasi / Naik dan Turun Penumpang Kapal Laut Metodologi: Langkah pertama diproyeksikan arus penumpang kapal laut di Pelabuhan Makassar dikorelasikan dengan Jumlah Penduduk Propinsi Sulawesi Selatan. Memiliki pertumbuhan penumpang tiap tahun sebesar 3%. Tabel 3.5 Proyeksi Arus Naik-Turun Penumpang Kapal Laut Tahun Aktual Proyeksi Pertumbuhan Arus Peti Kemas (TEUs) ,0% ,0% ,0% ,0% Executive Summary 18

19 PROYEKSI A K T U A L Rencana Induk Pelabuhan Utama Makassar C. Resume Proyeksi Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Utama Makassar Keterangan: Tabel 3.6 Resume Proyeksi Kunjungan Kapal Di Pelabuhan Makassar Tahun Kapal Peti Kemas Kapal Curah Kering Non Pakan Kapal Barang Lainnya Kapal Penumpang Total Proyeksi kedatangan kapal curah kering non pakan di Pelabuhan Garongkong dapat disusun dengan asumsi sebagai berikut : 1) Bagian Curah Kering Non Pakan adalah 60% dari proyeksi total bongkar muat barang curah kering sesuai porsi barang curah kering non pakan pada realisasi tahun ) Pelabuhan Garongkong akan dibangun dengan kemampuan dermaganya untuk bertambat kapal curah kering sampai dengan ukuran DWT. 3) Sampai dengan tahun 2027 diasumsi kapal curah kering yang singgah berukuran DWT dan sejak tahun 2032 sudah akan singgah kapal ukuran DWT. 4) Load factor diasumsikan sebesar 70%. 4. STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Strategi 1) Memanfaatkan letak strategis dan kondisi alam serta aset-aset negara yang ada di pelabuhan Makassar, Garongkong dan Bodia/Galesong 2) Meningkatkan kapasitas dan efisiensi fasilitas pelabuhan 3) Mendorong pengembangan wilayah 4) Mendorong partisipasi pemerintah daerah dan sektor swasta dalam pembangunan dan pengoperasian pelabuhan 4.2 Kebijakan 1) Mempertahankan keberadaan aset lahan pelabuhan Makassar dengan menata ulang zonasi-zonasi pelabuhan dengan berorientasi pada efisiensi, spesialisasi pelayanan, berwawasan lingkungan untuk meningkatkan kelancaran arus keluar masuk barang dan penumpang. 2) Menetapkan zonasi fasilitas pelabuhan yang berorientasi pada peningkatan pelayanan pemerintahan dan sosial-masyarakat secara seimbang. 3) Mengembangkan kawasan pelabuhan/terminal baru secara terpadu mencakup kawasan Makassar, Garongkong dan Bodia untuk melayani peningkatan pertumbuhan/permintaan sekaligus dilakukan penataan pelabuhan dengan standar pelayanan internasional, termasuk aspek keamanan dan keselamatan. 4) Menyiapkan akses-akses jaringan transportasi darat (jalan akses/tol, kereta api) dan akses perairan/laut (alur pelayaran, alur masuk, kolam) yang mampu mengantisipasi pertumbuhan 20 tahun yang akan datang. 5) Merencanakan fasilitas dan peralatan pelabuhan yang dikelola oleh manajemen modern yang mampu mengantisipasi perkembangan teknologi bidang informasi dan teknologi serta teknologi perkapalan dan kepelabuhanan. 6) Merencanakan pentahapan pembangunan fasilitas pelabuhan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan lingkungan strategis. 7) Mendistribusikan sebagian kegiatan di pelabuhan Makassar ke kawasan lain (Garongkong dan Bodia) untuk membagi beban kepadatan transportasi pelabuhan Makassar dan kawasan di sekitarnya sekaligus mengembangkan kawasan lain yang belum padat kegiatannnya. 8) Merencanakan fasilitas pelabuhan dengan memperhatikan aspek usaha yang komersial dan nonkomersial secara komprehensif. 9) Merencanakan fasilitas pokok pelabuhan dan fasilitas penunjang kegiatan pelabuhan yang dapat mendorong usaha jasa kepelabuhanan dengan mengikutsertakan pemerintah daerah dan sektor swasta serta badan usaha pelabuhan. 10) Menyiapkan zonasi-zonasi baru yang dapat digunakan untuk kegiatan usaha penunjang jasa kepelabuhanan dan usaha lain yang terkait. Executive Summary 19

20 5. RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH STUDI TERKAIT 5.1 Rencana Pengembangan Provinsi Sulawesi Selatan Pengembangan Sistem Perkotaan di Provinsi Sulawesi Selatan ditentukan sebagai berikut: 1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berupa Kawasan Perkotaan Makassar Maros Sungguminasa - Takalar (Mamminasata) dan Selayar; 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah Pangkajene, Jeneponto, Palopo, Watampone, Bulukumba, Barru dan Parepare; 3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan pusat-pusat kegiatan skala kabupaten dan kota, sebagai pusat kegiatan industri dan jasa, serta simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan, sehingga semua kota dan ibukota kabupaten juga berfungsi sebagai PKL. 4. Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) merupakan kawasan pengembangan ekonomi lokal termasuk sentra-sentra produksi pertanian termasuk kehutanan, perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan, sentra produksi pertambangan, pusat-pusat industri manufaktur, pusat perdagangan, kawasan wisata, pusat pelayanan jasa yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan andalan di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang ditetapkan berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional yaitu: 1. Kawasan andalan Mamminasata dan sekitarnya; 2. Kawasan andalan Palopo dan sekitarnya; 3. Kawasan andalan Bulukumba-Watampone dan sekitarnya; 4. Kawasan andalan Parepare dan sekitarnya; 5. Kawasan andalan laut Kapoposang dan sekitarnya; 6. Kawasan andalan laut Teluk Bone dan sekitarnya ; 7. Kawasan andalan laut Singkarang-Takabonerate dan sekitarnya; 8. Kawasan andalan laut Selat Makassar. Sedangkan Kawasan Strategis Provinsi dibedakan berdasarkan: 1. Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi yaitu Kawasan terpadu pelabuhan, industri, pergudangan dan perdagangan umum, Kawasan agropolitan, Kawasan pariwisata budaya dan alam : Tana Toraja dan Bulukumba dan Kawasan Pariwisata Bahari : Supermonde, Kapoposang dan Takabonerate. 2. Kepentingan Sosial dan Budaya yaitu Kawasan Tana Toraja, Bulukumba, Maros, Gowa dan Makassar. 3. Kepentingan Pedayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi yaitu Kawasan Stasiun Bumi LAPAN : Parepare, Kawasan Penambangan Nikel Soroako dan Kawasan Wilayah Minyak dan Gas Bumi. 4. Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup yaitu wilayah yang merupakan daerah lahan kritis berdasarkan Peta Kekritisan DAS dan Pola Ruang. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar Kawasan perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar merupakan satu kesatuan kawasan perkotaan yang terdiri atas Kota Makassar sebagai kawasan perkotaan inti, kawasan perkotaan Maros di Kabupaten Maros, kawasan perkotaan Sungguminasa di Kabupaten Gowa, dan kawasan perkotaan Takalar di Kabupaten takalar sebagai kawasan perkotaan di sekitarnya yang membentuk kawasan metropolitan. Kawasan Perkotaan Mamminasata mencakup 46 kecamatan, yang terdiri atas: 1. Seluruh wilayah Kota Makassar yang mencakup 14 wilayah kecamatan, meliputi: Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Manggala, Kecamatan Panakkukang, Kecamatan Tallo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Rappocini, Kecamatan tamalate, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso. 2. Seluruh wilayah Kabupaten Takalar yang mencakup 9 wilayah kecamatan, meliputi: Kecamatan Mangarabombang, Kecamatan Mappakasunggu, Kecamatan Sanrobone, Kecamatan Polombangkeng Selatan, Kecamatan Pattallassang, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan Galesong, dan Kecamatan Galesong Utara. 3. Sebagian wilayah Kabupaten Gowa yang mencakup 11 wilayah kecamatan, meliputi: Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Pallangga, Kecamatan Bajeng, Kecamatan Bajeng Barat, Kecamatan Barombong, Kecamatan Manuju, Kecamatan Pattallassang, Kecamatan Parangloe, Kecamatan Bontonompo, dan Kecamatan Bontonompo Selatan. 4. Sebagian wilayah Kabupaten Maros yang mencakup 12 wilayah kecamatan, meliputi: Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Turikale, Kecamatan Marusu, Kecamatan Mandai, Kecamatan Moncongloe, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau, Kecamatan Tanralili, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Simbang, dan Kecamatan Cenrana. Kawasan Perkotaan Mamminasata terdiri atas pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti dan pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya, seperti yang dijabarkan berikut ini: 1. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti di Kota Makassar, meliputi: pusat pemerintahan provinsi; pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan; pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional; pusat pelayanan pendidikan tinggi; pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional; pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional; pusat kegiatan industri manufaktur; pusat kegiatan industri perikanan, pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang regional; pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional; pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional; pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara; pusat kegiatan pariwisata; dan pusat kegiatan pertemuan, pameran, serta sosial budaya. 2. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan Maros, Kabupaten Maros terdiri atas: pusat pemerintahan kabupaten dan/atau kecamatan; pusat perdagangan dan jasa skala regional; pusat pelayanan olah raga; pusat pelayanan kesehatan; pusat kegiatan industri manufaktur; pusat kegiatan industri perikanan; pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang regional; pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional; pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara; pusat kegiatan pariwisata; dan pusat kegiatan pertanian. 3. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan Sungguminasa, Kabupaten Gowa terdiri atas: pusat pemerintahan kabupaten dan/atau kecamatan; pusat perdagangan dan jasa skala regional; pusat pelayanan pendidikan tinggi; pusat pelayanan olah raga; pusat pelayanan kesehatan; pusat kegiatan industri manufaktur; pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang regional; pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara; pusat kegiatan pariwisata; dan pusat kegiatan pertanian. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan Takalar, Kabupaten Takalar terdiri atas: pusat pemerintahan kabupaten dan/atau kecamatan; pusat perdagangan dan jasa skala regional; pusat pelayanan pendidikan tinggi; pusat pelayanan olah raga; pusat pelayanan kesehatan; pusat kegiatan industri manufaktur; pusat kegiatan industri perikanan; pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang; pusat transportasi laut regional; pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara; pusat kegiatan pariwisata; dan pusat kegiatan pertanian. Executive Summary 20

21 Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan Gambar 5.1 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Executive Summary 21

22 5.2 Rencana Pengembangan Kota Makassar Secara garis besar dasar perencanaan tata ruang Makassar antara lain selalu didasarkan pada pembagian peran dan fungsi dari 13 kawasan terpadu, 7 kawasan khusus, serta 1 kawasan prioritas Kota Makassar, seperti gambar berikut: 5.3 Dukungan Infrastruktur Dasar Sumber: Bappeda Kota Makassar Gambar 5.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Makassar Pada RTRW Kota makassar terdapat Kawasan Pelabuhan Terpadu. Kawasan Pelabuhan Terpadu adalah kawasan yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan dan segala persyaratannya. Misi pengembangan Kawasan Pelabuhan Terpadu adalah: Mewujudkan kawasan jasa kepelabuhanan yang lengkap terpadu dengan standar internasional. Meningkatkan kualitas ruang dari kondisi eksisting kawasan yang ada dengan jalan meremajakan, menata kembali, dan merevitalisasi dalam rangka mendukung fungsi utama sebagai pusat jasa kepelabuhanan. Kawasan Pelabuhan Terpadu berada pada bagian tengah barat dan utara kota, mencakup wilayah Kecamatan Ujung Tanah dan Wajo. Gambar dari Kawasan Pelabuhan Terpadu dapat dilihat pada Gambar berikut ini. Sumber: Bappeda Kota Makassar Gambar 5.3 Kawasan Pelabuhan Terpadu 1. Rencana Jalur Kereta Api Sulawesi Gambar 5.4 Rencana Pengembangan Jalur Kereta Api di Sulawesi Pengembangan jaringan jalur kereta api menurut Rencana Induk Perkeretaapian Nasional adalah: menghubungkan wilayah/kota yang mempunyai potensi angkutan penumpang dan barang atau produk komoditas berskala besar, berkecepatan tinggi, dengan penggunaan energi yang rendah mendukung pengembangan kota terpadu melalui pengintegrasian kota kota di wilayah pesisir, baik industri maupun pariwisata serta agropolitan baik kehutanan, pertanian maupun perkebunan. Pada Tahun 2030 direncanakan akan dibangun secara bertahap prasarana perkeretaapian meliputi jalur, stasiun dan fasilitas operasi kereta api di Sulawesi, diantaranya meliputi: Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota terutama pada lintas dengan prioritas tinggi meliputi: Makasar Parepare, Parepare Makassar Takalar Bulukumba, Manado Bitung Gorontalo. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api regional yaitu meliputi lintas: Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar). Pengembangan dan layanan kereta api perkotaan yaitu meliputi kota: Makassar dan Manado. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan pusat kota dengan bandara yaitu: Hasanudin (Makassar). Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan wilayah sumberdaya alam atau kawasan produksi dengan pelabuhan meliputi: Soekarno-Hatta (Sulawesi Selatan) dan Bitung (SulawesiUtara). Pengembangan layanan kereta api perintis. Pengembangan sistem persinyalan, telekomunikasi dan kelistrikan. Executive Summary 22

23 Pengembangan stasiun kereta api termasuk fasilitas park and ride pada pusat-pusat kegiatan strategis nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Tabel 5.1 Matrik asal tujuan penumpang kereta api di sulawesi tahun 2030 penumpang/orang Tabel 5.2 Matrik asal tujuan barang kereta api di sulawesi tahun 2030 Ton Sumber: Rencana Induk Perkeretaapian Nasional, Kementrian Perhubungan, Rencana Jalan Kereta Api Sulawesi Selatan dan Usulan Peningkatan Jalan Raya Makassar-Boddia MAKASSAR Jalan KA dan Jalan Akses Menuju Pelabuhan Pelabuhan Makassar khususnya Makassar new port diusulkan untuk terhubung dengan jalur KA, menindak lanjuti Rencana Induk Perkeretaapian Nasional, untuk menghubungkan wilayah sumber daya alam atau kawasan produksi dengan pelabuhan, dalam hal ini pelabuhan Makassar. Berdasarkan rencana induk perkeretaapian nasional yang ada saat ini, rencana pada tahun 2030 jalur KA di Sulawesi Selatan adalah menghubungkan kota-kota yakni Pare-pare-Makassar-Takalar- Bulukumba. Jaringan dan layanan kereta api menghubungkan wilayah sumberdaya alam atau kawasan produksi dengan pelabuhan Soekarno-Hatta. Dengan dibangunnya Makassar new port nantinya, maka perlu disiapkan jalur kereta api dari rencana jaringan kereta api tersebut menuju Makassar newport. Jalur KA menuju Makassar New Port dari daratan dihubungkan dengan membuat jembatan yang berdampingan dengan jembatan jalan akses. Dibangun stasiun KA untuk pelayanan petikemas di lokasi Makassar New port. Pelabuhan Makassar memerlukan jalan akses penghubung baru yakni jalan akses dari jalan toll eksisting (dekat jembatan sungai Talo) menuju lokasi rencana Makassar New Port sepanjang kurang lebih m. Jalan akses direkomendasikan adalah berupa jalan layang yang menghubungkan secara khusus dari jalan TOLL ke lokasi terminal petikemas Makassar New Port. Jalur KA menuju Pelabuhan Garongkong dapat dihubungkan dengan jalur KA antara Makassar Pare pare sepanjang lebih kurang 1,5 Km, berdampingan dengan jalan akses. Jalan akses sudah tersedia cukup lebar, dan hanya perlu sedikit perbaikan pada beberapa lokasi. Untuk pelabuhan Boddia belum ada rencana khusus jalan kereta api yang terhubung, namun perlu dan dapat diantisipasi untuk merencanakannya agar terhubung dengan jalur kereta api dengan jalur dengan prioritas tinggi menurut rencana induk perkeretaapian nasional yang direncanakan pada tahun 2030, antara lain untuk menyediakan jalur KA yang akan menghubungkan kota Pare-pare, Makassar dan Takalar. Pelabuhan Boddia memungkinkan untuk dihubungkan dengan jalur KA dengan lokasi antara atau terhubungkan secara khusus dengan kota Makassar dan Takalar. Pelabuhan Boddia yang berlokasi sekitar 20 Km dari kota Makassar memerlukan peningkatan prasarana jalan akses yang ada yakni dari lokasi pelabuhan Boddia menuju jalan raya sekitar 1 KM dengan cara memperlebar dan meningkatkan daya dukung. Jalan Raya Makassar Boddia 20 km Jalan KA terbangun 2030 Jalan KA Rencana Saat ini antara Makassar dengan Boddia / Galesong, terdapat jalan raya eksisting namun kondisi sempit (lebar sekitar 4 m) yang membutuhkan pelebaran dan perlu ditingkatkan daya dukungnya. Panjang jalan raya dari Boddia menuju Makassar adalah sekitar 20 KM. Diperlukan pelebaran sedikitnya 6 m lebar perkerasan. Sarana berupa angkutan umum penumpang yang menghubungkan Makassar dan Boddia belum tersedia secara khusus dan memadai. Diperlukan setidaknya terminal angkutan umum di Boddia untuk menunjang kebutuhan transportasi alih moda bagi para penumpang kapal dari pelabuhan Boddia jika sudah beroperasi nantinya. Selain adanya terminal bus / angkutan umum, harus pula ditunjang dengan penyediaan prasarana jalan yang cukup lebar dan mempunyai daya dukung yang memadai. BODDIA Gambar 5.5 Peta Jalan Raya Penghubung Makassar-Boddia dan Peta Jalan KA di Sulawesi Selatan Executive Summary 23

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

Pelabuhan Makassar. Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum

Pelabuhan Makassar. Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum Pelabuhan Makassar Alamat : Jalan Sukarno Nomor 1, Makassar, 90173 Sulawesi Selatan, Indonesia Phone : 062 0411 316549, 319046 Fax : 062 0411 313513 Kelurahan : Ujung Tanah Kecamatan : Wajo Kabupaten :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6" S, ` 13.9" E

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6 S, ` 13.9 E Pelabuhan Cirebon Alamat : Jl.Perniagaan No.4 Cirebon 45112 Phone : +62231.204241 Fax : (0231) 203201 Provinces : West Java Website : http://www.cirebonport.com E-mail : cirebon@inaport2.co.id Sumber:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan setiap pelabuhan memiliki suatu kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan.

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi laut yang prosesnya

Lebih terperinci

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Clinton Yan Uguy T. K. Sendouw, A. L. E. Rumayar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: clinton.uguy@gmail.com ABSTRAK Pelabuhan

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab Bab 1 1 Pendahuluan Penanganan Kerusakan Dermaga Studi Kasus Dermaga A I Pelabuhan Palembang 1.1 Latar Belakang Pekerjaan terkait dengan bidang kepelabuhanan merupakan salah satu bidang kajian dalam Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Bab 3 3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Sebelum pemodelan dilakukan, diperlukan data-data rinci mengenai kondisi fisik dari lokasi yang akan dimodelkan. Ketersediaan dan keakuratan data fisik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN

BAB 1 RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Laporan Akhir BAB 1 RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN A. KONSEP PENATAAN FASILITAS PELABUHAN Konsep penataan diperlukan sebagai arahan dalam merencanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA Jori George Kherel Kastanya L. F. Kereh, M. R. E. Manoppo, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN BAB 4. FASILITAS PELABUHAN 4.1. DEFINISI DASAR Secara umum yang dimaksud sebagai fasilitas dasar atau infrastruktur pelabuhan adalah struktur konstruksi bangunan yang menunjang kegiatan pelabuhan yang

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya executive summary ini. Pelabuhan sebagai inlet dan outlet kegiatan perdagangan di Indonesia dari tahun ke tahun

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA.

ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA. ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA. PRESENTASI UJIAN TUGAS AKHIR Kamis, 10 Juli 2014 Nina Oktaviani 4110100005

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan, peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial, pemerintahan, pertahanan/keamanan. Bidang kegiatan pelayaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

Lebih terperinci

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di terminal barang potongan, terminal peti kemas, terminal barang

Lebih terperinci

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas 1 A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas sangat dibutuhkan untuk operasional kawasan industri

Lebih terperinci

: Jl. Blinyu No.1 Boom-Baru, Kelurahan Lawang Kidul, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Sumatera Selatan.

: Jl. Blinyu No.1 Boom-Baru, Kelurahan Lawang Kidul, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Sumatera Selatan. Pelabuhan Boom Baru Palembang Alamat Kode Pos : 30115 Telepon : (0711) 710611 Faximile : (0711) 711758 Telex / VHF : 27145 PC.Plg. IA : Jl. Blinyu No.1 Boom-Baru, Kelurahan Lawang Kidul, Kecamatan Ilir

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL LAMPIRAN 3 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Bobot setiap aspek Kriteria

Lebih terperinci

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah

Lebih terperinci

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA Medan, 29 September 2016 1 PELABUHAN SIBOLGA 1. Dermaga Umum : 03,5 x 15,5 m 2. Dermaga Ferry : 35 x 10,2 m & 35,7 x 6 m 3. Trestel : 127,2 x

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan evaluasi masterplan pelabuhan maumere, maka dapat diambil kesimpulan berikut ini. 1. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut mutlak diperlukan sarana dan

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK Aris Purnomo 1) Slamet Widodo 2)., Komala Erwan 2) Abstrak sebagai gerbang perekonomian di Propinsi Kalimantan Barat mempunyai dermaga dan terminal

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial a. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial 1) Memiliki fasilitas

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT DAN PENGERUKAN HIERARKI BATAM, 26 JANUARI 2012 BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEAN

Lebih terperinci

SISTEM TRANSPORTASI LAUT

SISTEM TRANSPORTASI LAUT SISTEM TRANSPORTASI LAUT Jaringan transportasi laut sebagai salah satu bagian dari jaringan moda transportasi air mempunyai perbedaan karakteristik dibandingkan moda transportasi lain yaitu mampu mengangkut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI A. DATA SEKUNDER Pengumpulan data sekunder didapat dari hasil survei pada 4 lokasi pelabuhan, yaitu Pelabuhan Makassar, Tanjung Emas, Tanjung Perak dan Tanjung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI 4.1. PROFIL PELABUHAN OBYEK SURVEI Dalam penelitian ini, beberapa pelabuhan yang dijadikan sebagai sampel, antara lain adalah Pelabuhan Belawan Medan, Pelabuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini transportasi mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan salah satu unsur yang turut menentukan perkembangan ekonomi suatu kota bahkan Negara. Moda

Lebih terperinci

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT DENGAN PENAMBAHAN UNIT HARBOUR MOBILE CRANE (HMC) MELALUI METODE SIMULASI (STUDY KASUS PT. BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA) Arif Mulyasyah NRP. 2107.100.097

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung A. PENDAHULUAN Setelah dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, arus kunjungan kapal ke Indonesia meningkat dengan drastis sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS

BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS 4.1. Umum Fasilitas pelabuhan peti kemas meliputi bangunan maupun peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari pelabuhan peti kemas baik yang berada di darat maupun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 RAHASIA SDT16 - PELABUHAN Triwulan - 2016 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 Tujuan Survei : Memperoleh informasi tentang perkembangan waktu lamanya petikemas / barang berada

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH PELABUHAN SOEKARNO-HATTA, MAKASSAR

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH PELABUHAN SOEKARNO-HATTA, MAKASSAR STUDI PENGELOLAAN SAMPAH PELABUHAN SOEKARNO-HATTA, MAKASSAR Irwan Ridwan Rahim 1, Sumarni Hamid Ali 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Jl.Perintis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 42 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 42 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 42 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Pelabuhan (Port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. 1 1.1 Latar Belakang Penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pelabuhan merupakan tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya, menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.1 Pengertian Pelabuhan Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindungi terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal

Lebih terperinci

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan 73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia, jasa kepelabuhanan merupakan hal strategis untuk kebutuhan logistik berbagai industri dan perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

3 Jasa Pemanduan a Tarif Tetap 40, per kapal per gerakan b Tarif Variabel per GT kapal per gerakan

3 Jasa Pemanduan a Tarif Tetap 40, per kapal per gerakan b Tarif Variabel per GT kapal per gerakan TARIF JASA KEPELABUHANAN PELABUHAN BATAM BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN KETUA OTORITA BATAM NO. 19 DAN 20 TAHUN 2004 NO JENIS PELAYANAN BIAYA IDR US$ KETERANGAN I PELAYANAN KAPAL 1 Jasa Labuh a Kapal Niaga

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG Cherryl Clinda Rumambi T. K. Sendouw, Mecky R. E. Manoppo Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Pelabuhan Laut Bitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran memiliki peran penting dalam perdagangan antar negara saat ini. Kemampuan kapal-kapal besar yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Performance Pelabuhan Bitung ditinjau

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SORONG DI KOTA SORONG

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SORONG DI KOTA SORONG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SORONG DI KOTA SORONG Appi Yamsos Solossa M. J. Paransa, Lintong Elisabeth, T. K. Sendow Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi email: appy_solossa@yahoo.com

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL LAMPIRAN 6 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Bobot Aspek-Aspek Kriteria Pelabuhan

Lebih terperinci

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK 50 5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Pendahuluan Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang

Lebih terperinci

Pelabuhan Tanjung Priok

Pelabuhan Tanjung Priok Pelabuhan Tanjung Priok Alamat : Jalan Raya Pelabuhan Nomor 9, Jakarta Utara, DKI Jakarta. Kode Pos : 14310 Telepon : 62-21-4367305 62-21-4301080 Faximile : 62-21-4372933 Peta Lokasi: Sumber: maps.google.com

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada Untuk Memenuhi Persyaratan dalam

Lebih terperinci

2 METODOLOGI PENELITIAN

2 METODOLOGI PENELITIAN 11 2 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2013 di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Singapura (Port of Singapore Authority).

Lebih terperinci