VI. PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SERTA PERBANKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SERTA PERBANKAN"

Transkripsi

1 143 VI. PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SERTA PERBANKAN 6.1. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap nilai Q-Tobin Sektor Pertanian, Industri Dasar dan Kimia dan Perbankan Analisis bagian ini untuk mencapai tujuan penelitian pertama, yaitu menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan (capital account dan pasar saham). Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Regresi Data Panel, sesuai dengan struktur data yang dimiliki dalam penelitian ini adalah data panel, yaitu gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Data silang terdiri atas data-data laporan keuangan dari emiten (perusahaan terbuka) yang dipilih dari masing-masing sektor (pertanian, industri dasar dan kimia serta perbankan) sejak tahun Data runtut waktu terdiri dari variabel-variabel liberalisasi keuangan dan makroekonomi. Variabel liberalisasi keuangan meliputi Investasi Asing langsung (FDI) dan Investasi Portofolio. Bersamaan dengan itu, variabel makroekonomi berupa nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (Kurs), suku bunga kredit, kredit yang disalurkan juga dimasukkan dalam persamaan regresi. Variabel kondisi keuangan perusahaan meliputi total kredit, bunga pinjaman, jumlah pinjaman yang terdiri dari utang jangka pendek maupun jangka panjang, total aset, ekuitas serta kapitalisasi pasar. Pengujian dengan menggunakan metode Fixed Effect dan Random Effect, sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Hausman- Test untuk mengetahui model estimasi yang sesuai. Pengujian dilakukan terhadap masing-masing sektor, untuk mengetahui pengaruh variabel liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin dari masing-masing sektor, yaitu sektor pertanian, sektor industri dasar dan kimia serta sektor perbankan. Dalam persamaan regresi, maka

2 144 yang menjadi variabel tidak bebas (dependent variable) adalah nilai Q-Tobin sektor. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel liberalisasi keuangan (FDI dan investasi portofolio), variabel makroekonomi (nilai tukar, suku bunga pinjaman (bunga kredit), total kredit yang disalurkan selama periode penelitian. Variabel bebas yang berhubungan dengan perusahaan meliputi jumlah pinjaman perusahaan (total utang jangka pendek dan utang jangka panjang), kapitalisasi pasar perusahaan dan jumlah aset perusahaan. Berdasarkan uji Hausman, maka model estimasi yang sesuai adalah Random Effect, hal ini ditunjukkan oleh Uji Hausman yang tidak signifikan pada taraf nyata 10 persen, dengan demikian hipotesa nol diterima, cukup bukti bahwa model REM diterima. Persamaan regresi menjelaskan pengaruh variabel liberalisasi keuangan masing-masing sektor terhadap nilai Q-Tobin sektor Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Pertanian Persamaan regresi (6.1) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut: Qt = EXC DI DEV POR INT BOR BVD TA KAP DUM... (6.1) Tabel 16 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, dengan model estimasi pendekatan Random Efek (REM). Secara umum, krisis finansial global, yang diwakili dengan variabel dummy krisis 2008 memberikan pengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian. Hal ini menjelaskan bahwa pada saat terjadi krisis sub-prime mortgage di Amerika, diikuti dengan penarikan dana aset keuangan di pasar modal oleh investor asing, sehingga menurunkan nilai pasar saham emiten, yang selanjutnya menurunan nilai Q- Tobin.

3 145 Tabel 16. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Pertanian, Periode , Model Estimasi REM Parameter Koefisien Estimasi Standard Error Nilai p C * Kurs * 1.48E Foreign Direct * Investment Cadangan Devisa * Investasi Portofolio * Bunga Kredit * Total Kredit * Pinjaman Perusahaan ** Aset Perusahaan * 5.62E Kapitalisasi Pasar * 6.23E Perusahaan Dummy Krisis * R-squared Adj. R-squared F-statistic * ** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5% * Koefisien signifikan pada taraf nyata 1% Secara umum, dari persamaan (6.1) menunjukkan arah yang sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali cadangan devisa dan bunga kredit. Variabel liberalisasi keuangan, berupa FDI dan Investasi Portofolio, memiliki hubungan sesuai dengan teori. Diantara keseluruhan variabel, hanya variabel makroekonomi berupa bunga kredit yang cukup berpengaruh, namun dengan hubungan tidak sesuai dengan teori. Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Nilai Tukar (Kurs) Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$), dengan nilai Q-Tobin sektor pertanian menunjukkan hubungan yang negatif, meskipun pengaruhnya kecil sekali dan dapat diabaikan. Dalam kondisi normal, kenaikan dari nilai tukar (depresiasi) rupiah akan menurunkan nilai Q-Tobin sektor pertanian. Terdepresiasinya rupiah juga dapat menyebabkan menurunnya harga saham di BEI

4 146 karena pasar uang dapat menghasilkan return yang lebih tinggi sehingga investor lebih tertarik menanamkan dananya di pasar uang, tetapi terdepresiasinya rupiah dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang berorientasi ekspor sehingga harga saham perusahaan di BEI semakin meningkat. Pengaruh nilai tukar, masih ambigue, dengan mempertimbangkan pengaruh ini dari sisi permintaan atau penawaran. Sektor pertanian ini didominasi oleh perusahaan perkebunan, dan terdapat 2 (dua) perusahaan perikanan yang memiliki kegiatan berorientasi pada ekspor, yaitu IIKP dan DSFI. Kebijakan pemerintah di sektor pertanian, khususnya revitalisasi pertanian, cukup berpengaruh pada subsektor perkebunan. Dengan adanya kebijakan ini, investor pasar saham memandang ini sebagai prospek yang baik, karena ekspansi perusahaan akan menciptakan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. 2. Investasi Asing Langsung (FDI) Peningkatan FDI secara total memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q- Tobin. Secara rata-rata porsi FDI untuk sektor pertanian selama kurun waktu , hanya mencapai kurang lebih 5 persen dari total FDI yang disetujui (Bank Indonesia, 2010). Investasi asing langsung pada perusahaan perkebunan, relatif rendah. FDI terutama masih didominasi pada perusahaan peternakan seperti Cipendawa, serta perusahaan pakan ternak seperti Japfa Comfeed dan Charoen Phokphand. Umumnya FDI di perusahaan lokal adalah untuk perluasan atau peningkatan kapasitas operasional dalam bentuk barang-barang modal (capital expenditure). Pada perusahaan pakan ternak, kontribusi positif dari investasi barang modal tersebut sudah dapat terealisasi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, sehingga meningkatkan keuntungan perusahaan atau modal perusahaan.

5 Cadangan Devisa Hubungan antara cadangan devisa dengan nilai Q-Tobin sektor pertanian menunjukkan pola hubungan negatif, tidak sesuai dengan teori atau logika ekonomi yang diharapkan. Namun, hal ini masih dapat dijelaskan dengan melihat pengaruh kurs terhadap nilai Q-Tobin, yang masih dapat bersifat ambigue. Peningkatan cadangan devisa seharusnya diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dan dalam keadaan normal berpengaruh positif terhadap indeks saham, dan selanjutnya dapat meningkatkan nilai Q-Tobin perusahaan. Di sisi lain, dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap US$, menyebabkan pembelian barang impor dimungkinkan untuk direalisasikan oleh perusahaan. Dengan demikian, peningkatan nilai aktiva tetap dapat menurunkan nilai Q-Tobin dalam periode yang sama. 4. Investasi Portofolio Hubungan yang positif antara investasi portofolio dengan nilai Q-Tobin sektor pertanian sesuai dengan teori ekonomi yang diharapkan. Peningkatan transaksi saham di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2002 sampai dengan 2007, menunjukkan bahwa investor pasar modal masih memiliki persepsi positif terhadap pasar modal, meskipun terjadi krisis pada tahun Hal ini juga ditunjukkan oleh pembelian instrumen obligasi pemerintah, yang memperlihatkan masih adanya kepercayaan investor terhadap sektor keuangan Indonesia. Disamping itu, beberapa perusahaan dari subsektor perkebunan memiliki kapitalisasi pasar saham yang besar, dan termasuk dalam kelompok yang diminati oleh investor. Dengan demikian, hubungan positif terjadi dikarenakan meningkatnya transaksi atas saham-saham sektor pertanian.

6 Bunga Kredit Pengaruh bunga kredit terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian tidak sesuai dengan teori ekonomi, yaitu yang diharapkan adalah negatif. Peningkatan bunga kredit meningkatkan nilai Q-Tobin sektor pertanian, diduga karena sektor ini didominasi oleh perusahaan perkebunan dengan tingkat profitabilitas tinggi, sehingga seringkali tidak terpengaruh oleh kenaikan bunga kredit yang semakin melebar spreadnya dalam periode penelitian. Tingginya bunga kredit, nampaknya tidak cukup menghambat permintaan pinjaman oleh perusahaan, mengingat investasi di perusahaan perkebunan umumnya sudah terjadwal sedemikian rupa, sehingga harus didukung oleh sumber dana pinjaman. Tingkat profitabilitas yang cukup tinggi, nampaknya masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membayar kewajiban bunga sebagai konsekuensi pinjaman yang dilakukan. 6. Total Kredit Pengaruh penyaluran kredit ke sektor pertanian adalah positif sesuai dengan yang diharapkan. Artinya, meskipun kebijakan pemerintah terkait kredit sektor pertanian dapat direspons positif oleh perusahaan, namun karena investasi di sektor pertanian relatif tinggi, maka perusahaan tidak segera dapat meningkatkan investasi meskipun terjadi penyaluran kredit. Proses evaluasi terhadap kredit pertanian relatif cukup lama, baik untuk perusahaan baru maupun yang bersifat reskedul. Prinsip kehati-hatian bank, serta resiko dari sektor pertanian yang cukup tinggi, seringkali memperlambat proses persetujuan kredit. Nilai koefisien yang relatif kecil, dapat menjelaskan bahwa total kredit yang disalurkan tidak selalu berpengaruh terhadap nilai Q-Tobin. Perubahan nilai Q-Tobin, dapat disebabkan

7 149 karena persepsi positif dari pasar, mengenai peningkatan jumlah kredit bagi sektor perbankan. 7. Pinjaman Perusahaan Pinjaman perusahaan yang terdiri total utang jangka pendek dan utang jangka panjang memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin, hal ini sesuai dengan teori ekonomi. Semakin besar jumlah pinjaman, diharapkan perluasan area perkebunan maupun ekspansi produksi perikanan dan pakan ternak juga meningkat. Seperti halnya total kredit, maka pengaruh dari pinjaman relatif kecil, dikarenakan resiko pertanian yang tinggi, yang berakibat bahwa pinjaman tidak selalu dapat direalisasikan meskipun terjadi penurunan suku bunga kredit. Pinjaman perusahaan di sektor pertanian yang didominasi oleh perusahaan perkebunan, umumnya adalah pinjaman jangka panjang, khususnya untuk ekspansi lahan dan replanting tanaman. Mengingat masa panen perusahaan perkebunan minimal adalah 5 (lima) tahun, maka pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan, dan selanjutnya nilai Q-Tobin membutuhkan waktu yang tidak cukup hanya dalam 1 (satu) tahun. 8. Aset Perusahaan Aset perusahaan termasuk di dalamnya adalah nilai aktiva tetap perusahaan sebagai barang produksi. Hubungan negatif antara aset perusahaan dengan nilai Q- Tobin sesuai dengan teori yang diharapkan. Semakin meningkat aset, maka nilai bukunya semakin tinggi yang selanjutnya menurunkan nilai Q-Tobin. Struktur aset di sektor ini, adalah berkisar antara 40 persen 50 persen. Dalam jangka panjang nilai investasi dapat meningkatkan laba perusahaan dan selanjutnya nilai pasar saham. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mosley (1999), setidaknya dibutuhkan

8 150 waktu sekitar 8 triwulan untuk dapat melihat pengaruh dari keputusan investasi suatu perusahaan. 9. Kapitalisasi Pasar Perusahaan Hubungan positif antara kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai Q-Tobin sesuai dengan yang diharapkan. Nilai pasar saham yang meningkat mengindikasikan bahwa pasar menghargai saham lebih dari nilai bukunya atau karena meningkatnya keuntungan perusahaan. Kapitalisasi pasar saham dari perusahaan perkebunan pada sektor pertanian, tinggi terutama karena jumlah saham yang banyak di masyarakat atau kapitalisasi yang besar, seperti Bakri Sumatra Plantation (UNSP). 10. Dummy Krisis 2008 Krisis Finansial Global tahun 2008, menyebabkan investor asing menarik dana yang ditanamkan dalam investasi portofolio, sehingga dapat mengguncang indeks saham, dan akibatnya nilai Q_Tobin menurun. Terutama karena saham-saham perusahaan di sektor perkebunan yang masuk dalam sama dengan kapitalisasi pasar yang besar. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa liberalisasi keuangan yang dicirikan oleh variabel makro berupa FDI dan investasi portofolio, memberikan pengaruh positif secara umum terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, meskipun pengaruhnya relatif kecil, sementara itu bunga kredit berpengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin. Sedangkan variabel mikro berupa jumlah pinjaman dan kapitalisasi perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, namun sebaliknya dengan pengaruh total aset perusahaan. Artinya, aliran dana baik yang bersifat langsung maupun melalui investasi portofolio memberikan kesempatan bagi

9 151 perusahaan untuk memperoleh pinjaman dan meningkatkan nilai pasar saham dikarenakan adanya ketertarikan dari investor Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Industri Dasar dan Kimia Persamaan regresi (6.2) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut: Qt = EXC FDI DEV POR INT BOR BVD 0.000TA KAP 2.082DUM... (6.2) Tabel 17 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia, dengan model estimasi pendekatan Random Efek (REM). Secara umum, dari persamaan (6.2) menunjukkan arah yang sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali FDI dan investasi portofolio. Ke dua variabel liberalisasi keuangan, memiliki hubungan yang tidak sesuai dengan teori. Tabel 17. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Industri Dasar dan Kimia, Periode , Model Estimasi REM Parameter Koefisien Estimasi Standard Error Nilai p C * Kurs * 1.31E Foreign Direct * Investment Cadangan Devisa * Investment Portofolio * Bunga Kredit * Total Kredit * Pinjaman Perusahaan 9.06E E Aset Perusahaan * 5.82E Kapitalisasi Pasar * 2.07E Perusahaan Dummy Krisis * R-squared Adj. R-squared F-statistic * ** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5% * Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%

10 152 Diantara keseluruhan variabel, hanya variabel investasi portofolio yang cukup berpengaruh, namun dengan hubungan tidak sesuai dengan teori. Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Nilai Tukar (Kurs) Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$), dengan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia menunjukkan hubungan yang positif, meskipun pengaruhnya kecil sekali dan dapat diabaikan. Dalam kondisi normal, kenaikan dari nilai tukar (depresiasi) rupiah akan meningkatkan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia. Terdepresiasinya rupiah dapat menyebabkan meningkatknya nilai saham perusahaan yang berorientasi pada ekspor, seperti subsektor logam, kimia, plastik, serta kertas dan pulp. Pengaruh nilai tukar, yang ambigue, terlihat bahwa variabel ini dapat berpengaruh positif atau negatif seperti halnya di sektor pertanian. Sektor ini didominasi oleh perusahaan semen, kaca, kertas dan juga kimia, dimana umumnya memiliki aktivitas yang berorientasi pada ekspor. Kebijakan pemerintah di sektor industri dasar dan kimia, khususnya menyangkut pembatasan impor maupun pajak impor, cukup berpengaruh pada sektor ini. Investor pasar saham memandang ini sebagai kondisi yang tidak cukup kondusif, karena dapat membatasi rencana impor barang modal korporasi. 2. Investasi Asing Langsung (FDI) Peningkatan FDI secara total memberikan pengaruh negatif terhadap nilai Q- Tobin. Secara rata-rata porsi FDI untuk sektor industri dasar dan kimia selama kurun waktu , cukup besar sekitar 35 persen dari total FDI yang disetujui (Bank Indonesia, 2010). Investasi asing langsung pada perusahaan semen, plastik, kimia dan kaca dapat dikatakan cukup besar, dan umumnya didominasi pada barang modal.

11 153 Investasi asing langsung, berupa kepemilikan saham perusahaan dan terlibat dalam manajemen, seringkali membawa perubahan dalam respons pasar. Selain itu, investasi barang modal yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan ini, umumnya tidak selalu memberikan keuntungan dalam periode yang bersamaan, dengan demikian belum terlihat kontribusi terhadap nilai pasar saham, yang diduga menyebabkan penurunan nilai Q-Tobin. 3. Cadangan Devisa Hubungan antara cadangan devisa dengan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia menunjukkan pola hubungan positif, sesuai dengan teori atau logika ekonomi yang diharapkan. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat pengaruh kurs terhadap nilai Q-Tobin, yang masih dapat bersifat ambigue. Peningkatan cadangan devisa diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dan dalam keadaan normal berpengaruh positif terhadap indeks saham. Indeks saham yang meningkat dapat meningkatkan nilai Q-Tobin perusahaan. 4. Investasi Portofolio Hubungan yang negatif antara investasi portofolio dengan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia tidak sesuai dengan teori ekonomi yang diharapkan. Hal ini diduga, karena adanya pada periode tertentu, harga saham beberapa perusahaan dari sektor industri dasar dan kimia memiliki kapitalisasi pasar saham yang besar, dan tidak termasuk dalam kelompok yang diminati oleh investor. Dengan demikian, hubungan negatif dapat dikarenakan berpindahnya investasi portofolio dari industri dasar dan kimia ke saham sektor lain yang dianggap lebh

12 154 menguntungkan. Gelombang dana yang cukup besar pada periode 2007 masih memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia. 5. Bunga Kredit Pengaruh bunga kredit terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia sesuai dengan teori ekonomi, yaitu yang diharapkan adalah negatif. Peningkatan bunga kredit menyebabkan korporasi menunda keputusan investasinya, dengan demikian selanjutnya kelak diperkirakan dapat menurunkan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia. Di sektor ini, umumnya didominasi oleh perusahaan semen dan perusahaan plastik dan kimia, yang dapat dikatakan merupakan perusahaan dengan padat modal. Sehingga investasi yang dilakukan umumnya didanai oleh pinjaman dari bank komersiel. Dengan demikian apabila terjadi kenaikan suku bunga kredit, ada kecenderungan perusahaan untuk menunda keputusan investasinya. 6. Total Kredit Pengaruh kredit industri dasar dan kimia adalah negatif, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Artinya, meskipun kebijakan pemerintah terkait kredit sektor industri dasar dan kimia dapat direspons positif oleh perusahaan, namun karena investasi di sektor pertanian relatif mahal dan menyangkut barang-barang impor, maka perusahaan tidak segera dapat meningkatkan investasi meskipun terjadi penyaluran kredit. Investasi dalam jumlah besar, yang belum dapat memberikan kontribusi laba pada periode investasi, akan dapat menurunkan nilai Q-Tobin, mengingat nilai buku aktiva digunakan sebagai penyebut dalam perhitungan rasio Q- Tobin.

13 Kapitalisasi Pasar Perusahaan Hubungan positif antara kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai Q-Tobin sesuai dengan yang diharapkan. Nilai pasar saham yang meningkat diduga mengindikasikan bahwa pasar menghargai saham lebih dari nilai bukunya atau karena meningkatnya keuntungan perusahaan. Kapitalisasi pasar saham dari perusahaan pada sektor industri dasar dan kimia, relatif tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh kapitalisasi pasar saham relatif kecil terhadap nilai Q- Tobin. 8. Dummy Krisis 2008 Pengaruh krisis Finansial Global tahun 2008 terhadap sektor industri dasar dan kimia, lebih besar daripada terhadap sektor pertanian. Keadaan krisis ini menyebabkan investor asing menarik dana yang ditanamkan dalam investasi portofolio, sehingga dapat mempengaruhi saham-saham di sektor ini serta menyebabkan fluktuasi dari indeks saham JAKBIND, dan akibatnya nilai Q-Tobin menurun. Dalam penelitian ini, kelompok saham dalam sektor ini didominasi oleh perusahaan dari subsektor industri pengolahan makanan, seperti Indofood (IND), dan Gudang Garam (GGRM). Liberalisasi keuangan yang dicirikan oleh adanya peningkatan FDI dan investasi portofolio, memberikan pengaruh negatif secara umum terhadap nilai Q- Tobin sektor industri dasar dan kimia, meskipun dengan tingkat pengaruh yang relatif kecil, diduga karena investasi langsung perusahaan di sektor ini tidak serta merta meningkatkan tingkat laba perusahaan dan nilai pasar saham. Hal ini juga menjelaskan bagaimana total kredit berpengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor ini.

14 Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Perbankan Persamaan regresi (6.3) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut: Qt = EXC FDI DEV POR INT BOR BVD 0.000TA KAP 0.529DUM... (6.3) Tabel 18 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan, dengan model estimasi pendekatan Random Efek (REM). Tabel 18. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Perbankan, Periode , Model Estimasi REM Parameter Koefisien Estimasi Standard Error Nilai p C * Kurs * 8.60E Foreign Direct * Investment Cadangan Devisa * Investment * Portofolio Bunga Kredit * Total Kredit * Bunga Pinjaman Pinjaman Perusahaan 4.11E-05* 1.21E Aset Perusahaan -3.89E-05* 1.19E Kapitalisasi Pasar -2.16E E Perusahaan Dummy Krisis * R-squared Adj. R-squared F-statistic * ** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5% * Koefisien signifikan pada taraf nyata 1% Seperti halnya pada sektor industri dasar dan kimia, krisis finansial global, yang diwakili dengan variabel dummy krisis 2008 memberikan pengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan. Secara umum, dari persamaan (6.3) menunjukkan arah yang sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali FDI dan

15 157 investasi portofolio. Ke dua variabel liberalisasi keuangan, memiliki hubungan yang tidak sesuai dengan teori, namun pengaruhnya tidak besar (dibawah 0.5). Diantara keseluruhan variabel, hanya variabel investasi portofolio yang cukup berpengaruh, namun dengan hubungan tidak sesuai dengan teori. Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Nilai Tukar (Kurs) Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$), dengan nilai Q-Tobin sektor perbankan menunjukkan hubungan yang positif, tapi pengaruhnya kecil sekali dan dapat diabaikan. Terdepresiasinya rupiah tidak secara langsung dapat mempengaruhi kinerja keuangan industri perbankan, namun rupiah yang melemah, dapat menyebabkan pengalihan tabungan sebagian masyarakat, ke denominasi mata uang asing. Akibatnya, investor tidak lagi tertarik untuk menginvestasikan dananya di saham. 2. Investasi Asing Langsung (FDI) Peningkatan FDI secara total memberikan pengaruh negtif terhadap nilai Q- Tobin. Secara rata-rata porsi FDI untuk sektor jasa keuangan selama kurun waktu , hanya mencapai rata-rata 19.8 persen dari total FDI yang disetujui (Bank Indonesia, 2010). Investasi asing langsung pada perusahaan di Indonesia, merupakan alternatif pembiayaan yang selama ini diintermediasi oleh jasa perbankan. Dengan demikian, hubungan negatif diantara FDI dengan nilai Q-Tobin, dapat dijelaskan karena penyaluran kredit oleh perbankan tidak lagi menjadi satu-satunya sumber dana bagi korporasi.

16 Cadangan Devisa Hubungan antara cadangan devisa dengan nilai Q-Tobin sektor perbankan menunjukkan pola hubungan positif, meskipun pengaruhnya kecil. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat pengaruh kurs terhadap nilai Q-Tobin, yang masih dapat bersifat ambigue. Peningkatan cadangan devisa diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dan dalam keadaan normal berpengaruh positif terhadap indeks saham, karena masyarakat masih akan tetap mempertahankan dananya dalam tabungan denominasi rupiah. Peningkatan tabungan masyarakat diharapkan akan mempengaruhi keinerja penyaluran kredit perbankan. Selanjutnya kenaikan saham dapat berpengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin perusahaan. 4. Investasi Portofolio Hubungan yang negatif antara investasi portofolio dengan nilai Q-Tobin sektor perbankan, pada dasarnya masih sesuai dengan logika ekonomi. Hal ini diduga, karena investasi portofolio merupakan pilihan investasi dari masyarakat dibandingkan dengan investasi di pasar uang. Gelombang dana yang besar, khususnya dari pihak investor asing, akan cenderung memasuki pasar modal atau pasar saham, dibandingkan ke pasar uang. Dengan demikian, hubungan negatif dapat dikarenakan berpindahnya tabungan masyarakat ke investasi portofolio, dengan pengaruh yang cukup kecil. 5. Bunga Kredit Pengaruh bunga kredit terhadap nilai Q-Tobin sektor industri perbankan sesuai dengan teori ekonomi, yaitu yang diharapkan adalah negatif. Peningkatan bunga kredit menyebabkan korporasi menunda keputusan investasinya, dengan demikian

17 159 selanjutnya kelak dapat menurunkan nilai Q-Tobin sektor perbankan, akibat adanya penurunan Net Interest Margin, dengan berkurangnya jumlah kredit disalurkan. Di sektor ini, bank pemerintah dapat dikatakan mendominasi, sehingga apabila dari ke-4 (empat) bank yang dominan seperti BMRI, BBNI, BBRI dan BBCA tidak menurunkan bunga kredit perbankan, tentunya dapat berpengaruh kepada bank-bank yang lain yang tidak segera dapat menyalurkan kreditnya. Bila terjadi kenaikan suku bunga kredit, perusahaan cenderung menunda keputusan investasinya. 6. Total Kredit Pengaruh kredit disalurkan relatif kecil sekali terhadap nilai Q-Tobin industri perbankan, meskipun negatif dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Artinya, meskipun kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong penyaluran kredit, namun tidak cukup dapat direspons oleh sektor riil, selama bunga kredit masih tinggi. Jumlah kredit yang tidak tersalurkan, pada dasarnya dapat menurunkan Net Interest Margin perbankan, dan selanjutnya penurunan nilai Q-Tobin. 7. Kapitalisasi Pasar Perusahaan Hubungan negatif antara kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai Q-Tobin tidak sesuai dengan yang diharapkan, namun pengaruhnya relatif kecil. Peningkatan nilai pasar saham, dapat terjadi karena kenaikan harga saham sektor perbankan maupun adanya aksi korporasi berupa penawaran saham. Meskipun terjadi peningkatan harga saham sektor perbankan, namun nampaknya pengaruh penyaluran kredit perbankan masih dominan dalam menurunkan nilai Q-Tobin. Penyaluran kredit umumnya membutuhkan waktu setidaknya 1 (satu) tahun untuk memberikan peningkatan Net Interest Margin pada sektor perbankan.

18 Dummy Krisis 2008 Pengaruh krisis Finansial Global tahun 2008, terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan adalah yang terkecil dibandingkan dengan ke-2 (dua) sektor lainnya yaitu industri dasar dan kimia serta pertanian. Hal ini diduga, karena kapitalisasi pasar saham perbankan yang cukup besar dan didominasi oleh beberapa bank papan atas, yang relatif stabil, sehingga guncangan dari eksternal tidak cukup mengkoreksi indeks saham. Liberalisasi keuangan yang dicirikan oleh adanya FDI dan investasi portofolio, memberikan pengaruh negatif secara umum terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan, meskipun pengaruhnya relatif kecil, sementara itu total kredit berpengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin. Secara umum, terdapat kesamaan pola pengaruh liberalisasi keuangan, yaitu FDI dan investasi portofolio terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia serta perbankan, dan sebaliknya pada sektor pertanian. Kesamaan pola diantara kedua sektor tersebut, dapat dijelaskan dengan adanya hubungan kausal antara nilai Q-Tobin sektor perbankan yang mempengaruhi nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia. Pengaruh liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin dari masing-masing sektor, dapat dikatakan relatif kecil, khususnya FDI. Hal ini diduga, karena investasi asing langsung apabila direalisasikan dalam investasi barang modal, akan membutuhkan waktu untuk dapat memberikan pengaruh terhadap nilai Q-Tobin. Sebaliknya dengan investasi portofolio, yang memiliki nilai koefisien relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien FDI. Investasi portofolio, relatif lebih terlihat pengaruhnya, karena umumnya menunjukkan investasi di instrumen saham atau obligasi. Akan tetapi, investasi portofolio relatif lebih mudah berpindah, sehingga apabila ada guncangan dari eksternal, maka akan terjadi

19 161 perpindahan aliran dana ini ke instrumen lain atau negara lain yang dianggap lebih menguntungkan bagi investor asing. Secara ringkas, pengaruh liberalisasi keuangan dari aspek makro dan mikro terhadap ke 3 (tiga) sektor disajikan pada Tabel Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap nilai Q- Tobin Sektor Pertanian, Industri Dasar dan Kimia dan Perbankan Analisis bagian ini untuk mencapai tujuan penelitian kedua, yaitu menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan (capital account dan pasar saham) dan kebijakan moneter (pendekatan suku bunga acuan). Seperti pada tujuan penelitian satu, maka analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Regresi Data Panel. Variabel liberalisasi keuangan meliputi financial deepening (rasio kapitalisasi pasar terhadap GDP dan rasio kredit terhadap GDP) Variabel kebijakan moneter meliputi suku bunga acuan dan uang beredar (M2), rasio M2 terhadap GDP dan juga kredit yang disalurkan. Bersamaan dengan itu, variabel makroekonomi berupa nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (Kurs), suku bunga kredit, kredit yang disalurkan juga dimasukkan dalam persamaan regresi. Variabel kondisi keuangan perusahaan meliputi total kredit, bunga pinjaman, jumlah pinjaman yang terdiri dari utang jangka pendek maupun jangka panjang, total aset, ekuitas serta kapitalisasi pasar. Seperti halnya pada tujuan pertama, pengujian dengan menggunakan metode Fixed Effect dan Random Effect, sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Hausman untuk mengetahui model estimasi yang sesuai. Pengujian dilakukan terhadap masing-masing sektor, untuk mengetahui pengaruh variabel liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin dari masing-masing sektor, yaitu sektor pertanian, sektor industri dasar dan kimia serta sektor perbankan.

20 162 Tabel 19. Ringkasan Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Pertanian, Industri Dasar dan Kimia dan Perbankan Pengaruh terhadap nilai Q-Tobin Sektor Aspek Variabel Pertanian Industri Dasar dan Kimia Perbankan Makro Liberalisasi Keuangan Pasar Modal (Saham) Makroekonomi Foreign Direct Investment (FDI) Investasi Portofolio Kapitalisasi Pasar Perusahaan Cadangan Devisa Bunga Kredit Mikro Perusahaan Pinjaman Perusahaan Aset Perusahaan Lingkungan Krisis Finansial Dummy Global krisis 2008 Keterangan: + * - * - * + * - * - * + * + * + * - * + * + * + * - * - * Total Kredit + * - * - * + * + * + * + adalah pengaruh positif - adalah pengaruh negatif * adalah signifikan pada taraf nyata 5% - * - * - * - * - * - * Dalam persamaan regresi, maka yang menjadi variabel tidak bebas (dependent variable) adalah nilai rasio Q Tobin sektor. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel liberalisasi keuangan (FDI dan investasi portofolio), variabel kebijakan moneter (SBI dan M2), variabel makroekonomi (nilai tukar, suku bunga pinjaman (bunga kredit), total kredit yang disalurkan selama periode penelitian. Variabel bebas yang berhubungan dengan perusahaan meliputi jumlah pinjaman perusahaan (total utang jangka pendek dan utang jangka panjang), kapitalisasi pasar perusahaan dan jumlah aset perusahaan. Berdasarkan uji Hausman, maka model estimasi yang sesuai adalah Random Effect, hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas

21 163 yang tidak signifikan pada taraf nyata 10 persen, dengan demikian hipotesa nol diterima, cukup bukti bahwa model REM diterima. Persamaan regresi menjelaskan pengaruh variabel liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter dari masing-masing sektor terhadap nilai Q-Tobin sektor Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Pertanian Persamaan regresi (6.4) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut: Qt = JCI SBI RMS BVD BOR BVD 0.000TA KAP 0.010MKT RKP DUM... (6.4) Tabel 20 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, dengan model estimasi pendekatan Random Efek (REM). Berbeda halnya dengan hasil analisis tujuan pertama, secara umum, krisis finansial global, yang diwakili dengan variabel dummy krisis 2008 memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian. Diduga, karena pada saat terjadi krisis finansial, harga CPO dunia sedang meningkat, dan berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan-perusahaan perkebunan yang ada di sektor pertanian. Secara umum, dari persamaan (6.4) menunjukkan arah yang sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali cadangan devisa dan bunga kredit. Variabel liberalisasi keuangan, berupa financial deepening yaitu rasio kapitalisasi pasar terhadap GDP dan rasio M2 terhadap GDP memiliki hubungan sesuai dengan teori, dengan pengaruhnya yang besar. Kebijakan moneter direpresentasikan dengan SBI menunjukkan tanda sesuai dengan teori. Diantara keseluruhan variabel, hanya variabel makroekonomi berupa kapitalisasi pasar total yang berpengaruh negatif,

22 164 tetapi relatif kecil. Demikian pula dengan total kredit dengan hubungan tidak sesuai dengan teori, namun pengaruh kecil. Tabel 20. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai Q- Tobin Sektor Pertanian, Periode , Model REM Parameter Koefisien Estimasi Standard Error Nilai p C * IHSG * Rasio M2/GDP * SBI * Total Kredit * Pinjaman ** Perusahaan Aset Perusahaan * 5.62E Kapitalisasi Pasar * 6.23E Perusahaan Kapitalisasi Pasar * Total Rasio Kapitalisasi Dummy Krisis * R-squared Adj. R-squared F-test * ** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5% * Koefisien signifikan pada taraf nyata 1% Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Rasio M2/GDP Variabel ini merepresentasikan financial deepening yang berkaitan dengan kebijakan moneter. Peningkatan jumlah uang beredar (M2) diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin, dan ini sesuai dengan hasil pada sektor pertanian. Peningkatan rasio ini menunjukkan kebijakan moneter penurunan suku bunga acuan. Hubungan positif dengan Tobin-Q diduga karena penurunan suku bunga direspons positif oleh pasar dengan cara melakukan alternatif investasi di pasar saham, sehingga dapat meningkatkan nilai pasar saham. Di sisi lain, yang sebenarnya

23 165 diharapkan adalah terjadinya penurunan suku bunga kredit dan selanjutnya suku bunga pinjaman. 2. Rasio Kapitalisasi Pasar/GDP Rasio ini merepresentasikan liberalisasi keuangan, dengan adanya peningkatan rasio ini menunjukkan kondisi liberalisasi yang semakin kuat. Pada tahun 2007, rasio ini mencapai lebih dari 1, yang berarti partisipan pasar dari luar negeri masuk ke pasar modal Indonesia, sebelum akhirnya keluar lagi pada tahun Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara jumlah partisipan pasar modal dengan nilai Q-Tobin, dengan pengaruh yang besar. Hal ini diduga, karena ketertarikan pasar terhadap saham-saham perusahaan perkebunan yang juga mengalami peningkatan karena didukung oleh harga CPO dunia yang meningkat sekitar tahun SBI Pengaruh kebijakan moneter ini menunjukkan hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin sesuai dengan teori ekonomi, meskipun pengaruhnya tidak sebesar variabel financial deepening. Penurunan SBI, seharusnya diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dan selanjutnya pinjaman. Namun spread yang masih besar, tidak mendorong korporasi untuk segera melakukan pinjaman, sehingga diduga tidak terjadi investasi dalam waktu yang bersamaan. Sektor pertanian yang didominasi oleh perusahaan perkebunan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, cenderung untuk menggunakan dana internal dalam rangka ekspansi perusahaan, khususnya adalah AALI.

24 IHSG Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan nilai Q-Tobin sektor pertanian, meskipun pengaruhnya relatif kecil. Hubungan ini sesuai dengan teori ekonomi, bahwa menurut mekanisme transmisi moneter dengan jalur harga aset, bahwa bila terjadi kondisi pelonggaran moneter (yang ditunjukkan dengan rasio M2/GDP yang semakin meningkat) maka akan terjadi peningkatan harga saham perusahaan, dan akan meningkatkan nilai Q-Tobin. 5. Total Kredit Variabel total kredit dengan nilai Q-Tobin sektor pertanian menunjukkan pola hubungan yang negatif, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penyaluran kredit pada dasarnya diharapkan dapat meningkatkan investasi. Sektor pertanian yang terdiri dari subsektor perkebunan memiliki struktur modal yang didominasi oleh ekuitas, menunjukkan dalam keputusan investasinya, subsektor perkebunan masih menggunakan sumber dana internal yang berasal dari keuntungan perusahaan. 6. Kapitalisasi Pasar Total Hasil analisis menunjukkan pola hubungan yang tidak sesuai dengan teori ekonomi, serta hubungan antara IHSG dengan nilai Q-Tobin. Kapitalisasi pasar total merupakan perkalian antara IHSG dengan jumlah saham beredar dari msing-masing emiten yang terdaftar di BEI. Hubungan negatif yang tidak sejalan dengan IHSG ini diduga karena besaran kapitalisasi pasar total yang didominasi oleh saham-saham tertentu yang diminati oleh investor sehingga mungkin saja tidak meningkatkan nilai pasar saham-saham pertanian, sehingga nilai Q-Tobin turun.

25 Dummy Krisis 2008 Pengaruh krisis finansial 2008, tidak memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, mengingat kontribusi kapitalisasi pasar sektor ini hanya sekitar 3.75 persen dari total kapitalisasi pasar saham. Diduga, dengan kapitalisasi pasar yang relatif kecil, tidak akan terpengaruh oleh penarikan dana yang dilakukan investor asing yang menyebabkan guncangan pada IHSG. Penurunan nilai pasar saham akibat krisis tersebut umumnya terjadi pada saham-saham yang diminati oleh investor. Kebijakan moneter berupa pelonggaran uang beredar dengan penurunan suku bunga acuan SBI bersamaan dengan peningkatan partisipan pasar, secara umum memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi, bahwa liberalisasi keuangan dan kebijakan pelonggaran uang beredar memberikan insentif bagi sektor riil untuk dapat berinvestasi Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Industri Dasar dan Kimia Persamaan regresi (6.5) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut: Qt = logJCI SBI 0.005MS TOT INV BVD 0.000TA KAP 1.114DUM... (6.5) Tabel 21 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia, dengan model estimasi Random Efek (REM). Secara umum, dari persamaan (6.5) menunjukkan arah yang sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali M2, bunga kredit dan log IHSG. Variabel liberalisasi keuangan, berupa financial deepening yaitu rasio kapitalisasi pasar terhadap GDP dan rasio M2 terhadap GDP, tidak dimasukkan

26 168 dalam model ini, karena setelah dilakukan beberapa kali respesfikasi tidak memberikan hasil yang lebih baik. Kebijakan moneter direpresentasikan dengan M2 dan SBI. Kebijakan moneter direpresentasikan dengan SBI menunjukkan tanda sesuai dengan teori, namun tidak demikian dengan M2. Total kredit memiliki pola hubungan yang sesuai dengan teori, namun pengaruh kecil. Tabel 21. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai Q- Tobin Sektor Industri Dasar dan Kimia, Periode , Model REM Parameter Koefisien Standard Error Nilai p Estimasi C * LOG IHSG * M * SBI * Total Kredit * Bunga Kredit * Pinjaman Perusahaan 9.12E E Aset Perusahaan ** 5.82E Kapitalisasi Pasar * 2.08E Perusahaan Dummy Krisis * R-squared Adj. R-squared F-test * ** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5% * Koefisien signifikan pada taraf nyata 1% Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. M2 Variabel ini merepresentasikan kebijakan moneter berupa uang beredar. Hasil analisis menunjukkan pola hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin, dan tidak sesuai dengan teori. Peningkatan jumlah uang beredar (M2) diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin, melalui penurunan suku bunga acuan. Namun pola hubungan yang negatif diduga karena mungkin saja investor tidak

27 169 melakukan investasi pada saham-saham industri dasar dan kimia, karena masih ada saham emiten dari industri makanan olahan yang lebih diminati oleh investor. 3. SBI Pengaruh kebijakan moneter ini menunjukkan hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin sesuai dengan teori ekonomi., dengan pengaruh yang cukup berarti. Sebagaimana dijelaskan pada sektor pertanian, bahwa penurunan SBI, seharusnya diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dan selanjutnya pinjaman. Namun spread yang masih besar, tidak mendorong korporasi untuk segera melakukan pinjaman, sehingga diduga tidak terjadi investasi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini didukung pula oleh suku bunga kredit yang memberikan pengaruh positif. Sektor industri dasar dan kimia yang didominasi oleh perusahaan semen, kaca dan kimia dengan tingkat profitabilitas yang sedang, pada dasarnya cenderung untuk menggunakan dana eksternal, seperti pinjaman untuk merealisasikan keputusan investasinya, sebagaimana terlihat dari struktur modal yang didominasi oleh utang. Hubungan positif dengan bunga kredit dapat dijelaskan, dengan spread yang tidak berubah, dimungkinkan bagi korporasi untuk tidak melakukan investasi dalam aktiva tetap, sehingga total nilai buku perusahaan akan tetap. 4. LogIHSG Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan negatif antara logaritma Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia, dengan pengaruh yang besar. Artinya jika terjadi kenaikan 1 persen IHSG, maka nilai Q-Tobin akan merespons penurunan 1.5 kalinya. Hubungan ini tidak sesuai dengan teori ekonomi. Kenaikan IHSG tidak akan selalu menyebabkan saham-

28 170 saham industri dasar dan kimia juga mengalami peningkatan, demikian pula sebaliknya, tergantung dari bagaimana hubungan kausalitas diantara keduanya. Keadaan ini juga dapat dijelaskan dengan mekanisme transmisi moneter jalur harga aset. 5. Total Kredit Variabel total kredit dengan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia menunjukkan pola hubungan yang positif, sesuai dengan yang diharapkan meskipun pengaruhnya kebil. Penyaluran kredit pada dasarnya diharapkan dapat meningkatkan investasi. Sektor industri dasar dan kimia yang didominasi oleh utang dalam struktur modalnya, mengindikasikan bahwa dalam keputusan investasinya masih mengandalkan pinjaman dibandingkan dengan dana internal. 6. Kapitalisasi Pasar Perusahaan dan Aset Perusahaan Hasil analisis menunjukkan pola hubungan yang sesuai dengan teori ekonomi., meskipun pengaruhnya kecil. Kapitalisasi pasar industri dasar dan kimia relatif tidak tinggi, karena tidak cukup diminati oleh investor. Di sisi lain, nilai aset perusahaan relatif tinggi, karena merupakan industri pengolahan yang menghasilkan produk antara. 7. Dummy Krisis 2008 Pengaruh krisis finansial 2008, tidak memberikan pengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia, dengan pengaruh yang cukup besar. Dengan kapitalisasi pasar sebesar 8.5 persen maka penarikan dana yang dilakukan investor asing yang menyebabkan guncangan pada IHSG. Penurunan nilai pasar

29 171 saham akibat krisis tersebut umumnya terjadi pada saham-saham yang diminati oleh investor. Kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga acuan SBI bersamaan dengan peningkatan partisipan pasar (kapitalisasi pasar perusahaan), secara umum memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi, bahwa liberalisasi keuangan dan kebijakan pelonggaran uang beredar memberikan insentif bagi sektor riil untuk dapat berinvestasi. Kebijakan moneter seringkali menjadi tidak independen saat terjadi kondisi liberalisasi keuangan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut, manakala terjadi penurunan suku bunga acuan SBI, maka pasar akan cenderung merespons dengan menginvestasikan dananya di pasar modal, sebagai altenatif investasi. Apabila kondisi ini yang dominan terjadi, maka penurunan suku bunga kredit sebagai konsekuensi dari penurunan suku bunga acuan tidak cukup mendorong perusahaan untuk memanfaatkan kredit perbankan, mengingat terdapat alternatif pembiayaan investasi melalui mekanisme pasar modal Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Perbankan Persamaan regresi (6.6) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut: Qt = JCI 0.511SBI MS RKDT INT BVD 0.000TA 0.009DUM... (6.6) Secara umum, dari persamaan (6.6) menunjukkan arah yang sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali M2 dan bunga pinjaman. Variabel liberalisasi keuangan, berupa financial deepening yaitu rasio kapitalisasi pasar terhadap GDP dan rasio M2 terhadap GDP, tidak dimasukkan dalam model ini, karena setelah dilakukan

30 172 beberapa kali respesfikasi tidak memberikan hasil yang lebih baik. Kebijakan moneter direpresentasikan dengan M2 dan SBI. Kebijakan moneter direpresentasikan dengan SBI menunjukkan tanda sesuai dengan teori, namun tidak demikian dengan M2. Rasio kredit terhadap GDP yang merepresentasikan kebijakan moneter memiliki pola hubungan yang sesuai dengan teori, dengan pengaruh yang cukup bermakna. Tabel 22 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan, dengan model estimasi Random Efek (REM). Tabel 22. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai Q- Tobin Sektor Perbankan, Periode , Model REM Parameter Koefisien Estimasi Standard Error Nilai p C * IHSG * 9.45E M * SBI * Bunga Pinjaman * Aset Perusahaan -3.97E-05* 9.64E Pinjaman Perusahaan 4.17E-05* 1.05E Rasio Kredit Dummy Krisis R-squared Adj. R-squared F-test * ** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5% * Koefisien signifikan pada taraf nyata 1% Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. M2 Variabel ini merepresentasikan kebijakan moneter berupa uang beredar. Hasil analisis menunjukkan pola hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin sektor perbankan, dan tidak sesuai dengan teori, namun dengan pengaruh yang relatif kecil. Peningkatan jumlah uang beredar (M2) diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin, melalui penurunan suku bunga acuan. Namun pola hubungan

31 173 yang negatif diduga karena mungkin saja pelonggaran uang beredar didukung dengan rasio kredit yang meningkat akan memberikan kesempatan bagi bank untuk menyalurkan kredit, sehingga jumlah aktiva bank meningkat dengan adanya penyaluran kredit, dan akan menurunkan nilai Q-Tobin, dan pada saat yang bersamaan diduga investor tidak melakukan investasi pada saham-saham perbankan. 2. SBI Pengaruh kebijakan moneter ini menunjukkan hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin sesuai dengan teori ekonomi, dengan pengaruh yang cukup berarti. Sebagaimana dijelaskan di bagian atas, bahwa penurunan SBI, seharusnya diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dan selanjutnya pinjaman. Namun spread yang masih besar, tidak mendorong korporasi untuk segera melakukan pinjaman, sehingga diduga tidak terjadi investasi dalam waktu yang bersamaan. Penyaluran kredit yang meningkat, akan memperbaiki Net Interest Margin (NIM) dari perbankan, dan ini akan memberikan pengaruh positif terhadap nilai pasar saham. Di sisi lain, prinsip prudent yang harus dipertahankan oleh perbankan, seringkali menjadi pisau bermata dua. Hal ini didukung pula oleh suku bunga pinjaman yang memberikan pengaruh positif. Tingginya bunga pinjaman, yang pada dasarnya mencerminkan fee atas jasa perbankan, akan meningkatkan NIM, manakala terjadi penyaluran kredit dalam jumlah yang besar. Hubungan positif dengan bunga pinjaman dapat dijelaskan, dengan spread bunga yang tidak berubah, maka dimungkinkan bagi sektor perbankan untuk memperoleh kenaikan laba atau NIM, sehingga nilai Q akan meningkat.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan). 91 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Analisis 4.1.1. Pilihan Alat Analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fenomena ekonomi makro seperti liberalisasi keuangan dan kebijakan

Lebih terperinci

Deskripsi Data Variabel Investasi Asing Langsung (FDI, Foreign Direct Investment)

Deskripsi Data Variabel Investasi Asing Langsung (FDI, Foreign Direct Investment) 107 V. VARIABEL LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER 5.1. Deskripsi Variabel Penelitian Berikut adalah penjelasan mengenai perkembangan variabel yang digunakan dalam penelitian tahun 2002 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 3.1.1 Hubungan Antar Variabel 3.1.1.1 Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan Melemahnya nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2005).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah penduduk yang sangat besar sehingga sangat membutuhkan dana yang besar untuk melakukan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Sektoral BEI (Bursa Efek Indonesia) merupakan sub indeks dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat dipengaruhi oleh keadaan negara khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Bagus Ananto Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini menganalisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi likuiditas global telah diakui memiliki kontribusi yang besar terhadap lonjakan arus masuk modal di negara-negara pasar berkembang atau emerging markets. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bagi suatu perusahaan pendanaan merupakan fungsi penting dalam menentukan keberhasilan usaha perusahaan. Fungsi pendanaan menjadi penting karena pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan dunia kembali mengalami resesi. Resesi ekonomi dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage di Amerika Serikat (AS). Indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang mengguncang Asia. Krisis ekonomi tersebut menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang mengguncang Asia. Krisis ekonomi tersebut menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia pada tahun 1997 mengalami guncangan karena krisis ekonomi yang mengguncang Asia. Krisis ekonomi tersebut menyebabkan kondisi pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia didukung oleh perkembangan pasar modal. Pasar modal dibentuk untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi penting yaitu pertama sebagai sarana pendanaan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah penanaman dana dalam jumlah tertentu pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perekonomian suatu negara dituntut untuk dapat memiliki sumber daya yang memenuhi setiap kebutuhan dari negara tersebut. Bukan hanya sumber daya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan industri yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal dalam Negara Indonesia menjadi sesuatu yang penting di era globalisasi ini, dan semakin berkembang serta membuktikan bahwa pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi (Husnan, 1998). Investasi dianggap mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi (Husnan, 1998). Investasi dianggap mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakam salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang optimal bagi investor. Investor dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu untuk menganalisis pengaruh kredit bermasalah (NPF), faktor ekonomi makro (INF, INT, Nilai Tukar), likuiditas (CR) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia Dilihat dari segi kepemilikannya, Bank di Indonesia dibedakan menjadi enam kategori bank, diantaranya adalah Bank

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pentingnya sektor agrikultur di Indonesia menjadi alasan utama perlunya dilakukan analisis keuangan dan non-keuangan terhadap perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi menyebabkan kondisi pasar modal menurun, karena penurunan laba yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur perkembangan perekonomian di sebuah negara. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

1 Universitas indonesia

1 Universitas indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa pertanyaan menggelitik dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai pelarian modal yang terjadi di suatu Negara cukup menarik perhatian untuk dicermati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Berbicara tentang kegiatan pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak,naik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen inflasi, BI Rate,

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen inflasi, BI Rate, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen inflasi, BI Rate, kurs dan IHSG terhadap variabel dependen return saham. Populasi yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang di lakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak peneliti dan analis saham menyatakan bahwa, turun-naiknya Indeks Harga Saham di pasar modal ada hubungannya dengan perkembangan ekonomi makro yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Harianto dan Sudomo, 1998; Kwiek, 2000; Abimanyu, 2000; Cerra dan

I. PENDAHULUAN. (Harianto dan Sudomo, 1998; Kwiek, 2000; Abimanyu, 2000; Cerra dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter di Indonesia yang berlangsung sejak bulan Juli 1997 (Harianto dan Sudomo, 1998; Kwiek, 2000; Abimanyu, 2000; Cerra dan Saxena, 2000), ditandai oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya I. PENDAHULUAN I.1 latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 hingga 2007 mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya surplus neraca pembayaran serta membaiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian yang lebih terbuka antara negara satu dengan negara yang lain. Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Negara ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Negara ini merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Negara ini merupakan salah satu negara dengan luas wilayah terbesar di dunia dengan tingkat biodiversitas menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan BAB V PEMBAHASAN Pengujian penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang semakin pesat berdampak bagi perkembangan sektor ekonomi dan moneter secara luas, hal tersebut dapat dilihat dari semakin terbukanya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB II URAIAN TEORTIS 23 BAB II URAIAN TEORTIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktorfaktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang dalam pertumbuhan perekonomian, maka indonesia memerlukan dana dalam jumlah besar atau adanya dana. Dalam perekonomian indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. Dalam kehidupan sehari hari, semua kegiatan yang kita lakukan juga memiliki resiko. Resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan besar terjadi secara global seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Resiko ketidakpastian di pasar keuangan dunia memberikan tekanan tambahan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian sebuah negara. Peran pasar modal bukan hanya sekedar tempat pertemuan lenders dan borrowers ataupun tempat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN Skripsi Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perekonomian Indonesia dapat dilihat pada angka pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya perkembangan jaman berdampak bagi perkembangan sektor ekonomi dan moneter secara luas, hal tersebut dapat dilihat dari semakin terbukanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas sistem keuangan memegang peran penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara satu variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci