POLA PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENYAKIT ASMA PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP. RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE JANUARI - DESEMBER 2010 TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENYAKIT ASMA PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP. RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE JANUARI - DESEMBER 2010 TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 POLA PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENYAKIT ASMA PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE JANUARI - DESEMBER 2010 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh ERNY WULANDARI M DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 PENGESAHAN TUGAS AKHIR POLA PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENYAKIT ASMA PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE JANUARI - DESEMBER 2010 Oleh : ERNY WULANDARI M Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 22 Desember 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Pembimbing Surakarta, 12 Januari 2012 Penguji I Wisnu Kundarto,S.Farm., Apt. NIDN Yeni Farida, S.Farm., Apt Penguji II Mengesahkan, Anang Kuncoro, S.Si., Apt NIP Dekan FMIPA Ketua Program D3 Farmasi Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., (Hons)., commit Ph.D to user NIP Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt NIP

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan / atau dicabut. Surakarta, 22 Desember 2011 Erny Wulandari NIM. M

4 INTISARI Asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik pada paru dan merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Pemberian beberapa jenis obat merupakan terapi farmakologi yang perlu diberikan dalam pengobatan asma untuk menurunkan kesakitan pada asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat pada pasien dewasa (18-65 tahun) penderita asma di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi periode Januari-Desember tahun Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental secara deskriptif non analitik menggunakan berkas rekam medik yang dikumpulkan secara retrospektif. Data yang diambil adalah data pasien dan data tata laksana terapi. Data selanjutnya diolah dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu jumlah pasien dewasa (18-65 tahun) dengan diagnosa asma tanpa penyakit penyerta dan tanpa perulangan pada periode Januari-Desember 2010 adalah 43 pasien. Penggunaan obat untuk terapi asma yakni golongan kortikosteroid 20,61%; golongan bronkodilator 14,47%; kombinasi 2 jenis obat bronkodilator 19,48%; antibiotik 21,49%; mukolitik 10,53%; dan ekspektoran 14,04%. Penggunaan obat pada penelitian ini tepat obat (42,97%) dan tepat dosis (7,02%) sesuai dengan standar NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun Kata kunci : obat asma, dewasa, pola penggunaan, RSUD Dr. Moewardi.

5 ABSTRACT Asthma is defined as a chronic pulmonary inflammation disease and it is one of the ten major causes of pain and mortality in Indonesia. The administration of some types of medicine is the pharmacological therapy which needs to be conducted in the medication to decrease the pain level of asthma. The objective of this research is to investigate the pattern of the use of drugs of the adult clients aged 18 up to 65 who suffer from asthma and are hospitalized in the in-patient installation of dr. Moewardi Local General Hospital from January to December of This research used the non-experimental and non-analytical descriptive method. The data of this research consisted of the data of the patients and the data of the therapy management. The data were gathered through the medical record archives which were collected retrospectively. The data were then processed by using the Microsoft Office Excel 2007 program and analyzed by using the descriptive statistic method. The results of this research are as follows: 1) the number of clients aged 18 up to 65 who were diagnosed to suffer from asthma without any accompanying disease and without recurrence is 43; 2) the drugs which were used for the therapy against asthma consist of corticosteroid type (20.61%), bronchodilator type (14.47%), the combination of two brochodilator types (19.48%), antibiotics (21.49%), mucolytic type (10.53%), and expectorant type (14.04%); and 3) the right drug (42.97%) and the right dosage (7.02%) have been used in this research in accordance with the standards of NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) of Keywords: medicine, asthma, pattern of use, and dr. Moewardi Local General Hospital.

6 HALAMAN MOTTO Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Confusius) Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill) Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan kewajiban yang harus dikerjakan, sehingga orang itu akan semakin bahagia jika kewajiban tersebut diselesaikan dengan memaksimalkan usaha dan do a sesuai dengan kemampuan yang ada (Penulis)

7 PERSEMBAHAN Tugas Akhir ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, terimakasih dan cinta penulis kepada : 1. Ayah dan Ibu tercinta terimakasih atas do a, dukungan dan perhatiannya selama ini kepada penulis. 2. Adik Aprillia Setiya Ningsih dan Keluarga Besar ku untuk semangat dan doanya kepada penulis. 3. Calon bapak dari anak-anak kelak Sri Mulyanto atas keikhlasannya yang selalu memperhatikan dan mensupport penulis dalam setiap langkah. 4. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi angkatan Prodi D3 Farmasi. 6. Almamater ku.

8 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah atas segala karunia-nya yang tak terhingga bagi penulis dan kita semuanya sehingga atas izin-nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berjudul Pola Penggunaan Obat untuk Penyakit Asma Pada Pasien Dewasa di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Periode Januari-Desember 2010 dengan lancar. Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada: 1. Bapak Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., (Hons)., Ph.D., selaku dekan FMIPA UNS. 2. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi D3 Farmasi, FMIPA UNS. 3. Bapak Wisnu Kundarto, S.Farm., Apt., selaku Pembimbing Tugas Akhir dan Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan banyak sekali motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir, serta memberikan ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran. 4. Ibu Rita Rakhmawati, M.Si., Apt., selaku pembimbing akademik dari semester awal sampai semester enam yang selalu memberikan dukungan. 5. Ibu Yeni Farida, S.Farm., Apt., selaku penguji I dan Bapak Anang Kuncoro M.Si., Apt., selaku penguji II yang membantu kelancaran dalam penempuhan ujian. 6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi D3 Farmasi, FMIPA UNS.

9 7. Seluruh staf dan karyawan diklat maupun rekam medik di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan bantuan penjelasan dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama melakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi. 8. Bapak, ibu, adik, dan calon bapak dari anak-anak kelak tercinta yang telah memberikan dukungan materi, do a dan cintanya. 9. Eyang kakung, eyang putri, dan kakak sepupu (Ari wibowo dan Triyono) yang telah memberikan dorongan semangat. 10. Sahabat-sahabat (Widi, Awul, Anggi, Dwi, dan Muthi) yang selalu mendampingi dan menemani. 11. Teman-teman pengajian (Mbak Nur, Pak Beny, dan Mas Yosi) yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan do a. 12. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi yang telah bekerja sama dalam menggapai cita-cita. 13. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala dukungan, bantuan dan do a yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, namun dengan segala kerendahan hati atas kekurangan itu, penulis menerima kritik dan saran dalam rangka perbaikan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Surakarta, 12 Januari 2012 (Penulis)

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v HALAMAN MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR SINGKATAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 A. Asma... 5 a. Definisi Asma... 5 b. Faktor Resiko... 5 c. Patogenesis... 6 d. Klasifikasi... 7 e. Penegakan Diagnosis f. Penatalaksanaan Terapi ). Terapi Non farmakologi ). Terapi Farmakologi B. Kerangka Pemikiran commit.... to user 24

11 C. Keterangan Empirik BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan B. Alat dan Bahan yang digunakan C. Definisi Operasional Variabel D. Teknik Pengumpulan Data E. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subyek Penelitian B. Tatalaksana Terapi Asma C. Tatalaksana Terapi Oksigen D. Evaluasi Penggunaan Obat untuk Terapi Asma Tepat Obat Tepat Dosis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 57

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Klasifikasi tahapan penyakit asma berdasarkan keparahan penyakitnya pada pasien kategori umur > 12 tahun dewasa... 8 Tabel II. Dosis penggunaan obat asma jangka pendek (Quick-relief medicines) menurut NAEPP tahun Tabel III. Dosis penggunaan obat asma jangka (Long-term medicines) menurut NAEPP tahun Tabel IV. Dosis inhalasi kortikosteroid menurut NAEPP tahun Tabel V. Dosis Obat untuk Serangan Asma pada Penanganan di Gawat Darurat dan Rumah Sakit Menurut NAEPP Tahun Tabel VI. Golongan obat yang digunakan pada terapi Tabel VII. Persentase ketepatan obat terapi asma Tabel VIII. Rincian Obat untuk Terapi Asma pada Standar Lain Tabel IX. Persentase ketepatan dosis terapi asma... 49

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 2. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Usia Gambar 3. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Domisili Gambar 4. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Lama Perawatan Gambar 5. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Keadaan Pulang... 36

14 LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Perizinan Penelitian dari Diklat RSUD Dr. Moewardi Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari RSUD Dr. Moewardi Lampiran 3. Lembar Pengumpul Data Lampiran 4. Distribusi Penderita Asma berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Domisili, Lama Perawatan, dan Keadaan Pulang Lampiran 5. Standar Pelayanan Medis oleh Ikatan Dokter Indonesia Lampiran 6. Standar Pelayanan Medis RSUD Dr. Moewardi Lampiran 7. Formularium RSUD Dr. Moewardi Edisi Tahun Lampiran 8. Persentase Penggunaan Kortikosteroid dan Mukolitik... 80

15 DAFTAR SINGKATAN AMP = adenosine monophosphate. APDPI = Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. DPI = Dry Powder Inhaler. FEV 1 = Forced Expiratory Volume in 1 second. FVC = Force Vital Capacity. GINA = Global Initiative for Asthma. HFA = Hydrofluoroalkane (Inhaler Propellant). Ig E = Immunoglobulin E. IONI = Informatorium Obat Nasional Indonesia. MDI = Metered Dose Inhaler. NaCl = Natrium Chlorida. NAEPP = National Asthma Education and Prevention Program. OBH = Obat Batuk Hitam. PCPA = Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma. PEF = Peak Expiratory Flow. SPM = Standar Pelayanan Medik

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan salah satu penyakit saluran napas yang banyak dijumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa. Menurut Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit gangguan pembuluh darah (Ikawati, 2007). Menurut The International Study of Asthma and Allergy in Childhood (ISAAC) yang dilakukan pada anak usia 6-14 tahun di 155 pusat di 58 negara, didapatkan prevalensi asma usia 6-7 tahun berkisar antara 1,6% sampai 27,2% dan usia tahun sekitar 35,3% (Ikawati, 2007). Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8%-10% pada anak dan 3%-5% pada dewasa. Di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali yaitu 1,2% menjadi 3,14%, lebih banyak pada usia muda (Dahlan, 1998). Di Amerika, juta orang menderita asma, dan kurang lebih 4,5 juta di antaranya adalah anak-anak (Ikawati, 2007). Di Amerika Serikat, pada diagnosis nasional di emergency departement (ED) dalam 11 tahun ini asma pada usia dewasa memiliki frekuensi paling banyak berkunjung ke ED (Rodrigo, dkk., 2004). Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab

17 kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000 (Anonim, 2007 b ). Prevalensi pasien asma anak dan dewasa di Indonesia diperkirakan sekitar 3%-8%. Serangan asma semakin berat, terlihat dari meningkatnya angka kejadian asma rawat inap dan angka kematian. Di Indonesia dilaporkan pasien status asmatikus dengan angka kematian di Rumah Sakit Sutomo adalah 2,9% dari 68 pasien dan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung adalah 0,73% dari 137 pasien (Dahlan, 1998). Asma juga menyerang pada usia dewasa, dengan perbandingan pasien asma perempuan sedikit lebih banyak dibanding penderita asma pria (Alam & Iwan, 2006). Pada saat ini tersedia banyak jenis obat asma yang dapat diperoleh di Indonesia, tetapi hal ini tidak mengurangi jumlah penderita asma. Beberapa negara melaporkan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita asma. Hal ini dikarenakan kurang tepatnya penatalaksanaan atau kepatuhan penderita. Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan kematian, sedangkan jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan serangan atau terjadi obstruksi paru yang menahun (Mulia dan Meiyanti, 2000). Berdasarkan uraian di atas, asma merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu hasil penelitian terhadap pasien asma

18 pada keseluruhan di RSUD Dr. Moewardi, kebanyakan pasien asma yang dirawat inap tahun 2009 adalah pasien dewasa dengan pemberian beberapa obat sebagai terapi farmakologi (Mardhotillah, W., 2011). Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang pola penggunaan obat untuk penyakit asma dengan variasi hanya dikhususkan pada pasien dewasa (umur tahun) di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, karena RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pendidikan yang membantu memberikan fasilitas untuk lahan praktek bagi institusi kesehatan maupun non kesehatan. RSUD Dr. Moewardi juga merupakan rujukan tertinggi untuk daerah Surakarta dan sekitarnya. Rujukan yang diberikan adalah rujukan pelayanan medis, rujukan pengetahuan, maupun keterampilan medis dan non medis. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola penggunaan obat untuk penyakit asma pada pasien dewasa yang meliputi jenis dan golongan obat yang diberikan, dan dosis di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode Januari - Desember 2010? 2. Apakah pola penggunaan obat untuk penyakit asma pada pasien dewasa yang meliputi jenis dan golongan obat yang diberikan, dan dosis di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode Januari - Desember 2010 telah sesuai dengan standar pengobatan NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun 2007?

19 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pola penggunaan obat untuk penyakit asma pada pasien dewasa yang meliputi jenis dan golongan obat yang diberikan, dan dosis di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode Januari - Desember Membandingkan pola penggunaan obat untuk penderita asma yang meliputi jenis dan golongan obat yang diberikan, dan dosis di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode Januari-Desember 2010 dengan standar pengobatan NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan pelayanan medik dalam penanganan penyakit asma pada pasien dewasa di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi. 2. Memberikan informasi tentang pola penggunaan obat untuk penderita asma di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi periode Januari-Desember Menambah pengetahuan apoteker dan petugas medis lainnya dalam upaya meningkatkan keberhasilan terapi pada penyakit asma khususnya di RSUD Dr. Moewardi. 4. Menjadi bahan pembanding dan pelengkap bagi peneliti selanjutnya.

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asma a. Definisi Menurut NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) pada NIH (National Institute of Health), asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik pada paru yang dikarakteristik oleh obstruksi saluran napas yang bersifat reversibel, inflamasi jalan napas dan peningkatan respon jalan napas terhadap berbagai rangsangan (Ikawati, 2007). Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus, obstruksi saluran nafas, dan gejala pernapasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan napas dapat menjadi kurang reversible bahkan relatif non reversible, tergantung berat dan lamanya penyakit (Priyanto, 2009). Asma terjadi pada individu tertentu yang berespon secara agresif terhadap berbagai jenis iritan di jalan nafas (Corwin, 2009). Menurut Jeremy dkk (2008), asma dapat didefinisikan sebagai peningkatan responsivitas bronkus terhadap berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan napas yang meluas yang keparahannya berubah secara spontan maupun sebagai akibat pengobatan. b. Faktor Resiko Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu tersebut antara lain predisposisi genetik asma, alergi, hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin, dan ras/etnik. Sedangkan, faktor lingkungan dibagi 2 antara lain :

21 Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan / predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma. Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan / atau menyebabkan gejala asma menetap. Faktor lingkungan yang mempengaruhi individu dengan predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma antara lain : sensitisasi (bahan) lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara di luar maupun di dalam ruangan, diet, status sosial-ekonomi, besarnya keluarga obesitas, serta alergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti alergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga, dan infeksi pernapasan (virus). Faktor lingkungan yang menyebabkan eksaserbasi dan / atau menyebabkan gejala asma menetap antara lain: alergen di dalam maupun di luar ruangan, polusi udara di luar maupun di dalam ruangan, infeksi pernapasan, perubahan cuaca, makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan seperti aspirin, ekspresi emosi yang berlebihan, asap rokok, serta iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang (Anonim, 2007 b ). Pasien asma kurang lebih 80% memiliki alergi. Asma yang muncul pada saat dewasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sinusitis, sensitivitas terhadap aspirin atau obat-obat antiinflamasi non steroid (AINS), atau mendapatkan picuan di tempat kerja (Ikawati, 2007). c. Patogenesis Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast dan eosinofil, sel limfosit T, makrofag, netrofil dan

22 sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada pasien asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsif (hipereaktivitas) jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam dan / atau dini hari. Episodik tersebut berkaitan dengan sumbatan saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Anonim, 2007 b ). d. Klasifikasi 1) Klasifikasi berdasarkan etiologi a) Asma intrinsik (cryptogenic) Asma jenis ini disebabkan oleh faktor non-alergik, yaitu stress, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan. b) Asma ekstrinsik Bentuk asma yang paling umum dan disebabkan karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen). Alergen biasa tampil dalam berbagai bentuk seperti serbuk bunga, debu, jamur, maupun zat makanan. Alergen ini berhubungan langsung dengan IgE. IgE memicu pelepasan histamin terhadap paru-paru yang mengakibatkan pengerutan saluran pernafasan dan meningkatkan produksi lendir (Alam & Iwan, 2006).

23 2) Klasifikasi berdasarkan berat atau keparahan penyakit Kombinasi berbagai pemeriksaan, gejala-gejala dan uji faal paru dapat digunakan untuk menentukan beratnya penyakit. Klasifikasi ini lebih penting untuk tujuan penatalaksanaan asma. Sehingga harus teliti dalam mengklasifikasikan asma pada pasien. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit dapat dilihat dalam Tabel I. Tabel I. Klasifikasi tahapan penyakit asma berdasarkan keparahan penyakitnya pada pasien kategori umur > 12 tahun dewasa (Anonim, 2007 a ) Klasifikasi Keparahan asma pada pasien muda (> 12 Komponen keparahan tahun) dan dewasa Intermiten Persisten Ringan Sedang Berat Gejala >2 hari / >2 hari / Setiap hari Setiap hari minggu minggu, tapi Gangguan tidak setiap hari Catatan : Nilai Normal FEV 1 /FVC : 8-19 th 85% th 80% th 75% th 70% Resiko Keterangan: Terbangun malam hari Penggunaan β agonis untuk mengatasi gejala Pengaruh terhadap aktivitas normal Fungsi paru Umur > 12 tahun - dewasa Serangan yang membutuhkan kortikosteroid oral sistemik >2 hari / minggu >2 hari / minggu Tidak ada Normal di antara serangan FEV 1 > 80% FEV 1 /FVC normal 0 1 kali / 3 4 kali / bulan > 2 hari / minggu tetapi tidak > 1 x sehari Ada sedikit keterbatasan aktivitas FEV 1 > 80 % FEV 1 /FVC normal > 2 kali / tahun Setiap hari Setiap hari Lebih banyak keterbatasa n aktivitas FEV % FEV 1 /FVC berkurang 5% Beberapa kali sehari Beberapa kali sehari Aktivitas sangat terbatas FEV 1 < 60% FEV 1 /FVC berkurang sampai > 5% tahun Pertimbangkan keparahan dan interval sejak serangan terakhir. Frekuensi dan keparahan mungkin berfluktuasi dari waktu ke waktu untuk pasien pada semua kategori keparahan. Resiko tahunan relatif serangan mungkin terkait dengan nilai FEV 1. - FEV 1 (Forced Expiratory Volume in 1 second) adalah volume ekspirasi paksa pada detik pertama. - FVC (Force Vital Capacity) adalah kapasitas vital paksa dari ekspirasi yang sekuat dan secepat mungkin.

24 3) Klasifikasi berdasarkan pola waktu serangan a) Asma intermiten Pada jenis ini serangan asma timbul kadang-kadang. Di antara dua serangan PEF normal, tidak terdapat atau ada hipereaktivitas bronkus yang ringan. b) Asma persisten Terdapat variabilitas PEF antara siang dan malam hari, serangan sering terjadi dan terdapat hiperaktivitas bronkus. Pada beberapa penderita asma persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali normal meskipun diberikan pengobatan kortikosteroid yang intensif. c) Brittle asthma Penderita jenis ini mempunyai saluran napas yang sangat sensitif, variabilitas obstruksi saluran napas dari hari ke hari sangat ekstrim. Penderita ini mempunyai risiko tinggi untuk mengalami eksaserbasi tiba-tiba yang berat dan mengancam jiwa (Yunus, 1998). e. Penegakan diagnosis Menurut Ikawati (2007), penanda utama untuk mendiagnosis adanya asma dilihat dari gejalanya, yaitu : 1) Mengi pada saat menghirup napas. 2) Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari, dada sesak yang terjadi berulang dan tersengal-sengal. 3) Hambatan pernapasan yang bersifat reversibel secara bervariasi selama siang hari.

25 4) Adanya peningkatan gejala pada saat olahraga, terkena alergen, dan perubahan musim. 5) Terbangun malam-malam dengan gejala-gejala seperti di atas. Diagnosis asma adalah berdasarkan gejala yang bersifat episodik, pemeriksaan fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal serta terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas). Pemeriksaan yang cukup penting adalah pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan spirometri atau peak expiratory flow meter (Anonim, 2007 b ). f. Penatalaksanaan terapi Penatalaksanaan yang paling efektif adalah mencegah atau mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan faktor penyebab. Faktor utama yang berperan dalam kesakitan dan kematian pada asma adalah tidak terdiagnosisnya penyakit ini dan pengobatan yang tidak cukup (Yunus, 1998). Penatalaksanaan secara umum penyakit asma, meliputi : 1) Terapi non farmakologi Terapi non farmakologi dari asma antara lain: a) Edukasi pasien Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asma. Edukasi kepada pasien / keluarga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma sendiri), meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri / asma mandiri), meningkatkan kepatuhan

26 (compliance) dan penanganan mandiri, serta membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma (Anonim, 2007 b ). Beberapa hal yang perlu dihindari antara lain makanan yang menyebabkan alergi, merokok, debu dalam rumah, maupun alergen lainnya (Anonim, 2009 a ). b) Pengukuran peak flow meter Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat. Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (PEF) dengan Peak Flow Meter ini dianjurkan pada (Anonim, 2007 b ) : Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter dan oleh pasien di rumah. Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter. Pemantauan sehari-hari di rumah bagi pasien setelah perawatan di rumah sakit, pasien yang sulit / tidak mengenal perburukan melalui gejala. Pada asma mandiri pengukuran PEF dapat digunakan untuk membantu pengobatan seperti : Mengetahui apa yang membuat asma memburuk. Memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan berjalan baik.

27 Memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan penambahan atau penghentian obat. Memutuskan kapan pasien meminta bantuan medis / dokter / IGD. c) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus. d) Pemberian oksigen. e) Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak. f) Kontrol secara teratur. g) Pola hidup sehat Dapat dilakukan dengan berhenti merokok, menghindari kegemukan, dan melakukan kegiatan fisik misalnya senam asma. 2) Terapi farmakologi Terapi farmakologi dapat dibagi menjadi dua jenis pengobatan, yaitu (Sugiyanti, 2007) : a) Quick-relief medicines, yaitu pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot di saluran pernafasan, memudahkan pasien untuk bernafas, memberikan kelegaan bernafas, dan digunakan saat terjadi serangan asma (asthma attack). Contohnya yaitu bronkodilator. b) Long-term medicines, yaitu pengobatan yang digunakan untuk mengobati inflamasi pada saluran pernafasan, mengurangi mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu lama, dan digunakan untuk membantu mencegah timbulnya serangan asma (asthma attack). Contohnya yaitu kortikosteroid bentuk inhalasi.

28 Terapi farmakologi yang diterapkan dalam NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun 2007, antara lain : a) Bronkodilator Pelepasan kejang dan bronkodilatasi dapat dicapai dengan cara merangsang sistem adrenergik dengan adrenergik atau melalui penghambatan sistem kolinergik dengan antikolinergika (Tjay dan Rahardja, 2007). Macam-macam bronkodilator menurut Tanjung (2003), yakni : (1) Agonis β 2 Agonis β 2 merupakan salah satu dari bronkodilator. Aksi dari agonis β 2 adalah rileksasi otot polos pada saluran napas dengan merangsang reseptor β 2 -adrenergik yang meningkatkan siklik AMP dan mengurangi pelepasan mediator dari sel inflamasi. Efek samping dari agonis β 2 adalah mual, muntah, nyeri kepala dan gugup. Contoh obat agonis β 2 adalah salbutamol, dan terbutalin (Jeremy, dkk., 2008). (2) Xantin Obat lini kedua pada asma. Penggunaan secara terus-menerus pada terapi pemeliharaan ternyata efektif mengurangi frekuensi serta hebatnya serangan. Kerja xantin yakni menghambat fosfodiesterase yang memecah siklik AMP. Efek samping yang terjadi hampir sama dengan agonis β 2. Contoh obat xantin adalah aminofilin dan teofilin.

29 (3) Antikolinergik Merupakan bronkodilator yang cukup efektif dan mengurangi sekresi mukus. Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan kolinergik. Jika ada suatu sebab reseptor β 2 dari sistem adrenergik terhambat, maka sistem kolinergik akan menggantikan peranan sistem adrenergik sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi. Mekanisme kerja antikolinergik yakni memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergik di otot polos bronki, sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan dan mengakibatkan efek bronkodilatasi. Obat ini lebih efektif melawan iritan daripada alergen. Contoh obat-obat antikolinergik adalah ipratropium bromida, dan tiotropium (Tjay dan Rahardja, 2007). b) Penstabil Sel Mast Obat obat yang termasuk golongan penstabil sel mast adalah kromolin sodium dan nedokromil. Kromolin merupakan obat yang dapat mencegah serangan asma akibat alergi. Mekanisme kerja obat ini yakni menghambat pelepasan mediator inflamasi, dan mencegah aktivasi sel mast dan eosinofil. Obat ini memiliki sedikit efek samping dan sering menjadi obat pilihan untuk anak-anak. Nedokromil menghambat perkembangan respon bronkokonstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi (Jeremy dkk, 2008).

30 c) Kortikosteroid Obat-obat ini memiliki cara kerja dan efek yang sama dengan glukokortikoid, yakni menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta adrenergik dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung. Obat ini tidak diindikasikan untuk pasien asma yang dapat diterapi dengan bronkodilator dan pasien yang kadang-kadang menggunakan kortikosteroid sistemik (Anonim, 2007 b ). d) Antileukotrien Produksi leukotrien berhubungan dengan edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas sel yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang menimbulkan tanda dan gejala asma. Antagonis leukotrien yang bekerja spesifik dan efektif pada terapi pemeliharaan terhadap asma. Kerja antileukotrien berdasarkan pada penghambatan sintesa leukotrien (Tjay dan Rahardja, 2007). e) Immunomodulators Omalizumab (anti IgE) hanya diberikan pada pasien yang mengalami penurunan serum IgE. Obat ini diindikasikan pada pasien asma dengan alergi berat dimana tidak terkontrol dengan inhalasi kortikosteroid. Anti Ig E ini hanya sebagai terapi tambahan dengan kortikosteroid maupun agonis β 2 (Anonim, 2006).

31 Terapi farmakologi sebagai penunjang pengobatan asma yang direkomendasikan pada NAEPP tahun 2007 dan standar lain, antara lain : a) Antibiotik Penggunaan antibiotik tidak rutin diberikan kecuali pada keadaan disertai infeksi bakteri yang ditandai dengan gejala sputum purulen dan demam. Infeksi bakteri yang sering menyertai serangan asma adalah bakteri gram positif. Pilihan yang sering dipakai adalah makrolid, golongan kuinolon, dan alternatif amoksisilin atau amoksisilin dengan asam klavulanat (Anonim, 2003). b) Mukolitik Mukolitik bekerja menurunkan viskositas mukus atau dahak, sehingga memudahkan ekspektorasi. Biasanya digunakan pada kondisi dimana dahak cukup kental dan banyak. Contoh mukolitik antara lain N- asetilsistein, ambroxol, dan bromheksin (Ikawati, 2007). c) Ekspektoran Ekspektoran ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran dahak / ekspektorasi (Anonim, 2008 b ). Dosis penggunaan obat yang diterapkan dalam NAEPP tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel II yaitu dosis penggunaan obat asma untuk jangka pendek, Tabel III yaitu dosis penggunaan obat asma untuk jangka panjang, Tabel IV yaitu dosis penggunaan inhalasi kortikosteroid, dan Tabel V yaitu dosis pada serangan asma (penanganan di gawat darurat dan rumah sakit).

32 Tabel II. Dosis penggunaan obat asma jangka pendek (Quick-relief medicines) menurut NAEPP tahun No Obat Dosis Sediaan Dosis Dewasa 1. Inhalasi Agonis β 2 aksi cepat Albuterol CFC (chlorofluorocarbon) Albuterol HFA (hydrofluoroalkane) Pirbuterol CFC Levalbuterol HFA Albuterol MDI (metered-dose inhaler) 90 mcg/puff, 200 puffs/canister. 90 mcg/puff, 200 puffs/canister. 200 mcg/puff, 400 puffs/canister. 45 mcg/puff, 200 puffs/canister Nebulizer solution 0.63 mg / 3 ml; 1.25 mg / 3 ml; 2.5 mg / 3 ml; 5 mg/ml (0.5%). 2 isapan 5 menit setelah badan bergerak. 2 isapan setiap 4-6 jam penambahan mg untuk 3 cc larutan q 4-8 jam penambahan. Levalbuterol (R-albuterol) 2. Antikolinergik Ipratropium HFA 0.31 mg / 3 ml; 0.63 mg / 3 ml; 1.25 mg / 0.5 ml; 1.25 mg / 3 ml. MDI 17 mcg/puff, 200 puffs/canister. Nebulizer solution 0.25 mg/ml (0.025%) mg q 8 jam penambahan. 2-3 isapan q 6 jam mg q 6 jam. Ipratropium dan albuterol MDI 18 mcg/puff ipratropium bromide dan 90 mcg/puff albuterol. 200 puffs/canister. Nebulizer solution 0.5 mg / 3ml ipratropium bromide dan 2.5 mg / 3ml albuterol. 2-3 isapan q 6 jam. 3 ml q 4-6 jam.

33 Tabel II. Lanjutan. No Obat Dosis Sediaan Dosis Dewasa 3. Kortikosteroid sistemik Metilprednisolon 2, 4, 8, 16, 32 mg tablet mg/hari pada dosis tunggal atau membagi dalam 2 dosis selama 3-10 hari. Prednisolon Prednison (Methylprednisolon acetat) 5 mg tablet; 5 mg / 5 cc, 15 mg / 5 cc. 1, 2.5, 5, 10, 20, 50 mg tablet; 5 mg / cc, 5 mg / 5 cc. Repository injection 40 mg/ml; 80 mg/ml. 240 mg IM (intramuscular)

34 Tabel III. Dosis penggunaan obat asma jangka (Long-term medicines) menurut NAEPP tahun No Obat Dosis sediaan Dosis dewasa 1. Kortikosteroid sistemik Metilprednisolon Prednisolon Prednison 2, 4, 8, 16, 32 mg tablet 5 mg tablet; 5 mg / 5 cc, 15 mg / 5 cc. 1, 2.5, 5, 10, 20, 50 mg tablet; 5 mg / cc, 5 mg / 5 cc mg / hari pada dosis tunggal a.m atau qod penambahan sebagai kontrol mg / hari pada dosis tunggal atau membagi dalam 2 dosis selama 3-10 hari Inhalasi Agonist β 2 aksi lambat Salmeterol Formoterol 3. Obat Kombinasi Flutikason / Salmeterol Budesonid / Formoterol DPI (dry powder inhaler) 50 mcg / blister DPI 12 mcg / tunggalpenggunaan kapsul DPI 100 mcg / 50 mcg; 250 mcg / 50 mcg; atau 500 mcg / 50 mcg. HFA 45 mcg / 21 mcg; 115 mcg / 21 mcg; 230 mcg / 21 mcg. HFA MDI 80 mcg / 4.5 mcg; 160 mcg / 4.5 mcg. 1 blister q 12 jam 1 kapsul q 12 jam 1 inhalasi bid : tergantung dari beratnya asma. 2 inhalasi bid : tergantung dari beratnya asma.

35 Tabel III. Lanjutan No Obat Dosis Sediaan Dosis Dewasa 4. Kromalin dan Nedokromil Kromalin MDI 0.8 mg/puff. Nebulizer 20 mg/ampul. 2 isapan qid. 1 ampul qid. Nedokromil 5. Methylxanthines Teofilin 6. Immunomodulator Omalizumab MDI 1.75 mg / puff. Larutan, Tablet lepas lambat, dan kapsul. Injeksi subkutan, 150 mg / 1.2 ml dengan diberi 1.4 ml WFI (Water for Injection). 2 isapan qid. Dosis awal 10 mg / kg / hari sampai maksimum 300 mg; lazim 800 mg / hari mg SC (subcutan) q 2-4 minggu, tergantung BB (berat badan) dan level IgE.

36 Tabel IV. Dosis inhalasi kortikosteroid menurut NAEPP tahun Nama Obat Dosis terendah perhari untuk dewasa Dosis sedang perhari untuk dewasa Dosis tinggi perhari untuk dewasa Beklometason HFA 40 atau 80 mcg / hirupan mcg > mcg > 480 mcg Budenosid DPI 90, 180, atau 200 mcg / inhalasi mcg >600-1,200 mcg >1,200 mcg Flunisolid 250 mcg / hirupan 500-1,000 mcg >1,000-2,000 mcg >2,000 mcg Flunisolid HFA 80 mcg / hirupan 320 mcg > mcg >640 mcg Flutikason HFA / MDI: 44, 110, atau 220 mcg / hirupan mcg > mcg >400 mcg DPI: 50, 100, atau 250 mcg / inhalasi mcg > mcg >500 mcg Mometason DPI 200 mcg / inhalasi 200 mcg 400 mcg >400 mcg Triamcinolone acetonide 75 mcg / hirupan mcg >750-1,500 mcg >1,500 mcg

37 Tabel V. Dosis Obat untuk Serangan Asma pada Penanganan di Gawat Darurat dan Rumah Sakit Menurut NAEPP Tahun No. Obat Dosis Dewasa 1. Inhalasi Agonist β 2 aksi lambat Albuterol Cairan Nebulasi (0,63 mg/3 ml; 1,25 mg/3 ml; 2,5 mg/3 ml; 5 mg/3 ml). MDI (90 mcg / hirupan). Bitolterol Cairan Nebulasi (2 mg/ml). MDI (370 mcg / hirupan). Levalbuterol (R-Albuterol) Cairan nebulasi (0,63 mg/3 ml; 1,25 mg/0,5 ml; 1,25 mg/3 ml). MDI (45 mcg / hirupan). Pirbuterol MDI (200 mcg / hirupan). 2. Injeksi Agonist β 2 Epinephrin 1 : 1000 (1 m / ml). Terbutalin (1 mg / ml) 2,5-5 mg setiap 20 menit untuk 3 dosis, kemudian 2,5-10 mg setiap 1-4 jam jika dibutuhkan, atau mg / jam secara terus-menerus. 4-8 hirupan setiap 20 menit sampai 4 jam, kemudian 1-4 jam jika dibutuhkan. Lihat dosis albuterol diatas. Lihat dosis albuterol MDI diatas. 1,25-5 mg setiap 20 menit untuk 3 dosis, kemudian 1,25-5 mg setiap 1-4 jam jika dibutuhkan. Lihat dosis albuterol MDI diatas. Lihat dosis albuterol MDI diatas. 0,3-0,5 mg setiap 20 menit untuk 3 dosis sq. 0,25 mg setiap 20 menit untuk 3 dosis sq.

38 Tabel V. Lanjutan. 3. Antikolinergik Ipratropium Bromida Cairan Nebulasi (0,25 mg/ml). MDI (18 mcg/hirupan) 0,5 mg setiap 20 menit untuk 3 dosis kemudian jika dibutuhkan. 8 hirupan setiap 20 menit selama dibutuhkan sampai 3 jam. Ipratropium dengan albuterol (salbutamol) Cairan Nebulasi (tiap 3 ml vial mengandung 0,5 mg Ipratropium bromide dan 2,5 mg albuterol). 3 ml setiap 20 menit untuk 3 dosis, kemudian saat dibutuhkan. MDI (tiap hirupan mengandung 18 mcg Ipratropium bromide dan 90 mcg albuterol). 8 hirupan setiap 20 menit selama dibutuhkan sampai 3 jam. 4. Kortikosteroid Oral Prednisone Metilprenisolon Prednisolon Aplikasi dari ketiga obat, yaitu : mg / hari dalam 1 atau 2 dosis terbagi sampai PEF mencapai tingkat 70% atau normal.

39 B. Kerangka Pemikiran Asma termasuk sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia dan merupakan penyakit inflamasi kronik pada paru yang dapat diderita oleh semua umur. Frekuensi kunjungan pada emergency departement paling banyak pada usia dewasa. Pola penggunaan obat asma pada penderita asma pasien dewasa di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi yang dibandingkan dengan standar NAEPP tahun Obat asma semakin banyak, namun tidak mengurangi jumlah penderita. C. Keterangan Empirik Asma memiliki prevalensi yang sangat luas. Prevalensi asma di seluruh dunia sebesar 3%-5% pada dewasa. Obat-obatan yang digunakan pada terapi farmakologis asma antara lain : bronkodilator, kortikosteroid, penstabil sel mast, immunomodulator, dan antileukotrien. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran pola penggunaan obat untuk penyakit asma pada pasien dewasa di Instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode Januari-Desember 2010 serta kesesuaian penggunaan obat dengan standar yang digunakan dalam penelitian.

40 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Pengambilan data rekam medik dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan. B. Alat dan Bahan yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar pengobatan NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun 2007, Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia tahun 2003, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma tahun 2007, GINA tahun 2006, Formularium RSUD Dr. Moewardi edisi tahun , buku pustaka dan jurnal yang terkait dengan penelitian, serta lembar pengumpul data. Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah kartu rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi yaitu rekam medik yang lengkap mencakup identitas, diagnosa penyakit asma tanpa penyakit penyerta, tidak mengalami perulangan dalam perawatan di rumah sakit (hanya 1 kali perawatan dalam 1 tahun) dan memulai terapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi selama rentang waktu 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2010.

41 C. Definisi Operasional Variabel 1. Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosis utama penyakit asma tanpa penyakit penyerta pada pasien dewasa, tanpa perulangan dan memulai terapi bulan Januari - Desember tahun 2010 di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi. 2. Pasien adalah penderita dewasa yang berumur antara tahun dengan diagnosis utama asma tanpa komplikasi yang memulai terapi bulan Januari- Desember tahun 2010 di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi. 3. Penyakit penyerta adalah penyakit lain yang diderita bersamaan dengan asma pada saat perawatan di rumah sakit dan sesuai dengan keterangan diagnosa pada rekam medik. 4. Perawatan tanpa perulangan adalah penderita hanya 1 kali perawatan di RSUD Dr. Moewardi dalam periode Januari-Desember Pola penggunaan meliputi jenis obat yang diberikan, jenis dan golongan obat yang diberikan, dan dosis. 6. Golongan obat adalah kelompok obat yang diberikan, misalnya: bronkodilator (agonis β 2, xantin, dan antikolinergik), kortikosteroid, penstabil sel mast (kromolin sodium dan nedokromil), immunomodulator (omalizumab), serta antileukotrien. 7. Jenis obat adalah jenis atau nama obat yang diberikan untuk penyakit asma. 8. Lama perawatan adalah jumlah hari dari mulai masuk hingga diperbolehkan pulang bagi tiap penderita. 9. Keadaan pulang adalah keadaan akhir pasien saat keluar dari rumah sakit.

42 10. Evaluasi pola penggunaan obat adalah membandingkan penggunaan obat pada penyakit asma dengan standar pengobatan NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun 2007 berdasarkan kriteria tepat obat dan tepat dosis. 11. Tepat obat adalah kesesuaian pemilihan jenis dan golongan obat dengan standar pengobatan NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun Tepat dosis adalah kesesuaian takaran pemberian obat dengan standar pengobatan NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian yang dilakukan adalah penelitian non eksperimental atau observasional yaitu penelitian berdasarkan data-data yang ada tanpa melakukan perlakuan terhadap subyek uji, dengan pendekatan deskriptif dan pengumpulan data retrospektif, serta menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan / batasan-batasan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penelitian deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran pola penggunaan obat untuk penyakit asma pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi periode Januari- Desember Setelah itu, pola penggunaan obat asma dibandingkan dengan standar penatalaksanaan asma menurut NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun 2007.

43 E. Analisis Data Data yang sudah dikelompokkan diidentifikasi secara deskriptif non analisis sesuai dengan diagnosis masing-masing untuk memperoleh informasi tentang: 1. Penghitungan jumlah pasien dewasa penyakit asma tanpa disertai penyakit penyerta. Jumlah yang dihitung berasal dari rekam medis pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi yang didiagnosis asma tanpa disertai penyakit penyerta serta memenuhi kriteria inklusi selama periode Januari sampai Desember tahun 2010 dan datanya digunakan sebagai bahan penelitian. 2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur dihitung dari seluruh pasien terdiagnosis utama asma yang dijadikan sebagai bahan penelitian di instalasi rawat inap. Kemudian dihitung persentasenya. 3. Distribusi pasien berdasarkan domisili. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dikelompokkan berdasarkan asal kabupaten dan dihitung persentasenya. 4. Persentase jenis dan golongan obat yang digunakan. Persentase jenis dan golongan obat dihitung dengan mengelompokkan jenis dan golongan obat kemudian dicari persentasenya dari jumlah total penggunaan. 5. Persentase pasien berdasarkan lama perawatan.

44 Pasien dikelompokkan berdasarkan lama perawatan terhitung dari tanggal masuk sampai tanggal keluar kemudian dihitung persentasenya dari total jumlah pasien. 6. Persentase pasien berdasarkan keadaan pulang. Pasien dikelompokkan berdasarkan keadaan pulang kemudian dihitung persentasenya dari total jumlah pasien. 7. Kesesuaian penggunaan obat. Analisis kesesuaian penggunaan obat pada asma dilakukan dengan membandingkan pemilihan jenis dan golongan obat, serta dosis obat dengan standar pengobatan asma pada NAEPP (National Asthma Education and Prevention Program) tahun Data yang diperoleh dianalisis dengan program Microsoft Office Excel 2007.

45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subyek Penelitian 1. Jumlah pasien yang mengalami asma Berdasarkan hasil pengambilan data kartu indek penderita rawat inap di RSUD Dr. Moewardi yang terdiagnosis asma tanpa penyakit penyerta selama periode bulan Januari sampai dengan Desember 2010 sebanyak 43 pasien. Subyek penelitian adalah pasien asma tanpa disertai penyakit penyerta yang memenuhi kriteria inklusi rekam medis lengkap mencakup identitas dan tatalaksana terapi. Kriteria inklusi yang diterapkan adalah pasien yang berumur tahun dan hanya 1 kali dalam 1 tahun (tanpa perulangan) dirawat di RSUD Dr. Moewardi. 2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin Tujuan distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin untuk mengetahui pasien perempuan atau laki-laki yang paling rentan terkena serangan penyakit asma. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pada usia dewasa perempuan lebih rentan menderita penyakit asma daripada laki-laki. Hasil penelitian jumlah penderita asma berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1.

46 Gambar 1. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Jenis kelamin Berdasarkan Gambar 1, diketahui asma pada usia dewasa lebih umum terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh komite NAEPP, dimana perbandingan prevalensi asma pada usia dewasa lebih banyak perempuan dibanding laki-laki (Anonim, 2007 a ). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa asma menyerang pada usia dewasa dengan perbandingan pasien asma perempuan lebih banyak dibanding penderita asma laki-laki (Alam & Iwan, 2006). Hal ini disebabkan oleh ukuran rongga paru-paru pada laki-laki dewasa lebih besar dibanding perempuan dewasa (Anonim, 2006). 3. Distribusi pasien berdasarkan usia Tujuan distribusi pasien berdasarkan usia ini untuk mengetahui rentang usia pasien yang paling rentan terkena serangan asma. Rentang usia diambil berdasarkan National Asthma Survey New York State Summary Report dan Virginia Departement of Health tahun Hasil penelitian jumlah penderita asma pasien dewasa berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 2.

47 Gambar 2. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Usia Berdasarkan hasil Gambar 2 diketahui asma dapat menyerang pada semua usia dewasa. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di Virginia menurut Komitee Virginia Departement of Health dimana pasien asma mengalami peningkatan dan penurunan pada rentang usia sesuai gambar diatas (Anonim, 2008 a ). Asma dapat dimulai dan menyerang pada segala usia, mempengaruhi pria dan wanita tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis (Ikawati, 2006). Hal ini berkaitan dengan respon imun tubuh seseorang terhadap faktor pemicu (Anonim, 2003). 4. Distribusi pasien berdasarkan domisili Tujuan distribusi pasien berdasarkan domisili ini untuk mengetahui variasi domisili pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita asma paling

48 banyak berdomisili di Surakarta. Hasil penelitian jumlah penderita asma dewasa dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Domisili Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa penderita asma pasien dewasa yang dirawat berasal dari berbagai daerah sekitar Surakarta, karena RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit rujukan dari rumah sakit di daerah sekitar. Pasien juga ada yang berasal dari luar kota, pasien ini kemungkinan memiliki keluarga di daerah sekitar Surakarta sehingga dirawat inap di RSUD. Namun, pasien yang mendominasi rawat inap adalah pasien dari daerah Surakarta. 5. Distribusi pasien berdasarkan stadium klinis menurut NAEPP Distribusi pasien berdasarkan stadium klinis tidak dapat diketahui secara pasti karena dalam rekam medis sebagian besar tidak terdapat data uji spirometri. Pasien asma yang dirawat inap berdasarkan Standar Pelayanan Medik Depkes RI tahun 1996 adalah pasien yang terkena serangan asma berat atau status asmatikus.

49 Jadi, kemungkinan pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi adalah pasien asma dengan serangan berat. Hal ini diperkuat dengan pemberian antibiotik dan oksigen kepada pasien sesuai dengan standar NAEPP tahun 2007 dan Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia tahun Pemberian antibiotik dan oksigen dapat dilihat dalam Lampiran Distribusi pasien berdasarkan lama perawatan Lama perawatan ditentukan atas kesepakatan bersama antara petugas medis dengan pasien yang dilihat dari hasil atau keadaan akhir pasien selama perawatan inap. Namun, berdasarkan deskripsi pasien ada beberapa pasien yang mengajukan diri untuk pulang (atas permintaan sendiri). Sehingga lama rawat inap seorang pasien tidak menentukan keberhasilan terapi farmakologi yang diberikan dari rumah sakit. Distribusi pasien berdasarkan lama perawatan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram Penderita Asma pada Pasien Dewasa Berdasarkan Lama Perawatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ASMA PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI TUGAS AKHIR

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ASMA PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI TUGAS AKHIR EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ASMA PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi DHESI KURNIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Triya Damayanti M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, 2000. Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Ph.D. :Tohoku University, Japan, 2011. Current Position: - Academic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba memerlukan tatalaksana segera dan kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam

Lebih terperinci

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5. L/O/G/O Buku pedoman ASMA DEFINISI : Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.Boalemo 11,0% Riskesdas

Lebih terperinci

Dr. Masrul Basyar Sp.P (K)

Dr. Masrul Basyar Sp.P (K) Dr. Masrul Basyar Sp.P (K) Program Penatalaksanaan Asma 1. Edukasi 2. Monitor penyakit berkala (spirometri) 3. Identifikasi dan pengendalian pencetus 4. Merencanakan Terapi 5. Menetapkan pengobatan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG Asma merupakan penyebab mortilitas dan morbiditas kronis sedunia dan terdapat bukti bahwa prevalensi asma meningkat dalam 20 tahun terakhir. Prevalensi penyakit asma

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asma 2.1.1. Definisi Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga menimbulkan gejala yang berhubungan dengan luas inflamasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami peningkatan dan relatif sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan mortalitas. WHO memperkirakan 100-150 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran pernafasan seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronik merupakan panyakit penyebab kematian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian terbesar di dunia. Telah ditemukan bukti adanya peningkatan prevalensi asma pada anakanak dalam 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIASMA. DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2014

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIASMA. DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2014 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIASMA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2014 Sunarti, Fakultas Farmasi Universetas Setia Budi Surakarta Septi Putri Utami, Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asma 2.1.1. Pengertian Asma Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : ARUM NURIL HIDAYAH K 100 090 008 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM FARMAKOTERAPI ASMA H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM Pendahuluan Etiologi: asma ekstrinsik diinduksi alergi asma intrinsik Patofisiologi: Bronkokontriksi akut Hipersekresi mukus yang tebal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat pada teknologi terapi inhalasi telah memberikan manfaat yang besar bagi pasien yang menderita penyakit saluran pernapasan, tidak hanya pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN ANALGETIK PADA PASIEN PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT ORTOPEDI (RSO) PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN ANALGETIK PADA PASIEN PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT ORTOPEDI (RSO) PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN ANALGETIK PADA PASIEN PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT ORTOPEDI (RSO) PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA PERIODE OKTOBER DESEMBER 2012 TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ARUM NURIL HIDAYAH K 100 090 008 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang banyak dijumpai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang banyak dijumpai, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang banyak dijumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa (Ikawati, 2006). Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan peningkatan hiperresponsif yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas,

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013

Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013 Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun penyakit asma mempunyai tingkat fitalitas yang rendah namun

Lebih terperinci

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ASMA PEDIATRI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2008 SKRIPSI

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ASMA PEDIATRI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2008 SKRIPSI KAJIAN PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ASMA PEDIATRI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : ENI DIAN ASTUTIK K 100 050 056 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit kronik yang paling umum di dunia, terdapat sekitar 300 juta penduduk dunia yang menderita penyakit ini. Asma dapat terjadi pada anak-anak

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN ASMA MASA KINI

PENATALAKSANAAN ASMA MASA KINI PENATALAKSANAAN ASMA MASA KINI Dr. Taufik SpP(K) Bagian Pulmonologi FKUA/RSUP Dr.M.Djamil Padang PENDAHULUAN Asma merupakan penyakit saluran nafas yang menjadi masalah kesehatan global saat ini. Kekerapannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Serangan asma masih merupakan penyebab utama yang sering timbul dikalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok

Lebih terperinci

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani KEDARURATAN ASMA DAN PPOK Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta WORKSHOP PIR 2017 PENDAHULUAN PPOK --> penyebab utama mortalitas

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG Pendahuluan asma merupakan proses inflamasi kronik dimana yang berperan adalah sel-sel inflamasi maupun struktural dari bronkus GINA 2010

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi atau Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.pengetahuan

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Nugrahaningtyas

Lebih terperinci

Oleh : NIM : M SURAKARTAA commit to user

Oleh : NIM : M SURAKARTAA commit to user EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN BRONKITISAKUT TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Namaa : Umi Hartini NIM : M3513055 DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di negara maju. Sebagai contoh di Singapura 11,9% (2001), Taiwan 11,9% (2007), Jepang 13% (2005)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asma Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang terjadi di saluran pernafasan yang menyebabkan penyempitan pada saluran pernafasan tersebut (Nelson, 2007). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN EFEKTIVITAS TERAPI ASMA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SKRIPSI

ANALISIS BIAYA DAN EFEKTIVITAS TERAPI ASMA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SKRIPSI ANALISIS BIAYA DAN EFEKTIVITAS TERAPI ASMA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SKRIPSI Oleh : MUH MUSLIM K 100 070 181 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang BAB I A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan penyebab utama dari morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang menderita akibat PPOK. PPOK merupakan

Lebih terperinci

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. S DENGAN MASALAH ASMAPADA Ny. L DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, WHO, (2013) memperkirakan terdapat 235 juta orang yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 berdasarkan hasil survei

Lebih terperinci

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma 2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma penatalaksanaan asma terbaru menilai secara cepat apakah asma tersebut terkontrol, terkontrol sebagian

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.

Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan. A S M A DEFINISI Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulun tertentu. Asma dimanifestasikan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau

I. PENDAHULUAN. mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau I. PENDAHULUAN Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik

Lebih terperinci

SKRIPSI K

SKRIPSI K KAJIAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT, DOSIS DAN POTENSIAL INTERAKSI OBAT PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARD DI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit asma telah dikenal sejak dimulainya ilmu kesehatan. Kata asma berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali digunakan oleh Bapak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic obstructive pulmonary disease) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatanaliran udara di saluran

Lebih terperinci

PATOGENESIS PENYAKIT ASMA

PATOGENESIS PENYAKIT ASMA PATOGENESIS PENYAKIT ASMA Pendekatan terapi yang rasional terhadap penyakit asma adalah tergantung dari pengetahuan mengenai patogenesis penyakit asma Asma adalah penyakit yang diperantarai oleh ikatan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Diajukan oleh : Bekti Handayani M3513013 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN

ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014-2015 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh:

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF PENGGUNAAN OBAT DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN ASMA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS DESKRIPTIF PENGGUNAAN OBAT DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN ASMA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS DESKRIPTIF PENGGUNAAN OBAT DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN ASMA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DEFI RAHMAWATI K 100 060 115 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Penyakit asma menjadi masalah yang sangat

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2007). World Health Organization (WHO) menyatakan lebih dari 100 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2007). World Health Organization (WHO) menyatakan lebih dari 100 juta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, biaya ekonomi untuk asma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, biaya ekonomi untuk asma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, biaya ekonomi untuk asma dianggarkan melebihi gabungan anggaran tuberkulosis dan HIV/AIDS di seluruh dunia. Saat ini,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014 ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asma 2.1.1. Definisi Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak napas,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN Penelitian Tugas Akhir

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN Penelitian Tugas Akhir EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 Penelitian Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN BRONKITIS KRONIK DAN BRONKITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT TUGAS AKHIR

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN BRONKITIS KRONIK DAN BRONKITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT TUGAS AKHIR EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN BRONKITIS KRONIK DAN BRONKITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak ditemui dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak ditemui dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak ditemui dan secara klinis ditandai oleh adanya episode batuk rekuren, napas pendek, rasa sesak di dada dan mengi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut data World Health Organization (WHO) 2012, bahwa Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit yang mengancam jiwa. Lebih dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi asma Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. Meskipun penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan

Lebih terperinci

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014 RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini sangat memberi berbagai dampak, baik itu dampak positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asma bronkial merupakan masalah kesehatan yang serius secara global. Diperkirakan sekitar 300 juta orang menderita asma bronkial di seluruh dunia setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan penyakit saluran pernafasan kronik yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan suatu penyakit umum yang terdapat di seluruh dunia. Angka prevalensinya bervariasi secara mencolok di antara berbagai negara, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

ASMA DAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) DI SEKOLAH. I Made Kusuma Wijaya

ASMA DAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) DI SEKOLAH. I Made Kusuma Wijaya ASMA DAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) DI SEKOLAH I Made Kusuma Wijaya Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Asma merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat, asma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : RIRIN DYAH AYU APRILIA K 100080057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii ARTI SINGKATAN...xiii INTI SARI... xiv BAB I... 1 PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi asma di berbagai negara sangat bervariasi, namun perbedaannya menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control retrospektif/studi kasus kontrol retrospektif. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma telah di kenal sejak ribuan tahun lalu, para ahli mendefinisikan bahwa asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang memberikan gejalagejala batuk,

Lebih terperinci