Y C G adalah tabungan nasional S, jumlah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Y C G adalah tabungan nasional S, jumlah"

Transkripsi

1 63 III. KERANGKA TEORI 3.1. Mobilitas Modal Dalam perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yang dihasilkan dari memproduksi barang dan jasa. Suatu negara dapat melakukan pengeluaran lebih banyak ketimbang produksinya dengan meminjam dari luar negeri, atau bisa melakukan pengeluaran lebih kecil dari produksinya dan memberi pinjaman pada negara lain. Berdasarkan identitas perhitungan pendapatan nasional: Y = C + I + G + NX... (3.1) dimana: Y = output C = konsumsi barang dan jasa I = investasi dalam barang dan jasa G = pembelian pemerintah atas barang dan jasa NX = ekspor neto (ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa) dengan mempertimbangkan bahwa Y C G adalah tabungan nasional S, jumlah tabungan perseorangan, Y T C, dan tabungan masyarakat T G, maka dimana: S I = NX...(3.2) S I = arus modal keluar neto NX = neraca perdagangan Dalam perekonomian terbuka terdapat hubungan antara tingkat bunga dengan aliran modal ke mancanegara. Aliran modal keluar neto adalah jumlah dana yang dipinjamkan investor domestik ke luar negeri dikurangi jumlah dana yang dipinjamkan investor asing ke domestik. Ketika tingkat bunga domestik turun,

2 64 investor domestik merasa meminjamkan ke luar negeri menjadi lebih menarik, dan investor asing merasa meminjamkan ke domestik menjadi kurang menarik. Dengan demikian aliran modal keluar neto yang dilambangkan dengan CF memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga riil domestik, r, yaitu CF = CF(r), sebagaimana terlihat pada Gambar 6: Sumber: Mankiw, 2003 Gambar 6. Hubungan Arus Modal Keluar Neto dengan Tingkat Bunga Dalam perekonomian terbuka kecil (model Mundell-Fleming) asumsi penting yang digunakan adalah mobilitas modal (kapital) sempurna, yaitu perekonomian bisa meminjam atau memberi pinjaman sebanyak yang ia inginkan di pasar keuangan dunia dan sebagai akibatnya tingkat bunga perekonomian ditentukan oleh tingkat bunga dunia (Mankiw, 2003). Dengan asumsi ini berarti bahwa tingkat bunga dalam perekonomian tersebut = r ditentukan oleh tingkat bunga dunia r*. Secara matematis asumsi tersebut ditulis sebagai: r = r *. Dengan kondisi bahwa tingkat bunga riil sama dengan tingkat bunga dunia, maka persamaan (3.2.) di atas menjadi: NX = [ Y C( Y T ) G] I( r*)...(3.3.)

3 65 NX = S I(r*)...(3.4.) Tingkat bunga dunia diasumsikan tetap secara eksogen dan karena perekonomian tersebut relatif kecil dibandingkan perekonomian dunia sehingga bisa meminjam atau memberi pinjaman sebanyak yang ia inginkan di pasar uang dunia tanpa mempengaruhi tingkat bunga dunia. Perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas modal sempurna menunjukkan bahwa arus modal dengan bebas masuk dan keluar dari suatu negara pada tingkat bunga dunia tetap r*. sebagaimana disajikan pada Gambar 7. Situasi ini akan terjadi jika investor domestik dan asing membeli aset apapun yang menghasilkan keuntungan tertinggi, dan jika skala perekonomian ini terlalu kecil untuk mempengaruhi tingkat bunga dunia. Tingkat bunga dari perekonomian tersebut akan ditetapkan pada tingkat bunga yang berlaku di pasar uang dunia. Sumber: Mankiw, 2003 Gambar 7. Perekonomian Terbuka Kecil dengan Mobilitas Modal Sempurna Dalam perekonomian terbuka besar, berbeda dari perekonomian terbuka kecil, karena tingkat bunganya tidak ditetapkan oleh pasar uang dunia. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa terdapat hubungan negatif antara aliran modal keluar neto dengan

4 66 tingkat bunga. Apabila hubungan ini ditambahkan pada model pendapatan nasional jangka pendek, maka dalam model tersebut, terdapat tiga persamaan yaitu: Y = C( Y T ) + I( r) + G + NX ( e)...(3.5.) M / P = L( r, Y )...(3.6.) NX ( e) = CF( r)...(3.7.) dengan mensubstitusikan persamaan (3.5.) ke persamaan (3.3.), maka diperoleh: Y = C( Y T ) + I( r) + G + CF( r) IS,...(3.8.) M / P = L( r, Y ) LM,...(3.9.) Persamaan (3.8.) dan (3.9.) di atas mirip dengan persamaan dalam model IS-LM perekonomian tertutup, namun dengan perbedaan dimana pengeluaran tergantung pada tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan menurunkan investasi, dan juga menurunkan aliran modal keluar neto (CF) sehingga menurunkan ekspor neto (NX). Keterkaitan antara suku bunga, aliran modal keluar neto dengan neraca perdagangan dan kurs pada perekonomian terbuka besar disajikan pada Gambar 8 berikut. Namun pada perekonomian terbuka kecil terdapat kasus ekstrim, dimana aliran modal keluar neto bersifat elastis sempurna pada tingkat bunga dunia. Dalam kasus ekstrim ini, kurva IS benar-benar datar, sehingga dalam perekonomian terbuka kecil ditunjukkan dengan posisi kurva IS horizontal Hubungan Antara Uang, Sukubunga dan Nilai Tukar Keseimbangan uang riil (M/P) mengukur daya beli dari persediaan uang, dimana M adalah kuantitas uang dan P adalah harga dari suatu transaksi tertentu. Berdasarkan teori preferensi likuiditas, dimana tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang, maka diasumsikan bahwa penawaran keseimbangan uang riil tetap, yaitu:

5 67 Sumber: Mankiw, 2003 Gambar 8. Model Jangka Pendek dari Perekonomian Terbuka Besar ( M P) s / = M / P...(3.10.) Teori likuiditas juga menegaskan bahwa tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa banyak uang yang ingin dipegang orang, sehingga permintaan terhadap keseimbangan uang riil adalah: ( M / P) L( r) d =...(3.11.) dimana fungsi L( ) menunjukkan bahwa jumlah uang yang diminta tergantung pada tingkat bunga. Permintaan uang juga dipengaruhi oleh pendapatan, karena ketika pendapatan tinggi maka pengeluaran juga tinggi sehingga akan lebih banyak transaksi yang mensyaratkan penggunaan uang. Hubungan permintaan uang dengan pendapatan dalam fungsi permintaan uang ditulis sebagai: d ( M P) L( r, Y ) / =...(3.12.)

6 68 Kuantitas keseimbangan uang riil yang diminta berhubungan negatif dengan tingkat bunga dan berhubungan positif dengan pendapatan. Dengan teori preferensi likuiditas, dalam jangka pendek, pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan tingkat bunga yang lebih tinggi, pada tingkat penawaran keseimbangan uang riil (M/P s ) tertentu. Kondisi dimana ekspektasi atas imbal hasil simpanan dari dua mata uang adalah sama disebut kondisi paritas sukubunga (Krugman dan Obstfeld, 2003). Keseimbangan pasar valuta asing terjadi pada saat simpanan dari seluruh mata uang memberikan ekspektasi imbal hasil yang sama. Hubungan antara uang, sukubunga dan nilai tukar dalam jangka pendek, disajikan pada Gambar 9: Sumber: Krugman dan Obstfeld, 2003 Gambar 9. Keseimbangan pasar uang dan pasar valuta asing Keseimbangan uang riil domestik akan mempengaruhi suku bunga domestik (r 1 ) yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai tukar (E 1 ) agar kondisi paritas

7 69 sukubunga dapat dipertahankan, yaitu titik I 1 (pertemuan antara ekspektasi imbal hasil simpanan dalam mata uang asing dengan imbal hasil simpanan dalam mata uang domestik) Liberalisasi Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Latar belakang liberalisasi keuangan dilandasi pada pemikiran adanya keterbatasan ruang gerak sektor keuangan di negara-negara berkembang yang cenderung mengarahkan pembangunan ekonomi ke sektor-sektor strategis, yang disebut oleh McKinnon dan Shaw sebagai financial repression yang menyebabkan shallow finance, yaitu tidak tersalurnya dana (daya beli) secara efisien ke kegiatankegiatan ekonomi yang produktif dan efisien pula, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi terhalang. Menurut teori liberalisasi keuangan, keterbatasan sektor keuangan yaitu adanya peraturan pasar keuangan berupa batasan suku bunga, rasio cadangan yang tinggi serta ketentuan penyaluran program kredit tertentu. Metode pengaturan batas suku bunga serta syarat administrasi lainnya menyebabkan adanya tekanan keuangan yang menganggu (mendistorsi) investasi, inefisiensi perekonomian dan menekan perkembangan ekonomi di negara berkembang. Untuk mengatasi masalah itu, McKinnon dan Shaw menganjurkan agar diadakan liberalisasi (deregulasi) sehingga terjadi financial deepening. Melalui deregulasi, bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya diberi keleluasaan yang lebih besar untuk beroperasi secara efisien atas dasar mekanisme pasar sehingga mereka dapat berfungsi dengan baik dan seefisien mungkin dalam menyalurkan dana dari pemilik dana kepada pengguna dana (pengusaha) untuk keperluan produksi. Menurut McKinnon dan Shaw, ketersediaan dana berdasarkan mekanisme pasar

8 70 merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat menciptakan sistem perekonomian yang efisien dan mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Mekanisme dan pandangan konvensional mengenai liberalisasi keuangan menggambarkan keterkaitan antara sukubunga, tingkat tabungan dan investasi. Mosley (1999) menggambarkan proses liberalisasi keuangan melalui de-represi keuangan berupa penghapusan kontrol terhadap sukubunga sebagaimana disajikan pada Gambar 10. Bila bunga dimungkinkan untuk bergerak dari level yang dikontrol (r1) ke tingkat keseimbangan (r2), suplai tabungan akan meningkat dari S1 ke S2, maka kesenjangan antara tabungan (S1) dan investasi (I1), ketergantungan akan sumber dana luar negeri akan hilang, termasuk investasi dengan profit sebesar r1 yang meragukan. Dengan demikian terjadi peningkatan kualitas portofolio investasi dan juga pertumbuhan ekonomi. Dengan laju pertumbuhan yang meningkat akan menggeser turun kurva tabungan dan suku bunga kembali arah keseimbangan awal (r1). Sumber: Mosley, 1999 Gambar 10. Pandangan Konvensional: De-represi Keuangan

9 71 Hubungan antara perkembangan sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui kerangka teori fungsi produksi, dengan asumsi bahwa output hanya dipengaruhi oleh persediaan modal (Abdurahman, 2003). y = f ( k).(3.13.) t t dimana y t dan k t masing-masing adalah output dan persediaan modal. Dengan diferensiasi total persamaan di atas, dan y t sebagai pertumbuhan output, s sebagai laju tabungan (dk t /y t ) dan t adalah produktivitas marjinal modal, maka persamaan menjadi y t = (dk t /y t ). f (k t ) = s. t...(3.14.) Dari persamaan di atas, pertumbuhan output merupakan produk dari laju tabungan dan produktivitas marjinal modal. Terdapat dua (2) efek dari perkembangan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertama, perkembangan pasar keuangan domestik akan memperluas efisiensi akumulasi modal (melalui peningkatan t ), sebagaimana dinyatakan oleh Goldsmith (1969) bahwa terdapat korelasi positif antara perkembangan keuangan dengan efisiensi akumulasi modal. Kedua, menurut Mc Kinnon (1973) dan Shaw (1973), perkembangan keuangan tidak hanya meningkatkan produktivitas modal namun juga memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan laju tabungan dan selanjutnya laju investasi melalui perantara keuangan (peningkatan tabungan) Hubungan Investasi dengan rasio Tobin Q Investasi

10 72 Model investasi tetap bisnis standar disebut model investasi neoklasik. Insentif ekonomi atas keputusan investasi tergantung dari tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh investor. Investasi netto (net investment) yang dilakukan oleh investor dipengaruhi oleh perbedaan produk marjinal modal dan biaya modal. Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dijelaskan bagaimana perekonomian aktual mengubah modal dan tenaga kerja menjadi barang dan jasa (Mankiw, 2003). Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah: α 1 α Y = AK L...(3.15.) dimana: Y = output K = modal L = tenaga kerja A = parameter tingkat teknologi α = parameter yang mengukur bagian modal atas output (0 < α < 1) Produk marjinal modal adalah: α 1 α MPK = A( L / K)...(3.16.) Sewa riil (R/P) merupakan produk marjinal modal dalam ekuilibrium, dapat dituliskan: α 1 α R / P = A( L / K)...(3.17.) Persamaan tersebut mengidentifikasi variabel yang menentukan harga sewa riil dimana, (1) semakin kecil persediaan modal, semakin tinggi harga sewa riil dari modal, (2) semakin besar jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, semakin tinggi harga sewa riil dari modal, (3) semakin baik teknologi, semakin tinggi harga sewa riil dari modal. Biaya modal (Ck) untuk satu periode adalah: ( P P)( + δ ) CK = K / r...(3.18.)

11 73 dimana: CK ipk P K δp K = biaya modal, = biaya bunga, = keuntungan dari modal, = biaya penyusutan (δ adalah tingkat penyusutan) Dengan adanya faktor inflasi, maka P / P K K sama dengan tingkat inflasi keseluruhan π. Karena i - π adalah tingkat bunga riil r, maka biaya modal dapat dituliskan sebagai berikut: CK = PK ( r + δ ). Biaya modal riil (real cost of capital) yang diukur dalam tingkat unit output perekonomian tergantung pada harga relatif barang modal ( P K / P), tingkat bunga riil r dan tingkat penyusutan δ ditulis: ( P / P)( + δ ). CK = K r...(3.19.) Tingkat keuntungan investasi (π) diperoleh dari selisih antara penerimaan riil dengan biaya riil. Keuntungan investasi dapat dituliskan: Laba riil per unit modal = ( P P)( r + δ ) MPK K /...(3.20.) dimana MPK = marginal product of capital. Investor akan menambah investasi jika produksi marjinal melebihi biaya modal, ditulis berikut: K = I [ MPK ( P P)( r + δ )] n K / dimana I n [ ] adalah fungsi yang menunjukkan berapa banyak investasi neto merespon insentif untuk investasi. Dari persamaan tersebut di atas, maka dapat disusun persamaan investasi sebagai berikut: I [ MPK ( P P)( r + δ )] + δk = I = /...(3.21.) n K Investasi bisnis bergantung kepada produk marjinal modal, biaya modal dan jumlah penyusutan atau depresiasi.

12 Rasio Q-Tobin Model pada persamaan (3.21.) menunjukkan mengapa investasi bergantung pada tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal, demikian pula sebaliknya. Menurut Romer (2001), perusahaan akan melakukan investasi sampai pada titik dimana biaya perolehan kapital (harga kapital ditambah biaya penyesuaian) sama dengan nilai dari kapital tersebut, dengan persamaan: dimana: ( I( t) ) q( t) 1 + C ' =...(3.22.) C ' ( I( t) ) = biaya penyesuaian dipengaruhi oleh Investasi pada waktu-t q ( t) = nilai kapital q pada waktu-t Secara teoritis, rasio q mencerminkan bagaimana tambahan satu rupiah kapital akan meningkatkan nilai sekarang dari keuntungan perusahaan. Perusahaan akan meningkatkan persediaan kapitalnya apabila nilai q > 1, dan akan mengurangi investasi bila q < 1. Interpretasi ekonomi dari nilai q adalah setiap kenaikan satu unit persediaan kapital perusahaan akan meningkatkan nilai sekarang dari keuntungan perusahaan sebesar q. Dengan demikian q adalah nilai pasar dari suatu unit kapital. Rasio nilai pasar kapital terhadap biaya penyesuaian kapital dikenal sebagai Q-Tobin (Tobin, 1969 dalam Romer, 2001). Dengan kata lain, Q-Tobin merupakan perbandingan antara nilai pasar perusahaan terhadap investasi bersihnya. Apabila terjadi peningkatan harga saham dari perusahaan, maka nilai pasar perusahaan akan meningkat, dan selanjutnya rasio Q-Tobin akan meningkat, yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi dalam aktiva tetap, sebagaimana dituliskan:

13 75...(3.23.) Keunggulan Q-Tobin sebagai ukuran dari insentif untuk investasi adalah bahwa hal itu mencerminkan profitabilitas modal masa depan yang diharapkan serta profitabilitas sekarang. Teori investasi Q-Tobin menekankan bahwa keputusan investasi bergantung tidak hanya pada kebijakan ekonomi saat ini tetapi juga pada kebijakan yang diharapkan berlaku di masa depan (Mankiw, 2003) Pengukuran Q-Tobin Persamaan (3.22.) menunjukkan marjinal q yaitu rasio nilai pasar dari tambahan satu unit kapital terhadap biaya penggantiannya. Sedangkan rata-rata q adalah rasio seluruh nilai perusahaan terhadap biaya penggantian dari persediaan kapital tersebut. Dengan asumsi hasil yang menurun (diminishing returns), keuntungan perusahaan, Π, meningkat kurang sebanding dengan persediaan modal dan dengan demikian marjinal q lebih kecil dari rata-rata q. Apabila model dimodifikasi menjadi hasil konstan (constant returns) terhadap biaya penyesuaian, maka rata-rata q sama dengan marjinal q (Hayashi, 1982 dalam Romer, 2001). Han Kin Sang (1998) menggunakan beberapa estimasi dalam menghitung rasio q, salah satunya adalah estimasi sederhana q atau q s adalah: dimana: MVCE + PREFBK + STDEBT + DS q s =...(3.24.) RCS MVCE= Nilai pasar saham biasa perusahaan PREFBK STDEBT = Nilai buku saham istimewa perusahaan = Nilai buku Utang jangka pendek perusahaan DS = Nilai Buku Utang jangka panjang perusahaan

14 76 RCS = Nilai Buku total aset perusahaan Selain itu, estimasi yang dikembangkan dan dimodifikasi oleh Lindenberg dan Ross (LR) dalam Han Kin Sang (1998), yaitu q LR : dimana: MVCE + PREFMV + STDEBT + DLR q LR =...(3.25.) LRRC MVCE= Nilai pasar saham biasa perusahaan PREFMV STDEBT = Nilai pasar saham istimewa perusahaan = Nilai buku Utang jangka pendek perusahaan DLR = Nilai pasar Utang jangka panjang perusahaan dengan teknik modifikasi LR LRRC = Biaya penggantian aset perusahaan dengan modifikasi teknik LR Implikasi Model q Perubahan pada output, suku bunga dan kebijakan pajak memberikan implikasi kepada model q. Peningkatan output yang permanen mendorong terjadinya kenaikan investasi sementara (temporer), sedangkan kenaikan temporer dari output meskipun meningkatkan investasi namun dengan respons yang lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan output permanen (Romer, 2001). Penurunan permanen dari suku bunga jangka pendek menghasilkan booming investasi untuk sementara, sedangkan kenaikan suku bunga jangka pendek yang diharapkan di masa datang (suku bunga jangka panjang) akan mengurangi investasi. Pengaruh pemotongan pajak atas investasi akan meningkatkan investasi dan menurunkan keuntungan industri, sehingga nilai q akan turun, dan tidak ada insentif bagi perusahaan untuk melakukan investasi dengan nilai q < 1. Ketidakpastian akan

15 77 keuntungan di masa datang tidak memiliki dampak langsung terhadap investasi, selama nilai kapital melebihi biaya perolehannya. Biaya penyesuaian yang tidak simetris menyebabkan perubahan investasi yang tidak sama, saat terjadi peningkatan maupun penurunan investasi. Ketidakpastian resiko (discount factors) yang berkorelasi negatif dengan resiko agregat akan meningkatkan investasi, sebaliknya ketidakpastian resiko yang berkorelasi positif dengan resiko agregat akan mengurangi nilai kapital sehingga menurunkan investasi (Romer, 2001) Pertumbuhan Output Dalam suatu perekonomian, pertumbuhan dapat dijelaskan melalui peubah antara yaitu teknologi (ekspresi produktivitas dan efisiensi) dari penggunaan faktor produksi (Syafa at, et al., 2005, dalam Darsono, 2008). Apabila fungsi produksi adalah: t ( C, L A ) Y = F,,...(3.26.) t t t Maka laju pertumbuhan dapat ditulis sebagai berikut: dimana: ( I / Y ) t γ ( L A) t g = η + /...(3.27.) Yt Ct Lt At = output = kapital = tenaga kerja = teknologi g = laju pertumbuhan I = investasi η, γ = elastisitas

16 78 t = waktu Pertumbuhan output dari suatu sektor tertentu dapat dilihat dari relasi antara pertumbuhan kontribusi PDB sektor tersebut dan laju pertumbuhan relatif produk sektor tersebut Kebijakan dan Transmisi Moneter Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan melalui kontrol atas jumlah uang beredar. Terdapat perbedaan pandangan antara Monetaris dan Keynesian atas efektivitas dari kebijakan moneter terkait dengan pergeseran permintaan agregat. Monetaris berpandangan bahwa kebijakan moneter merupakan sarana yang sangat efektif, sementara Keynesian berasumsi bahwa kebijakan moneter adalah sarana yang relatif kurang efektif, karena perubahan jumlah uang beredar akan menyebabkan perubahan yang kecil saja pada sukubunga yang kemudian mengakibatkan perubahan kecil pada pengeluaran untuk investasi (Mishkin, 1992). Kerangka umum yang sering dipergunakan dalam menganalisa interaksi simultan antara permintaan dan penawaran baik pada pasar barang dan pasar uang adalah kerangka IS-LM. Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan fiskal mampu mempengaruhi tingkat pendapatan atau output (Mankiw, 2003; Mishkin, 2004). Bagi bank sentral yang merupakan otoritas moneter, kebijakan yang dipilih bergantung pada target, kondisi aktual perekonomian, kapasitas kebijakan dan pertimbangan tentang efektivitas kebijakan tersebut. Kebijakan moneter ini ditentukan secara terpusat oleh Bank Indonesia. Tujuan utama kebijakan moneter lebih ditekankan pada stabilitas harga, dengan dasar beberapa pertimbangan. Pertama, dengan output ditentukan kapasitas

17 79 ekonomi dalam jangka panjang maka segala kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi akan menciptakan inflasi (the short-run Phillips-curve) sehingga tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi riil (Kydland and Prescott, 1997, dalam Simorangkir, 2007). Kedua, rational economic agent mengerti bahwa tindakan kejutan pembuat kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang mendorong inflasi dapat mendorong terjadinya permasalahan time-consistency (Barro and Gordon, 1983). Ketiga, kebijakan moneter mempengaruhi variabel ekonomi memakan waktu panjang dan mempunyai lag (Friedman, 1968). Keempat, kestabilan harga dapat mendorong terciptanya iklim ekonomi yang lebih baik karena akan mengurangi biaya yang berasal dari inflasi. Penetapan stabilitas harga sebagaimana dikemukakan di atas akan mendorong kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Namun di sisi lain jika pencapaian kebijakan moneter tidak dilakukan secara terukur juga dapat mengakibatkan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya, kebijakan moneter yang terlalu ketat dapat menekan (sequeze) pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan jumlah pengangguran (Simorangkir, 2007). Menurut teori moneter tradisional, pemerintah mengontrol melalui suplai uang, yang akan mempengaruhi suku bunga, dan selanjutnya tingkat investasi (Stiglitz dan Greenwald, 2003). Paradigma baru dalam kebijakan moneter antara lain menyatakan bahwa: 1. Aktivitas perekonomian dipengaruhi oleh ketersediaan dan jumlah kredit untuk sektor swasta, bukan jumlah uang itu sendiri. 2. Hubungan antara tingkat bunga pinjaman dengan bunga simpanan berubah setiap saat. 3. Perubahan suplai kredit dapat berubah tidak bersamaan dengan suplai uang; dan perubahan hubungan antara uang dan kredit dapat dikenali saat periode krisis.

18 80 4. Ketersediaan dan jumlah kredit ditentukan umumnya oleh bank; dimana kemampuan dan kesediaan bank untuk meminjamkan dipengaruhi oleh bunga deposit, dan tergantung kondisi perekonomian; perubahan suku bunga mempengaruhi ekuitas perusahaan, serta ekuitas dan kesempatan bank. Perubahan besar dalam suku bunga dapat mempengaruhi derajat ketidakpastian bagi pemberi pinjaman mengenai kelayakan kredit si peminjam 5. Otoritas moneter dapat mempengaruhi perilaku perbankan tidak hanya melalui perubahan SBI tetapi juga melalui peningkatan pembatasan (cadangan minimum, standard kecukupan modal) dan insentif. 6. Kebijakan moneter berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian bukan hanya melalui pengaruhnya terhadap permintaan kredit (investasi) namun juga terhadap penawaran kredit (bila ada pembatasan kredit); dan juga berdampak pada penawaran dan permintaan agregat 7. Bagi perekonomian kecil, efek dominan dari kebijakan moneter melalui efek sisi penawaran 8. Kebijakan moneter mempengaruhi perilaku bank dan perusahaan melalui efek substitusi sementara (perubahan suku bunga) dan efek arus kas serta kekayaan riil, terutama untuk perekonomian terbuka akibat perubahan nilai tukar. 9. Peningkatan persaingan dalam sistem perbankan mengurangi keuntungan dari perbedaan bunga pinjaman dan simpanan dan juga mengurangi efektivitas kebijakan moneter Transmisi Moneter Kebijakan moneter berlangsung melalui mekanisme transmisi untuk menggeser permintaan agregat, dengan demikian akan mengubah keseimbangan

19 81 tingkat pendapatan nasional. Mekanisme transmisi moneter merupakan proses ditransmisikannya kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi secara riil dan harga-harga di masa yang akan datang. Transmisi moneter merupakan suatu hal yang kompleks karena banyak jalur yang mempengaruhi keefektifan kebijakan moneter tersebut terhadap perekonomian suatu negara. Mekanisme transmisi diawali dengan operasi pasar terbuka yang akan mempengaruhi tingkat sukubunga pasar melalui pasar cadangan atau melalui permintaan dan penawaran uang secara luas dan dilanjutkan melalui beberapa jalur mekanisme transmisi yang ada. Pada perekonomian kecil terbuka dengan kurs mengambang, kebijakan moneter ekspansif (pada kondisi harga diasumsikan tetap) dengan menaikkan jumlah uang beredar akan meningkatkan pendapatan dan menurunkan kurs (Mankiw, 2003). Penurunan kurs (depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing) membuat barang-barang domestik relatif murah terhadap barang-barang luar negeri dan meningkatkan ekspor neto. Mekanisme transmisi dari sektor moneter ke sektor riil mengarah pada tercapainya produk domestik bruto. Berdasarkan hasil empiris dalam jangka pendek jumlah uang beredar hanya mempengaruhi perkembangan output riil. Selanjutnya dalam jangka menengah pertumbuhan uang beredar akan mendorong pada kenaikan harga yang pada gilirannya menyebabkan penurunan perkembangan output menuju posisi alamiah. Dalam jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada perkembangan output riil tetapi mendorong kenaikan laju inflasi secara proporsional (Nuryati, 2004). Proses transmisi sangat tergantung pada pendekatan yang dipilih sehingga tujuan kebijakan tercapai. Pandangan tradisional Keynesian mengenai mekanisme transmisi moneter dapat dijelaskan (Mishkin, 1992):

20 82 M naik i turun I naik Y naik. Dengan asumsi pandangan tradisional dimana pasar uang adalah homogen dan sempurna, maka saat terjadi peningkatan jumlah uang beredar (M), maka akan terjadi penurunan sukubunga (i) yang selanjutnya mendorong pertumbuhan investasi (I) sehingga output (Y) akan meningkat. Akan tetapi, efek dari tingkat sukubunga (i) pada pengeluaran investasi (I) umumnya kecil. Dalam merespons kejadian moneter, terdapat beberapa jalur mekanisme moneter yang mempengaruhi aktivitas ekonomi, sebagaimana disebutkan pada bab terdahulu, yaitu melalui jalur langsung moneter, jalur sukubunga, jalur harga aset, jalur kredit dan jalur ekspektasi. Pendekatan terkini mekanisme transmisi yang dikembangkan oleh ekonom Keynesian sejalan dengan model MPS (Marginal Propensity of Saving) Franco Modigliani, dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu melalui belanja investasi, pengeluaran konsumen dan perdagangan internasional (Mishkin, 1992) Belanja Investasi Pengaruh kebijakan moneter melalui perubahan jumlah uang beredar terhadap investasi dijelaskan melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan hipotesi ketersediaan, teori Q-Tobin dan efek informasi asimetris. Berdasarkan hipotesis ketersediaan (availability hypothesis), bahwa ketersediaan pinjaman dipengaruhi oleh sukubunga pinjaman, yang selanjutnya akan mempengaruhi investasi dan output: M naik Pinjaman naik I naik Y naik Mekanisme transmisi moneter tersebut terjadi bila terdapat korelasi yang tinggi antara belanja investasi dengan pinjaman perusahaan (bisnis). Namun demikian, hubungan sebaliknya dapat terjadi, dimana permintaan pinjaman akan meningkat karena perusahaan (bisnis) melakukan keputusan investasi. Dengan demikian pendekatan

21 83 ini, nampaknya tidak cukup menjawab pertanyaan bagaimana mekanisme dari kebijakan moneter ditransmisikan. Berdasarkan pendekatan teori Q-Tobin, ekonom menyatakan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi belanja investasi melalui pengaruhnya atas harga-harga saham. Nilai Q-Tobin yang didefinisikan sebagai rasio antara nilai pasar perusahaan terhadap biaya penggantian investasi, menunjukkan keterkaitan diantara belanja investasi dengan nilai Q-Tobin. Nilai Q yang tinggi mencerminkan harga saham yang relatif tinggi dibandingkan dengan biaya pembelian aktiva tetap, dengan demikian belanja investasi akan meningkat karena perusahaan dapat membeli aktiva tetap hanya dengan menerbitkan sejumlah kecil saham dari portofolionya. Mekanisme transmisi moneter terhadap kenaikan harga saham perusahaan (Ps) dapat dijelaskan: M naik Ps naik q naik I naik Y naik Hubungan antara belanja investasi dengan harga saham dapat juga dilihat dari sisi adanya penurunan yield (imbal hasil) saham akibat kenaikan harga pasar saham, sehingga menurunkan biaya pendanaan investasi melalui penerbitan saham. Berdasarkan pendekatan efek informasi asimetris, kenaikan dalam harga saham akan meningkatkan nilai perusahaan dan mendorong investasi lebih banyak karena adanya penurunan masalah moral hazard dan adverse selection (problem keagenan, agency problem) yang dapat terjadi akibat informasi asimetris. Keterkaitan kebijakan moneter dengan belanja investasi melalui informasi asimetris dijelaskan: M naik Ps naik adverse selection dan moral hazard turun pinjaman naik I naik Y naik.

22 Pengeluaran Konsumen Pengaruh kebijakan moneter terhadap pengeluaran konsumen dapat dijelaskan melalui pendekatan efek sukubunga terhadap pengeluaran barang konsumsi (misalnya kendaraan bermotor dan peralatan rumahtangga) efek kekayaan dan efek likuiditas. Keterkaitan kebijakan moneter terhadap sikap pengeluaran konsumen atas pengaruh perubahan sukubunga adalah: M naik i turun belanja barang konsumsi naik Y naik Namun demikian, besarnya pengaruh sukubunga terhadap belanja barang konsumsi tersebut relatif kecil. Hasil penelitian Modigliani (Mishkin, 1992) menyatakan bahwa pengaruh kebijakan moneter terhadap pengeluaran konsumen lebih efektif melalui penjelasan efek kekayaan, dimana peningkatan harga saham akan meningkatkan kekayaan pemilik saham tersebut sehingga sumberdaya konsumen meningkat dan selanjutnya konsumsi akan meningkat, sebagaimana dijelaskan: M naik Ps naik kekayaan naik sumberdaya naik konsumsi naik Y naik Harga sahampun juga akan mempengaruhi pengeluaran konsumen akan barang konsumsi, sebagaimana dijelaskan melalui pendekatan efek likuiditas. Pada saat aset keuangan (misalnya saham, obligasi dan deposito), yang dimiliki seseorang meningkat nilainya, maka bila aset tersebut dijual akan memberikan uang kas dalam jumlah yang mencukupi untuk dibelanjakan dalam bentuk barang konsumsi ataupun perumahan, sebagaimana dijelaskan: M naik Ps naik nilai aset keuangan naik kemungkinan masalah keuangan turun pengeluaran barang konsumsi naik Y naik, atau

23 85 M naik Ps naik nilai aset keuangan naik kemungkinan masalah keuangan turun pengeluaran untuk perumahan naik Y naik Ketiga pendekatan mekanisme transmisi moneter menunjukkan bahwa pengaruh kebijakan moneter terhadap posisi kekayaan konsumen memiliki dampak yang besar terhadap permintaan agregat Perdagangan Internasional Pengaruh pertumbuhan internasionalisasi perekonomian serta aplikasi nilai tukar mengambang (fleksibel) dalam suatu perekonomian negara akan mempengaruhi ekspor bersih melalui efek nilai tukar, adalah: M naik i turun E turun NX naik Y naik Keterkaitan diantara kebijakan moneter berupa uang beredar dengan ketiga pendekatan tersebut di atas dalam mekanisme transmisi dan pengaruhnya terhadap komponen belanja dan pendapatan nasional (GDP, Gross Domestic Product) disajikan pada Gambar 11. Selain pendekatan tersebut di atas, telah dikembangkan jalur mekanisme transmisi dalam dua bagian besar yaitu mekanisme transmisi yang berorientasi pada harga aset dan mekanisme transmisi yang berorientasi pada kredit. Mekanisme transmisi moneter yang berorientasi pada harga aset melihat mekanisme transmisi dari sudut pengaruh nilai tukar terhadap ekspor bersih, teori Q- Tobin, dan efek kekayaan, sedangkan mekanisme transmisi moneter yang berorientasi kredit melihat mekanisme transmisi dari sudut jalur pinjaman bank, jalur neraca, jalur arus kas, jalur tingkat harga yang tidak diantisipasi dan efek likuiditas rumah tangga.

24 86 Kebijakan Moneter (Penawaran Uang) Efek Harga Aset Aspek Kredit Mekanisme Transmisi Efek tingkat Sukubunga tradisional Efek Nilai Tukar pd Ekspor Bersih Teori Tobin s q Efek Kesejahteraan Jalur Pinjaman Bank Jalur Neraca Jalur Arus Kas Jalur Tingkat Harga yg tidak diantisipasi Efek Likuiditas Rumah Tangga Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter Sukubunga riil Sukubunga riil Nilai Tukar Harga Saham Tobin s q Harga Saham Kesejahteraan Keuangan Simpanan Perbankan Pinjaman Bank Harga Saham Moral Hazard Aktivitas meminjamkan Sukubunga Nominal Arus Kas Aktivitas meminjam kan Tingkat Harga yg tdk diantisipasi Moral Hazard Aktivitas meminjamkan Harga Saham Kesejahteraan Keuangan Probabilitas Tekanan Keuangan Komponen Pengeluaran Investasi Perumahan Pengeluaran Konsumen Ekspor Bersih Investasi Konsumsi Investasi Perumahan Investasi Perumahan Investasi Investasi Perumahan Pengeluaran Konsumen Sumber: Mishkin, 2007 Produk Domestik Bruto Gambar 11: Mekanisme Transmisi Moneter dan Pengaruhnya terhadap Komponen Pengeluaran dan Gross Domestic Product

25 Perkembangan Sektor Keuangan dan Mekanisme Transmisi Moneter Beberapa studi tentang dampak perkembangan dan inovasi keuangan terhadap kebijakan moneter masih menunjukkan hasil yang berbeda. Kebijakan moneter akan efektif melalui pengaruhnya terhadap nilai aset yang mendorong dampak langsung terhadap agregat permintaan melalui jalur sukubunga dan kekayaan. Akan tetapi, kebijakan moneter akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berpengaruh terhadap perekonomian, seperti halnya efek kekayaan. Pada saat yang sama, inovasi keuangan yang mengembangkan pasar kredit melalui peningkatan likuiditas pasar akan menghasilkan pasar yang tidak terlalu sensitif terhadap dampak perubahan kebijakan moneter melalui jalur kredit. Rangkuman hubungan antara inovasi keuangan dengan mekanisme transmisi moneter disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Inovasi Keuangan dan Mekanisme Transmisi Moneter Saluran / Jalur Dampak Inovasi Keuangan Jalur Sukubunga Keseluruhan dampak adalah marginal. Inovasi keuangan tidak memperlemah jalur sukubunga Jalur Kredit Seluruh dampak signifikan, artinya jalur kredit akan melemah dengan adanya inovasi keuangan Jalur Nilai Tukar Dampak keseluruhan adalah membuat jalur nilai tukar lebih berpotensi Sumber: Singh, et.al.,.2008 Efek Substitusi Peningkatan sukubunga agen akan mensubstitusi tabungan ke pinjaman dan menurunkan Investasi Efek Pendapatan Kenaikan sukubunga meningkatkan sukubunga yang sensitif terhadap pembayaran dan penerimaan menurunkan belanja Dampak terhadap efek pendapatan ambigu Efek Kekayaan Derivatif memperbolehkan lindung nilai (hedging) terhadap saham dan properti. Efek peminjaman bank (jalur) Dampaknya besar, dimana saluran peminjaman bank melemah akibat inovasi, seperti derivatif dan sekuritisasi Efek Neraca (jalur) Dampaknya besar, dimana saluran neraca melemah akibat adanya inovasi Efek Net Ekspor Kenaikan sukubunga akan meningkatkan aliran masuk sehingga meningkatkan nilai tukar nominal dan menurunkan ekspor net Efek Paritas Sukubunga Peningkatan aktivitas arbitrase akan meningkatkan aliran dana internasional sesuai dengan perubahaan sukubunga dan meningkatkan nilai tukar sehingga meningkatan kecepatan perubahan harga riil ekspor dan impor mengubah ekonomi riil

26 88 Rangkuman studi terdahulu (Singh, et.al. 2008) pengaruh dari perkembangan pasar keuangan (bursa dan perbankan) terhadap sistem keuangan, mekanisme transmisi moneter dan aliran sukubunga pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Pasar Keuangan Liberalisasi Keuangan Pengaruh Perkembangan Pasar Keuangan Terhadap Jalur Mekanisme Transmisi Moneter Konsekuensi terhadap Sistem Keuangan Mendorong persaingan yang lebih ketat Dampak terhadap Mekanisme Transmisi Moneter Dampak terhadap Aliran Sukubunga Deregulasi Sukubunga Mengarah pada penetapan suku bunga lebih fleksibel dan berorientasi pasar Jalur Sukubunga meningkat Jalur Pinjaman Bank menurun Lebih cepat Liberalisasi capital Account Sumber: Singh, et al., 2008 Mengarah pada integrasi pasar keuangan Sukubunga luarnegeri lebih penting terkait dengan aliran dana Dapat mengakibatkan kebijakan moneter domestik kurang efektif 3.7. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan uraian tinjauan pustaka dan kerangka teori pada bab terdahulu, disusun kerangka pemikiran untuk mencapai tujuan penelitian berdasarkan variabel yang relevan. Kerangka pemikiran tersebut dikelompokkan sedemikian rupa untuk mempermudah permodelan dalam mencapai masing-masing tujuan dari penelitian. Bagan alur pemikiran dalam diagram keterkaitan, disajikan pada Gambar 12. Sesuai dengan tujuan penelitian pertama adalah untuk melihat pengaruh liberalisasi keuangan (liberalisasi capital account dan pasar saham) dari aspek makro dan mikro terhadap nilai Q-Tobin, maka variabel yang diteliti antara lain adalah aliran modal asing baik yang diinvestasikan secara langsung dalam bisnis (Investasi Asing Langsung, FDI) maupun dalam aset keuangan (portofolio), dan pinjaman komersial. Dari ketiga variabel tersebut akan diperiksa pengaruhnya terhadap nilai Q-Tobin perusahaan di setiap sektor.

27 89 Kebijakan Moneter Suku Bunga Instrumen Kebijakan dan Base Money Liberalisasi Keuangan Keterbukaan Capital Account dan Pasar Modal Uang Beredar Mekanisme Transmisi Moneter Cadangan Devisa Aliran Kapital Suku Bunga Pasar Harga Saham Pasar Kredit Suku Bunga Pinjaman Nilai Tukar Biaya Modal Nilai Aset Keuangan Rasio q Tobin Kebijakan Fiskal Permintaan Agregat Ekspor Bersih Investasi Konsumsi Belanja Pemerintah Gambar 12. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian

28 90 Pada tahapan ini, liberalisasi pasar saham sudah termasuk di dalam liberalisasi capital account, yaitu pengurangan restriksi bagi investor asing untuk melalukan penanaman dana di bursa saham Indonesia. Perubahan dari dua variabel makroekonomi, yaitu sukubunga dan pasar saham diperkirakan akan mempengaruhi keputusan investasi dari perusahaan yang dihitung melalui rasio Tobin Q. Peningkatan rasio Tobin Q mengindikasikan peningkatan investasi dalam barang kapital bersih (setelah dikurangi depresiasi). Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan dari aspek makro dan mikro dengan adanya kebijakan moneter (melalui kebijakan uang beredar), terhadap beberapa variabel makroekonomi seperti cadangan devisa, nilai tukar, sukubunga dan indeks saham, melalui mekanisme transmisi moneter, khususnya jalur sukubunga dan pasar saham. Seperti halnya pada model pertama, maka akan dianalisis pengaruh kebijakan moneter terhadap nilai rasio Q-Tobin dan keputusan investasi. Sampai pada tahapan ini, kedua model (tujuan penelitian pertama dan kedua) akan dianalisis dengan menggunakan model estimasi data panel FEM atau REM. Tujuan ketiga dari penelitian adalah untuk melihat pengaruh liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter melalui nilai rasio Q-Tobin terhadap tingkat investasi sektoral. Analisis sektoral (sektor pertanian, industri dasar dan kimia serta perbankan) dilakukan pada tahapan ini, dengan mengkaji indeks saham sektoral, rasio Tobin Q dan tingkat investasi dari sektor tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan). 91 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Analisis 4.1.1. Pilihan Alat Analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fenomena ekonomi makro seperti liberalisasi keuangan dan kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat berbagai kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral di seluruh dunia saat ini menunjukkan kecenderungan dan arah yang sama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia menuntut berbagai prasyarat untuk mencapai keberhasilannya. Salah satunya adalah keterlibatan sektor

Lebih terperinci

VI. PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SERTA PERBANKAN

VI. PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SERTA PERBANKAN 143 VI. PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SERTA PERBANKAN 6.1. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara.perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP).

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP). 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Gross Domestic Product (GDP) dan GDP per kapita Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang tidak berbeda jauh dengan negara sedang berkembang lainnya. Karakteristik perekonomian tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam bidang ekonomi, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka membawa suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN Skripsi Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN. Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima secara umum dalam

II. KERANGKA PEMIKIRAN. Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima secara umum dalam II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Konsep dan Fungsi Uang Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima secara umum dalam pembayaan barang dan jasa (Mishkin, 2001). Uang seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transmisi kebijakan moneter merupakan proses, dimana suatu keputusan moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. Perencanaan dalam sebuah

Lebih terperinci

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA Pengantar Ekonomi Makro INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA NAMA : Hendro Dalfi BP : 0910532068 2013 BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi namun faktor-faktor ini di luar kontrol

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi namun faktor-faktor ini di luar kontrol BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Moneter Menurut Nopirin (1987: 51) kebijakan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Kebijakan Moneter dan Fiskal

Kebijakan Moneter dan Fiskal Kebijakan Moneter dan Fiskal A lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP Referensi Bank Indonesia, 2013. Tinjauan Kebijakan Moneter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total (pertumbuhan ekonomi) di suatu negara dengan memperhitungkan adanya pertambahan jumlah penduduk,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Enni Sari Siregar STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Email : ennisari056@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi/penanaman modal Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan suatu penambahan modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat melakukan kontrol langsung atas penawaran uang (Iljas, 1997). Implementasi kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Didalam sistem perekonomian uang memiliki peranan strategis terutama karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, sehingga dalam tatanan perekonomian suatu negara diperlukan pengaturan moneter yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pengaruh Variabel Kinerja Perbankan terhadap Tingkat Bunga Deposito Syakir (1995) dalam penelitiannya yang mengambil judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian, karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, permasalahan suku bunga (domestik) merupakan indikator makro yang sangat penting. Indikator ini, mempunyai faktor-faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran Uang

Permintaan dan Penawaran Uang Permintaan dan Penawaran Uang Teori Permintaan Uang 1. Quantity Theory of Money 2. Liquidity Preference Theory 3. Milton Friedman Theory Quantity Theory of Money...1 Dikembangkan oleh Irving Fisher Menjelaskan

Lebih terperinci

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Modul 1 Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Arief Ramayandi, S.E., MecDev., Ph.D. Ari Tjahjawandita, S.E., M.Si. M PENDAHULUAN odul ini akan menjelaskan

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia semakin terintegrasi sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

Bank Umum dan Bank Sentral

Bank Umum dan Bank Sentral Bank Umum dan Bank Sentral Peran Ban dalam Perekonomian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan penring dalam penyediaan likuiditas keuangan dalam perekonomian Bank dapat berperan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian, terutama

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER KEBIJAKAN MONETER merupakan kebijakan yang dibuat Bank Indonesia selaku otoritas moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi makro. Stabilitas makro tercermin dari : a. Laju inflasi yang rendah. b. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter. Untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek dalam perekonomian; itulah sebabnya proses kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id NERACA PEMBAYARAN REKENING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Dalam pelaksanaannya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Interaksi kebijakan fiskal dan moneter telah lama menjadi perdebatan di kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal ditetapkan untuk

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Sistem Moneter Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 13 84041 Abstraksi Modul ini membahas tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

Kebijakan Moneter & Bank Sentral Kebijakan Moneter & Bank Sentral Pengertian Umum Kebijakan moneter adalah salah satu dari kebijakan ekonomi yang bisa dibuat oleh pemerintah Kebijakan moneter berkaitan dan berfokus pada pasokan uang

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Moneter

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Moneter V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 5.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Moneter Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja moneter difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang dalam pertumbuhan perekonomian, maka indonesia memerlukan dana dalam jumlah besar atau adanya dana. Dalam perekonomian indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor 1. Pengertian GDP: Ujian Ekonomika Makro GDP (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto dalam Bhs Ind, adalah salah satu dari beberapa indikator yang mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi. GDP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci